metode pendidikan agama kristen dengan peserta didik multi ...€¦ · metode pendidikan agama...
TRANSCRIPT
i
Metode Pendidikan Agama Kristen dengan Peserta Didik Multi-Iman
Tinjauan Kritis dalam Perspektif Teori Learning Cycle 7-E terhadap
Metode Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga
OLEH
KRISTIAN HARYANTO
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi: Fakultas Teologi guna memenuhi
sebagian dari persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang
Teologi (S.Si Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WCANA
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur yang penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
dan anugerah yang berlimpah dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat mengerjakan
dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Metode Pendidikan Agama Kristen dengan
Peserta Didik Multi-Iman; Tinjauan Kritis dalam Perspektif Teori Learning Cycle 7-E
terhadap Metode Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga. Tugas Akhir ini
disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana
Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Selama penyusunan Tugas Akhir
ini, penulis menerima banyak saran, kritik,dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat
berjasa bagi penulis. Penulis sadar bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan berjalan
lancar dan selesai jika tidak ada pihak-pihak tersebut. Oleh sebab itu, dengan rendah hati
penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS. Ph. D. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
meluangkan banyak waktu dan tenaga untuk membimbing pada saat proses
penulisan Tugas Akhir penulis.
2. Pdt. Agus Supratikno, M. Th. selaku dosen pembimbing 2 yang telah mengijinkan
penulis untuk pertama kalinya mengajukan judul sehingga penulis bisa
menlanjutkan kembali proses Tugas Akhir ke tahap selanjutnya.
3. Seluruh dosen dan pegawai Tata Usaha Fakultas Teologi Universitas Kristen
Satya Wacana yang telah banyak berjasa memberikan pengetahuan dan
menambah wawasan baru bagi penulis, bahkan membantu penulis dalam
pengurusan berbagai administrasi perkuliahan dari awal perkuliahan hingga akhir
proses penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh anggota dan staff Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Junianto
sebagai guru Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga yang telah
banyak membantu dalam proses penelitian.
5. Orang tua dan keluarga penulis, yang selalu berdoa dan memberikan banyak
bantuan selama manjalani proses perkuliahan. Terimakasih atas kesabaran serta
ketabahan Bapak dan Mama selama ini.
6. Gloria Stefhanie Pirade yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat
dalam mengerjakan Tugas Akhir ini bahkan pada saat penulis sudah terlalu malas
untuk mengerjakan Gloria tetap dengan sabar terus mengingatkan.
7. Teman-teman angkatan 2012 fakultas Teologi yang telah banyak membantu
penulis selama proses perkuliahan. Khususnya Novita Yonina (mamih), Fikita
Sirap, Dimas Krisnadi, Hendrik Raco, Dixon Sinaga, Yosua Partogi, Rafael
Salakory, Silvio dan lain-lain terimakasih telah menemani selama di Salatiga
semoga ada saatnya kita dapat berjumpa kembali.
8. Teman-teman kos Cemara II nomor 75 yang telah menjadi keluarga selama
kurang lebih 4 tahun.
vii
Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi mahasiswa yang akan menulis
dengan tema Pendidikan Agama Kristen dan Pendidik terkhusunya SMA Kristen 1
Salatiga yang terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Salatiga, 02 Mei 2018
Kristian Haryanto
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................ x
1. Pendahuluan ............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penlitian ............................................ 5
1.3. Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian ......................................... 5
1.4. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6
2. Teori Pembelajaran Learning Cycle 7-E untuk Pendidikan Agama
Kristen dengan peserta didik multi-iman .................................................. 6
2.1. Belajar .................................................................................................. 6
2.2. Berbagai Model Pembelajaran ............................................................ 7
2.3. Model Learning Cycle 7-E .................................................................... 8
2.4. Tahapan Model Learning Cycle 7-E .................................................... 9
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Learning Cycle 7-E ................................. 12
3. Hasil Penelitian Teori Learning Cycle 7-E kelas XI (sebelas) di SMA
Kristen 1 Salatiga ........................................................................................ 13
3.1. Profil SMA Kristen 1 Salatiga ............................................................. 13
3.2. Sumber Data ......................................................................................... 14
3.3. Hasil Penelitian Teori Learning Cycle 7-E dalam Metode
Pendidikan Agama Kristen ................................................................... 14
ix
3.4. Pemahaman siswa dan Guru terhadap metode pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen ................................................................... 16
4. Kajian Kritis dari Perspektif Teori Learning Cycle 7E terhadap
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1
Salatiga Kelas XI Tahun 2017/2018 ........................................................... 17
4.1. Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun
2017/18 terhadap Pendidikan Agama Kristen dari Perspektif
Teori Learning Cycle 7-E ...................................................................... 17
4.2. Kendala Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen terhadap
Siswa Multi-Iman Kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga 2017/2018
dari Perspektif Learning Cycle 7-E ....................................................... 19
5. Penutup ....................................................................................................... 19
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 19
5.2. Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21
x
Metode Pendidikan Agama Kristen dengan Peserta Didik Multi-Iman
Tinjauan Kritis dalam Perspektif Teori Learning Cycle 7-E terhadap Metode
Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga
Abstrak
Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi
sekolah yayasan Kristen, pada umumnya baik siswa dengan latar belakang agama Kristen
maupun non-Kristen tetap diwajibkan mengikuti mata pelajaran PAK. Dalam situasi seperti
ini terdapat beberapa tantangan bagi guru PAK pada saat menyampaikan materi yang akan
diterima oleh seluruh siswa multi-iman oleh karena itu dibutuhkan belajar mengajar yang
efektif dan kreatif sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik saat proses
pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7-E diharapkan
siswa multi-iman dapat memahami mata pelajaran PAK dengan baik, proses pembelajaran
yang terjadi dapat lebih efektif dan kreatif.
Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah bagaimana teori pendidikan berbasis
Learning Cycle-7-E diterapkan untuk melakukan tinjauan kritis terhadap peserta didik multi-
iman kelas XI tahun ajaran 2017/2018 di SMA Kristen 1 Salatiga?. Tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran
Learning Cycle 7-E berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman siswa multi-iman
terhadap materi pembelajaran PAK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama
kelas serta sebagian siswa kelas. Uji coba penelitian ini dilakukan di SMA Kristen 1 Salatiga
kelas XI tahun ajaran 2017-2018.
Hasil dari penelitian menunjukan terdapat perbedaan situasi pembelajaran pada saat
menggunakan model pembelajaran Learing Cycle 7-E dan peningkatan kemampuan berpikir
siswa dalam setiap pemecahan masalah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan mengunakan Learning Cycle 7-E pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Kristen dapat meningkatkan kemampuan siswa Kristen maupun siswa non-Kristen.
Kata Kunci: learning cycle 7-E, pendidikan agama kristen, model pembelajaran.
1
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mendorong siswa mengalami peristiwa
belajar di dalam hidupnya. Dalam hal ini tujuan pendidikan adalah membentuk manusia
yang seutuhnya, membentuk pribadi yang mandiri dalam sikap pemikiran, perasaan,
berwawasan luas dan mampu bekerja sama. Dalam pendidikan hendaknya terjadi proses
edukatif, artinya bahwa dalam unsur pendidikan hendaknya terjadi interaksi yang
dinamis antara pendidik dan anak didik1. Unsur-unsur pendidikan yang perlu mendapat
perhatian adalah adanya tujuan yang jelas, tersedianya materi yang baik, interaksi yang
dinamis dari pendidik dan naradidik, serta metode pengajaran yang efektif dan kreatif.
Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan yang berisi ajaran tentang iman
Kristen. Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan yang berisi ajaran-ajaran
kekristenan dengan menekankan ketiga aspek pendidikan yaitu pengetahuan (kognitif),
sikap dan nilai-nilai (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik) yang berdasarkan iman
Kristen2. Pendidikan Agama Kristen (PAK) di sekolah bukanlah semata-mata untuk
memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi lebih jauh dari pada itu.
Lewat Pendidikan Kristen peserta didik diharapkan dapat berkembang terus dalam
pemahaman tentang Allah dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai murid-
murid Kristus. Pada hakikatnya PAK adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dapat
memahami dan menghayati nilai-nilai Kristen yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-
hari terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. PAK cenderung kearah pembahasan
Alkitab secara harfiah sehingga terkesan bahwa pengajaran PAK hanya ditunjukan bagi
siswa yang beragama Kristen.
Dewasa ini PAK menjadi salah satu pelajaran yang diwajibkan bagi sekolah yayasan
Kristen. Sekolah Yayasan Kristen pada awalnya hanya ingin menerima peserta didik
yang beragama Kristen saja akan tetapi seiring berjalannya waktu fasilitas yang
diberikan oleh Sekolah Yayasan Kristen menarik perhatian dari berbagai kalangan
sehingga banyak dari peserta didik non-Kristen tertarik untuk menimba ilmu di Sekolah
Yayasan Kristen tersebut. Dengan adanya peserta didik non-Kristen mata pelajaran PAK
harus sedikit diubah dengan menggunakan Pendidikan Agama yang berbasis
1 Budiyana Hardi, dasar-dasar pendidikan agama kristen, (Solo: Berita Hidup Seminary, 2011), 2.
2 Budiyana Hardi, dasar-dasar pendidikan agama kristen,(Solo: Berita Hidup Seminary, 2011), 4.
2
multikultural. Istilah pendidikan multikultural secara etimologis terdiri atas dua terma,
yaitu pendidikan dan multikultural. Dalam KBBI pendidikan diartikan sebagai proses
pengubahn sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik. Sedangkan, multikultural merupakan gejala pada seseorang atau suatu
masyarakat yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan3.
Dengan demikian pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai proses pengembangan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik
yang menghargai pluralitas dan heterogenitas secara humanistik4.
Dalam menjalankan perannya, seorang pendidik perlu menyiapkan diri sebaik
mungkin. Pendidik menyiapkan tema yang berkaitan dengan pengalaman konkret peserta
didik multi-iman. Ada tiga pedoman yang harus diperhatikan dalam menyiapkan tema.
Pertama, tema yang dipilih merupakan praksis masa kini yang penting bagi peserta dan
memiliki arti dalam hidup mereka. Tema praksis masa kini akan mendorong peserta aktif
dan berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar. Kedua, tema yang dipilih harus sejalan
dengan pendekatan shared-praxis yang mendukung terciptanya nilai-nilai “berbagi”,
yaitu partnership, partisipasi dan dialog. Ketiga tema yang dipilih harus sesuai dengan
usia peserta dan tujuan kegiatan5.
Berdasarkan pengalaman PPL V di SMA Kristen 1 Salatiga, kesulitan utama bagi
pendidik adalah pada saat menyampaikan materi dikarenakan adanya perbedaan latar
belakang kehidupan beragama dari peserta didik Kristen dan non-Kristen. Peserta didik
yang beragama Kristen pada umumnya sudah lebih dahulu mendapatkan pengajaran
PAK sedangkan peserta didik non-Kristen memiliki pemahaman yang berbeda tentang
Pendidikan Agama. Perbedaan pemahaman seperti ini yang menjadi kendala bagi
pendidik dalam menyampaikan materi PAK. Oleh karena itu metode-metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar sangatlah penting untuk diperhatikan. Metode
yang digunakan pendidik pada saat ini sudah cukup baik namun belum mampu
mengatasi kesulitan yang didapatkan dari siswa non-Kristen.
3 Depdiknas, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 762. 4 Yangin Panmilo, Gereja dan Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 14.
5 Kurniawati Maryam, Pendidikan Kristiani Multikultural, (Tanggerang: Bamboo Bridge Press, 2014), 81.
3
Metode merupakan cara, teknik, atau prosedur yang digunakan sebagai alat perantara
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kalimat sederhana, metode adalah bagaimana
mengajarkan sesuatu kepada orang/komunitas tertentu. Dalam hal ini, yang diajarkan
merupakan pokok ajaran yang ingin diinformasikan. Pengajaran/ pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Kegiatan ini berarti menempatkan anak-anak sebagai
pusat kegiatan pembelajaran6. Dengan demikian metode merupakan salah satu acuan
atau rencana yang digunakan dalam proses pengajaran yang melibatkan anak secara
aktif.
Berbicara tentang metode pengajaran dalam PAK ada beberapa yang sering
digunakan salah satunya adalah metode pengajaran PAKEM, metode pembelajaran
mandiri, metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan metode Learning Cycle 7-
E. Metode PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) berasal dari
konsep bahwa pembelajaran berpusat pada anak (student-centered learning) dan
pembelajaran harus besifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi
untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau
takut7. Dapat juga disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari
metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh
siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan
metode mengajar. Selain metode PAKEM, metode learning cycle 7-E juga dapat menjadi
acuan dalam strategi pembelajaran di Sekolah. Metode learning cycle 7-E adalah Model
Pembelajaran yang berorientasi pada Konstruktivisme, model pembelajaran yang terdiri
fase– fase atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran
dengan jalan berperan aktif8. Pembelajaran l earning cycle merupakan salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori
kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar
mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada teacher
6 H. Wina Sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010), 27. 7 Rusman, model-model pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 321.
8 Trianto, model-model pembelajaran terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 52.
4
centered. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran
Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.
Model Learning Cycle 7E dikembangkan oleh Eisenkraft pada tahun 2003 dan terdiri
dari tujuh fase yang terorganisir dengan baik yaitu Elicit, Engage, Explore, Explain,
Elaborate, Evaluate dan Extend9. Secara singkat alur proses pembelajaran dalam model
Learning Cycle 7E dimulai dengan mendatangkan pengetahuan awal peserta didik,
melibatkan peserta didik dalam kegiatan pengalaman langsung, peserta didik
memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan
konsep yang dipelajari, memberi peserta didik kesempatan untuk menyimpulkan dan
mengemukakan hasil dari temuannya, memberi peserta didik kesempatan untuk
menerapkan pengetahuannya pada situasi baru, guru membimbing peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada konteks baru.
Melihat betapa pentingnya metode pengajaran dalam PAK di Sekolah, penulis ingin
membahas serta mengkajinya dalam penulisan Tugas Akhir ini. Metode yang digunakan
penulis adalah teori pembelajaran learning cycle 7-E. Dengan menggunakan metode ini
apakah peserta didik multi-iman dapat memahami mata pelajaran PAK dengan baik?
Bagaimana dampak /implikasi dari penggunaan metode learning cycle 7-E terhadap
peserta didik multi-iman? Dalam PAK metode adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan
yang aktif, yang kita lakukan bagi sesama manusia10
. Maka daripada itu diperlukan
sebuah metode yang efektif dan kreatif dalam memberikan pengajaran PAK di sekolah
Kristen untuk mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang seimbang agar
materi PAK dapat diterima oleh peserta didik multi-iman. Kurikulum PAK juga perlu
diperhatikan untuk mempermudah penyampaian pengajaran yang akan diterima oleh
peserta didik multi-iman.
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Dewasa ini semakin banyak sekolah yayasan Kristen yang sudah berkembang,
beberapa sekolah khususnya Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga bahkan menjadi pilihan
favorit siswa untuk melanjutkan pendidikan bahkan tidak menutup kemungkinan siswa
non-Kristen juga ingin melanjutkan pendidikannya di sekolah yayasn Kristen. Salah satu
9 Eisenkraft A, expanding the 5E model the sciences teacher 70, (Jakarta: Kencana, 2007), 59.
10 Homrighausen E G, pendidikan agama kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 90.
5
peraturan yang diterapkan oleh sekolah yayasan Kristen adalah dengan mewajibkan mata
pelajaran PAK kepada seluruh siswa termasuk siswa non-Kristen. Penulis melihat ada
beberapa kendala yang dialami oleh guru mata pelajaran PAK saat proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini penulis berfokus pada pelaksanaan PAK terhadap peserta didik
multi-iman. Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk mengkaji teori
pendidikan berbasis Learning Cycle 7-E diterapkan untuk melakukan tinjauan kritis
terhadap peseta didik multi-iman di SMA Kriten 1 Salatiga. Penelitian ini bertujuan
untuk mendiskripsikan pelaksanaan PAK terhadap peserta didik multi-iman dan
melakukan teori pendidikan Learning Cycle 7-E dterapkan untuk tinjauan kritis terhadap
peserta didik multi-iman di SMA Kristen 1 Salatiga.
1.3. Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian
Penlitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi sekolah
dalam menentukan penerapan metode yang efektif dan kreatif untuk mata pelajaran PAK
bagi siswa multi-iman dan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya dalam
menemukan kendala yang serupa di sekolah yayasan Kristen. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan partisapasi
dalam bentuk pengajaran, wawancara terhadap Guru dan peserta didik multi-iman kelas
XI tahun ajaran 2017/2018 di Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga. Peserta didik multi-iman
kelas XI tahun ajaran 2017/2018 terdiri dari 7 (tujuh) kelas serta terbagi menjadi 3 (tiga)
jurusan yaitu 1 (satu) kelas Bahasa, 3 (tiga) kelas MIPA, dan 3 (tiga) kelas IPS. Dalam
wawancara peserta didik hanya menggunakan 3 (tiga) kelas terdiri dari 1 (satu) kelas
Bahasa, 1 (satu) kelas MIPA, dan 1 (satu) kelas IPS. Dalam satu kelas terdiri dari 30
peserta didik, 50 persen peserta didik dalam setiap kelas atau 15 orang akan dipilih untuk
wawancara, 7 (tujuh) diantaranya peserta didik yang beragama Kristen dan 8 (delapan)
diantaranya adalah peserta didik non Kristen (Katholik, Islam, Hindu, Budha,
Konghuchu). Selain menggunakan metode kualitatif peneliti juga menggunakan
pendekatan kepustakaan. Dengan metode ini penulis berusaha menyajikan data-data di
lapangan yang akurat serta beru saha menggunakan teori-teori yang sudah ada dari
berbagai macam buku dan jurnal.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini terdiri dari lima bagian, yaitu : pada bagian
pertama berisikan pendahuluan yang berupa latar belakang, rumusan masalah, tujuan
6
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bagian kedua berisikan
kajian teori Learning Cycle 7-E, pada bagian ini akan ada beberapa sub bab mengenai
pengertian serta penjelasan dan sejarah singkat dari teori Learning Cycle 7-E. Pada
bagian ketiga, berisikan analisa terhadap metode pengajaran PAK di SMA Kristen 1
Salatiga, di bagian ini akan ada penelitian lapangan berupa kualitatif terhadap Guru
Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga. Pada bagian keempat, berisikan kajian kritis
teori Learning Cycle 7-E terhadap pengembangan metode PAK berbasis siswa multi-
iman di SMA Kristen 1 Salatiga. Pada bagian kelima, berisikan kesimpulan dari hasil
penelitian dan penutup berupa saran bagi penelitian mendatang.
2. Teori Pembelajaran Learning Cycle 7-E untuk Pendidikan Agama Kristen
dengan peserta didik multi-iman
2.1. Belajar
Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan kompleks yang terjadi pada setiap
orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar sebagai suatu proses yang terjadi karena
adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan
dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan,
keterampilan serta sikap11
. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan. Belajar adalah proses yang aktif, dimana belajar merupakan proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses
yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman12
.
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-kadang lancar dan
kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan
kadang-kadang sulit untuk bisa berkosentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang
sering kita jumpai pada setiap siswa dalam aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa
memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan
tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi
belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat
sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
tergantung pada faktor-faktor tersebut.
11 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 19. 12 Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algentindo, 2010) 6.
7
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, secara garis besarnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor Internal dan Eksternal. Pertama faktor
Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi jasmani (fisiologis), dan
kondisi rohani (psikologis). Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan
yang dimilikinya. Faktor kemampuan ini besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi
belajar yang dicapai. Bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Kedua Faktor Eksternal
(faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan, baik sosial dan non sosial dan
faktor instrumental. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi
prestasi belajar adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran
ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar-mengajar dalam mencapai
tujuan pengajaran13
.
2.2. Berbagai Model Pembelajaran
Dalam PAK ada berbagai model pembelajaran yang sering digunakan diantaranya
ialah PAKEM, model proses pemecahan masalah kreatif (Creative Problem Solving
Process), model pembelajaran mandiri, dan model Learning Cycle 7-E. Model
pembelajaran PAKEM adalah Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM) berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student
centred learning)14
. model pembelajaran PAKEM adalah pembelajaran yang aktif
dimana siswa dilibatkan lebih banyak dalam proses pembelajaran pembelajaran kreatif
yaitu proses pembelajaran yang menstimulus siswa untuk dapat mengembangkan dan
menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan konsep-konsep materi yang
dipelajari; efektif sebagai pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman baru
dalam memaksimalkan kompetensi demi pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri; dan
menyenangkan dimana dalam pembelajaran berlangsung, siswa merasakan suasana yang
gembira dan bebas dari tekanan baik fisik maupun psikologis15
.
2.3. Model Learning Cycle 7-E
Penelitian tentang penggunaan model learning cycle 7E telah banyak dilakukan untuk
mengetahui pengaruh dan efektivitasnya dalam pembelajaran. Model pembelajaran
13 Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), 39. 14 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), 324. 15 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), 325.
8
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat di gunakan untuk mendesain pola–
pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk
menentukan materi/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku–buku, film,
program perangkat komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap
model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa
untuk mencapai berbagai tujuan16
. Pembelajaran Learning Cycle merupakan salah satu
model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori
kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar
mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada guru (teacher centered).
Dengan kata lain pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle
berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.
Model Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration,
invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap
yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Selanjutnya
dikembangkan lagi menjadi tujuh tahap yaitu elicit, engagement, exploration,
explanation, elaboration, evaluation dan extend17
. Model Learning Cycle 7-E ini
mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif
mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir baik secara individu
maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran melalui tahapan-tahapan.
2.4. Tahapan Model Learning Cycle 7-E
Adapun tahap-tahapan model Learning Cycle 7-E, pertama Elicit
(memperoleh/menggali), pada tahap ini tujuan utama adalah untuk muncul pengalaman
masa lalu tentang belajar dan menciptakan latar belakang yang kuat untuk tahapan lain.
Dimulai dengan hanya melibatkan isu-isu baru dengan yang sudah lama dan terkenal
dapat dianggap kurang alam mendukung pemikiran kemampuan. Untuk itu, kita harus
menghidupkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar. Menentukan
16 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), 52. 17 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),
22.
9
pengetahuan sebelumnya, dapat dimulai dengan pertanyaan yang sederhana. Fase ini
bertujuan untuk mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase
berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta
untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran
sebelumnya18
.
Kedua tahap Engage (melibatkan), pada tahapan ini digunakan untuk memusatkan
perhatian siswa, merangsang kemampuan berfikir siswa serta membangkitkan minat dan
motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan. Pada fase ini siswa dilibatkan
dalam kegiatan demonstrasi, diskusi, eksperimen atau kegiatan lain. Pada fase ini siswa
diajarkan untuk berhipotesis yaitu menyusun jawaban sementara dari masalah yang akan
mereka diskusikan atau praktikan. Selain itu, menonton beberapa video juga memiliki
potensi tinggi untuk memotivasi siswa.
Ketiga tahap Explore (menyelidiki), pada tapahan ini siswa memperoleh pengetahuan
dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Siswa
diberi kesempatan untuk bekerja sama secara mandiri dalam kelompok-kelompok kecil.
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengamati data, merekam data, mengisolasi
variabel, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik, menafsirkan hasil,
mengembangkan hipotesis serta mengatur temuan mereka. Guru merangkai pertanyaan,
memberi masukan, dan menilai pemahaman siswa.
Keempat Explain (menjelaskan), pada tahapan ini siswa diperkenalkan pada konsep,
hukum dan teori baru. Siswa menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya
pada fase explore. Guru mengenalkan siswa pada beberapa kosa kata ilmiah, dan
memberikan pertanyaan untuk merangsang siswa agar menggunakan istilah ilmiah untuk
menjelaskan hasil eksplorasi.
Kelima Elaborate (menerapkan), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan pengetahuannya pada situasi baru. Pada fase ini, guru memberikan
permasalahan yang terkait dengan materi yang telah diajarkan untuk dipecahkan oleh
siswa. Pada fase ini bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol,
definisi-defiisi, konsep-konsep, dan keterampilanketerampilan pada permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
18 Ebert Christine, Teaching Kontruktivist Science K-8, (Bandung: Corwin Press, 2007), 117.
10
Keenam Evaluate (menilai), tahap evaluasi model learning cycle 7E terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada
siklus-siklus tertentu saja, sebaiknya guru selalu menilai semua kegiatan siswa. Apabila
dalam pembelajaran dilakukan praktikum maka pengujian harus termasuk pertanyaan
yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, guru juga mendapatkan umpan
balik dari hasil siswa dan dapat memodifikasi strategi pengajaran mereka untuk kursus
berikutnya.
Ketujuh Extend (memperluas), pada tahap extend guru membimbing siswa untuk
menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada konteks baru. Fase ini dapat dilakukan
dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya.
Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa untuk
menerapkan Learning Cycle 7-E pada pembelajaran di kelas. Guru dan siswa mempunyai
peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan tahapan dari learning cycle. Arah pembelajaran serta aktivitas guru dan
siswa dapat dilihat dari tabel berikut menurut Miftahul Huda19
.
Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Elicit •Menarik perhatian siswa sebelum pemberian pengetahuan •Membantu dalam mentransfer pengetahuan •Membangun pengetahuan baru di atas pengetahuan yang telah ada
•Memfokuskan siswa terhadap materi yang akan dipelajari •Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan seperti “Apa yang kamu pikirkan?” atau “Apa yang kamu ketahui?” yang sesuai dengan permasalahan •Menampung semua jawaban siswa
•Memfokuskan diri terhadap apa yang disampaikan oleh guru •Mengingat kembali materi yang telah dipelajari •Mengajukan pendapat jawaban berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari
Engage •Memfokuskan pikiran dan perhatian siswa •Bertukar informasi dan pengalaman dengan siswa
•Menyajikan demonstrasi atau bercerita tentang fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari •Memberikan pertanyaan untuk merangsang motivasi dan keingintahuan siswa
•Memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan atau mendemonstrasikan sebuah fenomena •Mencari dan berbagi informasi yang mendukung konsep yang akan dipelajari •Memberikan pendapat jawaban
Explore •Melakukan eksperimen •Mencatat data, membuat grafik, menginterpretasi hasil
•Menjelaskan maksud dari pembelajaran yaitu untuk malaksanakan eksperimen atau diskusi
•Melakukan eksperimen untuk mendapatkan data •Mencatat data, membuat grafik, dan
19 Huda Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 2013), 265.
11
•Diskusi •Guru membimbing dan memeriksa pemahaman siswa
•Memandu dan membimbing siswa dalam melakukan eksperimen •Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan eksperimen
menginterpretasikan hasil •Diskusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang disajikan dalam LK
Explain
•Siswa mengkomunikasikan apa yang telah dieksplorasi secara tertulis dan lisan •Menyimpulkan hasil eksplorasi •Pembenaran
•Membimbing siswa dalam menyiapkan laporan (data dan kesimpulan) eksperimen •Menganjurkan siswa untuk menjelaskan laporan eksperimen dengan kata-kata mereka sendiri •Memfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi laporan eksperimen •Mengarahkan siswa pada data dan petunjuk telah diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau dari hasil eksperimen untuk mendapatkan kesimpulan
•Melakukan presentasi dengan cara menjelaskan data yang diperoleh dari hasil eksperimen •Mendengarkan penjelasan kelompok lain •Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan kelompok lain •Mendengarkan dan memahami penjelasan/klarifikasiyang disampaikan oleh guru (jika ada) •Menyimpulkan hasil eksperimen berdasarkan data yang telah didapat dan petunjuk (penjelasan) dari guru
Elaborate •Transfer pembelajaran •Aplikasi dari pengetahuan baru yang telah didapatkan
•Mengajak siswa untuk menggunakan istilah umum •Memberikan soal atau permasalahan dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan •Menganjurkan siswa untuk menggunakan konsep yang telah mereka dapatkan
•Menggunakan istilah umum dan pengetahuan yang baru •Menggunakan informasi sebelumnya yang didapat untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan •Menerapkan pengetahuan yang baru untuk menyelesaikan soal
Extend •Menghubungkan satu konsep ke konsep lain •Menghubungkan subjek satu ke subjek lain
•Memperlihatkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain •Memberikan pertanyaan untuk membantu siswa meli hat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep/topik yang lain •Mengajukan pertanyaan tambahan yang sesuai dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi konsep dari materi yang dipelajari
•Membuat hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sebagai gambaran aplikasi konsep yang nyata •Menggunakan pengetahuan dari hasil eksperimen untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, terkait dengan konsep yang telah dipelajari •Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Evaluate •Melakukan penilaian: •Memberikan penguatan •Mengerjakan kuis
12
•Formatif •Summatif •Informal •formal
terhadap konsep yang telah dipelajari •Melakukan penilaian kinerja melalui observasi selama proses pembelajaran •Memberikan kuis
•Menjawab pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru (baik berupa pendapat maupun fakta)
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Learning Cycle 7-E
Kelebihan dari model Learning Cycle 7-E adalah merangsang siswa untuk mengingat
materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Memberikan motivasi kepada
siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan siswa. Melatih siswa
belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen. Melatih siswa untuk
menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari. Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan
konsep yang telah dipelajari. Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran
yang saling mengisi satu sama lainnya. Guru dapat menerapkan model ini dengan
metode yang berbeda-beda20
.
Kelemahan model Learning Cycle 7-E adalah efektifitas pembelajaran rendah jika
guru kurang mengusai materi dan langkah-langkah pembelajaran. Menuntut
kesunggahan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran21
.
3. Hasil Penelitian Teori Learning Cycle 7-E kelas XI (sebelas) di SMA Kristen 1
Salatiga
3.1.Profil SMA Kristen 1 Salatiga
SMA Kristen 1 Salatiga , berdiri pada tanggak 1 Juni 1951 oleh Perkumulan
Perguruan Kristen Jawa Tengah Utara (PPKJTU) yang kemudian mulai 30 September
1955 berubah nama menjasi Yayasan Perguruan Kristen (YPK). Pada awal berdirinya
SMA Kristen 1 Salatiga berdomisili di jalan Dr. Sumardi no. 5 Salatiga, yang sekarang
menjadi gedung Sinode. Pada tahun 1952 sampai dengan 1970 pindah ke jalan
Kotamadya, SMA Kristen 1 sempat pindah ke gedung SD latihan SGP negeri. Sejak
20 Kyriacou, Effective Teaching, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011), 56. 21 Kyriacou, Effective Teaching, (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011), 57.
13
tahun 1970 sampai sekarang, SMA Kristen 1 menempati lokasi di jalan Osamaliki 32
Salatiga, yang merupakan ruas jalan raya Solo-Semarang.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Salatiga.
Alasan pemilihan tempat penelitian karena SMA Kristen 1 Salatiga memenuhi
persyaratan untuk dijadikan peneltian dengan permasalahan yang akan diteliti yakni
bagaimana pelaksanaan PAK bagi peserta didik multi-iman. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Januari 2018.
3.2.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari
penelitian tindakan kelas dan hasil wawancara peserta didik kelas XI SMA Kristen 1
Salatiga tahun ajaran 2017/2018. Peserta didi kelas XI SMA Krisen 1 Salatga terdiri dari
tujuh kelas serta terbagi menjadi tiga jurusan yaitu, satu kelas Bahasa, tiga kelas IPA,
dan tiga kelas IPS. Dalam wawancara peserta didik hanya menggunakan tiga kelas yang
terdiri dari satu kelas Bahasa, IPA, dan IPS. Dalam satu kelas terdiri dari 30 peserta
didik, 50 persen dari peserta didik atau sekitar 15 peserta didik akan dipilih untuk
wawancara, tujuh diantaranya adalah peserta didik yang beragama Kristen dan delapan
diantaranya adalah peserta didik yang beragama non-Kristen. Data primer juga didukung
oleh satu Narasumber yaitu Guru mata pelajaran PAK di SMA Kristen 1 Salatiga.
3.3.Hasil Penelitian Teori Learning Cycle 7-E dalam Metode Pendidikan Agama
Kristen
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Bahasa, kelas XI MIPA 2, dan kelas
XI IPS 3 SMA Kristen 1 Salatiga pada tanggal 15 – 17 Januari 2018. Sebelum kegiatan
penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu berkoordinasi dengan Guru PAK untuk
menentukan materi pelajaran dan sub pokok bahasan, serta rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga menggunakan sistem Kurikulum 2013. Kurikulum
2013 adalah suatu model kurikulim yang dapat mengintegrasikan skill, themes, concepts,
and topics baik dalam bentuk within single diciplines, across several disciplines and
within across learnes22
. Dengan kata lain bahwa kurikulum terpadu sebagai sebuah
22 Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013), 28.
14
konsep dapat diartikan sebagai sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran/bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna dan luas kepada peserta didik. Bermakna maksudnya adalah
peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari secara utuh dan
realistis sedangkan luas maksudnya ialah apa yang mereka peroleh tidak hanya dalam
satu ruang lingkup saja melainkan semua berkaitan satu sama lain23
.
Titik berat dari Kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau siswa
memiliki kemampuang yang lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya
(wawancara), bernalar (berpikir kristis), mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran. Objek
pembelajaran Kurikulum 2013 adalah fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui
pendekatan itu diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif,
sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai proses persoalan
dengan lebih baik.
Kegitan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model Learning Cycle 7-E.
Model ini terdiri dari 7 fase yaitu fase elicit, engege, explore, explain, elaborate,
evaluate, dan extend. Penyusunan RPP disesuaikan dengan model Learning Cycle 7-E.
Selama proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan
dan pendapat terkait materi “Keadilan dan Perdamaian dalam Keluarga”. Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, satu kelompok beranggotakan empat orang. Pembagian
kelompok dipilih oleh peneliti agar tidak memakan waktu yang cukup lama. Setelah
melaksanakan tindakan pembelajaran dengan model Learning Cycle 7-E dapat diketahui
bahwa, pada awal pembelajaran masih ada beberapa siswa yang berada diluar kelas
setelah bel masuk, suasana kelas cukup kondusif namun masih ada sedikit siswa yang
kurang memperhatikan pada saat proses pembelajaran. Pada tahap diskusi kelompok
terlihat di semua kelompok setiap anggotanya dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan
baik satu sama lain. Pada saat diskusi kelas, antusiasme siswa cukup baik dalam bertanya
maupun memberi pendapat ini terlihat dari siswa yang mengangkat tangan untuk
bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya. Pada saat tahap mempresentasikan hasil
diskusi, semua kelompok dapat mempresentasikan hasil pengamatannya dengan baik di
depan kelas.
23 Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2013), 29.
15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 7-E dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi
karena berdasarkan pengamatan dalam selama proses pembelajaran, siswa terlibat aktif
pada setiap fase pembelajaran Learning Cycle 7-E. Melalui keterlibatan aktif dalam
proses pembelajaran, siswa dapat membangun sendiri pengetahuan mereka sehingga
pengetahuan yang diperoleh menjadi berkmana dan hasil belajar lebih maksimal. Setiap
fase yang terstuktur dalam Learning Cycle 7-E memiliki manfaat yang positif bagi siswa
karena pembelajaran yang bersifat student-centered. Proses pembelajaran bukan lagi
sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan konsep yang
berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.
3.4.Pemahaman siswa dan Guru terhadap metode pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen
Hasil penelitian ini tentang pemahaman siswa dan Guru terhadap metode
pembelajaran PAK. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa Kristen dan non Kristen
kelas XI-Bahasa 1, kelas XI-MIPA 2, dan kelas XI-IPS 3 pendapat mereka tentang
metode yang diberikan oleh Guru cukup baik. Guru memberikan metode yang dapat
menarik perhatian siswa dengan cara seperti drama, persentasi, dan lain-lain. Secara
keseluruhan siswa dapat memahami metode pembelajaran yang diberikan oleh Guru
namun ada beberapa siswa yang merasa bahwa metode yang diberikan terlalu terpaku
oleh Guru (teacher centered) sehingga siswa merasa kurang tertarik dengan pelajaran
yang diberikan. Kesulitan yang diterima oleh siswa pada umumnya hanya saat
pembacaan ayat Alkitab bagi siswa non-Kristen, hal ini disebabkan karena belum
terbiasa dengan Alkitab.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Junianto selaku Guru PAK di SMA
Kristen 1 Salatiga menurut beliau metode yang telah dilakukan cukup baik. Dalam
melaukan proses pembelajaran beliau selalu melakukan hal-hal yang baru seperti
ceramah, game, drama dan lain-lain agar dapat menarik perhatian siswa. Namun ada
beberapa kendala teknis yang dialami oleh Guru selama proses pembelajaran ialah
kurangnya fasilitas dalam sekolah seperti projector yang tidak terpasang di setiap kelas
dalam hal ini perlu memasang terlebih dahulu dan memakan waktu yang cukup lama
sehingga proses pembelajaran menjadi berkurang.
16
Dalam proses pembelajaran Bapak Junianto selaku Guru PAK menyatakan bahwa
beliau lebih mengutamakan pengajaran yang bersifat moral dan etika kepada siswa
karena beberapa siswa yang mengikuti pelajaran PAK bukan hanya siswa Kristen saja
namun ada juga siswa non-Kristen. Beliau berpendapat bahwa dengan moral dan etika
yang baik akan menciptakan siswa-siswa yang takut akan Tuhan.
4. Kajian Kritis dari Perspektif Teori Learning Cycle 7-E terhadap Metode
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di SMA Kristen 1 Salatiga Kelas XI
Tahun 2017/2018
Bagian ini merupakan kajian kritis terhadap penerapan metode pembelajaran
Learning Cycle 7-E dalam mata pelajaran PAK.
4.1.Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tahun 2017/18 terhadap
Pendidikan Agama Kristen dari Perspektif Teori Learning Cycle 7-E
Dari hasil wawancara siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga tentang pemahaman
PAK dalam perspektif Learning Cycle 7-E maka peneliti memahami bahwa metode
Learning Cycle 7-E dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Metode Learning Cycle 7-E
membantu siswa memahami lebih dalam tentang pelajaran PAK karena dengan
menggunakan 7 tahapan yang dalam pelaksanaannya menuntut siswa untuk berperan
lebih aktif (student centered), siswa dituntut untuk menemukan permasalahan yang ada
kemudian melakukan identifikasi terhadap masalah.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Learning Cycle 7-E dapat diterima
hampir seluruh siswa dengan baik. Siswa dengan agama Kristen dan non-Kristen dapat
memahami pelajaran dengan baik serta antusias siswa sangat baik, hal ini dapat dilihat
dari sikap siswa selama proses pembelajaran dan menjawab beberapa pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti. Pada metode Learning Cycle 7-E, siswa kelas diajarkan untuk
menjelaskan suatu konsep atau masalah yang ada, dan bisa menemukan konsep baru
sesuai data yang ada. Siswa bekerja sama untuk mengerjakan soal dalam kelompok
sangat bermanfaat, mereka akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan
kelebihan. Saling bekerja sama akan terjadi dalam rangka mencapai prestasi belajar yang
optimal.
Tahap pertama dalam Learning Cycle 7-E adalah Elicit. Pada tahap ini tujuan utama
adalah untuk memunculkan pengalaman masa lalu tentang belajar dan menciptakan latar
17
belakang. Peneliti berusaha menimbulkan dan mendatangkan pengetahuan awal siswa
melalui pertanyaan mengenai materi. Pada tahap Elicit siswa menjawab dengan baik
walaupun masih ada jawaban yang kurang tepat. Tahap kedua adalah Engage, pada tahap
ini peneliti membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan memperhatikan video
yang berkaitan dengan materi. Tahap Engage pada saat proses pembelajaran berjalan
dengan baik semua siswa memperhatikan video yang ditampilkan dengan serius. Tahap
ketiga adalah Explore, setelah siswa memperhatikan video yang telah ditayangkan
selanjutnya adalah siswa diberikan kesempatan untuk membuat hipotesis dari
permasalahan yang ada dalam video tersebut secara berkelompok. Tahap Explore
peneliti harus mengamati setiap kerja siswa supaya siswa dapat memecahkan masalah
dengan tepat. Tahap keempat adalah Explain, pada tahap ini peneliti meminta siswa
untuk mempersentasikan hasil diskusi dan meminta kelompok lain untuk memperhatikan
dan memberikan pendapat. Kenyataan yang terjadi pada tahap Explain cukup baik, siswa
dapat mempersentasikan setiap hasil diskusi dengan baik namun kelompok lain masih
malu untuk mengeluarkan pendapat mereka. Dibutuhkan latihan secara terus menerus
agar siswa dapat terbiasa dengan model pembelajaran seperti ini. Tahap kelima adalah
Elaborate, pada bagian ini peneliti menjelaskan kembali tentang hasil diskusi yang telah
dibuat dan memastikan kembali bahwa setiap siswa sudah memahami materi tersebut.
Tahap selanjutnya adalah Evaluate pada bagian ini peneliti memberikan soal atau
pertanyaan kepada siswa sebagai evaluasi hari ini. Hasil dari jawaban siswa cukup
memuaskan siswa dapat menjawab setiap soal dengan baik. Tahap terakhir dari model
pembelajaran Learning Cycle 7-E adalah Extend, pada tahapan ini peneliti meminta
siswa untuk menyimp ulkan hasil pembelajaran kemudian peneliti memberikan
penguatan dan meminta siswa untuk membaca materi selanjutnya.
Metode Learning Cycle 7-E adalah salah satu cara yang baik untuk digunakan oleh
Pendidik untuk menerapkan sebuah pembelajaran. Ketujuh tahapan yang diberikan oleh
Learning Cycle 7-E dapat mempermudah Pendidik untuk melakukan proses
pembelajaran secara efekif dan kreatif. Pada pembelajaran dengan metode Learning
Cycle 7-E proses pembelajaran diawali degan penyajian sebuah fenomena nyata yang
dikemas dalam sebuah permasalahan sehari-hari. Masalah yang diberikan merupakan
masalah yang belum terdefinisikan, sehingga siswa dituntut untuk menganalisis masalah
tersebut dengan cermat, mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dari masalah, yang
ingin mereka ketahui dan apa yang harus mereka cari. Dengan memberikan masalah
18
nyata di awal pembelajaran, maka siswa mengetahui tujuan mereka mempelajaru materi
tersebut. Tahapan-tahapan dalam Learning Cycle 7-E menuntut siswa untuk secara terus
menerus mengembangkan pengetahuannya dan menerapkan pemahaman yang mereka
miliki dalam sebuah masalah yang berbeda. Melalui proses berpikir ini diharapkan dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga dapat menghasilkan
keputusan yang tepat. Sebagai upaya menyelesaikan masalah untuk menghasilkan
keputusan yang tepat, diperlukan suatu pemahaman konsep dan kemampuan berpikir.
4.2.Kendala Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen terhadap Siswa Multi-Iman
Kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga 2017/2018 dari Perspektif Learning Cycle 7-E
Dalam pelaksanaan penelitian model pembelajaran Learning Cycle 7-E dapat
dilakukan dengan baik namun tetap memiliki kendala dalam pelakasanaannya. Kendala
pertama adalah waktu penelitian relatif singkat yaitu hanya satu kali pertemuan dalam
setiap kelas sehingga hasil pembelajaran belum maksimal, serta data yang diperoleh
terbatas yang di dapat peneliti selama penelitian berlangsung. Kendala kedua adalah
masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran Learning
Cycle 7-E oleh karena itu perlu dilatih secara berkelanjutan agar cara berpikir siswa
dapat lebih kritis dan memecahkan setiap masalah dengan tepat. Kendala ketiga yang
ditemukan pada saat proses pembelajaran ialah Guru harus menyiapkan materi dengan
baik serta menarik, dibutuhkan kreatifitas yang lebih agar materi menajdi lebih menarik.
Kesiapan Guru dalam menyampaikan materi harus dipahami dengan baik agar siswa
dapat memahami isi dari materi yang akan disampaikan.
5. Penutup
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneliitan dan melakukan kajian kritis terhadap metode
pembelajaran Learning Cycle 7-E dalam mata pelajaran PAK di kelas XI SMA Kristen 1
Salatiga bagi siswa multi-iman, penulis menyimpulkan bahwa isi dan pelaksanaan
metode Learning Cycle 7-E dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan
Keadilan dan Perdamaian dalam Keluarga. Beberapa alasan yang mendasar yakni
pertama, metode Learning Cycle 7-E menuntut siswa lebih aktif dalam setiap tahapan
baik secara individu maupun kelompok. Keaktifan siswa harus selalu diutamakan dalam
setiap metode pembelajaran, dengan menggunakan metode Learning Cycle 7-E siswa
19
dapat belajar lebih maksimal karena dasar utama dari metode Learning Cycle 7-E adalah
student centered.
Alasan yang kedua ialah metode Learning Cycle 7-E dapat menarik perhatian siswa
pada saat proses pembelajaran. Menarik perhatian siswa dapat dilaksanakan dengan
berbagai macam cara, dalam Learning Cycle 7-E Pendidik dapat menggunakan sebuah
media film, video, atau kasus tertentu yang dapat menarik perhatian siswa. Ketika siswa
mulai tertarik dengan materi yang disampaikan maka selama proses pembelajaran siswa
akan berpikir lebih kritis dalam menyelesaikan sebuah masalah.
Ketiga adalah adanya sebuah peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang
telah disampaikan dengan metode Learning Cycle 7-E. Dari hasil wawancara dengan
siswa Kristen dan non-Kristen penulis menyimpulkan bahwa siswa multi-iman dapat
memahami dengan baik materi yang telah disampaikan dengan menggunakan metode
Learning Cycle 7-E. Siswa multi-iman dapat memahami materi dengan mudah
dikarenakan tahapan dari Learning Cycle 7-E sangat efektif serta menuntut Pendidik
untuk lebih kreatif dalam setiap pembelajaran agar siswa multi-iman dapat dengan
memahami materi dengan baik.
5.2. Saran
Pada akhirnya setelah proses penelitian dan melakukan kajian kritis, penulis
memberikan saran kepada sekolah SMA Kristen 1 Salatiga dan Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana. Semoga saran yang diberikan dapat dipertimbangkan
demi perkembangan model pembelajaran PAK untuk sekolah SMA Kristen 1 Salatiga.
Kepada Sekolah SMA Kristen 1 Salatiga penulis dapat memberikan saran agar
pembelajaran PAK yang lebih efektif dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa maka guru harus kreatif serta inovatif. Model pembelajaran Learning Cycle
7-E sebagai upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa ternyata
membutuhkan kemampuan guru untuk membimbing yang sangat baik supaya
pengelolaan kelas terutama pada fase eksplore, elaborate, dan extend. Pada fase tersebut
dititikberatkan melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa sehingga kemampuan guru
untuk membimbing sangat berpengaruh agar siswa dapat berpikir kritis dan mampu
memecahkan masalah dengan tepat.
20
Kepada Fakultas Teologi UKSW penulis mengusulkan agar mata kuliah teologi
Pendidikan Agama Kristen bisa memberikan distribusi di dalam perkembangan metode
pembelajaran PAK bagi siswa multi-iman.
21
Daftar Pustaka
Anas, Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada, 1996.
Budiyana, Hardi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen. Solo: Berita Hidup
Seminary, 2011.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Ebert, Christine. Teaching Kontruktivist Science K-8. Bandung: Corwin Press, 2007.
Eisenkraft A. Expanding the 5E Model the Sciences Teacher 70. Jakarta: Kencana,
2007.
Hergenhahn B R. Theories of Learning. Jakarta: Kencana, 2010.
Homrighausen E G. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarata: Pustaka
Pelajar, 2013.
Kurniawati, Maryam. Pendidikan Kristiani Multikultural. Tanggerang: Bamboo
Bridge Press, 2014.
Kyriacou V. Effective Teaching. Bandung: Penerbit Nusa Media, 2011.
Naim, Ngainun. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: AR-
RUZZ Media, 2008.
Rahardjo, Turnomo. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.
Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: CV.
Alfabeta, 2010.
Sofan, Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya,
2013.
22
Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algentindo,
2010.
Sudjana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009.
Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Suharsimi, Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. 2007.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana, 2010.
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007.
Trianto. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Warwanto, Heribertus J. Pendidikan Religiusitas. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Wina, Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2010.
Yangin, Panmilo. Gereja dan Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Kanisius, 2010.