nurul hayati

Upload: nano-melangkah-maju

Post on 19-Oct-2015

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2013

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : NURUL HAYATINIM : 1101020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSTIKes CUT NYAK DHIEN LANGSA 2013

LEMBARAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIANASUHAN KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2013

PROPOSAL SKRIPSIOleh : NURUL HAYATINIM. 1101020

Proposal Skripsi ini Telah DisetujuiTanggal 2 Maret 2013

Pimbimbing I Pembimbing II

Ns.Muhammad Yahya, S.Kep, MARS dr. Syafriruddin,MM

Ka.Prodi PSIKSTIKes Cut Nyak Dhien Langsa

Ns.Gustini Muzaputri, M.Kep

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULiLEMBARAN PERSETUJUAN...iiDAFTAR ISIiiiDAFTAR TABELvDAFTAR SKEMA..viDAFTAR LAMPIRANviiBABI:PENDAHULUAN.11.1Latar Belakang Masalah.11.2Perumusan Masalah....51.3Tujuan Penelitian51.3.1Tujuan Umum.51.3.2Tujuan Khusus51.4Manfaat Penelitian.6BABII:TINJAUAN PUSTAKA72.1Dokumentasi Asuhan Keperawatan..72.1.1Model Dokumentasi Keperawatan72.1.2Tahap-Tahap Dokumentasi Keperawatan...102.1.3Tujuan Umum Dokumentasi..122.1.4Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian..142.1.5Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan.162.2Motivasi....182.2.1Macam-Macam Motivasi...182.2.2Timbulnya Motivasi...182.2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi.192.2.4Cara Memotivasi.212.3Tinjauan Variabel..232.3.1Pengetahuan232.3.2Reward dari Atasan252.3.3Dukungan Kepala Rungan252.4.Kerangka Teoritis27BABIII:KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESIS283.1Kerangka Konsep Penelitian283.2Hipotesis..28BABIV:METODE PENELITIAN.304.1Desain Penelitian..304.2Tempat dan Waktu Penelitian..304.3Populasi dan Sampel Penelitian304.4Variabel Penelitian324.5Definisi Operasional.334.6Instrumen Penelitian.344.7Prosedur Penelitian384.8Analisa Data.394.9Etika Penelitian.41

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel4.1:Jumlah Sampel yang Diambil Berdasarkan Ruang Rawat InapDi RSUD Kota Langsa Tahun 2013...32Tabel4.2:Definisi Operasional33

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1:Kerangka Teoritis.27

Skema 2.2:Kerangka Konsep Penelitian...28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Permohonan Kesediaan Menjadi Responden PenelitianLampiran 2:Lembaran Persetujuan Menjadi RespondenLampiran 3:Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.

Lampiran 4:Surat Pengambilan Data Awal di RSUD Kota Langsa.Lampiran 5:Lembaran Bimbingan Proposal Skripsi.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahKeperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan bagi individu, keluarga, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat ataupun sakit (Asmadi, 2008). Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah pelayanan keperawatan terhadap penderita yang menjalani rawat inap. Pelayanan keperawatan yang dilakukan perawat dapat terlihat dari hasil dokumentasi keperawatan (Handoko, 2010). Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan pelayanan keparawatan kepada klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan di rumah Sakit (Handayaningsih, 2009).Kesadaran masyarakat tentang hukum memberikan implikasi pada profesi keperawatan sehingga perawat harus berhati-hati dalam melaksanakan pelayanan keperawatan. (Asmadi, 2008). Perawat professional, dihadapkan pada suatu tuntutan tanggungjawab yang lebih tinggi dan tanggung gugat setiap tindakan yang dilaksanakan. Artinya setiap intervensi keperawataan yang diberikan kepada klien, harus dihindari terjadinya kesalahan-kesalahan (negligence). Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh perawat professional akan berdampak terhadap citra keperawatan dan secara keseluruhan diminta pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh klien (Nursalam, 2007).Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan (Hidayat.A.A, 2002).Segala aktivitas yang dilakukan perawat terhadap klien harus terdokumentasikan dengan baik. Banyak tindakan keperawatan yang bersifat dependen membuat perawat beresiko menjadi kambing hitam atas kesalahan yang sebenarnya bukan berasal dari perawat. Dokumentasi keperawatan sewaktu-waktu dapat dijadikan barang bukti di pengadilan jika terjadi gugatan yang dilakukan oleh klien maupun keluarga klien (Asmadi, 2008). Realita di Rumah Sakit format dokumentasi keperawatan yang telah disiapkan tidak pernah diisi. Beberapa hal yang sering menjadi alasan antara lain ; banyak kegiatan-kegiatan diluar tanggung jawab perawat menjadi beban dan harus dikerjakan oleh tim keperawatan, sistem pencatatan yang terlalu sulit dan banyak menyita waktu, tidak semua tenaga perawat yang ada diinstitusi pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama untuk membuat dokumentasi keperawatan sesuai standar yang di tetapkan dan perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpah wewenang (Handayaningsih, 2009).Hasil penelitian Christiyanti terhadap pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan di unit rawat inap RSUD Brebes yang dilakukan terhadap 64 sempel penelitian. Diperoleh data pelaksanaan pengkajian keperawatan 45,51%, pelaksanaan pembuatan diagnosa keperawatn 37,70%, pelaksanaan pembuatan perencanaan keperawatan 22.22%, pelaksanaan tindakan keperawatan 29,26%, pelaksanaan evaluasi keperawatan 15,38%. Dokuemntasi asuhan keperawatan jarang dilakukan oleh perawat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya memahami pentingnya fungsi pendokumentasian tidak adanya kesadaran perawat dalam melaksanakan pendokumentasian keperwatan, malas, beban tugas yang diterima kurang sesuai dengan insentif yang diterima dan manajemen keperawatan yang kurang baik. (UNDIP, 2010).Faktor motivasi merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi pendokumentasian pelayanan keperawatan. Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan. Motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen sehingga semua kegiatan organisasi tidak akan berfaedah jika anggota yang ada dalam organisasi tersebut tidak termotivasi. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi adalah menata kembali penugasan yang ada dengan memodifikasi setiap tugas keperawatan agar dapat meningkatkan tanggung jawab dan pengembangan sikap profesional dengan cara ; tidak terlalu sering melakukan perubahan, mengadakan program latihan, memberikan reinforcemet pada hasil kerja yang positif, menciptakan lingkungan kerja aman dan nyaman. Disisi lain perawat sering kurang bersemangat dalam menjalankan tugas karena kurangnya dukungan dari manajer agar tugas dilaksanakan dengan baik. Kurangnya mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja yang telah dicapai. Hal ini menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam menyelesaikan tugas asuhan keperawatan terhadap klien (Suyanto, 2008).Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa merupakan Rumah Sakit Rujukan atas mata rantai sistim kesehatan di Pemerintah Kota Langsa, Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan SK Menkes Republik Indonesia No. 51/Men.Kes/SK/II/1979 tanggal 22 Februari 1979 diberikan status menjadi Rumah Sakit dalam klasifikasi type C, kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan klasifikasinya menjadi Rumah Sakit type B pendidikan berdasarkan Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 479/Men.Kes/SKV/1997 tanggal 20 Mei 1997. Adapun visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa adalah : Menjadikan rumah sakit rujukan unggulan dalam semua bidang pelayanan kesehatan. Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 10 Januari 2013 terhadap 10 perawat diruang rawat inap RSUD Kota Langsa. Diperoleh data, sebanyak 6 (60%) perawat setelah memberikan tindakan keperawatan tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan di dilembaran status pasien. Sebanyak 4 (40%) perawat yang mendokumentasikan tindakan keperawatn di status pasien. Berdasarkan hasil wawancara langsung terhadap 6 perawat yang tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan. Sebanyak 4 (66,%) perawat mengatakan, malas untuk mencatat setiap tindakan dilembaran dokumentasi asuhan keperawatan dikarenakan kurang adanya penghargaan (reward) dari atasan. Atasan tidak pernah menindak lanjuti apa yang telah kami dokumentasikan, atasan hanya melihat format dokumentasi terisi atau tidak. Bila terisi atasan tidak memberikan komentar apapun. Sedangkan 2 (34%) perawat mengatakan, tidak paham dalam pencatatan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil wawancara dengan 3 kepala ruangan rawat inap didapatkan informasi bahwa pelaksanaan dokumentasi pelaksanaan keperawatan diruangan belum berjalan dengan baik dan belum adanya kesadaran perawat untuk membuat dokumentasi setiap selesai melakukan tindakan keperawatan. Setiap kali perawat harus diingatkan untuk menulis dokumentasi asuhan keperawatan.Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 20131.2 Perumusan MasalahAdapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, apakah ada hubungan faktor pengetahuan, reward dari atasan dan dukungan kepala ruangan terhadap motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.1.3.2 Tujuan Khususa. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan terhadap motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.b. Mengidentifikasi hubungan faktor reward dari atasan terhadap motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.c. Mengidentifikasi pengaruh faktor dukungan kepala ruangan terhadap motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 PenelitiPenelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti , dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi pendidikan S1 keperawatan di STIKes CND Langsa1.4.2 Institusi PendidikanHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder bagi peneliti berikutnya yang ingin mengembangkan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan 1.4.3RSUD Kota LangsaSebagai bahan masukan, sehingga dapat meningkatkan manajemen keperawatan diruang rawat inap dalam pelaksanan asuhan keperawatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dokumentasi Asuhan KeperawatanDokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melalukukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat.A.A, 2007).Asmadi (2008) mengatakan, dokumentasi keperawatan merupakan sarana komunikasi dari satu profesi ke profesi lain terkait status klien. Berisi hasil aktivitas keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien, mulai dari pengkajian hingga evaluasi.2.1.1 Model Dokumentasi KeperawatanNursalam (2007) mengatakan, ada beberapa model pendokumentasian yang dapat dipergunakan didalam system pelayanan kesehatan di Indonesia, antara lain adalah :a. Source-oriented record (catatan berorientasi pada sumber)Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar sisian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembar riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing. Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen yaitu : lembaran penerima berisi biodata, lembara order dokter, lembaran riwayat medik/penyakit, catatan perawat dan catatan dan laporan khusus.b. Problem oriented record (catatan berorientasi pada masalah)Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen yaitu :1) Data dasarData dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium.2) Daftar masalahDaftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah 3) Daftar awal rencana asuhanRencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis intruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan4) Catatan perkembangan (progress notes)Progress notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap-tiap masalah yang telah dilakukan tindakan; dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain : SOAP (Subjektif data, Objektif data, Analisa/Assesment dan Plan), SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, evaluasi, Revisi), dan PIE (Problem-Intervensi-Evaluasi)c. Progress-oriented record (catatan berorientasi pada perkembangan/kemajuan)Tiga jenis catatan perkembangan adalah catatan perawat, Flowsheet, dan catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi pada masalahd. Charting by exception (CBE)Charting by exception adalah system dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau penemuan yang menyimpan dari keadaan normal atau standare. Prombelm Intervensi & Evaluation (PIE)PIE adalah suatu singkatan dari (Identifikasi Problem, Intervenstion dan Evaluasi). System pencatatan adalah suatu pendekatan orientasi-proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnose keperawatan. Format PIE tepat digunakan untuk system pemberian asuhan keperawatan primer.f. FOCUS (Proses Oriented System)Pencatatan FOCUS adalah suatu proses-orientasi dan klien-fokus. Hal ini digunakan proses keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan. Jika menuliskan catatan perkembangan, Format DAR (Data-Action-Response) dengan 3 kolom.Data:Berisi tentang data subjektif dan objektif yang mendukung dokumentasi focus.Action:Merupakan tindakan keperawatan yang segera atau yang akan dilakukan berdasarkan pengkajian/evaluasi keadaan klien.Response:Menyediakan keadaan respon klien terhadap tindakan medis atau keperawatan. 2.1.2 Tahap-Tahap Dokumentasi Keperawatana. Tahap pengkajian keperawatanPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Handayaningsih, 2009).Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual klien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan kesehatan. Metode utama yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).b. Tahap diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Nanda, 1990 dikutip dari Hidayat.A.A, 2007). Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit. Faktor faktor yang menunjang atau yang menyebabkan suatu masalah (etiologi) dan kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah (Handayaningsih,2009).Diagnosa keperawatan menurut Asmadi (2008), terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnose keperawatan actual, diagnose keperawatan risiko dan diagnosa keperawatan potensial.1) Diagnosa keperawatan actual, yaitu diagnose keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini dan benar-benar faktual, sesuai dengan data klinis yang diperoleh.2) Diagnosa keperawatan resiko, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi jika tidak dilakukan tindakan keperawatan.3) Diagnosa keperawatan potensial, yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan tentang keadaan sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatannya dan belum ada data maladaptive atau paparan terhadap masalah kesehatan sebelumnya.c. Tahap perencanaan keperawatanRencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi dan menghilangkan masalah (Hidayat.A.A, 2007).Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, diantaranya sebagai alat komunikasi antara sesame perawat dan tim kesehatan lainnya; meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi klien; serta mendokumentasikan proses dan criteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai. Unsur terpenting pada tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnose keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).d. Tahap implementasi keperawatanImplementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mancapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).e. Tahap evaluasi keperawatanEvaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematiss dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).2.1.3 Tujuan Utama DokumentasiMenurut pendapat Handayaningsih (2009), tujuan utama dokumentasi asuhan keperawatan adalah :a. Sebagai sarana komunikasiDokumentasi yang dikumunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk :1) Membatu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim kesehatan.2) Mencegah informasi yang berulang terhadap klien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpanng tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.3) Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknyab. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugatSebagai upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap klien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hokum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.c. Sebagai informasi statistikData statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa datang, baik sumber daya manusia, sarana, prasarana dan teknis.d. Sebagai sarana pendidikanDokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.

e. Sebagai sumber data penelitianInformasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis.f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatanMelalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutanDengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.2.1.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam PendokumentasianPotter dan Perry (1989) dikutip dari Handayani (2009) memberikan panduan sebagai petunjuk cara mendokumentasikan dengan benar adalah :a. Jangan menghapus dengan menggunakan tip-ex atau mencoret tulisan yang salah ketika mencatat, karena akan tampak seakan-akan perawat mencoba menyembuyikan informasi atau merusak dokumen. Cara yang benar adalah dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar.b. Tulislah kondisi obyektif klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga kesehatan lain, karena pernyataan tersebut dapat dipergunakan sebagai bukti terhadap perilaku yang tidak professional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.c. Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat diikuti dengan kesalahan tindakan. Oleh karena itu jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan bahwa informasi akurat.d. Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan reliable. Pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan saja.e. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi. Untuk itu buat garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda tangan dibawahnya.f. Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak terbaca dapat disalahkan tafsirkan sehingga menimbulkan kesalahan dan dapat dituntut ke pengadilan.g. Jika mempertanyakan suatu instrksi, catat bahwa anda sedang mengklarifikasi karena jika perawat melakukan tindakan diluar batas kewenangannya dapat dituntut.h. Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya. Jadi jangan menuliskan pertanggung jawaban tindakan orang lain.i. Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik), tulis secara lengkap, singkat, padat, dan objektif.j. Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan akhiri dengan tanda tangan (nama) pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani, hal itu menunjukkan orang yang bertanggung gugat atas dokumentasi tersebut. Jangan tunggu sampai akhir giliran dinas baru mencatat perubahan penting yang terjadi beberapa jam lalu.2.1.5 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi KeperawatanNursalam 2007 mengatakan, dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari aspek :a. HukumSemua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hokum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dank lien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interprestasi yang salah.b. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan member kemudahan bagi perawat dalam membentu menyelesaikan masalah klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.c. KomunikasiKomunikasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkiatan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.d. KeuanganDokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan klien.e. PendidikanDokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.f. PenelitianDokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan pengembangan profesi keperawatan.g. AkreditasiMelalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.2.2 MotivasiMotivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu ( Elliott.et.al 2000, dikutip dari Nursalam & Efendi, 2008).Menurut Suyanto (2008), motivasi adalah energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Sedangkan Sunaryo (2004) mengatakan, motivasi adalah sesuatu kekuatan dasar yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat untuk memenuhi adanya kebutuhan agar tercapai keseimbangan. 2.2.1 Macam-Macam MotivasiSecara umum menurut Sunaryo (2004), ada dua macam motivasi, yaitu :a. Motivasi primer atau motivasi dasar, yaitu motivasi yang tidak dapat dipelajari karena berbentuk insting dan untuk mempertahankan hidup serta mengembangkan keturunan. Motivasi ini sering disebut drive.b. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dapat dimodifikasi, dikembangkan, dan dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh oleh individu.2.2.2 Timbulnya MotivasiMotivasi seseorang dapat timbul berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik. Motivasi intrinsic bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi intrinsic akan lebih menguntungkan dan member keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarakan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut Nursalam & Efendi, 2008).2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi MotivasiMenurut Winardi (2009), motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :a. Faktor Internal ; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas :1) Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak.2) Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi.3) Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku.4) Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.5) Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.b. Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:1) Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud.2) Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.3) Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya.4) Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.Didalam memandang sebuah masalah yang muncul pada staf keperawatan seperti kurangnya semangat, tidak disiplin, Herzberg dikutip dari Suyanto (2008) membedakan kebutuhan yang mendorong orang bertingkah laku menjadi dua kelompok, yaitu :a. Faktor ekstrinsik, yaitu : jabatan, status gaji, kondisi lingkungan kerja, kebijakan, peraturan ruang perawatan dan rumah sakit, reward, kualitas hubungan interpersonal, hubungan dalam kelompok, hubungan bawahan dan atasan, jaminan keamanan dalam bekerja dan dukungan atasan.b. Faktor instrinsik adalah seperangkat kondisi kerja yang membantu membangun suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah ; pengetahuan, prestasi, peningkatan status pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan pengembangan pribadi. Herzberg mengungkapkan bahwa masalah motivasi sangat berkaitan dengan pekerjaan. Beliau mengatakan cara untuk mempertinggi motivasi adalah mengubah design tugas agar timbul kegairahan kerja. Dengan mengubah desain tugas maka akan terjadi pengkayaan tugas (Job Enrichment). Dengan demikian untuk meningkatkan motivasi kerja staf perawatan perlu direncanakan adanya promosi jabatan, memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan dan pelatihan dalam bidang keperawatan. Selain itu dalam menetapkan peraturan dan kebijakan para perawat perlu diikut sertakan atau diminta masukkannya juga perlu dibina hubungan kerja antar sesama perawat dan dengan tim kesehatan lainnya.2.2.4 Cara MemotivasiAda beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang menurut Sunaryo (2004), yaitu :a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau member hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi.c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by indentification or ego-involvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan.Suyanto (2008) mengatakan tentang teknik memotivasi bawahan antara lain menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut :a. Bersikap baik (the be good approach) dengan cara menciptakan kondisi kerja yang baik seperti tunjangan, gaji dan bonus yang tinggi.b. Perundingan implicit (implicit bargaining) melalui perundingan antara bawahan dan atasan terhadap hasil kerja yang dicapai sesuai dengan imbalan yang akan diberikan.c. Kompetisi (competition) diberikan kesempatan pada seseorang untuk melakukan pekerjaannya sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya.d. Internalisasi (internalized motivation), yaitu pertimbangan terhadap keterampilan, kebebasan, perhatian dan percaya diri yang dimiliki.Selain itu, Swansburg dan Swansburg (1999), dikutip dari Suyanto (2008) mengungkapkan tentang solusi dan teknik memotivasi yang dapat digunakan oleh manajer keperawatan adalah :a. Harga diri (self esteem), yaitu pengakuan terhadap keberhasilan pekerjaan yang telah dilakukan staf keperawatan sehingga meningkatkan harga diri dan diharapkan dapat memotivasi.b. Pengkayaan pekerjaan (job enrichment), yaitu pengembangan tugas staf perawatan sehingga pekerjaan itu sendiri membuat staf termotivasi.c. Perberdayaan (empowerment), melalui pendelegasian tanggung jawab dan kewenangan sehingga timbul rasa percaya dan mempercayai serta saling mendukung.d. Promosi kesamping (lateral promotions), yaitu promosi karir dengan memberikan kesempatan kepada setiap staf perawatan untuk maju dan mendapat tugas yang lebih serta sesuai.e. Pertumbuhan (growth) yaitu tumbuh dan berkembang guna meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap staf perawatan untuk meneruskan pendidikan dan mengikuti pelatihan.f. Komunikasi (communication), bertujuan untuk memberikan motivasi dengan berbagai informasi dan berkonsultasig. Penghargaan (reward), baik financial maupun non financial.2.3 Tinjauan Variabel2.3.1 PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Rangkaian kegiatan proses keperawatan yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan adalah penulisan dokumentasi asuhan keperawatan sebagai pertanggung jawaban perawat terhadap kinerja profesional yang dilaksanakan. Akan tetapi akhir-akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi asuhan keperawatan sudah berkurang. Hal ini disebabkan, tidak semua perawat yang ada di institusi pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membuat dokumentasi keperawatan sesuai standar yang ditetapkan, sehingga mereka tidak mau membuatnya (Handayaningsih, 2009).Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah memiliki kemampuan pengetahuan (Rowland & Rowland (1997), dikutip dari Suarli & Bahtiar, 2010). Setiap tahap proses keperawatan membutuhkan berbagai tingkat pengetahuan yang berbeda. Aspek dasar pengetahuan dokumentasi proses keperawatan yang dimiliki oleh perawat adalah pengetahuan tentang proses keperawatan dan pengetahuan dasar tentang pengkajian (mis, bagaimana pengkajian manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual, kebutuhan dan perkembangannya, perubahan sehat-sakit, sistem keluarga dan budaya). Seorang perawat dituntut untuk berpikir kritis, mampu mengidentifikasi pola kebutuhan manusia dan hubungannya, mampu mengatur dan mengelompokkan data, dan dapat membuat kesimpulan serta membuat keputusan dan pertimbangan. Kemudian pada saat melakukan implementasi, pengetahuan tentang prosedur, bimbingan, teori berubah, dan hak-hak pasien, serta tingkat perkembangan sejak dini perlu diketahui mengingat aspek pelaksanaan merupakan aplikasi dari proses keperawatan (Hidayat.A.A, 2002).Hasil penelitian Agung Pribadi diruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008, dari 31 perawat yang diteliti sebanyak 16 (51,6%) memiliki pengetahuan baik tentang dokumentasian asuhan keperawatan dan sebanyak 15 (48,4%) perawat memiliki pengetahuan tidak baik tentang dokumentasi asuhan keperawatan. Dari 16 perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang dokumentasian asuhan keperawatan, sebanyak 13 (81,2%) perawat melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dengan baik. Hasil uji chi-square menunjukkan = 7,300 dengan p = 0,007 ( p 0,05 ), dapat disimpulkan ada hubungan faktor pengetahuan perawat mengenai dokumentasi asuhan keperawatan dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.2.3.2 Reward dari AtasanPenghargaan (reward) merupakan perangsang yang kuat agar karyawan dapat bekerja lebih baik lagi. Penghargaan terhadap pekerjaan dalam hal ini tenaga perawat adalah sebuah pengakuan terhadap hasil kerja dan prestasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang akan berdampak pada kinerja. Penghargaan ini dapat berupa pemberian gelar sebagai perawat teladan dengan kriteria penilaian khusus, kenaikan pangkat/golongan dan adanya promosi jabatan terhadap perawat yang memiliki prestasi kerja yang tinggi (Lauga.dkk, 2009).Seorang perawat yang baru bertugas disebuah ruang perawatan pada awalnya akan memiliki motiviasi yang tinggi, tetapi lambat laun motivasi tersebut akan turun manakala kontribusi yang diberikan tidak dihargai (Suyanto, 2008).Hasil penelitian Lauga dkk, diruang rawat inap RSUD Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara. Dari 38 orang sampel yang diteliti untuk melihat hubungan faktor-faktor motivasi dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kefamenanu, diperoleh hasil berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p value = 0,004 (p < 0,05), bahwa ada hubungan yang signifikan antara penghargaan dengan motivasi kerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kefamenanu.2.3.3 Dukungan Kepala RuanganDitinjau dari fungsi manajemen, maka fungsi kepala ruangan adalah merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu dengan fokus terhadap masalah keperawatan yang ditemukan. Mengendalikan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menetapkan waktu pelaksanaan konfrensi. Memberikan penguatan dan motivasi kepada anggotanya. Melakukan bimbingan dan bantuan bersama anggotanya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan (Suyanto, 2008).Dukungan kepala ruangan memiliki dampak yang sinergis terhadap motivasi perawat pelaksana dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Semua manusia mempunyai kebutuhan yang dapat memotivasi mereka, pemimpin berfokus pada kebutuhan dan keinginan pegawai secara individual dan menggunakan strategi motivasional yang tepat untuk setiap untuk setiap orang dan situasi. Pemimpin juga sebagai model peran, pendengar, pemberi dukungan dan pemberi semangat bagi pegawai yang kurang termotivasi (Marquis, 2010).Hasil penelitian Nelfiyanti di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Diperoleh hasil, ada hubungan antara dukungan kepala ruangan terhadap motivasi perawat dalam kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan, diperoleh hasil berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji chi-square (p 50% ada mendapatkan dukungan kepala ruangan, dengan nilai score > 15b. Tidak ada :Jika pernyataan responden 50%, tidak ada mendapatkan dukungan kepala ruangan, dengan nilai score 15Sebelum kuisioner dipakai sebagai alat pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kuisioner.a. Uji ValiditasUji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruktur dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reliabilitas yang tercamtum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpulan data bila korelasi hasil hitung (r-hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikasi 95% (Arikunto, 2006).Nilai r-tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 15 responden, menggunakan df = n-2 pada tingkat kemaknaan 5%, adalah sebesar 0,514, maka ketentuan dikatakan valid, jika nilai r-hitung variabel 0,514 dikatakan valid, dan nilai r-hitung variabel < 0,514 dikatakan tidak valid dengan menggunakan rumus pearson product moment :

b. Uji ReliabilitasUji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo.S, 2010)Teknik yang dipakai untuk menguji kuisioner penelitian, adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 95% (Arikunto, 2006). Nilai r-tabel dalam penelitian ini untuk sampel pengujian 15 responden menggunakan df=n-2 pada tingkat kemaknaan 5% adalah sebesar 0,514, maka ketentuan dikatakan reliabel jika nilai r-hitung variabel 0,514 dikatakan reliabel, dan nilai r-hitung variabel < 0,514 dikatakan tidak reliabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

4.7Prosedur Pengumpulan DataPengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat pengambilan data dari Institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu RSUD Kota Langsa. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden. Responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent. Kemudian diberi lembaran kuisioner dan diberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Selesai responden mengisi kuisioner, peneliti mengambil kuisioner yang telah diisi responden, kemudian memeriksa kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung di lengkapi dan selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisa.4.8Analisa DataSebelum data dianalisa, terlebih dahulu peneliti melakukan pengolahan data berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun tahap pengolahan data yang peneliti lakukan dimulai dari tahap :a. Editing, peneliti memeriksa hasil jawaban responden yang telah terkumpul menurut daftar pertanyaan berdasarkan instrumen penelitian (kuisioner) yang mencakup ; kelengkapan jawaban responden apakah tiap-tiap pertanyaan sudah terisi, dan apakah tulisan hasil jawaban dapat dibaca.b. Coding, agar mempermudah pengolahan data, peneliti memberikan kode pada masing-masing katagori jawaban berdasarkan variabel yang diteliti. c. Sorting, data hasil jawaban responden selanjutnya dipilih untuk dikelompokkan berdasarkan katagori hasil ukur yang telah ditentukan.d. Entry data, jawaban-jawaban yang sudah diberi kode selanjutnya dioleh dengan menggunakan teknik komputerisasi program SPSS for windows versi 15.0 e. Cleaning, disini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke program computer untuk melihat kemungkinan-kemungkinan ada kesalahn kode dan ketidaklengkapan dataf. Tabulating, setelah data diproses selanjutnya disusun berdasarkan tabel analisa univariat dan bivariat.

1) Analisa UnivariatAnalisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian. dengan menggunakan rumus yang dikemukan oleh Ellya (2010) :

F P = x 100 % N

Keterangan :P:PersentaseF:FrekuensiN:Jumlah Populasi2) Analisa BivariatAnalisa bivariat yaitu melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen dan dependen dengan pemakaian uji kai kuadrat () yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dengan derajat kepercayaan ( 0,05) (Arikunto, 2006).

Keterangan ::Nilai uji signifikan perbedaan frekuensi yang diobservasifo:Frekuensi yang diperoleh berdasarkan datafh:Frekuensi yang diharapkanBila tabel (menggunakan table dengan = 0,05) maka Ho ditolak (bila P value nilai ), berarti tidak ada hubungan atara variabel independen dengan variabel dependen dengan derajat kepercayaan 95% (=0,05).Keterbatasan Kai Kuadrata) Tidak boleh adanya sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 1.b) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah selJika keterbatasan tersebut terjadi pada saat uji kai kuadrat, peneliti harus menggabungkan katagori-katagori yang berdekatan dalam rangka memperbesar frekuensi harapan sel-sel tersebut (penggabungan ini dapat dilakukan untuk analisa tabel silang lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 2x4 dsb). Penggabungan ini tentunya tidak sampai kehilangan makna.Jika keterbatasan itu terjadi pada tabel 2x2 (ini berarti tidak bias menggabungkan katagori-katagorinya lagi), maka dianjurkan menggunakan uji fishers excat.4.9Etika PenelitianDalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etika, yaitu memberikan penjelaskan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informend consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara menulis nama responden (inisial) pada instrumen dan hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses analisa data selesai. Data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.Herri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis (2010), Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Ed.1.Cet.1. Jakarta : Kencana. Hidayat. A,A (2007). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Cet.1 Jakarta : EGC.

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Cet.1- Jakarta : EGC.

Ellya, 2010, Buku Saku Metode Penelitian. Cetakan.1. Jakarta: Trans Info Media.

Handayaningsih (2009), Dokumentasi Keperawatan DAR, Jogjakarta : Nuhalitera. Herri & Namora (2010), Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Ed.1.Cet.1. Jakarta : Kencana.

Hidayat.A.A, (2002). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed.1 Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo.S (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Cet.1 Jakarta : Rineka Cipta.Notoatmodjo.S 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, ed.Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.Nursalam (2007), Proses & Dokumentasi Keperawatan ; Konsep dan Praktik, Ed.1 Jakarta : Salemba Medika.Nursalam (2004), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta; Salamba Medika. Nursalam & Efendi (2008), Pendidikan dalam Keperawatan, Jakarta : salemba Medika.Marquis (2010), Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori & Aplikasi Ed.4- Jakarta : EGC.Sunaryo (2004), Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC.Suyanto (2008), Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama:NURUL HAYATINIM:1101020Judul Skripsi:Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013. Pembimbing I:NS.MUHAMMAD YAHYA, S.KEP,MARSBbg ke :Hari/TanggalMateri BimbinganTanda TanganPembimbing

1.

1-12-2012Acc judul, lanjutkan penyusunan proposal skripsi

2.

19-12-2012Latar belakang masalah diperkuatkonsep penelitian

3.

7-1-2013Acc.bab I, lanjutkan penyusunan bab II

4.

11-1-2013Tambahkan kerangka konsep tiori di bab II, lanjutkan penyusunan bab III

5.

23-1-2013Acc bab II, buat variabel menurut konsep teori.

6.

5-2-2013Acc. bab III, lanjutkan penyusunan bab IV dan kuisioner

7.

20-2-2013Perbaiki bab IV, tentang penarikan sampel penelitian

8.

2-3-2013Acc proposal skripsi untuk disidangkan

BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI

Nama:NURUL HAYATINIM:1101020Judul Skripsi:Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013. Pembimbing II:Dr. SYAFRIRUDDIN,MMBbg ke :Hari/TanggalMateri BimbinganTanda TanganPembimbing

1.

8-1-2013Perbaiki Bab I

2.

19-1-2013 Penelaahan kasus Perbaiki kerangka penelitian

3.

27-1-2013 Perbaiki konsep motivasi Lanjutkan penyusunan Bab III & IV

4.

30-1-2013Acc bab III & IV

5.

2-3-2013Acc, untuk di seminarkan

DAFTAR PUSTAKAHerri Zan Pieter & Namora Lumongga Lubis (2010), Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Ed.1.Cet.1. Jakarta : Kencana. Hal : 27Hidayat. A, (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Cet.1 Jakarta : EGC. Hal 1

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Cet.1- Jakarta : EGC. Hal 9, 180

Handayaningsih (2009), Dokumentasi Keperawatan DAR, Jogjakarta : Nuhalitera. Hal 18-20Hidayat.A.A, 2002). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Ed.1 Jakarta : Salemba Medika. Hal 30-31Nursalam (2001), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta; Salamba Medika. Hal 125-134

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Nurul Hayati, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. Saat ini sedang melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Kota Langsa tentang : Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Kota Langsa Tahun 2013. Penelitian ini saya lakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarja ilmu keperawatan di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. Untuk ini saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri atau menolak untuk menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dari semua informasi yang saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluaan penelitian ini. Bila Bapak/Ibu bersedia dengan ikhlas menjadi responden dapat menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden ini. Atas partisipasi Bapak/Ibu peneliti mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya.Langsa,.2013 Responden

(..)

KUISIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA LANGSA TAHUN 2013

No. Responden:

Tanggal diisi:

Inisial Responden:

B. Motivasi

Petunjuk pengisian :Berilah tanda checklist () pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu lakukan.

NOPERNYATAANSLKKTP

1.Setiap pasien baru masuk dilakukan pengkajian untuk mengumpulkan data dasar yang berhubungan dengan penyakit yang dialaminya.

2.Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian.

3.Menyusun diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah yang segera ditangani.

4.Membuat intervensi keperawatan berdasarkan masalah yang dialami pasien, baik secara mandiri dan kolaborasi.

5.Menetapkan kriteria hasil dan tujuan dari intervensi keperawatan yang disusun.

6.Mengimplementasikan asuhan keperawatan berdasarkan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan.

7.Mencatat tanggal dan jam setiap kali melakukan Implementasi keperawatan.

8.Menandatangi/memaraf setiap selesai memberikan imolementasi keperawatan pada pasien.

9.Mengevaluasi hasil implementasi keperawatan berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

10.Melakukan implementasi keperawatan terhadap masalah yang belum teratasi berdasarkan hasil evaluasi.

C. Pengetahuan

Petunjuk pengisian :Pilihlah salah satu jawaban a, b, dan c dengan memberikan tanda silang (X) yang menurut Bapak/Ibu anggap benar.

1. Tujuan utama dari pendokumentasi asuhan keperawatan, adalah ?a Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap aspek hukum.b Sebagai sumber informasi untuk pasien dan keluarga pasienc. Sebagai catatan penting untuk mengevaluasi tingkat ketergantungan pasien.

2. Manfaat dan pentingnya dokumentasi asuhan keperawatan adalah ?a. Dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran.b. Sebagai media komunikasi antara perawat dan keluarga pasien.c. Sebagai bahan kenaikan pangkat perawat.

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pendokumentasian adalah ?a. Dalam menulis pendokumentasian harus singkat dan kalimat yang digunakan mudah dipahami.b. Saat membuat dokumentasi asuhan keperawatan, tulisan yang salah tidak boleh dicoret, harus dihapus dengan tip-ex.c. Semua tulisan yang dibuat harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan bahasa yang lugas.

4. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap yaitu ?a. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan b. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi keperawatanc. Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

5. Tahap awal dari pembuatan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah ?a. Pengkajian keperawatanb. Diagnosa keperawatanc. Intervensi dan implementasi keperawata.

6. Tujuan menegakkan diagnose keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah ?a. Mengidentifikasi masalah pasien berdasarkan respon klien terhadap status kesehatan dan penyakit.b. Menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi dan menghilangkan masalah.c. Membantu klien mencapai tujuan keperawatan yang telah disusun.

7. Tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan, disebut tahap ?a. Tahap implementasi keperawatanb. Tahap Evaluasi keperawatanc. Tahap Intervensi keperawatan.

8. Tahap akhir dari pendokumentasian asuhan keperawatan disebut tahap ?a. Tahap implementasi keperawatanb. Tahap Evaluasi keperawatanc. Tahap Intervensi keperawatan.

9. Apakah yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan actual ?a. Diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang nyata terjadi saat ini.b. Diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan yang berpeluang besar akan terjadi.c. Diagnose keperawatan yang menjelaskan tentang keadaan sejahtera, yakni ketika klien memiliki potensi untuk lebih meningkatkan derajat kesehatannya.

10. Ada beberapa model pendokumentasian yang dapat digunakan di dalam sistem pelayanan kesehatan, antara lain adalah ?a. Source-oriented record (catatan berorientasi pada sumber)b. Progress-oriented record (catatan berorientasi pada perkembangan/kemajuan).c. Jawaban a dan b benar.

C. RewardPetunjuk pengisian :Berilah tanda checklist () pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu rasakan

NOPERNYATAANSLKKTP

1.Kepala ruangan memberikan pujian setiap kali melihat Bapak/Ibu mendokumentasikan asuhan keperawatan.

2.Kepala ruangan mempromosikan Bapak/Ibu untuk menjadi perawat teladan berdasarkan kinerja yang telah di capai

3.Hasil pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawat-an yang telah Bapak/Ibu buat dijadikan acuan untuk kenaikan pangkat.

4.Hasil pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawat-an dievaluasi untuk dijadikan tolak ukur kinerja yang telah Bapak/Ibu lakukan.

5.Kepala keperawatan secara rutin melakukan pengawasan terhadap pembuatan pendokumentasian asuhan keperawatan.

6.Kepala keperawatan memberi sangsi bila Bapak/Ibu tidak membuat pendokumentasian asuhan keperawatan.

7.Kepala keperawatan memberikan promosi jabatan atas pelaksnaan kenerja Bapak/Ibu lakukan

8.Pihak Rumah Sakit memberikan bantuan biaya kepada Bapak/Ibu yang ingin melanjutkan pendidikan.

9.Pihak rumah sakit secara berkala memilih perawat teladan untuk diberikan penghargaan sesuai dengan prestasi kerja yang dicapai.

10.Pihak rumah sakit memberikan rekomendasi dan bantuan biaya untuk mengikuti pelatihan bagi perawat yang berprestasi.

D.Dukungan Kepala RuanganPetunjuk pengisian :Berilah tanda checklist () pada salah satu pilihan jawaban ; Selalu (SL), Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP), sesuai dengan Bapak/Ibu rasakan

NOPERNYATAANSLKKTP

1.Kepala ruangan mengingatkan Bapak/Ibu agar membuat pendokumentasian setiap kali dinas.

2.Kepala ruangan membimbing Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan

3.Kepala ruangan mengecek pembuatan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah Bapak/Ibu buat.

4.Kepala ruangan membantu menyusun intervensi keperawatan yang Bapak/Ibu akan lakukan untuk menyelesaikan masalah pasien.

5.Kepala ruangan mengevaluasi implementasi keperawatanyang telah Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan criteria hasil yang telah ditetapkan

6.Kepala ruangan menemani Bapak/Ibu dalam melakukanpengkajian asuhan keperawatan.

7.Kepala ruangan memberikan pengarahan, bila ditemukan hasil pendokumentasian yang salah setelah Bapak/Ibu buat.

8.Kepala ruangan memarahi Bapak/Ibu bila tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan

9.Kepala ruangan menyiapkan segala kebutuhan yang terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

10.Kepala ruangan membagi tugas untuk pembuatan pendokumentasian asuhan keperawatan.