mkjl

11
TUGAS METODE KONSTRUKSI JALAN Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metoda Konstruksi Jalan Semester VI Tahun Ajaran 2012/2013 Disusun Oleh : Awan Junditiawan (101134002) 3-TPJJ

Upload: awan-junditiawan

Post on 10-Dec-2014

126 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MKJL

TUGAS METODE KONSTRUKSI JALAN

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metoda Konstruksi JalanSemester VI Tahun Ajaran 2012/2013

Disusun Oleh :

Awan Junditiawan (101134002)

3-TPJJ

TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATANJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG2013

Page 2: MKJL

Salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan raya yang telah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari dengan adanya sarana jalan raya akan memudahkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Di era globalisasi sekarang ini sedikitnya telah dikenal model transportasi darat, laut dan udara. Jalan raya merupakan salah satu sarana untuk moda transportasi darat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jalan raya pun tidak luput dari sentuhan teknologi tersebut dengan ditemukan beberapa jenis bahan yang bias dipakai untuk pekerjaan pelapisan diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.

Perkerasan jalan merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari beberapa lapisan konstruksi jalan yang memikul dan menyebarkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar. Perkerasan jalan yang saat ini digunakan umumnnya ada dua, yaitu : perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Namun, ada juga yang menggunakan kombinasi dari kedua jenis perkerasan tersebut. Perkerasan tersebut dinamakan perkerasan komposit.

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis). Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-langkah yang baik dalam proses pelaksanaan. Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

a. Lapisan permukaan (Surface Course)

Page 3: MKJL

Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran mineral agregat dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya terletak di atas lapis pondasi. Fungsi lapis permukaan antara lain : • Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda. • Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca. • Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu mempertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

b. Lapisan pondasi atas (Base Course) Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak langsung di

bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di atas tanah dasar. Fungsi lapis pondasi antara lain :

• Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda. • Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.

Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam/setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah yang distabilisasi dengan semen, aspal, pozzolan, atau kapur.

c. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course) Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak

antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri atas lapisan dari material berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :

• Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebar beban roda. • Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan di

atasnya dapat dikurangi ketebalannya (penghematan biaya konstruksi). • Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi. • Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi pembangunan jalan berjalan lancar.

Lapis pondasi bawah diperlukan sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat berat (terutama pada saat pelaksanaan konstruksi) atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam jenis tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland, dalam beberapa hal sangat dianjurkan agar diperoleh bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

d. Lapisan tanah dasar (Subgrade)

Page 4: MKJL

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Dalam pedoman ini diperkenalkan modulus resilien (MR) sebagai parameter tanah dasar yang digunakan dalam perencanaan Modulus resilien (MR) tanah dasar juga dapat diperkirakan dari CBR standar dan hasil atau nilai tes soil index. Korelasi Modulus Resilien dengan nilai CBR (Heukelom & Klomp) berikut ini dapat digunakan untuk tanah berbutir halus (fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau lebih kecil. MR (psi) = 1.500 x CBR Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara lain :

• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu sebagai akibat beban lalu-lintas.

• Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. • Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dan jenis

tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan konstruksi. • Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas untuk jenis

tanah tertentu. • Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang diakibatkannya,

yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.

Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai: a. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara

aspal itu sendiri. b. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari

agregat itu sendiri.

Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik.

a. Daya tahan (durability) Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat

pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan sebagainya.

b. Adhesi dan Kohesi Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan

yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.

c. Kepekaan terhadap temperatur Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental

jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperature bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.

d. Kekerasan aspal Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agrega

dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada

Page 5: MKJL

proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.

1. Lapis Permukaan (Surface Course)Yang termasuk dalam Lapis Permukaan (Surface Course) adalah :a. Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU)

Laburan Aspal Satu Lapis (BURTU) adalah lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal dibaturi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam (tebal maksimum 20mm)

b. Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA)Laburan Aspal Dua Lapis (BURDA) adalah Lapisan penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara beruruan.

c. Laburan Aspal (BURAS) BURAS adalah Laburan aspal yang merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8"

d. Latasbume. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B

Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)

Latasir Kelas A SS-A 1,5Latasir Kelas B SS-B 2,0

f. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari

dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRSWearing Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah

Page 6: MKJL

19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC.

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)

Lataston

Lapis Aus HRS-WC 3,0Lapis Pondasi

HRS-Base 3,5

g. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis

campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.

Yang termasuk lapis perkerasan hanya Lapis Aus (AC-WC) dan AC Lapis Antara (AC-Binder Course)

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)

Laston Lapis Aus AC-WC 4,0Lapis Antara AC-BC 6,0Lapis Pondasi

AC-Base 7,5

h. Lasbutag (Asbuton) dan LatasbusirAsbuton adalah salah satu aspal alam yang terdapat di Pulau Buton.

Asbuton mempunyai penetrasi relatif rendah yang bercampur dengan mineral kapur yang agak lunak, yang akan pecah menjadi ukuran filler bila terkena beban lalu lintas.

Lasbutag / Latasbusir adalah campuran antara Asbuton, Agregat dan bahan peremaja yang diaduk secara dingin. Campuran perkerasan yang menggunakan Asbuton dibagi dua jenis yaitu;Lasbutag (lapis asbuton agregat) yang mempunyai nilai struktur danLatasbusir (lapis tipis asbuton pasir) yang tidak mempunyai nilai struktur, dan fungsinya setara dengan perkerasan sand sheet.

i. Bitumen Asbutonj. Bitumen Bahan Peremaja

Bahan peremaja harus dipasok oleh suatu pusat distribusi atau harus dicampur di lapangan dengan komponen : minyak berat peremaja, aspal semen dan minyak tanah.Terdiri dari Minyak Berat Peremaja, Aspal Semen, dan Minyak Pelunak (Cutter Oil).

k. Bahan Anti Pengelupasan (anti stripping agent)

Page 7: MKJL

2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)Yang termasuk Lapisan Pondasi Atas (Base Course) adalah :a. AC-Base Course

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)

Laston

Lapis Pondasi

AC-Base 7,5

b. Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, jika Index Tebal Perkerasan (ITP) < 3,00 maka tebal minimumnya adalah 15 cm.

c. Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, jika Index Tebal Perkerasan (ITP) antara 3,00-7,47 maka tebal minimumnya adalah 20 cm.

d. Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, jika Index Tebal Perkerasan (ITP) antara 7,50 -9,99 maka tebal minimumnya adalah 20 cm

e. Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston atas (AC-Base Course) jika Index Tebal Perkerasan (ITP) antara 10 -12,14 maka tebal minimumnya adalah 20 cm

f. Batu Pecah Kelas A, jika nilai CBR 100%g. Batu Pecah Kelas B, jika nilai CBR 80%h. Batu Pecah Kelas C, jika nilai CBR 60%

3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)Yang termasuk Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course) adalah :a. Sirtu/Pitrun Kelas A, jika nilai CBR 70 %b. Sirtu/Pitrun Kelas B, jika nilai CBR50 %c. Sirtu/Pitrun Kelas C, jika nilai CBR 30 %d. Tanah atau lempung kepasiran

Page 8: MKJL

Source : http://www.docstoc.com/docs/136602075/MATERIAL-dan PELAKSANAAN-PERKERASAN-JALAN-RAYAhttp://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2008-2-00458-SP%20Bab%202.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25672/3/Chapter%20II.pdfBuku Penuntun Praktis “Perencanaan Teknik Jalan Raya” Shirley L. HendarsinSpesifikasi umum Bina Marga Tahun 2007 Spesifikasi umum Bina Marga Tahun 2010SNI 03-3979-1995SNI 03-3980-1995Pedoman NO. 006/T/Bt/1998