metlit bu lis

19
 HUBUNGAN ANTARA PARITAS IBU DENGAN STATUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA MADIUN TAHUN 2010 PROPOSAL SKRIPSI Oleh : NININ RETNO ANGGANI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI D IV BIDAN KLINIK KAMPUS MAGETAN MAGETAN 2011 

Upload: nininanggani3933

Post on 16-Jul-2015

311 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 1/19

HUBUNGAN ANTARA PARITAS IBU DENGAN

STATUS PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA

MADIUN TAHUN 2010

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

NININ RETNO ANGGANI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D IV BIDAN KLINIK KAMPUS MAGETAN

MAGETAN

2011 

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 2/19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status persalinan berdasarkan usia kehamilan dibedakan menjadi tiga yaitu

persalinan preterm, aterm dan  postterm. Persalinan  preterm merupakan masalah

penting dalam obstetri khususnya di bidang perinatologi. Persalinan  preterm 

merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial

meningkatkan kematian perinatal. Di negara berkembang maupun negara maju

penyebab morbiditas dan mortalitas neonatus terbanyak adalah bayi yang lahir

 preterm (Wiknjosastro, 2007:312). Semakin pendek usia kehamilan, alat-alat

tubuh bayi semakin kurang sempurna, sehingga resiko komplikasi pada janin

semakin tinggi dan kematian perinatal banyak terjadi pada bayi  preterm (Yulida,

2008). Pada persalinan  postterm, menunjukkan peningkatan risiko kematian dan

kesakitan perinatal menjadi 3 kali dibandingkan persalinan aterm. Hal ini

berkaitan dengan penurunan fungsi plasenta yang mencapai puncaknya pada

kehamilan 38 minggu dan menurun setelah usia kehamilan 42 minggu

(Wiknjosastro, 2007:318).

Di Amerika Serikat kejadian persalinan  preterm sekitar 12,3% dari

keseluruhan 4 juta persalinan tiap tahunnya, dan merupakan tingkat kelahiran

 preterm tertinggi di antara negara industri (  Health Technology Assessment  

Indonesia, 2009). Sekitar 8% dari 4 juta persalinan tersebut diperkirakan lahir

pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih, dan sisanya lahir aterm (Cunningham,

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 3/19

2006:811). Di negara berkembang angka kejadian persalinan  preterm 10% dari

seluruh kelahiran (Jusuf, 2008). Angka kejadian persalinan  preterm di Indonesia

berkisar antara 7-10% dari seluruh kelahiran (Norwitz, 2008), kira-kira 10%

kehamilan berlangsung terus sampai 42 minggu, 4% berlanjut sampai usia 43

minggu (Sastrawinata, 2005:12). Data dari Buku Register Persalinan Rumah Sakit

Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010 menunjukkan bahwa

angka kejadian persalinan preterm sebesar 10,46%, postterm sebesar 12,35% dan

sisanya sebesar 77,19% adalah persalinan aterm. Pada bulan Januari 2011 terdapat

5 persalinan  preterm, 2 di antaranya terjadi pada  primipara dan 3 sisanya terjadi

pada multipara. 

Persalinan  preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial

meningkatkan kematian perinatal sebesar 65-75% (Rompas, 2004). Berdasarkan

hasil kajian   Health Technology Assessment (HTA) Indonesia 2009, diperkirakan

10% dari seluruh bayi baru lahir yang dirawat di   Neonatal Intensive Care Unit  

(NICU) disebabkan oleh persalinan  preterm. Menurut data dunia, 75-80 %

kematian bayi pada usia kurang dari 28 hari disebabkan oleh persalinan  preterm 

(Kurniasih, 2009). Janin yang lahir secara  preterm mempunyai resiko komplikasi

sangat tinggi, sehingga risiko untuk terjadi asfiksia juga tinggi. Hal ini

dikarenakan bayi sulit untuk menyesuaikan diri di luar rahim ibu disebabkan alat-

alat tubuh bayi belum berfungsi secara optimal seperti bayi yang lahir aterm 

(Yulida, 2008). Persalinan  preterm mempunyai dampak negatif tidak saja pada

kematian perinatal, tetapi juga terhadap morbiditas, potensi generasi akan datang,

kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 4/19

Hal ini disebabkan oleh kesulitan utama dalam persalinan  preterm adalah

perawatan bayi  preterm, yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar

pula morbiditas dan mortalitas. Pada persalinan  postterm, masalah perinatal yang

dihadapi di antaranya adalah janin yang mengalami pertumbuhan terhambat dan

penurunan berat akibat dari proses penuaan plasenta sehingga pasokan makanan

dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri spiralis

(Wiknjosastro, 2007:312-318).

Pada kebanyakan kasus, penyebab persalinan  preterm tidak diketahui.

Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan

 preterm, seperti solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,

 polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain.

Penyebab persalinan  preterm bukan tunggal, tetapi multikompleks (Rompas,

2004). Menurut Agustina (2005),  paritas juga merupakan faktor penyebab

terjadinya persalinan  preterm, 20% dari persalinan  preterm tersebut disebabkan

oleh faktor paritas. Wanita yang pernah melahirkan lebih dari satu kali atau yang

termasuk  paritas tinggi mempunyai risiko lebih tinggi mengalami persalinan

 preterm karena menurunnya fungsi alat reproduksi dan meningkatkan risiko

terjadinya perdarahan antepartum yang dapat menyebabkan terminasi kehamilan

lebih awal (Yulida, 2008).

Tingginya morbiditas pada neonatal tersebut dapat dikurangi dengan

pencegahan persalinan  preterm. Saat ini yang sudah dilakukan adalah intervensi

untuk menghilangkan atau mengurangi faktor risiko serta menunda terjadinya

persalinan dengan pemberian tokolitik, kortikosteroid untuk pematangan paru

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 5/19

 janin dan antibiotik profilaksis. Selain intervensi, prediksi dini dan akurat tentang

persalinan  preterm sangat diperlukan. Bertolak dari permasalahan di atas, maka

perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor risiko, antara lain  paritas ibu. Bagi

praktisi kesehatan dan profesi yang terkait diharapkan mampu mengambil

kebijakan yang efektif dan efisien misalnya dengan segera merujuk ke fasilitas

kesehatan yang lebih kompleks bila ditemukan faktor resiko terjadinya persalinan

 preterm guna mendapatkan intervensi selanjutnya.

1.2  Identifikasi Faktor Penyebab Masalah

Penyebab pasti persalinan  preterm masih sulit ditentukan, akan tetapi

tampaknya mempunyai hubungan dengan status medis dan status sosial

diantaranya kemiskinan, malnutrisi, ketergantungan obat, penyakit menular

seksual, perokok dan kehamilan pada usia muda (Yuli, 2004). Menurut

Cunningham (2006:773) kelahiran  preterm disebabkan karena beberapa hal yang

bisa menimbulkan kontraksi spontan, dimana kemungkinan telah terjadi produksi

prostaglandin. Secara anatomis kutub bawah persambungan selaput janin dengan

desidua yang menutupi kanalis servikalis tersambung dengan vagina. Meskipun

demikian susunan anatomis ini menyediakan jalan masuk bagi penyebaran

mikroorganisme ke dalam jaringan intrauteri dan kemudian menginvasi kantung

amnion. Mikroorganisme ini menginduksi pembentukan sitokinin yang memicu

produksi prostaglandin dan mendorong terminasi kehamilan lebih dini. Menurut

Agustina (2005),  paritas juga merupakan faktor penyebab terjadinya persalinan

 preterm, 20% dari persalinan  preterm tersebut disebabkan oleh faktor  paritas.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 6/19

Peluang terjadinya persalinan  preterm pada  paritas tinggi 3,28 kali lebih besar

dibanding dengan paritas rendah.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup permasalahan penelitian dan luasnya faktor

yang mempengaruhi masalah, maka obyek penelitian dibatasi pada faktor  paritas 

ibu yang berhubungan dengan status persalinan preterm.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan

masalah yaitu ”Adakah hubungan antara  paritas ibu dengan status persalinan

 preterm di RSU Kota Madiun ?” 

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1  Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan  preterm 

di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari - 31 Desember 2010.

1.5.2  Tujuan khusus

1.  Mengidentifikasi  paritas ibu yang bersalin di Rumah Sakit Umum Kota

Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

2.  Mengidentifikasi status persalinan  preterm di Rumah Sakit Umum Kota

Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

3.  Menganalisis hubungan antara  paritas ibu dengan status persalinan  preterm 

di Rumah Sakit Umum Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 7/19

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1  Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dan acuan untuk menurunkan kejadian persalinan  preterm yaitu persiapan bagi

calon ibu sebelum hamil agar memperhatikan faktor paritas. 

1.6.2  Manfaat praktis

1.  Bagi pendidikan

Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk menambah perbendaharaan

dan informasi tentang hubungan paritas ibu dengan status persalinan preterm.

2.  Bagi tenaga kesehatan

Sebagai pertimbangan dalam mengambil tindakan dan prediksi serta

pencegahan dini terhadap kejadian persalinan  preterm, sekaligus persiapan

penanganan sewaktu persalinan, khususnya berkaitan dengan masalah yang

ditimbulkan akibat persalinan preterm yaitu penanganan segera bayi preterm. 

3.  Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat, dan

meningkatkan kesadaran ibu-ibu tentang faktor resiko  paritas dengan kejadian

persalinan preterm. 

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 8/19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.2 Konsep dasar paritas

2.2.1 Pengertian

2.2.2 Pembagian paritas 

2.3 Persalinan

2.3.1 Pengertian

2.3.2 Etiologi

2.3.3 Macam persalinan

2.4 Persalinan preterm 

2.4.1 Pengertian persalinan preterm 

2.4.2 Faktor risiko persalinan preterm 

2.4.2  Tanda dan gejala persalinan preterm 

2.4.3 Patogenesis persalinan preterm 

2.4.4 Diagnosis persalinan preterm 

2.4.5 Penatalaksanaan persalinan preterm 

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 9/19

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

: diteliti

: tidak diteliti

Faktor

predisposisi

persalinan

Faktor anatomi :

- serviks inkom-

peten

- uterus iritable

- uterus septus

- uterus arkuatus

- double uteri

Faktor obstetri :

Penyakit ibu

- hipertensi

- diabetes

- ginjal-jantung

Komplikasi

obstetri

- paritas

- preeklampsia- eklampsia

-plasenta previa

- gemeli

- usia ibu

- KPD/infeksi

Faktor sosial :

- Sosial

ekonomi

Persalinan

Preterm

 Aterm

Postterm

Fungsi alat

reproduksi

Gambar 2.1 Kerangka KonsepGambar 3.1 Kerangka Konsep

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 10/19

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi persalinan, diantaranya

adalah faktor anatomi, obstetri dan faktor sosial. Salah satu yang termasuk faktor

obstetri adalah  paritas.  Paritas merupakan jumlah kelahiran yang lebih dari usia

kehamilan 20 minggu tanpa memperhatikan hasil akhir janin. Secara teori,  paritas 

dibedakan menjadi  primipara dan multipara.  Multipara dianggap  paritas yang

berisiko untuk melahirkan  preterm, karena semakin tinggi  paritas akan

mempengaruhi fungsi alat reproduksi. Dalam penelitian ini ingin mengetahui

adakah hubungan antara paritas ibu dengan status persalinan preterm. 

2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2007:45).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara  paritas ibu

dengan status persalinan preterm. 

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 11/19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan survei analitik. Penelitian survei analitik 

adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002:145). Dalam penelitian ini

ingin mengetahui hubungan antara paritas ibu dengan persalinan  preterm.

4.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan

yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2003:80).

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kasus kontrol (case control). Menurut Notoatmodjo (2002:150) rancangan

penelitian case control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut

bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective.

Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,

kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.

Rancangan penelitian case control dapat dilihat pada gambar 4.1.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 12/19

 

4.3 Kerangka Operasional

Kerangka operasional adalah merupakan langkah-langkah dalam aktivitas

ilmiah mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya yaitu kegiatan sejak 

awal dilaksanakannya penelitian (Nursalam, 2003:81).

Kerangka operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2.

Populasi (sampel) :

ibu bersalin di RSU

kota Madiun

periode 1 Januari-

31 Desember 2010

EFEK (+) = kasus

Persalinan preterm 

Retrospektif  

EFEK (-) = kontrol

Persalinan normalRetrospektif  

Faktor risiko (+) :

 Multipara

Faktor risiko (-) :

Primipara

Faktor risiko (+) :

 Multipara

Faktor risiko (-) :

Primipara

(Matching)

Gambar 4.1

Rancangan Penelitian Case Control 

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 13/19

Populasi : ibu bersalin di RSU Kota Madiun

periode 1 Januari-31 Desember 2010

Sampel : kelompok kasus adalah semua ibu yang

melahirkan preterm (57 kasus), kelompok kontrol

adalah ibu yang melahirkan normal (57 kontrol) 

dengan matching usia

Pengumpulan data : data sekunder diperoleh dari

studi dokumentasi

Pengolahan data : editing, coding, tabulating 

Analisis data : menggunakan uji statistik x2

koefisien kontin ensi dan odd ratio

Hasil dan kesimpulan

Laporan dan publikasi

Gambar 4.2

Kerangka operasional penelitian

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini mengambil lokasi di RSU Kota Madiun. Waktu

penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2011 penyusunan proposal sampai

dengan Pebruari 2012 untuk pembuatan laporan.

4.5 Populasi

Menurut Notoatmodjo (2002:138) populasi adalah keseluruhan subyek 

penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin di

RSU Kota Madiun periode 1 Januari-31 Desember 2010.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 14/19

4.6 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007:68). Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari kelompok kasus (subyek yang menderita penyakit atau

efek yang sedang diteliti) dan kelompok kontrol (subyek yang tidak menderita

penyakit atau efek) yang diambil dari populasi yang sama. Kelompok kasus

adalah ibu yang melahirkan  preterm sebanyak 57 kasus, sedangkan kelompok 

kontrol adalah ibu yang melahirkan normal dan jumlahnya disesuaikan dengan

 jumlah kasus yaitu 57 kontrol. Pengambilan kelompok kontrol dilakukan dengan

metode simple random sampling dan matching usia.

4.7 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian (Notoatmodjo, 2002).

4.7.1 Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk 

menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel ini biasanya diamati,

diukur untuk diketahui hubungannya dengan variabel lain (Setiadi, 2007).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah paritas ibu.

4.7.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang muncul sebagai akibat dari

manipulasi suatu variabel independen (Setiadi, 2007). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah status persalinan.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 15/19

4.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga

definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu

peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007).

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Varibel Definisi

Kategori/ 

kriteria Instrumen

Skala

data

Varibel

independen:

paritas ibu

Paritas adalah jumlah

total persalinan pada

usia gestasi >20

minggu baik hidup

maupun mati, yang

diperoleh melalui studi

dokumentasi

1. Paritas

berisiko

(multipara)

2. Paritas tidak 

berisiko

(primipara)

Buku

register

persalinan

RSU Kota

Madiun

periode 1

Januari-31

Desember

2010

Nominal

Variabeldependen:

status

persalinan

Gambaran prosespersalinan pada ibu

hamil yang didasarkan

pada tuanya usia

kehamilan, yang

diperoleh melalui studi

dokumentasi

1. Preterm(usia

kehamilan

20-37

minggu)

2. Tidak 

preterm

(usia

kehamilan >

37 minggu)

Bukuregister

persalinan

RSU Kota

Madiun

periode 1

Januari-31

Desember

2010

Nominal

4.9 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2003). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh dari Buku Register Persalinan RSU Kota Madiun Periode 1

Januari-31 Desember 2010.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 16/19

4.10 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Editing 

 Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini editing

dilakukan bersamaan saat pengumpulan data.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini, untuk 

variabel independen ( paritas ibu) dikategorikan menjadi 2, yaitu kode 1 untuk 

 paritas berisiko (multipara), kode 2 untuk  paritas tidak berisiko ( primipara).

Sedangkan variabel dependen (status persalinan) juga dikategorikan menjadi 2,

yaitu kode 1 untuk persalinan  preterm (20-37 minggu), kode 2 untuk persalinan

tidak  preterm (> 37 minggu).

3. Tabulating 

Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel sesuai

variabel (Arikunto, 2006).

4. Analyzing 

Setelah data diolah kemudian dianalisis, sehingga hasil analisis data dapat

digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah

(Setiadi, 2007). Analisis data penelitian yang dilakukan secara diskriptif meliputi

penghitungan untuk memperoleh distribusi frekuensi berdasarkan persentase.

Penghitungan menggunakan bantuan komputer.

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 17/19

Analisis secara statistik untuk hubungan antara  paritas ibu dengan status

persalinan preterm adalah :

a. Chi square (x2)

Uji chi square (x2)  dengan taraf signifikansi (α=0,05) dan df=1. Rumus

yang digunakan sebagai berikut.

 E 

 E O x

2

2)(  

Keterangan :

x2

= chi-square /chi kuadrat

O = observation 

E = expectation 

Kemudian harga x2

tersebut dikonfirmasi dengan harga x2

tabel. Apabila x2

hitung lebih dari atau sama dengan x

2

tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara  paritas ibu dengan status

persalinan preterm.

b. Koefisien kontingensi (C)

Koefisien kontingensi adalah ukuran kadar asosiasi atau relasi antara dua

himpunan atribut (Sugiyono, 2007:239). Rumus yang dapat digunakan untuk 

menghitung koefisien kontingensi adalah sebagai berikut.

Keterangan :

C = koefisien kontingensi

x2 = chi square/ chi kuadrat

danm

mC 

maks

1

n x

 xC 

2

2

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 18/19

n = besar sampel

m = harga minimum dari banyaknya baris dan kolom pada tabel kontingensi

Kategori koefisien kontingensi dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Pedoman interpretasi koefisien kontingensi

C = 0

0 < C ≤ 0,2 Cmaks

0,2 Cmaks ≤ C ≤ 0,4 Cmaks

0,4 Cmaks ≤ C ≤ 0,6 Cmaks

0,6 Cmaks ≤ C ≤ 0,8 Cmaks

0,8 Cmaks ≤ C ≤ Cmaks

C = Cmaks 

Tidak mempunyai relasi

Korelasi rendah sekali

Korelasi rendah

Korelasi sedang

Korelasi tinggiKorelasi tinggi sekali

Korelasi sempurna

c. Odd ratio 

Menurut Sastroasmoro (1995:87), untuk memperoleh estimasi risiko

relatif pada penelitian case control dilakukan penghitungan besar odd ratio (OR).

Pada studi case control dengan matching individual, maka harus dilakukan

analisis dengan menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan. Untuk 

memudahkan menggunakan tabel 2x2 dengan susunan sebagai berikut.

Sel A : kasus mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan

Sel B : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan

Sel C : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami pajanan

Sel D : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol tidak mengalami pajanan

Tabel 4.3

Hasil Pengamatan Studi Case Control dengan Matching Individual

KASUSKONTROL

Risiko (+) Resiko (-)

Risiko (+) A B

Risiko (-) C D

5/14/2018 METLIT BU LIS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/metlit-bu-lis 19/19

Dari tabel tersebut OR dapat dihitung dengan rumus OR=B/C. Interpretasi

hasil adalah sebagai berikut.

Bila OR > 1 berarti faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko.

Bila OR = 1 atau mencakup angka 1 berarti faktor tersebut bukan merupakan

faktor risiko. 

Bila OR < 1 berarti merupakan faktor protektif.

4.11 Etik Penelitian 

4.11.1 Kerahasiaan nama dan identitas ( Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data tetapi hanya diberi kode tertentu.

4.11.2 Kerahasiaan hasil (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dijamin sepenuhnya oleh peneliti.

Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada beberapa kelompok yang

berhubungan dengan penelitian.

4.12 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan dan hambatan dalam penelitian (Nursalam,

2003:73).