menyiapkan pembelajaran dalam memasuki “new normal”...

9
1 Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “ New Normal” dengan Blended Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Lampung) Beberapa bulan sudah kita hidup dalam masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang mengharuskan kita untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Sekarang ini kita akan memasuki tatanan kehidupan babak baru dalam masa pendemi COVID-19, yaitu “ New Normal .” Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, “ New Normal” adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 (Bramasta, 2020). Jadi “ New Normal” adalah kehidupan normal yang baru, artinya kehidupan yang kita jalani secara normal tetapi dengan pola hidup yang baru. Pola hidup baru itu terkait dengan penerapan protokol kesehatan seperti physical distancing, rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, dan pola makan bergizi. Ini akan terjadi dalam semua aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Pendidikanpun tidak bisa lepas dari “ New Normal” ini. Lalu bagaimana proses pembelajaran dilakukan pada “ New Normal” ini? Pembelajaran seperti apa yang tepat diterapkan pada “ New Normal”? Marilah kita melihat realitas saat ini, pembelajaran yang terjadi pada masa pandemi COVID-19 adalah distance learning atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ ini dilakukan baik melalui pembelajaran dalam jaringan (daring) atau pembelajaran di luar jaringan (luring). Bahkan sebagian besar menggunakan kombinasi daring dan luring (LPMP Lampung, 2020). Pandemi COVID-19 telah “memaksa” seluruh komponen pendidikan di Indonesia melaksanakan PJJ. Implementasi PJJ telah mengenalkan pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran daring adalah pembelajaran dimana siswa dan guru terkoneksi dalam jaringan internet (online). Sedangkan luring pembelajaran tidak memanfaatkan jaringan internet (offline). Sistem pembelajaran kita telah berubah. Pembelajaran di dalam kelas semula dengan tatap muka menjadi tatap maya dengan menggunakan teknologi seperti video conference atau web conference. Begitu juga pembelajaran di luar kelas juga manfaatkan berbagai teknologi . Siswa secara mandiri mencari informasi dengan melihat di televisi atau video, membaca di media cetak maupun online, dan mendengarkan radio atau podcast. Namun sayang dalam belajar dari rumah ini kegiatan belajar mandiri secara kolaboratif antar siswa minim terjadi. Hal ini karena keterbatasan media pembelajaran kolaboratif secara online. Disamping

Upload: others

Post on 11-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

1

Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” dengan Blended

Learning

Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi Pembelajaran LPMP Lampung)

Beberapa bulan sudah kita hidup dalam masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang

mengharuskan kita untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Sekarang ini kita akan memasuki

tatanan kehidupan babak baru dalam masa pendemi COVID-19, yaitu “New Normal.”

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, “New

Normal” adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas secara normal namun dengan

ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19 (Bramasta,

2020).

Jadi “New Normal” adalah kehidupan normal yang baru, artinya kehidupan yang kita jalani secara

normal tetapi dengan pola hidup yang baru. Pola hidup baru itu terkait dengan penerapan protokol

kesehatan seperti physical distancing, rajin cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, memakai

masker, dan pola makan bergizi. Ini akan terjadi dalam semua aspek kehidupan masyarakat di

Indonesia.

Pendidikanpun tidak bisa lepas dari “New Normal” ini. Lalu bagaimana proses pembelajaran dilakukan

pada “New Normal” ini? Pembelajaran seperti apa yang tepat diterapkan pada “New Normal”?

Marilah kita melihat realitas saat ini, pembelajaran yang terjadi pada masa pandemi COVID-19 adalah

distance learning atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). PJJ ini dilakukan baik melalui pembelajaran dalam

jaringan (daring) atau pembelajaran di luar jaringan (luring). Bahkan sebagian besar menggunakan

kombinasi daring dan luring (LPMP Lampung, 2020).

Pandemi COVID-19 telah “memaksa” seluruh komponen pendidikan di Indonesia melaksanakan PJJ.

Implementasi PJJ telah mengenalkan pembelajaran daring dan luring. Pembelajaran daring adalah

pembelajaran dimana siswa dan guru terkoneksi dalam jaringan internet (online). Sedangkan luring

pembelajaran tidak memanfaatkan jaringan internet (offline).

Sistem pembelajaran kita telah berubah. Pembelajaran di dalam kelas semula dengan tatap muka

menjadi tatap maya dengan menggunakan teknologi seperti video conference atau web conference.

Begitu juga pembelajaran di luar kelas juga manfaatkan berbagai teknologi. Siswa secara mandiri

mencari informasi dengan melihat di televisi atau video, membaca di media cetak maupun online, dan

mendengarkan radio atau podcast.

Namun sayang dalam belajar dari rumah ini kegiatan belajar mandiri secara kolaboratif antar siswa

minim terjadi. Hal ini karena keterbatasan media pembelajaran kolaboratif secara online. Disamping

Page 2: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

2

juga keterbatasan kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran kolaboratif secara

online.

Yang terjadi kemudian adalah kolaborasi antara siswa dengan keluarga, bisa dengan ayah, ibu, adik, atau

kakak. Kondisi seperti ini kadangkala menimbulkan permasalahan karena belum tentu terdapat

kesepadanan antar kolaborator. Dampak buruknya terjadi pada siswa seperti banyak keluhan dan

kebosanan belajar dari rumah.

Kondisi psikologis anak yang terjadi dalam pelaksanaan belajar dari rumah inilah yang mendorong

siswa ingin segera kembali belajar secara normal di sekolah. Keinginan sebagian besar siswa ini selaras

dengan kebijakan pemerintah dengan menerapkan kebijakan “New Normal” pada masa pandemi

COVID-19.

Pembelajaran pada masa “New Normal”

Memasuki “New Normal” pembelajaran pastinya juga kembali ke pembelajaran normal, pembelajaran

yang berlangsung di sekolah. Tentunya diperlukan penerapan sistem pembelajaran yang bisa

memadukan pembelajaran tatap muka langsung, pembelajaran daring, pembelajaran luring, dan

menjalankan protokol kesehatan

Ada beberapa aspek pendidikan yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah dalam menerapkan

kebijakan “New Normal” ini. Sistem pembelajaran, kurikulum, kompetensi guru, dan infrastruktur

sekolah harus disiapkan. Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah akan berbeda dengan sebelum

masa pandemi.

• Sistem pembelajaran

Pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan protokol kesehatan dalam upaya mencegah

penyebaran COVID-19. Proses pembelajaran yang berlangsung harus menerapkan physical

distancing, menggunakan masker, dan rutin mencuci tangan dengan sabun.

Penerapan physical distancing dengan menjaga jarak tempat duduk siswa akan berdampak pada

kapasitas ruang kelas. Kalau sebelumnya ruang kelas bisa diisi siswa dengan jumlah maksimal sesuai

standar maka sekarang hanya dapat diisi setengah atau sepertiga jumlah siswa. Dengan demikian

perlu dirumuskan pola masuk siswa ke kelas, apakah diatur dengan model shift (siswa masuk kelas

dibagi dalam beberapa shift) atau model lain yang disepakati.

Juga sistem pembelajaran daring dan luring yang selama masa pendemi diterapkan perlu

dipertimbangkan untuk tetap dilanjutkan dalam proses pembelajaran. Siswa dan guru sudah

mengenal bahkan terbiasa dengan pembelajaran daring dan luring tersebut.

Page 3: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

3

• Kurikulum

Kurikulum yang ada juga harus disesuaikan dengan memodifikasi materi pembelajaran. Materi

pembelajaran sangat perlu memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa. Beban

ketuntasan materi dalam kurikulum juga perlu dikaji ulang sebagai dampak perubahan sistem

pembelajaran.

Sebagai akibat dari penyesuaian kurikulum ini tentunya akan terjadi pengurangan materi. Materi

pembelajaran akan lebih simpel dan lebih menekankan pada pencapaian kompetensi dasar

keterampilan siswa.

• Kompetensi guru

Perubahan sistem pembalajaran dan penyesuaian kurikulum menuntut guru untuk siap dan mampu

menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Belajar dari sistem pembelajaran pada masa

pandemi COVID-19 banyak guru yang merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran daring

dengan berbasis kecakapan hidup (life skill).

Menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk melakukan fasilitasi

peningkatkan kompetensi guru. Juga menjadi wahana bagi pejabat fungsional tertentu Pengembang

Teknologi Pembelajaran (PTP), Widyaiswara (WI), dan Widyaprada (WP) untuk melakukan

fasilitasi, pembimbingan, dan layanan konsultasi bagi guru.

• Infrastruktur sekolah

Perubahan sistem pembelajaran menuntut setiap sekolah untuk menyiapkan infrastruktur

pembelajaran yang lebih dari pada sebelumnya. Dari infrastruktur yang ada perlu ditambah dengan

sarana prasarana terkait dengan protokol kesehatan, pembelajaran secara shift, dan pembelajaran

daring jika diperlukan.

Penyiapan infrastruktur ini tentunya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Belum tentu

semua sekolah mampu membiayai kebutuhan infrastruktur yang dibutuhkan. Pemerintah harus

menyiapkan skema pembiayaan bagi sekolah dalam menyediakan infrastruktur pembelajaran

apabila “New Normal” diterapkan.

Dengan ketiga aspek yang harus dipertimbangkan di atas, perlu didesain suatu pembelajaran yang

mudah dan bisa diterapkan. Pembelajaran yang bisa dilakukan siswa dan guru dengan mudah serta

memenuhi standar protokol kesehatan. Salah satu yang bisa diterapkan pada masa pandemi ini adalah

blended learning.

Pengertian Blended Learning

Blended learning juga dapat dipandang sebagai respon terhadap perkembangan teknologi. Ini tidak

hanya dilihat sebagai kombinasi online dengan pembelajaran tatap muka. Tetapi sebagai peluang untuk

mengintegrasikan kemajuan inovasi teknologi yang dapat diberikan secara online dan tatap muka. Juga

Page 4: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

4

sebagai solusi menjawab tantangan dalam merangkai pembelajaran dan pengembangan individu

siswa (Thorne, 2003).

Selaras dengan Thorne, Dziubal dkk. (2018) menyatakan bahwa blended learning telah

mengkonfigurasikan dirinya dalam normal baru. Blended learning menawarkan potensi untuk

meningkatkan proses belajar mengajar dalam lingkungan pendidikan yang lebih responsif terhadap

gaya hidup siswa kontemporer.

Sedangkan Brian dan Volchenkova (2016) menyatakan bahwa inovasi teknologi memperluas

jangkauan solusi pembelajaran. Menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif, meningkatkan

akses dan fleksibilitas, atau mengurangi biaya belajar. Sistem pembelajaran blended learning akan

memungkinkan perpaduan antara pengalaman tatap muka dan yang dimediasi komputer.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa blended learning adalah perpaduan antara

pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online yang dapat meningkatkan efektifitas, akses, dan

aksepbilitas dalam pengembangan potensi individu siswa.

Menurut Chaeruman dan Maudiarti (2018) terdapat empat ruang belajar dalam blended learning yaitu

sinkron langsung (live synchronous), sinkron virtual (virtual synchronous), asinkron mandiri (self-paced

asynchronous), dan asinkron kolaboratif (collaborative asynchronous).

Sumber: Chaeruman dan Maudiarti (2018)

Sinkron langsung (live synchronous) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan

tatap muka dalam waktu (real time) dan tempat yang sama. Pembelajaran di kelas yang biasa dilakukan

di sekolah dengan adanya interaksi tatap muka antara guru dan siswa inilah sinkron langsung.

Sinkron virtual (virtual synchronous) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara langsung dengan

tatap maya dalam waktu yang sama (real time) tetapi tempat berbeda. Pembelajaran secara tatap maya

dengan menggunakan berbagai macam teknologi video conference inilah sebagai sinkron virtual.

Page 5: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

5

Asinkron mandiri (self-directed asynchronous) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara

mandiri kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat mengambil inisiatif sendiri untuk menentukan

kebutuhan dan tujuan belajar. Juga mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menerapkan strategi

pembelajaran, serta mengevaluasi hasil pembelajaran. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan

melihat, membaca, mendengar, dan memperhatikan learning object dalam berbagai jenis. Media yang

digunakan bisa melalui video, televisi, radio, atau podcast.

Asinkron kolaboratif (collaborative asynchronous) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara

bersama dengan orang lain kapanpun dan dimanapun. Pembelajaran ini dilakukan dengan saling

mengkritisi, mendiskusikan, mengevaluasi, membandingkan, serta meneliti yang dimediasi oleh

teknologi kolaboratif. Misalnya berdiskusi atau bekerja bersama dalam forum diskusi online, blog, Lark

dan sebagainya.

Dalam masa pandemi ini dari empat ruang belajar yang ada hanya ruang belajar sinkron langsung (live

synchronous) yang tidak bisa diterapkan. Proses pembelajaran yang berlangsung bisa menggunakan

ketiga ruang belajar lainnya (Chaeruman, 2020).

Ketiga ruang belajar ini (sinkron virtual, asinkron mandiri, dan sinkron kolaboratif) telah menjadi habit

bagi guru, siswa, dan orang tua. Ketiganya telah menjadi roh dalam proses pembelajaran yang dilakukan

pada masa pandemi.

Mengapa memilih Blended Learning?

Penerapan Blended Learning dalam pembelajaran menurut Graham, Allen, dan Ure dalam Graham

(2006) dilakukan karena tiga alasan, yaitu pengembangan pedagogi, peningkatan akses dan

fleksibilitas, serta efektivitas biaya.

Ini sangat sesuai dengan kondisi pembelajaran pada masa “New Normal” yang membutuhkan

kreatifitas dan inovasi guru dalam mengelola pembelajaran. Juga pembelajaran yang dapat diakses

dengan mudah dan bersifat fleksibel. Tidak kalah pentingnya pula efektifitas pembiayaan pendidikan

yang dibutuhkan.

• Pengembangan pedagogi

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih

menggunakan pedagogi (seni atau ilmu mengajar) tradisional. Pedagogi tradisional lebih fokus pada

pemebelajaran tatap muka di kelas. Dengan dilaksanakannya pembelajaran online yang

memanfaatkan teknologi informasi tentunya akan terjadi perubahan dalam pedagogi. Dari pedagogi

tradisional akan berkembang menjadi pedagogi digital (digital pedagogy).

Pedagogi digital akan mempengaruhi gaya dan startegi mengajar guru dengan memanfaatkan

teknologi informasi. Guru yang menguasai pedagogi digital akan tahu kapan mengajar menggunakan

teknologi informasi dan kapan tidak menggunakan. Guru akan dapat menarik perhatian siswa untuk

Page 6: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

6

terlibat aktif dalam pembelajaran online. Guru juga dapat menanamkan etika penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi kepada siswa.

• Peningkatan akses dan fleksibilitas

Pembelajaran berbasis teknologi informasi sekarang ini sangat mudah diakses oleh semua guru dan

siswa. Disamping pembelajaran tatap muka langsung di sekolah, guru juga bisa menggunakan

platform digital. Sudah sangat banyak tersedia platform digital yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran. Pembelajaran bisa menggunakan media yang sederhana seperti WhatsApp (WA) atau

menggunakan sistem pembelajaran kelas digital seperti Kelas Maya di Rumah Belajar, Google

Classroom, Edmodo, dan sebagainya.

Pembelajaran berbasis teknologi informasi juga bersifat fleksibel, bisa dilakukan dimana saja, kapan

saja, dan dengan apa saja. Siswa tidak terikat oleh tempat, waktu, dan perangkat media

pembelajaran. Jadi benar-benar memberikan keleluasaan siswa untuk belajar.

• Efektifitas biaya

Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah di era “New Normal” ini membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Sekolah harus menyiapkan pembiayaan pembelajaran yang lebih dari pembelajaran yang

dilakukan sebelum pandemi. Pembiayaan tambahan ini digunakan untuk memenuhi standar

protokol kesehatan.

Apabila pembelajaran menerapkan blended learning maka beban pembiayaan tidak bertumpu pada

sekolah, terjadi cost sharing dengan masyarakat (orang tua siswa). Dengan blended learning akan

bisa menjangkau seluruh kalangan dari berbagai tempat. Siswa tidak harus belajar di sekolah

sehingga bisa memangkas biaya untuk memenuhi standar protokol kesehatan.

Siswa dan guru bisa memanfaatkan buku digital untuk sumber belajar sehingga tidak perlu membeli

buku cetak yang harganya sekarang ini mahal. Begitu juga dengan kebutuhan laboratorium, bagi

sekolah yang belum mempunyai laboratorium bisa memanfaatkan laboratorium maya. Bisa

dibayangkan berapa biaya yang dibutuhkan seandainya sekolah harus membangun sebuah

laboratorium.

Unsur-unsur Blended Learning

Dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu tatap muka, belajar mandiri,

menggunakan aplikasi, kegiatan tutorial, adanya kerjasama, dan evaluasi (Soler dkk, 2017). Unsur -

unsur ini menjadi ciri yang ada dari blended learning.

Page 7: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

7

• Tatap muka

Dalam blended learning tatap muka tetap dilakukan dalam proses pembelajaran. Di sinilah guru

menyampaikan materi dasar untuk lebih lanjut dipelajari siswa secara mandiri. Namun di samping

tatap muka juga dilakukan pembelajaran secara daring maupun luring.

• Belajar mandiri

Setelah mengikuti tatap muka di kelas, siswa memperdalam pemahaman materi dengan melakukan

belajar mandiri. Sumber belajar, waktu, dan tempat ditentukan oleh masing-masing siswa. Siswa

mencatat hal-hal baru dan permaslahan yang didapatkan untuk ditanyakan kepada guru atau

didiskusikan dengan teman.

• Menggunakan aplikasi

Dalam belajar mandiri siswa menggunakan aplikasi untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara

tidak langsung dengan guru atau teman yang lain. Aplikasi ini biasa menggunakan yang sederhana

seperti WhatsApp (WA) atau menggunakan platform tertentu yang lebih terpadu seperti Kelas Maya,

Google Classroom, Edmodo, Trello, dan sebagainya.

Dalam mencari berbagai sumber belajar siswa dapat melakukan secara online, baik melalui browser

Google maupun melaui aplikasi seperti e-library dan e-book. Diharapkan siswa dan guru

memaksimalkan semua aplikasi yang ada sebagai media dan sumber belajar.

• Kegiatan tutorial

Kegiatan pembelajaran dalam blended learning merupakan kegiatan tutorial yang memberi

kesempatan yang luas untuk siswa belajar mandiri. Tutorial bisa dilakukan dengan tatap muka atau

jarak jauh menggunakan aplikasi.

Dalam blended learning peran guru lebih sebagai tutor untuk siswa. Tutor berperan memberikan

bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik kepada siswa. Tutor juga membantu

kelancaran proses belajar mandiri siswa baik perorangan maupun kelompok berkaitan dengan

materi.

• Kerjasama

Disamping belajar mandiri, blended learning juga merupakan salah satu model pembelajaran

kolaboratif. Siswa bisa melakukan kerjasama dengan siswa lainnya atau guru dalam menyelesaikan

suatu permasalahan pembelajaran.

Kerjasama ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dilakukan

di kelas, sedangkan tidak langsung melalui platform pembelajaran kolaboratif online, seperti Lark.

Page 8: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

8

• Evaluasi

Sistem evaluasi pembelajaran dengan blended learning berbeda apabila dibandingkan dengan

evaluasi pada pembelajaran tatap muka biasa. Evaluasi blended learning didasarkan pada proses dan

hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian kinerja siswa berdasarkan portofolio. Portopolio ini

dapat berupa hasil penyelesaian siswa dalam studi kasus, interpretasi bacaan, esai, kuesioner,

proyek, kerja kolaboratif maupun praktik.

Penilaian tidak dari guru saja, tetapi perlu ada penilaian diri. Penilaian diri ini dilakukan oleh siswa

sendiri maupun siswa yang lain. Hal ini melatih siswa tersebut untuk mandiri, bertanggungjawab,

dan bersikap jujur dalam sistem pembelajaran . Meskipun begitu penilaian dengan kuis, tugas,

maupun yang biasa diterapkan dalam pembelajaran konvensional masih tetap diperlukan, tetapi

tidak menjadi satu-satunya cara penilaian (Yuniarto, 2015).

Pembelajaran yang dilaksanakan pada masa “New Normal” ini akan berbeda dengan pembelajaran

yang dilakukan seperti biasa. Kebijakan terkait regulasi dan kurikulum perlu disiapkan oleh

pemerintah. Pemerintah juga harus mengkaji kesiapan sekolah dan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang akan dilakukan.

Sekolah harus siap dengan infrastruktur dan manajemen yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Begitu juga guru harus meningkatkan kompetensi dalam penguasaan berbagai macam model, metode,

dan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Kepuasan dan keselamatan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran menjadi tujuan yang harus dicapai.

Demikan kajian singkat tentang penerapan blended learning dalam menghadapi pembelajaran yang

harus dilakukan pada masa “New Normal”. Semoga ke depan terdapat penelitian komprehensip

tentang efektifitas penerapan blended learning pada masa “New Normal” ini.

Daftar Pustaka

Bramasta, Dandy Bayu. (2020). "Mengenal Apa Itu New Normal di Tengah Pandemi Corona...". Diakses tanggal 20 Mei 2020 dari https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/20/063100865/mengenal-apa-itu-new-normal-di-tengah-pandemi-corona-

Brian, A., and K.N. Volchenkova. (2016). Blended Learning: Definition, Models, Implication for Higher Education. Bulletin of the South Ural State University. Ser. Education. Educational Sciences. vol. 8, no. 2, pp. 24–30. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/303815166_BLENDED_LEARNING_DEFINITION_MODELS_IMPLICATIONS_FOR_HIGHER_EDUCATION

Chaeruman, Uwes A. (2020). Tips Implementasi Flipped Learning. Materi disajikan dalam Webinar APSTPI 2020.

Page 9: Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki “New Normal” …lpmplampung.kemdikbud.go.id/po-content/...Learning... · Learning Oleh: Heri Dwiyanto, S.S., M.Pd. (Pengembang Teknologi

9

Chaeruman, Uwes A. dan Santi Maudiarti. (2018). Quadrant of Blended Learning: a Proposed Conceptual Model for Designing Effective Blended Learning. Jurnal Pembelajaran Inovatif1(1) (2018): 1-5. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpi/article/view/5924/4373

Dziubal, Charles., et.al. (2018). Blended learning: the new normal and emerging technologies. International Journal of Educational Technology in Higher Education volume 15, Article number: 3. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020 dari https://educationaltechnologyjournal.springeropen.com/articles/10.1186/s41239-017-0087-5

Graham, Charles R. (2006). “ Blended Learning Systems: Definition, Current Trends, and Future Directions” dalam Bonk, J. Curtis dan Charles R. Graham (ed.). The Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, Local Designs (pp. 3-21). Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=2u2TxK06PwUC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Lampung. (2020). Laporan Evaluasi Pelaksanaan Belajar dari Rumah. Tidak diterbitkan.

Soler, Rebeca., Juan Ramon Soler, Isabel Araya. (2017). Subjects in The Blended Learning Model Design. Theoretical Methodological Elements. Journal Social and Behavioral Sciences, 237, 2017, ( 771 – 777). Diakses dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042817301209

Thorne, K. (2003). Blended Learning: How to Integrate Online and Traditional Learning. London, UK: Kogan Page Limited.

Yuniarto, Eko. (2015). Penerapan Evaluasi pada Blended Learning Berbasis Moodle dalam Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi. Jurnal Likhitaprajna, 17(2), 65-85. Diakses dari http://likhitapradnya.wisnuwardhana.ac.id/index.php/likhitapradnya/article/view/17