mikroo
DESCRIPTION
MEDIA BIOLOGITRANSCRIPT
PEMBUATAN MEDIA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa memahami cara penyediaan media buatan untuk pertumbuhan
mikroba.
Sasaran Belajar:
Mahasiswa dapat membuat media sederhana, deferensial, selektif, dan
lain-lain.
II. DASAR TEORI
Sama seperti makhluk hidup pada umumnya, mikroorganisme
membutuhkan nutrisi atau makanan. Syarat pertama bagi media adalah harus
mengandung nutrien essensial yang dapat digunakan biakan untuk pertumbuhan.
Syarat yang kedua ialah media harus memberikan keadaan lingkungan yang
sesuai bagi pertumbuhan biakan, seperti pH, tekanan osmosis, ketersediaan
oksigen, dan sebagainya. Pada dasarnya semua media biakan berbentuk media
cair (broth) atau media padat atau antara keduanya.
Untuk mendapatkan biakan murni, maka kita harus mensterilkan media dan
menjaganya tetap dalam keadaan steril atau bebas dari makhluk hidup lain. Selain
itu, saat menginokulasi diusahakan tidak terkontaminasi. Maka semua perlakuan
atau tahapan harus dilakukan secara aseptis.
Di ruangan pastilah terdapat udara bebas dan terdapat berbagai macam
mikroorganisme yang juga dapat menempel pada peralatan-peralatan. Maka dari
itu, alat-alat harus disterilisasi dengan cara pemanasan atau cara lain. Media telah
diracik dan akan disterilisasi harus ditutup dengan kapas yang dilapisi kertas
coklat atau aluminium foil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi namun memungkinkan terjadinya pertukaran udara atau gas.
(Selley & Demark. 1972: 9)
1
2
Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri ialah medium
yang mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa
makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak
digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium adalah kaldu cair (broth) dan
kaldu agar. Medium ini tersusun daripada:
Kaldu bubuk 3 gram
Pepton 5 gram
Air suling 1000 gram
Untuk pembuatan medium padat (medium agar), maka perlu ditambahkan 15
gram agar-agar. Medium ini disebut dengan medium baku. Untuk keperluan
penelitian yang berhubungan dengan serologi perlu ditambahkan 5 gram NaCl.
(Dwidjoseputro. 1998:37)
Medium atau media adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Meski memiliki kebutuhan khusus yang
berbeda, pada umumnya memiliki kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi air,
karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Selain itu, keasaman (pH) medium
juga amat penting bagi pertumbuhan organisme , terutama kerja enzim amat
dipengaruhi oleh pH.Maka dari itu ph juga perlu disesuaikan.
Yang paling penting dalam kehidupan dan pertumbuhan mikroorganisme
adalah air karena air merupakan komponen utama penyusun protoplasma, wahana
bagi masuknya nutrien ke dalam sel dan keluarnya sekresi ataupun ekskresi dari
dalam sel, dan diperlukan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi enzimatik di dalam
sel. Di dalam pembuatan medium sebaiknya digunakan air suling. Air sadah pada
umumnya mengandung kadar ion kalsium dan magnesium tinggi. Pada medium
yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas semacam ini
dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat.
Berdasarkan komposisi kimiawinya, dikenal 2 macam medium:
a. medium sintetik
Komposisi kimiawinya diketahui dengan pasti. Dan biasanya dibuat
dari bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan
3
tepat. Maka medium semacam ini dapat diulangi pembuatannya kapan
saja dan akan diperoleh hasil yang sama.
b. medium non-sintetik atau kompleks
Komposisi kimiawinya tidak diketahui dengan pasti. Contohnya ialah
bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrient, yaitu ekstrak daging
dna pepron, mempunyai komposisi kimiawi yang tidak pasti.
Berdasarkan kandungannya dan penggunaannya maka media dapat
dibedakan menjadi:
a. Medium serbaguna
Medium yang paling umum digunakan dalam bakteriologi karena
dapat menunjang pertumbuhan sebagian besar bakteri. Contoh: kaldu
nutrient.
b. Medium selektif
Medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang dapat
menghambat pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan.
c. Medium diferensial
Medium yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang
memungkinkan di pengamat membedakan tipe-tipe bakteri.
(Hadiotomo. 1993:44-46)
Konsistensi medium dapat dibuat bermacam-macam bergantung kepada
keperluannya. Menurut konsistensinya terdapat beberapa macam media, yaitu:
a. Medium cair
Medium cari seperti kaldu nutrient atau kaldu glukosa dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti pembiakan organism dalam
jumlah besar, penelaah fermentasi, dan berbagi macam uji. Medium cair
yang biasa dipakai ialah kaldu dengan komposisi 1 liter air murni atau
suling, 3 gram kaldu daging, dan 5 gram pepton. Medium ini kemudian
kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi sedikit asam atau netral;
keadaan demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri. Kaldu seperti
4
tersebut di atas masih perlu disaring untuk kemudian dimasukkan ke
dalam tabung-tabung reaksi atau botol-botol. Penyaringan dapat
dilakukan dnegan kertas saring. Setelah berisi medium, tabung reaksi
disumbat dengan kapas, bar kemudian dimasukkan kea lat pensteril.
(Dwidjoseputro. 1998:38)
b. Medium padat
Untuk membuat media padat, dapat ditambahkan bahan pemadat di
dalam medium kaldu. Sebagai bahan pemadat dapat digunakan agar-agar,
gelatin, atau gel siliki. Namun yang paling umum digunakan adalah agar-
agar. Meskipun bahan utama agar-agar merupakan galaktan, yaitu suatu
kompleks karbohidrat yang diekstrasi dari alga merin genus Gelidium,
namun sebagian besar organism tidak dapat menggunakannya sebagai
makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai bahan
pemadat. Medium padat biasanya digunakan untuk mengamati
penampilan atau morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni.
c. Medium setengah padat
Medium dengan konsistensi pertengahan disebut medium setengah
padat. Kegunaannya antara lain ialah untuk menguji ada tidaknya
motilitas dan kemampuan fermentasi. Medium setengah padat
mengandung baik gelatin maupun agar-agar namun dalam konsentrasi
lebih kecil dari pada medium padat.
(Hadiotomo. 1993: 46)
Dewasa ini tersedia Medium kering atau medium dalam bentuk
terdehidrasi (serbuk kering). Untuk menyiapkan medium tersebut, cukuplah orang
mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam sekian liter
air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH tidak perlu lagi, karena hal
itu sudah dilakukan lebih dahulu pada pembuatan serbuk.
(Dwidjoseputro. 1998:40)
Sterilisasi
5
Proses sterilisasi bertujuan mematikan semua mikroorganisme yang
teradapat pada atau di dalam suatu benda. dari peralatan. Segala peralatan mulai
dari pipet, tabung reaksi hingga media harus bebas dari mikroorganisme terutama
yang menyebabkan kontaminasi yang dapat mengganggu kemurnian biakan. Ada
tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Pemilihan metode sterilisasi
didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan.
a. Penggunaan panas
Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut
sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban
maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering.
Sterilisisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf pada suhu
121oC selama 15 menit. Panas lembab sangat efektif meskipun pada suhu
yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan-
bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram
uap air pada suhu 121oC. Panas ini mendenaturasi atau mengkoagulasi
protein pada organism hidup dan dengan demikian mematikannya. Maka
sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang
dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar 110oC dan 121oC.
Panas kering kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta
waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa
kelembaban tidak ada panas laten. Sterilisasi panas kering dapat
diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus,
atau menguap pada suhu setinggi itu; serta bagi bahan-bahan yang tidak
tembus uap air seperti gliserin, minyak, dan bahan-bahan berupa bubuk.
Bahan-bahan yang disterikan harus dilindungi dengan cara membungkus,
menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk
mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
b. Penggunaan bahan kimia
6
Secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau
radiasi. Bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu tinggi
(misalnya bahan dari plastik) dapat disterilkan secara kimiawi dengan
menggunakan gas atau radiasi. Beberapa bahan kimamia yang dapat
digunakan untuk sterilisasi gas ialah etilena oksida, asam perasetat,
formaldehida, dan glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu
kamar selama 2 sampai 18 jam, bergantung bahan kimianya. Sterilisasi
dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gama (sinar ultraviolet
kadang-kadang digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya
tembusnya lemah), namun penggunaannya terbatas karena menuntut
persyaratan keamanan dan biaya yang tinggi.
c. Penyaringan
Penyaringan merupakan proses sterilisasi yang dapat dilakukan pada
suhu kamar. Dengan cara ini larutan atau suspense dibebaskan dari
semua organism hidup dengan cara melalukannya lewat saringan dengan
ukuran pori yang sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22 µm) sehingga
bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan
filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Namun virus atau
mikroorganisme lain yang berukuran lebih kecil tak dapat terpisah
dengan penyaringan.
(Hadiotomo. 1993: 55-58)
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
Neraca
Sendok tanduk
Beaker glass
Pipet ukur
Tabung Reaksi + sumbat
kapas
Autoklaf
Rak tabung reaksi
Pengaduk
Gelas ukur
Kaki tiga
Kasa asbes
Bunsen
Entkas
7
Bahan yang digunakan:
Akuades
Media jadi / media kering
IV. CARA KERJA
A. Pembuatan Media yang Sudah Tersedia dalam Bentuk Jadi
Label kemasan diperhatikan (20g/L)
↓
Penimbangan media (6 gram)
↓
Pelarutan media dalam akuades (300mL)
↓
Pemanasan hingga larut
↓
Penuangan larutan media sebanyak volume yang dikehendaki
(@10mL dalam tabung reaksi)
↓
Sterilisasi (sesuai kemasan)
B. Cara Sterilisasi Dengan Autoklaf
Pengisian akuades sampai dekat angsang
↓
Penyalaan Autoklaf
↓
Pemasukkan bahan / media (tertutup rapat dengan sumbat kapas)
↓
Penutupan autoklaf dan skrup-skrup
↓
Kran pengatur uap air dibiarkan tetap terbuka sampai tidak terdapat uap air
lagi
↓
8
Kran pengatur uap air ditutup; hingga tekanan naik pada yang dikehendaki
↓
Tekanan dan suhu dapat dilihat pada manometer
↓
Tekanan tersebut dijaga tetap konstan selama waktu sterilisasi (15 menit)
↓
Autoklaf dimatikan, dibiarkan hingga 0 lbs.
↓
Autoklaf boleh dibuka tutupnya setelah uap air keluar
V. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini kita membuat Nutrien Agar (NA) menggunakan media
jadi atau media siap pakai (kering). Kita tidak meracik bahan-bahan namun hanya
menimbang media kering sejumlah yang diperlukan, kemudian dilarutkan dalam
sejumlah akuades sesuai dengan aturan pakai. Pembuatan media menggunakan
media jadi harus memperhatikan aturan-aturan pakai yang dicantumkan. Dalam
praktikum ini dilakukan pembuatan media sebanyak 30 tabung reaksi dengan
volume masing-masing 10 mL. Total volume media yang akan dibuat adalah 300
ml. Menurut perbandingan pemakaian media, yaitu 20 gram media kering dalam 1
liter pelarut (air), maka media kering yang dibutuhkan hanya 6 gram dengan
air/akuades sebanyak 300 mL.
Kemudian bahan diaduk dilanjutkan dengan pamanasan hingga larut.
Pengadukan ini dilakukan agar media dapat larut sempurna, tidak ada agar yang
menggumpal karena pengentalan akibat panas. Selain itu, volume harus dijaga
tetap sama selama pemanasan. Oleh karena itu, sebelum pemanasan beaker glass
diberi tanda garis batas volume. Pemanasan dan pengadukan dilakukan hingga
larutan media larut sempurna dan tampak jernih.
Selanjutnya media dimasukkan ke wadah tertentu, dalam praktikum ini
media dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 mL.
Media dipindahkan dengan menggunakan pipet suntik. Pemindahan media ini
harus segera dilakukan, tidak boleh terlalu lama. Hal ini karena nutrient agar akan
9
mengental jika mendingin. Agar menjadi larut atau cair bila dipanaskan pada suhu
hampir 100oC dan tetap berbentuk cair bila didinginkan sampai kurang lebih 43oC.
Menurut pustaka, dianjurkan untuk tidak membiarkan medium agar menajdi padat
lalu mencairkannya kembali lebih dari dua kali karena dapat memberikan hasil
yang kurang baik.
Setelah terisi, tabung reaksi segera ditutup dengan tutup kapas yang dilapisi
kertas atau aluminium foil. Harus dipastikan tabung reaksi ditutup dengan rapat
karena jika tidak maka ada kemungkinan tutup tabung reaksi akan terlepas akibat
tekanan tinggi saat sterilisasi. Kemudian tabung-tabung reaksi dimasukkan jadi
satu dalam beaker glass besar yang telah diberi kapas di dasarnya. Baru kemudian
media-media tersebut siap disterilisasi.
Cara sterilisasi dipilih tergantung dari macam media yang dibuat. Dalam
praktikum, sterilisasi yang dilakukan menggunakan autoklaf yang merupakan
jenis sterilisasi basah. Aturan sterilisasi media juga perlu diperhatikan pada autran
pakai media. Dalam praktikum ini sterilisasi dilakukan pada 121oC, 15lbs/inch2
selama 15 menit. Penyiapan awal untuk proses strerilisasi ialah mengisi air ke
dalam autoklaf sampai dekat angsang. Autoklaf dinyalakan (pemanasan), baru
kemudian media yang akan disterilisasi dimasukkan. Sebaiknya autoklaf
dinyalakan dahulu beberapa saat baru kemudian media dimasukkan, hal ini agar
pemanasan atau kenaikkan suhu berlangsung tidak terlalu lama.
Pemasangan tutup autoklaf harus diperhatikan dan dilakukan dengan benar.
Arah panas pada tutup autoklaf haru tepat kemudian dua skrup yang segaris
dipasang bersamaan. Semua skrup harus dipasang dulu, baru kemudian diputar
dengan aturan sama yaitu dua skrup yang segaris harus digerakkan bersama dan
seragam. Hal ini agar autoklaf tertutup sempurna. Kemudan kran tempat
keluarnya air dibiarkan terbuka hingga tidak ada uap lagi atau banyak uap yang
keluar. Tahap ini bertujuan udara yang sebelumnya berada di dalam autoklaf
keluar semua hingga tertinggal uap air yang baru terbentuk yang steril.
Selanjutnya kran pengatur keluarnya uap ir ditutup hingg tekanan naik sampai
yang dikehendaki (121oC, 15lbs/inch2). Tekanan dan suhu dapat dilihat pada
manometer dan termometer. Tekanan tersebut dijaga agar tetap konstan.
10
Sterilisasi dilakukan selama 15 menit mulai dari tekanan dan suhu yang
diinginkan.
Setelah sesuai dengan waktu yang ditentukan (15 menit), autoklaf dimatikan
dan dibiarkan hingga tekanan turun sampai 0 lbs/inch2. Kemudian kran pengatur
keluarnya air dibuka perlahan dan dibiarkan untuk mengelauarkan uap yang yang
berada di dalam. Setelah itu, tutup autoklaf baru boleh dibuka. Setelah sterilisai
selesai autoklaf tidak boleh langsung dibuka, hal ini karena tekanan dalam
autoklaf sangat besar. Sterilisator uap dapat sangat berbahaya karena setiap cm2
dinding sterilisator terdapat tekanan sebesar + 1 kg dan juga karena adanya panas
laten dari uap. Selain itu, jika langsung dibuka dapat menyebabkan media
mendidih dan sumbat tabung terlempar dan media meluap. Saat membuka tutup
autoklaf diusahaka tidak terkena uap air yang masih tersisa di dalam
sterilisator/autoklaf, jadi segera menjauh setelah membuka tutupnya dan
menunggu sampai semua uap keluar sebelum mengeluarkan barang-barang yang
ada di dalamnya. Medium yang sudah steril dapat disimpan di dalam lemari es.
VI. KESIMPULAN
Media merupakan bahan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan
untuk kehidupan mikroba dan digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Media perlu dijaga
kesterilannya. Berdasarkan komposisi kimiawinya dibedakan menjadi
medium sintetik dan non-sintetik. Berdasarkan kandungannya dan
penggunaannya maka media dapat dibedakan menjadi media serbaguna,
media selektif, dan media diferensial. Menurut konsistensinya media
dibedakan menjadi media cair, media padat, dan media setengah padat.
Media kering adalah media yang siap pakai atau dapat langsung dibuat
tanpa meracik.
11
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. (Hlm.
37-40)
Seeley, Harry W dan Demark, Paul J van. 1972. Selected Exercise From Microbes
In Action. USA: W. H. Freeman and Company. (Hlm. 9)
Hadiotomo, Ratna Sri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktikum. Jakarta: PT.
Gramedia (Hlm. 44-46, 55-60)