mk-nurul apriliani.pdf

12
Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Upload: trinhkiet

Post on 13-Jan-2017

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MK-Nurul Apriliani.pdf

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 2: MK-Nurul Apriliani.pdf

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 3: MK-Nurul Apriliani.pdf

NILAI ESTETIKA DALAM PUISI MADAH DAN HIKMAH KARYA ZUHAIR

BIN ABI SULMA

Nurul Apriliani

Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Depok, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Jurnal ini mengkaji gambaran estetika puisi pada zaman Jahiliyah melalui puisi al-madah dan al-hikmah karya Zuhair bin Abi Sulma. Gambaran estetika ini dapat dilihat dari segi intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam puisi ini. Penulis menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur kepustakaan,yaitu mengumpulkan data dan menganalisisnya. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa nilai estetika puisi al-madah dan al-hikmah karya Zuhair bin Abi Sulma termasuk dalam kategori yang tinggi, dan hampir dapat disamakan dengan puisi karya penyair terkenal yang sezaman, seperti Umru al-Qais dan an-Nabighah az-Zibyani. Kata kunci: Puisi, Al-Madah, Al-Hikmah, Zuhair .

The Aesthetic Value of Madah and Hikmah Poetry by Zuhair bin Abi Sulma

Abstract

This journal discusses about the aesthetic value of the jahiliyah era in madah and hikmah poems by Zuhair bin Abi Sulma. This aesthetic value is visible from intrinsic and extrinsic side in this poems. The authors using qualitative methods with literature study, that is collected data and analyze. The results of data analyze concluded that aesthetic value of madah and hikmah poetry by Zuhair bin Abi Sulma included in high category. Almost be equated with poems by famous poet in the same era, such as Umru al-Qais and an-Nabighah az-Zibyani.

Keywords: Poetry, Al-Madah, Al-Hikmah, Zuhair

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 4: MK-Nurul Apriliani.pdf

1. Latar Belakang

Sejarah mengenai awal mula puisi Arab (Syi’r Al-‘arab), menurut sastrawan telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Mereka berpendapat bahwa munculnya Syi'r Arab lebih dahulu daripada prosa. Syi'r Arab Jahiliyyah yang ada saat ini merupakan sebagian dari Syi'r yang pengumpulannya pada perang Basus yang terjadi sekitar 150 tahun sebelum masa Islam (Burhanudin, 2011:12). Oleh karena itu, para pengkaji sastra Arab berpendapat bahwa batasan masa jahiliyah dapat dilacak 150 tahun sebelum kenabian (Wargadinata, 2008:77), sehingga Syi'r Jahiliyyah yang sampai kepada kita sekarang ini hanyalah sebagian kecil saja dari Syi'r Jahiliyyah yang dapat diselamatkan dari kepunahan.

Pada zaman jahiliyah, para penyair adalah golongan masyarakat jahiliyah yang paling berilmu, di samping golongan lain yang disebut dengan Hukkam (Ahli Hikmah). Golongan ini memberi keputusan atas berbagai perselisihan antar anggota masyarakat dalam hal derajat dan nasab (keturunan). Selain itu, setiap kabilah di Arab memiliki satu hakim atau lebih sehingga secara intelektual kedudukan para hakim ini lebih tinggi dari para penyair. Akan tetapi secara imajinasi dan narasi karya-karya para penyair (terutama puisi) lebih luas dan lebih membekas. Sehingga bangsa Arab menyatakan bahwa :

إن الشعر ديوان العرب

"Sesungguh puisi itu merupakan diwan bangsa Arab"

Adapun yang dimaksud dengan diwan di sini adalah catatan yang mencatat berbagai hal tentang tata krama, adat istiadat, agama dan peribadatan mereka serta keilmuan mereka, atau dengan kata lain mereka mencatat tentang diri mereka sendiri dalam Syi'r (Antologi ). Dahulu para sastrawan menggunakan syair Arab jahiliyah untuk menceritakan berbagai perang dan kepahlawanan, kedermawanan, kelicikan dan lain-lain.

Di antara para penyair jahiliyah yang syairnya berada di tingkatan atas adalah Zuhair Ibn Abi Sulma. Para sastrawan Arab menganggap puisi-puisi Karya Zuhair Ibn Abi Sulma sejajar dengan puisi Umru’ul Qais dan Nabighah Ibn Zubyan. Ketiganya terkenal sebagai penyair Al-Muallaqat yang sangat disegani oleh kaumnya. Kumpulan puisi Zuhair telah diterbitkan bersama kumpulan-kumpulan puisi dari lima penyair terkenal lainnya, yaitu Umru al-Qais, an-Nabighah,

Tharafah, Antarah, dan al-Qamah. Kumpulan puisi yang lain diterbitkan pada tahun 1889 dalam bentuk serial yang berjudul “Tharafa Arabiyyah”, kemudian dicetak ulang di Mesir dan di kota-kota lain yang diusahakan oleh Musthafa Saqa (Burhanudin, 2011: 22).

Zuhair Ibn Abi Sulma terkenal dengan puisinya yang penuh dengan kata-kata yang sopan dan bijaksana. Hampir seluruh karya-karyanya mengandung makna-makna filosofi kehidupan, sehingga para sastrawan berpendapat bahwa Zuhair Ibn Abi Sulma merupakan seorang yang pertama kali menciptakan kata-kata hikmah dalam syair Arab. Oleh karena itu, makalah penelitian ini terfokus pada kajian puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma dengan mengambil dua buah tema puisi yaitu Al-Madah dan Al-Hikmah. kedua tema tersebut akan dikaji dari segi nilai Intrinsik dan Ekstrinsik untuk memberi gambaran secara umum tentang syair-syair Arab, khususnya syair karya Zuhair Ibn Abi Sulma. Adapun tujuan dari penulisan jurnal ilmiah ini yaitu untuk mengetahui gambaran lebih jauh mengenai puisi Arab pada Masa Jahiliyyah, khususnya karya Zuhair Ibn Abi Sulma, dan juga untuk mengetahui nilai estetis puisi dari segi ektrsinsik dan intrinsik yang terkandung dalam puisi Zuhair Ibn Abi. Penulisan jurnal ilmiah ini terfokus pada kajian puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma dengan mengambil dua buah contoh tema puisi, yaitu Al-Madah dan Al-Hikmah. Kedua tema tersebut akan dikaji dari segi nilai intrinsik dan ekstrinsik dengan harapan pembaca dapat memperoleh gambaran secara umum tentang nilai-nilai estetis Puisi Arab, khususnya puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma. Metode penelitian dalam penulisan jurnal ilmiah ini dilakukan dengan studi literatur (kepustakaan). Penulis mengumpulkan informasi dan menganalisis mengenai puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma melalui buku-buku kajian Sastra Arab, yang berkaitan dengan Nahwu dan Balaghah, dari sumber berupa artikel, e-book dan data-data yang terdapat di internet. Jurnal ilmiah ini berisikan tentang Puisi “Al-Madah” dan “Al-Hikmah”, karya Zuhair Ibn Abi Sulma, penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma, serta kesimpulan.

2. Puisi Al-Madah dan Al-Hikmah Karya Zuhair Ibn Abi Sulma

Definisi puisi “Al-Madah” dan “Al-Hikmah”

Puisi (As-Syi’ru) menurut Zayyat diartikan sebagai berikut,

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 5: MK-Nurul Apriliani.pdf

والشعر هو الكالم الموزن المقفى المعبر عن األخيلة البديعة .والصور المؤثرة البليغة

Sy’ir adalah ungkapan atau ungkapan yang berwazan dan berqafiah yang mengungkapkan imajinasi yang indah dan bentuk-bentuk ungkapan yang mengesankan lagi mendalam.

Secara umum, puisi (syi'r) terdiri atas dua macam, yaitu asy-Syi'r al-Ginai dan asy-Syi'r al-Hikami atau asy-Syi'r at-Ta'limi. Asy-Syi'r al-Ginai merupakan puisi hiburan yang berisi ungkapan perasaan sang penyair. Adapun asy-Syi'r al-Hikami atau asy-Syi'r at-Ta'limi adalah puisi yang berisikan pendidikan atau pengajaran. Di antara tema-tema puisi yang terkenal pada masa Jahiliyyah adalah Tasybih/ghazal, Hammasah/Fakher, Al-Madah, Ar-Rotsa',Al- Hijaa', Al-I'tidzar,Al- Wasf, dan Al- Hikmah.

Puisi Al-Madah adalah bentuk puisi yang isinya digunakan untuk memuji sifat dan kebesaran yang dimiliki seseorang, seperti kedermawanan, kebijaksanaan, dan keberanian maupun ketinggian budi pekerti. Perbedaanya dengan Al – Ghazal / Tasbih yaitu puisi Al-Madah menggunakan bahasa yang sarat dengan pujian yang sopan dan terkadang memilki kata–kata hikmah dengan maksud untuk menyadarkan siapa saja yang mendengar ataupun membacanya, seperti puisi Karya Zuhair Ibn Abi Sulma.

Sementara Al-Ghazal merupakan bentuk puisi yang memuji wanita dan kecantikannya serta apapun yang berhubungan dengan kisah percintaan. Umumnya bahasa yang digunakan dalam puisi Al-Ghazal lebih vulgar dan erotis, seperti puisi karya Umrul Qays yang memuji dan menggambarkan keindahan kekasihnya “Unaizah”.

Sementara itu, Puisi “Al-Hikmah” merupakan bentuk puisi yang berisi pelajaran kehidupan yang terkenal pada zaman Jahiliyah. Di dalamnya terkandung kata-kata hikmah sebagai bahan renungan. Oleh karena itu, puisi ini hampir mirip dengan Al-Amtsal (peribahasa Arab). Di antara para penyair yang dianggap sebagai orang yang pertama dalam menciptakan kata-kata hikmah dalam puisi Arab, adalah Zuhair Ibn Sulma yang kelak akan diikuti oleh penyair lainnya, seperti Shalih bin Abdul Kudus, Abu al-Atahiyah, Abu Tamam, al-Mutanabby, dan Abu al-Ala’ al-Ma’ary dari kalangan Arab peranakan (al-Muwalidin).

Contoh puisi Al-Muallaqat bertema “Al-Madah” Karya Zuhair Ibn Abi Sulma

شيرق نم هونب الجر ¤ هلوح افى طذال تيلببا تسمقاف مهرجو

ليحس نم الح لى آلع¤ ا متـدجو انـــديالس معنا لنيمي مربمو

مهنيا بوقدا ووانفت¤ ــا مدعب انيبذا وسبا عمتآاردت مشنم رطع

نم فورعمو المب¤ اعاسو ملالس كردن نا إمتلق دقو ملسن لوقال

قوقع نا مهيف نيديعب¤ نطوم ريى خلا عهنا ممتحباصف ـمثأمو

ن ا مـزنآ حبتسي نمو¤ ـامتيده دعا ميلى عف نيميظع مظعي دجلما

1. “Aku bersumpah dengan Ka’bah yang ditawafi oleh anak cucu Quraisy dan Jurhum.”

2. “Aku bersumpah, bahwa kedua orang (yang telah menginfakkan uangnya untuk perdamaian itu) adalah benar-benar pemuka yang mulia, baik bagi orang yang lemah, maupun bagi orang yang perkasa.”

3. “Sesungguhnya mereka berdua telah dapat kesempatan untuk menghentikan pertumpahan darah antara bani Absin dan Dhubyan, setelah saling berperang diantara mereka.”

4. “Sesungguhnya mereka bedua telah berkata: Jika mungkin perdamaian itu dapat diperoleh dengan uang banyak dan perkataan yang baik, maka kami pun juga bersedia untuk berdamai.”

5. “Sehingga dalam hal ini kamu berdua adalah termasuk orang yang paling mulia, yang dapat menjauhkan kedua suku itu dari permusuhan dan kemusnahan.”

6. “Kamu berdua telah berhasil mendapatkan perdamaian, walaupun kamu berdua dari kelurga yang mulia, semoga kalian berdua mendapatkan hidayah, dan barang siapa yang mengorbankan kehormatannya pasti dia akan mulia.”

Contoh puisi bertema “Al-Hikmah” Karya Zuhair Ibn Abi Sulma

كا لبا أا للوح نيانمث ¤ شعي نمو اةيحال فيالكت تمئسمأسي

دى غا فم ملع نى عننكلو ¤هلبق سمأالو موليى اا فم ملعأو مع

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 6: MK-Nurul Apriliani.pdf

قتا يل نمو هرفي¤ هضرع نود نم فورعلما لعجي نمو متشي متالش

هنع نغتسي هموى قلع¤ هلضفب لخـبيف لضا فذ كي نمو ممذيو

ا ل رلبا نئمطى ملإ¤ هبلق دهي نمو ممذايل فوي نمو مجمجتي

رمعي ئطخت نمو هتمت¤ بصت نم اءوشع طبا خاينلما تيأر مرهيف

اءمالس اببسا قري نإو¤ هنلنا ياينلما اببسا ابه نمو ملسي

هيلا عمذ هدمح نكي¤ هلهأ ريى غف فورعلما لعجي نمو مدنيو

نم لوقا يى مدبأ وا هذإ¤ هبلق احتفم ءرلما انسل نأل ملفا

فلم يبق إال سورة اللحم ¤نصف و نصف فؤاده لسان الفتى والدم

1. “Aku telah jemu dengan beban hidup, dan siapa yang berumur sampai delapan puluh tahun, pasti dia akan jemu (dengan beban hidup).”

2. “Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin, tetapi aku tetap tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari.”

3. "Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan dicerca."

4. “Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan dicerca.”

5. "Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat kebaikan, maka ia tidak akan terguncang oleh ketegangan."

6. “Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang siapa yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan mengalami lanjut usia.”

7. “Barang siapa yang takut mati, pasti ia akan bertemu juga dengan kematian itu,

walaupun ia naik ke langit dengan tangga.”

8. “Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong, maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.”

9. “Seorang manusia tentu mempunyai tabiat tertentu.”

10. “Walau ia sangka tertutupi pasti orang lain akan mengetahui.”

11. “Itu karena lidah seseorang adalah kunci hatinya.”

12. “Lidahnyalah yang menyingkap semua rahasia.”

3. Unsur Intrinsik Puisi Karya Zuhair Ibn Abi Sulma

a. Tema (Ma’na / Fikrah )

Secara umum tema-tema puisi yang ditulis oleh Zuhair Ibn Abi Sulma sarat dengan kata-kata hikmah yang mengandung makna sangat dalam serta renungan. Beberapa puisi karyanya ada yang bertema Al-Madah (pujian ) sekaligus hikmah. Adapun kedua contoh puisi diatas bila kita analisis, ada dua tema utama dan beberapa tema bawahan.

Tema utama pada puisi contoh pertama yaitu pujian (Al-Madah) Zuhair Ibn Abi Sulma disertai hikmah yang ada terkandung didalamnya. Sedangkan tema bawahan puisi tersebut yaitu pujian Zuhair Ibn Abi Sulma kepada kedua orang dermawan yang telah rela mengorbankan hartanya demi perdamaian antara dua suku yang sudah 40 tahun berperang. Kedua tokoh tersebut bernama Haram Ibn Sinan dan Harist Ibn Auf seperti yang disebutkan didalam kutipan puisi berikut:

على آل حال من سحيل ومبرم¤ وجـدتما السيـــدان عمنا لنيمي

تفانوا ودقوا بينهم عطر ¤ تدارآتما عبسا وذبيان بعدمــا منشم

1. “Aku bersumpah, bahwa kedua orang (yang telah menginfakkan uangnya untuk perdamaian itu) adalah benar-benar pemuka yang mulia, baik bagi orang yang lemah, maupun bagi orang yang perkasa.”

2. “Sesungguhnya mereka berdua telah dapat kesempatan untuk menghentikan pertumpahan darah antara bani Absin

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 7: MK-Nurul Apriliani.pdf

dan Dhubyan, setelah saling berperang diantara mereka.”

Perkataan السيـــدان merujuk kepada kedua tokoh tersebut yang telah berhasil menghentikan peperangan antara Kabilah Abbas dan Bani Dzubyan dalam peperangan Dahis dan Gabra.

Adapun tema utama yang terkandung pada contoh puisi yang kedua yaitu Al-Hikmah yang mengandung nilai-nilai nasehat, sementara tema bawahannya yaitu hikmah dibalik berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan tercela seperti yang disebutkan dalam dua bait kutipan puisi berikut :

يفره ومن ال ¤ ومن يجعل المعروف من دون عرضه يتق الشتم يشتم

"Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan dicerca."

قومه يستغن عنه على ¤ ومن يك ذا فضل فيـبخل بفضله ويذمم

“Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan dicerca.”

b. Emosi (‘Atifah)

Emosi adalah adalah perasaan/ emosional penulis yang terungkap dalam puisi tersebut. Perasaan / emosi yang terkandung dalam contoh puisi pertama yaitu mengandung “dorongan/semangat untuk mencapai perdamaian”. Semangat dan dorongan ini tercurahkan karena Zuhair hidup dalam masa terjadinya peperangan yang berlarut-larut selama 40 tahun antara kabilah Abbas dan Bani Dzubyan, yang terkenal dengan peperangan Dahis dan Gabra’. Dalam peristiwa perang ini, ia pun turut andil dalam usaha mendamaikan dua suku yang sedang berperang tersebut, sebagaimana yang tertera dalam kutipan puisi berikut :

على آل حال من سحيل ¤ السيـــدان وجـدتما عمنا لنيمي ومبرم

تفانوا ودقوا بينهم عطر منش¤ تدارآتما عبسا وذبيان بعدمــا

“Aku bersumpah, bahwa kedua orang (yang telah menginfakkan uangnya untuk perdamaian itu) adalah benar-benar pemuka yang mulia, baik bagi orang yang lemah, maupun bagi orang yang perkasa.”

“Sesungguhnya mereka berdua telah dapat kesempatan untuk menghentikan pertumpahan darah antara bani Absin dan Dhubyan, setelah saling berperang diantara mereka.”

Emosi / perasaan yang terkandung dalam contoh puisi kedua yaitu “dorongan / semangat untuk selalu berbuat baik “, emosi ini tergambar dalam setiap susunan kalimat yang berupa syarat dan jawab, sebagaimana beberapa kutipan puisi berikut :

ال يتق منو يفره¤ المعروف من دون عرضه ومن يجعل يشتمالشتم

S J S J

عنه يستغنعلى قومه ¤ يك ذا فضل فيـبخل بفضله ومن ويذمم

J J S ال إلى مطمئن البر ¤ قلبه ومن يهد اليذمميوف ومن

يتجمجم

J S J S

S = Syarat J = Jawab

"Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan dicerca."

“Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan dicerca.”

"Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat kebaikan, maka ia tidak akan terguncang oleh ketegangan."

Selain itu, Zuhair Ibn Abi Sulma mendorong siapa saja yang membaca puisinya agar senantiasa mengingat kematian (azal) dan hari pembalasan, karena tak seorang pun tahu kapan kematian dan pembalasan itu akan datang, sehingga lewat gubahan syairnya, Zuhair mendorong manusia agar senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kejelekan. Perhatikanlah beberapa kutipan puisi karya Zuhair Ibn Abi Sulma berikut :

ولكنى عن علم ما فى غد عم ¤ وأعلم ما فى اليوم واألمس قبله

“Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin, tetapi aku tetap

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 8: MK-Nurul Apriliani.pdf

tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari.”

تمته ومن تخطئ ¤ رأيت المنايا خبط عشواء من تصب يعمر فيهرم

“Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang siapa yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan mengalami lanjut usia.”

c. Imajinasi (Khayal)

Imajinasi adalah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk menggunakan kembali kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita pada contoh puisi pertama diatas , Madah-nya bagus dan menjauhi kedustaan di dalamnya. Dia tidak memuji seseorang melainkan karena akhlaknya dan sifat-sifat terpuji yang diketahuinya, seperti dalam kata-katanya di bawah ini:

على آل حال من سحيل ومبرم¤ السيـــدان وجـدتما عمنا لنيمي

“Aku bersumpah, bahwa kedua orang (yang telah menginfakkan uangnya untuk perdamaian itu) adalah benar-benar pemuka yang mulia, baik bagi orang yang lemah, maupun bagi orang yang perkasa.”

Perkataan السيـــدان yang dimaksud adalah kedermawanan Haram Ibn Sinan dan Harist Ibn Auf. Keduanya merupakan pemuka bangsa Arab yang sanggup mengumpulkan dana guna membeli tiga ribu ekor unta untuk membayar tebusan yang dituntut oleh salah satu dari kedua suku yang sedang berperang itu. bila kita analisis, imajeri / daya bayang yang dominan tertera dalam contoh teks puisi pertama adalah Imajeri pandang, hal ini karena penulis selalu memuji dengan keadaan sebenarnya, penyair tidak mau memuji seseorang kecuali karena sifat yang dimiliki oleh rang tersebut.

Adapun daya imajeri / daya bayang yang dominan tertera dalam contoh puisi kedua yaitu imajeri rasa. Bila kita analisis dengan baik, dibalik ramalan hikmah dan nasehat yang tekandung didalamnya, hal tersebut dapat dirasakan oleh setiap pembaca dan kemungkinan besar pembaca mengalaminya, sehingga nasihat-nasihat yang terkandung didalam puisi menjadi bahan renungan bagi pembaca agar senantiasa berbuat baik dan menjauhi kejelekan.

Perhatikan kutipan puisi berikut:

يكن حمده ذما عليه ¤ وف فى غير أهلهومن يجعل المعر ويندم

إذا هو أبدى ما يقول ¤ آلن لسان المرء مفتاح قلبه من الفم

فلم يبق إال سورة ¤لسان الفتى نصف و نصف فؤاد اللحم والدم

“Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong, maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya.”

“Seorang manusia tentu mempunyai tabiat tertentu, walau ia sangka tertutupi pasti orang lain akan mengetahui.”

“Itu karena lidah seseorang adalah kunci hatinya, lidahnyalah yang menyingkap semua rahasia.”

Dari kutipan diatas kita dapat memahami bahwa pertolongan seharusnya jatuh kepada orang yang berhak mendapat pertolongan, jika tidak, hal ini akan mengakibatkan penyesalan si pemberi pertolongan karena tidak jatuh kepada orang yang bukan haknya.

Selain itu, dalam bait tersebut digambarkan bahwa setiap manusia mempunyai tabiat tertentu, seburuk apapun kejelekan yang disembunyikan, pasti akan diketahui, sebagaimana peribahasa mengatakan bahwa sesembunyi apapun seorang menyembunyikan bangkai, baunya pasti akan tercium juga. Perbuatan seorang tidak dilihat secara lahiriah saja, seorang tidak akan pernah tahu rahasia dibalik isi hatinya, lidahnya menyimpan beribu-ribu teka-teki yang sulit di tebak, apakah dia orang yang baik ataukah sebaliknya.

d. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yaitu cara penyair dalam mengungkapkan pikiran dan imajinasinya melalui kata - kata. Umumnya gaya bahasa yang digunakan Zuhair Ibn Abi Sulma sederhana namun sarat dengan hikmah, pepatah dan nasihat. Penggunaan gaya bahasa pada pada contoh puisi pertama adalah sederhana, mudah dipahami, singkat, namun isinya padat. Kata-katanya yang sopan, tidak berlebihan, dan tidak erotis seperti karya Umru’ul Qays.

Adapun pada contoh puisi yang kedua, gaya bahasa yang digunakan hampir semuanya merupakan hikmah dan nasehat. Bahasanya yang sederhana dan mudah dipahami, membuat pembaca mampu merenungkan arti dibalik susunan kata-kata tersebut. Sehingga dibalik gubahan puisi yang

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 9: MK-Nurul Apriliani.pdf

sederhana tekandung ungkapan – ungkapan pemikiran yang menjadi bahan renungan pembaca sebagai pelajaran hidup.

e. Bahar

Ilmu yang mempelajari pola-pola bentuk puisi Arab Klasik adalah Ilmu ‘Aruud. Setiap bait puisi Arab Klasik terdiri dari 2 Syatr ( bagian) yaitu Syatr 1 dan Syatr 2. Syatr 1 disebut Ash-Shadr dan Syatr 2 disebut Al-‘ajz . dan setiap bait terdiri dari 6 sampai 8 Taf’iilat. Kumpulan dari taf’iilat dalam puisi Arab Klasik disebut dengan Al-Bahr ( Jamak : Al-Buhuur). Ada 16 pola bahar dalam puisi Arab Klasik, namun yang terkenal hanya ada 6, yaitu:

1. bahr Al-Waafir

2. bahr Al-Kaamil

3. bahr At-Thawiil

4. bahr Al-Basiit

5. bahr Al-Khafiif

6. bahr Al-Mutaaqarib

Dari segi A’ruudiyyah, contoh puisi pertama termasuk Bahr At-Thawiil. Dan diantara pola dari bahr At-Thawiil yaitu sebagai berikut :

مفاعيلن فعولن مفاعلن فعولن مفاعيلن فعولن فعولن مفاعلن

0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0// 0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0//

Tanda ‘/’ untuk huruf yang berharakat (Mutaharik) sedangkan tanda ‘0’ untuk huruf mati (Saakin). Bentuk pola diatas disebut pola bahr At-thawiil pola 1. Perhatikanlah perbandingan antara pola bahr At-Thawiil dengan kutipan bait kesatu contoh puisi pertama diatas :

Pada bait kesatu contoh puisi pertama di atas tertulis,

يشرن قوه منب رجال ¤ لبيت الذى طاف حولهبا تسمقاف مهروج

Jika kita ubah penulisannya secara Al-Kitaab Al-‘Aruudiyah , maka akan terlihat sebagai berikut :

ن الجر وهلوح ف ى طاذل ال تيب لاب ت سمقاف ىمهروج ن يشرق نم وهونب

Kemudian kita rubah penulisannya secara Al-Kitaabat Al-Isyaraat (Rumuuz), maka akan tertulis :

0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0// 0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0//

ن الجر وهلوح ف ى طاذل ال تيب لاب ت سمقاف ىمهروج ن يشرق نم وهونب

مفاعلن فعولن فعولن مفاعيلن فعولنمفاعلن فعولن مفاعيلن

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa puisi Al-Madah karya Zuhair Ibn Abi Sulma diatas termasuk kedalam bahar At-Thawiil karena dilihat dari kesamaan polanya. Contoh penjabaran pola bahar pada bait pertama puisi diatas termasuk pengunaan model bahar yang Tam ( Lengkap ), karena terdiri dari 8 taf’iilat yang lengkap, hanya saja bila kita menganalisisnya secara keseluruhan, dalam bait puisi pasti terdapat penambahan dan pengurangan huruf, atau dalam Ilmu Al-‘Aruud disebut dengan Zihaaf dan ‘illat. hal ini karena adanya penyesuain dengan bentuk gubahan nada puisinya, bila dianalogikan seperti halnya berat badan manusia yang bisa berkurang ketika sakit, dan bertambah ketika sehat, begitupun dengan syair Arab Klasik.

Adapun pola bahar dalam contoh puisi kedua yang bertema Al-hikmah sama dengan pola bahar contoh puisi pertama yang bertema Al-Madah, yaitu Bahar At-thawiil, hanya saja terdapat pengurangan dan penambahan ( Zihaaf dan ‘illat ). Untuk lebih jelasnya perhatikan bait kesatu contoh puisi tersebut:

ا با أا للوح نيانمث ¤ شعي نمو اةيلحا فيالكت تمئسمأسي كل

Kemudian dirubah kedalam Al-Kitaabah Al-‘Aruudiyyah, menjadi

نبا أل نلوح ن يانمث ¤ شعي نموى اةيح لا فيالكت وتمئسمأسي ك ل

Diubah kedalam Al-Kitaabat Al-Isyaarat (rumus) menjadi :

0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0// 0//0// 0/0// 0/0/0// 0/0//

Perhatikanlah pola Taf’iilat ke tujuh pada bait tersebut (angka 0 yanng bercetak tebal), di sini huruf kelima dari Taf’iilat tersebut dibuang. Asalnya فعولن kemudian berubah menjadi فعول. dalam syair tertulis ل نبأ . Pembuangan huruf kelima dari Taf’iilat

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 10: MK-Nurul Apriliani.pdf

tersebut dalam Ilmu ‘Aruud disebut dengan Zihaaf Al-Qabdlu.

f. Susunan Kalimat dari Segi Nahwu dan Sharf ( Tarkib Al-Kalimat min Haytsu Al-Nahwi wa Sharf )

Secara umum, bila kita perhatikan susunan kalimat dalam bait puisi di atas tidak terlalu sulit dan mudah dicermati. Susunannya yang sederhana dan rapih serta pola penyesuaian rima tidak membuat pembaca terlalu bingung memahami kesatuan kalimat dalam setiap bait puisi. Kita dapat dengan mudah menganalisi manakah fiil dan fail ( subjek dan predikat) serta Syarat dan Jawab dari puisi tersebut, sebagaimana yang tertera dalam kata-kata yang bergaris bawah berikut ini :

فاقسمت بالبيت الذى ¤ رجال بنوه من قريش وجره طاف حوله

على آل حال من سحيل ¤ السيـــدان وجـدتما عمنا لنيمي ومبرم

بينهم عطر تفانوا ودقوا¤ بعدمــا عبسا وذبيانا تدارآتم منشم

بمال ومعروف من ¤ السلم واسعا إن ندرك وقد قلتما نسلمالقول

بعيدين فيها من عقوق ¤ منها على خير موطن فاصبحتما ومأثـم

آنـزا من ومن يستبح¤ عظيمين فى عليا معد هديتمـا يعظمالمجد

Adapun susunan kalimat yang ada dalam puisi hikmah berikut, sebagian besar bentuknya berupa susunan kalimat syarat dan Jawab seperti Kata – kata yang bergaris bawah berikut ini:

سئمت تكاليف الحياة ومن يعش ¤ ثمانين حوال ال أبا لك يسأم

ولكنى عن علم ما فى ¤ ما فى اليوم واألمس قبله وأعلم غد عم

ومن ال يفره ¤ المعروف من دون عرضه ومن يجعل يشتمالشتم يتق

عنه يستغنعلى قومه ¤ ذا فضل فيـبخل بفضله ومن يك ويذمم

ال إلى مطمئن البر ¤ قلبه ومن يهد اليذمم ومن يوف يتجمجم

ومن تمته¤ من تصبرأيت المنايا خبط عشواء يعمر فيهرم تخطئ

وإن يرق اسباب السماء ¤ ينلنهاسباب المنايا ومن هاب بسلم

حمده ذما عليه يكن¤ المعروف فى غير أهله ومن يجعل ويندم

إذا هو أبدى ما ¤ آلن لسان المرء مفتاح قلبه يقول من الفم

h. Diksi /Pilihan kata

Kata-katanya jauh dari ta'qid (komplikasi) kata dan makna, serta jauh dari pembicaraan yang tidak perlu dan asing (sulit dicari maknanya), Ijaz-nya bagus dan suka membuang tambahan pembicaraan serta kata-kata yang kurang dipelukan, sehingga ia menciptakan sedikit kata banyak makna.

i. Amanat

Amanat yang ada pada contoh puisi pertama yaitu Semangat untuk mencapai peredamaian, hal ini tergambar karena Zuhair hidup dalam masa terjadinya peperangan yang berlarut-larut selama 40 tahun antara kabilah Abbas dan Bani Dzubyan, yang terkenal dengan peperangan Dahis dan Gabra’. Dalam peristiwa perang ini, ia pun turut ambil bagian dalam usaha mendamaikan dua suku yang sedang berperang tersebut. Adapun Amanat yang terkandung dalam puisi kedua yaitu berupa kata-kata hikmah yang mengandung petuah dan nasihat dalam kehidupan

3. Unsur Ekstrinsik Puisi

a. Sebab pembuatan puisi dan hubungannya dengan masyarakat (Asbaabul Wurud)

Puisi Pertama

Zuhair hidup dalam masa terjadinya peperangan yang berlarut-larut selama 40 tahun antara kabilah Abbas dan Bani Dzubyan, yang terkenal dengan peperangan Dahis dan Gabra’. Dalam peristiwa perang ini, ia pun turut ambil bagian dalam usaha mendamaikan dua suku yang sedang berperang tersebut. Dalam usaha perdamaian itu, ia mengajurkan kepada para pemuka bangsa Arab untuk mengumpulkan dana guna membeli tiga ribu ekor unta untuk membayar tebusan yang dituntut oleh salah satu dari kedua suku yang sedang berperang itu. adapun yang sanggup menanggung keuangan itu adalah dua orang pemuka bangsa Arab yang bernama Haram bin Sinan dan Harits bin Auf. Sehingga berkat usaha kedua orang ini, peperangan yang telah terjadi selama 40 tahun dapat dihentikan. Untuk mengingat kejadian yang amat penting itu, Zuhair mengabadikan dalam puisi tersebut.

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 11: MK-Nurul Apriliani.pdf

Puisi Kedua

Zuhair dalam puisi – puisinya banyak memberikan isi yang hikmah dan sering membicarakan tetang kematian, hal ini tidak lain dikarenakan masalah kehidupan pribadi beliau yang terpukul atas kematian anaknya yaitu Salim yang meninggal ketika beliau masih hidup. Puisi–puisi beliau banyak dipengaruhi perasaan kehilangan yang amat dalam terhadap anaknya Salim karena Zuhair mengalami kesulitan mempunyai anak pada pernikahannya yang pertama dengan Ummu Aufa dan berakhir pada perceraian.

Selain pengalaman pribadi beliau, kehidupan masyarakat Jahililiyah saat itu juga mempengaruhi puisi tersebut. Kebanyakan masyarakat yang hidup saat itu Jahiliyyah adalah penganut kepercayaan berhala. Meskipun demikian, Zuhair bin Abi Sulma termasuk penyair Arab Jahiliyyah yang percaya akan adanya hari Kiamat, adanya Hisab (perhitungan amal perbuatan), dan adanya siksaan serta balasan. Penyair ini memang tidak sempat merasakan masa ketika diutusannya Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, penyair ini sudah percaya akan datangnya hari Kiamat dan hari pembalasan. Maka terciptalah puisi – puisi seperti ini yang menyerukan akan adanya kematian dan hari pembalasan karena posisi penyair pada saat zaman jahiliyah seperti kaum intelektual yang dimana masyarakat saat itu apabila mendapatkan masalah atau dating persoalan–persoalan yang ada di kehidupan maka mereka akan datang ke penyair.

Zuhair menikah dengan dua orang wanita, pertama dengan Ummu Aufa, yang banyak disebut-sebut dalam puisinya, termasuk dalam mu’allaqat-nya. Kehidupan rumah tangganya bersama Ummu Aufa kurang bahagia, dan itu terjadi setelah Ummu Aufa melahirkan anak-anaknya yang kesemuanya meninggal dunia, lalu ia pun menceraikannya. Setelah itu ia menikah lagi dengan Kabsyah binti ‘Amr al-Ghatafaniyyah, dan dari isteri keduanya ini lahirlah putera-puteranya, yaitu Ka’ab, Bujair, dan Salim. Salim meninggal dunia ketika Zuhair masih hidup, sehingga banyak dari puisinya yang menggambarkan ratapannya terhadap kematian anaknya itu. Sedangkan Ka’ab dan Bujair, keduanya hidup sampai datangnya masa Islam, dan mereka berdua masuk Islam dan juga menjadi penyair yang terkenal.

b. Biografi Penulis

Nama lengkapnya adalah Zuhair bin Abi Sulma bin Rabi’ah bin Rayyah al-Muzani.

Ayahnya bernama Rabi’ah yang berasal dari kabilah Muzainah. Pada zaman Jahiliyyah kabilah ini hidup berdekatan dengan kabilah bani Abdullah Ghatafaniyyah yang menghuni di daerah Hajir, Nejed, sebelah timur kota Madinah. Kabilah ini juga bertetangga dengan kabilah Bani Murrah bin Auf bin Saad bin Zubyan. Ia adalah salah seorang dari tiga serangkai dari penyair Jahiliyyah setelah Umru al-Qais dan An-Nabighah az-Zibyani. Penyair ini amat terkenal karena kesopanan kata-kata puisinya. Pemikirannya banyak mengandung hikmah dan nasehat. Sehingga banyak orang yang menjadikan puisi-puisinya itu sebagai contoh hikmah dan nasehat yang bijaksana(Burhanudin.2011:17).

Rabi’ah bersama isteri dan anak-anaknya tinggal dalam lingkungan kabilah Bani Murrah (kabilah Zubyan) dan kabilah Bani Abdullah Ghatafaniyyah. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Aus bin Hujr, seorang penyair terkenal dari Bani Tamim. Sementara Zuhair dan saudara-saudaranya, Sulma dan al-Khansa`, diasuh oleh Basyamah bin al-Ghadir, paman mereka yang juga seorang penyair. Dengan demikian Zuhair adalah keturunan kabilah Muzainah yang dibesarkan di tengah-tengah kabilah Bani Ghatafaniyyah.

Zuhair dibesarkan dalam keluarga penyair dan sejak kecil ia belajar puisi dari pamannya sendiri yang bernama Basyamah bin al-Ghadir dan Aus bin Hujur. Basyamah termasuk tokoh Arab Jahiliyyah yang terhormat, kaya-raya, dan sangat dihormati oleh kaumnya. Di samping sebagai penyair, Basyamah juga seorang yang cerdas dan memiliki pendirian yang lurus, dia menjadi tempat bertanya kaumnya dalam menghadapi berbagai persoalan. Ketika ia meninggal dunia, seluruh hartanya diwariskan kepada keluarganya termasuk kepada Zuhair. Disamping mendapatkan harta warisan, Zuhair juga mendapatkan warisan kemampuan berpuisi dan kemuliaan akhlak yang diajarkan Basyamah(Burhanudin,20111:18).

Zuhair bin Abi Sulma, tumbuh dan besar dalam lingkungan keluarga penyair. Rabi’ah ayahnya, Aus bin Hujr ayah tirinya, dan Basyamah pamannya, mereka adalah para penyair, dan saudaranya Sulma dan al-Khansa`, mereka berdua juga penyair. Oleh karena itulah ia sudah terkenal pandai berpuisi sejak kecil. Selain terkenal akan bakat puisi yang dimilikinya sejak kecil, ia juga disenangi oleh seluruh kaumnya akan budi pekertinya yang luhur, sehingga setiap pendapat yang

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013

Page 12: MK-Nurul Apriliani.pdf

dikeluarkannya selalu diterima baik oleh kaumnya.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, bila kita analisis kumpulan puisi Zuhair bin Abi Sulma termasuk ke dalam katagori yang tinggi, dan hampir dapat disamakan dengan puisi Umru al-Qais dan An-Nabighah az-Zibyani. Dalam hal itu para sastrawan beralasan bahwa Zuhair memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut:

1. Ijaz-nya bagus dan suka membuang tambahan pembicaraan serta kata-kata yang kurang dipelukan, sehingga ia menciptakan sedikit kata banyak makna.

2. Madah-nya bagus dan menjauhi kedustaan di dalamnya. Dia tidak memuji seseorang melainkan karena akhlaknya dan sifat-sifat terpuji yang diketahuinya.

3. Kata-katanya jauh dari ta'qid (komplikasi) kata dan makna, serta jauh dari pembicaraan yang tidak perlu dan asing (sulit dicari maknanya). Puisinya sedikit sekali mengandung kata-kata yang buruk. Oleh karena itu, puisi-puisinya bersih dan sedikit sekali adanya cercaan di dalamnya. Pernah suatu kali, ia mencerca suatu kaum, namun ia sedih dan menyesali apa yang telah diperbuatnya.

4. Banyak mengungkapkan amtsal (pribahasa) dan kata-kata hikmah, sehingga penyair ini dianggap sebagai orang yang pertama dalam menciptakan kata-kata hikmah dalam puisi Arab, yang kelak akan diikuti oleh penyair lainnya, seperti Shalih bin Abdul Kudus, Abu al-Atahiyah, Abu Tamam, al-Mutanabby, dan Abu al-Ala’ al-Ma’ary dari kalangan Arab peranakan (al-Muwalidin).

DAFTAR ACUAN

Ahmad, Burhanudin. Sejarah Kesusasteraan Arab Jahiliyyah. http://bahrudinblog.wordpress.com/. 2011.

Al-Tarim, Ali dan Musthafa Amin. Terjemahan Balaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

Bakalla, M.H. 1984. Arabic Culture. London: Kegan Paul International

Bevan, Anthony Ashley. 1905. The Naka’id of Jarir and al-Farazdak. Leiden: Late E.J. Brill Publishers and Printers.

Lesmana, Maman. 2010. Kritik Sastra Arab dan Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Sutiasumarga, Males. 2000.Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta: Zikrul Hakim.

Wargadinata, H. Wildana, Lc., M.Ag. dan Laily Fitriani, M.Pd,. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN Press, 2008.

Webster, Merriam. 1995. Merriam-Webster’s encyclopedia of literature. United State of America: Merriam-Webster, Inc.

Nilai estetika ..., Nurul Apriliani, FIB UI, 2013