mitek-daun_labu

43
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK “ANATOMI DAUN LABU (Cucurbita Moscahata Durch.)” Oleh : NAMA : Winda Sahara NIM : 08111004063 KELOMPOK : VI (Enam) DOSEN : Dra. Nina Tanzerina, M.Si LABORATORIUM MIKROTEKNIK JURUSAN BIOLOGI

Upload: alohayahoo

Post on 20-Jan-2016

189 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: mitek-daun_labu

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

“ANATOMI DAUN LABU (Cucurbita Moscahata Durch.)”

Oleh :

NAMA : Winda Sahara

NIM : 08111004063

KELOMPOK : VI (Enam)

DOSEN : Dra. Nina Tanzerina, M.Si

LABORATORIUM MIKROTEKNIK

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2013

Page 2: mitek-daun_labu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dn

hidayah-Nya penulisan laporan Praktikum Mikroteknik ini dapat diselesaikan tepat

waktu. Laporan Praktikum Mikroteknik ini ditulis untuk memenuhi nilai tugas dan

merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Praktikum

Mikroteknik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nina Tanzerina, M.Si. selaku

dosen pengasuh yang telah memberi pengarahan dan bantuan selama praktikum

berlangsung, kedua orang tua serta saudara yang telah memberikan semangat dan

motivasinya, serta teman-teman satu angkatan atas kerja samanya dalam melakukan

praktikum.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan Mikroteknik ini masih banyak

kekurangan dan beberapa kesalahan yang tidak disengaja, namun dalam hal ini saya

telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan ini secara cermat.

Oleh karena itu, mohon kiranya dapat dimaklumi, selain itu juga Saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil laporan

yang maksimal.

Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, atas perhatiannya saya

ucapkan terima kasih.

Inderalaya, 28 November 2013

Penulis

Page 3: mitek-daun_labu

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………. i

Kata Pengantar ………………………………………………………. ii

Daftar Isi ………………………………………………………. iii

Abstrak ………………………………………………………. 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 2-5

1.2 Tujuan ………………………………………………………. 5

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat ………………………………………………………. 6

2.2 Cara Kerja ………………………………………………………. 6-8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………. 9

3.1.1 Morfologi Dan Klasifikasi Cucurbita moschata …………………..…...... 9

3.1.2 Anatomi Preparat Melintang Daun Cucurbita moschata …………….… 10

3.1.3 Anatomi Preparat Paradermal Daun Cucurbita moschata ……..……... 11

3.1.4 Anatomi Preparat Paradermal Batang Cucurbita moschata ....……...... 12

3.2 Pembahasan …………………………………………………….. 14-16

BAB IV KESIMPULAN ……………………………………………..………. 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: mitek-daun_labu

ABSTRAK

Praktikum “Anatomi Daun Labu (Cucurbita moschata)” dilakukan terhitung dari hari Rabu, tanggal 2 Oktober 2013 sampai dengan hari Senin, tanggal 28 Oktober 2013. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Mikroteknik, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa alat tulis, balok kayu, baki plastik, botol tempat bahan kimia, botol untuk fiksasi, botol balsam dengan batang kaca, cutter, gelas ukur, gelas jam, gelas pewarnaan, gelas benda berlekuk, gunting, hotplate, jarum besi, kaca objek, kaca penutup, kain lap, kuas, kertas label, kertas penghisap, kulkas, lakban hitam, lampu spiritus, mikrotom, mikroskop, oven atau Thermostat, pipet kecil, pipet besar, pinset, pompa vakum, rak tabung fial, skalpel, silet, tempat menyimpan preparat (karton padi), timbangan analitik, timbangan digital dan tisue. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Aquadest, Alkohol 100%, Alkohol 96%, Alkohol 70%, Alkohol 50%, Alkohol 30%, daun dan tangkai Cucurbita moschata, fastgreen, larutan canada balsam, larutan FAA yang terdiri dari 50 atau 70% etilalkohol, asam asetat glasial dan formalin; larutan Haupt’s adhesive yang terdiri dari gelatin, gliserin dan fenol; larutan johansen, larutan TBA, parafin 58oC, parafin 48oC, safranin, dan xylol. Hasil yang didapat pada praktikum kali ini berupa bagian-bagian anatomi penampang melintang dan paradermal daun, serta penampang paradermal batang. Sedangkan kesimpulan yang didapat yaitu terdapat penebalan skalariform dan noktah skalariform pada preparat daun paradermal yang merupakan bagian dari serat trakea, pada bagian korteks preparat batang paradermal berisi pati yang disebut seludang pati, dan terdapat trikoma pada preparat melintang daun. Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode ini antara lain gaya magnet antar mata pisau dan jarum besi, suhu ruangan, lamanya proses embedding dan tidak rapi pada saat penysusunan bahan.

Page 5: mitek-daun_labu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroteknik merupakan teknik pembuatan sediaan atau preparat secara 

mikroskopis, tentunya pendekatan teoritis tidaklah memadai untuk memahami

secara menyeluruh mengenai mikroteknik, sebab yang namanya teknik lebih

menekankan pemahaman pada wilayah aplikatifnya meskipun pada dasarnya

landasan teoritis juga diperlukan dalam rangka memberikan beberapa petunjuk

yang harus dilalui agar proses pembuatan sediaan sesuai dengan prosedural kerja

dan alasan penggunaan ataupun pemilihan bahan yang akan digunakan dalam

pembuatan sediaan mikroskopis (Anonim 2013: 1).

Mikroteknik  memberikan pengetahuan dan penjelasan mengenai dasar  dan

teori serta teknis laboratorium atau praktikum preparasi sediaan histologis, manfaat

keterkaitannya dengan disiplin mata kuliah lain yang menunjang dan memberikan

ketrampilan teknis bagi mahasiswa Biologi khususnya yang mendalami 

permasalahan ataupun penelitian yang terkait dengan bidang struktur/aspek struktur

(Sipahutar 2009: 14).

Metode parafin merupakan suatu metode preparat sediaan irisan (sectioning).

Cara pengerjaan melalui irisan atau sayatan ini dianggap sebagai teknik rutin

ataupun teknik bagi penyiapan spesimen histologi amaupun patologi. Tebal tipisnya

sayatan bergantung pada pengalaman serta tujuan penyiapan spesimen. Tebal

sayatan yang umum berkisar antara 6-15 mikron (1 mikron = 0,001 mm). Pengirisan

atau penyayatan umumnya dilakukan dengan bantuan mikrotom. Mikrotom adalah

jenis mesin khusus dirancang dan dipasarkan untuk melakukan penyayatan sesuatu

spesimen dengan ketebalan yang sama atau paling kurang mendekati sama

(Dasumiati 2008: 27).

Buah labu merupakan buah dari tanaman menjalar yang termasuk kedalam

famili Cucurbitaceae. Labu termasuk ke dalam genus Cucurbita, kelas

Dycotiledonae, divisi Angiospermae, dan filum Spermatophyta. Di Indonesia Labu

yang banyak di tanam adalah Cucurbita pepo, yang dapat dibedakan dari spesies

Page 6: mitek-daun_labu

lainnya dari tangkai bunga yang keras, licin dan beralur dan membesar pada

pembentukan buah serta daunnya kasar dan berbulu (Purseglove 1968: 676).

Suku Cucurbitaceae merupakan terna annual, biasanya memanjat dengan

menggunakan sulur-sulur atau akar-akar pembelit yang merupakan metamorfosis

cabang atau dahan. Didaerah Sumatra waluh lebih dikenal dengan nama Labu

Perenggi, sedangkan di Pulau jawa dikenal dengan nama Waluh, di Eropa dan

Inggris sendiri dikenal dengan Pumpkin. Batang berkayu lunak, segi lima,

berambut, berbuku-buku panjang 25cm dan berwarna hijau muda. Berdaun tunggal,

bulat bertangkai, tangkai berlubang, ujung runcing tepi berombak, pangkal

membulat, berbulu panjang 7-35cm, lebar 6-30 cm, beralur pertulangan menyirip,

dan berwarna hijau. Buah berbentuk bulat, berdaging tebal, diameter 25-35cm, dan

berwarna kuning muda (Tjitrosoepomo 2010: 279-280).

Batang labu merambat atau menjalar, cukup kuat, bercabang banyak, berbulu

agak tajam, panjang batang dapat mencapai 5-10 meter dan pada ketiak daun

muncul sulur-sulur berbentuk pilin yang berfungsi sebagai alat pemegang. Daun

berbentuk menyirih, ujungnya agak runcing, tulang daun nampak jelas, berbulu

halus, dan agak lembek sehingga bila terkena cahaya matahari agak layu. Bunga

labu berbentuk lonceng berwarna kuning. Dalam satu rumpun terdapat bunga jantan

dan bunga betina dengan bakal buah terdapat pada pangkal bunga betina. Jumlah

bunga jantan lebih banyak dari bunga betina, tetapi beberapa jenis ada yang

berumah satu, yakni dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan bunga betina

(Sudarto 1993: 16).

Waluh atau Buah Labu Perenggi (Cucurbita moschata Durch.) adalah salah

satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. yang mana penanamannya tidak

sulit, baik pembibitannya, perawatannya, hasilnyapun cukup memberikan nilai

ekonomis untuk Masyarakat. Labu ini dapat ditanam di daerah Tropis maupun

Subtropis. Labu ini dapat menyesuaikan sendiri dengan keadaan alam yang berubah-

ubah, saat hujan ataupun di musim panas atau kemarau tanaman ini tetap bisa hidup

dengan baik. Pada dataran tinggi maupun dataran rendah cocok ditanami tanaman

labu ini. Tanaman waluh cenderung menyukai tanah yang asam dengan ph 5-6,5.

Dan Waluh merupakan satu-satunya buah yang tahan lama asal disimpan di tempat

yang bersih dan kering (Anonim 2013: 1).

Page 7: mitek-daun_labu

Labu berasal dari Meksiko tengah dan Asia Tenggara umumnya adalah

Cucurbita moschata. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0-1500

meter di atas permukaan laut, pada suhu 18o-27oC, di atas tanah dengan pH 5,5-7,0.

Di Indonesia, tanaman ini tersebar di semua kepulauan. Tanaman labu merupakan

tanaman yang toleran terhadap kekeringan, relatif sedikit membutuhkan air, dan

sensitif terhadap genangan air. Kelembaban yang tinggi berbahaya karena dapat

meyebabkan perkembangan penyakit daun, sehingga tidak ada satupun spesies yang

hidup di daerah topis lembab (Sudarto 1993: 17).

Daun dalam arti luas sangat bervariasi, baik strukturnya maupun fungsinya.

Helaian daun biasanya menunjukkan spesialisasi sebagai organ fotosintesis dengan

bentuk melebar yang disebut lamina. Lembaran daun melekat pada batang dengan

adanya tangkai daun (petiole), atau ada pula daun yang tak bertangkai (daun sesil).

Apabila dasar daun sesil atau daun bertangkai meliputi batang, maka dikatakan

daun berpelepah. Tumbuhan yang mempunyai nodus multilakunar, karakteristik

mempunyai pelepah. Penonjolan dasar daun disebut stipula, sering terdapat pada

daun yang berasosiasi dengan nodus trilakunar (Suradinata 2007: 217).

Daun merupakan organ tumbuhan yang paling beragam secara morfologi

dan anatomi. Perbedaan tipe daun (filome) Spermatophyta sangat beragam baik

mengenai struktur dalam dan luar, maupun mengenai fungsinya. Karena itu, tipe

daun dapat dibedakan menjadi, yaitu Helai daun (foliage leaves) pada prinsipnya

merupakan organ fotosintesis, Katafil yaitu sisik yang tampak pada kuncup dan

batang di bawah tanah yang berfungsi sebagai pelindung atau penyimpanan bahan

cadangan, Hipsofil yaitu tipe braktea yang mengiringi bunga yang berfungsi

sebagai pelindung, dan Kotiledon yaitu daun pertama dari tumbuhan. Secara

histologis daun tersusun dari tiga tipe jaringan, yiatu epidermis, mesofil, dan

jaringan pembuluh (Mulyani 2006: 245-246).

Bagian utama daun adalah mesofil yang banyak mengandung kloroplas dan

ruang antar sel. Mesofil dapat bersifat homogen atau terbagi menjadi jaringan tiang

(palisade) dan jaringan spons (bunga karang). Jaringan tiang lebih kompak dari

pada jaringan spons yang memiliki ruang antar sel yang luas. Jaringan tiang terdiri

dari sejumlah sel yang memanjang tegak lurus terhadap permukaan helai daun.

Meskipun jaringan tiang nampak lebih rapat, sisi panjang selnya saling terpisah

Page 8: mitek-daun_labu

sehingga udara dalam ruang antar sel tetap mencapai sisi panjang, kloroplas pada

sitoplasma pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu (Hidayat 1995: 196).

Daun mempunyai tulang daun kecil yang berhubungan dengan ibu tulang

daun. Pertulangan sejajar ditemukan pada dikotil tertentu. Apabila pertulangan

menyirip, tulang daun tersebar melewati bagian tengah daun dan membentuk ibu

tulang daun, dan dari sini bercabang menjadi tulang daun yang lebih kecil. Pada

daun tertentu sejumlah tulang daun yang besar dapat dilihat tersebar seperti jejari

dari pangkal helai daun menuju ke tepi daun. Bagian helai daun yang dilalui ibu

tulang daun atau cabang yang besar adalah bagian yang lebih tebal dan

menunjukkan gambaran sperti rusuk pada sisi abaksial. Rusuk ini dibentuk oleh

jaringan parenkim yang miskin kloroplas dan jaringan penyokong kolenkim.

Tulang daun kecil membentuk jaringan di antara tulang daun yang besar

(Mulyani 2006: 252-253).

Daun angiospermae sangat beragam struktur anatomi dan morfologinya.

Pada sebagian besar angiospermae dapat dibedakan dasar daun, tangkai daun dan

helai daun. Bentuk, struktur, dan helai daun. Ukuran ketiga bagian tersebut berguna

dalam menentukan klasifikasi daun. Di dasar daun dikotil sering terdapat tonjolan

yang disebut daun penumpu atau stipula. Pasokan jaringan pembuluh bagi stipula

diperoleh dari jalan daun. Kadang-kadang berwarna hijau dan berfungsi sebagai

pelindung (Hidayat 1995: 195).

Sistem pembuluh daun tersebar ke seluruh helai daun. Untaian-untaian

pembuluh membentuk sistem yang berhubungan di bidang tengah dari helai daun

yang sejajar dengan permukaan daun. Ikatan pembuluh dalam daun umumnya

disebut tulang (urat) daun dan pola yang dibentuk oleh tulang-tulang daun disebut

pertulangan daun. Pertulangan daun tampak ada dua pola utama, yaitu pertulangan

daun jala dan pertulangan daun sejajar. Pada daun bertulang daun sejajar, tulang

daun utama bervariasi ukurannya (Suradinata 2007: 219-220).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi daun

Cucurbita moschata dengan metode parafin melalui preparat irisan melintang dan

paradermal.

Page 9: mitek-daun_labu

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 02 sampai dengan 28

Oktober 2013. Bertempat di Laboratorium Mikroteknik, Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah alat tulis, balok kayu, baki

plastik, botol tempat bahan kimia, botol untuk fiksasi, botol balsam dengan batang

kaca, cutter, gelas ukur, gelas jam, gelas pewarnaan, gelas benda berlekuk, gunting,

hotplate, jarum besi, kaca objek, kaca penutup, kain lap, kuas, kertas label, kertas

penghisap, kulkas, lakban hitam, lampu spiritus, mikrotom, mikroskop, oven atau

Thermostat, pipet kecil, pipet besar, pinset, pompa vakum, rak tabung fial, skalpel,

silet, tempat menyimpan preparat (karton padi), timbangan analitik, timbangan

digital dan tisue. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Aquadest, Alkohol

100%, Alkohol 96%, Alkohol 70%, Alkohol 50%, Alkohol 30%, daun dan tangkai

Cucurbita moschata, fastgreen, larutan canada balsam, larutan FAA yang terdiri

dari 50 atau 70% etilalkohol, asam asetat glasial dan formalin; larutan Haupt’s

adhesive yang terdiri dari gelatin, gliserin dan fenol; larutan johansen, larutan TBA,

parafin 58oC, parafin 48oC, safranin, dan xylol.

2.3. Cara Kerja

Pembuatan preparat dimulai dengan dikoleksi bahan dengan syarat dalam

keadaan segar, tidak boleh terjepit atau rusak, dan dipotong kecil-kecil sesuai

dengan larutan fiksatif. Kemudian bahan difiksasi dengan larutan FAA untuk

mengawetkan semua struktur sel. Selanjutnya bahan dimasukkan kedalam botol,

kemudian diaspirasi untuk mengeluarkan udara yang terdapat dalam jaringan

tumbuhan agar penetrasi larutan fiksatif tidak terhalang. Aspirasi dilakukan selama

4 hari. Bahan selanjutnya didehidrasi dengan seri Alkohol-TBA (Tertier butyl

Page 10: mitek-daun_labu

alkohol) untuk menarik air dari jaringan tumbuhan. Dehidrasi dilakukan secara

bertahap dengan tahapan Alkohol 50% 2x 3jam, Johansen I 2jam, Johansen II +

Safranin 1 % 24 jam, Johansen III 2jam, Johansen IV 2jam, Johansen V 2jam, TBA

I 2jam, TBA II 2jam, TBA III 2jam, dan perbandingan TBA : minyak parafin (1:1)

2 jam.

Selagi menuggu bahan dalam tahapan perbanidngan TBA dan minyak

parafin, Parafin 48oC dimasukan ke dalam gelas allumunium, kemudian dicairkan

di dalam oven dengan suhu 48oC. Setelah parafin cair, bahan diinfiltrasi dengan

memasukan bahan ke dalam botol vial dan diisi sepertiga parafin 48oC. Dilakukan

infiltrasi secara bertahap dengan tahapan parafin I 48oC 2 jam, parafin II 48oC 2

jam, dan parafin III 48oC 24 jam. Selagi bahan di dalam parafin III, dicairkan

parafin 58oC. Setelah parafin 58oC cair, dilanjutkan infiltrasi dengan tahapan

parafin I 58oC 2 jam, parafin II 58oC 2 jam, parafin III 58oC 24 jam.

Tahapan selanjutnya embedding, bahan dimasukan kedalam kotak kertas,

disusun, dan dibiarkan membeku. Tahapan ini dilakukan dengan cepat agar parafin

tidak membeku, diatur dengan menggunakan jarum besi yang di panaskan dengan

Bunsen, setelah bahan tersusun rapi pada kotak kertas, biarkan parafin membeku.

Sebelum penyayatan, blok parafin dipotong sengan cuter dengan ukuran tertentu

(tidak sampai merusak bahan), lalu ditempelkan pada balok kayu dengan bantuan

bunsen, jarum besi dan pisau cutter. Penyayatan dilakukan dengan meletakkan

balok parafin yang sudah ditempel pada balok kayu pada mikrotom putar, diatur

posisi mata pisau hingga pas. Selain itu diperhatikan agar mata pisau harus dalam

keaadaan suhu ruangan, tidak boleh kotor, dan tidak terdapat sisa parafin.

Mikrotom diputar searah jarum jam, pita parafin yang terpotong disimpan pada

karton padi.

Penenpelan dilakukan dengan bantuan Haupt’s Adhesive yaitu satu sampai

dua tetes Haupt’s Adhesive diteteskan pada kaca objek, kemudian digosok perekat

tersebut sampai rata pada kaca objek dengan ujung jari telunjuk, hingga lapisan

tipis dan kering. Diteteskan Formalin 4% secukupnya pada kaca objek. Diletakan

sayatan diatasnya, lalu kaca objek di letakan diatas papan pemanas pada suhu 42oC

selama 24 jam. Diusahakan agar letak sayatan merata pada permukaan kaca objek.

Page 11: mitek-daun_labu

Pewarnaan dilakukan dengan Safranin-Fastgreen. Dibuat Safranin dengan

melarutkan 1 gr Safranin dalam 100 ml Aquades, dan Fastgreen dengan 1 gr

Fastgreen dalam 100 ml Alkohol 96%. Pewarnaan dimulai dengan Xylol 1 24jam,

Xylol 2 10 menit, Alkohol 100% 10 menit, Alkohol 96% 10 menit, Alkohol 70%

10 menit, Alkohol 50% 10 menit, Alkohol 30% 10 menit, Aquadest 2 menit,

Safranin 2 jam, Aquadest 2 menit, Alkohol 30% 10 menit, Alkohol 50% 10 menit,

Alkohol 70% 10 menit, Alkohol 96% 10 menit, Fastgreen 30 detik, Alkohol 100%

2x 10 menit, perbandingan Alkohol : Xylol (1:1) 10 menit, Xylol 1 10 menit, Xylol

2 24 jam.

Penutupan dilakukan dengan meneteskan canada balsam secukupnya pada

kaca objek yang telah berisi bahan yang telah diwarnai kemudian ditutup dengan

kaca penutup dan diletakan diatas papan pemanas pada suhu 42-45oC. Setelah

canada balsam kering, spesimen tersebut diberi label dengan keterangan nama

spesies, organ dan penampang. Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, lalu

dipilih preparat yang terbaik, kemudian difoto.

Page 12: mitek-daun_labu

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil gambar

berupa anatomi dari daun melintang dan paradermal serta penampang paradermal

batang Cucurbita moschata.

3.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Cucurbita moschata

Gambar 3.1.1 Morfologi Cucurbita moschata

Keterangan :

Fo : Folium

F : Flos

C : Caulis

P : Petiolus

L : Lamina

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucubita

Spesies : Cucubita moschata Dutch.

Nama umum : Labu kuning

Nama lokal : Waluh, Perenggi

Page 13: mitek-daun_labu

3.1.2 Struktur dan Anatomi Daun Melintang

Gambar 3.1.2 Anatomi penampang melintang daun Cucurbita moschata

Perbesaran : 4x10

Keterangan :

S.T : Sel Tanin

Sp : Jaringan Parenkim Spons

Pa : Jaringan Parenkim Palisade

Ep : Jaringan Epidermis

S.P : Seludang Pembuluh

F.L : Floem Luar

Xi : Xilem

F.D : Floem Dalam

Tr : Trikoma

E.B : Epidermis Bawah (Adaxial)

E.A : Epidermis Atas (Abaxial)

J.P : Jaringan Pengangkut

Page 14: mitek-daun_labu

3.1.3 Struktur dan Anatomi Daun Paradermal

Gambar 3.1.3 Anatomi penampang paradermal daun Cucurbita moschata

Perbesaran : 4x10

Keterangan :

U.D : Urat Daun

Xi : Xilem

S.Tr : Serat Trakeid

Tr : Trikoma

E.B : Epidermis Bawah (Adaxial)

E.A : Epidermis Atas (Abaxial)

Page 15: mitek-daun_labu

3.1.4 Struktur dan Anatomi Batang Paradermal

Gambar 3.1.4 Anatomi penampang paradermal batang Cucurbita moschata

Perbesaran : 4x10

Keterangan :

D.I : Daerah Interfaskuler

EP : Jaringan Epidermis

KOL : Jaringan Kolenkim

KOR : Jaringan Korteks

S.P : Seludang Pati

F.L : Floem Luar

Xi : Xilem

F.D : Floem Dalam

Tr : Trikoma

S.T : Sel Tanin

Page 16: mitek-daun_labu

3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai Anatomi

Daun Labu (Cucurbita moschata Durch.) yang bertujuan untuk melihat struktur dan

anatomi dari daun labu (Cucurbita moschata Durch.). Pada penampang paradermal

batang Cucurbita moschata Durch. terlihat dengan jelas bagian-bagian anatomi

pada batang, misalnya jaringan Epidermis, jaringan Kolenkim, jaringan Korteks

yang berisi pati sehingga disebut Seludang Pati, Jaringan Pengangkut yang terdiri

dari Floem luar, Xilem dan Floem dalam, Trikoma yang merupakan derivat

epidermis, dan Sel Tanin. Menurut Suradinata (1986: 185), bahwa ikatan pembuluh

pada beberapa dikotil, misalnya Cucurbitaceae, Solanaceae dan Asteraceae

memiliki ikatan pembuluh bikolateral (Gambar 3.1.4) dengan berkas floem di

bagian abaksial (floem eksternal) dan dibagian adaksial (floem internal) dari xilem.

Batang terdiri dari tiga sistem jaringan, yakni jaringan dermal, jaringan

dasar dan jaringan pembuluh. Pada jaringan korteks yang mengandung parenkim,

biasanya berisi kloroplas. Pada batang Coniferae dan Angiospermae tidak

ditemukan endosperma yang terlihat secara morfologis. Pada batang muda satu atau

beberapa lapisan terdalam dari korteks dapat berisi pati. Karena hal inilah disebut

seludang pati (Gambar 3.1.4). Menurut Hidayat (1995: 57), bahwa pati merupakan

bahan cadangan makanan yang paling sering terdapat pada tumbuhan dan

ditemukan dalam endosperm, keeping biji, umbi dan buah.

Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa prisma pendek

atau bisa pula panjang seperti serat dengan ujung meruncing, namun antara kedua

bentuk tersebut terdapat bentuk peralihan. Menurut ketebalan didiningnya, jaringan

kolenkim dibedakan tiga jenis. Yaitu kolenkim sudut, kolenkim papan, dan

kolenkim lakuna. Cucurbita moschata merupakan salah satu contoh tumbuhan yeng

memiliki kolenkim sudut (angular kolenkim). Menurut Mulayni (2006: 116), bahwa

penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang

melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau

lebih, seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Coleus, Cucurbita, Morus,

Beta dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladonna.

Page 17: mitek-daun_labu

Cucurbita moschata merupakan salah satu tumbuhan dikotil memanjat.

Pada tumbuhan dikotil memanjat, jari-jari empulurnya yang lebar membuat

penampakan xilem sekunder seolah-olah terbagi. Kambium fasikular dan kambium

interfasikular dibentuk dan berkesinambungan. Menurut Hidayat (1995: 190-191),

hal ini disebabkan karena kambium interfasikuler membentuk parenkim saja

sehingga jari-jari empulur yang bersangkutan tetap tampak jelas dan menjadi lebar.

Protofloem membentuk serat setelah jaringan itu berhenti berfungsi. Kelompok

serat juga terdapat dalam floem sekunder. Korteks terdiri dari kolenkim dan

parenkim, keduanya dengan kloroplas. Lapisan terdalam korteks adalah seludang

pati. Empulur terdiri dari parenkim.

Penampang melintang daun Cucurbita moschata Durch. terlihat dengan

jelas bagian-bagian anatomi pada daun, misalnya jaringan Epidermis berupa

Epidermis atas (Abaxial) dan Epidermis bawah (Adaxial), Parenkim palisade,

Parenkim Spons, Jaringan Pengangkut dimana merupakan ikatan pembuluh

bikolateral yang terdiri dari Floem luar, Xilem dan Floem dalam, Trikoma yang

merupakan derivat epidermis, dan Sel Tanin. Menurut Suradinata (1998: 66),

bahwa trikoma merupakan turunan epidermis yang sangat bervariasi, termasuk

rambut-rambut yang berkelenjar, dan rambut-rambut yang tak berkelenjar, sisik,

papilla, dan rambut-rambut akar untuk absorbsi.

Bagian utama dari jaringan dasar helaian daun adalah mesofil yang berisi

banyak kloroplas dan banyak ruang-ruang antarsel. Mesofil ada yang relative

homogen atau ada yang berdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan parenkim

spons. Menurut Suradinata (1998: 218), bahwa parenkim palisade terdiri dari sel-sel

yang panjang yang tegak lurus pada permukaan daun. Pada tumbuhan daerah

temperate yang karateristik banyak air tanahnya (habitat mesofitik), parenkim

palisade biasanya terdapat pada bagian tepi bawah (adaksial atau ventral),

parenkim spons pada bagian bawah (abaksial atau dorsal). Struktur daun semacam

itu disebut bifasal atau dorsiventral. Parenkim spons terdiri atas sel-sel yang

bentuknya bermacam-macam, sering tak teratur, dengan percabangan meluas dari

sel ke sel lainnya.

Jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur bentuknya.

Hubungan antara sel dan sel lain terbatas pada ujung cabang itu. Menurut

Page 18: mitek-daun_labu

Hidayat (1995: 197), bahwa dilihat dari hubungan antara sel-sel yang berdampinan,

maka jaringan spons memiliki kesinambungan horizontal yang sejajar dengan

permukaan daun, sedangkan jaringan tiang sinambung hanya dalam arah tegak

lurus terhadap permukaan. Struktur mesofil yang renggang itu mengakibatkan luas

permukaan yang amat besar antara sel dan udara internal. antar jaringan

Penampang paradermal daun Cucurbita moschata Durch. terlihat dengan

jelas bagian-bagian anatomi pada daun, yaitu jaringan Epidermis berupa Epidermis

atas (Abaxial) dan Epidermis bawah (Adaxial), Jaringan Pengangkut berupa Xilem

dan Serat Trakea,Trikoma yang merupakan derivat epidermis, dan Urat Daun. Pada

kebanyakan tumbuhan, penebalan protoxilem berbentuk penebalan cincin atau

pilin. Menurut Mulyani (2006: 158-159), bahwa penebalan cincin atau pilin dapat

tersusun longgar dan juga rapat. Secara ontogeni, unsur cincin lebih dulu terbentuk

dari unsur pilin. Pada bagian metaxilem, pita pilin bergabung di daerah tertentu

sehingga membentuk penebalan menganak tangga. Penebalan ini disebut

skalariform, sedangkan noktahnya disebut noktah skalariform.

Penebalan dinding sekunder bervariasi pada sel-sel trakea primer.

Perbendaan bentuk dinding tampak dalam deretan ontogeni spesifik yang

menunjukkan pertambahan lebar dari dinding primer yang diliputi oleh bahan

dinding sekunder. Menurut Sudadinata (1998: 97-98), bahwa dalam unsur-unsur

trakea awal, dinding sekunder berbentuk seperti cincin (penebalan cicin) tidak

berhubungan dengan yang lainnya. Unsur-unsur berikutnya yang berdiferensiasi

merupakan penebalan spiral. Kemudian diikuti oleh sel-sel dengan penebalan yang

karakteristik yang disebut penebalan skalariform. Kemudian diikuti oleh penebalan

jala dan akhirnya oleh unsur-unsur bernoktah.

Tulang daun yang lebih kecil tertanam dalam mesofil, namun tulang daun

yang besar diselubungi jaringan dasar yang tidak berdiferensiasi sebagai mesofil

dan kandungan kloroplas hanya sedikit. Jaringan itu, yang berasosiasi dengan

tulang daun yang lebih besar, muncul diatas permukaan daun dan membentuk rusuk

yang biasanya berada di sebelah abaksial dari helai daun. Di satu atau kedua sisi

rusuk tersebut, bisa ditemukan kolenkim atau sklerenkim dibawah epidermis.

Menurut Hidayat (1995: 199), bahwa berkas pembuluh kecil yang terdapat dalam

mesofil dikelilingi oleh satu atau dua lapisan sel yang tersusun kompak dan

Page 19: mitek-daun_labu

membentuk seludang berkas pembuluh atau seludang pembuluh. Jika jumlahnya

dua, maka seludang sel sebelah dalam terdiri dari parenkim dan yang di luar bisa

terdiri dari sklerenkim.

Banyak bagian-bagian dari anatomi jaringan yang tidak terlihat pada hasil

akhir pengamatan metode parafin, misalnya stomata pada penampang paradermal

daun, ruang antar sel pada jaringan parenkim, tidak terlalu jelas terlihat bagian-

bagian dari jaringan, maupun terjadi ketidak utuhan spesimen. Adanya kesalahan 

ini disebabkan kesalahan pada saat penanaman (embedding) dan penyayatan

(sectioning) dimana spesimen yang sudah ditanam dalam blok-blok parafin sulit

untuk disayat dengan mikrotom. Spesimen pada blok-blok parafin tampak keras,

rapuh, dan specimen tidak menempel dengan baik pada parafin. Menurut

Gunarso (1989: 16), hal ini dikarenakan jaringan terlalu lama direndam dalam

fiksatif sehingga menyebabkan jaringan menjadi keras dan rapuh sehingga

menyulitkan pada saat proses penyayatan dengan bantuan mikrotom.

Selain oleh proses fiksasi, menurut Anonim (2013: 1), bahwa proses

pengerasan juga berlangsung dalam serangkaian cairan alkohol yang berbeda

konsentrasinya pada proses dengan dehidrasi. Proses embedding yang terlalu lama

ataupun mata pisau juga menjadi salah satu factor yang menyebabkan terjadinya

ketidak sempurnaan dalam hasil ini. Pada mata pisau, dapat terjadi gaya magnet

antara pisau dengan jarum besi yang menyebabkan bentuk pita paraffin mejadi

tidak lurus (berkelok, tidak rapi). Sedangkan pada proses penanaman (embedding)

terjadi kesalahan dikarenakan terlalu jauh dengan bunsen dan oven dan waktu

pengerjaan yang lama, sehingga paraffin menjadi cepat membeku yang

menyebabkan bahan tidak melekat dengan sempurna pada paraffin. Selain itu

pengaturan bahan pada saat penanaman tidak rapi, sehingga pada proses

penyayatan, bahan menjadi tidak bagus (terlipat, tidak utuh atau miring).

Metode paraffin juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Menurut

Handari (1983: 48) metode paraffin juga memiliki keuntungan yaitu irisan yang

didapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode lainnya, irisan yang berseri

dapat dengan mudah dilakuakan dengan metode ini. Sedangkan kerugian dari

metode ini adalah jaringan yang kers tidak bisa dilakukan dengan metode ini, waktu

Page 20: mitek-daun_labu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan metode ini lama dan intensif, bahan yang

digunakan mahal.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penampang paradermal batang Cucurbita moschata Durch. terlihat jaringan

Epidermis, Kolenkim, Korteks, Seludang Pati, Jaringan Pengangkut yang terdiri dari

Floem luar, Xilem dan Floem dalam, Trikoma, dan Sel Tanin.

2. Penampang melintang daun Cucurbita moschata Durch. terlihat jaringan Epidermis

atas dan Epidermis bawah, Parenkim palisade, Parenkim Spons, Jaringan Pengangkut

terdiri dari Floem luar, Xilem dan Floem dalam, dan Sel Tanin.

3. Penampang paradermal daun Cucurbita moschata Durch. terlihat jaringan Epidermis

atas dan Epidermis bawah Jaringan Pengangkut berupa Xilem dan Serat

Trakea,Trikoma, dan Urat Daun.

4. Terdapat penebalan skalariform dan noktah skalariform pada preparat daun

paradermal yang merupakan bagian dari serat trakea.

5. Pada bagian korteks preparat batang paradermal berisi pati yang disebut seludang

pati.

6. Terdapat trikoma yang merupakan rambut-rambut turunan epidermis yang sangat

bervariasi pada preparat melintang daun.

7. Daun Cucurbita moschata merupakan daun bifasal atau dorsiventral.

8. Keuntungan metode parafin yaitu irisan yang didapat jauh lebih tipis daripada

menggunakan metode lainnya dan dapat dilakukan irisan yang berseri.

9. Kelemahan metode parafin adalah jaringan yang keras tidak bisa dilakukan dengan

metode ini, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan metode ini lama dan

intensif, serta bahan yang digunakan mahal.

10. Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pada metode ini antara lain gaya

magnet antar mata pisau dan jarum besi, suhu ruangan, lamanya proses embedding

dan tidak rapi pada saat penysusunan bahan.

Page 21: mitek-daun_labu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Mikroteknik. http://www.google.com/mikroteknikDiakses pada tanggal 20 November 2013, pukul 16.00 WIB.

Dasumiati. 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif.

Gunarso W. 1986. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif  yang Berbeda pada Pembuatan Preparat dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik Parafin. Bogor: IPB Press

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung. ITB: x+275 hlm.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta. Kanisius: 325 hlm.

Suradinata, Tatang S. Struktur Tumbuhan. Bandung. Angkasa: xviii+330 hlm.

Purseglove, J.W. 1986. Tropical Crops Dicotyledons. Longman: London

Sipahutar, H. 2009. Dasar-dasar teori mikroteknik teknik pembuatan sediaan histology. Medan: FMIPA UNIMED

Sudarto, Yudo. 1993. Budidaya Waluh. Kanisius: Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta: x+477 hlm.

Page 22: mitek-daun_labu

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode parafin

Mikroskop Olympus Mikroskop

Mikrotom Aspirator

Page 23: mitek-daun_labu

Oven Hot Plate

Lemari Pendingin Gelas Ukur, Corong, dan Gelas Labu

Alkohol Berseri Urutan Pewarnaan

Page 24: mitek-daun_labu

Canada Balsam dan Phenol Alkohol Absolut dan Xilol

Parafin 48o C dan Parafin 58o C Seri Alkohol-TBA

Kaca objek, Haup’t Adesive dan Sendok, Termometer, Kuas, Batang

Formalin Pengaduk, Pinset, Spatula, Jarum dan

Pipet Tetes

Kertas Padi, Lap, Gelas Ukur

Seng, Botol Vial, Kotak Odol,

Balok Kayu, Gloves,

Alumunium Foil, Baki,

Masker, Pisau Cutter, Silet,

Alat Tulis, Tissue dan Label.

Page 25: mitek-daun_labu

2.Komposisi larutan yang diperlukan dalam metode parafin

Tabel 1. Komposisi larutan Johansen yang digunakan untuk dehidrasi

Seri Tahapan I II III IV VMacam Larutan ml ml ml ml ml

Alkohol 96% 40 50 50 45 -Alkohol 100% - - - - 25

TBA 10 20 35 55 75Akuades 50 30 15 - -

Tabel 2. Komposisi larutan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alkohol)

50 % etilalkoholAsam asetat glasial Formalin Bahan

70% etilalkohol90 cc 5 cc 5 cc Volum

e

Tabel 3. Komposisi Haupt’s adhesive

Bahan Total yang diperlukan

Gelatin 1 gramAir suling 100 cc

Fenol 2 gramGliserin 15 cc

Tabel 4. Komposisi larutan Safranin dan Fastgreen

Pembuatan Solut SolvenSafranin 1gram safranin 100 ml airFastgreen

1 gram fastgreen100 ml Alkohol

96%

Page 26: mitek-daun_labu

3.Bagan tahapan metode paraffin yang digunakan untuk pengamatan struktur anatomi

Bahan

Parafin lunak (58oC) : 3x masing-masing 2 jam, paraffin 3 dimalamkan

Parafin lunak (48oC) : 3x masing-masing 2 jam, paraffin 3 dimalamkan

TBA : Minyak paraffin (1:1) 2 jam, dialamkan

TBA III dimalamkan

TBA II 2 jam

TBA I 2 jam

Johansen V 2 jam

Johansen IV 2 jam

Johansen III 2 jam

Johansen II + safranin dimalamkan

Johansen I 2 jam

Alkohol 50% 2x 1 jam

Fiksasi dengan FAA dan diaspirasi 2 jam selama 5 hari

Penanaman

Penyayatan

Penempelan

Page 27: mitek-daun_labu

4. Bagan tahapan pewarnaan dengan menggunakan Safranin-Fastgreen

Sayatan pada kaca objek

Xylol I 24 jam

Xylol II 10 menit

Alkohol 100% 10 menit

Alkohol 96% 10 menit

Alkohol 70% 10 menit

Alkohol 50% 10 menit

Alkohol 30% 10 menit

Akuades 2 menit

Safranin 2 jam

Akuades 2 menit

Alkohol 30% 10 menit

Alkohol 50% 10 menit

Alkohol 70% 10 menit

Fastgreen 10 detik

Xylol I 10 menit

Alkohol : Xylol (1:1) 10 menit

Alkohol 100% 2x 10 menit

Alkohol 96% 10 menit

Page 28: mitek-daun_labu

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

“ANATOMI DAUN LABU (Cucurbita Moscahata Durch.)”

Oleh :

NAMA : Winda Sahara

NIM : 08111004063

KELOMPOK : VI (Enam)

DOSEN : Dra. Nina Tanzerina, M.Si

LABORATORIUM MIKROTEKNIK

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Canada balsam, penutupan, dan pemberian labal

Xylol II 10 menit

Page 29: mitek-daun_labu

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dn

hidayah-Nya penulisan laporan Praktikum Mikroteknik ini dapat diselesaikan tepat

waktu. Laporan Praktikum Mikroteknik ini ditulis untuk memenuhi nilai tugas dan

merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Praktikum

Mikroteknik.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nina Tanzerina, M.Si. selaku

dosen pengasuh yang telah memberi pengarahan dan bantuan selama praktikum

berlangsung, kedua orang tua serta saudara yang telah memberikan semangat dan

motivasinya, serta teman-teman satu angkatan atas kerja samanya dalam melakukan

praktikum.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan Mikroteknik ini masih banyak

kekurangan dan beberapa kesalahan yang tidak disengaja, namun dalam hal ini saya

telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan ini secara cermat.

Oleh karena itu, mohon kiranya dapat dimaklumi, selain itu juga Saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya hasil laporan

yang maksimal.

Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, atas perhatiannya saya

ucapkan terima kasih.

Inderalaya, 28 November 2013

Page 30: mitek-daun_labu

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………. i

Kata Pengantar ………………………………………………………. ii

Daftar Isi ………………………………………………………. iii

Abstrak ………………………………………………………. 1

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang ………………………………………………………. 2-5

1.4 Tujuan ………………………………………………………. 5

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat ………………………………………………………. 6

2.2 Cara Kerja ………………………………………………………. 6-8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil ………………………………………………………. 9

3.1.1 Morfologi Dan Klasifikasi Cucurbita moschata …………………..…... 9

3.1.2 Anatomi Preparat Melintang Daun Cucurbita moschata ……………… 10

3.1.3 Anatomi Preparat Paradermal Daun Cucurbita moschata ……..…….. 11

3.1.4 Anatomi Preparat Paradermal Batang Cucurbita moschata ....……..... 12

3.2 Pembahasan …………………………………………………….. 14-16

BAB IV KESIMPULAN ……………………………………………..………. 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 31: mitek-daun_labu