mini riset lengkap 2013

96
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai adanya protein dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3 bulan dan umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2002). Jumlah prevalensi GGK prevalensinya semakin meningkat, diperkirakan tahun 2025 di Asia Tenggara,

Upload: m3g0n0pekalongan

Post on 21-Oct-2015

291 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Mini riset HD

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Riset Lengkap 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik adalah

kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan

produk sisa dari darah, ditandai adanya protein dalam urin serta penurunan

laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3 bulan dan umumnya

berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronis (GGK) atau

penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang

progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Brunner & Suddarth, 2002). Jumlah prevalensi GGK prevalensinya semakin

meningkat, diperkirakan tahun 2025 di Asia Tenggara, Mediterania dan

Timur Tengah serta Afrika mencapai 380 juta orang, hal tersebut dipengaruhi

oleh faktor pertumbuhan gaya hidup tidak sehat. GGK di Indonesia sampai

dengan tahun 2009 telah menempati urutan pertama dari semua penyakit

ginjal. World Health Organization (WHO), memperkirakan akan terjadi

peningkatan pasien dengan penyakit ginjal di Indonesia sebesar 41,4% antara

tahun 1995-2025 dan Jawa Tengah kasus gangguan fungsi ginjal pada tahun

2004 dilaporkan sebanyak 170 kasus (Dinkes PemProp Jateng, 2004)

Page 2: Mini Riset Lengkap 2013

2

Akibat ketidakmampuan ginjal membuang produk sisa melalui

eliminasi urin akan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik,

cairan, elektrolit serta asam basa (Smeltzer & Bare, 2002), salah satu terapi

yang dilakukan untuk kelangsungan hidup pasien adalah terapi hemodialisa.

Terapi hemodialisa dilakukan untuk menyaring darah dan membuang

kelebihan cairan. Penambahan berat akibat cairan interdialisis (interdialytic

weight gain) merupakan suatu tantangan yang besar bagi pasien dan petugas

kesehatan. Pembatasan asupan air merupakan satu dari sejumlah pembatasan

diet yang dihadapi oleh orang yang menjalani dialisis. Kelebihan berat akibat

cairan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap angka morbiditas dan

mortalitas pada orang-orang yang menjalani hemodialisis.

Pasien yang menjalani terapi hemodialisa yaitu tindakan yang diberikan

untuk menggantikan tugas ginjal, umumnya mengeluh mengalami mulut

kering. Keadaan xerostomia merupakan hal yang umum terjadi pada pasien

yang sedang menjalani terapi hemodialisa karena gagal ginjal kronik.

Keadaan mulut kering karena sekresi saliva yang berkurang diperkirakan

terjadi pada 17-19% pasien hemodialisa. Hal ini terjadi karena pembatasan

asupan cairan yang dianjurkan pada pasien hemodialisa, agar terhindar dari

berbagai gangguan kesehatan. Produksi saliva menurun sehingga pasien akan

sering minum untuk mengatasi rasa haus yang dirasakan namun apabila

pasien melakukan banyak minum maka pasien akan mengalami penumpukan

cairan berlebih pada tubuhnya yang akan menyebabkan sesak napas sehingga

dapat memperparah penyakitnya. Jumlah penderita hemodialisa karena GGK

Page 3: Mini Riset Lengkap 2013

3

di Indonesia sampai dengan tahun 2009 sebanyak 1.297 orang. Penderita

GGK yang memerlukan hemodialisa diperkirakan meningkat sekitar 5-10%

setiap tahunnya.

Salah satu cara untuk merawat mulut kering (dry mouth) adalah

mengunyah dengan baik sehingga merangsang kelenjar saliva untuk bekerja

lebih baik, konsumsi makanan yang membutuhkan pengunyahan yang

banyak, permen karet yang tidak manis bisa merangsang kelenjar saliva

(Jensen dan Lanberg 1997 dalam wikipedia, 2008). Penatalaksanaan yang

sama diutarakan oleh Guggenheimer dan Moore (2003) bahwa memberikan

permen karet pada pasien hemodialisa yang mengalami xerostomia

merupakan salah satu cara yang dapat diupayakan untuk merangsang

produksi saliva.

Veerman dan kolega (2005), mengunyah permen karet merupakan

terapi alternatif yang dapat diberikan sebagai untuk merangsang kelenjar

ludah atau terapi paliatif pada pasien yang menjalami hemodialisa. Pasien

hemodialisa yang mengeluh mengalami mulut kering atau xerostomia dan

dianjurkan untuk mengunyah permen karet ditemukan lebih banyak

mengalami pengurangan rasa haus (60%) dibandingkan yang mendapat terapi

saliva pengganti (15%).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengaplikasikan

jurnal yang berjudul “Effect of Chewing Gum on Xerostomia, Thirst and

Interdialytic Weight Gain in Patients on Hemodialysis”.

Page 4: Mini Riset Lengkap 2013

4

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Analisa jurnal ini dibuat untuk menganalisa dan memahami tentang jurnal

“Effect of Chewing Gum on Xerostomia, Thirst and Interdialytic Weight

Gain in Patients on Hemodialysis”.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menganalisa dan memahami metode penelitian jurnal.

b. Mampu menganalisa dan memahami hasil penelitian jurnal

c. Mampu menganalisa dan memahami isi pembahasan pada jurnal

d. Mampu menganalisa dan memahami kelebihan serta kekurangan jurnal

e. Mampu mengaplikasikan jurnal “Effect of Chewing Gum on

Xerostomia, Thirst and Interdialytic Weight Gain in Patients on

Hemodialysis” di ruang hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

Page 5: Mini Riset Lengkap 2013

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Permen karet

1. Pengertian

Permen adalah gula-gula (confectionery) yang dibuat dengan

mencampurkan gula dengan konsentrasi tertentu ke dalam air yang

kemudian ditambahkan perasa dan pewarna. Permen yang pertama kali

dibuat oleh bangsa Cina, Timur tengah, Mesir, Yunani dan Romawi tidak

menggunakan gula tetapi menggunakan madu. Mereka menggunakan

madu untuk melapisi buahatau bunga untuk mengawetkannya atau

membuat bentuk seperti permen (Toussaint danMaguelonne 2009).

Permen karet (chewing gum) merupakan permen yang pada dasarnya

terbuat dari lateks alami atau sintetis yang dikenal dengan nama

poliisobutilen (Hendrickson 1976). Permen karet pertama yang dijual di

pasaran dibuat oleh John Bacon Curtis pada tahun 1800an tetapi paten

pertama dari permen karet dimiliki oleh William F. Semple pada tahun

1869.

2. Jenis-jenis Permen karet

Permen karet (chewing gum) memiliki banyak macam varietas, yaitu:

a. Gum balls, yaitu permen karet bundar yang biasa dijual dalam gum

ball machines dan terdiri dari berbagai warna.

Page 6: Mini Riset Lengkap 2013

6

b. Bubble gum, yaitu permen karet yang memiliki karakteristik unik yaitu

dapat ditiup.

c. Sugar free gum, yaitu permen karet yang terbuat dari pemanis buatan.

d. Candy & Gum Combination, yaitu kombinasi antara permen

konvensional dengan permen karet.

e. Functional gum, yaitu permen karet yang memiliki fungsi tertentu,

misalnya Nicogum yang membantu mengatasi kecanduan perokok dan

Vibe Energy Gum yang mengandung kafein, ginseng, dan teh hijau

3. Efek mengunyah permen karet yang mengandung xylitol terhadap

peningkatan pH saliva.

Pemberian permen karet yang mengandung xylitol mempunyai efek

menstimulasi produksi saliva, komposisi dari saliva berubah dan

meningkatkan konsentrasi bikarbonat, fosfat dan kalsium. Perubahan dari

komposisi ini mestimulasi peningkatan kemampuan saliva untuk

mencegah penurunan pH dan meningkatkan kemampuan pertumbuhan

kristal hidroksiapatit. Peningkatan volume saliva cenderung membersihkan

gula dan asam dari gigi. Permen karet bebas gula adalah cara yang sangat

praktis untuk merangsang saliva setelah memakan makanan yang

mengandung gula. Banyak penelitian di dunia yang mendukung tentang

efek pengunyahan permen karet bebas gula (Holgeston,2007).

Page 7: Mini Riset Lengkap 2013

7

Pemberian permen karet xylitol tiga sampai empat kali perhari

minimal lima menit setelah makan untuk menghambat akumulasi plak dan

menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi lesi awal

dan mengurangi jumlahS. Mutans (Burt, 2006). Pemberian permen karet

mengandung xylitol sesudah makan makanan yang mengandung

karbohidrat, mempunyai efek menurunkan akumulasi plak dan

meningkatkan buffer saliva (Yuliarsi dan Lestari, 2003).

B. Xerostomia

1. Pengertian

Xerostomia secara harfiah berarti ”mulut kering”,berasal dari dua

kata, xeros yang berarti kering dan stoma yang berarti mulut. Xerostomia

adalah mulut kering yang ditandai oleh saliva yang pekat dan berkerak

atau tidak ada (Brooker, Chris 2008).

2. Etiologi

Beberapa penyebab xerostomia adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan umum yang menurun

Kesehatan umum yang menurun pada beberapa penderita dapat

menyebabkan berkurangnya sekresi kelenjar saliva yang dapat

meningkatkan resiko terhadap radang mulut. Gangguan-gangguan ini

dapat timbul karena berbagai sebab, misalnya berkeringat yang

berlebihan, diare yang lama atau pengeluaran urin yang melampaui

batas.

Page 8: Mini Riset Lengkap 2013

8

b. Gangguan sistem saraf

Sekresi saliva terutama terdapat di bawah pengaturan hormonal dan

diatur oleh neuronal baik oleh sistem saraf otonom parasimpatis

maupun simpatis. Gangguan pada sistem saraf pusat dan perifer dapat

mempunyai akibat bagi kecepatan sekresi saliva. Kelainan saraf yang

diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multipel, juga akan

mengakibatkan menurunnya sekresi saliva.

c. Obat-obatan

Obat-obatan yang memblokade sistem saraf akan menghambat sekresi

saliva. Oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh

sistem saraf parasimpatis, obat-obatan dengan pengaruh antikolinergik

akan menghambat paling kuat pengeluaran saliva. Obat-obatan dengan

pengaruh anti β-adrenergik (yang disebut β-bloker) terutama akan

menghambat sekresi saliva mukus. Terdapat kurang lebih 400 jenis

obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia. Golongan-golongan

utama dari obat-obatan tersebut adalah antihistamin, antidepresan,

antikolinergik, anti anorexia, anti hipertensi, anti psikotik, anti

parkinson, diuresis, dan sedatif. Sebagian besar efek xerogenik dari

obat-obatan tersebut bersifat sementara (Bartels, 2005).

d. Gangguan kelenjar saliva

Gambaran penyakit dengan sel-sel asinar dan sel-sel duktus kelenjar

saliva yang berkurang atau mengecil, mengakibatkan penurunan

sekresi saliva, seperti aplasi atau hipoplasi kelenjar saliva mayor

Page 9: Mini Riset Lengkap 2013

9

pembawaan, atropi kelenjar saliva karena ketuaan atau penyinaran,

penyumbatan muara pembuangan oleh batu saliva, tumor, penyakit

autoimun, radang kelenjar saliva.

e. Penyinaran daerah kepala-leher

Gangguan fungsi kelenjar saliva setelah penyinaran dengan sinar

ionisasi pada daerah kepala-leher sudah banyak diketahui. Jumlah dan

keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan

lamanya penyinaran. Pada perawatan untuk kanker mulut, untuk

kondisi neoplastik di kepala dan leher, atau pada iradiasi mantel atau

iradiasi tubuh total (TBI) sebelum transplantasi sel induk

haematopoietic (transplantasi tulang sumsum) (Scully, 2008).

f. Fisiologi

Sensasi mulut kering yang subyektif terjadi setelah pembicaraan yang

berlebihan dan selama berolahraga. Pada keadaan ini ada dua faktor

yang ikut berperan. Bernafas melalui mulut yang terjadi pada saat olah

raga, berbicara atau menyanyi, juga dapat memberi efek kering pada

mulut.Selain itu, juga ada komponen emosional, yang merangsang

terjadinya efek simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi

sistem saraf parasimpatik, sehingga menyebabkan berkurangnya aliran

saliva dan mulut menjadi kering. Sebagian besar orang mengalami

sensasi mulut kering sebelum melakukan tanya jawab yang penting

atau sebelum berpidato.

Page 10: Mini Riset Lengkap 2013

10

g. Agenisis dari kelenjar saliva

Sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang pasien memang

mempunyai keadaan mulut yang kering sejak lahir. Hasil sialograf

menunjukkan cacat yang besar dari kelenjar saliva.

h. Penyumbatan hidung

Pada anak-anak, penyebab penyumbatan hidung yang paling sering

terlihat adalah pembesaran tonsil nasoparingeal (adenoid). Pada orang

dewasa terdapat berbagai macam penyebab, dari penyimpangan

keadaan hidung, polip hidung atau hipertropi rinitis. Semua keadaan

tersebut menyebabkan pasien bernafas dari mulut, tanpa penyumbatan

hidung.

i. Faktor ketuaan dan psikologi

Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan mengunyah

dan menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi tiruan.

Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi tiruan tidak

menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukous

untuk tempat gigi tiruan melayang pada permukaannya, dan dengan

tegangan permukaan yang berkurang untuk retensi gigi tiruan atas

dalam menahan tekanan kunyah. Bila daerah pendukung gigi tiruan

telah terasa nyeri, trauma dapat berlangsung terus. Menurut Hasibuan

(2002), perubahan atropi pada kelenjar saliva seiring dengan

pertambahan usia, dimana hal ini akan menurunkan produksi saliva

dan mengubah komposisinya (Hasibuan, 2002).

Page 11: Mini Riset Lengkap 2013

11

j. Penyakit kelenjar saliva

Selain sindrom sjogren, penyakit-penyakit kelenjar saliva jarang

menimbulkan xerostomia. Penyakit harus mengenai kedua kelenjar

parotid secara bergantian, untuk dapat menimbulkan kerusakan yang

menyeluruh.

C. IDWG (Interdialytic Weight Gain)

Interdialytic Weight Gain (IDWG) merupakan peningkatan volume

cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai

indicator untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode

interdialitik dan kepatuhan pasien terhadap pengaturan cairan pada pasien

yang mendapatkan terapi hemodialisis. Peningkatan IDWG melibihi 5% dari

berat badan kering dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti

hipertensi, hipotensi intradialisis, gagal jantung kiri, asites, pleural effusion,

gagal jantung kongestif, dan dapat mengakibatkan kematian. IDWG dapat

disebabkan oleh berbagai macam faktor baik faktor internal yang meliputi

usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, rasa haus, stress, self efficacy,

maupun factor eksternal yaitu dukungan keluarga dan sosial serta jumlah

intake cairan. Berat badan kering adalah berat badan yang dirasakan secara

subjekyif enak oleh pasien. Data objektif berat badan kering adalah tidak

adanya overhidrasi seperti oedem, peningkatan vena jugularis, ronkhi dan

pada saat dilakukan penarikan cairan (ultra filtrasi) tidak terjadi hipotensi,

kram, muntah (Cahyaningsih, 2009).

Page 12: Mini Riset Lengkap 2013

12

Pada inisiasi dialysis, kebanyakan pasien mengalami fase metabolik

selama beberapa bulan akibat penyakit kronis. Pada saat yang sama, ekskresi

garam dan air yang adekuat telah menurun akibat kerusakan nefron yang

progresif. Gangguan ini mengakibatkan pengerutan sel masa tubuh dan

perluasan kompartemen ekstraseluler. Saat dialysis memperbaiki keadaan

uremia, suatu peningkatan masa tubuh dapat tidak terdeteksi akibat

penurunan volume ekstraseluler. Penurunan masa tubuh dan peningkatan

cairan ekstraseluler dapat pula tidak diketahui selama sakit akut. Fakta-fakta

ini yang menyebabkan peningkatan berat badan interdialitik yang besar, tidak

tercapainya berat badan kering, dan dapat mengalami hipotensi intradialitik

akibat factkr non volume. Sebaliknya, mereka dapat mengalami normotensi,

non edema, tanpa tanda-tanda kelebihan cairan walau berada di atas berat

badan keringnya. Pemantauan tekanan darah yang terus menerus merupakan

satu-satunya cara untuk menentukan hipervolume yang bisa menyebabkan

hipertensi paling lambat 12 jam setelah meninggalkan unit hemodialisis.

Penyesuaian yang tepat pada berat badan kering tidak selalu sewaktu

munculnya komplikasi under / over hidrasi dan saat sakit.

Ketidakpatuhan dalam mengurangi asupan cairan dapat meningkatkan

berat badan dan memungkinkan berbagai macam komplikasi yang dapat

ditimbulkan seperti sesak pada pernapasan. Ketidakpatuhan pembatasan

cairan dapat terjadi pada pasien diantara hemodialisis sebelumya dan

selanjutnya, dengan indikasi adanya peningkatan berat badan, yang mana

disebut dengan Interdialitik Weight Gain (IDWG), atau bahkan sebaliknya

Page 13: Mini Riset Lengkap 2013

13

pada pasien yang membatasi asupan cairan dapat mengakibatkan dua

kemungkinan yaitu IDWG ataupun IDWL (Denhaerynck, Manhaeve,

Dobbels, Garzoni, Nolte & Deggest, 2007).

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagl ginjal

kronik, karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini

mengenai keadaan hidrasi pasien (Wilson, 2006 dalam Price & Wilson,

2006). Berat badan harian merupakan parameter yang penting dipantau, selain

catatan yang akurat mengenai asupan dan keluran. Asupan yang terlalu bebas

dapat ,menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan.

Asupan yang kurang optimal dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi, dan

perburukan ginjal. Aturan umum untuk asupan cairan adalah keluaran urin

dalam 24 jam + 500 ml mencerminkan kehilangan cairan yang disadari.

Misalnya, jika keluaran urin pasien dalam 24 jam adalah 400 ml, maka

asupan cairan total perhari adalah 400 + 500 ml = 900 ml. kebutuhan pasien

yang diperbolehkan pada pasien anefrik adalah 800 ml/hari, dan pasien

dialysis diberi cairan yang mencukupi untuk memungkinkan penambahan

berat badan 2 hingga 3 pon (sekitar 0,9 hingga 1,3 kg) selama pengobatan.

Asupan cairan harus diatur untuk mencapai keseimbangan cairan (Wilson,

2006 dalam Price & Wilson, 2006). Pengukuran berat badan kering seperti

pengukuran berat badan ideal yaitu (TB - 100) – 10%, dimana kondisi pasien

normotensive, tidak mengalami kelebihan cairan (edema) atau dehidrasi.

Berat badan ideal harus dicapai pasien di akhir dialysis (Cahyaningsih, 2009).

Page 14: Mini Riset Lengkap 2013

14

Pembatasan pemasukan cairan pada gagal ginjal kronik perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti hipervolumia dan

komplikasi pada system kardiovaskuler, yang hal tersebut dapat memperberat

beban kerja dari ventrikel kiri, cara untuk mengurangi beban kerja tersebut

yakni dengan mengurangi pemasukan cairan yang berlebihan, cairan yang

masuk dan keluar harus seimbang, baik yang lewat urin maupun yang keluar

tanpa disadari klien yaitu insesnsible water loss. Jumlah cairan yang

dikonsumsi adalah dengan menambahkan cairan yang keluar dengan 500 ml.

Jika asupan air segera dibatasin setelah timbul gagal ginjal akut, kandungan

cairan tubuh total mungkin hanya sedikit meningkat. Jika asupan cairan tidak

dibatasi dan pasien tetap minum sebagai responnya terhadap mekanisme rasa

haus normal, cairan tubuh akan segera meningkat (Guyton, 2007).

Renin merupakan suatu enzim proteulitik yang disekresikan oleh

ginjal yang mempunyai respon terhadap penurunan perfusi ginjal yang

menyebabkan penurunan volume ekstrasel. Renin bertugas untuk mengubah

angiotensinogen menjadi angiotensin 1 yang dapat mengakibatkan terjadinya

vasokontriksi. Kemudian angiotensi 1 akan diubah menjadi angiotensin 2

yang kemudian akan menyebabkan untuk vasokontriksi pada pembuluh darah

selektif yang masif dan merelokasi dan meningkatkan aliran darah ke ginjal,

yang meningkatkan perfusi ke ginjal. Angiotensin 2 juga menstimulasi

pelepasan aldosteron bila konsentrasi natrium rendah. Peningkatan kadar

angiotensin 2 pada pasien gagal ginjal dapat menimbulkan haus. Efek dari

dipsogenik angiotensin 2 yang disebabkan kondisi-kondisi yang terkait

Page 15: Mini Riset Lengkap 2013

15

dengan perangsangan dari system rennin angiorensin yang menyebabkan rasa

haus yang berlebihan, kondisi ini merupakan haus yang tidak terkontrol,

meskipun terjadi hidrasi yang memadai (Black & Hawks, 2005). Masukan

cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang mengalami haus dapat juga

disebabkan oleh mukosa mulut yang kering dan rasa metalik di mulut akibat

uremia.

D. Hemodialisis

1. Pengertian

Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu

ginjal buatan dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta,

1992). Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup

dan memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan

yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan

gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001).

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam

keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek

(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit

ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau

terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable

menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter

bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis,

Page 16: Mini Riset Lengkap 2013

16

hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa

tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2001).

2. Tujuan Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang

toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Ada tiga

prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan

ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui

proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi

lebih tinggi ke cairan dialisat yang konsentrasinya rendah. Air yang

berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.

Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan:

dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih

tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).

Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang

dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif

diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan

memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat

mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan

hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Smeltzer, 2001).

Page 17: Mini Riset Lengkap 2013

17

3. Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani

Hemodialisa

a. Diet

Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa

mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu

mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat

asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai

racun. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif

dikenal dengan gejala uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem

tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat gejala yang

timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah

nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan

cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung

kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga

merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Dengan

penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat

diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau

pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.

b. Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena

meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah

cairan yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru

ataupun hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa.

Page 18: Mini Riset Lengkap 2013

18

Ketidakseimbangan cairan juga dapat menyebabkan terjadinya

hipertropi pada ventrikel kiri. Beberapa laporan menyatakan bahwa

pembatasan cairan pada pasien hemodialisa sangat dipengaruhi oleh

perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Seperti

penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien

akan sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan

Natal dan Tahun Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus

dan pada masa liburan natal dan tahun baru banyak mengonsumsi

makanan ringan yang kering dan mengandung garam sehingga

memacu keinginan untuk minum (Welch, 2006) Jumlah asupan cairan

pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung

oleh makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan

berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG)

(Welch, 2006). IDWG adalah peningkatan berat badan antar

hemodialisa yang paling utama dihasilkan oleh asupan garam dan

cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut terdiri atas dua

bagian yaitu on the one hand yang artinya asupan air dan salin dapat

bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan

disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik. Tetapi on

the other hand, asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan

cairan tubuh. Yang menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan

hipertropi ventrikel kiri (Villaverde, 2005). IDWG yang dapat

Page 19: Mini Riset Lengkap 2013

19

ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis et al.,

1998) atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering (Fisher, 2006).

Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan

yang menumpuk diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini

dapat disamakan dengan berat badan orang dengan ginjal sehat setelah

buang air kecil. Berat kering adalah berat terendah yang dapat

ditoleransi oleh pasien sesaat setelah terapi dialysis tanpa

menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekanan darah, kram atau

gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang.

Berat kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan

masukan dari pasien.

Dokter akan menentukan berat kering dengan

mempertimbangkan kondisi pasien sebagai berikut : tekanan darah

normal, tidak adanya edema atau pembengkakan, tidak adanya indikasi

kelebihan cairan saat pemeriksaan paru – paru, tidak ada indikasi sesak

nafas. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian

dari resep diet untuk pasien ini. Cairan dibatasi, yaitu dengan

menjumlahkan urin/24jam ditambah 500-750 ml (Almatsier, 2004).

Urin 24 jam ditambah 500-700 ml adalah jumlah cairan yang dapat

dikonsumsi pasien dan masih dapat ditoleransi oleh ginjal pasien.

Pertimbangan medikasi Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya

atau sebagian melalui ginjal. Apabila seseorang pasien menjalani

dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat.

Page 20: Mini Riset Lengkap 2013

20

Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan

terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi,

pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dalam Mengurangi

Asupan Cairan

a. Faktor usia

Pendapat Dunbar & Waszak (1990) yang menunjukkan bahwa

ketaatan terhadap aturan pengobatan pada anak-anak dan remaja

merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan pada pasien dewasa.

Pada penelitian ini didapat penderita yang patuh rata-rara usia 52

tahun dan penderita yang tidak patuh rata-rata usia 46 tahun, ini bukan

berarti usia lebih tua cenderung patuh dan sebaliknya usia lebih muda

cenderung tidak patuh. Pendidikan penderita yang patuh 74,3% untuk

pendidikan SMA keatas ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan

pendidikan pada penderita yang tidak patuh.

b. Faktor lama menjalani HD

Semakin lama pasien menjalani HD adaptasi pasien semakin

baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau

informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan.

Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa semakin lama pasien

menjalani HD, semakin patuh dan pasien yang tidak patuh cenderung

Page 21: Mini Riset Lengkap 2013

21

merupakan pasien yang belum lama menjalani HD, karena pasien

sudah mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya

pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan.

c. Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.

Pada penderita yang patuh keterlibatan tenaga kesehatan dalam

kategori baik 82,9 % sedangkan pada penderita yang tidak patuh

dalam kategori sedang 58,2%. Didapat hasil uji analisis Mann

Whitney U- test antara keterlibatan tenaga kesehatan pada penderita

yang patuh dengan penderita yang tidak patuh berdasarkan kategori

diatas dengan nilai ( sig) atau ž= 0,002 lebih kecil dari 0,05 yang

berarti ada pengaruh antara keterlibatan tenaga kesehatan dengan

kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan. Keterlibatan

tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai

pemberi pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan

keluarga, serta rencana pengobatan selanjutnya.

d. Faktor keterlibatan keluarga pasien

Pada penderita yang patuh lebih mempunyai kepercayaan pada

kemampuannya sendiri untuk mengendalikan aspek permasalahan

yang sedang dialami, ini dikarenakan individu memiliki faktor internal

yang lebih dominan seperti tingkat pendidikan yang tinggi,

pengalaman yang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan

membuat individu lebih dapat mengambil keputusan yang tepat dalam

mengambil mengambil tindakan, sementara keterlibatan keluarga

Page 22: Mini Riset Lengkap 2013

22

dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat

menolong dengan melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian

dari keluarga.

5. Komplikasi

Komplikasi terapi dialisis antara lain :

a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan

b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja

terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan

terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

d. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit.

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan

serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini

kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.

f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah.

Page 23: Mini Riset Lengkap 2013

23

BAB III

RINGKASAN JURNAL

A. Judul Jurnal

Jurnal ini berjudul “Effect of Chewing Gum on Xerostomia, Thirst and

Interdialytic Weight Gain in Patients on Hemodialysis”.

B. Nama Peneliti

Penelitian ini disusun oleh Hanan Said and Hanan Mohammed.

C. Pendahuluan

Pengunyahan telah terbukti untuk meningkatkan sirkulasi sistemik,

dengan tanggapan peredaran darah tampaknya harus sebagian besar diatur

oleh otonom aktivitas saraf melalui regulasi yang lebih kompleks sistem

dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Namun, hanya sedikit studi telah

meneliti hubungan antara perubahan aktivitas saraf otonom dan sirkulasi

sistemik yang disebabkan oleh pengunyahan gerakan. Perubahan saraf

otonom aktivitas jantung terutama yang terlibat dalam peningkatan sirkulasi

sistemik dengan permen karet mengunyah. Hal ini menjelaskan beberapa

karakteristik Peraturan saraf otonom dalam pengunyahan gerakan. Beberapa

peneliti menyarankan penggunaan permen karet bebas gula untuk pasien

dengan xerostomia.

Page 24: Mini Riset Lengkap 2013

24

Penggunaan permen karet mengurangi jumlah sesi dialisis bagi pasien

dengan tinggi IWG. Mengunyah permen karet telah dikenal untuk menjadi

bagian dari terapi medis tambahan untuk xerostomia. Ketidakpatuhan pasien

terhadap pembatasan cairan dalam hemodialisis (HD) dibawa oleh rasa haus

terbatas dan xerostomia menyebabkan berat badan yang berlebihan

interdialytic gain (IWG). Hal ini menunjukkan bahwa mengunyah permen

karet berpotensi dapat digunakan untuk mengurangi xerostomia. Hal ini dapat

meningkatkan kepatuhan pembatasan diet terhadap cairan dan dapat

menurunkan IWG .

Intervensi keperawatan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis dan

menjalani hemodialisis adalah salah satunya menjaga kebersihan mulut untuk

menghindari jaringan iritasi pada mulut dan menyediakan klien dengan

permen karet untuk merangsang aliran air liur dan mengurangi dahaga.

D. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh mengunyah

permen karet bebas gula menggunakan pada xerostomia, haus dan berat

badan interdialytic (IWG) pada pasien hemodialisis.

E. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini subyek penelitiannya berjumlah 60 pasien. Enam

puluh pasien berturut-turut direkrut ke dalam penelitian ini. Kriteria inklusi

sedang didiagnosis sebagai ESRD (Penyakit Ginjal Tahap Akhir) pasien yang

Page 25: Mini Riset Lengkap 2013

25

menjalani hemodialysis untuk setidaknya 3 bulan, dialisis tiga kali seminggu

selama 4 jam, urin harian <200 ml, kondisi klinis stabil termasuk berat kering

stabil dan hematokrit dan hanya dewasa (≥ 18 tahun), pasien yang

berpendidikan dimasukkan dalam sampel dengan mental dan fisik mampu

berpartisipasi dan menyelesaikan studi.

Kriteria eksklusi meliputi pasien yang menderita Diabetes Mellitus,

penyakit iskemik hati, penyakit autoimun, pasien dengan keganasan di rongga

mulut, dan pasien yang memiliki bukti mikroskopis infeksi oral pada rongga

mulut. Selain itu, pasien yang merokok, peminum alkohol, pasien yang

memiliki periodontal penyakit, hemodinamik ketidakstabilan mencegah

ultrafiltrasi cukup, demensia atau terminal penyakit logistik

ketidakmungkinan dari investigasi, kecemasan atau depresi (yang

menyebabkan xerostomia mungkin sebagai akibat dari disfungsi otak dan

kelenjar ludah), penggunaan kemoterapi atau radioterapi atau keduanya atau

penggunaan xerogenic obat (Termasuk antikolinergik, antidepresan,

antipsikotik, antihistamin, antiparkinson agen dan diuretik) dan keengganan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Setelah penerapan inklusi dan kriteria eksklusi, berturut-turut 60

pasien acak dialokasikan untuk dua kelompok yang sama, 30 subyek masing-

masing. Kelompok Pasien Penelitian yang menggunakan Permen karet bebas

gula, sedangkan pasien kelompok kontrol tidak menggunakannya.

Page 26: Mini Riset Lengkap 2013

26

F. Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy-Eksperimental, yaitu

kelompok studi menggunakan Permen karet bebas gula dan kelompok kontrol

tidak menggunakannya.

G. Alat Pengumpulan Data:

Alat-alat berikut ini digunakan untuk mengumpulkan data terkait

penelitian ini:

1. Lembar Data:

Dirancang oleh para peneliti untuk mengumpulkan data mengenai usia,

jenis kelamin, berat kering dan durasi hemodialisis. Data ini diisi sekali

dari pasien.

2. Xerostomia Inventory (XI):

Dirancang untuk mengukur xerostomia dirasakan sebelum dan setelah

setiap sesi. Persediaan xerostomia adalah kuesioner divalidasi dengan 11

item,

3. Dialisis Thirst Inventory (DTI):

Dirancang untuk mengukur terjadinya haus sebelum dan sesudah sesi

dialisis. Dialisis Thirst Inventarisasi adalah divalidasi kuesioner dengan 5

item, masing-masing dengan 5 point Likert. Jenis skala (tidak pernah = 1,

untuk sangat sering = 5). Itu tanggapan terhadap lima item itu

dijumlahkan, yang menghasilkan skor sebagai berikut: 5 = Tidak pernah

haus, 10 = Hampir tidak pernah haus, 15 = Kadang-kadang, 20 = Cukup

sering haus dan 25 = sangat sering haus. Para pasien melaporkan'' tidak

Page 27: Mini Riset Lengkap 2013

27

pernah'' dan hampir pernah'' yang dinilai sebagai'' haus'' absen. Dalam

semua lainnya pasien,'' sesekali'' sampai'' Sangat sering'', itu dinilai

sebagai'' hadir'' haus.

4. Berat Badan Interdialitik (IWG):

Berat badan ditentukan menggunakan Monitor kursi elektronik. Sehelai

kain dirancang oleh peneliti untuk merekam berat badan pasien sebelum

dan sesudah setiap sesi. Berat badan interdialytic didefinisikan sebagai

jumlah cairan (Kg) dihapus selama sesi (berat pra dialisis dikurangi berat

badan pasca dialisis). IWG adalah dihitung dan dinyatakan sebagai IWG

rata-rata selama jangka waktu 2 minggu.

5. Skala kecepatan arus saliva:

Dirancang untuk pengukuran kecepatan air liur. Berdasarkan aliran saliva

tarif diklasifikasikan sebagai berikut:

* Hiposalivasi ada => 0,15 ml / menit., * Hypo air liur = <0,15 ml / menit.

Para peneliti menilai jumlah air liur sebelum dan setelah setiap sesi

dialisis. Air liur volume yang ditentukan secara gravimetri (dengan

asumsi 1 gm = 1 ml).

H. Etika pertimbangan studi penelitian ini meliputi:

a. Persetujuan penelitian diperoleh sebelum penelitian implementasi dari

sutradara unit hemodialisis, tujuan dan tujuan penelitian dibersihkan

kepada pasien.

b. Penerimaan partisipasi penelitian ini adalah diperoleh dari subyek.

Page 28: Mini Riset Lengkap 2013

28

c. Penelitian pada mempertahankan anonimitas dan kerahasiaan subyek dan

mereka memiliki hak untuk menarik diri dari penelitian setiap saat tanpa

denda.

I. Analisis statistik

Entri data dilakukan dengan menggunakan Epi-Info 6.4 paket

perangkat lunak komputer, sedangkan analisis statistik dilakukan dengan

menggunakan SPSS 11 paket perangkat lunak statistik. Data disajikan dengan

menggunakan statistik deskriptif bentuk frekuensi dan persentase untuk

kualitatif variabel, dan sarana dan deviasi standar untuk variabel kuantitatif.

Data kontinu kuantitatif dibandingkan dengan menggunakan Uji T-Test dalam

kasus perbandingan antara dua kelompok. Bila normal distribusi data tidak

dapat diasumsikan, yang non-parametrik Mann-Whitney digunakan sebagai

gantinya Uji T-Test. Variabel kualitatif dibandingkan menggunakan Uji Chi-

Square. Setiap kali nilai-nilai yang diharapkan dalam satu atau lebih dari sel-

sel dalam tabel 2x2 kurang dari 5, Uji Fisher digunakan sebagai gantinya.

Statistik signifikansi dianggap pada p-value <0,05. Ketika distribusi normal

dari data tidak dapat diasumsikan, non-parametrik Uji Kruskal-Wallis

digunakan sebagai gantinya.

Page 29: Mini Riset Lengkap 2013

29

J. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah usia yang paling umum (<50) tahun dalam

studi dan kontrol kelompok (masing-masing 60,0% & 53,3%), ada penurunan

xerostomia, haus dan berat badan interdialytic dari 4,6 ± 0,6 ± 0.6,4.3 dan 4,4

± 1,2 ± 0,8 to1.8, 1,9 ± 0,7 dan 1,8 ± 0,7 (masing-masing) melalui sesi

keenam. Juga ada peningkatan laju aliran saliva (ml) dari 0,4 ± 0,1-0,8 ± 0,2

dalam kelompok studi. Sedangkan pada kelompok kontrol ada peningkatan

xerostomia, haus dan berat badan interdialytic dari 3,3 ± 0,7, 2,3 ± 1,8 ±

1.1and 0,5 sampai 4,0 ± 0,9, 4,4 ± 0,8 dan 3,0 ± 1,5 (masing-masing) melalui

sesi keenam. Juga ada penurunan laju aliran saliva (ml) dari 0,5 ± 0,2

sampai . 0,4 ± 0,2 melalui sesi keenam.

K. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek menggunakan

permen karet bebas gula pada xerostomia, haus dan berat badan interdialytic

(IWG) pada pasien hemodialisis. Itu hipotesis bahwa pasien yang akan

mengunyah permen karet bebas gula (kelompok studi) akan memiliki

penurunan xerostomia, haus dan berat badan interdialytic (IWG) dan

peningkatan laju aliran saliva mereka dibandingkan dengan (kelompok

kontrol) subyek yang tidak akan menggunakan permen karet ini. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari subyek baik dalam

studi atau kelompok kontrol kaitannya dengan usia mereka kurang dari 50

tahun.

Page 30: Mini Riset Lengkap 2013

30

Penelitian menunjukkan bahwa ada statistik perbedaan yang

signifikan antara pasien dalam penelitian ini. Kelompok sepanjang enam sesi

dalam kaitannya dengan xerostomia, haus, laju aliran saliva (ml) dan berat

badan interdialytic dalam kelompok studi. Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa peningkatan pengunyahan, dalam bentuk permen karet,

bisa meningkatkan laju aliran, terutama pada pasien dengan rendah fungsi

saliva. Penggunaan permen karet selama berkepanjangan , baik tingkat aliran

saliva dan pH tetap secara signifikan atas nilai-nilai untuk dirangsang air liur.

Tetapi hasilnya bertentangan dalam hubungannya dengan xerostomia, haus,

dan berat interdialytic gain di mana ia menyimpulkan bahwa mengunyah

permen karet biasa adalah diketahui dapat ditoleransi dengan baik oleh

sebagian besar hemodialisis pasien, namun tidak menyebabkan pengentasan

xerostomia atau rasa haus berlebihan dan tidak mengurangi IWG atau

meningkatkan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

statistik perbedaan yang signifikan antara pasien dalam kelompok studi

sepanjang enam sesi dalam kaitannya xerostomia, haus, laju aliran saliva (ml)

dan berat badan interdialytic pada kelompok kontrol.

Para peneliti melaporkan bahwa sebagian besar peserta studi dinilai

karet tanpa gula permen sebagai terapi menguntungkan, tetapi mereka tidak

melaporkan bagaimana efek yang menguntungkan dinilai. Juga penelitian

melihat bahwa ada jelas penurunan haus antara pasien dalam kelompok studi

dibandingkan kelompok kontrol sepanjang enam sesi, yang menyatakan

bahwa mengunyah permen karet muncul untuk meringankan haus, dan

Page 31: Mini Riset Lengkap 2013

31

akibatnya mungkin menipiskan negatif efek kinerja kognitif haus yang tidak

muncul dalam kelompok kontrol. Sebuah peningkatan progresif dalam laju

aliran saliva antara pasien dalam kelompok studi dibandingkan kelompok

kontrol sepanjang enam sesi itu melihat di masa kini Penelitian yang

didukung oleh (Stephens et al. 2011) yang menyebutkan bahwa nilai laju

aliran saliva yang signifikan lebih rendah pada pasien dialisis dari pada sehat

kontrol. Bebas gula permen karet harus meresepkan terhadap pasien untuk

meningkatkan laju aliran.

Studi ini menunjukkan bahwa ada progresif penurunan berat badan

rata-rata di antara pasien dalam kelompok studi dibandingkan dengan

kelompok kontrol sepanjang enam sesi. Hal ini bertentangan dengan hasil

studi (Bots et al. 2005) yang menyatakan bahwa kepatuhan terhadap diet

cairan terbatas (500 ml / hari) diukur dengan IWG. Meskipun permen karet

mengunyah dan penyemprotan dengan air liur pengganti secara signifikan

mengurangi rasa haus, yang IWG pada pasien HD tidak terpengaruh. Hasil ini

mendukung hasil kelompok kontrol yang tidak mengunyah permen karet.

L. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

Penggunaan permen karet mengurangi rasa haus, xerostomia,

secara signifikan menurunkan berat badan interdialitik dan meningkatkan

laju aliran saliva pada pasien hemodialisis.

Page 32: Mini Riset Lengkap 2013

32

2. Saran

Penelitian ini sangat dianjurkan penggunaan permen karet oleh

pasien yang menjalani hemodialisis secara signifikan dalam penurunan

haus, xerostomia, berat badan interdialitic dan meningkatkan laju aliran

saliva pada pasien HD.

Page 33: Mini Riset Lengkap 2013

33

BAB IV

ANALISIS JURNAL

A. Analisis Jurnal

1. Penulisan Jurnal

Penulisan jurnalnya sudah bagus, menggunakan bahasa yang

mudah dipahami dan penjelasan yang singkat tetapi sudah mencakup

keseluruhan isi dari penelitian yang dilakukan.

2. Judul Jurnal

Judul jurnal ini menarik karena membahas tentang tindakan

keperawatan mandiri yang dapat diterapkan pada pasien yang menjalani

hemodialisis. Dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi

petugas kesehatan mengenai permen karet untuk mengurangi rasa haus,

xerostomia, menurunkan berat badan dan meningkatkan laju kelenjar

saliva pada pasien yang menjalani hemodialisa.

Penulisan judul jurnal tidak dicantumkan tahun dan tempat

penelitian pada judul penelitian tersebut. Sebaiknya penulisan judul dalam

jurnal perlu dicantumkan tahun dan tempat penelitian di dalamnya.

Page 34: Mini Riset Lengkap 2013

34

3. Latar Belakang

Pada latar belakang jurnal ini tidak dipaparkan epidemiologi

kasus tersebut, baik jumlah pasien gagal ginjal kronik dan jumlah pasien

gagal ginjal kronik dialisis rawat inap sehingga menjadi kurang

menguatkan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pada bagian

pendahuluan sudah dijelaskan penelitian sebelumnya yang mengevaluasi

tentang saliva namun, disitu juga sudah dijelaskan mengenai manfaat dan

kandungan dari air liur.

Penulisan latar belakang sebaiknya mencantumkan fenomena

yang terjadi. Penulisan epidemiologi disusun seperti piramida mengerucut

dari frenomena yang terjadi di dunia, negara dan wilayah tentang angka

kejadian penyakit gagal ginjal kronik, serta mencantumkan prosentase

jumlah pasien gagal ginjal kronik dialisis rawat inap.

4. Populasi dan Sampel

Dalam jurnal ini tidak dijelaskan perhitungan pengambilan

sampelnya, hanya ada penjelasan langsung jumlah sampel. Semua sampel

berjumlah 30, jumlah responden yang berjenis kelamin laki – laki

sebanyak 16 orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak

14 orang. Pengambilan sampel disini sudah dijelaskan yaitu dengan

metode kelompok kontrol menggunakan blok pengacakan, yaitu pertama

mengambil sepuluh responden kemudian 5 reponden secara acak untuk

masing – masing dua kelompok sampai jumlah keseluruhan 30 responden.

Page 35: Mini Riset Lengkap 2013

35

5. Instrument Penelitian

Pada penelitian ini instrument yang digunakan pada varibel

interveningnya yaitu permen karet rendah gula yang diberikan pada satu

kelompok. Dalam penelitian ini, ada beberapa alat ukur yang digunakan

antara lain sebagai berikut :

a. Lembar pengumpulan data yang berisi tentang usia,jenis kelamin,

berat kering dan durasi hemodialisa.

b. Xerostomia Inventory (XI) : dirangcang untuk mengukur xerostomia

sebelum diberikan permen karet hemodialisa.

c. Dialysis Thirst Inventory (DTI) : Untuk mengukur terjadinya haus

sebelum dan sesudah dialysis.

d. Interdialytic Weight Gain (IWG) : dirancang untuk mengetahui berat

badan pasien sebelum dan sesudah hemodialisa.

e. Salivary Flow Rate Scale : Dirancang untuk mengukur jumlah air liur

6. Metode Penelitian

Analisis pengolahan data yang digunakan sudah tepat. Pada

penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy-eksperimenti

kelompok studi menggunakan permen karet rendah gula sedangkan

kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau permen karet.

Page 36: Mini Riset Lengkap 2013

36

7. Pembahasan

Hasil penelitian pada jurnal menunjukkan Hasil penelitian mereka

menunjukkan bahwa peningkatan pengunyahan, dalam bentuk permen

karet, bisa meningkatkan laju aliran, terutama pada mereka dengan rendah

fungsi saliva. Selain jangka pendek menguntungkan efek permen karet,

memiliki efek jangka panjang mengindikasikan kemungkinan efek yang

menguntungkan itu.

Penelitian ini sangat dianjurkan penggunaan permen karet oleh

pasien menjalani hemodialisis untuk signifikan dalam penurunan haus,

xerostomia, berat badan dan interdialytic meningkatkan laju aliran saliva

pada pasien HD. Pembahasan dalam jurnal ini sudah cukup jelas, hasil

penelitiannya sudah dijelaskan secara menyeluruh ditunjang dengan teori

yang ada serta penelitian-penelitian yang sebelumnya.

8. Daftar Pustaka

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011, refrence yang

digunakan tidak semuanya tahun terbitannya kurang dari 10 tahun

terakhir. Ada yang tahun terbitannya tahun 2000 dan 2002. Namun

kebanyakan sudah memenuhi syarat dan Hal ini belum sesuai dengan

kaidah penulisan yang benar. Untuk penulisan daftar pustakanya sudah

benar dan lengkap, dicantumkan tahun,nama pengarang, penerbit, judul

refrence.

Page 37: Mini Riset Lengkap 2013

37

B. Kelebihan Jurnal

Setelah dilakukan analisa, jurnal ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1. Pembahasan dalam jurnal ini mudah dipahami dan sederhana dalam kata

katanya, sehingga pembaca mudah memahami apa yang disampaikan oleh

penulis.

2. Jurnal ini menjelaskan dengan jelas tentang metode penelitian dan teknik

pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti.

C. Kekurangan Jurnal

Setelah dilkaukan analisa, jurnal ini mempunyai beberapa kekurangan natara

lain :

1. Jurnal ini tidak melampirkan alat pengumpulan data (Xerotomia

Inventory (XI) , Dialisis Thirst Inventory (DTI), Interdialytic Berat Badan

(IWG), saliva Arus Harga Skala) yang digunakan peneliti sehingga

menjadi kendala bagi kami dalam menilai keefektifan dari kuesioner yang

di pakai.

2. Peneliti tidak mencamtumkan teori yang terkait dalam pembahasannya.

3. Terdapat kekurangan pada penulisan referensi terkait jumlah referensi dan

penyusunan referensi yang tidak diurutkan secara alphabetis.

Page 38: Mini Riset Lengkap 2013

38

D. Implikasi Keperawatan

Jurnal ini dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk menguji

pengaruh mengunyah permen karet bebas gula pada xerostomia, haus dan

berat badan interdialytic (IWG) khususnya pada pasien-pasien yang

menjalani hemodialisa. Kami mencoba mengapalikasikan jurnal ini di ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo. Adapun penjelasan terkait dengan mini riset

yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

1. Judul

Mini riset ini berjudul “Pengaruh Menguyah Permen Karet

Bebas Gula Terhadap Xerostomia, Haus Dan Meningkatkan Laju Aliran

Saliva Pada Pasien Hemodialisa”.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui adakah pengaruh mengunyah permen karet bebas

gula terhadap xerostomia, haus dan meningkatkan laju aliran saliva

pada pasien hemodialisis.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran xerostomia pada pasien hemodialisis

sebelum menguyah permen karet bebas gula.

2) Mengetahui gambaran haus pada pasien hemodialisis sebelum

menguyah permen karet bebas gula.

3) Mengetahui gambaran laju aliran saliva pada pasien hemodialisis

sebelum menguyah permen karet bebas gula.

Page 39: Mini Riset Lengkap 2013

39

4) Mengetahui gambaran xerostomia pada pasien hemodialisis

sesudah menguyah permen karet bebas gula.

5) Mengetahui gambaran haus pada pasien hemodialisis sesudah

menguyah permen karet bebas gula.

6) Mengetahui gambaran laju aliran saliva pada pasien hemodialisis

sesudah menguyah permen karet bebas gula.

7) Mengetahui pengaruh menguyah permen karet bebas gula

terhadap xerostomia, haus dan peningkatan laju aliran saliva pada

pasien hemodialisis.

3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan

berpikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam 2008, h.55). Kerangka konsep

penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Notoatmodjo 2010, h.69). Kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah peneliti ingin meneliti keterkaitan antara variabel intervening

yaitu menguyah permen karet bebas gula yang disebut juga sebagai

variabel independen dengan variabel terikat (dependen) berupa

xerostomia, haus dan berat badan interdialytic (IWG) pada pasien yang

menjalani hemodialisa.

Page 40: Mini Riset Lengkap 2013

40

Pasien yang mendapat tindakan hemodialisa pada umumnya

akan mengalami penurunan sekresi saliva yang menyebabkan timbulnya

rasa haus. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu karena penyakit yang

diderita pasien yang menjadi alasan utama dilakukannya hemodialisa

seperti gagal ginjal kronis. Penderita gagal ginjal kronik dianjurkan

membatasi asupan air untuk menjaga keseimbangan cairan karena

penurunan kemampuan ginjal mengekresi urine. Pembatasan intake cairan

akan menyebabkan penurunan aliran saliva dan saliva menjadi kental

(Sasanti dan Hasibuan, 2000).

Sekresi kelenjar saliva akan dapat ditingkatkan bila diberikan

stimulasi dengan cara mengunyah (Snow dan Wackym, 2008). Penelitian

ini menggunakan media permen karet untuk melihat kuantitas saliva yang

dihasilkan antara kelompok yang mendapat perlakukan dan tidak

mendapat perlakukan dan kemudian membandingkan hasil kedua

kelompok serta keterkaitannya dengan stimulasi yang diberikan. Dari

landasan teori tersebut, maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai

berikut :

Page 41: Mini Riset Lengkap 2013

41

Intervensi

Kontrol

Gambar 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian

Pengaruh Mengunyah Permen Karet Bebas Gula Terhadap Xerostomia, Haus

Dan Peningkatan Laju Aliran Saliva Pada Pasien Hemodialisis di

Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

4. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang

menjalani hemodialisis di ruang hemodialisa RSUD Tugurejo yang

berjumlah 77 orang.

b) Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

sampling, yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel

berdasarkan tujuan dan kriteria tertentu dari peneliti. Untuk

Pasien Hemodialisa

Xerostomia, Haus dan

Jumlah Saliva Setelah

Tindakan

Tidak Mendapat

Permen Karet

Xerostomia, Haus dan Jumlah Saliva

Sebelum

Xerostomia, Haus dan

Jumlah Saliva setelah

Tindakan

Mendapat Permen Karet

Xerostomia, Haus dan Jumlah Saliva

Sebelum

Page 42: Mini Riset Lengkap 2013

42

menghindari bias hasil penelitian maka diambil kriteria sampel

sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum responden

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau akan diteliti

(Nursalam 2008, h. 92). Kriteria Inklusi dalam penelitian ini

yaitu:

a) Pasien yang didiagnosis sebagai ESRD (Penyakit Ginjal

Tahap Akhir)

b) Pasien yang menjalani hemodialysis untuk setidaknya 3

bulan atau lebih dengan waktu menjalani hemodialisa

selama 4 jam

c) Pasien yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan responden yang memenuhi kriteria inklusi dari

studi karena berbagai sebab (Nursalam 2008, h. 97). Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Pasien yang menderita Diabetes Mellitus, penyakit iskemik

hati, penyakit autoimun, pasien dengan keganasan di rongga

mulut, dan pasien yang memiliki bukti mikroskopis infeksi

oral pada rongga mulut.

Page 43: Mini Riset Lengkap 2013

43

b) Pasien yang merokok, peminum alkohol, demensia,

kecemasan atau depresi (yang menyebabkan xerostomia

mungkin sebagai akibat dari disfungsi otak dan kelenjar

ludah).

c) Penggunaan kemoterapi atau radioterapi atau keduanya atau

penggunaan xerogenic obat (Termasuk antikolinergik,

antidepresan, antipsikotik, antihistamin, antiparkinson agen

dan diuretik).

d) Pasien yang tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Menurut Dahlan (2008) pada penelitian kasus kontrol,

jumlah responden yang diambil sebagai sampel untuk kasus (yang

mendapat perlakuan) minimal sama banyak dengan jumlah

responden yang menjadi kontrol (tidak mendapat perlakuan). Pada

penelitian ini dan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi, maka

sampel pada penelitian mini riset ini ada 5 responden yang

mendapatkan perlakuan dan 5 responden kelompok kontrol.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a) Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Hemodialisa di RSUD

Tugurejo Semarang.

Page 44: Mini Riset Lengkap 2013

44

b) Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini adalah dari tanggal 31 Juli – 1 Agustus

2013.

6. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Sugiyono 2008, h. 111). Peneliti melaksanaan penelitian

mini riset berdasarkan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

a) Peneliti mendapatkan persetujuan penelitian dari pembimbing

akademik serta pembimbing klinik.

b) Kemudian peneliti mendapatkan ijin dari Kepala Ruang ruangan

hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang.

c) Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan

penelitian dan memberikan lembar persetujuan menjadi responden.

d) Setelah responden menyetujui, peneliti menanyakan data demografi

yang meliputi kode responden, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan

lama menjalani hemodialisa.

e) Peneliti menganjurkan responden selama 30 menit setelah dilakukan

inisiasi proses hemodialisa untuk tidak makan, minum dan

menanyakan kuesioner xerostomia dan haus (Dialysis Thirst

Inventory).

Page 45: Mini Riset Lengkap 2013

45

f) Kemudian responden diminta untuk mengeluarkan saliva ke dalam

wadah yang telah disediakan peneliti dan mengukur mengukur

dengan spuit 1 cc kemudian mencatat hasilnya kedalam lembar

observasi.

g) Peneliti memberikan permen karet bebas gula kepada responden

kelompok intervensi dan menganjurkan kepada responden untuk

mengunyah selama 10 menit dengan mengganti permen karet setiap

5 menit.

h) Peneliti tidak memberikan permen karet bebas gula kepada

responden kelompok kontrol dan menganjurkan kepada responden

untuk menunggu selama 10 menit dan menganjurkan responden

untuk tidak makan dan minum.

i) Kemudian responden diminta untuk mengeluarkan saliva ke dalam

wadah yang telah disediakan peneliti dan mengukur mengukur

dengan spuit 1 cc kemudian mencatat hasilnya kedalam lembar

observasi.

j) Melakukan evaluasi kepada responden tentang xerostomia dan haus

kepada responden

Page 46: Mini Riset Lengkap 2013

46

7. Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

quasy experiment dengan rancangan “kasus kontrol” yang bertujuan

untuk mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat

antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan adanya manipulasi

suatu variabel dan membandingkannya dengan kelompok yang tidak

dimanipulasi (Dahlan, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana mengunyah permen karet rendah gula dapat meningkatkan

sekresi saliva pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa dan

membandingkannya dengan pasien yang tidak diberikan terapi tersebut.

8. Hasil Penelitian

a. Gambaran xerostomia pada pasien hemodialisis sebelum menguyah

permen karet bebas gula.

NoTingkat Xerostomia Sebelum

Mengunyah Permen KaretJumlah Prosentase

1 Mulut tidak kering 0 0%

2 Hampir tidak ada mulut kering 0 0%

3 Mulut kadang terasa kering 4 40%

4 Mulut sering kering 2 20%

5 Mulut sangat kering 4 40%

Jumlah 10 100%

Page 47: Mini Riset Lengkap 2013

47

b. Gambaran xerostomia pada pasien hemodialisis sesudah menguyah

permen karet bebas gula.

NoTingkat Xerostomia Sebelum

Mengunyah Permen KaretJumlah Prosentase

1 Mulut tidak kering 2 20%

2 Hampir tidak ada mulut kering 5 50%

3 Mulut kadang terasa kering 3 30%

4 Mulut sering kering 0 0%

5 Mulut sangat kering 0 0%

Jumlah 10 100%

c. Mengetahui gambaran rasa haus pada pasien hemodialisis sebelum

menguyah permen karet bebas gula.

NoGambaran rasa haus Sebelum

Mengunyah Permen KaretJumlah Prosentase

1 Tidak pernah haus 2 20%

2 Hampir tidak pernah haus 5 50%

3 Kadang-kadang haus 3 30%

4 Cukup sering haus 0 0%

5 Sering haus 0 0%

Jumlah 10 100%

d. Mengetahui gambaran rasa haus pada pasien hemodialisis sesudah

menguyah permen karet bebas gula

e.

Page 48: Mini Riset Lengkap 2013

48

us

Tabel 4.1 Distribusi Responden menurut Karakteristik Responden yang Menjalani Hemodialisis di Ruang Hemodialisa

RSUD Tugurejo Semarang (n=10)

No.Karakteristik

Responden Frekuensi Prosentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 4 40%

Perempuan 6 60%

2. Umur

Page 49: Mini Riset Lengkap 2013

49

No.Karakteristik

Responden< 50 tahun 2 20%

> 50 tahun 8 80%

3. Lama HD

3-6 bulan 4 40%

6-12 bulan 4 40%

1-2 tahun 2 20%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 10 responden yang menjalani

hemodialisa, sebanyak 4 responden (40,0%) berjenis lai-laki, 6 responden

(60,0%) berjenis perempuan, responden yang berusia < 50 tahun sebanyak

2 responden (20,0%), dan responden yang berusia > 50 tahun sebanyak 8

responden (80,0%). 4 respoden (40%) menjalani hemodialisa selama 3-6

bulan, 4 responden (40%) menjalani hemodialisa selama 6-12 tahun, 2

responden (20%) menjalani hemodialisa selama 1-2 tahun dan 0 responden

(0%) menjalani hemodialisa selama > 2 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Pengukuran saliva responden yang menjalani

Hemodialisa Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi

mengunyah permen karet di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo

Semarang (n=5)

NoJumlah Saliva

sebelum intervensi

Jumlah saliva

sesudah intervensi

Peningkatan

sekresi saliva

1 0,05 0,20 0,15

2 0,12 0,40 0,28

3 0,10 0,15 0,05

4 0,11 1,00 0,89

5 0,012 0,20 0,08

Page 50: Mini Riset Lengkap 2013

50

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengukuran saliva responden yang

menjalani hemodialisa sebelum di berikan intervensi mengunyah

permen karet di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu

saliva responden no 1 sebanyak 0,05 ml, saliva responden no.2

sebanyak 0,12 ml, saliva responden no 3 sebanyak 0,10 ml, saliva

responden no. 4 sebanyak 0,11 ml dan saliva responden no.5

sebanyak 0,02 ml. Sedangkan pengukuran saliva responden sesudah

diberikan intervensi mengunyah permen karet di Ruang Hemodialisa

RSUD Tugurejo Semarang yaitu saliva responden no 1 sebanyak 0,20

ml, saliva responden no.2 sebanyak 0,40 ml, saliva responden no 3

sebanyak 0,15 ml, saliva responden no. 4 sebanyak 1,00 ml dan saliva

responden no.5 sebanyak 0,20 ml.

Tabel 4.3 Distribusi Pengukuran saliva responden yang menjalani

Hemodialisa pada kelompok kontrol di Ruang Hemodialisa RSUD

Tugurejo Semarang (n=5)

No Jumlah Saliva

sebelum

Jumlah saliva

sesudah

Peningkatan

sekresi saliva

1 0,05 0,04 Tidak ada

2 0,09 0,07 Tidak ada

3 0,10 0,08 Tidak ada

4 0,12 0,10 Tidak ada

5 0,07 0,05 Tidak ada

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pengukuran saliva responden yang

menjalani hemodialisa pre test pada kelompok kontrol di ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu saliva responden no

1 sebanyak 0,05 ml, saliva responden no.2 sebanyak 0,09 ml,

saliva responden no 3 sebanyak 0,10 ml, saliva responden no. 4

Page 51: Mini Riset Lengkap 2013

51

sebanyak 0,12 ml dan saliva responden no.5 sebanyak 0,07 ml.

Sedangkan pengukuran saliva responden post test di Ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu saliva responden no

1 sebanyak 0,04 ml, saliva responden no.2 sebanyak 0,07 ml,

saliva responden no 3 sebanyak 0,08 ml, saliva responden no. 4

sebanyak 0,10 ml dan saliva responden no.5 sebanyak 0,05 ml.

Tabel 4.4 Distribusi Pengukuran Xerostomia responden yang

menjalani Hemodialisa sebelum dan sesudah di berikan intervensi

mengunyah permen karet di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo

Semarang (n=5)

Xerostomia Tidak Xerostomia

Prosentase

Sebelum 5 0 100%

Sesudah 0 5 100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Xerostomia responden yang

menjalani hemodialisa sebelum di berikan intervensi mengunyah

permen karet di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

yaitu 5 responden (100%) mengatakan mengalami Xerostomia.

Sedangkan pengukuran Xerostomia responden sesudah diberikan

intervensi mengunyah permen karet di Ruang Hemodialisa RSUD

Page 52: Mini Riset Lengkap 2013

52

Tugurejo Semarang yaitu 5 responden (100%) mengatakan tidak

mengalami Xerostomia.

Tabel 4.5 Distribusi Pengukuran Xerostomia responden yang

menjalani Hemodialisa sebelum dan sesudah pada kelompok

kontrol di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

Xerostomia Tidak Xerostomia

Prosentase

Sebelum 5 0 100%

Sesudah 5 0 100%

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa Xerostomia responden yang

menjalani hemodialisa Pre test dan post test pada kelompok

kontrol di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu 5

responden (100%) mengatakan mengalami Xerostomia.

Tabel 4.6 Distribusi Pengukuran rasa haus responden yang

menjalani Hemodialisa sebelum dan sesudah di berikan intervensi

Page 53: Mini Riset Lengkap 2013

53

mengunyah permen karet di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo

Semarang (n=5)

Haus Tidak haus Prosentase

Sebelum 5 0 100%

Sesudah 0 5 100%

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengukuran rasa haus responden

yang menjalani hemodialisa sebelum di berikan intervensi

mengunyah permen karet di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo

Semarang yaitu 5 responden (100%) mengatakan mengalamirasa

haus. Sedangkan pengukuran rasa haus responden sesudah

diberikan intervensi mengunyah permen karet di Ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu 5 responden (100%)

mengatakan tidak mengalami rasa haus.

Tabel 4.7 Distribusi Pengukuran rasa haus responden yang

menjalani Hemodialisa sebelum dan sesudah pada kelompok

kontrol di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang (n=5)

Haus Tidak haus Prosentase

Sebelum 5 0 100%

Sesudah 5 0 100%

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pengukuran rasa haus responden

yang menjalani hemodialisa Pre test dan post test pada kelompok

kontrol di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu 5

responden (100%) mengatakan mengalami mengalami nrasa haus.

9. Pembahasan

Page 54: Mini Riset Lengkap 2013

54

Pembahasan hasil penelitian ini bertujuan agar data yang

diperoleh dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh mengunyah

permen karet bebas gula terhadap xerostomia, haus dan peningkatan laju

aliran saliva pada pasien hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang.

Adapun gambarannya sebagai berikut :

a. Gambaran Sekresi Saliva Pada Pasien Yang Menjalani

Hemodialisa sebelum di berikan intervensi mengunyah permen

karet di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang.

Sebelum diberikan permen karet terlebih dahulu pasien

dilakukan pre test pengukuran jumlah saliva yang dihasilkan pada

kelompok intervening setelah pasien menjalani hemodialisa ±60

menit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran saliva

responden yang menjalani hemodialisa sebelum di berikan

intervensi mengunyah permen karet di ruang Hemodialisa RSUD

Tugurejo Semarang yaitu saliva responden no 1 sebanyak 0,05 ml,

saliva responden no.2 sebanyak 0,12 ml, saliva responden no 3

sebanyak 0,10 ml, saliva responden no. 4 sebanyak 0,11 ml dan

saliva responden no.5 sebanyak 0,02 ml. Berdasarkan hasil

penelitian sekresi saliva pasien sebelum di berikan terapi

mengunyah permen karet yaitu < 0,15 ml, hal ini menunjukkan

bahwa pasien mengalami hiposaliva.

Produksi saliva yang tidak sama jumlahnya dengan

individu yang sehat atau menurun salah satunya dijumpai pada

pasien hemodialisa. Penurunan jumlah saliva pada penderita yang

mendapat terapi hemodialisa dapat berkurang karena berbagai

faktor. Faktor utama yaitu karena penyakit yang diderita pasien

yang menjadi alasan utama dilakukannya hemodialisa. Tindakan

hemodialisa diberikan pada penderita gagal ginjal kronis yang

salah satu ditandai dengan penurunan output urine. Kemampuan

Page 55: Mini Riset Lengkap 2013

55

ginjal yang menurun dalam mengeksresikan urine menyebabkan

penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa, dianjurkan

membatasi asupan air untuk menjaga keseimbangan cairan.

Pembatasan intake cairan akan menyebabkan penurunan aliran

saliva dan saliva menjadi kental (Sasanti dan Hasibuan, 2000).

Hal yang sama dikemukakan Guggenheimer dan Moore

(2003) bahwa pasien yang menjalani terapi hemodialisa karena

gagal ginjal terminal dapat mengalami penurunan fungsi kelenjar

ludah yang berakibat pada timbulnya sensasi mulut kering.

Manifestasi ini meskipun demikian, biasanya berhubungan dengan

pemberian pengobatan yang diberikan untuk mengobati penyakit

yang menyertai.

b. Gambaran Sekresi Saliva Pada Pasien Yang Menjalani

Hemodialisa setelah di berikan intervensi mengunyah permen

karet di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang.

Kelompok intervening diberikan permen karet rendah gula

selama 10 menit dengan mengganti permen karet selama 5 menit

sekali. Setelah 10 menit kemudian dilakukan pengukuran kelenjar

saliva pada kelompok intervening. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengukuran saliva responden yang menjalani hemodialisa

setelah di berikan intervensi mengunyah permen karet di ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu saliva responden no

1 sebanyak 0,20 ml, saliva responden no.2 sebanyak 0,40 ml,

saliva responden no 3 sebanyak 0,15 ml, saliva responden no. 4

sebanyak 1,00 ml dan saliva responden no.5 sebanyak 0,20 ml.

Berdasarkan hasil penelitian sekresi saliva pasien setelah

mengunyah permen karet yaitu > 0,15 ml, hal ini menunjukkan

bahwa pasien setelah mengunyah permen karet tidak mengalami

hiposaliva.

Page 56: Mini Riset Lengkap 2013

56

Snow dan Wackym (2008) menyatakan bahwa menguyah

permen karet telah dibuktikan oleh banyak penelitian dapat

menstimulasi pengeluaran saliva. Mengunyah permen karet rendah

gula tidak hanya bermanfaat meningkatkan produksi saliva bagi

individu yang mengalami sensasi mulut kering namun dapat

membantu mengurangi pengikisan mineral gigi.Peningkatan

produksi saliva merupakan keuntungan utama mengunyah permen

karet yang terjadi dari proses mastikasi dan rasa permen karet.

Jumlah saliva meningkat menguntungkan karena membantu

memelihara kesehatan mulut melalui berbagai proses. Saliva yang

dikeluarkan dalam keadaan tidak terangsang sekitar 0,4 ml/menit

pada individu dewasa yang sehat dan dapat meningkat 10 sampai

12 kali lipat bila mengunyah permen karet. Peningkatan produksi

saliva terjadi setelah 5 sampai 7 menit mengunyah permen karet

karena sebagian besar pemanis dan rasa dari permen telah terurai

dalam mulut (Dodds, 2007).

Seluruh permen karet dapat digunakan untuk meningkatkan

produksi saliva, namun permen karet jenis xylitol lebih sesuai

karena mengandung kadar gula lebih rendah, permen karet yang

mengandung xylitol mampu meningkatkan kuantitas saliva lebih

tinggi dibandingkan permen karet yang non xylitol.

c. Gambaran Xerostomia Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa

di RSUD Tugurejo Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Xerostomia

responden yang menjalani hemodialisa sebelum di berikan

intervensi mengunyah permen karet di ruang Hemodialisa RSUD

Tugurejo Semarang yaitu 5 responden (100%) mengatakan

mengalami Xerostomia. Sedangkan pengukuran Xerostomia

responden sesudah diberikan intervensi mengunyah permen karet

Page 57: Mini Riset Lengkap 2013

57

di Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu 5

responden (100%) mengatakan tidak mengalami Xerostomia.

Xerostomia adalah keluhan subyektif pada pasien berupa

adanya rasa kering dalam rongga mulutnya akibat adanya

penurunan produksi daliva (hiposalivasi) dan atau perubahan

komposisi saliva (Guggenheimer 2003; Scully, 2005).

Keadaan xerostomia merupakan hal yang umum terjadi

pada pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa karena

gagal ginjal kronik. Keadaan mulut kering karena sekresi saliva

yang berkurang diperkirakan terjadi pada 17-19% pasien

hemodialisa. Hal ini diestimasi berdasarkan studi terhadap laporan

klinis mengenai xerostomia selama 20 tahun dari Index Medicus

(Guggenheimer dan Moore, 2003).

Salah satu cara untuk merawat mulut kering (dry mouth)

adalah mengunyah dengan baik sehingga merangsang kelenjar

saliva untuk bekerja lebih baik, konsumsi makanan yang

membutuhkan pengunyahan yang banyak, permen karet yang

tidak manis bisa merangsang kelenjar saliva (Jensen dan Lanberg

1997 dalam wikipedia, 2008). Penatalaksanaan yang sama

diutarakan oleh Guggenheimer dan Moore (2003) bahwa

memberikan permen karet pada pasien hemodialisa yang

mengalami xerostomia merupakan salah satu cara yang dapat

diupayakan untuk merangsang produksi saliva.

Estimasi yang sama dikemukakan oleh Veerman dan

kolega (2005) bahwa mengunyah permen karet merupakan terapi

alternatif yang dapat diberikan sebagai untuk merangsang

kelenjar ludah atau terapi paliatif pada pasien yang menjalami

hemodialisa. Pasien hemodialisa yang mengeluh mengalami mulut

kering atau xerostomia dan dianjurkan untuk mengunyah permen

karet ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa haus

Page 58: Mini Riset Lengkap 2013

58

(60%) dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti

(15%).

d. Gambaran Rasa Haus Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa di

RSUD Tugurejo Semarang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran rasa haus

responden yang menjalani hemodialisa sebelum di berikan

intervensi mengunyah permen karet di ruang Hemodialisa RSUD

Tugurejo Semarang yaitu 5 responden (100%) mengatakan

mengalamirasa haus. Sedangkan pengukuran rasa haus responden

sesudah diberikan intervensi mengunyah permen karet di Ruang

Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang yaitu 5 responden (100%)

mengatakan tidak mengalami rasa haus.

Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan

tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan

tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi

2009).

Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam

gagl ginjal kronik, karena rasa haus pasien merupakan panduan

yang tidak dapat diyakini mengenai keadaan hidrasi pasien

(Wilson, 2006 dalam Price & Wilson, 2006).

Mengunyah permen karet merupakan terapi alternatif yang

dapat diberikan sebagai untuk merangsang kelenjar ludah atau

terapi paliatif pada pasien yang menjalami hemodialisa. Pasien

hemodialisa yang mengeluh mengalami mulut kering atau

xerostomia dan dianjurkan untuk mengunyah permen karet

ditemukan lebih banyak mengalami pengurangan rasa haus (60%)

dibandingkan yang mendapat terapi saliva pengganti (15%). .

Page 59: Mini Riset Lengkap 2013

59

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil aplikasi jurnal yang sudah dilakukan pada pasien yang

menjalani hemodialisis di ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

sebanyak 10 responden disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara

jumlah sekresi pada responden yang mendapatkan perlakuan dengan

kelompok kontrol, hal ini sesuai dengan jurnal dan bisa diaplikasikan di

Ruang Hemodialisa khususnya RSUD Tugurejo Semarang.

B. Saran

Page 60: Mini Riset Lengkap 2013

60

1. Perawat

Perawat yang bertugas di ruang hemodialisa hendaknya dapat lebih

proaktif dalam menggali masalah yang dirasakan pasien hemodialisa

seperti adanya penurunan sekresi saliva yang menimbulkan sensasi mulut

kering sehingga dapat dilakukan upaya – upaya untuk membantu

mengatasi masalah tersebut.

2. Pasien

Pasien yang menjalani hemodialisa pasti pernah mengalami

adanya penurunan sekresi saliva, sehingga diharapkan pasien bisa

menerapkan mengunyah permen karet untuk mengurangi rasa haus,

xerostomia dan meningkatkan sekresi saliva.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Dahlan. 2008. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Holgeston, P.L. 2007. Xylitol and it’s effect on oral ecology. Departement

ofodontology. Paediatric. Dentistry Fakulty of Medicine. Umea.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Page 61: Mini Riset Lengkap 2013

61

Nursalam & Kurniawati, N.D. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi

HIV / AIDS. Jakarta : Salemba Medika.

Sugiyono. 2005. Statiatik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanti, H dan Hasibuan, S. 2000. Xerostomia, factor etiologi, Etiologi dan

Penanggulangan, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (Edisi

Khusus. Jakarta

Yuliarsi, Y., Lestari, S. 2003. Efek Permen Karet yang Mengandung Xylitol dan

Sorbitol Terhadap Plak Gigi dan Ginggivitis. JITEKGI FKGUPDM (B)