metopel.pdf
DESCRIPTION
metopelTRANSCRIPT
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
SURFACE INTEGRITY BAJA LUNAK PADA PROSES PEMESINAN
LAJU TINGGI MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA BERLAPIS
ABSTRAK
Umumnya saat ini industri pemotongan logam masih menggunakan pemesinan basah (wet
cutting ) untuk memotong logam. Cairan pemotongan (cutting fluids ) berfungsi sebagai
pelumas, pembersih geram, menurunkan suhu pemotongan, memperpanjang umur pahat dan
memperoleh keutuhan permukaan (surface integrity ) benda termesin. Namun cairan
pemotongan bekas pemesinan dapat menimbulkan masalah diantaranya kesehatan operator,
berpotensi mencemari lingkungan, dan menambah biaya produksi hingga mencapai ( 16 - 20
) % untuk cairan pemotongan.
Kemudian para pakar pemesinan mencari alternatif lain dengan menggunakan pemesinan
kering (dry machining ). Pemesinan kering merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan produktifitas industri pemotongan logam, walaupun akibat temperatur
pemotongan tinggi akan mengakibatkan turunnya umur pahat dan kemungkinan kasarnya
permukaan benda termesin. Banyak hal yang mempengaruhi terhadap hasil pembubutan
pada tingkat Kekasaran Permukaan (Ra) hasil bubut, diantaranya adalah Kecepatan potong
(V), Kedalaman potong (a),Gerak makan (f). Kualitas permukaan hasil pemesinan bubut rata
dapat dilihat dari kekasaran permukaannya, semakin halus permukaannya semakin baik pula
kualitasnya. Sehingga, timbul permasalahan yaitu bagaimana pengaruh Parameter Kondisi
Pemesinan(V, f, a) terhadap tingkat kekasaran permukaan pada proses pembubutan spesimen
baja AISI 4015 menggunakan pahat karbida tidak berlapis. Variabel kondisi pemesinan yang
digunakan adalah Kecepatan Potong (v) = 326,56 m/mnt, Kedalaman Potong (a) = 0.5; 1.0
mm, dan Gerak Makan (f) = 0.1; 0;15 mm. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan
dengan cara mengukur pada titik yang berbeda dengan menggunakan surface tester dan
mengambil data dari monitor surface tester. Nilai Kekasaran Permukaan (Ra) yang paling
rendah / kecil terjadi pada Kondisi Pemesinan V, f, a (326,56; 0.15; 0.5) yaitu 0,290 µm.
Simpulan dari penelitian ini adalah, bahwa ada pengaruh yang signifikan pada Gerak Makan
(f) terhadap Kekasaran Permukaan (Ra) yaitu semakin besar Gerak Makan (f) yang digunakan
semakin besar pula nilai hasil Kekasaran Permukaan yang dihasilkan.
Kata Kunci : Pemesinan Kering, Kekasaran Permukaan (Ra), Kondisi Pemesinan
(V; f; a), Baja AISI 4015 dan Pahat Karbida Berlapis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri manufaktur adalah salah satu industri
yang berpeluang besar menguasai pasaran.
Dalam kegiatannya industri tersebut selalu
berhubungan dengan pengerjaan logam, yaitu
proses pembentukan logam, pemotongan logam
atau proses pemesinan menggunakan pahat
potong. Meningkatnya permintaan konsumen
untuk menambah produktivitas, menuntut
industri manufaktur untuk melakukan pemesinan
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
yang cepat maka dilakukan pemesinan dengan
cara meningkatkan kecepatan pemesinan dengan
biaya produksi yang rendah. Pemesinan laju
tinggi dan pemesinan keras adalah dua metode
yang dapat digunakan untuk meningkatkan
produktivitas industri manufaktur yang
menghasilkan produk-produk dari operasi
pemotongan logam. Pemesinan keras lebih
fleksibel, lebih ramah lingkungan dan memiliki
kinerja yang lebih baik dibandingkan proses
gerinda dalam hal produktivitas Ozel (2008).
Para pakar pemesinan merekomendasikan
konsep pemesinan kering. Pada konsep ini,
cairan pemotongan yang berpotensi mendistorsi
lingkungan hidup dapat dieliminasi sehingga
konsep pemesinan kering memiliki dua manfaat,
yaitu penyelamatan lingkungan dan mereduksi
ongkos produksi karena kontribusi 20% nilai
cairan pemotongan pada ongkos produksi tidak
perlu lagi dikeluarkan (Strejith & Ngoi, 2000).
Dari sudut pandang proses pemotongan
logam, distorsi terhadap permukaan benda kerja
termesin dikaji melalui topik keutuhan
permukaan (surface integrity). Kajian keutuhan
permukaan secara garis besar meliputi kajian
topografi permukaan dan metalurgi permukaan.
Kajian keutuhan permukaan yang diprakarsai
oleh Field & Kahles (1971) melaporkan bahwa
kajian ini begitu penting dilakukan, apalagi
pada benda kerja yang termasuk kepada produk
yang akan digunakan sebagai komponen
berkehandalan tinggi. Hal yang menjadi
pertimbangan bagi pemilihan bahan baja
paduan AISI 4015 sebagai bahan komponen
produk manufaktur yang akan diteliti pada
kajian ini adalah karena baja AISI 4015 ini
sangat banyak mengalami peningkatan
pemakaiannya misalnya untuk komponen
sistem hidrolik berkehandalan tinggi, komponen
pemesinan seperti untuk roller cyclo speed
reducer sebagai komponen cyclo speed reducer
untuk keperluan industri, untuk komponen
otomotif seperti shaft, gears, crankshaft dan
lain-lain serta dapat juga digunakan untuk
komponen transportasi udara seperti landing
gear. Apabila konsep pemesinan laju tinggi,
keras dan kering dapat diimplementasikan
untuk memproses bahan baja AISI 4015 ini,
maka perlu dilakukan kajian keutuhan
permukaan untuk memastikan hasil permukaan
termesin tersebut dapat dihasilkan dengan baik
yaitu memenuhi aspek-aspek yang disyaratkan
oleh konsep keutuhan permukaan.
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghindari ketidakteraturan
pembahasan dan mengingat luasnya pembahasan
disertai dengan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki penulis,maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Parameter kekasaran permukaan
yang akan dianalisa dalam perencanaan ini
adalah Kekasaran Permukaan Aritmatis (Ra)
yang banyak digunakan dibandingkan parameter
kekasaran permukaan lainnya.
2. Perlakuan yang terdapat pada desain
penelitian adalah kombinasi dari kondisi
pemesinan (v ; f ; a) pada pemesinan laju
tinggi,keras dan kering dengan menggunakan
pahat karbida dalam menghasilkan kemasan
permukaan termesin yang maksimal
1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini,
yaitu :
1. Bagi dunia akademik, hasil
penelitian ini dapat memberi kontribusi kapada
penyediaan informasi dan pengembangan ilmu
pemotongan logam khususnya konsep
pemesinan laju tinggi, keras dan kering
2. Bagi industri dunia manufaktur, hasil
penelitian ini dapat di gunakan sebagai rujukan
implementasi konsep pemesinan laju tinggi,
keras dan kering dan mereduksi biaya produksi.
3. Bagi lingkungan hidup, hasil penelitian ini
dapat menghindari polusi lingkungan akibat
cairan pemotongan bekas pakai BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanika proses pemotongan logam
membutuhkan parameter yang melibatkan kondisi
pemotongan dan geometri serta kemampuan pahat
potong. Semakin besar kecepatan potong semakin
besar pula konsumsi tenaga mesinnya. Besarnya
penampang geram dalam proses pemotongan
tergantung kepada laju suapan (laju pemakanan)
(mm/put) atau dalam/tebalnya kedalaman potong
(mm). Dalam proses pemesinan, untuk mencapai
kondisi pemotongan yang optimal dan stabil sangat
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
perlu diperhatikan adanya kombinasi besaran
kecepatan potong, laju pemakanan, dan tebal atau
kedalaman pemotongan yang sangat erat kaitannya
terhadap umur pahat serta kualitas permukaan bahan
termesin.
2.1 Keutuhan Permukaan
Karaterisktik keutuhan permukaan(surface
integrity) suatu produk tergantung pada proses
pemesinan yang dilakukan pada produk tersebut,
maka setiap kemasan permukaan produk akan
berbeda pada setiap proses pemesinan yang
dilakukan. Berbagai metode dilakukan untuk
menjelaskan karakteristik keutuhan permukaan yang
dihasilkan oleh suatu proses pemesinan, dimana
proses pemesinan tersebut dapat menyebabkan
ketidakteraturan karakteristik keutuhan permukaan
produk.
Ketidakteraturan karakteristik keutuhan
permukaan ini terbagi atas empat jenis yaitu :
1. Defect atau Flaws (kecacatan)
Maksudnya adalah cacat permukaan produk yang
terjadi pada proses pemesinan contohnya lubang,
retak, koyakan pada permukaan produk.
2. Lay (keberarahan)
Yang dimaksud dengan lay adalah jejak arah
pemotongan dari mata pahat pada permukaan produk
karena proses pemesinan.
3. Waviness (keberombakan)
Waviness adalah ketidakteraturan periodik pada
permukaan produk dengan panjang gelombang yang
jelas lebih besar dari kedalamannya (amplitudonya).
Waviness ini dapat disebabkan oleh getaran yang
terjadi pada proses pemesinan, dan juga disebabkan
adanya defleksi pada pahat potong yang digunakan.
4. Roughness (kekasaran)
Roughness hampir sama dengan
waviness tetapi roughness dalam jarak yang lebih
kecil. Untuk lebih jelasnya mengenai
ketidakteraturan karakteristik kemasan permukaan
ini dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Ketidakteraturan karakteristik
kemasan permukaan
Sumber : Kalpakjian (1995)
2.1.1. Parameter kekasaran permukaan
Parameter yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kekasaran yang biasa digunakan
adalah Ra (arithmetic mean value), dengan
memperhatikan gambar 2.2, maka Ra dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus :
n
dcbaRa
............
……………………………(2.1)
Pemeriksaan kekasaran permukaan dengan mata
telanjang hanya memungkinkan untuk
membandingkan permukaan yang satu lebih kasar
dari permukaan yang lainnya serta cara ini hanya
untuk perbedaan yang menyolok, sementara untuk
membedakan kekasaran yang sangat kecil sulit
dideteksi dengan indera mata dan tidak dapat
diketahui seberapa besar kekasarannya.
Pada saat ini teknologi pemeriksaan permukaan
benda kerja/komponen mesin telah ditemukan
beberapa cara untuk mengetahui tingkat kekasaran
permukaannya. Beberapa metode pengukuran yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Inspection by touch comparation, disini
permukaan benda kerja dibandingkan dengan
Tabel 2.1. Penggolongan tingkat kekasaran
permukaan standar kakasaran permukaan yang
mempunyai ukuran mikro inchi.
2. Magnifer with illuminator, permukaan benda
kerja disinari dan diperbesar kemudian baru
dilaksanakan pemeriksaan.
3. The interference microscope, disini digunakan
cermin datar dan lampu satu warna, tinggi kekasaran
diperiksa dengan refleksi cahaya lampu antara
mikroskop obyektif dengan permukaan benda kerja.
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
Metode ini digunakan dalam prosedur laboratorium
dan jarang digunakan dalam bengkel.
4. With profilometer, alat ini digunakan untuk
mengetahui dan memeriksa bentuk profil kekasaran
permukaan benda kerja/komponen.
Berdasarkan empat macam metode
pengukuran kekasaran permukaan di atas dalam
penelitian ini digunakan metode Inspection by
touch comparation. Untuk membatasi variasi nilai Ra yang harus
dituliskan pada gambar teknik dari suatu produk yang
harus dibuat, maka disepakati adanya suatu rentang
nilai standard angka kekasaran (ISO Roughness
Number), dengan ditandai menggunakan huruf N,
yaitu N1, N2, N3, dan seterusnya seperti yang terlihat
pada tabel 2.1.
2.2. Parameter Pemesinan
Dalam proses pemesinan untuk menghasilkan
suatu produk dengan ukuran yang diinginkan pahat
harus membuang sebagian material benda kerja
sampai ukuran yang diinginkan dicapai. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara menentukan penampang
geram (sebelum terpotong), kecepatan pembuang
geram yang dipilih agar waktu pemotongan sesuai
dengan yang dikehendaki. Perencanaan seperti ini
akan ditemui dalam setiap perencanaan proses
pemesinan. Untuk itu perlu dipahami elemen dasar
parameter pemesinan terbagi atas enam bagian ,yaitu:
(Taufiq Rochim, 1993)
1. Kecepatan potong (cutting speed)
: v (m/mnt)
2. Kedalaman potong (depth of cut)
: a (mm)
3. Gerak makan (feeding)
: f (mm/put)
4. Waktu potong (cutting time)
: t (menit)
5. Kecepatan penghasilan geram (rate
of metal removal) : Z (cm3/min)
6. Temperatur suhu pemotongan
: T (0C)
. Mesin bubut adalah mesin perkakas
yang paling banyak dipergunakan dari pada mesin
perkakas lainnya. Parameter pemesinan dari bubut
dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut: (Taufiq
Rochim, 1993).
1. Kecepatan potong (v)
)/(1000
..mntm
ndv
………………………..................................(2.2)
Dimana : d = diameter benda kerja (mm)
............... n = putaran poros utama (benda
kerja) (rad/mnt)
2.Kecepatan gerak makan (vf)
............... )/( mntmnnxfv f
……………………………………………(2.3)
............... Dimana : f = gerak makan
(mn/put)
Kekasaran, Ra (µm) Angka kelas kekasaran
50 N12
25 N11
12,5 N10
6,3 N9
3,2 N8
1,6 N7
0,8 N6
0,4 N5
0,2 N4
0,1 N3
0,05 N2
0,025 N1
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
............... n = putaran poros utama (benda
kerja) (rad/mnt)
3. ............ Waktu pemotongan (t)
............... )(/ menitflt t
.................... …………………….…………………
…….. (2.4)
............... Dimana : t = panjang pemesinan
(mm)
1. .......... Kecepatan penghasilan geram (z)
............... )/(.3
mntcmvAz
………………………………………..…….. (2.5)
............... Dimana : A = penampang (mm2)
2.3 Bahan pahat
Pada mulanya untuk memotong baja
digunakan baja karbon tinggi sebagai bahan
perkakas potong dimana kecepatan potong pada
waktu itu hanya boleh mencapai sekitar
10m/menit. Berkat kemajuan teknologi,
kecepatan potong ini dapat dinaikkan dengan
menggunakan pahat potong karbida.
Jenis-jenis pahat yang di pakai pada proses
pemesinan adalah:
1. Baja Karbon (High Carbon Steels)
2. HSS (High Speed Steels)
3. Paduan Cor Nonferro (Cast
Nonferrous Alloys)
4. Karbida (Cemented Carbides)
5. Keramik (Ceramics)
6. CBN (Cubic Boron Nitride)
7. Intan (Sinteran Diamonds and
Natural Diamonds)
Untuk menetapkan jenis pahat yang
tepat, maka perlu pertimbangan pemilihan
berdasarkan pada sifat-sifat pahat yang
berhubungan dengan kekerasan kekuatan dan
ketangguhan seperti yang tertera pada Gambar
2.4, 2.5 dan Tabel 2.2
Gambar 2.4. Tingkat kekerasan panas dan
ketahanan aus pahat terhadap
kekuatan dan ketangguhan.
Gambar 2.5. Tingkat kekerasan dan
ketahanan aus pahat terhadap temperatur
2.3.2 Pahat karbida
Perkakas karbida yang hanya mengandung
wolfram karbida dan kobalt (94% wolfram karbida
dan 6% kobalt) adalah cocok untuk memesin besi cor
dan semua bahan lain kecuali baja. Untuk memesin
bahan baja ditambahkan titanium dan tantalum
karbida.
Kekerasan merah bahan karbida
mengungguli bahan lain karena dapat
mempertahankan tepi potong pada suhu diatas 1200 o
C. Selain itu merupakan bahan yang palin keras dan
mempunyai kekuatan kompresi yang sangat tinggi.
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
namun bahan ini rapuh, tidak tanggap terhadap
perlakuan panas.
2.3.3 Pemilihan Bahan Baja AISI 4015 Pengklasifikasian baja karbon menurut standar
American International and Steel Iron (AISI) dan
Society for Automotive Engines (SAE) diberi kode
dengan empat angka. Dua angka pertama adalah
10 yang menujukan nominal 1/100 % sebagai
contoh AISI-SAE 1045 menunjukan kadar karbon
0,45 %.
Di samping unsur-unsur karbon sebagai
campuran dasar dalam baja terdapat campuran-
campuran paduan yang lain yang jumlah
persentasinya disesuaikan dengan kebutuhan
bahan yang akan dipergunakan. Unsur-unsur itu
antara lain:
1. Mangan
Semua baja mengandung mangan karena sangat
dibutuhkan dalam proses pembuatan baja.
Kandungan mangan lebih kurang 0,6 % masih
belum dapat sebagai paduan dan tidak
mempengaruhi sifat baja, dengan kata lain mangan
tidak memberikan pengaruh yang besar pada
sturktur baja dalam jumlah rendah. (Amanto, 1999)
2. Silikon
Silikon sampai kadar 3,2% bersifat
menurunkan kekerasan besi. Kadar silicon
menentukan beberapa bagian dari karbon yang
terikat dengan besi, dan beberapa bagian yang
terbentuk grifit ( kadar karbon bebas) setelah
mencapai keadaan seimbang.
3. Nikel (Ni)
Nikel mempunyai pengaruh yang
sama seperti mangan, yaitu menurunkan
suhu kritis dan kecepatan pendinginan
kritis, memperbaiki kekutan tarik atau
menaikan sifat kenyal, tahan panas, jika
pada baja paduan terdapat unsur nikel
sekitar 25 % maka baja dapat tahan
terhadap korosi. (Armanto, 1999).
4. Kromium (Cr)
Sifat unsur kromium (Cr) dapat menurunkan
kecepatan pendinginan kritis (Cr sejumlah 1,5 %
cukup meningkatakan kekerasan dalam minyak).
Penambahan kromium pada baja mengahsilkan
struktur yang lebih halus dan membuat sifat baja
dapat dikeraskan (hardenability) lebih baik
karena kormium dan karbon dapat membentuk
karbida. (Amanto, 1999).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu
cara yang digunakan dalam penelitian
sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian
dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah.
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Kegiatan Penelitian ini dilakukan
dibeberapa tempat, yaitu:
1. Laboratorium Proses Produksi ITM
2. Institut Teknologi Medan (
Penyusunan tugas karya ilmiah)
3.1.2 Waktu
Dikarenakan pada waktu
pengerjaan, maka dilakukan
pembubutan pada setiap hari minggu
dsri minggu pertama di bulan mei
sampai minggu ke tiga di bulan juni.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Material Benda Uji
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
sifat kimia materia
Sifat mekanik materiaal
Gambar 3.1. Material Benda Uji Baja AISI 4015
3.2.2. Pahat Potong
Dalam penelitian ini, material pahat potong
yang digunakan berupa Pahat Karbida uncoted
Gambar3.2. Pahat Karbida uncoted
3.2.3. Pemegang Pahat (Tool Holder)
Pemegang pahat yang digunakan adalah
Tool Holder Sandvik Coromant dengan
kode DTGNR 2525M 16 ( 91⁰) yang
dikhususkan untuk proses bubut dimana
sisipan insert dipasang dengan penjepitan,
sisipan (insert) berbentuk segitiga
triangular, arah pahat ke kanan.
Gambar 3.3 Pemegang pahat( Tool
Holder)
Keterangan: D = Sisipan (insert)
dipasang dengan penjepitan
T = Sisipan (insert)
berbentuk segitiga (triangular)
G = Bentuk
pemegang tipe G
N = Sudut bebas 0 o
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
R = Arah pahat ke
kanan
2525 = Tinggi dan lebar
gagang (shank) masing-masing 20mm
M = Panjang
pemegang pahat 150 mm
16 = Ukuran sisipan
16 mm
3.3. Peralatan
3.3.1. Mesin Bubut Konvensinal CD
6260 C
Mesin Bubut Konvensional CD
6260 C yang digunakan terdapat di
Laboratorium Proses Produksi Teknik
Mesin Institut Teknologi Medan,
dengan spesifikasi teknis seperti
berikut:
a. Putaran maksium
: 1600 r/min
b. Daya
: 380 Voltage / 8 kW
c. Diameter penjepitan maksimum
: 600 mm
d. Panjang benda kerja maksimum
: 2000 mm
Gambar 3.4. Mesin Bubut Konvensional
CD 6260C
Ga
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
3.4.1. Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data
sebagaimana yang dipaparkan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.4. Kondisi Pemotongan
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
HASIL
Perlakuan
V
(m/mnt)
f
(mm)
a
(mm)
Re
(˚)
Ra
(µm) Tipe Pahat
n
(Rpm)
1 326,56 0.15 0.5 0.4
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
2 326,56 0.15 0.5 0.4
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
3 326,56 0.15 0.5 0.4
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
Perlakuan
D
(mm)
V
(m/mnt)
f
(mm)
a
(mm)
Re
(˚)
Ra
(µm) Tipe Pahat
n
(Rpm)
1
65
326,56 0.15 0.5 0.4 0,310
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
2
65
326,56 0.15 0.5 0.4
0,290
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
3 65 326,56 0.15 0.5 0.4
0,225
PAHAT
KARBIDA
BERLAPIS 1600
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
Gambar 4.1 hasil pembubutan
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang telah
dilakukan dapat disimpulkan secara umum
bahwa ada pengaruh hubungan antara
Kondisi Perlakuan Pemesinan yang
meliputi Kecepatan Potong (V), Kedalaman
Pemotongan (a) dan Gerak Makan (f) serta
Temperatur Potong (T) terhadap tingkat
Kekasaran Permukaan (Ra) hasil
pembubutan Pemesinan Laju Tinggi dengan
menggunakan Pahat Karbida Berlapis pada
Material Baja AISI 4015
1. Pengaruh variasi Kecepatan Potong
(V) pada tingkat Kekasaran
Permukaan (Ra), dimana bahwa tidak
selamanya apabila Kecepatan Potong
(V) semakin tinggi / besar maka akan
menghasilkan suatu nilai Kekasaran
Permukaan (Ra) yang kecil / rendah
(halus) atau apabila Kecepatan
Potong (V) semakin kecil / rendah
maka akan menghasilkan nilai
Kekasaran Permukaan (Ra) yang
kecil / rendah (halus) juga. Hal ini
dapat dibuktikan pada kecepatan
Potong (V) = 250 m/mnt terlihat jelas
lebih kasar dibandingkan dengan
Kecepatan Potong (V) = 200 m/mnt
pada Kedalaman Pemotongan (a) dan
Gerak Makan (f) yang sama (pada
grafik 4.1) . Oleh karena itu semakin
diperbesar atau diperkecilnya
Kecepatan Potong (v) tidak menjadi
suatu jaminan bahwa tingkat
Kekasaran Permukaan (Ra) benda
kerja akan semakin kecil / rendah
(halus).
Ada 2. pengaruh Gerak Makan (f) terhadap
tingkat Kekasaran Permukaan (Ra), dimana
Gerak Makan (f) akan berbanding lurus
dengan Kekasaran Permukaan (Ra).Apabila
Gerak Makan (f) semakin kecil / rendah maka
INTITUT TEKNOLOGI MEDAN
nilai tingkat Kekasaran Permukaan (Ra) juga
.akan semakin kecil / rendah (halus) dengan
kata lain untuk mendapatkan hasil Kekasaran
Permukaan (Ra) yang halus maka Gerak
Makan (f) harus sekecil mungkin
3.Pengaruh variasi Temperatur Potong
(T) terhadap tingkat Kekasaran
Permukaan (Ra), dimana bahwa tidak
selamanya apabila Temperatur Potong
(T) semakin rendah / kecil maka akan
menghasilkan suatu nilai Kekasaran
Permukaan (Ra) yang rendah / kecil
(halus) dan juga sebaliknya
5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan nilai hasil
Kekasaran Permukaan (Ra) yang
halus maka Gerak Makan (f) harus
dibuat sekecil mungkin.
2. Akan menjadi lebih kompleks
(lengkap) lagi apabila dilakukan
juga kajian atau penelitian terhadap
Keausan Mata Pahat Karbida
tersebut.
Daftar Pustaka
1. Ginting, Armansyah. “High Speed
Machining of AISI 01 Steel With
Multilayer Ceramic CVD – Coated
carbide; Tool Life and Surface.14,
No. 3, Agustus 2003
2. Ginting, Armansyah. Keausan Pahat
Pemotong Karbida; Jurusan Teknik
Mesin USU, Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. 2004
3. Asyari Daryus, “Pemotongan
Logam, Alat Bantu dan Alat Ukur”.
Universitas Darma Persada; Jakarta,
81-95. 2005
4. Bobby U, Armansyah G, Sutarman,
Alfian H, Kinerja Pahat CBN Pada
Pemesinan Laju Tinggi Keras dan
Kering Bahan AISI 4140, Jurnal
Penelitian, Medan
5. Yudi, Kajian Keausan Pahat CBN
Pada Proses Pembubutan
Kecepatan Tinggi Kondisi Potong
Keras dan Kering Bahan AISI 4140,
Laporan Tesis, Universitas Sumatera
Utara. 2012
6. Taufiq Rochim, Teori dan Teknologi
Proses Pemesinan, Jurusan Teknik
Mesin ITB; Bandung. 1993
7. Yunus, Surya Murni. Industri
Metrologi
(Dimensions,Measurement Devices
And Surface Roughness Integrity) &
Fundamental Of Metal Cutting
Condition; Medan. 2010
8. Kalpakjian, S. Manufacturing
Engineering and Teghnology, 3rd Ed.
Addison Wesley Publishing
company.1995