miranti_lbm2_jiwa
TRANSCRIPT
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
STEP 7
1. Apa saja macam dari kelompok gangguan suasana perasaan ?
F30 EPISODE MANIKF30.1 HipomaniaF30.2 Mania Tanpa Gejala PsikotikF30.3 Mania Dengan Gejala PsikotikF30.8 Episode Manik LainnyaF30.9 Episode Manik YTTDr. Rusdi Maslim, PPDGJ IIIF32 EPISODE DEPRESIFF32.0 Episode Depresif Ringan
.00 Tanpa Gejala Somatik
.01 Dengan Gejala SomatikF32.1 Episode Depresif Sedang
.00 Tanpa Gejala Somatik
.01 Dengan Gejala SomatikF32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala PsikotikF32.3 Episode Depresif Berat Dengan Gejala PsikotikF32.8 Episode Depresif LainnyaF32.9 Episode Depresif YTTDr. Rusdi Maslim, PPDGJ IIIF31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanikF31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotikF31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedangF31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotikF31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotikF31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuranF31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisiF31.8 Gangguan afektif bipolar lainnyaF31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkanDr. Rusdi Maslim, PPDGJ III
2. Mengapa pasien merasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, kurang
semangat, tidur terganggu selama kurang lebih 1 bulan ?
3. Apa saja yang dapat menyebabkan gangguan mood afektif ?
Faktor biologik
Amin biogenik
Istilah biogenik amin umumnya digunakan untuk komponen
katekolamin, norepinefrin, epinefrin, dopamin dan serotonin. Sistem
neuron menggunakan biogenik amin relatif kecil dalam sekelompok sel
yang berada di batang otak.
Biogenik amin ini dilepaskan dalam ruang sinaps sebagai
neurotransmiter. Neurotransmiter yang banyak berperan pada depresi
adalah norepinefrin dan serotonin. Pada penelitian postmortem
didapatkan penurunan konsentrasi serotonin dalam otak penderita depresi.
Selain itu juga ditemukan adanya penurunan aktivitas dopaminergik. Hal
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
ini mendukung hipotesis bahwa gangguan depresi berhubungan dengan
biogenik amin.
(Psikiatri FK Unhas)
nor epinehprin (reseptor adrenegik alpha 2, jika aktivasi meningkat.
jumlah nor ephineprinnya menurun ) srotonin menurun, dopamin
menurun= depresi
srotonin meningkat, dopamin meningkat = meningkat.
Teori biologik memfokuskan pada abnormalitas norepinefrin (NE) dan
serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi
disebabkan oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE
menyebabkan mania. Pada beberapa pasien kadar MHPG (metabolit
utama NE rendah). Hipotesis indolamin menyatakan bahwa rendahnya
neurotransmiter serotonin (5-HT) otak menyebabkan depresi dan
peningkatan serotonin (5-HT) dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain
menyatakan bahwa penurunan NE menimbulkan depresi dan
peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT
rendah.
Mekanisme kerja obat antidepresan mendukung teori ini – antidepresan
klasik trisiklik memblok ambilan kembali (reuptake) NE dan 5-HT dan
menghambat momoamin oksidase inhibitor mengoksidasi NE. Penelitian
terbaru menyatakan bahwa mungkin terdapat hipometabolisme otak di
lobus frontalis menyeluruh pada depresi atau beberapa abnormalitas
fundamental ritmik sirkadian pada pasien-pasien depresi.
Neurotransmiter dan sinaps
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel
ini terdiri atas badan sel, ujung axon dan dendrit. Antara ujung sel
neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik
atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang
datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu
mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi
yang disebut neurotransmiter. Terjadi potensial aksi dalam membran sel
neuron yang memungkinkan dilepaskannya molekul neurotransmiter
dari axon terminalnya (prasinaptik) ke celah sinaptik lalu ditangkap
reseptor di membran sel dendrit dari neuron berikutnya. Terjadilah
loncatan listrik dan komunikasi neurokimiawi antar dua neuron. Pada
reseptor bisa terjadi “supersensitivitas” dan “subsensitivitas”.
Supersensitivitas berarti respon reseptor lebih tinggi dari biasanya, yang
menyebabkan neurotransmiter yang ditarik ke celah sinaptik lebih
banyak jumlahnya yang berakibat naiknya kadar neurotransmiter di
celah sinaptik tersebut. Subsensitivitas reseptor adalah bila terjadi
sebaliknya. Bila reseptor di blok oleh obat tertentu maka kemampuannya
menerima neurotransmiter akan hilang dan neurotransmiter yang ditarik
ke celah sinaptik akan berkurang yang menyebabkan menurunnya kadar
(jumlah) neurotransmiter tertentu di celah sinaptik.
Suatu kelompok neurotransmiter adalah amin biogenik, yang
terdiri atas enam neurotransmiter yaitu dopamin, norepinefrin, epinefrin,
serotonin, asetilkholin dan histamin. Dopamin, norepinefrin, dan
epinefrin disintesis dari asam amino yang sama, tirosin, dan
diklasifikasikan dalam satu kelompok sebagai katekolamin. Serotonin
disintesis dari asam amino triptofan dan merupakan satu-satunya
indolamin dalam kelompok itu. Serotonin juga dikenal sebagai 5-
hidroksitriptamin (5-HT).
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Selain kelompok amin biogenik, ada neurotransmiter lain dari
asam amino. Asam amino dikenal sebagai pembangun blok protein. Dua
neurotransmiter utama dari asam amino ini adalah gamma-aminobutyric
acid (GABA) dan glutamate. GABA adalah asam amino inhibitor
(penghambat), sedang glutamate adalah asam amino eksitator. Kadang
cara sederhana untuk melihat kerja otak adalah dengan melihat
keseimbangan dari kedua neurotransmiter tersebut.
Bila oleh karena suatu hal, misalnya subsensitivitas reseptor-
reseptor pada membran sel paskasinaptik, neurotransmiter epinefrin,
norepinefrin, serotonin, dopamin menurun kadarnya pada celah sinaptik,
terjadilah sindrom depresi. Demikian pula bila terjadi disregulasi
asetilkholin yang menyebabkan menurunnya kadar neurotransmiter
asetilkolin di celah sinaptik, terjadilah gejala depresi.
Monoamin dan Depresi
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang
menyebabkan berkurangnya monoamin, seperti reserpin, dapat
menyebabkan depresi.Akibatnya timbul teori yang menyatakan bahwa
berkurangnya ketersediaan neurotransmiter monoamin, terutama NE dan
serotonin, dapat menyebabkan depresi. Teori ini diperkuat dengan
ditemukannya obat antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase
inhibitor yang bekerja meningkatkan monoamin di sinap. Peningkatan
monoamin dapat memperbaiki depresi.
Serotonin
Neuron serotonergik berproyeksi dari nukleus rafe dorsalis batang
otak ke korteks serebri, hipotalamus, talamus, ganglia basalis, septum,
dan hipokampus. Proyeksi ke tempat-tempat ini mendasari
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
keterlibatannya dalam gangguan-gangguan psikiatrik. Ada sekitar 14
reseptor serotonin, 5-HT1A dst yang terletak di lokasi yang berbeda di
susunan syaraf pusat.
Serotonin berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan
libido. Sistem serotonin yang berproyeksi ke nukleus suprakiasma
hipotalamus berfungsi mengatur ritmik sirkadian (siklus tidur-bangun,
temperatur tubuh, dan fungsi axis HPA). Serotonin bersama-sama
dengan norepinefrin dan dopamin memfasilitasi gerak motorik yang
terarah dan bertujuan. Serotonin menghambat perilaku agresif pada
mamalia dan reptilia.
Neurotransmiter serotonin terganggu pada depresi. Dari
penelitian dengan alat pencitraan otak terdapat penurunan jumlah
reseptor pos-sinap 5-HT1A dan 5-HT2A pada pasien dengan depresi
berat. Adanya gangguan serotonin dapat menjadi tanda kerentanan
terhadap kekambuhan depresi.
Dari penelitian lain dilaporkan bahwa respon serotonin menurun
di daerah prefrontal dan temporoparietal pada penderita depresi yang
tidak mendapat pengobatan. Kadar serotonin rendah pada penderita
depresi yang agresif dan bunuh diri.
Triptofan merupakan prekursor serotonin. Triptofan juga
menurun pada pasien depresi. Penurunan kadar triptofan juga dapat
menurunkan mood pada pasien depresi yang remisi dan individu yang
mempunyai riwayat keluarga menderita depresi. Memori, atensi, dan
fungsi eksekutif juga dipengaruhi oleh kekurangan triptofan.
Neurotisisme dikaitkan dengan gangguan mood, tapi tidak melalui
serotonin. Ia dikaitkan dengan fungsi kognitif yang terjadi sekunder
akibat berkurangnya triptofan.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Hasil metabolisme serotonin adalah 5-HIAA
(hidroxyindolaceticacid). Terdapat penurunan 5-HIAA di cairan
serebrospinal pada penderita depresi. Penurunan ini sering terjadi pada
penderita depresi dengan usaha-usaha bunuh diri.
Penurunan serotonin pada depresi juga dilihat dari penelitian
EEG tidur dan HPA aksis. Hipofontalitas aliran darah otak dan
penurunan metabolisme glukosa otak sesuai dengan penurunan
serotonin. Pada penderita depresi mayor didapatkan penumpulan respon
serotonin prefrontal dan temporoparietal. Ini menunjukkan bahw adanya
gangguan serotonin pada depresi.
Noradrenergik
Badan sel neuron adrenergik yang menghasilkan norepinefrin terletak
di locus ceruleus(LC) batang otak dan berproyeksi ke korteks serebri,
sistem limbik, basal ganglia, hipotalamus dan talamus. Ia berperan
dalam mulai dan mempertahankan keterjagaan (proyeksi ke limbiks dan
korteks). Proyeksi noradrenergik ke hipokampus terlibat dalam
sensitisasi perilaku terhadap stressor dan pemanjangan aktivasi locus
ceruleus dan juga berkontribusi terhadap rasa ketidakberdayaan yang
dipelajari. Locus ceruleus juga tempat neuron-neuron yang berproyeksi
ke medula adrenal dan sumber utama sekresi norepinefrin ke dalam
sirkulasi darah perifer.
Stresor akut dapat meningkatkan aktivitas LC. Selama terjadi
aktivasi fungsi LC, fungsi vegetatif seperti makan dan tidur menurun.
Persepsi terhadap stressor ditangkap oleh korteks yang sesuai dan
melalui talamus diteruskan ke LC, selanjutnya ke komponen
simpatoadrenalsebagai respon terhadap stressor akut tsb. Porses kognitif
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
dapat memperbesar atau memperkecil respon simpatoadrenal terhadap
stressor akut tersebut.
Rangsangan terhadap bundel forebrain (jaras norepinefrin
penting di otak) meningkat pada perilaku yang mencari rasa senang dan
perilaku yang bertujuan. Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar
norepinefrin di forbrain medial. Penurunan ini dapat menyebabkan
anergia, anhedonia, dan penurunan libido pada depresi.
Hasil metabolisme norepinefrin adalah 3-methoxy-4-
hydroxyphenilglycol (MHPG). Penurunan aktivitas norepinefrin sentral
dapat dilihat berdasarkan penurunan ekskresi MHPG. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa MHPG mengalami defisiensi pada
penderita depresi. Kadar MHPG yang keluar di urin meningkat kadarnya
pada penderita depresi yang di ECT (terapi kejang listrik).
Dopamin
Ada empat jaras dopamin di otak, yaitu tuberoinfundobulair,
nigrostriatal, mesolimbik, mesokorteks-mesolimbik. Sistem ini
berfungsi untuk mengatur motivasi, konsentrasi, memulai aktivitas yang
bertujuan, terarah dan kompleks, serta tugas-tugas fungsi eksekutif.
Penurunan aktivitas dopamin pada sistem ini dikaitkan dengan gangguan
kognitif, motorik, dan anhedonia yang merupakan manifestasi simptom
depresi.
Neurotransmiter lain
Neuron kolinergik mengandung asetilkolin yang terdistribusi
difus di korteks serebri dan mempunyai hubungan timbal balik dengan
sistem monoamin. Abnormal kadar kolin (prekursor asetilkolin) terdapat
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
di otak pasien depresi. Obat yang bersifat agonis kolinergik dapat
menyebabkan letargi, anergi, dan retardasi psikomotor pada orang
normal. Selain itu, ia juga dapat mengeksaserbasi simptom-simptom
depresi dan mengurangi simptom mania.
GABA (gamma-aminobutyric acid) memiliki efek inhibisi
terhadap monoamin, terutama pada sistem mesokorteks dan mesolimbik.
Pada penderita depresi terdapat penurunan GABA. Stressor khronik
dapat mengurangi kadar GABA dan antidepresor dapat meningkatkan
regulasi reseptor GABA.
Asam amino glutamat dan glisisn merupakan neurotransmiter
utama di SSP, yang terdistribusi hampir di seluruh otak. Ada 5 reseptor
glutamat, yaitu NMDA, kainat, L-AP4, dan ACPD. Bila berlebihan,
glutamat bisa menyebabkan neurotoksik. Obat-obat yang antagonis
terhadap NMDA mempunyai efek antidepresan.
HPA aksis ( Hypothalamic-Pituitary-Adrenal )
Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan
sehari-hari kita tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai
stresor atau emosi yang mengganggu, bagian dari otak ini akan
mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan kewaspadaan untuk
mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal. Adrenal akan
mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan.
Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan,
fungsi ginjal, sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan.
Peningkatan aktivitas glukokortikoid (kortizol) merupakan respon utama
terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat menyebabkan “umpan
balik”, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropik-releasing
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
hormone (CRH) , kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis
sehingga hipofisi juga menurunkan produksi adrenocortictropin
hormon (ACTH). Akhirnya pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal
untuk mengurangi produksi kortisol.
Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau
penelantaran pada awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna
untuk terjadinya gangguan mood pada masa dewasa.
Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh
stressor yang dialami seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang
berulang menyebabkan peningkatan sekresi CRH, dan penurunan
sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Stressor pada awal masa
perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang menetap pada
sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang
berfungsi merespon respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi
rentan terhadap stressor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan stressor meningkat, seperti terjadinya depresi setelah
dewasa.
Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu,
pola pengasuhan buruk, menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH
sepanjang kehidupannya. Selain itu , setelah dewasa, reaktivitas aksis
HPA sangat berlebihan terhadap stressor.
Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal
kehidupan, mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap
pada sistem syaraf. Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang
terhadap depresi setelah dewasa. Depresi dapat dicetuskan hanya oleh
stressor yang derajatnya sangat ringan.
Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan
hipofisis-adrenal terhadap stressor psikososial pada wanita dengan
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
depresi yang mempunyai riwayat penyiksaan fisik dan seksual ketika
masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.
Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan
biologik seseorang terhadap stressor. Kerentanan ini menyebabkan
sekresi CRH sangat tinngi bila orang tersebut menghadapi stressor.
Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada tempat di luar
hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme “umpan
balik” semakin terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol
menekan sekresi CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini
mempermudah seseorang mengalami depresi mayor, bila berhadapan
dengan stressor.
Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol.
Bila peningkatan kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan
hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini menjadi prediposisi depresi.
Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan gangguan
hipokampus.
Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir
selalu konsisten pada gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA
pada depresi dapat ditunjukkan dengan adanya hiperkolesterolemia,
resistennya sekresi kortisol terhadap supresi deksametason, tidak adanya
respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan konsentrasi
CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan
depresi, terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi
inhibisi umpan balik. Hal ini dapat diketahui dengan test DST
(dexamethasone supression test).
(Askep Neuropsikologi Depresi)
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Several things might potentially go wrong with this process and lead to a
serotonin deficit. Just to enumerate a few possibilities:
Not enough serotonin is produced,
There are not enough receptor sites to receive serotonin,
Serotonin is being taken back up too quickly before it can reach receptor
sites,
Chemical precursors to serotonin (molecules that serotonin is
manufactured from) may be in short supply, or
Molecules that facilitate the production of serotonin may be in too short
supply.
As you can see, if there is a breakdown anywhere along the path,
neurotransmitter supplies may not be adequate for your brain's needs.
Inadequate supplies lead to the symptoms that we know as depression.
(http://www.findthelight.net)
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Faktor genetik : kromosom 11 dan x.
Gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Jika salah seorang dari orang tua
mempunyai riwayat depresi maka 27 % anaknya akan menderita gangguan
tersebut. Sedangkan bila kedua orang tuanya menderita depresi maka
kemungkinanya meningkat menjadi 50 - 75 %. Diduga gen dominan yang
berperan pada depresi ini terikat pada kromosom 11.
(Psikiatri FK Unhas)
Tidur
Pada depresi ditemukan peningkatan aktivitas rapid eye movement (REM)
pada fase awal memasuki tidur dan penurunan REM pada fase latensi.
(Psikiatri FK Unhas)
Hormonal
Pada depresi ditemukan hiperaktivitas aksis sistem limbik-hipotalamus-
hipofisis-adrenal yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol. Selain itu
juga ditemukan juga penurunan hormon lain seperti GH, LH, FSH, dan
testosteron.
(Psikiatri FK Unhas)
Data biologik lain
Abnormalitas sistem kekebalan juga ditemukan pada pasien depresi. Pada
pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya pelebaran ventrikel. PET scan
menunjukkan penurunan metabolisme otak, pengurangan cerebral blood
flow terutama sekali di ganglia basalis.
Dari data di atas terlihat bahwa depresi melibatkan proses patologis yang
terjadi di sistem limbik, hipotalamus, dan ganglia basalis.
(Psikiatri FK Unhas)
Faktor psikososial : Karena lingkungan. Strressor eksternal.
1. Peristiwa dalam kehidupan dan stres lingkungan.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Para klinikus percaya bahwa peristiwa kehidupan memegang
peranan penting dalam terjadinya depresi. Data menunjukkan
bahwa kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan
pasangan merupakan awal dari penyakit yang berhubungan dengan
depresi.
2. Kepribadian premorbid
Tipe kepribadian tertentu seperti kepribadian dependen, obsesi
kompulsif dan histrionik mempunyai risiko lebih besar untuk
menjadi depresi dibanding dengan kepribadian anti sosial dan
paranoid.
3. Faktor psiko-analitik
Menurut Karl Abraham manifestasi penyakit depresi dicetuskan
karena kehilangan objek libidinal yang berakhir dalam suatu proses
regresi di mana terjadi penurunan fungsi ego yang telah matang ke
tingkat oral sadistik dari tingkat perkembangan libidinal akibat
trauma infantil yang menyebabkan proses fiksasi pada anak usia
dini. Sedangkan menurut Freud, introjeksi ambivalen terhadap
kehilangan objek dalam ego membawa ke suatu depresi tipikal.
(Psikiatri FK Unhas)
4. Kapan seseorang dikatakan mengalami gangguan mood afektif ?
a. Episode Depresi
-Gejala Utama:
Ada afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan,
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
berkurangnya energi yang menuju meningkatnyya keadaan yang mudah
lelah
-Gejala Yang lain:
Konsentrasi dan perhatian berkurang,
harga diri dan PD berkurang,
Gagasan tentang rasa bersalah yang tidak berkurang,
pandangan masa depan yan berkurang dan pesimistis,
Gagasan atau perbuatan membahayakan duiri atau bunuh diri,
tidur terganggu dan
nafsu makan berkurang.
b. Episode Manik
Mood yang meningkat, meluap-luap atau lekas marah, peningkata dalam jumlah
dan kecepatan aktifitas fisik dan mental.
Gangguan Penyerta
Kecemasan
Ketergantungan Alkohol
Gangguan berhubungan dengan zat lain
Ada anhedonia pervasif
Retardasi psikomotor yang berat
Waham dan rasa putus asa
5. Bedanya afek dan emosi ?
Afek : Ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan
pasien.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Afek : Ekspresi eksternal dari emosi yang terikat pada ide atau gambaran mental pada objek.
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah
reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang
mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
(Ks. Kedokteran Dorland)
6. Penilaian emosi dilihat dari apa ?
1. Stabilitas : adanya ketetapan dalam bereaksi
2. Pengendalian : harus dikendalikan secara wajar agar kondisi stabil
3. Sungguh2 atau tidak : reaksi emosional sesorang yang keluar dari dirinya sendiri
4. Dalam dan dangkal : peristiwa yang berkesan dalam, yang lewat begitu saja
dangkal
5. Skala deferensiasi : tiap org berbeda-beda tergantung pengalaman intelektual dan
kematangan kepribadian
6. Empati : ikut merasakan apa yang dirasakan org lain.
7. Arus dan emosi : meluap-luap, tenang, kadang meluap-luap dan tenang, cepat dan
lambat.
7. Bagaimana cara mendiagnosis gangguan mood afektif ?
F30 Episode ManicKesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai
derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal
(yang pertama). termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.
Jika ada episode afektif (depresif, manik, atau hipomanik) sebelumnya atau
sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar (F31.-).
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
F30.0 HipomaniaPedoman Diagnostik
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang
meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap
selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu
derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang
digambarkan bagi siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi
atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial
memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania (F30.1
atau F30.2) harus ditegakkan.
Diagnosis Banding:
Hipertiroidi, Anoreksia Nervosa,
Masa dini dari "Depresi Agitatif”
F30.1 Mania tanpa gejala psikotikPedoman Diagnostik
Episode harus berlangsung sekurang-kurangnnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh
pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertarnbah
sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan
bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide penhal
kebesaran /”grandiose ideas" dan terlalu optimistik.
F30.2 mania dengan gejala psikotikPedoman Diagnostik
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari
F30.1 (mania tanpa gejala psikotik)
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat
berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas
dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of persecution). Waham
dan halusinasi "sesuai" dengan keadaan afek tersebut (mood-congruent).
Diagnosis Banding
Skizofrenia (F20.-)
Skizofrania tipe manik (F25.0)
(ketidak-sesuaian gejala afek dengan waham dan halusinasi / "mood-
incongruent", sangat menonjol.
F30.8 Episode Manik Lainnya F30.9 Episode Manik YTT
F31 Gagguan Afetif Bipolar Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas (mania atau hipomania). dan pada waktu lain berupa penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 mingu sampai 4 - 5 bulan, episode depresi cendrung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang
melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma
mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakkan diagnosis)
Termasuk : Gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manik tunggal (F30)
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
(F30.0); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif.atau campuran) di masa lampau
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif,atau campuran) di masa lampau
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau SedangPedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau.
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3): dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
atau campuran di masa lampau.
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat
(gejala maniw"hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama
masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah ber-
langsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
b. harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau.
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini,tetapi pernah mengalami sekurangkurangnya satu episode
afektif hipomanik. manik,atau campuran di masa lampau dan d itambah
sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,
atau campuran).
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
F32 Episode Depresi Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat)
afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnyaa. konsentrasi dan perhatian berkurang;b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang;c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;d. pandangan masa depan yang surarn dan pesimistis;e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunch
din.f. tidur terganggu;g. nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegak-kan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (vang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-).
F32.0 Episode Depresif RinganPedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama, depresi seperti
tersebut diatas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan
(g).
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
Lamanya seluruh episode berlangsung sekuran-kurangnya sekitar 2
minggu.
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Karakter kelima :
F32.00 Tanpa gejala somatik
F32.01 Dengan gejala somatic
F32.1 Episode depresi sedangPedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0);
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga.
Karakter kelima :
F32.10 = Tanpa gejala somatic
F32.11 = Dengan gejala somatic
F32,2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik.P edoman Diagnostik
Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga,kecuali pada taraf yang sangat
terbatas
F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotikPedoman Diagnostik
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas;
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor
yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek moodcongruent).
F32.8 Episode Depresif Lainnya F32.9 Episode Depresif YTT
F33 Gangguan Depresif Berulang
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Pedoman Diagnostik
● Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
- episode depresi ringan (F32.0)
- episode depresi sedang (F32.1)
- episode depresi berat (F32.2 dan 32.3);
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
● Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan
hiperaktivitas yang memenuhi criteria mania (F30.1 dan F30.2). Namun
kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi criteria
hipomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang
tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi.
● Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian
kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama
pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan)
● Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental
lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
Diagnosis Banding : Episode depresif singkat berulang (F38.1)
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini RinganPedoman Diagnostik
● Untuk diagnosis pasti :
(a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi,
dan episode sekarang harus memnuhi criteria untuk episode depresif
ringan (F32.0); dan
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
(b) Sekurang-kurangnya dua episode talah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatic
F33.01 = Dengan gejala somatic
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini SedangPedoman Diagnostik
● Untuk diagnosis pasti :
(a) criteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif
sedang (F32.1); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode talah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
Karakter kelima : F33.10 = Tanpa gejala somatic
F33.11 = Dengan gejala somatic
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gangguan PsikotikPedoman Diagnostik
● Untuk Diagnosis pasti :
(a) criteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode talah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala PsikotikPedoman Diagnostik
● Untuk diagnosis pasti :
(a) criteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan
episode sekarang harus memenuhi criteria untuk episode depresif berat
tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode talah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berat, Kini dalam RemisiPedoman Diagnostik
● Untuk diagnosis pasti :
(a) criteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah
dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak
memenuhi criteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan
apapun atau gangguan lain apapun dalam F30-F39; dan
(b) Sekurang-kurangnya dua episode talah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna.
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Menetap
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
F34.0 SiklotimiaPedoman Diagnostik
● Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana
perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania
ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk
memenuhi criteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau gangguan
depresif berulang (F33.-)
● Setiap periode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi criteria
untuk kategori manapun yang disebut dalam episode manic (F30.-) atau
episode depresif (F32.-)
Diagnosa Banding : - Gangguan afektif bipolar (F31.-)
- Gangguan depresif berulang (F33.-)
F34.1 DistimiaPedoman Diagnostik
● Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang
tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi criteria
gangguan depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)
● Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka
waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini
seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32)
dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak
jelas.
Diagnosis Banding : - Gangguan campuran anxietas-depresi (F41.2)
- Reaksi depresi berkepanjangan (F43.21)
- Skizofrenia residual (F20.5)
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
F34.8 Gangguan Afektif Menetap LainnyaKategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau
yang tidak cukup berlangsung cukup lama untuk memenuhi criteria
siklotimia (F34.0) atau distimia (F34.1), namun secara klinis bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT
F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Lainnya
F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya● F38.00 = Episode afektif campuran
Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2
minggu yang bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam
beberapa jam) antara gejala hipomanik, manic, dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya.
● F38.10 = Gangguan depresif singkat berulang
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali
sebulan selama satu tahun yang lampau. Semua episode depresif
masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2-3
hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi criteria simtomatik
untuk episode depresif ringan, sedang, atau berat (F32.0, F32.1, F32.2)
Diagnosis Banding : - Distimia (F34.1)
- Episode depresif berkaitan dengan menstruasi
(F38.8)
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
● Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi
criteria untuk kategori manapun dari F30-F38.1 tersebut diatas.
F38.9 Gangguan Afektif YTT● untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain
yang dapat digunakan.
● termasuk : psikosis afektif YTT
8. Tatalaksana pada kasus ini dan mengapa dokter memberikan obat amitriptilin dan
bagaimana pemberian dosisnya ?
Aminotriptilin : termasuk trisiklik, karena punya 3 cincin utama.
Gol. Trisiklik hambat ambilan kembali neurotransmitter di otak.
Yang dihambat ambilanya : NE, dopamin, Serotonin, efek trhadap katekolamin
belum jelas.
Obat anti depresan ada 2 mekanisme : hambat reuptake dan hambat
pembentukan MAO.
DOSIS
Anak : nyeri kronik
Oral : awal : 0,1 mg/kg pada waktu tidur, dapat ditingkatkan bila ditolerir selama 2-3 minggu
menjadi 0,5-2 mg/kg.
Depresi : Oral dosis awal : 1 mg/kg /hari dibagi dalam 3 dosis, ditingkatkan menjadi 1,5-3
mg/kg/hari, atau 5 mg/kg/hari bila dimonitor dengan ketat.
Profilaksis migrain : Oral : awal 0,25 mg/kg/hari, pada waktu tidur, naikkan dosis dengan
0,25 mg/kg/hari, dosis maksimum 10 mg.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Remaja, gangguan depresi : Oral : awal : 25-50 mg/hari, dapat dibagi dalam 2 dosis,
tingkatkan bertahap sampai 100 mg/hari.
Dewasa depresi :Oral : 50-150 mg dosis tunggal pada waktu tidur, atau dibagi dalam dua
dosis, dosis dapat ditingkatkan bertahap sampai 300 mg/hari, i.m.: 20-30 mg sehari 4 kali.
Profilaksis migrain : Oral : awal : 10-25 mg pada waktu tidur, dosis lazim : 150 mg, kisaran
dosis :10-400 mg/hari.
Nyeri : Oral : awal : 25 mg pada waktu tidur, dapat ditingkatkan bila ditoleransi sampai 100
mg/hari.
Orang tua : depresi : Oral : awal 10-25 mg pada waktu tidur, naikkan 10-25 mg setiap
minggu bila ditoleransi, kisaran dosis: 25-150 mg/hari.
9. Golongan obat anti depresan dan penjelasan?
Antidepresan Trisiklik
Obat antidepresan trisiklik
adalah sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak tahun 1950an. Dinamakan
trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom.
Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin dan
serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang dapat diterima dan
gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun, ATS aman
dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang. Reaksi yang
merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat harus mampu mengetahui efek samping
umum dari anti depresan dan mewaspadai efek toksik serta pengobatannya. Obat ini
menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan
kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan
fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa
terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
termasuk kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang, depresi pernafasan,
takikardia, bradikardia, dan koma.
Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik diantaranya
adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine,lofepramine, iprindole, protriptyline,
dan trimipramine.
Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan
aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun
dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami
desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang
menimbulkan efek terapetik. Contoh obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya
adalah fluoxetine, paroxetine, dan sertraline.
Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor)
Dulu MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki efek
antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan obat pertama
terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan diet rendah tiramin
untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat
lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic
opioid dan alkohol. Meclobamid menghambat MAO A secara selektif dan reversible, relative
aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs
diantaranya phenelzine, dan tranylcypromine.
10. Mekanisme kerja dari amitriptilin ?
Menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi
peningkatan konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat. Menghambat
reuptake serotonin dan norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat.
LBM 2 Modul Perilaku & Jiwa M i r a n t i
Onset kerja :Pencegahan migrain : 6 minggu, dosis lebih tinggi dibutuhkan untuk perokok
karena terjadi peningkatan metabolisme. Depresi : 4-6 minggu, turunkan dosis ke tingkat
efektif terendah. Distribusi : lewat plasenta, masuk ke ASI. Metabolisme : hati menjadi
metabolit aktif (nortriptilin), hidroksilasi dan konjugasi mungkin gagal terjadi pada orang
tua.
T½ eliminasi : Dewasa : 9-27 jam, rata-rata 15 jam. t maks : sekitar 4 jam. Ekskresi lewat
urin (18% dalam bentuk utuh), melalui feses dalam jumlah kecil.
Bentuk sediaan: Tablet Sebagai HCl 10 mg, 25 mg, 50 mg, 75 mg, 100 mg, 150 mg
http://medicatherapy.com/index.php/content/printversion/176
Amitryptiline : Antidepresan trisiklik dari golongan dibenzocyloheptadine juga mempunyai
efek sedatif dan ansiolitik. Digunakan juga dalam pengobatan enuresis, nyeri kronik, ulkus
peptikum, dan bulimia. Dapat diberikan peroral dan IM.
(Ks. Kedokteran Dorland, Kamus Farmakologi, At A Glance Farmakologi)