metode_pengukuran_debit.docx

8
. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai yang merupakan ekosistem lotik, termasuk ekosistem terbuka yang secara alami mendapat masukan unsur hara terutama dari kikisan tanah sejak dari bagian hulu hingga hilir sungai. Kecepatan arus pada ekosistem sungai merupakan faktor pembatas terpenting. Kecepatan aliran sungai sendiri dipengaruhi oleh bentuk saluran sungai, kondisi permukaan saluran, ukuran saluran dan kemiringan saluran. Perairan sungai berdasarkan kecepatan arusnya dapat dibedakan menjadi daerah arus cepat (rapid zone) dan daerah lubuk (pool zone). Masing-masing daerah terssebut memiliki cirri-ciri kehidupan biota akuatiknya yang khas. Menurut Soewarno (1995), debit air (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Debit air sendiri biasanya danyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /detik) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah pergerakan air di dalam aliran sungai. Oleh sebab itu dengan mempelajari debit air, kita diharapkan dapat menentukan sungai sesuai dengan klasifikasi yang telah ada. Setelah mengetahui klasifikasi dari sungai maka akan semakin memudahkan melakukan penelitian terutama yang terkonsenntrasi pada biota akuatik penghuni sungai tersebut. B. Tujuan 1. Mengetahui cara pengukuran debit air dengan beberapa metode.

Upload: her-wahyu

Post on 23-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: metode_pengukuran_debit.docx

. PENDAHULUANA. Latar Belakang

            Sungai yang merupakan ekosistem lotik, termasuk ekosistem terbuka yang secara

alami mendapat masukan unsur hara terutama dari kikisan tanah sejak dari bagian hulu

hingga hilir sungai. Kecepatan arus pada ekosistem sungai merupakan faktor pembatas

terpenting. Kecepatan aliran sungai sendiri dipengaruhi oleh bentuk saluran sungai, kondisi

permukaan saluran, ukuran saluran dan kemiringan saluran. Perairan sungai berdasarkan

kecepatan arusnya dapat dibedakan menjadi daerah arus cepat (rapid zone) dan daerah lubuk

(pool zone). Masing-masing daerah terssebut memiliki cirri-ciri kehidupan biota akuatiknya

yang khas.

            Menurut Soewarno (1995), debit air (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream

flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai

persatuan waktu. Debit air sendiri biasanya danyatakan dalam satuan meter kubik per detik

(m3/detik) atau liter per detik (l/det). Aliran adalah pergerakan air di dalam aliran sungai.

            Oleh sebab itu dengan mempelajari debit air, kita diharapkan dapat menentukan

sungai sesuai dengan klasifikasi yang telah ada. Setelah mengetahui klasifikasi dari sungai

maka akan semakin memudahkan melakukan penelitian terutama yang terkonsenntrasi pada

biota akuatik penghuni sungai tersebut.

B. Tujuan

           

1. Mengetahui cara pengukuran debit air dengan beberapa metode.

2. Mengetahui cara menghitung debit air.

C. Tinjauan Pustaka

            Sebagian besar air (98,6 %) terdapat di laut, sebagian lainnya sekitar 1,2% terdapat di

gunung-gunung es di kutub, kurang dari 0,001% terdapat di atmosfer. Namun persediaan air

di atmosfer ini mendukung produktivitas primer di atas muka bumimelalui hujan. Air

merupakan factor pembatas dalam ekosistem terrestrial. Sebagian besar air di  bumi terikat

secara kimia dengan mineral yang berasal dari litosfer primer dan depositif sediment ( Irwan

1992).

            Menurut Soewarno (1995), pengukuran debit air yang dilaksanakan di suatu pos duga

air tujuannya terutama adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga air yang

bersangkutan. Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang komplek apabila debit

disamping fungsi dari tinggi muka air juga merupakan fungsi dari kemiringan muka air,

tingkat perubahan muka air dan fungsi dari faktor lainnya.

Page 2: metode_pengukuran_debit.docx

            Menurut Asdak (1995), teknik pengukuran debit aliran sungai langsung di lapangan

pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu :

1. Pengukuran volume aliran sungai

2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas

penampang melintang sungai.

3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang dialirkan dalam

aliran sungai.

4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir (aliran air

lambat) atau flume (aliran air cepat).

      Menurut Soewarno (1995), kekurangtelitian atau kesalahan (errors) pengukuran debit

dapat diartikan sebagai besarnya nilai perbedaan antara debit yang dihitung berdasarkan

pengukuran dengan debit yang sebenarnya. Kesalahan pengukuran debit umumnya

bersumber dari dua macam sebab yaitu :

a. Kesalahan petugas

b. Kesalahan peralatan

      Berbicara tentang kesalahan maka kesalahan juga dapat dibedakan antara ketepatan

(accuracy) dan ketelitian (precission).    

III. METODE

A. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal    : Jumat, 23 September 2005

Waktu             : Pukul 13.30 – 16.00 WIB

Tempat            : Kolam Perikanan dan Laboratorium Ekologi Perairan

                          Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM

B. Alat dan Bahan

1. Alat

   a. Bola pingpong

   b. Stop watch

   c. Alat tulis

   d. Pengukur kedalaman perairan

   e. Pintu air (Weir) tipe Rectanguler

   f. Pintu air (Weir) tipe 90 Notch

   h. Penggaris

Page 3: metode_pengukuran_debit.docx

   i. Kalkulator

2. Bahan

   a. Perairan Selokan Kolam Perikanan

 

C. Cara Kerja

1. Embody’s float Method

Cara Kerja :

1. Menentukan panjang selokan yang akan diukur kecepatan arusnya.

2. Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan

dengan menggunakan pelampung.

3. Menentukan konstanta perairan dengan melihat keadaan dasar perairan (0,8untuk

dasar perairan berbatu dan berkerikil 0,9 untuk dasar perairan berlumpur).

4. Menghitung debit air dengan rumus :

                        R = WDAL/t

                        R = Debit air

                        W = Rata-rata lebar (m)

                        D = Rata-rata kedalaman

                        A = Konstanta perairan

                        L = Jarak yang ditempuh pelampung (m)

                        t = waktu (detik)

2. Rectanguler Weir

Cara Kerja :

1. Menentukan lebar weir yang dipergunakan.

2. Membendung selokan dengan menggunakan weir.

3. Mengukur tinggi perairan dari dasar perairan sampai garis bawah air.

4. Mengukur ketinggian air setelah dipasang weir.

5. Menghitung debit dengan rumus :

                        Q = 3,33 x H3/2 ( L-0,2H )

                        Q = Debit air (cfs=cubis feet per second)

                        H = Tinggi Weir (feet)

                        L = Lebar Weir (feet)

Page 4: metode_pengukuran_debit.docx

3. 90 Notch Weir

Cara Kerja :

1. Menentukan lebar weir yang dipergunakan.

2. Membendung selokan dengan menggunakan weir.

3. Mengukur ketinggian dari dasar perairan sampai garis bawah lubang Weir.

4. Menghitung debit dengan rumus :

                        Q = 2,54 x H5/2

                        Q = Debit air

                        H = Tinggi Weir (feet)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

B. Pembahasan

            Prinsip kerja dari Embody’s float Method adalah mengandalkan kecepatan bola

pingpong mengikuti arus air. Ada beberapa hal yang mempengaruhinya, seperti factor angin

dan arus yang berkelok-kelok sehingga menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mencapai

kisaran jarak tertentu juga berbeda-beda sehingga pada akhirnya nanti nilai debit airnya juga

berbeda-beda, yaitu 0,32 cfs; 0,19 cfs; 0,07 cfs dan 0,005 cfs.

            Debit air yang didapat pada penghitungan dengan metode rectangular weir adalah

0,06 cfs; 0,14 cfs; 0,15 cfs dan 0,14 cfs dengan nilai rata-rata debit air 0,123 cfs. Nilai debit

air yang didapat dengan menggunakan metode 90 Notch Weir adalah 0,0182 cfs; 0,0281 cfs;

0,0216 dan 0,0281 cfs dengan nilai rata-rata debit air adalah 0,024

                        Manfaat dari perhitungan debit air salah satunya adalah untuk pengendalian

banjir. Langkah-langkah untuk dapat mengendalikan luapan air sungai agar tidak begitu

melimpah pada saat-saat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya banjir adalah dengan

mengetahui berapabesarnya nilai debit suatu perairan. Kondisi perairan yang tetap terkendali

dapat menguntungkan untuk tetap dapat berjalannya usaha perikanan yang ada di badan

perairan tersebut. Perhitungan debit juga dapat menunjukkan adanya respon akibat adanya

perubahan karakteristik biogeofisika yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya

kegiatan pengolaan DAS) atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim

lokal. Hal ini nantinya dapat bermanfaat untuk selanjutnya dilakukan pengelolaan DAS

sesuai dengan hukum keseimbangan alam (ekologi) yang pada akhirnya terciptalah

kelestarian lingkungan. Terjaganya ekologi DAS sangat besar manfaatnya untuk tetap dapat

Page 5: metode_pengukuran_debit.docx

berjalannya usaha perikanan pada badan air ini sebab ekosistem yang ada di dalamnya hidup

dengan faktor-faktor kondisi yang selalu mendukung ( Asdak 1995).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Debit air dengan menggunakan.

2. Metode Embody’s float memiliki kelemahan yaitu adanya kekurangakuratan hasil akibat dari

bola pingpong yang berjalan agak membelok ketika dijatuhkan di aliran sungai yang

mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk sampai pada jarak 10 meter. 

3. Adanya kelemahan dari setiap metode yang dilakukan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

dan alat.

4. Adanya kelebihan dari masing-masing metode yang dilakukan, seperti sederhananya cara kerja

yang dilakukan pada metode Embody’s float dan keakuratan hasil perhitungan dengan

menggunakan metode weir.

5. Ada banyak manfaat dari perhitungan debit air untuk usaha perikanan agar tetap berjalan

lestari dengan adanya langkahpengendalian banjir dan pengamatan kondisi kelayakan DAS.

B. Saran

1. Ada baiknya, acara praktikum ini dilaksanakan di luar kampus perikanan UGM.

2. Segala potensi yang ada di kolam perikanan UGM ini juga harus dapat kita gunakan seefektif

dan seefisen mungkin.

3. Sebaiknya hasil pre tesnya juga segera dibagikan setelah pre tes berlangsung.

 DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada      

University Press. Yogyakarta.

Irwan, Zoeraini, Djamal. 1995. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Ekosistem Komunitas dan      

Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika untuk Analisis Data. Penerbit

“NOVA”. Bandung.

Soewarno. 1995. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Data Aliran Sungai       

(Hidrometri). Penerbit “NOVA”. Bandung.