metpen_m-13_pba
DESCRIPTION
metodologi penelitianTRANSCRIPT
‘13
1 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
MODUL PERKULIHAN
METODOLOGI PENELITIAN TEKNIK
MATERI PEMBAHASAN
1. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
2. Arti Dan Kegunaan Data
3. Pembagian Data
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Teknik Teknik Industri
13 16504 Ir. Muhammad Kholil, MT
Abstract Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai obyek penelitian.
Kompetensi Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan
‘13
2 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
4. Memperpendek Lead Time Proces
Dapat dilakukan dengan cara menggabungkan proses,
menyederhanakan proses, dan mempercepat proses dengan cara
menyeimbangkan (balancing) antar proses, mempercepat production
lead time dengan cara mengeliminasi proses yang tidak perlu, dan
memperkecil lot size. Selain itu, usaha untuk mempercepat production
lead time dapat dilakukan dengan mengurangi waktu loading-unloading
proses, mengurangi air space motion, dan mempercepat change over
time.
Dengan cara mempercepat lead time, banyak keuntungan yang akan
diperoleh. Salah satunya adalah proses produksi semakin cepat dan
inventaris antar proses semakin rendah serta pemanfaatan modal kerja
semakin efektif, terutama terhadap turn over inventaris yang semakin
cepat (lihat Gambar 10.43).
‘13
3 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Efisiensi Inventaris Produk
Bertujuan untuk mengendalikan inventaris produk jadi (finished),
sehingga umur penyimpanan produk jadi yang tertahan dalam gudang
dapat dipersingkat. Semakin tinggi produk jadi yang tertahan dalam
gudang cargo ready, maka akan mengakibatkan beban bunga terhadap
penyimpanan produk jadi tersebut semakin tinggi.
1. First IN First OUT
Perencanaan penerimaan produk jadi diusahakan agar dapat
memenuhi prinsip first in first out. Semakin pendek waktu
penyimpanan produk dalam gudang, beban bunga pinjaman akan
semakin ringan serta semakin rendah modal kerja yang tertanam dalam
bentuk inventaris produk. Efisiensi inventaris produk digambarkan pada
grafik di bawah ini (gambar 10.44), di mana modal kerja yang tertanam
dalam bentuk inventaris dapat diefektifkan. Area efisiensi adalah area
yang masih dapat diefektifkan.
Gambar 10.44 First in First out Delivery Produk
2. Merencanakan Urutan Penerimaan Produk Jadi
Perubahan urutan proses produksi bertujuan untuk memper-pendek
waktu penyimpanan produk dengan nilai cost of good sold yang tinggi
di gudang cargo ready. Proses produksi direncanakan agar perakitan
produk dengan nilai cost of good sold tinggi diletakkan pada akhir
‘13
4 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
periode proses. Pada saat produk dengan nilai COGS yang tinggi
tersebut selesai dirakit, maka dapat segera diedarkan, sehingga produk
tersebut tidak lama tersimpan dalam gudang cargo ready.
Atas permintaan pelanggan, pengiriman produk jadi terkadang dibuat
dalam grup dengan jumlah produk dan variasi produk yang dikehendaki
pelanggan. Selama memenuhi jumlah dan variasi yang dikehendaki
pelanggan, penyimpanan produk jadi dilakukan hingga memenuhi
jumlah dan variasi yang dikehendaki. Semakin besar grup pengiriman
secara bersama-an, semakin tinggi juga modal kerja yang tertahan
dalam bentuk produk jadi dan semakin tinggi beban bunga pada
inventaris produk. Untuk mengendalikan beban bunga pada inventaris
produk, penerimaan produk jadi dari proses perakitan diatur agar
penerimaan produk jadi sesuai dengan urutan. COGS produk yang
bernilai tinggi diatur pada akhir grup pengiriman, sehingga terjadi
Increasing COGS receiving produk bukan decreasing COGS receiving
produk (Gambar 10.45).
Gambar 10.45 Beban Bunga Inventaris Produk
Gambar 10.46 memberikan gambaran area efisiensi terhadap urutan
penerimaan produk jadi.
‘13
5 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10.46 Grafik Efisiensi terhadap Urutan Penerimaan Produk Finish
Efisiensi Akun Receivable
Perencanaan penerimaan pembayaran piutang dagang yang telah jatuh
tempo dan pengontrolan terhadap pembayaran piutang dagang yang
telah jatuh tempo dan belum terlunasi.
Tabel 10.9 Monitoring Akun Receivable
Pemonitoran sumber dana ini perlu dikontrol dengan ketat, Semakin
rendah keterlambatan pembayaran piutang dagang, semakin efektif
pemakaian sumber dana dan modal kerja yang kemudian akan
digunakan lagi untuk perputaran modal kerja. Keterlambatan
pembayaran piutang dagang lebih dari 30 hari harus sudah
ditindaklanjuti dengan cara menghentikan penerimaan order dari
‘13
6 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
pelanggan dengan kategori keterlambatan membayar lebih dari 30 hari
dari jatuh tempo. Hal ini dilakukan untuk menghindari macetnya modal
kerja lebih besar pada piutanr dagang (Tabel 10.8). Untuk menghindari
macetnya modal kerjt pada piutang dagang, terutama terhadap
pelanggan baru yang belum dikenal dengan baik, dapat digunakan alat
pembayarar jenis lain yang lebih aman.
Efisiensi Akun Payable
Perlu adanya perencanaan terhadap pembayaran hutang daganc yang
akan jatuh tempo, sehingga dana pembayaran dapa dipersiapkan dan
dianggarkan untuk pembayaran. Keterlambatat terhadap pembayaran
hutang dagang merupakan keuntungai perusahaan, yaitu mendapatkan
dana tanpa beban bunga. Apakal keuntungan seperti ini yang akan
dijalankan, dengan car merusak kepercayaan pemasok atau vendor?
Besarnya tunggakan pembayaran hutang dagang menciptaka ketidak
harmonisan hubungan perusahaan dengan pemasok ata vendor. Pada
akhirnya, meningkat pada ketidakpercayaan pemasc atau vendor
terhadap perusahaan yang akan menggangg jalannya operasi
perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas.
10.6 Efisiensi PeraIatan
Efisiensi peralatan bertujuan untuk menganalisa biaya-biaya yan timbul
sebagai akibat dari investasi peralatan. Biaya-biaya yan timbul dari
investasi adalah biaya yang digunakan untu menggerakkan
mesin, yaitu biaya energi, biaya yang timbi s.ebagai akibat dari
investasi awal yang disusutkan setiap bulai (biaya depresiasi), dan
biaya perawatan mesin. Besar kecilny; biaya yang timbul sebagai akibat
dari investasi peralatan pe, pieces produk ditentukan oleh seberapa
besar kapasitas yang dihasilkan oleh peralatan tersebut dan besarnya
biaya operasi dan perawatan yang diperlukan oleh peralatan tersebut.
‘13
7 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Efisiensi Energi
Usaha untuk mengurangi kehilangan pemakaian energi terus
dilakukan. Pendekatan perbaikan diarahkan pada:
1. Pemakaian energi per unit
Pemakaian energi per unit yang tidak disadari juga merupakan
pemborosan. Sebagai contoh, over desain pemakaian kapasitas
motor, kebocoran pipa uap (steam), kebocoran pipa angin,
kehilangan energi listrik sebagai akibat dari besarnya hambatan
penghantar, dan sebagainya.
2. Harga energi per unit
Harga energi per unit ditentukan oleh jenis sumber energi yang
dipakai, peralatan yang digunakan untuk menghasilkan energi,
efisiensi peralatan tersebut dalam menghasilkan energi, dan biaya
perawatan peralatan tersebut. Sebagai contoh, untuk
merencanakan sistem pengeringan dapat menggunakan sumber
energi listrik, solar, residu, batu bara, dan sebagainya. Masing-
masing memiliki keistimewaan sendiri-sendiri.
Harga steam per unit dari boiler yang menggunakan sumber energi
solar akan memiliki biaya produksi yang berbeda dibandingkan dengan
boiler dengan bahan
bakar residu, batu bara dan boiler listrik. Demikian juga dengan
kecepatan waktu
setup, kemudahan perawatan, dan biaya perawatan, masing-masing
memiliki biaya yang berbeda. Jenis boiler mana yang akan digunakan
tergantung kebutuhan perusahaan dan analisa biaya.
Dari label di bawah (tabel 10.9), dapat disimpulkan bahwa
menghasilkan steam dengan menggunakan bahan bakar batu bara
‘13
8 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
menghemat biaya sebesar Rp57.417.662,00 setiap bulan dibandingkan
menggunakan boiler dengan bahan bakar residu. Dengan asumsi,
dibutuhkan 80 Itr bahan bakar residu pada boiler residu untuk
menghasilkan setiap ton uap steam, dengan harga per liter residu
Rp1.500,00. Jika kebutuhan uap steam setiap hari sebesar 56 ton uap
steam, maka biaya operasi untuk menghasilkan 56 ton uap steam per
hari sebesar Rp6.720.000,00 (80 Itr/ton uap steam x Rp1.500,00 x 56
ton uap steam). Jika diasumsikan setiap bulan terdapat 25 hari kerja,
total biaya operasi untuk menghasilkan uap steam per bulan sebesar
Rp168.000.000,00. Analog dengan boiler residu, biaya operasi boiler
batu bara setiap bulan sebesar Rp58.8000.000,00. Harganya lebih
murah sebesar Rp109.200.000,00 per bulan.
Tabel 10.10 Perbandingan Analisa Operation Cost
Jika diasumsikan besarnya biaya investasi untuk leasing per bulan
boiler residu sebesar Rp5.753.593,00 dan boiler batubara sebesar
Rp57.535.932,00, maka selisihnya sebesar Rp52.417.662,00. Total
biaya yang dikeluarkan oleh 'boiler residu merupakan gabungan dari
biaya operasi per bulan dan biaya investasi perbulan. Besarnya biaya
operasi Rp168.000.000,00 ditambah dengan biaya investasi sebesar
‘13
9 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Rp5.753.593,00, maka total biaya yang dikeluarkan oleh boiler residu
per bulan sebesar Rp173.753.593,00. Dengan cara yang sama,
besarnya biaya per bulan boiler batu bara sebesar Rp116.335.932,00,
lebih kecil Rp57.417.662,00 per bulan.
Efisiensi Perawatan
Usaha untuk mengoptimalkan pemakaian peralatan, umur pakai
peralatan, dan kapabilitas peralatan terus dilakukan, sehingga mampu
memperkecil beban overhead per unit produk. Preventive Maintenance
System adalah sistem yang mempelajari bagaimana cara merawat
mesin supaya usia pakai mesin menjadi panjang, biaya perawatan
menjadi rendah, dan kapabilitas peralatan meningkat. Dalam
melaksanakan sistem tersebut, perlu adanya perbaikan kualitas man
power dan hubungan kerja sama yang baik dan solid.
Kegiatan Preventive Maintenance meliputi:
1. Break Down Maitenance
Kegiatan perawatan meliputi kegiatan memperbaiki peralatan yang
rusak, melakukan pemonitoran, dan pencatatan terhadap •"••'-•• biaya-
biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perbaikan. Selanjutnya,
catatan tersebut akan digunakan untuk menge-valuasi pembelian mesin
atau peralatan baru untuk meng-hindari besarnya biaya perawatan.
Break down Equipment Cost
‘13
10 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 10.47 Komponen Biaya BreakDown Maintenance
Mesin ibarat manusia bisa sakit. Apabila manusia sakit, ia akan pergi ke
dokter. Dokter akan memeriksa dan mencatat perkiraan jenis
penyakitnya serta obat-obat yang akan diminum. Begitu juga mesin.
Apabila mengalami kerusakan, mekanik akan mencatat perkiraan
kerusakan tersebut serta spare part yang diperkirakan untuk diganti
serta jenis spare part yang digunakan.
Lain halnya dengan manusia. Jika mesin tersebut memiliki catatan
sejarah perbaikan yang panjang serta mahal, maka di kemudian hari
catatan sejarah tersebut dapat berguna untuk mencegah investasi pada
mesin yang sama.
Ada kemungkinan kerusakan bukan hanya pada mesinnya saja, tetapi
juga pada breakdown mesin yang disebabkan karena umur pakai spare
part yang pendek.
Pencatatan sejarah perbaikan mesin meliputi (Gambar 10.47):
Spare Part Cost, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mengganti atau memperbaiki part-part yang sudah rusak fungsinya.
Machine Hour Cost, yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
memperbaiki peralatan, sehingga timbul kerugian sebagai akibat
dari tidak beroperasinya peralatan tersebut.
‘13
11 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Man Hour Cost, yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
memperbaiki peralatan serta jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam
proses perbaikan itu dan perkiraan biaya tenaga kerja yang timbul
karena proses perbaikan tersebut.
2. Preventive Maintenance
Kegiatan perawatan untuk mencegah terjadinya kerusakan dilakukan
dengan cara memperkirakan karakteristik mesin yang dapat berakibat
terhadap kerusakan pada mesin/ peralatan karena perubahan bentuk
(deformation), bocor (leakage), kelelahan metal (Metal Fatigue), dan
aus (Worn-out). Dengan mempelajari karakteristik mesin yang lebih
menonjol terhadap getaran (Vibration), gesekan (Friction), kebersihan
mesin (Dirty), tekanan (Pressure), suhu (Temperature), dan karat
(Corrosion), maka dapat diperkirakan pencegahan kerusakan mesin.
Sebagai contoh, mesin yang memiliki karakteristik terhadap getaran
akan membuat perubahan terhadap kekencangan baut. Apabila
kekencangan baut tidak dikontrol secara rutin, maka akan berakibat
pada kerusakan mesin berupa deformasi bentuk mesin, di mana
kerusakan ini membuat kepresisian hasil produksi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
Mesin yang memiliki karakteristik terhadap gesekan akan
mengakibatkan mesin menjadi aus, sehingga pada kondisi tertentu
akan mengakibatkan perubahan dan deformasi mesin serta kerusakan
spare part yang cepat apabila pelumasannya tidak terkontrol dengan
baik. Mesin yang memiliki karakteristik terhadap tekanan, temperatur,
dan pengoperasian mesin yang bersifat karat, apabila tidak terpelihara
dengan baik akan mengakibatkan kebocoran. Kebocoran ini akan
berakibat terhadap penurunan kapabilitas mesin atau pemborosan
‘13
12 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
terhadap kapabilitas mesin. Hal yang tidak kita harapkan adalah
turunnya tingkat keamanan mesin yang akan berakibat tingginya tingkat
kecelakaan kerja.
Tujuan dari preventive maintenance adalah mencegah terjadinya
kerusakan mesin, sehingga mesin masih bisa dipakai sampai dengan
umur investasi berakhir dengan tingkat keamanan (safety) yang masih
tinggi.
Untuk itu, perlu pengontrolan awal dan pencegahan sebelum kerusakan
itu terjadi, berupa:
• Routine Inspection/Maintenance
Perawatan rutin berupa pengencangan baut, pelumasan mesin,
pembersihan,
pengontrolan terhadap tekanan dan temperatur, dan proteksi
terhadap karat.
• Periodic Maintenance Operation
Perawatan secara berkala berupa inspeksi terhadap kelayakan
spare part
tertentu, masih bisa dipakai atau sudah harus diganti, penggantian
oli, dan
sebagainya.
• Predictive Maintenance Operation
Mendeteksi kecenderungan penurunan kemampuan mesin dengan
menggunakan instrumen pengukur dengan tingkat kepresisian
tinggi.
3. Corrective Maintenance
• Mencegah terjadinya pengulangan kerusakan.
• Memperbaiki dan membuat perawatan rutin dan periodik secara
mudah.
• Memperbaiki performance (unjuk kerja) mesin.
‘13
13 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
4. Prevention Maintenance
• Mengambil keuntungan dan pengetahuan dari pengalaman masa
lalu terhadap besarnya biaya perawatan, seberapa sering
kerusakan terjadi, berapa lama waktu perbaikan dilakukan,
seberapa sulit untuk mendapatkan spare part, dan berapa besar
biaya pergantian spare part.
• Merencanakan dan mendesain fasilitas baru dengan biaya
maintenance rendah, tingkat kerusakan mesin rendah, perawatan
mesin mudah, serta kemudahan dan biaya murah dalam
memperoleh spare part, meningkatkan kapasitas produksi, dan
sebagainya.
Tahap-Tahap Perawatan Mesin:
1. Tahap I. Penurunan kerja mesin karena dipaksakan.
Hal ini disebabkan karena tidak ada orang yang bertanggung jawab
dalam perawatan rutin berkala, seperti pengencangan baut,
pemberian pelumas, atau membiarkan mesin dalam kondisi kotor.
2. Tahap II. Penurunan kemampuan kerja mesin secara alamiah.
Untuk mendapatkan kemampuan mesin yang wajar, perlu adanya
perbaikan menyeluruh dan pembersihan mesin yang merupakan
syarat dasar untuk semua kegiatan perawatan lainnya. Pada tahap
ini, pencegahan kegagalan mesin dilakukan dengan cara perawatan
berkala. Dalam hal ini, usaha pembersihan mesin, pemeriksaan
berkala, penambahan pelumas, pengencangan baut, dan berbagai
prosedur rutin dilaksanakan dengan cermat.
3. Tahap III. Usaha memulihkan kondisi mesin seperti kondisi semula
secara terus menerus dan berkesinambungan.
‘13
14 Metodologi Penelitian Teknik [MetPen]) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Muhammad Kholil, Ir, MT http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa bagian mesin tertentu diubah dan dirancang
kembali untuk memperpanjang umur teknis mesin.
Efisiensi Investasi
Efisiensi investasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengefek-tifkan
biaya-biaya yang timbul sebagai akibat investasi. Semua mesin
memiliki umur pakai. Setelah umur pakai tersebut habis, diasumsikan
mesin tersebut sudah tidak bisa dipakai lagi.
Untuk melakukan investasi baru atau peremajaan mesin, semua biaya
diambil dari biaya depresiasi mesin sebelumnya yang dikumpulkan
setiap bulan hingga umur investasinya berakhir. Dengan asumsi
setelah masa investasi mesin berakhir, biaya peremajaan mesin baru
akan lebih besar dari investasi sebelumnya, maka besarnya biaya
depresiasi juga memperhitungkan kenaikan harga mesin tersebut
dengan menempatkan faktor keuntungan sebagai faktor kenaikan
harga mesin.
Besarnya biaya depresiasi tergantung pada:
1. Lamanya umur investasi (n).
2. Harga pengadaan mesin (P).
3. Perkiraan kenaikan harga mesin pada saat peremajaan (i).
Dari ketiga faktor tersebut, biaya depresiasi dapat ditentukan sebagai
berikut:
Depresiasi (A) = ( 1 + i )n. P
( 1 + i )n - 1
Biaya depresiasi merupakan biaya tetap (fixed cost). Besarnya selalu
tetap dari bulan ke bulan hingga umur investasi menjadi nol. Semakin