metode_pengukuran_debit.docx
TRANSCRIPT
. PENDAHULUANA. Latar Belakang
Sungai yang merupakan ekosistem lotik, termasuk ekosistem terbuka yang secara
alami mendapat masukan unsur hara terutama dari kikisan tanah sejak dari bagian hulu
hingga hilir sungai. Kecepatan arus pada ekosistem sungai merupakan faktor pembatas
terpenting. Kecepatan aliran sungai sendiri dipengaruhi oleh bentuk saluran sungai, kondisi
permukaan saluran, ukuran saluran dan kemiringan saluran. Perairan sungai berdasarkan
kecepatan arusnya dapat dibedakan menjadi daerah arus cepat (rapid zone) dan daerah lubuk
(pool zone). Masing-masing daerah terssebut memiliki cirri-ciri kehidupan biota akuatiknya
yang khas.
Menurut Soewarno (1995), debit air (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream
flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai
persatuan waktu. Debit air sendiri biasanya danyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/detik) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah pergerakan air di dalam aliran sungai.
Oleh sebab itu dengan mempelajari debit air, kita diharapkan dapat menentukan
sungai sesuai dengan klasifikasi yang telah ada. Setelah mengetahui klasifikasi dari sungai
maka akan semakin memudahkan melakukan penelitian terutama yang terkonsenntrasi pada
biota akuatik penghuni sungai tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pengukuran debit air dengan beberapa metode.
2. Mengetahui cara menghitung debit air.
C. Tinjauan Pustaka
Sebagian besar air (98,6 %) terdapat di laut, sebagian lainnya sekitar 1,2% terdapat di
gunung-gunung es di kutub, kurang dari 0,001% terdapat di atmosfer. Namun persediaan air
di atmosfer ini mendukung produktivitas primer di atas muka bumimelalui hujan. Air
merupakan factor pembatas dalam ekosistem terrestrial. Sebagian besar air di bumi terikat
secara kimia dengan mineral yang berasal dari litosfer primer dan depositif sediment ( Irwan
1992).
Menurut Soewarno (1995), pengukuran debit air yang dilaksanakan di suatu pos duga
air tujuannya terutama adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga air yang
bersangkutan. Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang komplek apabila debit
disamping fungsi dari tinggi muka air juga merupakan fungsi dari kemiringan muka air,
tingkat perubahan muka air dan fungsi dari faktor lainnya.
Menurut Asdak (1995), teknik pengukuran debit aliran sungai langsung di lapangan
pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu :
1. Pengukuran volume aliran sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas
penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam
aliran sungai.
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran air
lambat) atau flume (aliran air cepat).
Menurut Soewarno (1995), kekurangtelitian atau kesalahan (errors) pengukuran debit
dapat diartikan sebagai besarnya nilai perbedaan antara debit yang dihitung berdasarkan
pengukuran dengan debit yang sebenarnya. Kesalahan pengukuran debit umumnya
bersumber dari dua macam sebab yaitu :
a. Kesalahan petugas
b. Kesalahan peralatan
Berbicara tentang kesalahan maka kesalahan juga dapat dibedakan antara ketepatan
(accuracy) dan ketelitian (precission).
III. METODE
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat, 23 September 2005
Waktu : Pukul 13.30 – 16.00 WIB
Tempat : Kolam Perikanan dan Laboratorium Ekologi Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Bola pingpong
b. Stop watch
c. Alat tulis
d. Pengukur kedalaman perairan
e. Pintu air (Weir) tipe Rectanguler
f. Pintu air (Weir) tipe 90 Notch
h. Penggaris
i. Kalkulator
2. Bahan
a. Perairan Selokan Kolam Perikanan
C. Cara Kerja
1. Embody’s float Method
Cara Kerja :
1. Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya.
2. Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan
dengan menggunakan pelampung.
3. Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (0,8untuk
dasar perairan berbatu dan berkerikil 0,9 untuk dasar perairan berlumpur).
4. Menghitung debit air dengan rumus :
R = WDAL/t
R = Debit air
W = Rata-rata lebar (m)
D = Rata-rata kedalaman
A = Konstanta perairan
L = Jarak yang ditempuh pelampung (m)
t = waktu (detik)
2. Rectanguler Weir
Cara Kerja :
1. Menentukan lebar weir yang dipergunakan.
2. Membendung selokan dengan menggunakan weir.
3. Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.
4. Mengukur ketinggian air setelah dipasang weir.
5. Menghitung debit dengan rumus :
Q = 3,33 x H3/2 ( L-0,2H )
Q = Debit air (cfs=cubis feet per second)
H = Tinggi Weir (feet)
L = Lebar Weir (feet)
3. 90 Notch Weir
Cara Kerja :
1. Menentukan lebar weir yang dipergunakan.
2. Membendung selokan dengan menggunakan weir.
3. Mengukur ketinggian dari dasar perairan sampai garis bawah lubang Weir.
4. Menghitung debit dengan rumus :
Q = 2,54 x H5/2
Q = Debit air
H = Tinggi Weir (feet)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Prinsip kerja dari Embody’s float Method adalah mengandalkan kecepatan bola
pingpong mengikuti arus air. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya, seperti factor angin
dan arus yang berkelok-kelok sehingga menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mencapai
kisaran jarak tertentu juga berbeda-beda sehingga pada akhirnya nanti nilai debit airnya juga
berbeda-beda, yaitu 0,32 cfs; 0,19 cfs; 0,07 cfs dan 0,005 cfs.
Debit air yang didapat pada penghitungan dengan metode rectangular weir adalah
0,06 cfs; 0,14 cfs; 0,15 cfs dan 0,14 cfs dengan nilai rata-rata debit air 0,123 cfs. Nilai debit
air yang didapat dengan menggunakan metode 90 Notch Weir adalah 0,0182 cfs; 0,0281 cfs;
0,0216 dan 0,0281 cfs dengan nilai rata-rata debit air adalah 0,024
Manfaat dari perhitungan debit air salah satunya adalah untuk pengendalian
banjir. Langkah-langkah untuk dapat mengendalikan luapan air sungai agar tidak begitu
melimpah pada saat-saat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya banjir adalah dengan
mengetahui berapabesarnya nilai debit suatu perairan. Kondisi perairan yang tetap terkendali
dapat menguntungkan untuk tetap dapat berjalannya usaha perikanan yang ada di badan
perairan tersebut. Perhitungan debit juga dapat menunjukkan adanya respon akibat adanya
perubahan karakteristik biogeofisika yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya
kegiatan pengolaan DAS) atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim
lokal. Hal ini nantinya dapat bermanfaat untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan DAS
sesuai dengan hukum keseimbangan alam (ekologi) yang pada akhirnya terciptalah
kelestarian lingkungan. Terjaganya ekologi DAS sangat besar manfaatnya untuk tetap dapat
berjalannya usaha perikanan pada badan air ini sebab ekosistem yang ada di dalamnya hidup
dengan faktor-faktor kondisi yang selalu mendukung ( Asdak 1995).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Debit air dengan menggunakan.
2. Metode Embody’s float memiliki kelemahan yaitu adanya kekurangakuratan hasil akibat dari
bola pingpong yang berjalan agak membelok ketika dijatuhkan di aliran sungai yang
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada jarak 10 meter.
3. Adanya kelemahan dari setiap metode yang dilakukan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dan alat.
4. Adanya kelebihan dari masing-masing metode yang dilakukan, seperti sederhananya cara kerja
yang dilakukan pada metode Embody’s float dan keakuratan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode weir.
5. Ada banyak manfaat dari perhitungan debit air untuk usaha perikanan agar tetap berjalan
lestari dengan adanya langkahpengendalian banjir dan pengamatan kondisi kelayakan DAS.
B. Saran
1. Ada baiknya, acara praktikum ini dilaksanakan di luar kampus perikanan UGM.
2. Segala potensi yang ada di kolam perikanan UGM ini juga harus dapat kita gunakan seefektif
dan seefisen mungkin.
3. Sebaiknya hasil pre tesnya juga segera dibagikan setelah pre tes berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Irwan, Zoeraini, Djamal. 1995. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika untuk Analisis Data. Penerbit
“NOVA”. Bandung.
Soewarno. 1995. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai
(Hidrometri). Penerbit “NOVA”. Bandung.