riset operasi lengkap-2

93

Click here to load reader

Upload: igede-asta

Post on 11-Dec-2015

181 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Lingo tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Riset Operasi Lengkap-2

Modul

Mata Kuliah

RISET OPERASIONAL

Disusun oleh:

Lukmanulhakim Almamalik

Politeknik PIKSI Ganesha

Bandung

2011

Page 2: Riset Operasi Lengkap-2

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya modul mata kuliah Riset Operasional ini dapat kami selesaikan dan sajikan. Modul mata kuliah Riset Operasional ini dimaksudkan sebagai salah satu media belajar bagai mahasiswa Politeknik Piksi Ganesha dalam mata kuliah Riset Operasional, sehingga diharapkan mahasiswa bisa lebih memahami materi Riset Operasional yang diberikan dosen di dalam kelas. Modul ini terbagi menjadi 11 bab, dimana urutan per bab disesuaikan dengan sistematika silabus Riset Operasional yang diberikan kepada mahasiswa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan pengajar di Politeknik Piksi Ganesha, yang telah memberikan dorongan sehingga modul Riset Operasional ini selesai dibuat. Penulis menyadari bahwa isi modul ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan modul ini akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi yang mempelajarinya.

Page 3: Riset Operasi Lengkap-2

2

Daftar Isi

Hal 1. Pengantar Riset Operasional 2. Programa Linier 9

3. Programa Linier: Solusi Grafik 16 4. Programa Linier: Solusi Simplex 24 5. Programa Linier: Solusi Simplex Minimasi dan

Tipe Programa Linier Iregular 37

6. Analisis Post Optimal 46

7. Programa Linier: Metode Transportasi 52

8. Programa Linier: Masalah Penugasan 65 9. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: Teori Jaringan Kerja 72

10. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: Critical Path Method (CPM)

76

11. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja: PERT 84

Page 4: Riset Operasi Lengkap-2

3

1 Pengantar Riset Operasional

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Menjelaskan sejarah dan falsafah Riset Operasional dan hubungannya dengan pengambilan keputusan.

B. Uraian Materi

1. Sejarah dan Latar Belakang Singkat Riset Operasional

• Pada masa Perang Dunia II, angkatan perang Inggris membentuk suatu tim yang terdiri dari para ilmuan dan ahli militer untuk mempelajari strategi memenangkan perang melawan Jerman. Tim yang dibentuk bertujuan menentukan penggunaan sumber daya kemiliteran yang terbatas untuk dapat bekerja paling efektif. Dalam bekerjanya tim melakukan riset menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menentukan penggunaan sumber-sumber yang terbatas tersebut.

• Setelah perang selesai, potensi komersialnya segera disadari oleh kalangan industri. Pengembangannya telah menyebar dengan cepat, terutama di belahan benua Amerika, terutama di Amerika Serikat.

• Sedemikian pesat perkembangannya sampai saat ini, Riset Operasional telah digunakan dalam hampir seluruh kegiatan, baik di perguruan tinggi, dunia usaha, pemerintahan, program kesehatan, maupun organisasi jasa.

• Dalam literatur manajemen, Riset Operasional sering juga dinamakan dengan Management Science.

2. Riset Operasional Sebagai Senit dan Imu

•••• Riset Operasional adalah suatu teknik pemecahan masalah yang berusaha menetapkan arah tindakan terbaik (optimum) dari sebuah masalah keputusan dalam kondisi sumber daya yang terbatas.

•••• Istilah Riset Operasional seringkali diasosiasikan hampir secara ekslusif dengan penggunaan teknik-teknik matematika untuk membuat model dan menganalisis

masalah keputusan.

•••• Walaupun teknik dan model matematis merupakan inti dari Riset Operasional, akan tetapi pemecahan masalah tidaklah hanya sekedar pengembangan dan pemecahan model-model matematis.

•••• Secara khusus, masalah-masalah keputusan biasanya mencakup faktor-faktor penting yang tidak terwujud (intagible) dan tidak dapat diterjemahkan secara langsung dalam bentuk model matematis. Faktor yang paling utama dari faktor-faktor tersebut adalah kehadiran unsur manusia sebagai si pengambil keputusan.

•••• Sebagai sebuah teknik pemecahan masalah, Riset Operasional dapat dipandang sebagai seni dan ilmu.

Page 5: Riset Operasi Lengkap-2

4

•••• Aspek ilmu terletak pada penyediaan teknik-teknik matematik dan algoritma untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sedangkan sebagai seni, keberhasilan dari solusi model matematis ini sangat bergantung pada kreativitas dan kemampuan seseorang sebagai pengambil keputusan untuk memecahkan masalah tersebut.

•••• Jadi pengumpulan data dalam pengembangan model, penentuan keabsahan model, dan penerapan dari pemecahan yang diperoleh akan bergantung pada kemampuan kelompok peneliti Riset Operasional yang bersangkutan untuk membentuk komunikasi yang baik dengan sumber-sumber informasi maupun dengan individu-individu yang bertanggung jawab atas solusi yang disarankan.

3. Komponen Model Keputusan

• Dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan ini, yang terlebih dahulu harus diidentifikasi adalah komponen-komponen utamanya, yaitu: a. Tujuan (objective). b. Variabel-variabel keputusan.

•••• Tujuan adalah hasil akhir yang hendak dicapai yang dilakukan dengan cara memilih suatu tindakan yang paling tepat dari suatu sistem (permasalahan) yang dipelajari. Dalam bidang bisnis (atau perusahaan), tujuan diartikan sebagai usaha untuk memaksimumkan profit atau meminimumkan biaya atau ongkos. Sementara itu dalam bidang-bidang lain yang sifatnya non profit, tujuan tersebut dapat berupa

pemberian kualitas pelayanan kepada para langganan.

•••• Ketika tujuan telah didefinisikan, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemilihan tindakan terbaik yang dapat mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, kualitas pemilihan tindakan tersebut akan sangat bergantung pada apakah si

pengambil keputusan mengetahui seluruh pilihan tindakan atau tidak.

•••• Untuk dapat menentukan tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan, haruslah diidentifikasi variabel-variabel sistem yang dapat dikendalikan oleh pengambil keputusan. Tentu saja tingkat keberhasilan dalam mengidentifikasi variabel-variabel ini pun akan sangat bergantung pada kemampuan si pengambil keputusan.

4. Model Dalam Riset Operasional

•••• Sebuah model keputusan semata-mata merupakan alat untuk ”meringkaskan” sebuah masalah keputusan dengan cara yang memungkinkan identifikasi dan evaluasi yang sistematis terhadap semua pilihan keputusan dari suatu masalah.

•••• Model adalah gambaran ideal dari suatu situasi (dunia) nyata, sehingga sifatnya yang kompleks dapat disederhanakan. Jenis-jenis model yang biasa digunakan:

a. Model-model ikonis/fisik

� Penggambaran fisik dari suatu sistem, baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Contoh 1.1: foto, peta, mainan anak-anak, maket, histogram.

b. Model analog/diagramatis

� Model-model ini dapat menggambarkan situasi-situasi yang dinamis, dan model ini lebih banyak digunakan daripada model-model ikonis karena sifatnya yang dapat dijadikan analogi bagi karakteristik sesuatu yang

Page 6: Riset Operasi Lengkap-2

5

dipelajari. Contoh 1.2: kurva distribusi frekuensi pada statistik, flow chart, peta dengan bermacam-macam warna untuk menggambarkan kondisi sebenarnya.

c. Model simbolis/matematika

� Penggambaran dunia nyata melalui simbol-simbol matematis. Model ini menggunakan seperangkat simbol matematik untuk menunjukkan komponen-komponen dari sistem nyata. Namun demikian, sistem nyata tidak selalu dapat diekspresikan dalam rumusan matematik.

� Model matematik dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: deterministik dan probabilistik. Model deterministik dibentuk dalam situasi penuh kepastian, sedangkan model probabilistik meliputi kasus-kasus dimana diasumsikan penuh ketidakpastian. Contoh 1.3: Persamaan garis lurus y = ax + b; persamaan linier z = x1+x2+x3

d. Model simulasi

Model-model yang meniru tingkah laku sistem dengan mempelajari interaksi komponen-komponennya. Karena tidak memerlukan fungsi-fungsi matematis secara eksplisit untuk merealisasikan variabel-variabel sistem, maka model-model simulasi ini dapat digunakan untuk memecahkan sistem kompleks yang tidak dapat diselesaikan secara matematis. Namun model-model ini tidak dapat memberikan solusi yang benar-benar optimum. Contoh 1.4: Simulator pesawat, simulator bisnis.

e. Model heuristik

Kadang-kadang formulasi matematis bersifat sangat kompleks untuk dapat memberikan suatu solusi yang pasti, atau mungkin suatu solusi optimum dapat diperoleh, akan tetapi memerlukan proses perhitungan yang sangat panjang dan tidak praktis. Untuk mengatasi kasus seperti ini dapat digunakan metode heuristik, yaitu suatu metode pencarian yang didasarkan atas intuisi atau aturan-aturan empiris untuk memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi-solusi yang telah dipelajari sebelumnya.

•••• Pembentukan model adalah esensi dari pendekatan Riset Operasi karena solusi dari pendekatan ini tergantung pada ketepatan model yang dibuat. Dalam Riset Operasi, model yang paling banyak digunakan adalah model matematis/simbolis, disamping banyak juga digunakan model-model simulasi dan heuristik.

5. Metodologi Riset Operasional

•••• Pembentukan model yang cocok hanyalah salah satu tahap dari aplikasi Riset Operasional. Pola dasar penerapan Riset Operasional terhadap suatu masalah dapat dipisahkan menjadi beberapa tahap. Berikut adalah tahapan-tahapan untuk memecahkan persoalan dalam riset operasional.

a. Merumuskan Masalah

Sebelum solusi terhadap suatu permasalahan dipikirkan, pertama kali yang harus dilakukan adalah mendefinisikan atau merumuskan permasalahan dengan baik. Definisi masalah yang tidak baik akan menyebabkan tidak diperolehnya penyelesaian atas suatu masalah atau penyelesaian yang tidak tepat. Dalam perumusan masalah ini ada tiga pertanyaan penting yang harus dijawab, terutama dikaitkan dengan Riset Operasional:

Page 7: Riset Operasi Lengkap-2

6

1) Variabel keputusan, yaitu unsur-unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan oleh pengambil keputusan. Ia sering disebut sebagai instrumen.

2) Tujuan. Penetapan tujuan membantu pengambil keputusan memusatkan perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap organisasi. Tujuan ini diekspresikan dalam variabel keputusan.

3) Kendala adalah pembatas-pembatas terhadap alternatif tindakan yang tersedia.

b. Pembentukan Model

Sesuai dengan definisi permasalahannya, kelompok peneliti Riset Operasional tersebut harus menentukan model yang paling cocok untuk mewakili sistem yang bersangkutan. Model tersebut harus merupakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan-batasan persoalan dalam bentuk variabel keputusan. Dalam memformulasikan permasalahan, biasanya digunakan model analitik, yaitu model matematik yang menghasilkan persamaan. Jika pada suatu situasi yang sangat rumit tidak diperoleh model analitik, maka perlu dikembangkan suatu model simulasi.

c. Pemecahan Model

Pada tahap ini, bermacam-macam teknik dan metode solusi kuantitatif yang merupakan bagian utama dari Riset Operasional memasuki proses. Penyelesaian masalah sesungguhnya merupakan penerapan satu atau lebih teknik-teknik ini terhadap model. Seringkali, solusi terhadap model berarti nilai-nilai variabel keputusan yang mengoptimumkan salah satu fungsi tujuan dengan nilai fungsi tujuan lain yang dapat diterima. Disamping solusi model, perlu juga mendapat informasi tambahan mengenai tingkah laku solusi yang disebabkan karena perubahan parameter sistem. Ini biasanya dinamakan sebagai Analisis Sensitivitas. Analisis ini terutama diperlukan jika parameter sistem tak dapat diduga secara tepat.

d. Validasi Model

Sebuah model adalah absah jika, walaupun tidak secara pasti mewakili sistem tersebut dan dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem tersebut. Suatu metode yang biasa digunakan untuk menguji validitas model adalah dengan membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia. Model dikatakan valid jika dengan kondisi input yang serupa dapat menghasilkan kembali kinerja seperti masa lampau. Masalahnya adalah bahwa tidak ada yang menjamin kinerja masa depan akan berlanjut meniru cerita lama.

e. Implementasi hasil akhir

Tahap terakhir adalah menerapkan hasil model yang telah diuji. Hal ini membutuhkan suatu penjelasan yang hati-hati tentang solusi yang digunakan dan hubungannya dengan realitas. Suatu hal yang kritis pada tahap ini adalah mempertemukan ahli Riset Operasional dengan mereka yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem.

•••• Penyelesaian kelima langkah yang dijelaskan di atas bukan berarti proses ini telah selesai. Hasil model dan keputusan hasil yang tersedia memberikan umpan balik pada model awal.

Page 8: Riset Operasi Lengkap-2

7

6. Metode-Metode Umum Mencari Solusi

•••• Pada umumnya, terdapat tiga metode untuk mencari solusi terhadap model Riset Operasi, yaitu:

a. Metode analitis, b. Metode numerik, dan c. Metode Monte Carlo.

•••• Pendekatan analitik. Metode analitik memerlukan perwujudan model dengan solusi grafik atau perhitungan matematik. Jenis matematik yang digunakan tergantung dari sifat-sifat model.

•••• Pendekatan Numerik. Metode numerik berhubungan dengan perulangan atau coba-coba dari prosedur-prosedur kesalahan, melalui perhitungan numerik pada setiap tahap. Metode numerik digunakan jika metode analitik gagal untuk mencari solusi. Urutannya dimulai dengan solusi awal dan diteruskan dengan seperangkat aturan-aturan untuk perbaikan menuju optimum. Solusi awal kemudian diganti dengan solusi yang diperbaiki dan proses itu diulang sampai tidak mungkin adanya perbaikan lagi atau biaya perhitungan lebih lanjut tidak dapat diterima.

•••• Metode Monte Carlo. Metode ini memerlukan konsep probabilistik dan sampling. Metode Monte-Carlo pada dasarnya adalah suatu teknik simulasi dimana fungsi distribusi statistik dibuat melalui seperangkat bilangan random.

7. Teknik-Teknik Riset Operasional

•••• Banyak model Riset Operasional yang sudah dikembangkan dan digunakan terhadap permasalahan-permasalahan bidang bisnis. Mereka itu dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, seperti dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Model-model Riset Operasional

Program Linier Matematika Model Programa Linier, Analisis Grafik, Metode Simplex, Model Minimasi, Post Optimasi, Transportasi dan Penugasan, Program Linier Integer Program Linier Sasaran

Teknik Probabilistik Probabilitas, Teori Permainan, Analisis Keputusan Analisis Markov, Antrian, Simulasi, Peramalan

Teknik Persediaan Permintaan pasti, Permintaan tak pasti

Teknik Jaringan Arus Jaringan, CPM/PERT

Teknik Non-Linier lainnya Program Dinamis, Analisis Titik Impas Teknik Solusi berdasarkan Kalkulus

8. Ciri-Ciri Riset Operasional

•••• Terdapat beberapa ciri Riset Operasional yang menonjol diantaranya adalah: a. Riset Operasional merupakan pendekatan kelompok antar disiplin untuk

mencari hasil optimum. b. Riset Operasional menggunakan teknik penelitian ilmiah untuk mendapatkan

solusi optimum.

c. Riset Operasional membuka permasalahan-permasalahan baru untuk dipelajari.

9. Keterbatasan Riset Operasional

Page 9: Riset Operasi Lengkap-2

8

•••• Riset Operasi berbeda dengan optimisasi klasik (kalkulus klasik). Dalam metode optimisasi klasik tidak dapat menangani kendala pertidaksamaan maupun persamaan secara serempak.

•••• Dengan kendala yang lebih bebas ini, metoda optimisasi non klasik ini (Riset Operasional) menjadi lebih menarik dan lebih realistis. Akan tetapi ini membutuhkan metode solusi yang baru karena kendala pertidaksamaan tak dapat ditangani dengan teknik kalkulus klasik.

•••• Seperti metode lainnya, Riset Operasional bukan tanpa kelemahan. Beberapa kelemahan dalam Riset Operasional diantaranya adalah: ���� Perumusan masalah dalam suatu program Riset Operasional adalah suatu tugas

yang sulit. ���� Jika suatu organisasi mempunyai beberapa tujuan yang bertentangan, maka akan

mengakibatkan terjadinya sub-optimum, yaitu kondisi yang tak dapat menolong seluruh organisasi mencapai yang terbaik secara serentak.

���� Suatu hubungan non-linier yang diubah menjadi linier untuk disesuaikan dengan program linier dapat mengganggu solusi yang disarankan.

2

Programa Linier

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan permasalahan alokasi sumber daya terbatas ke dalam pemodelan Programa Linier.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

•••• Masalah keputusan yang sering dihadapi seorang manajer perusahaan adalah permasalahan optimasi alokasi sumber daya yang langka dan terbatas.

Page 10: Riset Operasi Lengkap-2

9

•••• Sumber daya tersebut dapat berupa bahan baku, peralatan dan mesin, ruang, waktu, dana, dan tenaga kerja; atau dapat juga berupa batasan pedoman atau aturan, seperti resep untuk membuat kue atau spesifikasi teknis suatu peralatan.

•••• Pada umumnya tujuan perusahaan yang paling sering terjadi adalah sedapat mungkin memaksimumkan laba. Tujuan lain dari unit organisasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi biasanya berupa meminimumkan biaya.

•••• Salah satu metoda analisis yang paling luas dan paling baik digunakan untuk menyelesaikan permasalahan alokasi sumber daya adalah metoda programa linier atau dikenal dengan Linear Programming (Programa Linier).

•••• Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan untuk menggunakan teknik programa linier untuk memecahkan permasalahan alokasi sumber daya. 1) Pertama, permasalahan harus dapat diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dapat

diselesaikan dengan programa linier. 2) Kedua, permasalahan yang tidak terstruktur harus dapat dirumuskan dengan model

matematika, sehingga menjadi terstruktur. 3) Ketiga, model harus diselesaikan dengan teknik matematika yang telah dibuat.

•••• Teknik programa linier menggambarkan bahwa hubungan fungsi linier dalam model

matematika adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah

matematika yang telah ditetapkan disebut program. Dengan kata lain, sifat ’linier’ di sini memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam model ini merupakan fungsi

yang linier, sedangkan kata program dapat diartikan sebagai perencanaan.

•••• Model program linier terdiri dari komponen dan karakteristik tertentu.

2. Formulasi Model Programa Linier

•••• Setelah masalah diidentifikasi, tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memformulasikan model matematik yang meliputi tiga hal berikut:

a. Menentukan variabel keputusan,

b. Membentuk fungsi tujuan, dan

c. Menentukan semua batasan model.

a. Variabel keputusan

•••• Variabel keputusan berupa simbol matematik yang menggambarkan tingkatan aktivitas perusahaan. Contoh 2.1: Perusahaan elektronika ingin menjual sebanyak x1 buah radio, x2

buah televisi, dan x3 buah lemari es, dimana x1, x2, dan x3 adalah lambang yang menunjukkan jumlah variabel setiap item yang tidak diketahui. Nilai akhir dari x1, x2, dan x3 sesuai dengan pengarahan perusahaan, dan merupakan keputusan.

b. Fungsi Tujuan

•••• Fungsi Tujuan merupakan hubungan matematika linier yang menjelaskan fungsi tujuan dalam terminologi variabel keputusan.

•••• Fungsi tujuan selalu mempunyai salah satu target, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan suatu nilai (misalkan untuk kasus perusahaan adalah memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya produksi).

c. Batasan Model

• Batasan Model merupakan hubungan linier dari variabel-variabel keputusan, menunjukkan keterbatasan sumber daya permasalahan tersebut.

Page 11: Riset Operasi Lengkap-2

10

Contoh 2.2: Besarnya biaya maksimum yang dikeluarkan oleh PT. XYZ untuk kegiatan pemasaran pada tahun ini adalah Rp 15.000.000,00. Tenaga kerja yang tersedia untuk memproduksi kue dan roti di perusahaan ini hanya 100 jam tenaga kerja per minggu.

•••• Berikut adalah contoh permasalahan formulasi model programa linier. Contoh 2.3 Kombinasi Produk Perusahaan Tembikar PT. XYZ memproduksi dua macam produk setiap hari, yaitu: genteng dan bata. Perusahaan mempunyai 2 (dua) sumber daya yang terbatas jumlahnya yang digunakan untuk memproduksi kedua produk tersebut, yaitu: tenaga kerja dan tanah liat. Dengan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya, perusahaan ingin mengetahui berapa jumlah genteng dan bata yang akan diproduksi setiap harinya dalam rangka memaksimumkan laba. Kedua produk tersebut mempunyai kebutuhan sumber daya untuk produksi serta laba per item sebagai berikut:

Produk

Kebutuhan Sumber Daya

Tenaga Kerja (jam/unit)

Tanah liat (kg/unit)

Laba (Rp/unit)

Genteng 1 4 4

Bata 2 3 5

Sebagai tambahan informasi: tersedia 40 jam tenaga kerja dan 120 kg tanah liat setiap hari untuk produksi. Masalah ini akan dirumuskan sebagai model program linier dengan mendefinisikan secara terpisah setiap komponen model dan menggabungkan komponen-komponen tersebut dalam satu model. Penyelesaian:

Langkah 1: Mengenali Variabel Keputusan

•••• Keputusan yang dihadapi manajemen dalam masalah ini adalah berapa jumlah genteng dan jumlah bata yang harus diproduksi setiap hari. Ada dua variabel keputusan yang dicari yaitu jumlah genteng dan jumlah bata. Untuk itu, kita dapat menyatakannya dengan memisalkan bahwa x1 adalah jumlah genteng dan x2 adalah jumlah bata yang diproduksi setiap hari.

x1 = jumlah genteng yang diproduksi

x2 = jumlah bata yang diproduksi

Langkah 2: Memformulasikan fungsi tujuan

•••• Tujuan perusahaan adalah ingin memaksimumkan laba. Laba perusahaan adalah jumlah total dari laba setiap genteng dan setiap bata.

•••• Laba dari genteng ditentukan oleh perkalian antara laba setiap genteng, Rp 4/unit, dengan jumlah genteng yang diproduksi, yaitu x1. Begitu pula dengan laba dari bata ditentukan oleh perkalian antara laba setiap bata, Rp 5/unit, dengan jumlah bata yang diproduksi, x2.

•••• Dengan demikian, total laba adalah dalam pemodelan ini dilambangkan dengan Z, dapat dijelaskan secara matematika sebagai berikut.

Z = Rp (4x1+5x2).

Page 12: Riset Operasi Lengkap-2

11

• Dengan menempatkan terminologi memaksimumkan laba di depan fungsi laba, penggambaran tujuan perusahaan untuk memaksimumkan laba dapat ditulisakan sebagai berikut:

Memaksimumkan Z = 4x1+5 x2

dimana Z merupakan total laba tiap hari (Rp) 4x1 = laba dari genteng (dalam Rp) 5x2 = laba dari bata (dalam Rp)

Langkah 3: Menetapkan Batasan Model

• Dari masalah di atas, terdapat 2 (dua) sumber daya yang digunakan dalam produksi, yaitu tenaga kerja dan tanah liat yang jumlah persediaan keduanya terbatas. Produksi genteng dan bata memerlukan kedua sumber daya, baik tenaga kerja dan tanah liat.

Batasan Tenaga Kerja

• Untuk setiap genteng yang diproduksi memerlukan 1 jam tenaga kerja, sehingga jam tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi semua genteng adalah 1.x1.

• Untuk setiap bata yang diproduksi memerlukan 2 jam tenaga kerja, sehingga jam tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi semua bata adalah 2.x2.

• Total tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan adalah penjumlahan dari tenaga kerja yang digunakan oleh setiap produk, yaitu: 1x1 + 2x2

• Jumlah tenaga kerja sebesar 1x1 + 2x2 dibatasi sampai dengan 40 jam per hari (jumlah jam maksimum tenaga kerja yang dimiliki perusahaan), sehingga batasan tenaga kerja

sekarang 1x1 + 2x2 ≤≤≤≤ 40 jam.

• Ketidaksamaan atau ‘kurang dari atau sama dengan’ (≤) digunakan dalam model ini, bukan persamaan (=), karena 40 jam tenaga kerja adalah maksimum sumber daya yang dapat digunakan, dan bukan jumlah yang harus digunakan.

• Batasan ini mempunyai fleksibilitas. Artinya perusahaan tidak diharuskan menggunakan semua kapasitas 40 jam, akan tetapi dapat menggunakan jumlah masukan ke produksi yang dapat memaksimumkan laba sampai dengan dan termasuk 40 jam tenaga kerja. Berarti perusahaan mungkin saja mempunyai kapasitas yang tidak terpakai (misalnya sebagian waktu dari 40 jam yang tidak digunakan oleh perusahaan).

Batasan Tanah Liat

• Batasan untuk tanah liat dirumuskan sama dengan batasan tenaga kerja.

• Karena setiap genteng yang diproduksi memerlukan 4 kg tanah liat, maka jumlah tanah liat yang diperlukan untuk memproduksi semua genteng adalah 4.x1.

• Karena setiap bata yang diproduksi memerlukan 3 kg tanah liat, maka jumlah tanah liat yang diperlukan untuk memproduksi semua bata adalah 3.x2.

• Total tanah liat yang digunakan oleh perusahaan adalah penjumlahan dari tanah liat yang digunakan oleh setiap produk, yaitu: 4x1 + 3x2.

• Akan tetapi jumlah tanah sebesar 4x1 + 3x2 dibatasi sampai dengan 120 kg per hari,

sehingga batasan tanah liat menjadi: 4x1 + 3x2 ≤≤≤≤ 120 kg

Batasan yang non negatif.

• Batasan akhir adalah bahwa jumlah genteng dan jumlah bata yang diproduksi bernilai nol atau positif, karena tidak mungkin mempunyai jumlah produksi yang negatif.

Page 13: Riset Operasi Lengkap-2

12

• Batasan ini disebut batasan non negatif dan dinyatakan dalam matematika sebagai

berikut x1 ≥≥≥≥ 0 , x2 ≥≥≥≥ 0

• Dengan demikian, maka Formulasi Model Program Linier yang lengkap untuk masalah ini adalah:

Memaksimumkan Z = 4x1+5 x2

terbatas pada

1x1 + 2x2 ≤ 40

4x1 + 3x2 ≤ 120

x1 , x2 ≥≥≥≥ 0

Contoh 2.4 Formulasi Model Kasus Minimasi Perusahaan PT. ABC memproduksi campuran ”kue” dengan sekali produksi adalah 1000 kg. Campuran ”kue” tersebut terbuat dari tiga bahan, yaitu: daging ayam, daging sapi, dan cereal dengan harga masing-masing bahan adalah sebagai berikut:

Bahan Biaya per kg (Rupiah)

Daging ayam Dagingn sapi Cereal

3.000 5.000 2.000

Berdasarkan resep yang ada, campuran ”kue” tersebut harus terdiri dari paling sedikit 200 kg daging ayam, paling sedikit 400 kg daging sapi, dan tidak lebih dari 300 kg cereal. Perusahaan ingin mengetahui pencampuran optimal dari bahan-bahan yang dapat meminimumkan biaya. Formulasikan model program linier untuk masalah ini. Penyelesaian:

Langkah 1: Mengenali Variabel Keputusan

•••• Untuk mengidentifikasi setiap bagian dari model secara terpisah, mulai dengan variabel keputusan. (Variabel keputusannya adalah ingin mengetahui banyaknya masing-masing bahan campuran ”kue”).

x1 = jumlah kg daging ayam

x2 = jumlah kg daging sapi

x3 = jumlah kg cereal

Langkah 2: Memformulasikan Fungsi Tujuan

•••• Tujuan perusahaan adalah ingin meminimumkan biaya, sehingga fungsi tujuannya adalah:

Meminimumkan Z = Rp (3.000 x1 + 5.000 x2 + 2.000 x3)

dimana Z merupakan biaya per 1000 kg untuk sekali produksi 3.000 x1 = biaya daging ayam. 5.000 x2 = biaya daging sapi. 2.000 x3 = biaya cereal.

Langkah 3: Menetapkan Batasan Model.

•••• Batasan-batasan masalah ini terdapat dalam batasan resep dan fakta bahwa setiap sekali produksi harus berisi 1000 kg campuran.

Page 14: Riset Operasi Lengkap-2

13

x1 + x2 + x3 = 1000 (sekali produksi sama dengan 1000 kg)

x1 ≥ 200 (paling sedikit 200 kg)

x2 ≥ 400 (paling sedikit 4000 kg)

x3 ≤ 300 (tidak boleh lebih dari 300 kg) dan

Batasan non-negativitas x1, x2 , x3 ≥ 0 (batasan non negatif) Dengan demikian formulasi model permasalahan tersebut menjadi:

Meminimumkan Z = 3000x1 + 5000x2 + 2000x3

terbatas pada

x1 + x2 + x3 = 1000

x1 ≥≥≥≥ 200

x2 ≥≥≥≥ 400

x3 ≤≤≤≤ 300

x1, x2 , x3 ≥≥≥≥ 0

C. Tugas

Kerjakan latihan-latihan soal di bawah ini! 1) Dua produk dihasilkan menggunakan tiga mesin. Waktu masing-masing mesin

yang digunakan untuk menghasilkan kedua produk dibatasi hanya 10 jam per hari. Waktu produksi dan keuntungan per unit masing-masing produk ditunjukkan tabel di bawah ini :

Produk Waktu produksi (menit)

Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4

1 10 6 8 2

2 5 20 15 3

a. Mengenali variabel keputusan b. Memformulasikan fungsi tujuan c. Menetapkan batasan model d. Formulasi Modelnya adalah

2) Perusahaan ABCD akan memproduksi dua macam benda, yaitu Produk I dan

Produk II. Untuk memproduksi setiap unit produk I diperlukan bahan baku A sebanyak 40 kg dan bahan baku B sebanyak 25 kg serta bahan baku C sebanyak 80 kg. Sedangkan untuk memproduksi setiap unit produk II diperlukan bahan baku A sebanyak 30 kg dan bahan baku B sebanyak 40 kg serta bahan baku C sebanyak 50 kg. Jumlah bahan baku yang disediakan perusahaan masing-masing adalah bahan baku A sebanyak 3000 kg dan bahan baku B sebanyak 1500 kg serta bahan baku C sebanyak 3600 kg. Sumbangan terhadap laba dan biaya tetap (yang dihitung dengan harga jual persatuan dikurangi biaya variabel per satuan) setiap unit produk I sebesar Rp 150,00 dan setiap unit produk II Rp 120,00.

Buat Formulasi Model dari permasalahan di atas. Agar masalah dapat dipahami a. Susunlah dalam bentuk tabel berikut.

Page 15: Riset Operasi Lengkap-2

14

Bahan Baku

Kebutuhan Bahan Baku/unit Kapasitas

Produk I Produk II

A

B

C

Laba

b. Mengenali variabel keputusan c. Memformulasikan fungsi tujuan d. Menetapkan batasan model e. Formulasi Modelnya adalah

3) Sebuah perusahaan ingin menentukan berapa banyak masing-masing dari tiga

produk yang berbeda yang akan dihasilkan dengan tersedianya sumber daya yang terbatas agar diperoleh keuntungan maksimum. Kebutuhan tenaga kerja dan bahan baku serta sumbangan keuntungan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Kebutuhan sumber daya

Tenaga kerja (jam/unit)

Bahan (kg/unit) Keuntungan (Rp/unit)

Produk 1 Produk 2 Produk 3

5 2 4

4 6 3

3 5 2

Tersedia 240 jam kerja dan bahan mentah sebanyak 400 kg. Buat formulasi model program linier untuk permasalahan ini!

4) Perusahaan makanan ternak merencanakan untuk membuat dua jenis makanan

yaitu makanan A dan makanan B. Kedua jenis makanan tersebut mengandung vitamin dan protein. Makanan A paling sedikit diproduksi 2 unit dan makanan B paling sedikit diproduksi 1 unit.

Kebutuhan sumber daya

Jenis Makanan Vitamin (unit)

Protein (unit)

Biaya per unit (x Rp 1000)

Makanan A Makanan B

2 1

2 3

100 80

Minimum Kebutuhan 8 12

Formulasikan model programa linier tersebut! 5) PT Kue Enak memproduksi tiga jenis roti kering, yaitu pia, bolukismis dan

coklatkeju dengan keuntungan tiap jenis produk masing-masing Rp 150, Rp 400 dan Rp 600. Setiap minggu ditetapkan minimum produksi roti pia 25 unit, bolu kismis 130 unit dan coklat keju 55 unit. Ketiga jenis roti memerlukan pemrosesan tiga kali yaitu penyiapan bahan, peracikan dan pengovenan seperti terlihat pada tabel berikut:

Pemrosesan Jenis Roti Penyediaan

Page 16: Riset Operasi Lengkap-2

15

Pia Bolu kismis Coklat keju Maksimum (jam)

Penyiapan bahan 4 2 6 130

Peracikan 3 4 9 170

Pengovenan 1 2 4 52

Formulasikan model programa linier tersebut!

3. Programa Linier: Solusi Grafik

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami danmenyelesaikan permasalahan programa linier menggunakan metode grafik

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Page 17: Riset Operasi Lengkap-2

16

• Pada dasarnya, metode-metode yang dikembangkan untuk memecahkan model Programa linier adalah ditujukan untuk mencari solusi dari beberapa pilihan solusi yang dibentuk oleh persamaan pembatas, sehingga diperoleh nilai fungsi tujuan yang optimum.

• Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan Programa Linier (PL), yaitu dengan 1) metode grafik dan 2) metode simpleks.

• Pada bab ini akan dipelajari solusi grafik programa linier.

2. Solusi Grafik

• Persoalan Programa Linier dapat diilustrasikan dan dipecahkan secara grafik jika persoalan ini hanya memiliki dua variabel keputusan.

• Model Programa Linier dengan tiga variabel penggambarannya sangat sulit, sedangkan untuk model yang lebih dari tiga variabel tidak bisa dibuat grafik sama sekali.

• Meskipun permasalahan dengan dua variabel jarang terjadi dalam dunia nyata, akan tetapi penafsiran geometris dari metode grafik ini sangat bermanfaat untuk memahami metode pemecahan yang umum melalui algoritma simpleks yang akan dibicarakan kemudian.

2.1 Solusi Grafik Kasus Maksimasi

Berikut adalah contoh solusi grafik untuk kasus Programa Linier Maksimasi. Contoh 3.1 Solusi Grafik Programa Linier Kasus Maksimasi Berikut adalah ilustrasi pemecahan persoalan Programa Linier dengan menggunakan metode grafik dengan mengambil contoh permasalahan sebelumnya, yaitu permasalahan perusahaan Tembikar PT. XYZ pada bab 2. Berikut dituliskan kembali model Programa Linier perusahaan PT XYZ.

Memaksimumkan Z = $ (4x1 +5x2) terbatas pada

x1 + 2x2 ≤ 40 jam tenaga kerja

4x1 + 3x2 ≤ 120 kg tanah liat

x1 , x2 ≥ 0 dimana x1 = jumlah genteng yang diproduksi x2 = jumlah bata yang diproduksi

• Selanjutnya mohon diingat bahwa: � Koefisien nilai 4 dan 5 dalam fungsi tujuan adalah keuntungan genteng dan bata; � Koefisien nilai 1 dan 2 pada batasan pertama masing-masing adalah merupakan

jumlah jam tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi setiap genteng dan bata;

� koefisien nilai 4 dan 3 pada batasan kedua menunjukkan jumlah kg tanah liat yang diperlukan untuk memproduksi setiap genteng dan bata.

Langkah Pemecahan Solusi Grafik

a. Membuat sumbu koordinat kartesius

Page 18: Riset Operasi Lengkap-2

17

• Gambar 3.1 adalah satu kumpulan koordinat untuk variabel-variabel keputusan x1

dan x2, tempat grafik dari model matematik akan digambarkan. Hanya kuadran yang positif yang akan digambarkan, yaitu kuadran tempat x1 dan x2 akan selalu positif ( x1 ≥ 0 dan x2 ≥ 0).

x2

40

30

20

10

0

10 20 30 40 x1

Gambar 3.1 Koordinat untuk analisis grafik

b. Menggambar grafik

• Langkah pertama dalam menggambar grafik untuk model Programa Linier adalah memperlihatkan batasan-batasan dalam grafik. Kedua batasan digambarkan sebagai garis lurus dan masing-masing garis dibuat dalam grafik.

x1 x120 30 40 50

20

10

010

x2

50

40

30

40

50

50

x2

40

10

20

30

010 20 30

a. b. Gambar 3.2 a. Grafik dari batasan tenaga kerja

b. Grafik dari batasan untuk tanah liat

• Prosedur yang paling mudah untuk menggambarkan garis lurus ini adalah dengan cara menentukan dua titik pada garis dan menarik garis lurus melalui titik-titik tersebut.

• Untuk persamaan batasan tenaga kerja, x1 + 2x2 = 40 (gambar 3.2a), satu titik akan diperoleh jika salah satu titiknya bernilai 0. Untuk itu:

� jika x1 = 0, kita masukkan (substitusikan) nilai x1 = 0 ke dalam persamaan x1 + 2x2 = 40, sehingga akan dihasilkan nilai x2 = 20, dan titik ini berpotongan dengan sumbu x2.

x1 + 2x2 = 40 4x1 + 3x2 = 120

Page 19: Riset Operasi Lengkap-2

18

� jika x2 = 0, kita masukkan (substitusikan) nilai x2 = 0 ke dalam persamaan x1 + 2x2 = 40, sehingga akan dihasilkan nilai x1 = 40, dan titik ini berpotongan dengan sumbu x1.

• Untuk persamaan: 4x1 + 3x2 = 120 , untuk batasan tanah liat (gambar 3.2b). � jika x1 = 0, maka x2 = 40 , berpotongan dengan sumbu x2. � jika x2 = 0, maka x1 = 30 , berpotongan dengan sumbu x1.

• Garis pada grafik gambar 3.2 menunjukkan grafik kedua persamaan ini. Akan tetapi garis pada grafik 3.2 tersebut masih berupa garis sebuah batasan dan tidak menunjukkan seluruh batasan seperti gambar 3.3.

B

A

x1 x15010 20 30 400 0

10 20 30 40 50

20 20

10 10

40 40

30 30

x2 x2

50 50

a b

Gambar 3.3 Grafik dengan daerah batasan

c. Menentukan daerah solusi yang layak (Solusi Fisibel)

• Untuk menguji ketepatan dari daerah batasan, cek setiap satu titik yang berada di dalam dan di luar daerah. Sebagai contoh, ambil dua buah titik A dan B, masing masing berada di dalam dan di luar daerah, seperti dapat dilihat pada gambar 3.3a. Titik uji A pada gambar 3.3a, yang merupakan perpotongan dari x1 = 10 dan x2 = 10. Masukkan nilai-nilai ini ke dalam batasan tenaga kerja, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

10 + 2x (10) ≤ 40

30 ≤ 40

• Hasil ini menunjukkan bahwa ternyata titik A berada di dalam daerah batasan karena nilainya lebih kecil (30) dari 40.

• Berikutnya adalah titik uji B yang berada pada x1 = 40 dan x2 = 30. Hasilnya adalah

40 + 2 x (30) ≤ 40

100 ≤ 40

• Titik B jelas berada di luar daerah batasan karena nilai x1 dan x2 menghasilkan kuantitas 100, yang melebihi 40. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada gambar 3.3b, sehingga kombinasi dari kedua garis tersebut dapat dilihat pada grafik 3.4.

x1 + 2x2 ≤ 40

4x1 + 3x2 ≤120

Page 20: Riset Operasi Lengkap-2

19

x15010 20 30 400

20

10

40

30

x2

50

Gambar 3.4 Daerah batasan dari kedua persamaan

• Sekarang perhatikan gambar 3.5. Daerah di dalam garis tebal pada gambar 3.5 merupakan daerah yang berlaku untuk batasan kedua model karena daerah ini merupakan satu-satunya daerah dalam grafik yang berisi nilai-nilai yang dapat memenuhi kedua batasan secara simultan (daerah solusi yang layak).

• Beberapa titik dalam daerah solusi yang layak akan menghasilkan laba maksimum bagi perusahaan tersebut.

x15010 20 30 400

20

10

40

30

x2

50

Gambar 3.5 Daerah fisibel

d. Mencari Titik Solusi.

Langkah berikutnya adalah menentukan titik dalam daerah solusi yang layak yang menghasilkan laba terbesar.

• Untuk memulai menganalisis solusi, garis fungsi tujuan disiapkan secara acak berdasarkan tingkatan laba yang dipilih. Sebagai contoh, jika laba Z adalah 80, fungsi tujuannya adalah sebagai berikut.

80 = 4x1+5 x2

• Seperti halnya garis batasan, persamaan ini juga digambarkan sebagai garis seperti pada gambar 3.6.

Daerah batasan kedua

model grafik

Daerah solusi fisibel

Page 21: Riset Operasi Lengkap-2

20

Gambar 3.6 Mencari solusi dengan menggunakan persamaan garis fungsi tujuan

• Selanjutnya geser garis tersebut menjauhi titik origin (0,0). Laba meningkat jika fungsi tujuan menjauhi titik (0,0). Laba maksimum yang akan dicapai adalah pada titik dimana garis fungsi tujuan merupakan yang terjauh dari titik pangkal dan masih menyentuh suatu titik dalam daerah solusi yang layak.

• Dari gambar 3.6 didapatkan bahwa solusi optimal dicapai di titik B.

Gambar 3.7 Garis bantu digeser menjauhi titik orijin

untuk mencari solusi optimum

� Langkah ketiga dalam pendekatan solusi grafik adalah mencari nilai x1 dan x2 ketika titik solusi optimal diperoleh. Koordinat x1 dan x2 dapat langsung diperoleh dari grafik seperti gambar 3.8 adalah x1 =24 dan x2 = 8. Dengan demikian fungsi tujuan

Z= 4 x 24 + 5 x 8 = 136.

x1 5010 20 30 400

20

10

40

30

x2

50

x1 5010 20 30 400

20

10

40

30

x2

50

garis 80 = 4x1+5 x2

Page 22: Riset Operasi Lengkap-2

21

B

x15010 20 30 40

30

20

10

0

x2

50

40

Gambar 3.8 Titik solusi optimum

2.2 Solusi Grafik Masalah Minimasi

• Secara umum, solusi grafik masalah minimasi mempunyai cara yang sama dengan masalah maksimasi, kecuali untuk sedikit perbedaan.

Contoh 3.2 Pemecahan Masalah Minimasi Programa Linier dengan Metode Grafik. Formulasi Model Minimasi

Meminimkan Z = 6x1 + 3x2 terbatas pada

2 x1 + 4 x2 ≥ 16 4 x1 + 3 x2 ≥ 24 x1 , x2 ≥ 0

• Untuk menyelesaikan model Programa linier dengan metode grafik: Langkah pertama adalah menggambarkan persamaan dari dua model batasan (lihat Gambar 3.9).

x14 6 8 12

4

2

02

x2

10

8

6

Gambar 3.9 Garis batasan untuk model minimasi

2 x1 + 4 x2 = 16

4 x1 + 3 x2 = 24

Page 23: Riset Operasi Lengkap-2

22

• Menentukan daerah solusi fisibel. Berikut adalah daerah solusi yang layak dipilih yang menggambarkan ketidaksamaan ≥ pada batasan-batasan tersebut (Gambar 3.10).

x1

x2

10

8

6

4

2

02 4 6 8 12

Gambar 3.10 Daerah solusi yang layak

• Langkah berikutnya adalah menentukan titik optimal. Solusi optimal untuk masalah minimasi adalah juga pada batasan daerah solusi yang layak, akan tetapi batas daerah solusi terdiri dari titik-titik terdekat dari titik pangkal (titik orijin).

• Solusi optimal terdapat pada salah satu titik yang terekstrim pada batas daerah solusi. Dalam hal ini titik sudut yang menunjukkan tingkat ekstrim pada batas solusi yang terdekat pada titik pangkal, tiga titik sudut A, B, dan C dan garis fungsi tujuan.

• Pada saat fungsi tujuan bergeser mengarah ke titik pangkal, titik terakhir yang tersentuh dalam daerah solusi adalah titik yang layak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai terendah telah dicapai.

x1

x2

10

8

6

4

2

02 4 6 8 12

A

C

B

Gambar 3.11 Titik Solusi Optimal

• Langkah terakhir dalam pendekatan solusi secara grafik adalah mencari nilai x1 dan x2 pada titik A.

• Solusi optimalnya adalah dengan mensubstitusikan nilai A pada fungsi tujuan Z = 6x1 + 3x2 (Coba Anda hitung sendiri!)

Daerah solusi yang layak

Page 24: Riset Operasi Lengkap-2

23

C. Tugas

Kerjakan latihan-latihan soal di bawah menggunakan solusi grafik ! 1. memaksimumkan Z = 4 x1 + 5 x2 terbatas pada x1 + 2 x2 ≤ 10 6 x1 + 6 x2 ≤ 36 x2 ≤ 4 x1 , x2 ≥ 0 2. memaksimumkan Z = 5 x1 + x2 terbatas pada 3x1 + 4 x2 = 24 x1 ≤ 8 x1 + 3x2 ≤ 12 x1 , x2 ≥ 0

3. meminimumkan Z = 8 x1 + 6 x2 terbatas pada 4x1 + 2x2 ≤ 20 -6x2 + 4x2 ≤ 12 x1 + x2 ≥ 6 x1 , x2 ≥ 0 4. meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2 terbatas pada 6 x1 + x2 ≥ 6 4 x1 + 3 x2 ≥ 2 x1 + 2 x2 ≥ 4 x1 , x2 ≥ 0

Page 25: Riset Operasi Lengkap-2

24

4. Programa Linier: Solusi Simplex

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan mampu menyelesaikan permasalahan menggunakan metode simplex.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Tidak semua permasalahan Programa Linier dapat diselesaikan secara grafik.

• Untuk mengatasinya akan diperkenalkan sebuah metode dengan menggunakan pendekatan matematis yaitu: Metode Simplex.

• Metode Simplex merupakan suatu prosedur ulang yang bergerak dari satu jawab layak basis ke jawab berikutnya sedemikian rupa sehingga harga fungsi tujuan terus menaik (dalam persoalan maksimasi) atau fungsi tujuan menurun (dalam kasus minimasi). Proses ini akan terus berkelanjutan sampai dicapai jawab optimal (jika ada) yang memberi harga maksimum (minimum).

• Dalam pemecahan metode simplex model Programa Linier diubah ke dalam bentuk sebuah tabel, dinamakan tabel simplex, kemudian dilakukan langkah-langkah matematis pada tabel tersebut.

• Langkah-langkah matematis ini pada dasarnya merupakan replikasi proses pemindahan dari suatu titik ekstrim ke titik ekstrim lainnya pada batas daerah solusi.

• Tidak seperti metode grafik dimana dengan mudah titik terbaik dapat dicari diantara semua titik-titik solusi, metode simplex bergerak dari satu solusi ke solusi lain yang lebih baik sampai pada akhirnya solusi yang terbaik didapat.

2. Solusi Metode Simplex

• Langkah pertama untuk memecahkan Programa Linier dengan metode simplex adalah mengubah batasan-batasan model ke dalam bentuk persamaan yang merupakan

persyaratan untuk pemecahan secara simultan.

• Metode simplex memberikan suatu prosedur standar untuk mentransformasikan batasan pertidaksamaan berjenis ≤ ���� ke dalam bentuk persamaan (=).

• Transformasi ini dicapai dengan cara menambahkan suatu variabel baru yang dinamakan dengan variabel slack (variabel pengurang), diberi notasi s, dari sisi kiri batasan (untuk kasus maksimasi).

Contoh 4.1 : Penambahan Variabel Slack

x1 + 2x2 ≤≤≤≤ 40 diubah menjadi x1 + 2x2 + s1 = 40, dimana s1 ≥ 0

Tanda pertidaksamaan variabel slack tanda persamaan

Page 26: Riset Operasi Lengkap-2

25

Contoh 4.2 Formulasi Model Programa Linier Dengan Penambahan Variabel Slack

Kembali pada contoh permasalahan sebelumnya, kasus Perusahaan Tembikar PT. XYZ dengan formulasi model berikut:

memaksimumkan Z = Rp (4x1 + 5x2)

terbatas pada

x1 + 2x2 ≤ 40 jam tenaga kerja

4x1 + 3x2 ≤ 120 kg tanah liat

x1 , x2 ≥≥≥≥ 0 Mengubah batasan model.

• Penambahan suatu variabel pengurang (s) pada setiap pertidaksamaan batasan di atas akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

x1 + 2x2 + s1 = 40 jam tenaga kerja 4x1 + 3x2 + s2 = 120 kg tanah liat • Apa yang dimaksud dengan variabel slack?

Variabel slack, s1 dan s2 , merupakan suatu nilai sebarang yang diperlukan, sehingga nilai sisi kiri dari tanda persamaan akan bernilai sama dengan nilai sisi kanannya.

• Sebagai contoh, misalkan suatu solusi hipotetis dari x1 = 5 dan x2 = 10. Substitusikan nilai-nilai tersebut (x1 = 5 dan x2 = 10) ke dalam persamaan-persamaan batasan pada ilustrasi 4.2, sehingga akan menghasilkan nilai:

x1 + 2 x2 + s1 = 40 jam tenaga kerja

5 + 2.(10) + s1 = 40 jam tenaga kerja � s1 = 15 jam tenaga kerja dan 4x1 + 3x2 + s2 = 120 kg tanah liat 4.(5) + 3. (10) + s2 = 120 kg tanah liat � s2 = 70 kg tanah liat • Dari contoh di atas, x1 = 5 genteng dan, x2 = 10 bata mencerminkan suatu solusi yang

belum menggunakan seluruh jumlah jam tenaga kerja dan tanah liat. • Untuk membuat 5 genteng dan 10 bata hanya memerlukan 25 jam tenaga kerja. Hal ini

berarti masih ada 15 jam tenaga kerja yang belum terpakai. Begitu juga dengan tanah liat yang digunakan untuk memproduksi 5 genteng dan 10 bata masih menyisakan 70 kg tanah liat.

• Dengan demikian, secara umum suatu variabel slack mencerminkan sumber-sumber

daya yang tidak terpakai.

• Dalam contoh di atas, s1 mencerminkan jumlah jam tenaga kerja yang belum terpakai, sedangkan s2 mencerminkan jumlah kg tanah liat yang belum terpakai.

• Sumber-sumber yang tidak terpakai secara penuh akan muncul pada saat x1 = 0 dan x2 = 0 (di titik orijin (0,0). Dengan demikian jika nilai x1 = 0 dan x2 = 0 tersebut disubstitusikan ke persamaan batasan model, maka hasilnya adalah

x1 + 2x2 + s1 = 40 � 0 + 2.(0) + s1 = 40 4x1 + 3x2 + s2 = 120 � 4.(0) + 3. (0) + s2 = 120

Page 27: Riset Operasi Lengkap-2

26

• Karena tidak ada produksi pada titik orijin (titik asal (0,0)), berarti semua sumber-sumber daya tersebut tidak terpakai, jadi variabel pengurang sama dengan jumlah total tiap sumber yang tersedia, yaitu: s1 = 40, s2 = 120.

Efek pada fungsi tujuan. Pertimbangan berikutnya adalah efek dari variabel-variabel pengurang yang baru ini terhadap fungsi tujuan. Fungsi tujuan dalam contoh tersebut adalah:

Z = Rp (4x1+5 x2)

• Koefisien 4 dan 5 merupakan masing-masing merupakan kontribusi laba untuk tiap genteng dan bata. Lalu apa kontribusi dari variabel slack s1 dan s2?

• Variabel slack tersebut tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap fungsi tujuan

karena mereka mencerminkan sumber yang tidak terpakai.

• Laba baru akan diperoleh hanya jika sumber-sumber digunakan untuk menghasilkan genteng dan bata.

• Dengan menggunakan variabel pengurang, fungsi tujuan dapat dituliskan sebagai berikut:

Memaksimumkan Z = 4x1 + 5 x2 + 0.s1 + 0.s2

Batasan yang non negatif. Seperti pada variabel keputusan (x1 dan x2), variabel slack juga hanya dapat memiliki nilai non negatif karena sumber yang bernilai negatif adalah tidak mungkin.

• Dengan demikian maka untuk formulasi model ini, non negatifnya adalah:

x1 , x2 , s1 , s2 ≥ 0

• Formulasi model Programa Linier sekarang untuk kasus contoh di atas adalah

memaksimumkan Z = 4x1+5 x2 + 0s1 + 0s2

terbatas pada x1 + 2x2 + s1 = 40 4x1 + 3x2 + s2 = 120

x1 , x2 , s1 , s2 ≥≥≥≥ 0

3. Solusi Untuk Persamaan Simultan

• Setelah kedua batasan ini diubah ke dalam bentuk persamaan, maka untuk menentukan nilai dari variabel pada tiap titik solusi persamaan-persamaan batasan dapat dipecahkan secara simultan.

• Pada contoh tersebut, terdapat dua persamaan dengan empat variabel yang tidak diketahui (yaitu: dua variabel keputusan (x1 dan x2) dan dua variabel pengurang (s1 , s2)), suatu situasi yang membuat solusi simultan secara langsung tidak memungkinkan.

Perhatikan kembali kedua persamaan batasan contoh di atas.

x1 + 2x2 + s1 = 40

4x1 + 3x2 + s2 = 120

• Metode simplex memudahkan permasalahan ini dengan memberikan nilai nol untuk

beberapa variabel.

• Jumlah variabel yang diberi nilai nol adalah n-m, dimana n sama dengan jumlah

variabel sedangkan m sama dengan jumlah batasan (tidak termasuk batasan

nonnegatif).

Page 28: Riset Operasi Lengkap-2

27

• Untuk contoh model ini berarti n = 4 variabel dan m = 2 batasan, sehingga dua dari

empat variabel tersebut diberi nilai nol (yaitu, 4 – 2 = 2).

• Sebagai contoh, misalkan x1 = 0 dan s1 = 0, maka kedua persamaan batasan tersebut akan menghasilkan seperti di bawah ini.

x1 + 2x2 + s1 = 40 0 + 2x2 + 0 = 40 x2 = 40 dan 4 x1 + 3 x2 + s2 = 120 4.(0) + 3 (40) + s2 = 120 s2 = 60

• Solusi ini berhubungan dengan titik A pada gambar 4.1. Grafik pada gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pada titik A, dimana x1 = 0, x2 = 20, s1 = 0, dan s2 = 60 adalah solusi yang diperoleh jika diselesaikan dengan memecahkan persamaan simultan.

• Solusi ini nyata sebagai suatu solusi fisibel dasar.

B

x1

x2

50

40

30

20

10

05010 20 30 40

Gambar 4.1 Solusi pada titik-titik A, B, C, dan D

• Suatu solusi fisibel dasar adalah solusi yang memenuhi batasan model.

• Suatu solusi fisibel dasar memenuhi batasan-batasannya dan terdiri dari variabel

dengan nilai non negatif dan n-m variabel yang diberi nilai nol.

• Biasanya, sebanyak m variabel mempunyai nilai solusi yang positif, namun, bila satu dari m variabel mempunyai nilai nol, solusi fisibel dasar dinyatakan mengalami degenerasi.

4. Metode Simplex Menggunakan Tabel Simplex

• Langkah-langkah metode simplex dilakukan dalam suatu kerangka tabel, atau disebut dengan tabel simplex.

• Tabel simplex adalah tabel yang memuat semua keterangan yang perlu bagi jawab

layak basis dari suatu permasalahan Programa linier.

• Tabel ini juga mengatur model ke dalam suatu bentuk yang memungkinkan untuk penerapan langkah-langkah matematis menjadi lebih mudah.

• Bentuk umum tabel simplex awal dengan judul kolom dan baris diperlihatkan pada tabel 4.1.

x1 = 0 x2 =20 s1 = 0 s2 = 60

x1 = 24 x2 = 8 s1 = 0 s2 = 0 x1 = 30

x2 = 0 s1 = 10 s2 = 0

x1 = 0 x2 = 0 s1 = 40 s2 = 120

A

C D

x1 + 2x2 + s1 = 40

4 x1 + 3 x2 + s2 = 120

Page 29: Riset Operasi Lengkap-2

28

Tabel 4.1 Tabel Awal (Secara Umum)

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

x1 ... xn ... s1 ... sn

zj

cj - zj

Contoh 4.3 Solusi Metode Simplex dengan Tabel Simplex

Berikut adalah langkah-langkah penyelesaian permasalahan Programa linier menggunakan metode simplex dengan tabel simplex dengan contoh persoalan Perusahaan Tembikar PT. XYZ. Kita tuliskan kembali model matematikanya memaksimumkan Z = $ (4x1+5 x2) terbatas pada

x1 + 2x2 ≤ 40 jam tenaga kerja

4x1 + 3x2 ≤ 120 kg tanah liat

x1 , x2 ≥ 0 Langkah 1: mengubah bentuk batasan model pertidaksamaan menjadi persamaan.

Untuk persoalan Perusahaan Tembikar PT. XYZ, hasil transformasi modelnya adalah sebagai berikut. (lihat contoh 4.2)

memaksimumkan Z = 4x1+5 x2 + 0s1 + 0s2

terbatas pada x1 + 2x2 + s1 = 40 4x1 + 3x2 + s2 = 120

x1 , x2 , s1 , s2 ≥ 0 Langkah 2: Siapkan tabel awal untuk solusi fisibel dasar pada titik orijin dengan jumlah

kolom sebanyak jumlah variabel ditambah tiga dan jumlah baris sebanyak jumlah

batasan ditambah empat.

• Tabel simplex awal untuk model Perusahaan Tembikar PT. XYZ, dengan berbagai judul kolom dan baris diperlihatkan pada tabel 4.2.

Langkah 3: Isi kolom-kolom dan baris tabel simplex untuk solusi fisibel dasar di titik

orijin.

Page 30: Riset Operasi Lengkap-2

29

Tabel 4.2 Tabel Simplex

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

x1 x2 s1 s2

zj

cj - zj

1) Tahap pertama dalam mengisi tabel 4.2 adalah menuliskan variabel-variabel model

sepanjang baris kedua dari atas. Kedua variabel keputusan ditulis terlebih dahulu dengan mengikuti urutan besarnya subskripnya, diikuti dengan variabel pengurang yang juga ditulis mengikuti urutan besarnya subskripnya. Langkah ini menghasilkan suatu baris berisi x1 , x2 , s1 , s2 dalam tabel 4.2.

2) Tahap berikutnya adalah menentukan suatu solusi fisibel dasar. Dengan kata lain, dua variabel manakah yang akan membentuk solusi fisibel dasar dan variabel mana yang akan diberi nilai nol?

Tabel 4.3 Solusi Fisibel Dasar

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

x1 x2 s1 s2

s1 40

s2 120

zj

cj - zj

• Metode simplex memilih titik orijin sebagai awal dari solusi fisibel dasar karena

nilai variabel keputusan pada titik orijin selalu dapat diketahui dalam semua

Programa linier.

• Pada titik orijin tersebut (x1 = 0 dan x2 = 0), yang merupakan variabel-variabel dalam solusi fisibel dasar untuk kasus ini adalah s1 dan s2. Dengan demikian, jika nilai x1 = 0 dan x2 = 0, maka kita substitusikan nilai-nilai tersebut pada kedua persamaan batas, hasilnya adalah

x1 + 2x2 + s1 = 40 � 0 + 2.(0) + s1 = 40

s1 = 40 jam 4x1 + 3x2 + s2 = 120 � 4.(0) + 3. (0) + s2 = 120 s2 = 120 kg

• Dengan kata lain, pada titik orijin, dimana tidak ada produksi, semua sumber-sumber tersebut tidak terpakai, dan variabel s1 dan s2, yang membentuk solusi fisibel dasar.

• Dalam tabel 4.3 ditulis di bawah kolom variabel dasar dengan nilai-nilainya masing-masing 40 dan 120 ditulis di bawah kolom kuantitas (solusi).

variabel-variabel model sepanjang baris kedua dari

atas, yaitu x1 , x2 , s1 , s2

variabel-variabel dasar dan nilainya di

titik orijin. s1 = 40 dan s2 = 120

Page 31: Riset Operasi Lengkap-2

30

• Karena tabel simplex awal selalu dimulai dengan solusi pada titik orijin, maka variabel-variabel dasar pada titik orijin adalah variabel pengurang, s1 dan s2.

• Variabel dasar adalah variabel yang nilainya tidak sama dengan nol; sedangkan

variabel non-dasar adalah variabel yang nilainya sama dengan nol.

Tabel 4.4 Tabel Simplex dengan nilai-nilai cj

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 40

0 s2 120

zj

cj - zj

• Selanjutnya isi nilai cj, yaitu: koefisien-koefisien fungsi tujuan, yang mencerminkan kontribusi pada keuntungan (atau biaya) untuk setiap variabel xj atau sj pada fungsi tujuan. Sepanjang baris teratas dimasukkan nilai-nilai cj , yaitu 4, 5, 0, dan 0 untuk setiap variabel, seperti ditunjukkan pada tabel 4.4.

• Nilai-nilai cj pada sisi kiri tabel adalah kontribusi keuntungan dari variabel-variabel yang termasuk pada solusi fisibel dasar, dalam hal ini s1 dan s2. Variabel-variabel ini dituliskan pada sisi kiri tabel dengan tujuan digunakan untuk menghitung nilai pada baris zj.

• Kolom-kolom di bawah tiap variabel (x1 , x2 , s1 , s2) mengikuti koefisien variabel keputusan dan variabel pengurang dalam persamaan batasan model, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Tabel Simplex dengan Koefisien Batasan Model

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 40 1 2 1 0

0 s2 120 4 3 0 1

zj

cj - zj

• Sampai di sini proses pengisian tabel simplex awal telah lengkap.

• Nilai-nilai yang harus diisi pada baris zj dan cj – zj, seperti juga nilai-nilai tabel selanjutnya diperoleh dari hasil perhitungan matematis yang menggunakan formula-formula simplex.

Menghitung zj dan Baris cj-zj

• Langkah 4 : Menghitung nilai zj dan baris cj-zj

Menghitung zj

• Nilai pada baris zj dihitung dengan jalan mengalikan tiap nilai kolom cj (pada sisi kiri) dengan tiap kolom variabel (di bawah x1, x2, s1, dan s2), dan kemudian menjumlahkan tiap set nilai-nilai ini satu persatu. Nilai zj ini ditunjukkan dalam tabel 4.6.

Nilai cj koefisien fungsi tujuan

Z = 4x1+5 x2 + 0s1 + 0s2

Kolom-kolom di bawah tiap variabel (x1 , x2 , s1 , s2)

Page 32: Riset Operasi Lengkap-2

31

Tabel 4.6 Tabel Simplex dengan nilai-nilai cj

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 40 1 2 1 0

0 s2 120 4 3 0 1

zj 0 0 0 0 0

cj - zj

Contoh perhitungan Nilai baris zj di bawah kolom kuantitas; nilai baris zj di bawah kolom x1

cj kuantitas cj x1

0 X 40 = 0 0 x 1 = 0

0 X 120 = 0 0 x 4 = 0

zq = 0 zq = 0

Menghitung baris cj-zj

• Baris cj-zj dihitung dengan jalan mengurangkan nilai baris zj dari nilai-nilai baris (teratas) cj. Sebagai contoh, pada kolom x1, nilai cj-zj dihitung sebagai 4 – 0 = 4. Nilai ini seperti juga nilai cj-zj lainnya ditunjukkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Tabel Simplex Awal Lengkap

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 40 1 2 1 0

0 s2 120 4 3 0 1

zj 0 0 0 0 0

cj - zj 4 5 0 0

• Tabel 4.7 adalah tabel simplex awal yang lengkap dengan semua nilai yang telah terisi. Tabel 4.7 mencerminkan solusi pada titik orijin, dengan nilai x1 = 0, x2 = 0, s1 = 40 dan s2 = 120.

• Solusi ini jelas tidak optimal karena tidak ada keuntungan yang diperoleh. Jadi kita ingin berpindah ke suatu titik solusi yang akan memberikan solusi lebih baik. Dengan kata lain, kita ingin memproduksi salah satu dari beberapa genteng (x1) atau beberapa bata (x2).

Variabel Non-Dasar yang masuk.

• Pada umumnya, nilai pada baris cj-zj mencerminkan kenaikan bersih per unit variabel non dasar yang masuk ke dalam solusi dasar.

• Secara alamiah, kita ingin memperoleh sebanyak mungkin keuntungan, mengingat tujuan utamanya adalah memaksimumkan laba.

Nilai zj

Page 33: Riset Operasi Lengkap-2

32

• Dengan demikian, kita memasukkan variabel yang akan memberikan kenaikan bersih terbesar terhadap laba per unit.

• Pada tabel 4.8 kita memilih variabel x2 sebagai variabel dasar yang memasuki solusi karena variabel tersebut memiliki kenaikan bersih terbesar terhadap laba per unit, dan merupakan nilai positif tertinggi pada baris cj-zj.

• Variabel non dasar yang masuk menjadi variabel dasar ditentukan dengan cara

mencari nilai pada baris cj-zj yang terbesar. Tabel 4.8 Pemilihan Variabel Dasar yang masuk

cj

Variabel

dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 40 1 2 1 0

0 s2 120 4 3 0 1

zj 0 0 0 0 0

cj - zj 4 5 0 0

• Kolom x2 yang diberi garis terang pada tabel 4.8 disebut kolom pemutar (pivot column).

Variabel Dasar yang Keluar

• Dalam contoh permasalahan ini, setiap solusi fisibel dasar hanya terdiri dari dua variabel yang diberi nilai nol, dan satu dari dua variabel dasar yang ada, s1 atau s2 akan meninggalkan solusi dan menjadi nol.

• Untuk menentukan variabel dasar mana yang harus keluar menjadi variabel non-dasar dalam metode ini, caranya adalah dengan mencari nilai non-negatif terkecil dari hasil pembagian antara nilai kuantitas dari variabel solusi dasar terhadap nilai koefisien dari kolom pemutar.

• Dengan demikian maka, variabel dasar yang keluar pada tabel 4.8 adalah variabel s1.

Baris s1 yang diarsir terang pada tabel 4.8 dinyatakan sebagai baris pemutar (pivot row).

• Variabel dasar yang keluar menjadi variabel non-dasar ditentukan dengan cara

mencari nilai terbesar dari hasil perhitungan pembagian antara nilai kuantitas dari

variabel solusi dasar terhadap nilai variabel pada kolom pemutar.

Membentuk Tabel Baru

� Tabel 4.9 memperlihatkan tabel simplex ke dua dari variabel solusi dasar fisibel yang baru, yaitu x2 dan s2 berikut koefisien cj yang berhubungan.

Tabel 4.9 Variabel Dasar dan nilai cj untuk tabel Simplex Kedua

cj

Variabel

Dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2

0 s2

variabel x2

Page 34: Riset Operasi Lengkap-2

33

zj

cj - zj

• Nilai baris yang beragam dalam tabel kedua dihitung menggunakan beberapa formula simplex. 1. Untuk baris x2 yang disebut baris pemutar tabel baru, dihitung dengan membagi tiap

nilai dalam baris pemutar pada tabel pertama terhadap angka pemutar. Tabel 4.10 Perhitungan Nilai Baris Pemutar yang Baru

cj Variabel

Dasar

Kuantitas 4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2 20 1/2 1 1/2 0

0 s2

zj

cj - zj

2. Untuk menghitung nilai baris lainnya (dalam hal ini hanya ada satu baris) digunakan

formula yang berbeda.

Nilai baris tabel baru

=

Nilai baris tabel lama

-

Koefisien kolom pemutar yang berhubungan

x

Nilai baris pemutar tabel baru yang behubungan

Perhitungan Nilai Baris s2 yang baru

Kolom Nilai baris tabel lama

-

Koefisien kolom pemutar yang berhubungan

x

Nilai baris pemutar tabel baru yang behubungan

=

Nilai baris Lama

Kuantitas 120 - ( 3 x 20 ) = 60 x1 4 - ( 3 x ½ ) = 5/2 x2 3 - ( 3 x 1 ) = 0 s1 0 - ( 3 x ½ ) = -3/2 s2 1 - ( 3 x 0 ) = 1

Tabel simplex kedua diselesaikan dan dilengkapi dengan jalan menghitung baris zj dan cj – zj sama seperti perhitungan pada tabel pertama.

Baris zj dihitung dengan jalan menjumlahkan hasil kali nilai kolom cj dengan semua nilai kolom lainnya.

Kolom

kuantitas zq = (5) . (20) + (0) . (60) = 100

x1 z1 = (5) . (1/2) + (0) . (5/2) = 5/2

x2 z2 = (5) . (1) + (0) . (0) = 5

nilai baris pemutar

tabel baru = (nilai baris pemutar tabel lama /angka pemutar)

Page 35: Riset Operasi Lengkap-2

34

s1 z3 = (5) . (1/2) + (0) . (-3/2) = 5/2

s2 z4 = (5) . (0) + (0) . (1) = 0

Nilai baris zj dan nilai baris cj-zj dimasukkan ke dalam tabel untuk melengkapi tabel simplex kedua yang ditunjukkan dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11 Tabel Simplex kedua yang lengkap.

cj Variabel

dasar

Kuantitas 4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2 20 1/2 1 1/2 0

0 s2 60 5/2 0 -3/2 1

zj 100 5/2 5 5/2 0

cj - zj 3/2 0 -5/2 0

Tabel 4.11 di atas masih belum memberikan solusi optimal. Untuk mendapatkan tabel simplex solusi optimal, langkah-langkah seperti sebelumnya perlu dilakukan.

Tabel Siplex Optimal

• Untuk menentukan variabel non dasar yang masuk menjadi variabel dasar dan variabel dasar yang keluar menjadi variabel non dasar, dilakukan perhitungan seperti sebelumnya. 1. Menentukan variabel yang masuk

Variabel non dasar yang masuk ditentukan dengan cara mencari nilai baris cj-zj yang tertinggi, seperti dapat dilihat pada tabel 4.12.

2. Variabel yang keluar Variabel dasar yang keluar ditentukan dengan cara membagi nilai kuantitas dari variabel solusi dasar terhadap nilai kolom pemutar. Dan variabel dasar yang keluar adalah variabel yang mempunyai hasil bagi nonnegatif terkecil, seperti dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Kolom Pemutar, Baris Pemutar, dan angka pemutar.

cj Variabel

dasar

Kuantitas 4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2 20 1/2 1 1/2 0

0 s2 60 5/2 0 -3/2 1

zj 100 5/2 5 5/2 0

cj - zj 3/2 0 -5/2 0

Baris pemutar tabel baru (x1) dalam tabel simplex ketiga dihitung dengan menggunakan formula yang sama seperti sebelumnya. Jadi semua nilai-nilai baris pemutar lama dibagi dengan 5/2 sebagai angka pemutar, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Nilai-nilai baris pemutar lama

cj Variabel Kuantitas 4 5 0 0

Page 36: Riset Operasi Lengkap-2

35

dasar x1 x2 s1 s2

5 x2

4 x1 24 1 0 -3/5 2/5

zj

cj - zj

Nilai-nilai baris lainnya (x2) dihitung seperti yang diperlihatkan pada tabel . Perhitungan Nilai Baris x2 yang Baru kolom

Nilai baris tabel lama

-

Koefisien kolom pemutar yang berhubungan

x

Nilai baris pemutar tabel baru yang behubungan

=

Nilai baris Lama

Kuantitas 20 - ( ½ x 24 ) = 8

x1 ½ - ( ½ x 1 ) = 0

x2 1 - ( ½ x 0 ) = 1

s1 ½ - ( ½ x -3/5 ) = 4/5

s2 0 - ( ½ x 2/5 ) = -1/5 Nilai-nilai yang baru ini, seperti baris zj dan nilai baris cj-zj yang baru, diperlihatkan dalam tabel ke tiga yang lengkap dalam tabel 4.14. Tabel 4.14 Tabel Simplex lengkap

cj Variabel

dasar

Kuantitas 4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2 8 0 1 4/5 -1/5

4 x1 24 1 0 -3/5 2/5

zj 136 4 5 8/5 3/5

cj - zj 0 0 -8/5 -3/5

• Untuk menentukan variabel yang masuk berdasarkan pengamatan pada baris cj-zj, kita lihat bahwa suatu variabel non-dasar tidak akan menghasilkan kenaikan bersih positif terhadap laba dimana semua nilai baris cj-zj pada saat itu nol atau negatif. Ini berarti solusi optimal telah tercapai. Jadi solusinya adalah x1 = 24 genteng x2 = 8 bata Z = Rp 136

C. Tugas

Kerjakan latihan-latihan soal di bawah menggunakan solusi simplex! 1. memaksimumkan Z = 4 x1 + 5 x2 terbatas pada x1 + 2 x2 ≤ 10 6 x1 + 6 x2 ≤ 36 x2 ≤ 4

Page 37: Riset Operasi Lengkap-2

36

x1 , x2 ≥ 0 2. Memaksimumkan Z = 2x1 + 3x2

terbatas pada x1 + 3x2 ≤ 6 3x1 + 2x2 ≤ 6 x1 , x2 ≥ 0

1. Perusahaan XYZ menghasilkan dua macam jenis barang, yaitu Produk I dan Produk II. Untuk memproduksi setiap unit Produk I diperlukan bahan baku A sebanyak 1 satuan, bahan baku B sebanyak 2 satuan. Sedangkan untuk memproduksi setiap unit Produk II diperlukan bahan baku A sebanyak 1 satuan, bahan baku B sebanyak 1 satuan. Jumlah bahan baku yang disediakan perusahaan masing-masing sebanyak 600 satuan untuk bahan baku A dan sebanyak 1000 satuan untuk bahan baku B. Harga jual setiap produk masing-masing adalah Produk I sebesar 150 satuan dan Produk II sebesar 100 satuan. Anda diminta bantuan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

2. Memaksimumkan Z = 4x1 + 2x2

Terbatas pada

1x1 + 2x2 ≤ 40

4x1 + 3x2 ≤ 120

x1 , x2 ≥ 0

Page 38: Riset Operasi Lengkap-2

37

5. Programa Linier: Solusi Simplex Minimasi dan

Tipe Programa Linier Iregular

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan mampu menyelesaikan permasalahan menggunakan metode simplex.

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Secara umum, langkah-langkah metode simplex yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya digunakan untuk semua tipe masalah programa linier.

• Untuk masalah minimasi, diperlukan sedikit perubahan dalam proses simplex yang

normal.

2. Masalah Minimasi Program Linier

Contoh 5.1 Penyelesaian masalah minimasi progama linier menggunakan metode simplex. Diketahui formulasi model Programa Linier minimasi sebagai berikut.

Meminimumkan Z = 6x1 + 3x2 terbatas pada

2 x1 + 4 x2 ≥ 16 4 x1 + 3 x2 ≥ 24 x1 , x2 ≥ 0

Cari solusinya menggunakan Metode Simpleks

Penyelesaian:

Langkah pertama dari proses simplex adalah mengubah semua batasan pertidaksamaan ≥ ke bentuk persamaan (=) dengan mengurangi suatu variabel penambah (variabel surplus) dan ditambahkan variabel artifisial A.

2x1 + 4x2 ≥ 16 diubah menjadi 2x1 + 4x2 - s1 + A1 = 16, dimana s1 ≥ 0

4x1 + 3x2 ≥ 24 diubah menjadi 4x1 + 3x2 - s2 + A2 = 24, dimana s2 ≥ 0

• Variabel penambah diberi simbol s dan harus nonnegatif (≥ 0 ).

Tanda pertidaksamaan variabel surplus tanda persamaan

Page 39: Riset Operasi Lengkap-2

38

• Suatu variabel pengurang yang ditambahkan pada batasan ≤ mencerminkan

sumber yang tidak terpakai, sedangkan variabel penambah yang dikurangkan

pada batasan ≥ mencerminkan kelebihan di atas batas minimal sumber yang

diperlukan.

• Variabel artifisial (A) tidak memberikan arti seperti halnya variabel pengurang atau variabel penambah. Variabel Artifisial diselipkan ke dalam persamaan hanya untuk memberikan solusi positif pada titik pangkal (titik orijin).

• Variabel artifisial analog dengan roket booster yang tujuannya adalah untuk mengangkat pesawat dari permukaan bumi, tetapi sekali pesawat terangkat, roket tersebut tidak ada gunanya lagi sehingga roket tersebut lalu dibuang.

Langkah kedua adalah mengubah persamaan fungsi tujuan dengan menambahkan variabel big M.

Z = 6x1 + 3x2 + 0. s1 + 0. s2 + M.A1 + M. A2

• Seperti variabel pengurang, variabel penambah tidak mempunyai dampak

menaikkan atau menurunkan biaya pada fungsi tujuan.

• Dengan demikian transformasi model masalah minimasi secara lengkapnya adalah: meminimumkan Z = 6x1 + 3x2 + 0. s1 + 0. s2 + M.A1 + M. A2

terbatas pada

2x1 + 4x2 - s1 + A1 = 16

4x1 + 3x2 - s2 + A2 = 24

x1 , x2 , s1 , s2 , A1, A2 ≥ 0

3. Tabel Simplex Minimasi

• Pembentukan tabel simplex awal untuk model minimasi dilakukan dengan cara yang sama seperti untuk model maksimasi, kecuali untuk satu perbedaan kecil.

• Pada baris akhir tabel simplex, tidak lagi menghitung cj – zj , melainkan menghitung

zj – cj, yang mencerminkan penurunan biaya per unit bersih, dan kemudian dipilih nilai positif terbesar untuk penentuan variabel yang masuk dan kolom pemutar.

• Pilihan lain, kita tetap dapat menghitung cj – zj dan tetap kita memilih nilai negatif terbesar sebagai kolom pemutar.

• Namun agar tetap konsisten dalam aturan untuk memilih kolom pemutar, kita akan tetap menggunakan zj – cj.

Tabel Simplex Awal

• Tabel simplex awal model minimasi di atas ditunjukkan pada tabel 5.1. (Catatan: lihat

cara memasukkan parameter-parameter seperti contoh pada bab 4 sebelumnya) Tabel 5.1 Tabel Simplex Awal Model Minimasi

cj Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

6 3 0 0 M M

x1 x2 s1 s2 A1 A2

M A1 16 2 4 -1 0 1 0

M A2 24 4 3 0 -1 0 1

Page 40: Riset Operasi Lengkap-2

39

zj 40 M 6M 7M -M -M M M

zj - cj 6M-6 7M-3 -M -M 0 0

• Pada tabel 5.1, kolom x2 dipilih sebagai kolom pemutar karena 7M-3 adalah nilai positif terbesar pada baris zj – cj, (x2 sebagai variabel yang masuk).

• A1 dipilih sebagai variabel dasar yang keluar (baris pemutar) karena hasil bagi sebesar (16/4) = 4 untuk baris ini merupakan nilai positif terendah. (A1 sebagai variabel yang keluar)

Tabel Simplex Kedua

• Tabel simplex kedua dibentuk menggunakan formula simplex yang telah diperkenalkan pada bab 4, ditunjukkan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Tabel Simplex Kedua

cj Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

6 3 0 0 M

x1 x2 s1 s2 A2

3 x2 4 1/2 1 -1/4 0 0

M A2 12 5/2 0 3/4 -1 1

zj 12 M + 12 5M/2 + 3/2 3 -3/4 + 3M/4 -M M

zj - cj 5M/2 - 9/2 0 -3/4 + 3M/4 -M 0

• Perhatikan bahwa kolom A1 telah dihilangkan pada tabel simplex kedua.

• Begitu variabel artifisial meninggalkan solusi fisibel dasar, variabel tersebut tidak akan pernah kembali, mengingat biayanya yang tinggi, yaitu M.

• Pada tabel 5.2, kolom x1 dipilih sebagai kolom pemutar karena 5M/2 - 9/2 adalah nilai positif terbesar pada baris zj – cj.

• A2 dipilih sebagai variabel dasar yang keluar (baris pemutar) karena hasil bagi sebesar (24/5) untuk baris ini merupakan nilai positif terendah.

Tabel Simplex Ketiga

• Pada tabel 5.3 tabel simplex ketiga, x1 menggantikan A2.

• Kedua kolom A1 dan A2 telah dihilangkan karena kedua variabel artifisial tersebut telah meninggalkan solusi.

Tabel 5.3 Tabel Simplex Ketiga

cj Variabel

Dasar

Kuantitas

(solusi)

6 3 0 0

x1 x2 s1 s2

3 x2 8/5 0 1 -2/5 1/5

6 x1 24/5 1 0 3/10 -2/5

zj 168/5 6 3 3/5 -9/5

zj - cj 0 0 3/5 -9/5

• Sampai di sini (tabel 5.3) solusi optimal belum dipenuhi, karena pada baris zj – cj masih ada yang bernilai positif. (solusi optimal terpenuhi jika nilai (zj – cj) semuanya nol atau negatif.

Page 41: Riset Operasi Lengkap-2

40

• Pada tabel 5.3, kolom s1 dipilih sebagai kolom pemutar karena 3/5 adalah nilai positif terbesar pada baris zj – cj.

• x1 dipilih sebagai variabel dasar yang keluar (baris pemutar) karena baris tersebut memiliki rasio positif terkecil sebesar 16.

• Dalam pemilihan baris ini, nilai -4 untuk baris x2 tidak diperhitungkan karena yang dipilih adalah nilai positif atau nol. Jika yang dipilih baris x2 hal ini akan menyebabkan s1 memiliki nilai kuantitas yang negaitf pada tabel keempat, dan nilai ini tidak layak.

Tabel Simplex Optimal

Tabel 5.4 Tabel Simplex Optimal

cj Variabel

Dasar

Kuantitas

(solusi)

6 3 0 0

x1 x2 s1 s2

3 x2 8 4/3 1 0 -1/3

0 s1 16 10/3 0 1 -4/3

zj 24 4 3 0 -1

zj - cj -2 0 0 -1

• Tabel 5.4 merupakan tabel simplex yang optimal, dimana tidak satupun terdapat nilai positif pada baris zj – cj. Solusi optimalnya adalah x1 = 0

s1 = 16 x2 = 8 s2 = 0 Z = 24

Penyesuaian Tabel Simplex Untuk Suatu Model Minimasi:

1. Mengubah semua batasan ≥ ke dalam bentuk persamaan dengan cara

mengurangkan suatu variabel penambah dan menambahkan suatu variabel

artifisial.

2. Memberikan nilai cj sebesar M untuk semua variabel artifisial pada fungsi

tujuan.

3. Mengubah baris cj – zj menjadi zj – cj .

4. Masalah Batasan Campuran

• Sebelumnya telah dipelajari permasalahan maksimasi dengan pertidaksamaan batasan ≤ saja dan permasalahan minimasi dengan persamaan batasan ≥ saja.

• Bagaimana dengan penyelesaian permasalahan dengan batasan campuran, yaitu terdiri dari batasan yang mempunyai bentuk ≤, ≥ dan =.

Contoh 5.2 Permasalahan Programa Linier untuk Masalah Batasan Campuran. Formulasi Model Permasalahan Batasan Campuran Memaksimumkan Z = 400 x1 + 200 x2 terbatas pada

x1 + x2 = 30

Page 42: Riset Operasi Lengkap-2

41

2x1 + 8x2 ≥ 80 x1 ≤ 20 x1 , x2 ≥ 0

Langkah pertama metode simplex adalah mengubah pertidaksamaan ke dalam bentuk persamaan.

• Batasan Pertama, yaitu: x1 + x2 = 30 sudah berbentuk persamaan. Untuk batasan

yang pada awalnya berbentuk persamaan, karena itu tidak perlu menambah variabel

pengurang.

• Meskipun persamaan batasan pertama ini nampaknya dalam bentuk yang telah sesuai solusi simplex, kita perlu menguji apakah telah sesuai dengan solusi simplex. Uji dilakukan di titik orijin (titik pangkal (0,0)).

x1 + x2 = 30 0 + 0 = 30

0 ≠ 30 (karena 0 tidak sama dengan 30, batasan ini tidak fisibel)

• Batasan yang berbentuk persamaan perlu ditambah variabel artifisial (A). Uji di titik pangkal, dimana x1 =0 dan x2 =0. x1 + x2 + A1 = 30 0 + 0 + A1 = 30

• Batasan Kedua, yaitu persamaan 2x1 + 8x2 ≥ 80 adalah suatu pertidaksamaan (≥), diubah ke dalam bentuk persamaan (=) dengan mengurangkan suatu variabel

penambah dan menambahkan suatu variabel artifisial. 2x1 + 8x2 – s1 + A2 = 80

• Batasan ketiga, adalah pertidaksamaan (≤) dan diubah ke bentuk persamaan (=) dengan menambahkan variabel pengurang (slack).

x1 + s2 = 20

Mengubah fungsi tujuan

Memaksimumkan Z = 400 x1 + 200 x2 + 0. s1 + 0.s2 – M.A1 –M.A2

Batasan nonnegatif

x1 , x2 , s1 , s2 , A1, A2 ≥ 0

• Perubahan masalah program linier di atas secara lengkapnya adalah: Memaksimumkan Z = 400 x1 + 200 x2 + 0. s1 + 0.s2 – M.A1 –M.A2 terbatas pada

x1 + x2 + A1 = 30 2x1 + 8x2 – s1 + A2 = 80 x1 + s2 = 20 x1 , x2 , s1 , s2 , A1, A2 ≥ 0

Langkah Kedua membuat tabel simplex awal. Tabel 5.5 merupakan tabel simplex awal.

Tabel 5.5 Tabel Simplex Awal model minimasi

cj Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

400 200 0 0 - M - M

x1 x2 s1 s2 A1 A2

- M A1 30 1 1 0 0 1 0

- M A2 80 2 8 -1 0 0 1

Page 43: Riset Operasi Lengkap-2

42

0 s2 20 1 0 0 1 0 0

zj -110 M -3M -9M M 0 -M -M

cj - zj 400 + 3M 200 + 9M -M 0 0 0

• x2 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar); A2 adalah variabel yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang berhubungan paling kecil; 80/8=10).

• Tabel 5.6 adalah tabel simplex kedua. Tabel 5.6 Simplex Kedua

cj Variabel

dasar

Kuantitas

(solusi)

400 200 0 0 - M

x1 x2 s1 s2 A1

- M A1 20 ¾ 0 1/8 0 1

200 x2 10 ¼ 1 -1/8 0 0

0 s2 20 1 0 0 1 0

zj 2000 - 20 M 50 - 3M/4 200 -25 – M/8 0 -M

cj - zj 350 + 3M/4 0 25 +M/8 0 0

• x1 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar) ; s2 adalah variabel yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang berhubungan paling kecil; 20/1).

• Tabel 5.7 adalah tabel simplex ketiga.

Tabel 5.7 Tabel Simplex Ketiga

cj Variabel

Dasar

Kuantitas

(solusi)

400 200 0 0 - M

x1 X2 s1 s2 A1

- M A1 5 0 0 1/8 -3/4 1

200 x2 5 0 1 -1/8 -1/4 0

400 x1 20 1 0 0 1 0

zj 9000-5M 400 200 -25 – M/8 350+3M/4 -M

cj - zj 0 0 25 +M/8 -350-3M/4 0

• s1 adalah variabel yang masuk (nilai cj – zj nya paling besar); A1 adalah variabel yang keluar (perbandingan antara kuantitas/koefisien kolom pemutar yang berhubungan paling kecil; 5/(1/8)).

• Tabel 5.8 adalah tabel simplex optimal. Tabel 5.8 Simplex Optimal

cj Variabel

Dasar

Kuantitas

(solusi)

400 200 0 0

X1 x2 s1 s2

0 s1 40 0 0 1 -6

200 x2 10 0 1 0 -1

400 x1 20 1 0 0 1

zj 10000 400 200 0 200

cj - zj 0 0 0 -200

Page 44: Riset Operasi Lengkap-2

43

• Tabel 5.8 sudah optimal karena nilai cj – zj nya semuanya nol (0) atau negatif.

• Solusi optimal untuk permasalahan ini adalah: x1 = 20 x2 = 10 s1 = 40 Z = 10.000

Aturan untuk meyiapkan batasan ≤, ≥, dan = untuk metode simplex

Batasan Penyesuaian Koefisien Fungsi Tujuan

Maksimasi Minimasi

≤ Tambah variabel pengurang 0 0

= Tambah variabel artifisial -M M

≥ Kurang variabel penambah dan tambah variabel artifisial

0 -M

0 M

5. Masalah Jenis Programa Linier Yang Tidak Teratur

• Ada beberapa masalah khusus program linier yang akan dijelaskan berikut, yaitu

permasalahan-permasalahan solusi optimal majemuk, masalah tidak layak, masalah

solusi tidak terbatas.

a. Solusi Optimal Majemuk

Contoh 5.3 Pada contoh 5.3 ini misalkan dari kasus PT XYZ fungsi tujuannya diubah dari Z = 4x1 + 5x2 menjadi Z = 4x1 + 3x2. Dengan demikian, formulasi modelnya adalah

Memaksimumkan Z = 4x1 + 3x2

Terbatas pada

1x1 + 2x2 ≤≤≤≤ 40

4x1 + 3x2 ≤≤≤≤ 120

x1 , x2 ≥ 0

• Grafik dari model ditunjukkan oleh gambar 5.1. • Perubahan pada fungsi tujuan membuat garis fungsi tujuan menjadi sejajar dengan

garis batasan 4x1 + 3x2 ≤ 120. Kedua garis ini mempunyai kemiringan yang sama. • Solusi optimalnya berada di garis B dan C, sehingga terdapat beberapa pilihan solusi

optimalnya.

A

B

C

x140 500

10 20 30

40

30

20

10

x2

50

Page 45: Riset Operasi Lengkap-2

44

Gambar 5.1 Solusi optimal majemuk model PT XYZ.

• Tabel simplex optimalnya

Tabel 5.9 Tabel Simplex Optimal

cj

Variabel

Dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

0 s1 10 0 5/4 1 -1/4

4 x1 30 1 3/4 0 ¼

zj 120 4 3 0 1

cj - zj 0 0 0 -1

• Tabel 5.9 berhubungan dengan titik C pada grafik. • Bukti adanya solusi optimum majemuk untuk masalah ini dapat ditentukan pada baris

cj - zj .

• Solusi optimal majemuk diindikasikan oleh nilai 0 (nol) pada baris cj - zj (atau zj-

cj) untuk variabel bukan dasar.

• Solusi optimal alternatifnya adalah sebagai berikut. Tabel 5.10 Tabel Simplex Optimal Alternatif

cj

Variabel

Dasar

Kuantitas

4 5 0 0

x1 x2 s1 s2

5 x2 8 0 1 4/5 -1/5

4 x1 24 1 0 -3/5 2/5

zj 120 4 3 0 1

cj - zj 0 0 0 -1

b. Suatu Masalah yang Tidak Fisibel

• Dalam beberapa kasus masalah Program Linier tidak mempunyai daerah fisibel, jadi tidak terdapat solusi fisibel dasar pada masalah tersebut.

Contoh 5.4 Memaksimumkan Z = 5x1 + 3x2 Terbatas pada

4x1 + 2x2 ≤ 8 x1 ≥ 4 x2 ≥ 6 x1 , x2 ≥ 0

Tugas: Coba gambarkan model Progam Linier tersebut, cari solusi optimumnya dengan metode grafik.

c. Suatu Masalah Tidak Berbatas

Page 46: Riset Operasi Lengkap-2

45

• Dalam beberapa kasus masalah daerah solusi yang layak dibentuk oleh batasan-batasan model tidak tertutup.

• Dalam hal ini fungsi tujuan mungkin saja akan naik terus-menerus tidak terbatas tanpa mencapai nilai maksimum, mengingat fungsi tujuan tidak akan pernah mencapai batas daerah solusi yang layak.

Contoh 5.5 Memaksimumkan Z = 4x1 + 2x2

Terbatas pada x1 ≥ 4

x2 ≤ 2 x1 , x2 ≥ 0

Tugas: Coba gambarkan model Progam Linier tersebut, cari solusi optimumnya dengan metode grafik.

Kesimpulan dari Simplex yang irreguler

• Solusi optimal majemuk diidentifikasikan oleh nilai cj – zj (atau zj - cj) = 0 untuk variabel bukan non dasar.

• Sedangkan untuk menentukan solusi pengganti, masukkan variabel yang memiliki nilai cj – zj sama dengan nol.

C. Tugas

Kerjakan latihan-latihan soal di bawah menggunakan solusi simplex! 1. Meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2

terbatas pada 6 x1 + x2 ≥ 6 4 x1 + 3 x2 ≥ 2 x1 + 2 x2 ≥ 4 x1 , x2 ≥ 0

2. Meminimumkan Z = 2x1 + 3x2 terbatas pada 2x1 + 3x2 ≤ 1 x1 + x2 = 2 x1 , x2 ≥ 0

3. Meminimumkan Z = 20x1 + 10x2 terbatas pada x1 + x2 = 150 -x1 ≥ -40 x2 ≥ 20 x1 , x2 ≥ 0

4. Memaksimumkan Z = x1 + x2 terbatas pada x1 - x2 ≥ -1 -x1 + 2x2 ≤ 4 x1 , x2 ≥ 0

Page 47: Riset Operasi Lengkap-2

46

6. Analisis Post Optimal

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Dualitas, Analisis Sensitivitas, dan Post Opimal

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Begitu solusi suatu masalah Programa Linier telah ditemukan, mungkin kita cenderung untuk berhenti menganalisis model tersebut. Analisis lebih jauh atas solusi optimal akhir justru dapat menghasilkan informasi yang lebih berguna.

• Solusi optimal dari suatu model programa linier dapat dianalisis dengan dua cara, yaitu:

a. Merumuskan dan menginterpretasikan dual dari model. b. Menganalisis dampak yang terjadi pada solusi optimal atas perubahan-

perubahan yang terjadi pada koefisien-koefisien batasan model dan fungsi tujuan. Proses ini dikenal dengan analisis sensitivitas.

• Dual adalah suatu bentuk alternatif model berisi informasi mengenai nilai-nilai sumber yang biasanya membentuk sebagai batasan model.

2. Model Dual Dari Primal

• Setiap model programa linier mempunyai dua bentuk: Primal dan Dual.

• Bentuk asli dari progama linier disebut Primal.

• Contoh model pada bab-bab sebelumnya adalah model-model primal.

• Dual adalah bentuk alternatif model yang dikembangkan sepenuhnya dari bentuk primal.

2.1 Model Dual Maksimasi

Contoh 6.1 Model Dual Model Primal Maksimasi Toko Mebel ‘Gaya’ memproduksi meja dan kursi yang dihitung atas dasar harian. Tiap meja yang diproduksi menghasilkan keuntungan Rp 160, sedangkan tiap kursi menghasilkan keuntungan Rp 200. Produksi meja dan kursi ini bergantung pada tersedianya sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja, kayu, dan gudang tempat penyimpanan). Kebutuhan sumber-sumber untuk memproduksi meja dan kursi serta jumlah total sumber yang tersedia adalah sebagai berikut

Kebutuhan sumber

Page 48: Riset Operasi Lengkap-2

47

Sumber Meja Kursi Jumlah yang

tersedia

Tenaga Kerja 2 jam 4 jam 40 jam

Kayu 18 kubik 18 kubik 216 kubik

Gudang penyimpanan 24 m2 12 m

2 240 m

2

Perusahaan ingin mengetahui berapa banyak meja dan kursi yang harus diproduksi untu memaksimumkan keuntungan. Model tersebut diformulasikan sebagai berikut:

Memaksimumkan Z = 160 x1 + 200 x2

Terbatas pada: 2 x1 + 4 x2 ≤ 40 jam tenaga kerja 18 x1 + 18 x2 ≤ 216 kubik kayu

24 x1 + 12 x2 ≤ 240 m2 tempat penyimpanan x1 , x2 ≥ 0

dimana x1 = jumlah meja yang diproduksi x2 = jumlah kursi yang diproduksi

Dalam model tersebut merupakan model maksimasi untuk mendapatkan nilai laba sebanyak-banyaknya.

• Model di atas mewakili Model Primal.

• Untuk Suatu Model Maksimasi Primal, bentuk dualnya merupakan Suatu Model

Minimasi.

• Bentuk dual untuk contoh model ini adalah: Meminimumkan Zd = 40 y1 + 216 y2 + 240 y3

Terbatas pada 2 y1 + 18 y2 + 24 y3 ≥ 160

4 y1 + 18 y2 + 12 y3 ≥ 200

y1 , y2 , y3 ≥ 0 Dalam model dual ini yang analisis ditinjau dengan meminimumkan biaya sekecil-kecilnya.

• Hubungan khusus antara primal dan dual yang diperlihatkan pada contoh di sini adalah sebagai berikut. 1) Variabel y1 , y2 , y3 berhubungan dengan batasan model primal. Untuk setiap

batasan dalam primal terdapat satu variable dual. Sebagai contoh, dalam kasus ini primal mempunyai tiga batasan, karena itu dual memiliki tiga variabel keputusan.

2) Nilai kuantitas pada sisi kanan pertidaksamaan batasan primal merupakan koefisien fungsi tujuan dual. Nilai-nilai batasan primal, yaitu 40, 216, dan 240 membentuk fungsi tujuan dual: Z = 40 y1 + 216 y2 + 240 y3

3) Koefisien batasan model primal merupakan koefisien variable keputusan dual. Contoh batasan tenaga kerja dalam primal mempunyai koefisien 2 dan 4. Nilai-nilai ini merupakan koefisien variable y1 dalam batasan model dual: 2 y1 dan 4 y1

4) Koefisien fungsi tujuan primal, yaitu 160 dan 200 mewakili kebutuhan batasan model (nilai kualitas pada sisi kanan batasan) dual.

Page 49: Riset Operasi Lengkap-2

48

• Hubungan antara primal-dual dapat diamati dengan cara membandingkan bentuk kedua model tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Primal Dual

Memaksimumkan Z = 160 x1 + 200 x2

Terbatas pada: 2 x1 + 4 x2 ≤ 40 18 x1 + 18 x2 ≤ 216 24 x1 + 12 x2 ≤ 240

x1 , x2 ≥ 0

Meminimumkan Z = 40 y1 + 216 y2 + 240 y3

Terbatas pada 2 y1 + 18 y2 + 24 y3 ≥ 160

4 y1 + 18 y2 + 12 y3 ≥ 200

y1 , y2 , y3 ≥ 0

Masalah Primal (atau Dual) Masalah Dual (atau Primal)

Koefisien fungsi tujuan ……………… Nilai kanan fungsi batasan Maksimumkan Z (atau Y) …………... Minimumkan Y (atau Z) Batasan i ……………………………… Variabel yi (atau xi) Bentuk ≤ ………………………………. yi ≥ 0 Bentuk = ………………………………. yi ≥ dihilangkan Variabel xj ……………………………. Batasan j xj ≥ 0 ………………………………...... Bentuk ≥ xj ≥ 0 dihilangkan ………………….... Bentuk =

2.2 Model Dual Minimasi

• Bentuk primal standar untuk permasalahan minimasi, semua batasan mempunyai tanda pertidaksamaan ≥ .

Contoh 6.2 Model Dual Model Primal Minimasi Formulasi Model Primal Minimasi

Meminimumkan Z = 6x1 + 3x2 Terbatas pada

2 x1 + 4 x2 ≥ 16 4 x1 + 3 x2 ≥ 24

x1 , x2 ≥ 0

• Dual dari model ini diformulasikan sebagai berikut: Memaksimumkan Zd = 16 y1 + 24 y2 Terbatas pada

Page 50: Riset Operasi Lengkap-2

49

2 y1 + 4 y2 ≤ 6

4 y1 + 3 y2 ≤ 3

y1 , y2 ≥ 0

2.2 Suatu Masalah Batasan Campuran

• Model Dual dari Primal Campuran dapat dilihat sebagai berikut.

Contoh 6.3 Model Dual Model Primal Campuran Formulasi Model Primal Campuran

Memaksimumkan Z = 10x1 + 6x2 Terbatas pada x1 + 4 x2 ≤ 40 3 x1 + 2 x2 = 60

2 x1 + x2 ≥ 25 x1 , x2 ≥ 0

• Satu kondisi yang diperlukan untuk mentransformasikan masalah primal ke dalam bentuk dual adalah bahwa primal harus dalam bentuk standar.

• Untuk suatu maksimasi primal, semua batasan model harus ≤; dan untuk suatu minimasi primal, semua batasan harus ≥.

• Jadi saat model maksimasi mencakup batasan campuran, langkah pertama adalah mengubah semua batasan model ke dalam bentuk ≤. a. Batasan pertama

x1 + 4 x2 ≤ 40 � telah dalam bentuk tepat. b. Batasan kedua

3x1 + 2 x2 = 60 � harus diubah ke dalam bentuk ≤ (kasus maksimasi). Persamaan ini ekuivalen dengan dua batasan berikut:

b.1 3x1 + 2 x2 ≥ 60 b.2 3x1 + 2 x2 ≤ 60

Batasan b.1 belum memenuhi syarat, dan batasannya harus diubah ke dalam bentuk ≤. Untuk itu batasan b.1 dikalikan dengan bilangan (-1), sehingga batasan sekarang menjadi:

-3x1 - 2 x2 ≤ - 60

c. Batasan model terakhir

2 x1 + x2 ≥ 25 Sama halnya dengan batasan b.1, batasan terakhir (c) ini harus diubah ke dalam bentuk batasan primal standar (kasus maksimasi batasan primal standar harus ≤ 0). Untuk itu batasan terakhir harus dikalikan dengan bilangan (-1), sehingga diperoleh batasan primal standarnya adalah

- 2 x1 - x2 ≤ - 25

• Dengan demikian, maka model primal bentuk standar dapat disimpulkan sebagai berikut:

Memaksimumkan Zp = 10x1 + 6x2

Page 51: Riset Operasi Lengkap-2

50

Terbatas pada x1 + 4 x2 ≤ 40 3x1 + 2 x2 ≤ 60 -3x1 - 2 x2 ≤ -60

- 2 x1 - x2 ≤ - 25 x1 , x2 ≥ 0

• Bentuk dual dari model ini diformulasikan sebagai: Meminimumkan Zd = 40 y1 + 60 y2 - 60 y3 - 25 y4

Terbatas pada y1 + 3y2 - 3y3 - 2y4 ≥ 10

4y1 + 2 y2 - 2 y3 - y4 ≥ 6

y1,y2 ,y3 ,y4 ≥ 0

4. Penggunaan Dual

• Manfaat utama dari dual bagi pengambil keputusan terletak pada informasi yang

dihasilkan, antara lain tentang sumber-sumber model serta mereka dapat melihat alternatif permasalahan dari sisi yang berbeda.

• Seringkali manajer tidak terlalu menaruh perhatian pada laba akan tetapi lebih pada penggunaan sumber-sumber karena manajer lebih sering mempunyai kendala atas penggunaan sumber-sumber daripada atas akumulasi laba.

• Solusi dual memberikan informasi kepada manajer mengenai nilai dari sumber-sumber yang terutama penting dalam pengambilan keputusan untuk menentukan apakah perlu menambah sumber-sumber serta biaya yang harus dikeluarkan untuk tambahan tersebut.

5. Analisis Sensitivitas

• Setelah ditemukan penyelesaian optimal dari suatu masalah Programa Linier, kadang-

kadang dirasa perlu untuk mengkaji lebih jauh berbagai kemungkinan seandainya terjadi perubahan-perubahan pada koefisien-koefisien di dalam model pada saat tabel optimal telah diseselaikan.

• Jika hal itu terjadi, seseorang dapat saja memutuskan untuk menghitung kembali dari awal dengan masalah baru (karena perubahan koefisien tertentu).

• Tentu saja apabila cara ini dilakukan akan memakan waktu yang lama karena ia harus menghitung segala sesuatunya kembali.

• Untuk menghindarinya biasanya digunakan suatu cara yang dinamakan analisis sensitivitas, yang pada dasarnya memanfaatkan kaidah-kaidah metode simplex primal-dual semaksimal mungkin.

• Karena analisis dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal, maka analisis ini sering disebut pula: Post Optimality Analysis.

• Tujuan analisis sensitivitas adalah mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan ulang, apabila terjadi perubahan-perubahan satu atau beberapa koefisien model Progama Linier pada saat penyelesaian optimal telah dicapai.

• Pada dasarnya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi setelah dicapainya penyelesaian optimal terdiri dari beberapa macam, yaitu: a. Keterbatasan kapasitas sumber daya. Dengan kata lain, nilai kanan fungsi-fungsi

batasan.

Page 52: Riset Operasi Lengkap-2

51

b. Koefisien-koefisien fungsi tujuan. c. Koefisien-koefisien teknis fungsi-fungsi batasan, yaitu koefisien-koefisien yang

menunjukkan berapa bagian kapasitas sumber yang ”dikonsumsi” oleh satu satuan kegiatan.

d. Penambahan variabel-variabel baru. e. Penambahan batasan baru.

C. Tugas

Buat Formulasi Model Dual dari Model Primal Berikut 1. Meminimumkan Z = 5 x1 + 2 x2

terbatas pada 6 x1 + x2 ≥ 6 4 x1 + 3 x2 ≥ 2 x1 + 2 x2 ≥ 4 x1 , x2 ≥ 0

2. Meminimumkan Z = 2x1 + 3x2 terbatas pada 2x1 + 3x2 ≤ 1 x1 + x2 = 2 x1 , x2 ≥ 0

3. Memaksimumkan Z = x1 + x2 terbatas pada x1 - x2 ≥ -1 -x1 + 2x2 ≤ 4 x1 , x2 ≥ 0

4. Meminimumkan Z = 3x1 + 5x2 + 2x3

terbatas pada x1 + x2 + x3 = 1000

x1 ≥ 200

x2 ≥ 400

x3 ≤ 300

x1, x2 , x3 ≥ 0

7. Memaksimumkan Z = 4 x1 + 5 x2 terbatas pada x1 + 2 x2 ≤ 10 6 x1 + 6 x2 ≤ 36 x2 ≤ 4 x1 , x2 ≥ 0

8. Meminimumkan Z = 8 x1 + 6 x2 terbatas pada 4 x1 + 2 x2 ≥ 10 - 6 x1 + 4x2 ≤ 12

Page 53: Riset Operasi Lengkap-2

52

x1 + x2 ≥ 6 x1 , x2 ≥ 0

7. Programa Linier: Metode Transportasi

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penggunaan metode transportasi

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Metode transportasi merupakan suatu metoda yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber (S) yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan (tujuan, T) secara optimal.

• Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya pengalokasian dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan dari beberapa sumber ke suatu tempat tujuan yang juga berbeda-beda.

• Metode transportasi ini dapat juga digunakan untuk memecahkan beberapa permasalahan bisnis, seperti pengiklanan, pembelanjaan modal, alokasi dana untuk investasi, analisis lokasi, keseimbangan lini produksi perakitan dan perencanaan serta penjadualan produksi.

S1

Sm

S2

T1

Tn

T2

Sumber Tujuan

X11

X13

X12

X21

X23

X22

Xm2Xm1

Xmn

Gambar 7.1 Model transportasi dari sebuah jaringan dengan m sumber dan n tujuan

2. Model Transportasi

• Model transportasi diformulasikan menurut karakteristik-karakteristik unik permasalahannya sebagai berikut: a. Suatu barang dipindahkan dari sejumlah sumber ke tempat tujuan dengan biaya

seminimum mungkin.

Page 54: Riset Operasi Lengkap-2

53

b. Atas barang tersebut tiap sumber dapat memasok suatu jumlah yang tetap dan tiap tempat tujuan mempunyai jumlah permintaan yang tetap.

• Meskipun model transportasi umum ini dapat diterapkan pada berbagai permasalahan, namun yang paling lazim adalah penerapan pada transportasi barang.

• Persoalan transportasi merupakan bagian dari bentuk persoalan program linier khusus yang disebut persoalan aliran jaringan kerja. Jaringan kerja adalah susunan titik (disebut node) dan garis (disebut anak panah) yang menghubungkan node-node.

• Contoh fisik jaringan kerja meliputi kota dan jalan yang menghubungkannya, jaringan kerja distribusi air (anak panahnya adalah pipa dan nodenya adalah stasiun pemompaan dan titik percabangan dari pipa besar ke pipa kecil).

� Secara umum, model dalam persoalan transportasi dapat digambarkan dalam suatu tabel yang menunjukkan sisi penawaran (kapasitas persediaan) dan jumlah permintaan, serta biaya transportasi dari masing-masing sumber ke masing-masing tujuan.

Tabel 7.1 Tabel Transportasi

Tujuan Asal

Tujuan T1

Tujuan T2

Tujuan T.

Tujuan Tn

Kapasitas Persediaan

ai

S1 c11 c12 c1. c1n a1 X11 X12 X1. X1n

S2 c21 c22 c2. c2n a2 X21 X22 X2. X2n

... c.1 c.2 c.. c.n ... X.1 X.1 X.. X.n

Sm cm1 cm2 cm. cmn am

Xm1 Xm2 Xm. Xmn Permintaan

(Kebutuhan) bj

b1 b2 .. bm

Keterangan :

Si = Tempat ke- i asal barang (sumber) m = Jumlah tempat asal (sumber) Tj = Tempat ke- j, Tujuan Barang n = Jumlah tempat tujuan Xij = Jumlah barang yang akan didistribusikan dari sumber Si ke tujuan Tj aij = Biaya distribusi 1 unit barang dari Si ke Tj ai = Jumlah seluruh barang (kapasitas persediaan) dari Si bj = Kapasitas Kebutuhan barang di Tj

Model Persoalan Transportasi

Fungsi Tujuan

Meminimumkan z = ∑ ∑= =

m

1i

n

1jijij xc

Terbatas pada ij

n

1jij ax =∑

=

Page 55: Riset Operasi Lengkap-2

54

∑=

=n

1jijij bx

0x ij ≥

Tahap Penyelesaian Kasus Transportasi: 1) Buat Tabel Transportasi (Lihat Tabel 7.1) 2) Tentukan Penyelesaian Awal

Syarat : ∑=

m

1iia = ∑

=

n

1jjb (Jumlah Permintaan = Kapasitas Persediaan)

Penyelesaian awal (pengisian tabel tahap pertama) dapat dilakukan dengan 3 cara:

a. Metode North West Corner b. Metode Least Cost c. Metode Vogel

3) Lakukan Cek Optimalisasi a. Metode Stepping Stone b. Modified Distribution Method (Modi)

4) Lakukan Perbaikan Tabel 5) Kembali ke Langkah 3

Contoh 7.1 Model Transportasi Standar PT ABCD memiliki 3 pabrik motor di A, B dan C dan 3 distributor utama di D, E, dan F. Jumlah produksi motor tiap pabrik dalam satu tahun adalah 90 unit, 60 unit dan 50 unit. Permintaan ketiga distributor setiap tahunnya masing masing sejumlah 50 unit, 110, unit dan 40 unit. Biaya pengiriman tiap unit motor dari tiap pabrik ke tiap distributor ditunjukkan pada matriks berikut:

PABRIK DISTRIBUTOR

D E F

A 20 5 8

B 15 20 10

C 25 10 19

Tentukan pendistribusian yang optimal (jumlah pengiriman motor dari tiap pabrik ke tiap distributor, dengan total biaya minimal) Penyelesaian:

Model Programa Linier dari masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut. X11 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke D X12 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke E X13 = Jumlah motor yang dikirim dari A ke F X21 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke D X22 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke E X23 = Jumlah motor yang dikirim dari B ke F X31 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke D X32 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke E X33 = Jumlah motor yang dikirim dari C ke F

Page 56: Riset Operasi Lengkap-2

55

Formulasi Model: Meminimumkan Z = 20X11 + 5X12 + 8X13+ 15X21 + 20X22 + 10X23+ 25X31 +10X32+19 X33

Terbatas pada X11 + X12 + X13 = 90 X21 + X22 + X23 = 60 X31 + X32 + X33 = 50 X11 + X21 + X31 = 50 X12 + X22 + X32 = 110 X13 + X23 + X33 = 40 X11, X12,..., X33 ≥ 0

1) Buat Tabel Transportasi

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik

ai

A 20 5 X13

8 90

X11 X12

B 15 20 X23

10 60

X21 X22

C 25 10 X33

19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang

bj

50

110

40

2) Tentukan Penyelesaian Awal

• Metode North West Corner (NWC)

Metode optimasi dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah. a. Pengisian sel dimulai dari sudut kiri atas tabel (yaitu sel X11). Bandingkan

persediaan di S1 dengan kebutuhan di T1, yaitu masing-masing a1 dan b1. Cari X11 = min (a1, b1) � pilih nilai paling minimal antara a1 dan b1.

• Bila a1 > b1, maka X11 = b1. Teruskan ke sel X12, kemudian tentukan nilai X12 = min (a1 - b1 , b2).

• Bila a1 < b1, maka X11 = a1. Teruskan ke sel X21, kemudian tentukan nilai X21 = min (b1 – a1 , a2).

• Bila a1 = b1, buat X11 = b1. Teruskan ke sel X22. b. Teruskan langkah tersebut, setahap demi setahap menjauhi sudut kiri atas, hingga

akhirnya harga telah dicapai pada sudut kanan bawah.

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 50 20 40 5 X13

8 90

X11 X12

B 15 60 20 X23

10 60

X21 X22

Page 57: Riset Operasi Lengkap-2

56

C 25 10 10 40

X33 19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang

bj

50

110

40

Biaya Minimalnya adalah

Z = 20 X11 + 5X12 + 20X22 + 10X32 + 19X33 = 1000+ 200 + 1200+100 +760

= 20 (50) + 5 (40) + 20 (60) + 10(10) + 19 (40) = 3260

Kelemahan metode ini: tidak memperhitungkan besarnya biaya, sehingga kurang efisien.

• Metode Least Cost Mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu

Cara ongkos baris terkecil

a. Kita mulai dari baris a1. Kita mencari ongkos terkecil pada baris ini. Misalkan terjadi pada kolom Tk. Kemudian tentukan X1k = min (a1, bk). Jika X1k = a1, tinggalkan baris a1 dan teruskan ke baris a2. Jika X1k = bk, tinggalkan kolom Tk dan tentukan ongkos terkecil pada baris a1 kembali. Kalau ini terjadi pada kolom 1, maka buatlah X11 = min (a1 – b1k, b1). Teruskan proses ini hingga baris a1 telah terpenuhi dan sesudah itu pindah ke baris a2.

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 20 90 5 X13

8 90

X11 X12

B 20 15 20 40

X23 10 60

X21 X22

C 30 25 20 10 X33

19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

Biaya Min Z = 5 X12 + 10X32 + 10X23 + 20X21 + 25X31

Z = 5 (90) + 10 (20) + 10 (40) + 15 (20) + 25 (30) = 450 + 200 + 400 + 300 + 750 = 2100

Metode Least Cost lebih efisien dibandingkan dengan NWC.

• Metode Vogel Metode Vogel merupakan metode yang lebih mudah dan lebih cepat untuk mengatur alokasi dari beberapa sumber ke daerah tujuan. Tahap tahap penyelesaian metode vogel adalah sebagai berikut: a. Tentukan selisih ongkos terkecil dan kedua terkecil dari tiap tiap baris dan tiap tiap

kolom.

b. Pilih baris atau kolom yang memiliki selisih ongkos terbesar. c. Isikan pada sel yang memiliki ongkos terkecil di baris atau kolom yang terpilih

pada langkah 2.

Page 58: Riset Operasi Lengkap-2

57

d. Lanjutkan sampai selesai Kembali ke contoh sebelumnya, kita akan menggunakan metode Vogel. Tentukan selisih ongkos terkecil dan kedua terkecil dari tiap tiap baris dan tiap tiap kolom.

PABRIK DISTRIBUTOR Kapasitas Perbedaan baris D E F

A 20 5 8 90 8-5 = 3

B 15 20 10 60 15-10 = 5

C 25 10 19 50 19-10 = 9

Kebutuhan 50 110 40

Perbedaan kolom

20-15 = 5 10-5=5 10-8=2 XCE=50 Hilangkan

baris C

PABRIK DISTRIBUTOR Kapasitas Perbedaan baris D E F

A 20 5 8 90 8-5 = 3

B 15 20 10 60 15-10 = 5

Kebutuhan 50 110-50 = 60 40

Perbedaan kolom

20-15 = 5 20-5=15 10-8=2

XAE=60 Hilangkan kolom E

PABRIK DISTRIBUTOR Kapasitas Perbedaan baris D E F

A 20 8 90-60=30 20-8 = 12

B 15 10 60 15-10 = 5

Kebutuhan 50 40

Perbedaan kolom

20-15 = 5 10-8=2 XAF=30 Hilangkan

baris A

PABRIK DISTRIBUTOR Kapasitas Perbedaan baris D E F

B 15 10 60 15-10 = 5

Kebutuhan 50 (40-30)=10

XBD=50 XBF=10

Page 59: Riset Operasi Lengkap-2

58

Biaya Transportasinya adalah

Z = 10 (50) + 5 (60) + 8 (30) + 15 (50) + 10 (10) = 500+300+240+750+100 =1890

3) Cek Optimalitas

Syarat yang harus dipenuhi: Jumlah sel yang terisi: (m + n) – 1

m = jumlah baris tabel transportasi n = jumlah kolom tabel transportasi

Cek optimalitas dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan Metode Stepping Stone atau Metode MODI (modified distribution)

• Metode Stepping Stone

Misalkan tabel awal yang digunakan adalah hasil dari metode NWC

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 50 20 40 5

8 90

B 15 60 20

10 60

C 25 10 10 40

19 50

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

Biaya Minimalnya adalah

Z = 20 X11 + 5X12 + 20X22 + 10X32 + 19X33 = 1000+ 200 + 1200+100 +760

= 20 (50) + 5 (40) + 20 (60) + 10(10) + 19 (40) = 3260

Perbaikan 1: Dengan cara coba-coba!

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 50 20 40 90 5 X13

8 90

X11 X12

B 50 15 60 10 20 X23

10 60

X21 X22

C 25 10 10 40

X33 19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

Biaya Minimalnya adalah

Page 60: Riset Operasi Lengkap-2

59

Z = 5X12 + 15X21 + 20X22 + 10X32 + 19X33

= 5 (90) + 15 (50) + 20 (10) + 10(10) + 19 (40) = 450+750+200+100+760=2260

Perbaikan 2

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 20 90 50 5 40

X13 8 90

X11 X12

B 50 15 10 20 X23

10 60

X21 X22

C 25 10 50 10 40

X33 19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

Z = 5X12 + 8X13+ 15X21 + 20X22 + 10X32

= 5 (50) + 8(40)+15 (50) + 20 (10) + 10(50) = 250+ 320+ 750+200+500= 2020

Perbaikan 3

Ke Dari

D E F Kapasitas Pabrik (ai)

A 20 50 60 5 40 30

X13 8 90

X11 X12

B 50 15 10 20 10

X23 10 60

X21 X22

C 25 50 10

X33 19 50

X31 X32

Kebutuhan Gudang

Bj

50

110

40

Z = 5X12 + 8X13+ 15X21 + 10X23 + 10X32

= 5 (60) + 8(30)+15 (50) + 10 (10) + 10(50) = 300+ 240+ 750+100+500= 1890

Karena harga cij sudah tidak ada yang negatif, maka tabel sudah optimal

• Metode Modi (Modified Distribution)

a. Gunakan tabel awal (misalkan diambil dari tabel NWC) Tabel awal (diambil dari metode NWC)

Ke Dari

D K1

E K2

F K3

Kapasitas Pabrik (ai)

A 50 20 40 5 8 90

Page 61: Riset Operasi Lengkap-2

60

R1

B R2

15 60 20

10 60

C R3

25 10 10 40

19 50

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

b. Buat variabel Ri dan Kj untuk masing-masing baris dan kolom c. Hitung sel yang berisi (nilai setiap kolom dan tiap baris) dengan persamaan

Ri + Kj = Cij

Ri = nilai baris i Kj = nilai kolom j Cij = biaya pengangkutan dari sumber i ke tujuan j Langkah-langkah pengisian tabel 1) Isilah tabel pertama dari sudut kiri atas ke kanan bawah 2) Menentukan nilai baris dan kolom dengan cara:

• Baris pertama selalu diberi nilai 0

• Nilai baris yang lain dan nilai semua kolom ditentukan berdasarkan rumus Ri + Kj = Cij.

� A -D = R1 + K1 = 20 � A -E = R1 + K2 = 5 � B -E = R2 + K2 = 20 � C -E = R3 + K2 = 10 � C -F = R3 + K3 = 19

Dari persamaan di atas, hitung K1 dan R1 dicari dengan cara memberi baris R1 = 0. Nilai baris A = R1 = 0 Mencari nilai kolom K1: R1 + K1 = C11 0 + K1 = 20, nilai kolom D = K1 = 20 Mencari nilai kolom dan baris yg lain: 1). R1 + K1 = 20 � 0 + K1 = 20 ,K1 =20 2). R1 + K2 = 5 � 0 + K2 = 5 ,K2 = 5 3). R2 + K2 = 20 � R2 + 5 = 20 ,R2 = 15 4). R3 + K2 = 10 � R3 + 5 = 10 ,R3 = 5 5). R3 + K3 = 19 � 5 + K3 = 19 ,K3 = 14

Ke Dari

D K1=20

E K2=5

F K3=14

Kapasitas Pabrik (ai)

A R1=0

50 20 40 5

8 90

B R2=15

15 60 20

10 60

C 25 10 10 40 19 50

Page 62: Riset Operasi Lengkap-2

61

R3=5

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

d. Hitung nilai/indeks perbaikan setiap sel yang kosong dengan persamaan Indeks perbaikan adalah nilai dari segi empat air (segi empat yang kosong).

Cij - Ri - Kj = indeks perbaikan

Cij - Ri - Kj indeks perbaikan

BD 15 – 15 – 20 -20

CD 25 – 5 – 20 0

AF 8 – 0 – 14 -6

BF 10 – 15 – 14 -19

(Suatu sel dikatakan optimal jika indeks perbaikannya ≥ 0, jika belum pilih yang negatifnya terbesar) e. Memilih titik tolak perubahan Pilih nilai yang negatifnya besar yaitu BD

f. Buat jalur tertutup

• Berilah tanda positif pada B-D.

• Satu sel yang isi terdekat dan sebaris (yaitu B-E), satu sel yang isi terdekat dan sekolom (yaitu A-D), berilah tanda negatif pada dua sel tersebut.

• Kemudian pilih satu sel yang sebaris atau sekolom dengan dua sel bertanda negatif tadi (A-E) dan beri tanda positif.

• Selanjutnya pindahkan isi dari sel bertanda negatif ke yang bertanda positif sebanyak isi terkecil dari sel yang bertanda positif (50). Jadi, B-D kemudian berisi 50, B-E berisi 60-50=10,

• A-E berisi 40+50=90 dan A-D tidak berisi.

Ke Dari

D K1=20

E K2=5

F K3=14

Kapasitas Pabrik (ai)

A R1=0

50 20 40 90 5

8 90

- +

B R2=15

50 15 60 10 20

10 60

+ -

C R3=5

25 10 10 40

19 50

Kebutuhan Gudang bj

50

110

40

Z = 5X12+15X21 + 20X22+ 10X32 + 19X33

= 5(90) + 15(50)+20 (10) + 10 (10) + 19(40) = 450+ 750+200+100+760= 2260

Page 63: Riset Operasi Lengkap-2

62

g. Ulangi langkah-langkah c – f sampai indeks perbaikan bernilai ≥ 0.

Tabel Pertama Hasil Perubahan

Ke Dari

D K1=20

E K2=5

F K3=14

Kapasitas Pabrik (ai)

A R1=0

20 90 5

8 90

B R2=15

50 15 10 20

10 60

C R3=5

25 10 10 40

19 50

Kebutuhan Gudang

Bj

50

110

40

Cij - Ri - Kj = indeks perbaikan

Cij - Ri - Kj indeks perbaikan

AD 20 – 0 – 20 0

AF 8– 0– 14 -6

BF 10 – 15 – 14 -19

CD 25–5 – 20 0

Tabel Kedua Hasil Perubahan

Ke Dari

D K1=20

E K2=5

F K3=14

Kapasitas Pabrik (ai)

A R1=0

20 90 5

8 90

B R2=15

50 15 10 20 10 +

10 60

-

C R3=5

25 10 20 10 40 30

- 19 50

+

Kebutuhan Gudang

Bj

50

110

40

Page 64: Riset Operasi Lengkap-2

63

Z = 5X12+15X21 + 10X23+ 10X32 + 19X33

= 5(90) + 15(50)+10 (10) + 10 (20) + 19(30) = 450+ 750+100+200+570= 2070

Tabel Ketiga Hasil Perubahan

Ke Dari

D K1=20

E K2=5

F K3=14

Kapasitas Pabrik (ai)

A R1=0

20 60 5 30

8 90

B R2=15

50 15 20 10

10 60

C R3=5

25 50 10 19 50

Kebutuhan Gudang

Bj

50

110

40

Z = 5X12+8X13+15X21 + 10X23+ 10X32

= 5(60) + 8(30)+15(50)+10 (10) + 10 (50) = 300+ 240+750+100+500= 1890

Cij - Ri - Kj = indeks perbaikan

Cij - Ri - Kj indeks perbaikan

AD 20 – 0 – 20 0

BE 20-2-5 13

CD 25-5-13 7

CF 19-5-8 6

C. Tugas

1. Sebuah perusahaan penggilingan beras memiliki 30 truk beras di Karawang dan 60 truk di Cirebon. Sementara itu dari Bogor, Bandung dan Garut telah datang pesanan beras masing-masing 20, 36, dan 34 truk. Pimpinan perusahaan menginginkan suatu rencana pengangkutan yang paling murah, berdasarkan ongkos angkutan seperti pada tabel berikut (per truk):

Page 65: Riset Operasi Lengkap-2

64

Ke Dari

Bogor Bandung Garut

Karawang $42 $55 $60

Cirebon $36 $47 $51

Buat rencana pengangkutan yang meminimumkan ongkos transportasi! 2. Sebuah perusahaan perminyakan mempunyai persediaan minyak 300.000 barel di

Istambul, 200.000 barel di Dubai, dan 150.000 barel di Saudi Arabia. Seorang pembeli di Roma memesan 400.000 barel dan pembeli di Paris memesan 250.000 barel. Ongkos pengangkutan setiap barelnya diperlihatkan dalam tabel berikut.

Istambul Dubai Saudi Arabia

Roma 38 10 18

Paris 34 22 25

Buat rencana pengangkutan yang meminimumkan ongkos transportasi!

Page 66: Riset Operasi Lengkap-2

65

8. Programa Linier: Masalah Penugasan

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penggunaan metode penugasan

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Model penugasan merupakan kasus khusus dari model transportasi, dimana sejumlah m sumber ditugaskan ke sejumlah n tujuan (satu sumber untuk satu tujuan), sedemikian sehingga didapat ongkos total yang minimum.

• Biasanya yang dimaksud dengan sumber adalah pekerja, sedangkan yang dimaksud dengan tujuan adalah mesin/pekerjaan.

• Salah satu metode yang digunakan untuk Penugasan adalah metode Hungarian. • Penggambaran umum persoalan penugasan dapat dilihat pada tabel 8.1 Tabel 8.1 Matrik Penugasan

Pekerjaan

1 2 3 4 .. N

Kar

yaw

an 1

2

..

m

• Syarat Penggunaan Model Penugasan

a. Jumlah Sumber/Pekerja = Jumlah Pekerjaan b. Tiap Pekerja untuk satu pekerjaan c. Jika ada n sumber, n tujuan/pekerjaan, maka kemungkinan penugasan = n.

2. Masalah Minimasi

Berikut adalah contoh Penugasan Masalah Minimasi.

Contoh 8.1

Page 67: Riset Operasi Lengkap-2

66

• Suatu perusahaan mempunyai 4 karyawan dengan tingkat produktivitas berbeda dan 4 jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Biaya penugasan tiap karyawan untuk pekerjaan yang berbeda-beda tersebut dapat dilihat pada tabel 8.2

Tabel 8.2 Matrik biaya penugasan

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV K

ary

awan

A 15 20 18 22

B 14 16 21 17

C 25 20 23 20

D 17 18 18 16

Bagaimana menugaskan keempat karyawan untuk mendapatkan biaya minimum?

• Langkah Penyelesaian Metode Penugasan 1) Menyusun tabel seperti tabel 8.2 2) Melakukan pengurangan matriks dengan cara:

a. Memilih biaya terkecil dari setiap baris. Tabel 8.3 Pemilihan biaya terkecil

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

Kar

yaw

an A 15 20 18 22 nilai 15

B 14 16 21 17 nilai 14

C 25 20 23 20 nilai 20

D 17 18 18 16 nilai 16

b. Kurangkan semua biaya dengan biaya terkecil setiap baris

Tabel 8.4 Tabel pengurangan biaya dengan biaya terkecil

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

Kar

yaw

an A 15-15=0 20-15=5 18-15=3 22-15=7 nilai 15

B 14-14=0 16-14=2 21-14=7 17-14=3 nilai 14

C 25-20=5 20-20=0 23-20=3 20-20=0 nilai 20

D 17-16=1 18-16=2 18-16=2 16-16=0 nilai 16

3) Melakukan pengurangan kolom

Berdasarkan hasil tabel 8.4, pilih biaya terkecil setiap kolom untuk mengurangi seluruh biaya dalam kolom-kolom tersebut.

Tabel 8.5 Matriks total opportunity cost

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

K A 0 5 3-2=1 7

Page 68: Riset Operasi Lengkap-2

67

B 0 2 7-2=5 3

C 5 0 3-2=1 0

D 1 2 2-2=0 0 nilai 2 kolom III

4) Membentuk penugasan optimum

Prosedur praktis untuk melakukan uji optimalisasi adalah dengan menarik sejumlah minimum garis horisontal dan/atau vertikal untuk meliputi seluruh elemen yang bernilai nol dalam matriks total opportunity cost. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom maka penugasan telah optimal. Jika tidak harus direvisi.

Tabel 8.6 Matriks uji optimalisasi

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

Kar

yaw

an A 0 5 1 7

B 0 2 5 3

C 5 0 1 0

D 1 2 0 0

Dari tabel 8.6 ada tiga garis yang meliputi seluruh nilai nol dibandingkan dengan empat baris atau kolom, sehingga masih diperlukan revisi matriks.

5) Melakukan Revisi Tabel a. Untuk merevisi matriks total opportunity cost, pilih angka terkecil yang

tidak terliput (dilewati garis). b. Kurangkan angka yang tidak dilewati garis dengan angka terkecil c. Tambahkan angka yang terdapat pada persilangan garis dengan angka

terkecil. d. Kembali ke langkah 4.

Tabel 8.7 Revisi tabel

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

Kar

yaw

a A 0 5-1 1-1 7-1 nilai terkecil 1

B 0 2-1 5-1 3-1

C 5 0 1 0

D 1 2 0 0

Tabel 8.8 Revisi tabel terakhir

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV

K A 0 4 0 6

Page 69: Riset Operasi Lengkap-2

68

B 0 1 4 2

C 5 0 1 0

D 1 2 0 0

Dalam table 8.8 dibutuhkan 4 garis untuk meliput seluruh nilai nol atau sama dengan jumlah baris/kolom, sehingga penugasan telah optimal. Karyawan A ditugaskan pada pekerjaan III = Rp 18.000 Karyawan B ditugaskan pada pekerjaan I = Rp 14.000 Karyawan C ditugaskan pada pekerjaan II = Rp 20.000 Karyawan D ditugaskan pada pekerjaan IV = Rp 16.000 Total Biaya (Min) = Rp 68.000

3. Masalah Maksimasi

• Metode penugasan Hungarian untuk minimasi juga dapat diterapkan untuk penugasan yang menyangkut maksimasi.

• Dalam masalah maksimasi, matriks elemen-elemen menunjukkan tingkat keuntungan (indeks produktivitas).

• Efektivitas pelaksanaan tugas oleh karyawan secara individual diukur dengan jumlah kontribusi keuntungan. Contoh 8.2

• Suatu perusahaan memiliki 5 karyawan dan masing-masing karyawan tersebut dapat mengerjakan 5 jenis pekerjaan yang ada di perusahaan tersebut. Adapun keuntungan dari hasil pekerjaan mereka adalah berbeda-beda, seperti dapat terlihat pada tabel 8.9.

Tabel 8.9 Matriks keuntungan

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV V

Kar

yaw

an A 10 12 10 8 15

B 14 10 9 15 13

C 9 8 7 8 12

D 13 15 8 16 11

E 10 13 14 17 17

Dari data di atas, tugaskanlah masing-masing karyawan ke masing-masing pekerjaan sehingga keuntungan menjadi maksimal.

• Langkah Penyelesaian: 1. Seluruh elemen dalam setiap baris dikurangi dengan nilai maksimum dalam

baris yang sama. Prosedur ini menghasilkan matriks Opportunity Loss. Tabel 8.10 Matriks opportunity loss

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

Page 70: Riset Operasi Lengkap-2

69

I II III IV V

Kar

yaw

an A 5 3 5 7 0

B 1 5 6 0 2

C 3 4 5 4 0

D 3 1 8 0 5

E 7 4 3 0 0

Nilai-nilai ini sebenarnya negatif.

2. Dari hasil langkah 1, pilih elemen terkecil dari tiap-tiap kolom untuk mengurangi elemen-elemen pada kolom yang sama, maka diperoleh matriks total opportunity loss, seperti tabel 8.11.

Tabel 8.11 Matriks opportunity loss dengan pengurangan elemen

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV V

Kar

yaw

an A 4 2 2 7 0

B 0 4 3 0 2

C 2 3 2 4 0

D 2 0 5 0 5

E 6 3 0 0 0

3. Melakukan jadual penugasan

a. Tarik sejumlah minimum garis horizontal dan vertikal untuk melipat seluruh elemen bernilai nol.

b. Bila jumlah garis sama dengan jumlah kolom, maka penugasan optimal adalah fisibel. Bila tidak harus direvisi.

Tabel 8.12 Matriks opportunity loss dengan jumlah garis = jumlah baris

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV V

Kar

yaw

an A 2 0 0 5 0

B 0 4 3 0 2

C 0 1 0 2 0

D 2 0 5 0 5

E 6 3 0 0 0

Hasil penyelesaian pada tabel 8.12 di atas telah optimal karena banyaknya jumlah garis = banyaknya jumlah kolom = banyaknya jumlah baris. Tabel penugasan adalah sebagai berikut:

Page 71: Riset Operasi Lengkap-2

70

Karyawan A ditugaskan pada pekerjaan II = Rp 12.000 Karyawan B ditugaskan pada pekerjaan I = Rp 14.000 Karyawan C ditugaskan pada pekerjaan V = Rp 12.000 Karyawan D ditugaskan pada pekerjaan IV = Rp 16.000 Karyawan E ditugaskan pada pekerjaan III = Rp 14.000 Total Biaya (Maks) = Rp 68.000

4 Masalah Ketidakseimbangan

• Jika ada penambahan pekerjaan, akan tetapi tidak diimbangi penambahan pekerja, maka dalam model Penugasan Hungarian, penyelesaiannya harus ditambah Variabel Semu (dummy variable).

• Pada contoh minimasi di atas ada penambahan pekerjaan V, sehingga harus ditambah dengan Karyawan Semu supaya dapat dilakukan penyelesaian.

Pekerjaan (Biaya x Rp 1000)

I II III IV V

Kar

yaw

an A 15 20 18 22 21

B 14 16 21 17 15

C 25 20 13 20 27

D 17 18 18 16 18

DummyE 0 0 0 0 0

• Prosedur penyelesaian sama dengan langkah-langkah sebelumnya.

C. Tugas

1. Sebuah perusahaan pengecoran logam mempunyai empat jenis mesin, yaitu M1, M2, M3, dan M4. Setiap jenis mesin mempunyai kapasitas yang berbeda dalam pengoperasiannya. Dalam minggu mendatang perusahaan medapatkan pesanan untuk menyelesaikan empat jenis pekerjaan yaitu J1, J2, J3, dan J4. Biaya pengoperasian setiap pekerjaan oleh keempat mesin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Mesin

M1 M2 M3 M4

Job

J1 210 150 180 130

J2 140 160 200 190

J3 150 175 220 200

J4 200 175 160 190

Page 72: Riset Operasi Lengkap-2

71

Persoalannya adalah bagaimana menugaskan agar keempat mesin dapat menyelesaikan keempat jenis pekerjaan dengan total biaya minimum.

2. Seorang pengusaha konveksi mempunyai 4 karyawati yang memproduksi 4 jenis

produk. Jumlah produk yang dihasilkan masing-masing karyawan tiap bulannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Produk

Celana Rok Hem Baju Safari

Kar

yaw

ati A 210 150 180 130

B 140 160 200 190

C 150 175 220 200

D 200 175 160 190

Bagaimana penugasan agar jumlah produk yang dihasilkan maksimum.

3. Sebuah toko variasi mobil, katakanlah ZIGZAG, mempunyai 4 teknisi, yaitu Rudi, Efer, Algi dan Hasan. Keempat teknisi ini mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memasang variasi mobil. Ada 4 pelanggan, yaitu Wing, Andre, Yani dan Kris, yang akan memasang variasi mobil. Untuk menghemat waktu pemasangan, manajer perusahaan ingin membuat penugasan. Lamanya waktu untuk tiap jenis pemasangan variasi mobil dapat dilihat pada tabel berikut ini:

TEKNISI PELANGGAN

Wing Andre Yani Kris

Rudi 3 6 7 10

Efer 5 6 3 8

Algi 2 8 4 16

Hasan 8 6 5 9

Page 73: Riset Operasi Lengkap-2

72

9. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja:

Teori Jaringan Kerja

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik perencanaan dan jaringan kerja

B. Uraian Materi

1. Pendahuluan

• Manajemen Projek secara lambat laun telah menjadi suatu bidang baru dengan berkembangnya dua teknik analisis yang dipergunakan untuk perencanaan, penjadualan, dan pengawasan suatu projek, yaitu Critical Path Method (CPM) dan Program Evaluation and Review Technique (PERT).

• Salah satu tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan waktu terpendek yang diperlukan untuk merampungkan proyek, atau menentukan critical path, yaitu jalur dalam jaringan yang membutuhkan waktu penyeleseian paling lama.

• Penentuan critical itu sangat penting karena jalur itu meliputi kegiatan-kegiatan yang perlu diawasi secara sangat hati-hati agar proyek diselesaikan pada waktunya.

2 Diagram Jaringan Kerja

• Diagram jaringan kerja mempunyai dua peranan: 1) sebagai alat perencanaan projek dan 2) sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu projek.

• Model jaringan telah diterapkan secara luas dalam bidang manajemen karena model ini, yang berupa rangkaian jalur-jalur atau garis-garis yang dihubungkan pada beberapa titik, mudah dibentuk dan ditafsirkan (komunikatif).

• Masalah-masalah yang dapat disederhanakan dalam model jaringan: masalah jalan pintas, masalah rentang cabang terpendek dan masalah arus terbanyak.

• Masalah jalan pintas berhubungan dengan penemuan jarak terpendek dari suatu tempat asal ke tempat tujuan dari jalur alternatif yang tersedia. Tujuan analisis ini tidak selalu meminimumkan jarak, tetapi kadang-kadang berubah menjadi meminimumkan waktu tempuh atau biaya perjalanan.

• Masalah rentang cabang terpendek berhubungan dengan penemuan jalur-jalur yang menghubungkan semua titik dalam jaringan agar jumlah panjang seluruh jalur terkecil.

Page 74: Riset Operasi Lengkap-2

73

• Masalah arus maksimum berhubungan dengan alokasi arus pada jalur-jalur dalam jaringan yang memiliki kapasitas terbatas dari tempat asal ke tempat tujuan agar jumlah arus yang mengalir maksimum.

Tabel 9.1 Simbol dan Arti Diagram Jaringan

Simbol Arti Keterangan

Anak Panah Menyatakan kegiatan dengan membutuhkan durasi dan sumber daya. Pangkal dan ujung anak panah menyatakan kegiatan mulai dan akhir. Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf besar A, B, dan sebagainya.

Lingkaran kecil atau node

Menyatakan suatu kejadian atau peristiwa. Umumnya kejadian diberik kode dengan angka 1, 2, 3, dan sebagainya.

Anak panah terputus-putus

Menyatakan kegiatan semu atau “dummy”.

• Informasi menyusun jaringan kerja

Tabel 9.2 Ketentuan penyusunan jaringan kerja

Kegiatan B hanya dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.

Kegiatan C hanya dapat dimulai setelah kejadian A dan B selesai. Kegiatan A dan B boleh berlangsung bersama-sama; kegiatan A dan B berakhir pada kejadian yang sama.

Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kegiatan A dan B berakhir, dan selesai pada kejadian yang berbeda.

benar

salah

Bila dua kejadian yang dimulai pada kejadian yang sama dan berakhir pada kejadian yang sama pula, maka kegiatan tersebut tidak boleh berimpit.

Dalam suatu jaringan kerja tidak boleh terjadi suatu loop.

1 2 3

A B

A C B

1 3 4

2

A C B D

1

3

4

2 5

A C B

1 3 4

2

1 2 3

A,B C

A C B

1 3 4

2

Page 75: Riset Operasi Lengkap-2

74

Nomor kejadian terkecil adalah nomor kejadian awal dan nomor kejadian terbesar adalah nomor kejadian akhir.

Contoh 9.1

Suatu pabrik merencanakan untuk mengembangkan dan memasarkan komputer mini dari jenis baru. Kegiatan pengembangan dan pemasaran dapat dilihat pada tabel 9.3. Tabel 9.3 Aktivitas perencanaan pembuatan komputer mini

Kegiatan Keterangan Kegiatan

sebelumnya

Waktu

(bulan)

A Rancangan Hardware - 12

B Produksi Hardware a 8

C Rancangan Software a 10

D Uji coba b,c 6

E Produksi user manual d 4

F Pemasaran e 8

Gambarkan diagram jaringan kerja proyek tersebut!

Penyelesaian:

Gambar diagram jaringan kerja tabel

C. Tugas

1. Tabel 9.4 merupakan tabel memuat kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu Proyek Sistem Informasi. Pada tabel 9.3 tersebut juga dibuat waktu yang dibutukan setiap kegiatan serta hubungan antara satu dengan kegiatan lainnya.

a b d e f 12 8 6 4 8

c 10

1 2 3

4

5 6 7

Page 76: Riset Operasi Lengkap-2

75

Tabel 9.4 Perencanaan Pembangunan Situs Web Kegiatan Keterangan Kegiatan

sebelumnya Waktu (hari)

A Mengevaluasi flatform teknologi saat ini - 2

B Mendefinisikan kebutuhan user a 5

C Merancang lay out halaman situs Web b 4

D Set-up server Web b 3

E Estimasi saluran komunikasi data Web b 1

f Uji coba Link dan halaman situs Web c , d 4

g Implementasi situs Web dalam lingkungan intranet

d , e 3

h Sosialisasi situs web intranet perusahaan f , g 2

I Melatih pengguna g 5

J Membuat laporan ke manajemen h, i 1

a. Gambarkan diagram jaringan kerja proyek SI tersebut.

2. Tabel 9.5 merupakan tabel yang memuat kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu Proyek Sistem Informasi. Pada tabel tersebut juga dibuat waktu yang dibutukan setiap kegiatan serta hubungan antara satu dengan kegiatan lainnya. Tabel 9.5 Aktivitas perencanaan pembuatan sistem informasi.

Kegiatan Kegiatan sebelumnya Waktu (minggu)

A - 5

B A 6

C A 12

D B,C 7

E D 4

F E,G 6

G A 10

a. Gambarkan diagram jaringan kerja proyek SI tersebut.

3. Tabel 9.6 merupakan tabel yang memuat kegiatan perencanaan yang dibutuhkan untuk

membangun rumah. Pada tabel tersebut juga dibuat waktu yang dibutukan setiap kegiatan serta hubungan antara satu dengan kegiatan lainnya.

Tabel 9.6 Kegiatan dalam Perencanaan Membangun Rumah

Kegiatan Pendahulu Waktu

Menggambar dan cari dana (a) Peletakan pondasi (b1) Pemesanan bahan (b2) Memilih cat (c)

– a a b1, b2

3 bulan 2 bulan 1 bulan 1 bulan

Page 77: Riset Operasi Lengkap-2

76

Membangun rumah (d) Memilih karpet (e) Penyeleseian (f)

b1, b2 c d, e

3 bulan 1 bulan 1 bulan

a. Gambarkan diagram jaringan kerja proyek SI tersebut.

10. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja:

Critical Path Method (CPM)

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik perencanaan dan jaringan kerja model CPM

B. Uraian Materi

1. Model Jaringan CPM

• Model jaringan CPM tersusun atas dua komponen utama, yaitu titik-titik (nokta/lingkaran) dan garis-garis (cabang/anak panah). Garis menunjukan jenis kegiatan dari suatu proyek, sementara titik menunjukan awal atau akhir suatu kegiatan, atau biasa dinamakan events.

Contoh 10.1

Gambar 10.1 menunjukan model jaringan pembangunan sebuah rumah. Jaringan ini terdiri dari 3 kegiatan: 1) menggambar rumah, 2) mencari dana, dan 3) membangun rumah. Kegiatan-kegiatan ini dalam model diwakili dengan anak panah, events (peristiwa) ditunjukan oleh lingkaran. Lingkaran 1 maksudnya awal menggambar rumah, lingkaran 2 maksudnya akhir menggambar rumah dan awal mencari dana. Model jaringan juga menunjukan precedence relationship di antara kegiatan-kegiatan. Menggambar rumah mendahului mencari dana dan yang terakhir ini mendahului membangun rumah. Ini berarti suatu kegiatan belum dapat dimulai sampai kegiatan yang mendahuluinya diselesaikan.

Dalam analisis CPM, suatu lingkaran tertentu dikatakan terealisasi jika semua keiatan yang berakhir pada lingkaran itu telah dirampungkan. Sebagai contoh, lingkaran 2 akan terealisasi pada akhir bulan ke-2 (setelah dua bulan). Pada waktu itu, pencarian dana dapat dimulai. Pembangunan rumah dapat dimulai setelah bulan ke-3 berakhir. Pada kasus ini pembangunan rumah dapat dirampungkan paling cepat pada akhir bulan ke-9.

Page 78: Riset Operasi Lengkap-2

77

Gambar 10.1 Jaringan Pembangunan Rumah dan Waktu Kegiatan

• Ada suatu aturan dalam membuat model jaringan CPM, yaitu dua atau lebih kegiatan

tak dapat secara serentak berawal dan berakhir pada lingkaran yang sama. Sebagai contoh perhatikan suatu proyek yang dijadualkan seperti pada tabel 10.1.

Tabel 10.1 Kegiatan dalam Perencanaan Membangun Rumah

Kegiatan Pendahulu Waktu

Menggambar dan cari dana (a) Peletakan pondasi (b1) Pemesanan bahan (b2) Memilih cat (c) Membangun rumah (d) Memilih karpet (e) Penyeleseian (f)

– a a b1, b2 b1, b2 c d, e

3 bulan 2 bulan 1 bulan 1 bulan 3 bulan 1 bulan 1 bulan

• Model jaringan yang ditunjukan pada Gambar 10.1 adalah salah karena menyimpang

dari aturan. Kesalahannya adalah bahwa b1 dan b2 muncul dari lingkaran a dan juga berakhir pada lingkaran yang sama, yaitu lingkaran 3.

Gambar 10.1 Jaringan Pembangunan Rumah dan Waktu Kegiatan yang Salah

• Masalah ini diselesaikan dengan memperkenalkan suatu aktivitas dummy. Suatu aktivitas dummy digambarkan dengan anak panah terputus dan disisipkan pada jaringan itu untuk menunjukan suatu precendede relationship.

• Suatu aktivitas dummy tidak memakan waktu, jadi waktu kegiatan sama dengan nol. Dengan demikian, model jaringan yang benar dari proyek yang penjadualannya disajikan pada tabel 10.1 ditunjukkan oleh gambar 10.2.

Page 79: Riset Operasi Lengkap-2

78

Gambar 10.2 Jaringan Dengan Aktivitas Dummy

� Critical Path (Lintasan Kritis)

� Telah disebutkan bahwa sasaran utama analisis CPM adalah menentukan waktu terpendek yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau menentukan waktu yang diperlukan untuk suatu jalur kritis, yaitu jalur waktu terlama.

� Untuk menjelaskan lintasan kritis lihat lagi model jaringan terakhir. Jaringan tersebut memiliki 4 pilihan jalur, sebut saja A,B,C dan D, seperti disajikan pada tabel 10.2 (waktu kegiatan diletakan di atas anak panah).

Tabel 10.2 Seluruh Jalur yang mungkin dari Suatu Jaringan

Jalur Events (titik awal/akhir) Panjang jalur waktu

A

3 2 0 3 1 1� 2�3�4�6�7

9 bulan

B

3 2 0 1 1 1 1�2�3�4�5�6�7

8 bulan

C

3 1 3 1 1�2�4�6�7

8 bulan

D

3 1 1 1 1 1�2�4�5�6�7

7 bulan

� Dengan menjumlahkan seluruh waktu kegiatan pada setiap jalur diperoleh panjang

jalur waktu. � Jalur A merupakan jalur waktu terlama, yaitu 9 bulan, maka jalur A merupakan

critical path, sehingga waktu tersingkat untuk merampungkan proyek ini adalah 9 bulan.

Page 80: Riset Operasi Lengkap-2

79

• Penjadualan Kegiatan Atau Events

� Analisis CPM juga bertujuan menentukan jadual kegiatan/events yang menerangkan kapan kegiatan ini dimulai dan berakhir.

� Penjadualan itu juga dapat digunakan untuk menentukan lintasan kritis (sekaligus waktu minimum yang diperlukan untuk menyelsesaikan proyek) dan kegiatan apa yang dapat ditunda dan berapa lama.

Lingkaran 4 tak dapat direalisasikan sebelum semua kegiatan yang mendahuluinya diselesaikan. Jadi waktu tercepat merealisasikan lingkaran 4 adalah 5 bulan. Waktu ini dinamakan waktu tercepat, earliest time, diberi simbol ET4=5. Penetuan earlist time dilakukan dengan melintasi jaringan ke arah minimum yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.

Secara umum, earliset time setiap lingkaran j dirumuskan sebagai berikut:

ETj = maks {ET1+tij}.

Dimana i adalah nomor lingkaran awal dari semua kegiatan yang berakhir ada lingkaran j dan tij adalah waktu kegiatan i � j

Sebagai contoh, ET6 dihitung sebagi berikut:

ET6 = maks {ET5 + t56 , ET4 + t46} = maks { 6 + 1 , 5 + 3} = maks { 7 , 8} = 8 bulan ET semua lingkaran pada kasus yang dipelajari ditunjukkan pada gambar 9.5

Page 81: Riset Operasi Lengkap-2

80

Gambar 10.3 Jaringan Dengan ET

� Langkah berikutnya untuk menentukan lintasan kritis adalah menghitung latest time, diberi simbol LT.

� Latest time suatu lingkaran adalah waktu terakhir (paling lambat) suatu lingkaran dapat direalisasikan tanpa menunda waktu penyelesaian proyek, dalam pengertian waktu minimum.

� Untuk kasus yang dipelajari, karena waktu minimumnya adalah 9 bulan, maka latest time pada lingkaran 7 adalah 9 bulan. Latest time ditentukan dengan melintasi jaringan ke arah belakang. Secara umum, perhitungan latest time lingkaran i dirumuskan sebagai berikut:

LT1 = min {LTj - tij}

dimana j adalah lingkaran akhir dari semua kegiatan yang berawal pada lingkaran i Contoh 10.2 LT6 = min {LT7 – t67} = min {9-1} = 8 bulan LT5 = min {LT6 – t56} = min {8-1} = 7 bulan LT4 = min {LT6 – t46 , LT5 – t45} = min {8 - 3 , 7 - 1} = min 5 bulan

� LT semua lingkaran pada kasdusau yang dipelajari disajikan pada Gambar 12.6

� Pada lintasan kritis (1�2�3�4�5�6�7), ET = LT. Artinya kegiatan-kegiatan kritis ini harus dimulai tepat waktu minimum, yaitu 9 bulan.

� Ini berarti selain memilih jalur waktu terpanjang dari seluruh jalur yang mungkin dari suatu jaringan, lintasan kritis dapat ditentukan dengan memeriksa di mana lingkaran-lingkaran yang memiliki ET = LT. Pada Gambar 9.6 lingkaran 1,2,3,4,6 dan 7 semuanya memiliiki ET = LT, jadi mereka berada pada critical path.

Page 82: Riset Operasi Lengkap-2

81

Gambar 10.4 Jaringan Dengan ET Dan LT, Anak Panah Tebal Menunjukkan Critical Path

� Penentuan critical path dengan cara terakhir dapat menemui kesulitan. Contohnya,

bagaimana mengetahui bahwa critical path-nya bukan 1�2�4�6�7, dimana semua lingkarannya juga memiliki ET=LT.

� Untuk mengatasi masalah ini ada cara untuk menentukan mana yang merupakan kegiatan kritis. Cara ini menggunakan konsep yang dinamakan slack kegiatan, yaitu waktu di mana suatu kegiatan dapat ditunda tampa mempengaruhi

penyeleseian proyek dengan waktu minimum. Slack kegiatan i � j, diberi simbol sij, dihitung seperti berikut:

Sij = LTj – ETi – tij

Contoh 10.3

S12 = LT2 – ET1 – t12 = 3 – 0 – 3= 0 S23 = LT3 – ET2 – t23 = 5 – 3 – 2= 0 S34 = LT4 – ET3 – t34 = 5 – 5 – 0= 0 S46 = LT6 – ET4 – t46 = 8 – 5 – 3= 0

S67 = LT7 – ET6 – t67 = 9 – 8 – 1= 0 S24 = LT4 – ET2 – t24 = 5 – 3 – 1= 1

� Slack untuk seluruh kegiatan ditunjukan pada gambar 10.5. terlihat bahwa S24=1 artinya kegiatan 2�4 dapat tertunda 1 bulan, tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

� Semua kegiatan-kegiatan yang slacknya adalah nol berarti kegiatan-kegiatan itu tidak dapat ditunda jika proyek ingin diselesaiakan dengan waktu minimum.

� Gambar 10.5 menunjukan bahwa semua kegiatan kritis memiliki slack tidak sama dengan nol. Sementara semua kegiatan lainnya memiliki slack tidak sama dengan nol. Kesimpulannya, critical path akan meliputi seluruh kegiatan dengan slack sama dengan nol.

Page 83: Riset Operasi Lengkap-2

82

Gambar 10.5 Jaringan Dengan Slack, Anak Panah Tebal Menunjukkan Critical Path

� Gambar 10.6 menunjukan bahwa S45 dan S56 adalah 1 bulan. Ini artinya, yang dapat ditunda hanya salah satu kegiatan, yaitu 1 bulan, tetapi bukan kedua kegiatan masing-masing 1 bulan. Slack untuk kedua kegiatan ini dinamakan shared slack, artinya dua kegiatan berurut 4�5 dan 5�6 dapat tertunda 1 bulan tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

Page 84: Riset Operasi Lengkap-2

83

• Earliest Posible Event Time ( TE )

Waktu tercepat untuk bisa memulai pekerjaan, jadi sama dengan Earliest Start time

• Latest Allowable Event Time (TL) Waktu yang paling lambat untuk dimulai suatu kegiatan, jadi sama dengan Latest

Start time • Event Slack Time adalah Selisih antara TL – TE

• Earliest Finishing Time (EF) Waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan

• Latest Finishing Time (LF) Waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

C. Tugas

1. Tabel 10.3 merupakan tabel memuat kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu Proyek Sistem Informasi.

Tabel 10.3 Perencanaan Pembangunan Situs Web Kegiatan Keterangan Kegiatan

sebelumnya Waktu (hari)

a Mengevaluasi flatform teknologi saat ini

- 2

b Mendefinisikan kebutuhan user a 5

c Merancang lay out halaman situs Web b 4

d Set-up server Web b 3

e Estimasi saluran komunikasi data b 1

Page 85: Riset Operasi Lengkap-2

84

Web

f Uji coba Link dan halaman situs Web c , d 4

g Implementasi situs Web dalam lingkungan intranet

d , e 3

h Sosialisasi situs web intranet perusahaan

f , g 2

i Melatih pengguna g 5

j Membuat laporan ke manajemen h, i 1

a. Cari lintasan kritisnya, ET, LT, slack.

2. Tabel 9.5 merupakan tabel yang memuat kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu Proyek Sistem Informasi. Pada tabel tersebut juga dibuat waktu yang dibutukan setiap kegiatan serta hubungan antara satu dengan kegiatan lainnya. Tabel 9.5 Aktivitas perencanaan pembuatan sistem informasi.

Kegiatan Kegiatan sebelumnya Waktu (minggu)

A - 5

B A 6

C A 12

D B,C 7

E D 4

F E,G 6

G A 10

a. Cari lintasan kritisnya, ET, LT, slack.

11. Teknik Perencanaan dan Jaringan Kerja:

Program Evaluation and Review Technique (PERT)

A. Tujuan Kompetensi Khusus

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teknik perencanaan dan jaringan kerja model PERT

B. Uraian Materi

� Pada bab 11, waktu kegiatan ini diasumsikan diketahui dengan pasti, sehingga

merupakan suatu nilai tunggal atau model jaringan CPM yang merupakan model deterministik.

Page 86: Riset Operasi Lengkap-2

85

� Dalam prakteknya, waktu kegiatan demikian jarang ditemui. Pada umumnya, projek yang disederhanakan dalam jaringan bersifat khas, karena itu sering tidak memiliki dasar yang kuat untuk memastikan waktu kegiatan-kegiatan yang terlibat.

� Jika kasusnya waktu kegiatan merupakan variabel acak yang memiliki distribusi probabilitas, maka digunakan PERT sebagai pengganti CPM.

� PERT mengasumsikan bahwa penyelesaian kegiatan mengikuti distribusi beta,

dengan rata-rata (tij) dan varian (vij) seperti berikut:

6

b4mat ij

++=

2

ij6

abv

−=

dimana t = taksiran ekspektasi waktu (waktu yang diharapkan) akan terjadi a = taksiran waktu yang optimistik b = taksiran waktu yang pesimistik m = taksiran waktu yang kebanyakan terjadi (modus)

� PERT juga mengasumsikan bahwa waktu kegiatan adalah independen secara statistik, sehingga rata-rata dan variansi waktu-waktu kegiatan itu dapat dijumlahkan untuk menghasilan rata-rata dan varians waktu penyelesaian projek.

� PERT lebih jauh menasumsikan bahwa terdapat cukup banyak yang terlibat dalam proyek sehingga rata-rata dan varians waktu penyelesaian proyek, sesuai dengan central limit theorem, mengikuti distribusi normal. Contoh 11.1 Tabel 11.1 merupakan perkiraan waktu kegiatan yang terlibat dalam pembangunan rumah berikut rata-rata dan variansinya. ET dan LT setiap lingkaran serta slack

kegiatan ditunjukkan pada gambar 11.1. Dengan mengamati gambar 11.1 terlihat bahwa critical path meliputi kegiatan yang memiliki slack sama dengan nol yaitu 1�2�3�4�5 (anak panah tebal).

Tabel 11.1 Perkiraan Waktu Kegiatan Dari Gambar 11.1

Perkiraan waktu (minggu) parameter distribusi beta Kegiatan a m b tij vij

1����2 5 8 17 9 4

1����3 7 10 13 10 1

2����3 3 5 7 5 4/9

2����4 1 3 5 3 4/9

3����4 4 6 8 6 4/9

3����5 3 3 3 3 0

4����5 3 4 5 4 1/9

Page 87: Riset Operasi Lengkap-2

86

Gambar 11.1 Jaringan Dengan ET, dan LT dan Slack

� Telah disebutkan bahwa waktu projek (tp) mengikuti distribusi normal yang

rata-ratanya µ, adalah jumlah rata-rata waktu kegiatan kritis, sehingga

µ = t12 +t23 + t24 + t25 = 9 + 5 + 6 + 4 = 24 minggu

Dan variannya, σ2, adalah jumlah varians waktu kegiatan kritis, sehingga

σ2 = v12+v23+v34+v45 = 4+4/9+4/9+1/9 = 5 minggu

� Dengan asumsi waktu projek mengikuti distribusi normal dan nilai-nilai parameternya diketahui, maka dengan bantuan kurva normal standaed dapat dibuat pernyataan probabilitas tentang waktu penyelesaian proyek melebihi 25 minggu, developer akan dikenakan denda sebagai berikut.

P(tp > 25) = P z > 2

25

σ

µ−

= P (z > 5

2425−)

= P (z > 0,4472) = 0,5 – 0,1736 = 0,3264

Jadi peluang proyek dirampungkan sebelum 25 minggu adalah 0,6736 ( = 1-0,3264) atau peluang developer tidak mampu menyelesaikan dalam 25 minggu, sehingga harus membayar denda adalah 0,3264 seperti ditunjukan pada gambar 11.2.

Page 88: Riset Operasi Lengkap-2

87

= 5

0,3264

=24 25 tp

Gambar 11.2 Probabilitas Proyek selesai lebih dari 25 minggu

Page 89: Riset Operasi Lengkap-2

88

GA

RIS

-GA

RIS

BE

SA

R P

RO

GR

AM

PE

NG

AJ

AR

AN

P

erg

uru

an T

ingg

i :

PO

LIT

EK

NIK

PIK

SI

GA

NE

SH

A

P

rog

ram

Stu

di

/ S

mt.

Ke

:

Mat

a K

uli

ah

: R

iset

Op

eras

ional

Ko

de

Mat

a K

uli

ah /

SK

S

:

DE

SK

RIP

SI

SIN

GK

AT

:

Mat

a kuli

ah i

ni

ber

mak

sud u

ntu

k m

emper

ken

alkan

ris

et o

per

asio

nal

mula

i d

ari

lata

r b

elak

ang

mu

ncu

lnya

rise

t oper

asio

nal

sa

mpai

den

gan

tek

nik

-tek

nik

ris

et o

per

asio

nal

dan

pen

ggunaa

nn

ya

den

gan

ban

tuan

ko

mp

ute

r. M

ater

i-m

ater

i po

kok y

ang

akan

d

ibah

as

dal

am

mat

a k

uli

ah

ini

anta

ra

lain

m

elip

uti

: fa

lsaf

ah

das

ar

rise

t oper

asio

nal

se

rta

hubungan

nya

den

gan

pen

gam

bil

an k

eputu

san

dan

pen

ggunaa

n k

om

pu

ter,

mem

aham

i d

an m

emfo

rmula

sik

an m

od

el u

ntu

k m

emec

ahkan

alo

kas

i su

mb

er

day

a ya

ng

terb

atas

m

engg

un

akan

P

rogra

m

Lin

ier

den

gan

te

knik

gra

fik

, m

eto

de

sim

ple

x,

tran

spo

rtas

i,

dan

pen

ug

asan

. D

isam

pin

g i

tu b

eber

apa

teknik

lai

n s

eper

ti a

nal

isis

jar

ingan

ker

ja C

PM

/PE

RT

, p

eng

amb

ilan

kep

utu

san

dip

elaj

ari

dal

am m

ata

kuli

ah i

ni.

TU

JU

AN

KO

MP

TE

NS

I U

MU

M :

Set

elah

men

gik

uti

per

kuli

ahan

, m

ahas

isw

a d

ihar

apkan

akan

dap

at:

1)

men

jela

skan

lat

ar b

elak

ang

sej

arah

dan

fal

safa

h d

asar

ri

set

oper

asio

nal

, 2)

mem

aham

i dan

m

emfo

rmu

lasi

kan

m

od

el u

ntu

k

mem

ecah

kan

al

okas

i su

mb

er

day

a ya

ng

terb

atas

m

engg

un

akan

met

ode

pro

gra

mm

a li

nie

r, t

ransp

ort

asi,

mod

el p

enug

asan

, dan

anal

isis

jar

ing

an k

erja

CP

M/P

ER

T.

.

PR

AS

YA

RA

T :

Untu

k d

apat

men

gik

uti

mat

a kuli

ah i

ni,

mah

asis

wa

sud

ah m

engam

bil

mat

a ku

liah

Pro

bab

ilit

as d

an S

tati

stik

dan

Alj

abar

Lin

ier

TU

JU

AN

KO

MP

ET

EN

SI

KH

US

US

:

Set

elah

mah

asis

wa

men

gik

uti

per

ku

liah

an i

ni

dih

arap

kan

mam

pu:

1.

Men

jela

skan

fal

safa

h R

iset

Oper

asio

nal

dan

hubu

ngan

nya

den

gan

pen

gam

bil

an k

eputu

san.

2.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

per

mas

alah

an a

lokas

i su

mb

er d

aya

terb

atas

ke

dal

am p

emodel

an P

rogra

ma

Lin

ier.

3.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

yel

esai

kan

per

mas

alah

an p

rogra

ma

linie

r m

eng

gunak

an m

eto

de

gra

fik

4.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

mam

pu m

enyel

esai

kan

per

mas

alah

an m

enggu

nak

an m

etode

sim

ple

x

5.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

ten

tan

g D

ual

itas

, A

nal

isis

Sen

siti

vit

as, d

an P

ost

Opim

al

Page 90: Riset Operasi Lengkap-2

89

6.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

pen

gg

unaa

n m

etode

tran

sport

asi

7.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

pen

gg

unaa

n m

etode

pen

ugas

an

8.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

tek

nik

per

enca

naa

n d

an j

arin

gan

ker

ja

9.

Mah

asis

wa

mam

pu m

emah

ami

dan

men

jela

skan

tek

nik

per

enca

naa

n C

PM

dan

PE

RT

.

RIN

CIA

N I

SI

MA

TA

KU

LIA

H

No

T

uju

an

Kom

pet

ensi

Kh

usu

s

Pok

ok

Bah

asa

n

Su

b P

ok

ok

Bah

asa

n

Met

od

e A

lat

Ba

ntu

P

ust

ak

a

1.

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an f

alsa

fah

Ris

et O

per

asio

nal

dan

hu

bungan

nya

den

gan

pen

gam

bil

an k

epu

tusa

n

• S

ejar

ah d

an L

atar

B

elak

ang R

iset

O

per

asi

• R

iset

Op

eras

i S

ebag

ai S

enit

dan

Im

u

• M

etod

olo

gi

Ris

et

Oper

asio

nal

• S

ejar

ah S

ingkat

Ris

et O

per

asi.

• P

eran

an

Ris

et

Op

eras

ion

al

dal

am

pen

gam

bil

an k

eputu

san

.

• Il

mu d

an S

eni

dal

am R

iset

Oper

asi.

• K

om

ponen

-kom

ponen

dar

i se

buah

m

odel

pen

gam

bil

an k

eputu

san

.

• M

odel

-mo

del

Ris

et O

per

sional

.

• M

etodo

logi

Ris

et O

per

asio

nal

.

• M

etode

Um

um

M

enca

ri

Solu

si

Per

mas

alah

an

• T

eknik

-tek

nik

, ci

ri-c

iri

dan

ket

erbat

asan

R

iset

Oper

asi

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

2.

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an

per

mas

alah

an a

lokas

i su

mb

er d

aya

terb

atas

ke

dal

am p

emod

elan

P

rogra

ma

Lin

ier.

• P

engan

tar

Pro

gra

ma

Lin

ear

• F

orm

ula

si M

od

el

Pro

gra

ma

Lin

ier

• P

erm

asal

ahan

alo

kas

i su

mb

er d

aya

terb

atas

• B

entu

k b

aku m

odel

Pro

gra

ma

Lin

ier.

• K

arak

teri

stik

Mas

alah

Pro

gra

ma

Lin

ier.

• S

ifat

Model

Pro

gra

ma

Lin

ier.

- C

eram

ah

- D

iskusi

-

Tug

as

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

Page 91: Riset Operasi Lengkap-2

90

No

T

uju

an

Kom

pet

ensi

Kh

usu

s

Pok

ok

Bah

asa

n

Su

b P

ok

ok

Bah

asa

n

Met

od

e A

lat

Ba

ntu

P

ust

ak

a

3

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

men

yel

esai

kan

per

mas

alah

an p

rogra

ma

linie

r m

enggun

akan

m

etode

gra

fik

• S

olu

si g

rafi

k

Pro

gra

ma

Lin

ier

• P

erm

asal

ahan

P

rogra

ma

Lin

ier

yan

g

dap

at

dip

ecah

kan

den

gan

met

ode

gra

fik

• T

eknik

M

emec

ahkan

P

erso

alan

P

rogra

ma

Lin

ier

den

gan

Solu

si G

rafi

k.

• M

enggam

bar

kan

fungsi

ken

dal

a d

an t

uju

an

pad

a su

mb

u

koord

inat

X

Y

dan

m

ampu

men

entu

kan

solu

si o

pti

mal

.

• S

olu

si M

aksi

mas

i dan

Min

imas

i du

a dim

ensi

den

gan

gra

fis.

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

4

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

mam

pu

men

yel

esai

kan

p

erm

asal

ahan

m

enggunak

an m

etod

e si

mple

x

• S

olu

si P

rogra

ma

Lin

ier

den

gan

M

etod

e P

rim

al

Sim

ple

ks

• P

enger

tian

Met

ode

Sim

ple

x.

• F

orm

ula

si

Mo

del

P

rogra

ma

Lin

ier

dal

am

ben

tuk b

aku.

• S

olu

si P

ersa

maa

n S

imu

ltan

Model

Pro

gra

ma

Lin

ier

• M

eto

de

Sim

ple

x

men

ggunak

an

Tab

el

sim

ple

ks.

• V

aria

bel

Sla

ck

• P

enen

tuan

solu

si o

pti

mal

men

ggu

nak

an t

abel

si

mp

lex

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

5

& 6

M

ahas

isw

a m

amp

u

mem

aham

i dan

mam

pu

men

yel

esai

kan

p

erm

asal

ahan

m

enggunak

an m

etod

e si

mple

x

• S

olu

si S

imple

x

Pro

gra

ma

Lin

ier

Min

imas

i

• P

enggu

naa

n

ben

tuk s

olu

si a

wal

buat

an

• P

erm

asal

ahan

M

inim

asi

Po

rgra

ma

Lin

ier

den

gan

Met

ode

Sim

ple

x:

Var

iabel

Art

ifis

ial,

V

aria

bel

Big

M.

• T

abel

S

imple

x

Per

mas

alah

an

Min

imas

i P

rogra

ma

Lin

ier.

• P

erm

asal

ahan

Bat

asan

Cam

pu

ran

• K

asus-

kas

us

kh

usu

s d

alam

ap

likas

i m

etod

e si

mp

leks.

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

Page 92: Riset Operasi Lengkap-2

91

No

T

uju

an

Kom

pet

ensi

Kh

usu

s

Pok

ok

Bah

asa

n

Su

b P

ok

ok

Bah

asa

n

Met

od

e A

lat

Ba

ntu

P

ust

ak

a

7

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an t

enta

ng

Dual

itas

, A

nal

isis

S

ensi

tivit

as, d

an P

ost

O

pim

al

• P

rim

al d

an D

ual

• A

nal

isis

S

ensi

tivit

as d

an

Post

Opti

mal

.

• S

olu

si p

erm

asal

ahan

pri

mal

dan

dual

.

• In

terp

reta

si e

konom

i per

mas

alah

an d

ual

.

• A

nal

isis

sen

siti

vit

as a

tau p

ost

opti

mal

.

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

8

UT

S

9 &

10

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an p

enggun

aan

met

od

e tr

ansp

ort

asi

• P

enger

tian

model

tr

ansp

ort

asi

• S

olu

si m

etode-

met

ode

• D

efin

isi

dan

ap

likas

i m

odel

tr

ansp

ort

asi.

S

olu

si a

wal

met

od

e tr

ansp

ort

asi

• N

ort

h W

est

Corn

er (

NW

C).

• T

he

Lea

st C

ost

(L

C).

• V

og

el’s

Ap

roxim

atio

n M

eth

ods

• O

pti

mal

itas

• S

tepp

ing S

tones

• M

OD

I

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

11

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an p

enggun

aan

met

od

e pen

ugas

an

• M

od

el p

enu

gas

an

Mo

del

pen

ugas

an

men

ggu

nak

an

met

od

e H

un

gar

ian.

• S

olu

si

op

tim

al

men

ggun

akan

M

etod

e H

un

gar

ian, m

aksi

mas

i d

an m

inin

asi.

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

12

Mah

asis

wa

mam

pu

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an t

eknik

p

eren

can

aan d

an j

arin

gan

k

erja

.

• P

eren

can

aan

jari

ngan

ker

ja

• P

eren

can

aan J

arin

gan

Ker

ja

- C

eram

ah

- D

iskusi

- P

apan

tuli

s -

Info

cus

- L

apto

p

1,

2, 3,4

13 &

M

ahas

isw

a m

amp

u

• M

etod

e •

Model

jar

ingan

CP

M

1,

2, 3,4

Page 93: Riset Operasi Lengkap-2

92

No

T

uju

an

Kom

pet

ensi

Kh

usu

s

Pok

ok

Bah

asa

n

Su

b P

ok

ok

Bah

asa

n

Met

od

e A

lat

Ba

ntu

P

ust

ak

a

14

mem

aham

i dan

m

enje

lask

an k

ond

isi

dan

p

rose

s p

engam

bil

an

kep

utu

san

CP

M/P

ER

T

• M

odel

jar

ingan

PE

RT

- C

eram

ah

- D

iskusi

-

Pap

an t

uli

s -

Info

cus

- L

apto

p

Daft

ar

Pu

sta

ka

1.

Ber

nar

d W

. T

aylo

r II

I, (

1996).

Sai

ns

Man

ajem

en, E

dis

i kee

mpat

, Ja

kar

ta S

alem

ba

Em

pat

2.

Ham

dy A

. T

aha.

(1992).

Oper

ation R

esea

rch. An Intr

oduct

ion,

Mac

Mil

lan.

3.

Sri

Muly

ani.

Ris

et O

per

asio

nal

. L

PE

M,

UI.

4.

Tju

tju,

T. &

D

imyat

i, A

., (

2002),

Oper

atio

n R

esea

rch,

Edis

i L

ima,

Sin

ar B

aru A

lgas

indo B

andung.