metodologi penelitian sastra - emerensiana anu
TRANSCRIPT
PROPOSAL METODE PENELITIAN SASTRA
GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN PUISI
MENGALIRLAH SUNYI
KARYA WILDA, CIJ
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Metode Penelitian Sastra
Oleh
Emerensiana Anu
Nim 2010220949 (1V / B)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS FLORES
ENDE
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan karya seni dikarang menurut standar bahasa yang indah dan menarik, sedangkan
kesusastraan merupakan karya seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa yang
indah(Zainudin, 1991:99).
Karya sastra dianggap sebagai struktur kekhasan, tetapi lepas dari acuan pada kenyataan. Karya sastra
terdiri atas dua jenis(genre) dan salah satunya adalah puisi. Puisi itu karangan terikat aturan –aturan ketat.
Akan tetapi pada waktu sekarang para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan-aturan ketat itu. Yang
paling adalah kata dan pemakain bahasa. Puisi itu selalu berkembang dari waktu ke waktu. Karena evolusi
sastra dan perubahan konsep keindahan.Puisi merupakan hasil mendalam yang dilakukan oleh penyair,
isinya pun harus diresepsi secara mendalam agar dipahami esensinya. Penggunaan kata pun tidaklah secara
transparan agar mempunyai nilai estetika dan keindahan (inilah dikatakan bahwa puisi sering menyimpang
dari kaidah bahasa )seperti yang dilakukan oleh Wilda,CIJ dalam kumpulan puisinya Mengalirlah sunyi.
Penciptaan suatu karya sastra(puisi) seorang pengarang perlu melihat saat yang penting dan tepat untuk
menuangkan pikiran, perasaan dan pengetahuan dan seluruh peristiwa yang melingkupinya. Seorang
menuangkan seluruh peristiwa, pengalaman, pikiran dan perasaanya dalam puisi, hal ini disebut disebut
puisi bersifat nyata. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang mengekspresikan pemikiran pengarang
dan membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi dan susunan kata yang berirama. Pada
prinsipnya seorang penulis selalu menggunakan bahasa yang khas atau istimewa ataupun bahasa-bahasa
yang dianggap normal, baku dan sebagainya.Estetika adalah salah satu cabang filsafat.Secara sederhana,
estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana sesrorang
bisa merasakannya.Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari
nilai-nilai sensoris, yang kadang sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang
yang sangat dekat dengan filosofi seni. Diksi merupakan pemilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai
dengan sesuai dengan sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan (peristiwa, keadaan ,waktu,bentuk, dan
sebagainya). Membaca rekan berarti bertemu dengan macam-macam tokoh dan terlibat dalam deretan
peristiwa. Tokoh-tokoh itu ditampilkan dengan kata dan semuanya itu merupakan dunia kata
(Damono,1980:97). Oleh karena itu, diksi atau pilihan kata merupakan salah satu unsur penting dalam
menuliskan sebuah puisi. Diksi yang menyebabkan sebuah puisi atau lukisan hidup dan menarik. Gaya
bahasa dalam puisi memperindah puisi itu sendiri. Puisi menjadi menarik pada saat dibaca, penggunaan
majas-majas membuat puisi menjadi sangat indah. Selain diksi dan gaya bahasa, dalam puisi juga terdapat
persajakan. Persajakan adalah perihal karang mengarang yang bersajak dalam puisi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Bagaimanakah Estetika Diksi dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya Wilda,CIJ?
1.2.2 Bagaimanakah Estetika Gaya Bahasa dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya
Wilda,CIJ?
1.2.3 Bagaimanakah Estetika persajakan dalam kumpulan puisi puisi Mengalirlah Sunyi karya
Wilda, CIJ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum penelitian ini bertujuan untuk mencari,menemukan,mengkaji,dan menganalisis
unsur keindahan di dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi Karya Wilda,CIJ.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menemukan dan Mendeskripsikan Estetika Diksi dalam kumpulan puisi Mengalir
Sunyi karya Wilda,CIJ
b. Menemukan dan mendeskripsikan Estetika Gaya Bahasa dalam kumpulan puisi
Mengalirlah Sunyi Wilda,CIJ
c. Menemukan dan mendeskripsikan Estetika Persajakan dalam kumpulan puisi
Mengalirlah Sunyi karya Wilda,CIJ
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan wawasan berpikir kritis, mengasah kemampuan menganalisis unsur diksi,
gaya bahasa,dan persajakan dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya Wilda.CIJ.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa-mahasisiwi PBSI khususnya agar bisa lebih banyak belajar sastra
dan bisa mendalami sastra itu sendiri serta bisa melatih diri untuk bisa menganalisis
puisi atau prosa fiksi lainnya yang berbau sastra, seperti menganalisis diksi, gaya
bahasa dan persajakan yang terdapat dalam puisi itu sendiri.
b. Bagi mahasiswa-mahasiswi PBSI yang nantinya akan mengabdi pada sekolah-
sekolah agar dapat menjadikan materi ini sebagai bahan ajar dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
1.1. Kajian Pustaka
Melalui penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan tentang diksi, gaya bahasa dan persajakan. Penelitian
tentang unsur diksi dan gaya bahasa sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain diantaranya;
Montero (2008) penelitianya berupa skripsi persajakan dalam kumpulan puisi Serumpun Madah Dipintu
Janji karya Wilda,CIJ. Hasil penelitinya berusaha untuk menemukan unsur diksi dan persajakan dalam
kumpulan puisi Serumpun Madah Dipintu Janji karya Wilda CIJ.
Adapun diksi dan persajakan ditemukan dalam penelitian ini diksi yang konkrit dan diksi abstrak.
Sado(2009) penelitianya berupa skripsi Unsur Visual dalam kumpulan puisi Sang Matahari karya Ragil S.P
penelitian ini berusaha menemukan unsur Estetika Gaya Bahasa dan Persajakan dalam kumpulan puisi
Sang Matahari karya Ragil S.P. Kedua penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini, namun
perbedaannya kedua penelitian diatas lebih menekankan pada unsur diksi dan persajakan sedangkan
penelitian sekarang meneliti juga tentang gaya bahasa. Dari hasil penelitian diatas dapat dijadikan bahan
pembanding bagi para peneliti.
1.2. Konsep
1.2.1. Estetika
Kajian estetika adalah kajian yang bermaksud mengungkapkan keindahan sebuah karya sastra. Puisi
merupakan karya sastra yang bernilai estetik / puitis. Unsur-unsur keindahan ini meliputi diksi, gaya
bahasa dan persajakan.
1.2.2. Diksi
Diksi adalah pemakaian kata yang terdapat dalam selarat untuk mengungkapkan gagasan agar
diperoleh efek. Hal memilih dan kata dalam kegiatan berbahasa terutama kegiatan bersifat produktif
mempunyai hubungan dengan aksi psikologi yang rumit. Kata lain dari diksi adalah pemilihan kata-
kata, sedangkan pengertiannya adalah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang
diungkapkan atau yang diceritakan. Keraf (1984: 24) mengatakan ada tiga kesimpulan tentang diksi:
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata yang tepat
atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kamampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa,
maka dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh pengusaan sejumlah esar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sementara itu, kamus besar bahasa
indonesia (2001:212) memberi defenisi diksi adalah kata yang tepat dan selaras untuk
mengungkapkan gagasan agar diperoleh efek tertentu.
1.2.3. Persajakan
Persajakan adalah salah satu bentuuk karya seni yang didalamnya ada keindahan dalam bentuk kata-
kata yang mempunyai tujuan gagra si pembaca dan pendengar tau apa maksud dan tujuan (Susanto
dalam http:www.Bangka Belitungprof.go.id). Sajak ada bermacam-macam yaitu sajak depan,sajak
tengah, sajak akhir, sajak sempurna dan sajak tak sempurna. Sajak merupakan persamaan bunyi yang
terdapat pada kalimat atau perkataan diawal, tengah dan akhir perkataan
Sajak terbagi atas enam jenis:
1. Sajak Awal
Sajak awal ialah persamaan bunyi yang terdapat pada awal kalimat, seperti kalimat
berikut:
Kalau bukan karena bulan tidaklah bintang meninggalkan diri
Kalau tidak karena tuan tidaklah saya sampai kemari
2. Sajak Tengah
Persamaan yang terdapat ditengah kalimat, seperti:
Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang seleranya
Tidak membayang apa gunanya
3. Sajak Akhir
Sajak yang terdapat di akhir kalimat, atau bila pengulangan kata atau bunyi terdapat
diakhir baris puisi.misalnya:
Berdiri aku di tepi pantai memandang lepas ketengah laut
Ombak pula cepat brderai keribaan pasir rindu berpaut (Amir Hamzah)
4. Asonansi
Asonansi adalah persamaan bunyi huruf hidup (Vokal) yang terdapat dalam perkataan
atau kalimat. Misalnya:
Kini kami bertika pangkal di antara dua mana
Mutiara
Jauh hari ahli lalai menilai lengah langsung melewat
Abad
5. Sajak sempurna
Dalam memilih perkataan untuk mencapai permasalahan bunyi, tidaklah selalu bunyi
itu jatuh dengan sempurna pada suara yang sama, ada yang mirip dan benar –benar
tepat itu di sebut sajak sempurna. Misalnya:
Gabak hari awan pun mendung pandan terkulai menderit sajak mati ayah kandung
6. Sajak tak sempurna
Hanya bunyinya saja yang hampir bersamaan, seperti :
Buruk tak berkali kau kemari bergantung-gantung
Bujang bentuk tak berbini kian kemari meraung-raung
1.2.4. Gaya Bahasa
Gaya sering diartikan dengan daya, kekuatan, tingkah laku, bentuk atau model. Sanga
(2006:180) mengatakan gaya bahasa adalah bentuk atau model bahasa yang digunakan seseorang
berdasarkan hasil olahannya sedemikian rupa dengan tujuan dapat menimbulkan gaya tarik atau daya
tangkap kepada pembaca atau pendengar.Gaya bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan
kata sesuai isi yang mau di sampaikan.Gaya bahasa yang menyangkut masalah bagaimana menyusun
kalimat efektif, estetis, dan mampu memberikan gambaran yang konkrit pada benak pembaca.
(Tjahjono,1998:20 ). Kata yang efektif, estetis, dan mampu gambaran yang konkrit dapat
memperkuat dan membantu penyair dapat membuat lukisan semakin hidup, karena bagaimana pun
kata yang dipilih seseorang penyair harus mampu menimbulkan gambaran yang jelas tentang sesuatu
hal di benak pembaca. Majas atau gaya bahasa adalah bahasa yang mempergunakan kata yang
susunan dan artinya sengaja di simpang dari susunan dan arti biasa dengan maksud untuk
mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi (Sudjiman,1984:11). Majas adalah pemakaian kata
kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu.
Ciri-ciri majas atau gaya bahasa antara lain:
1) Ada perbedaan dengan sesuatu yang diunkapkan. Misalnya :
Melebihkan, menjelaskan, melambangkan, mengecohkan, menyindir, atau mengulang-
ulang.
2) Kalimat yang disusun dengan kata-kata yang menarik dan indah
3) Pada umumnya mempunyai makna kias
4) Majas atau gaya bahasa dibagi dalam beberapa macam yakni majas perulangan,
pertentangan, perbandingan dan pertautan.
1.2.4.1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari :
1) Personifikasi yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-
olah dapat bertindak seperti manusia. Contoh :
Bulan menangis menyaksikan manusia Saling membunuh
Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.
2) Metafora yaitu majas yang membandingkan dua hal/benda menggunakan kata
penghubung. Contoh : Bumi itu perempuan jalang
Tuhan adalah Warga negara yang paling modern
3) Simile/perumpamaan yaitu majas yang membandingkan dua hal atau benda dengan
menggunakan kata penghubung. Contohnya:
Wajahnya bagai bola pimpong
Tatapannya kaksana matahari
Sepert angin aku melayang kian kemari
4) Alegori yaitu majas yang membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membebtuk
sebuah cerita. Contonya:
Perjalanan hidip manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing,yang
kadang –kadang sulit ditebak kedalamanyayang rela menerima segala sampai dan yang
pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
1.2.4.2. Majas Pertentangan
1. Hiperbola mempertentangkan secara berlebih-lebihan. Contoh
Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan masalah ini
Kekayaannya selangit
2. Litotes mempertentangkan dan merendahkan diri. Contoh:
Kalau sempat mampirlah ke gubuk kami
Ah, saya ini kan Cuma kacung
3. Ironi mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan sesuatu
yang bertantangan dengan fakta yang sebenarnya. Contoh:
Hebat betul, pertanyaan semudah itu bisa kau jawab
4. Oksimoron mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian-bagian.
Contoh :
Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda
Kesidahan adalah awal kebahagian
1.2.4.3. Majas pertautan
1. Metonomia mengabungkan ciri benda yang satu dengan yang lain yang di sebutkan.
Contoh :Belikan aku gudang garam filter
2. Sinekdoke menyebutkan bagian untuk keseluruhan dan untuk sebagian. Contoh :
Roda duanya mogok
3. Alusio mempertautkan hal dalam peribahasa.contoh:
Kalau kita menggunakan uang sebaiknya hemat, jangan sampai lebih besar pasak dari
pada tiang
4. Invernsi mengubah susunan kalimat.
Contoh:
Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling kelaki-laki lain. Merahlah
mukanya mendengar caci maki sahabat kekasihnya.
1.3. Teori
Teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah teori stilistika. Stalistika merupakan ilmu pengetahuan
mengenai gaya bahasa dan sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasis yang menggunakan bahasa
baik lisan maupun tulisan, karya sastra dan karya seni pada umumnya maupun bahasa sehari-hari. Di antara
gentre sastra puisilah yang menggunakan bahasa secara khas. Puisi memiliki medium yang terbatas, sehingga
dalam keterbatasannya sebagai totalites puisi atas beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama
dengan sebuah cerpen, bahkan sebuah novel yang terdiri atas ratusan bahkan ribuan halaman. Dengan adanya
keterbatasanya medium tetapi pesan yang disampaikan dapat dilakukan seluas-luasnya, disamping kata-kata dan
kalimat yang tertulis secara ekspelisit, maka setiap tanda dalam puisi merupakan sumberanalisis
(Ratna ,2008:10). Sebagai kualitas ekspresai semua teks pada dasarnya menampilkan gaya bahasa. Puisa, prosa
dan drama genre utama dalam sastra modern, sedemikian juga padannya pada sastra lama seperti guguritan dan
ganjaran sumber-sumber utama adalah gaya bahasa. Meskipun jenis karya sastra terikat dianggap sebagai genre
jenis lain, karya sastra yang tidak terikat juga mengandung aspek-aspek penelitian gaya bahasa.
Gaya digunakan juga dalam karya seni yang lain, seperti :seni lukis, seni suara, seni patung, seni tari, dan
sebagainya. Maka objek juga digali dalam aktivitas kreatifitas tersebut. Bahkan gaya bahasa juga ada dalam
kehidupan sehari-hari, baik lisan maupun tulisan. Gaya bahasa jelas berkaitan dengan penggunaan bahasa
khusunya dalam karya sastra lebih khusus lagi dalam puisi. Dengan luasnya sumber dan ruan lingkup pemakain
gaya bahasa. Memasukan stalistika (Ratna ,2008:15) sebagai pensemiotika.
1.4. Bografi Pengarang
Suster Wilda,CIJ,lahir di manggarai 3 september 1967. Aktif menulis esay sastra, Artikel sastra, dan
pendidikan serta puisi, cerpen, cerita anak. Karya-karyanya antara lain: seri cerita anak(3) diterbitkan oleh
Dioma Malang 2006, seri cerita anak (2) oleh Fidei press Jakarta 2008; Tuhan, aku sembuh 2012 oleh Nusa
Indah Ende. Kumpulan puisinya :Matahari untuk Nusa Bunga oleh Diomo Malang 2006, Serumpun Madah Di
Pintu Janji oleh Carmelo Malang 2007. Sejak 2011, puisi-puisinya menghias Oase kompas.Sekarang mengajar
pada prodi PBSI FKIP Universitas Flores,Ende, NTT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini bersifat ilmiah dan tidak
mengadakan perhitungan dan lebih mengutamakan penghayatan interaksi atau konsep yang dikaji secara
empiris. Dengan pendekatan kualitatif ini penelitian akan menggambarkan dan menganalisis setiap
individu dalam kehidupan dan pemikirnya.
Para peneliti menggunakan pendekatan ini harus mampu menginterpretasikan segala fenomena dan
tujuan –tujuan melalui sebuah penjelasan. Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai penelitian
yang temuannya tidak diperoleh melalui proses prosedur statistic atau bentuk hitungan lainnya. Data
tersebut berupa analisis pendekatan dari unsur-unsur eksrinsik dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi
karya Wilda, CIJ
3.2 Data Dan Sumber Data
3.2.1 Data
Data ini dibagi atas dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data tulis berupa
kata-kata, frase, kalimat-kalimat serta penggalan paragraf yang mengandung estetika yang terdapat
dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya Suster Wilda, CIJ sedangkan data sekunder dalam
penelitian adalah sumber kepustakaan lainnya yang relevan dengan judul yang di ambil.
3.1.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah puisi Mengalirlah Sunyi Karya Suster
Wilda,CIJ. Dari 30 puisi yang dianalisis ada yaitu Tuhan Aku Rindu, Kembalilah,dan Tahukah
Engkau dengan tebal 86 halaman, diterbitkan oleh Nusa Indah 2013. ISBN 979-429-328-8
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode
deskriptif, yakni membuat gambaran lukisan tentang fakta-fakta, sifat-sifat yang berhubungan
dengan objek penelitian.
3.3.2 Teknik pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dan teknik yang tepat sesuai dengan maksud dan
tujuan penelitian maka metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik membaca,
mencatat dan menganalisis.
3.4 Metode dan teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui metode dan teknik yang dikemukan diatas data dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif, dengan teknik membaca dan mencatat. Peneliti akan menganalisis
data perdata lalu menarik kesimpulan.
3.5 Metode dan Teknik Pengajian Data
Data hasil akan disajikan secara informal artinya disajikan tanpa menggunakan angka, rumus, bagan
melainkan hanya disajikan dalam bentuk verbal. Memberikan gambaran secara tertulis agar penikmat
sastra dapat lebih utuh memahami teks yang disiapkan.
BAB 1V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang estetika unsur diksi, unsur gaya bahasa, unsur persajakan dalam
kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya Wilda, CIJ antara lain :
4.1. Temuan
a) Puisi Tuhan Aku Rindu
b) Puisi Kembalilah
c) Puisi Tahukah Engkau
4.2. Pembahasan
4.3. Estetika Diksi, Gaya Bahasa dan Persajakan pada puisi Tuhan Aku Rindu
Tuhan Aku Rindu
Matahari
Di wajah bumi segera berlalu
Tinggal hatiku membeku
Menanti malam
Bakal lahirkan kejora
Di gulita rinduku menanti
Tuhan
Aku
rindu
a) Estetika Diksi pada puisi Tuhan Aku Rindu
Unsur diksi pada puisi Tuhan Aku Rindu, terlihat pada baris ke 2 dan ke 3,
Diwajah bumi segera berlalu
Tingggal hatiku membeku
Penulis manggambarkan keadaan seseorang dimana orang tersebut mangalami suatu kebahagiaan,
kagembiraan serta suka cita yang besar. Dan ketika kebahagiaan itu beranjak pergi dari kehidupannya
dan tidak lagi berpihak padanya, tinggalah dirinya ditemani duka yang mendalam, sakit hati, kecewa
dan kebahagiaan itu tidak lagi berpihak padanya.
b) Estetika Gaya Bahasa dalam puisi Tuhan Aku Rindu
Dalam puisi Tuhan Aku Rindu tardapat gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi
merupakan gaya bahasa yang melukiskan benda-benda seolah-olah hidup dan bergerak. Pada puisi ini
unsur gaya bahasa personifikasi terletak pada baris pertama, kedua dan baris keempat. Dilihat dari
kutipan dibawah ini.
Matahari
diwajah bumi segera berlalu,
Tinggal hatiku membeku
Menanti malam
Bakal lahirkah kejora
Pada baris ini pengarang mengandaikan kalau kabahagiaan atau sang pemberi hidup itu akan pergi dari
kehidupan manusia, dan akan akan meninggalkan manusia itu sendiri, akan adakah sang penyelamat
baru yang akan menyelamatkan manusia dari keterpurukan, dari dosak dan kesedihan. Masih adakah
kebahagiaan itu datang dan hadir diantara orang-orang yang menderita.
c) Estetika Persajakan dalam puisi Tuhan Aku Rindu
Unsur persajakan yang digunakan penyair untuk memperindah puisinya dalam puisi Tuhan Aku Rindu
adalah sajak akhir, terdapat pada baris kedua dan ketiga. Kutipannya:
Matahari
diwajah bumi segera berlalu
Tinggalah hatiku membeku
Terdapat bunyi yang sama pada akhir kata yaitu pada kata berlalu dan membeku
4.2.2 Estetika Diksi, Gaya Bahasa dan Persajakan pada puisi Kembalilah
Kembalilah
Jauh kaki melangkah
Letih sudah
Mengayuh hari-hari bising
Kubenamkan jejak
Di sini
Lirih suara pecah berlahan
Kembalilah jiwa
Merapatlah ke pesisir
Harapan terbuka bersemi
Di tangkai tobat nan sempurna
a) Estetika Diksi dalam puisi Kembalilah terdapat pada bait pertama baris ketiga
Mengayuh hari-hari bising
Penyair melukiskan keadaan seseorang yang menjalani hari-hari dalam hidupnya yang penuh
dengan tantangan, perpecahan, keributan, kekacauan, menjalani hari-hari yang penuh beban,
hiruk-pikuk dan keramaian yang terjadi dimana-mana serta ketidaknyamanan yang dirasakan.
Terdapat juga pada bait kedua baris kedua dan ketiga
Kembalilah jiwa
Merapatlah kepesisir
Dimana jiwa dan pribadi seseorang yang sedang menderita, yang ingin bertobat dan
mengharapkan pengampunan dari Tuhan. Ingin menjadikan dirinya utuh seperti sedia kala.
b) Estetika Gaya Bahasa dalam puisi Kembalilah
Dalam puisi kembalilah terdapat gaya bahasa Personifikasi dan Alegori
Gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa yang melukiskan beda-benda seolah-olah hidup
dan bergerak. Pada puisi kembalilah gaya bahasa personifikasi terletak pada bait pertama baris
ketiga. Kutipannya:
Mengayuh hari-hari bising
Penyair mengandaikan hari-hari bising itu seperti keadaan seseorang yang menjalani hari-hari
dalam hidupnya yang penuh dengan tantangan, perpecahan, keributan, kekacauan, menjalani hari-
hari yang penuh beban, hiruk-pikuk dan keramaian yang terjadi dimana-mana serta
ketidaknyamanan yang dirasakan.
Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi ini juga adalah gaya bahasa Alegori. Gaya bahasa alegori
merupakan gaya bahasaa yang membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah
cerita.Terdapat pada bait kedua,Kutipannya:
Lirih suara pecah perlahan
Kembalilah jiwa
Merapatlah ke pesisir
Harapan terbuka bersemi
Ditangkai tobat nan sempurna
Dimana jiwa dan pribadi seseorang yang sedang menderita, yang ingin bertobat dan
mengharapkan pengampunan dari Tuhan. Ingin menjadikan dirinya utuh seperti sedia kala. Ia
inginbertobat dari dosa dan kesalahan yamg pernah dibuatnya dimasa silam.
c) Estetika Persajakan dalam puisi kembalilah
Unsur persajakan yang di gunakan untuk memperindah puisi kembalilah adalah sajak tengah dan
sajak akhir.
Sajak tengah terdapat pada bait pertama baris pertama dan ketiga. Kutipannya:
Jauh kaki melangkah
Mengayuh hari –hari bising
Terdapat bunyi yang sama pada tengah kalimat,yaitu bunyi uh.
Terdapat juga pada bait kedua baris kedua dan ketiga kutipannya:
Kembalilah jiwa
Merapatlah kepesisir
Terdapat bunyi yang sama pada tengah baris, yaitu bunyi ah
Sajak akhir dalam puisi ini terdapat pada bait pertama baris pertama dan kedua. Kutipannya:
Jauh kaki melangkah
Letih sudah
Terdapat bunyi yang sama pada akhir baris yaitu bunyi ah
4.2.3 2 Estetika Diksi, Gaya Bahasa dan Persajakan pada puisi Tahukah Engkau
Tahukah Engkau
Kitab tua
melafalkan seribu bijak
Luruh sebutir
Dipagut kesunyian
Senja merah jingga
Turun perlahan
Melipat kenangan
Di pucuk rindu nan senyap
:Cinta
Kian abadi
Walau bumi berganti rupa
Mengosongkan kepala
a) Estetika Diksi dalam puisi Tahukah Engkau terdapat pada bari keempat dan kelima. Kutipannya :
Dipagut kesunyian
Senja merah jingga
Penyair melukiskan kehidupan seseorang yang sedang mengalami duka cita yang mendalam,
kehampaan,kesendirian, karena di tinggal pergi oleh orang-orang yang di sayang.
b) Estetika gaya bahasa dalam puisi Tahukah Engkau adalah gaya bahasa alegori dan personifikasi .
Gaya bahasa alegori.
Kutipannya :
Kitab tua
Melafalkan seribu bijak
Luruh sebutir dipagut kesunyian
Penyair melukiskan kekokohan, keutuhan, yang telah terjalin di antara sesama musnah dan
berakhir hanya karena demi keegoan masing-masing orang.
Yang termasuk gaya bahasa alegori juga terdapat pada baris kelima, keenam, ketujuh dan
kedelapan. Kutipannya :
Senja merah jingga
Turun perlahan
melipat kenangan
Di pucuk rindu nan senyap
Penyair melukiskan penderitaan, kesusahan, air mata, kesedihan,kesenduan, mewarnai
kebahagiaan, kesenangan, kegembiraan yang ada dalam diri seseorang.
Gaya bahasa personifikasi terdapat pada baris kelima, keenam dan ketujuh. Kutipannya:
Senja merah jingga
Turun perlahan
Melipat kenangan
Penyair mengandaikan senja merah jingga seolah-olah seperti manusia yang turun melipat
kenangan, menyembunyikan semua kenangan manis, suka cita dan hanya menyisahkan
penderitaan, kesusahan, air mata, kesedihan dan kesenduan yang ada dalam diri seseorang.
c) Estetika persajakan dalam puisi Tahukah Engkau
Unsur persajakan yang di gunakan penyair untuk memperindah puisinya adalah sajak
akhir.Terdapat pada baris keempat dan ketujuh. Kutipannya:
Dipagut kesunyian
Melipat kenangan
Terdapat bunyi yang sama pada akhir baris yaitu an.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dikemukan simpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai tindak lanjut.
5.1 Simpulan
Unsur estetika dalam kumpulan puisi Mengalirlah Sunyi karya Suster Wilda, CIJ, yang diteliti penulis
meliputi penggunaan bahasa dan pemilihan kata yang mempengaruhi unsur persajakan dalam puisi
tersebut untuk mendapat efek keindahan (estetika). Untuk itu penulis memberikan memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Dalam kumpulan puisi karya Suster Wilda, CIJ, tardapat diksi antara lain:
a) Estetika Diksi pada puisi Tuhan Aku Rindu
Unsur diksi pada puisi Tuhan Aku Rindu, terlihat pada baris ke 2 dan ke 3,
Diwajah bumi segera berlalu
Tingggal hatiku membeku
b) Estetika Diksi dalam puisi Kembalilah terdapat pada bait pertama baris ketiga
Mengayuh hari-hari bising
Terdapat juga pada bait kedua baris kedua dan ketiga
Kembalilah jiwa, Merapatlah kepesisir
c) Estetika Diksi dalam puisi Tahukah Engkau terdapat pada bari keempat dan kelima.
Kutipannya :
Dipagut kesunyian
Senja merah jingga
5.1.2 Dalam kumpulan puisi karya Suster Wilda, CIJ, terdapat gaya bahasa antara lain:
Gaya bahasa alegori dan gaya bahasa personifikasi.
5.1.3 Dalam kumpulan puisi karya Suter Wilda, CIJ, terdapat persajakan antara lain:
Sajak awal, sajak tengah dan sajak akhir.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran yang ditunjukan kepada:
5.2.1 Pembaca dan Penikmat
Peneliti berharap para pembaca dan penikmat pada umumnya, khususnya pelajar dapat membuat penafsiran
makna sebuah sajak dan segi penciptaan sajak yang memperhatikan gaya jenis bahasa dan pemikiran kata
untuk memperoleh efek estetika/keindahan dan maksud sebenarnya dari penyairnya.
5.2.2 Guru Bahasa Indonesia
Keberhasilan belajar siswa, merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam pelajaran yang bersangkutan.
Untuk itu guru hendaknya:
1. Meningkatkan motivasi kepada siswa untuk gemar membaca buku. Buku ilmu pengetahuan
khususnya buku-buku karya sastra yang berkaitan dengan jurusan yang diminatinya.
2. Menumbuh kembangkan apresiasi pada siswa terhadap hasil karya sastra. Dengan menganalisis
untuk menumbuhkan nilai-nilai yang terdapat didalamnya sekaligus menumbuh kebenaran karya
sastra dengan relevansi sastra khususnya puisi.
3. Meningkatkan penggunaan metode dan tekhnik yang pragmatik, dalam proses belajar mengajar
untuk menumbuhkan rasa cinta pada sastra khususnya puisi.
4. Bagi para peneliti, agar mengadakan penelitian lanjut untuk menyesuaikan hasil penelitian yang
sudah ada
Daftar Pustaka.
Badudu, SS, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka
Damono, Sapardi Joko. 1980. Sastra di Sekolah Menengah. Jakarta : Budaya
Keraf, Goris. 1984. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta : PT. Grammedia
Montero,Yosef. 2008. Unsur Diksi dan Persajakan dalam kumpulan puisi Serumpun Madah di Pintu
Janji karya Suster Wilda, CIJ. Skripsi. FKIP: Unifersitas flores
Sudjiman, Panuti. 1984. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya
Tjahjono, L.T. 1998 Sasra Indonesia Pengantar Teori Apresiasi. Ende : Nusa Indah