metanal

Upload: mochamad-fendy-kurniawan

Post on 07-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metanal

TRANSCRIPT

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE KJELDAHLPAPERDisusun untuk Memenuhi Tugas Metode Analisa dan Manajemen Lab

oleh:Yefta Kristiyan (135080301111022)

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANTEKNOLOGI HASIL PERIKANANSeptember, 2015

I.PENDAHULUANProtein merupakan zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh, selain sebagai sumber energi, protein juga memiliki fungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptide. Molekul protein mengandung unsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (winarno, 1992).Komposisi rata-rata beberapa unsur kimia yang dapat ditemukan didalam protein adalah sebagai berikut : Karbon 50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, Nitrogen 16%, Belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Penentuan kandungan protein dalam bahan makanan dapat dilakukan dengan berpedoman pada kadar nitrogen 16%. Secara kuantitatif unsur nitrogen tersebut dapat ditentukan dengan metode kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat (Poedjiadi, 1994).Metode Kjeldahl dikembangkan pada tahun 1883 oleh pembuat bir bernama Johann Kjeldahl. Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung NitrogenKadar protein yang ditentukan berdasarkan cara kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) Karena terikut senyawaan N bukan protein misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin (Sudarmadji, 1996).Prinsip kerja dari metode kjeldahl adalah protein dan komponen organik dalam sampel didestruksi dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCL (Jeanist, 2012).

II.PEMBAHASAN

Analisis Protein Dengan Metode KjeldahlMenurut Maria (2010), Analisis Protein dengan metode kjeldahl dapat dilakukan dengan 3 tahap yaitu proses destruksi, proses destilasi, dan Proses titrasi.

a. Proses destruksiPada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.b. Proses destilasiPada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.c. Proses titrasiApabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.%N = N. NaOH 14,008 100%Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.%N = N.HCl 14,008 100 %Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.Kelebihan dan Kekurangan Metode KjeldahlMenurut jamalal (2014) kelebihan dan kekurangan menggunakan metode kjeldahl adalah sebagai berikut :a. Kelebihan : Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakanmetode standar dibanding metode lain. Sifatnya yang universal, presisi tinggi dan reprodusibilitas baik membuat metode inibanyak digunakan untuk penetapan kadar protein. Dapat dilakukan Pada semua jenis makananb. Kekurangan : Metode ini tidak memberikan pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semuanitrogen dalam makanan bersumber dari protein. Protein yang berbeda memerlukan faktor koreksi yangberbeda karena susunan residu asam amino yang berbeda. Penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya, demikian juga beberapa katalis. Teknik ini membutuhkan waktu lama.

III.KESIMPULAN1. Komposisi rata-rata beberapa unsur kimia yang dapat ditemukan didalam protein adalah sebagai berikut : Karbon 50%, Hidrogen 7%, Oksigen 23%, Nitrogen 16%, Belerang 0-3%, dan fosfor 0-3%. Penentuan kandungan protein dalam bahan makanan dapat dilakukan dengan berpedoman pada kadar nitrogen 16%. Secara kuantitatif unsur nitrogen tersebut dapat ditentukan dengan metode kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi dengan asam pekat2. Untuk menganalisis protein dengan menggunakan metode kjeldahl dapat dilakukan dengan 3 tahap yaitu tahap destruksi, destilasi, dan titrasi3. Salah satu kelebihan dari menggunakan metode kjeldahl adalah Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakanmetode standar dibanding metode lain.4. Kekurangan dari menggunakan metode kjeldahl adalah Metode ini tidak memberikan pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam makanan bersumber dari protein.

DAFTAR PUSTAKABintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: ErlanggaHusni, Jamalal. 2014. Analisa Protein. (online) http://jamalal-h-fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-107864-Umum-Analisa%20Protein.html/ diakses 17 September 2015Jeanist. 2012. Analitik Pangan. (online) http://see-around-theworld.blogspot.com/ diakses 17 September 2015Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI-PressSudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: LibertyWinarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia