menurut tjiptono dalam (utomo & syarif, 2017)
TRANSCRIPT
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kualitas Pelayanan
2.1.1. Pengertian Kualitas
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau sederajat
sesuatu, istilah ini banyak digunakan dalam bisnis kehidupan sehari-hari.
Menurut Tjiptono (2014:268), ”Kualitas pelayanan merupakan tingkat
keunggulan excellent yang diharapkan dan pengendalian atau keunggulan
tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen,definisi kualitas pelayanan
berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
ketepatan penyampaiannya untukmengimbangi harapan konsumen”
Menurut Kotler dan Keller dalam (Widiyanti,2017)”Kualitas didefinisikan
sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada
kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun secara tersirat”.
Berdasarkan (Yuliansyah,2014)” Kualitas dapat dipahami sebagai
kesesuaian dengan spesifikasinya, dan juga sebagai bentuk kepatuhan dengan
tujuannya”.
Menurut Lupiyodi (2014:63) “ bahwa Kualitas adalah paduan antara sifat
dari karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi
persyaratan kebutuhan pelanggan, jadi pelanggan yang menentukan dan menilai
sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik tersebut memenuhi kebutuhannya”.
Menurut (Riyanto,2018)” kualitas diartikan sebagai ukuran seberapa bagus
tingkat layanan yang diberikan mampu atau sesuai dengan ekspektasi pelanggan”.
9
Menurut Tjiptono dalam (Utomo & Syarif, 2017) “kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa ,manusia dan proses
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan dan kualitas pelayanan”.
Berdasarkan kutipan ditas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah bukti
nyata dari pelayanan yang diberikan baik berupa pelayanan jasa maupun produk
berdasarkan penilaian pelanggan.
2.1.2. Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain
secara langsung yang diberikan kepada orang yang sedang berada dihadapan pada
saat itu juga, misalnya dengan memberikan informasi atau kebutuhan yang
diperlukan oleh orang lain.
Menurut Kotler (2016)” pelayanan merupakan tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwijud
dan tidak tidak mengakibatkan kepemilikan apapun”.
Menurut (Sediawan,2015)” berpendapat bahwa” pelayananan adalah suatu
bentuk, sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain
dalam hal ini konsumen agar kebutuhan konsumen tersebut dapat terpenuhi sesuai
harapan mereka”.
Menurut Munir dalam (Sediawan,2017)” pelayanan adalah aktifitas yang
dilakukan sesorang atau kelompok orang dengan landasan faktor material,
sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang
lain sesuai haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk
sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam
hal ini konsumen agar kebutuhan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka”.
Menurut Kasmir dalam (Rahman, 2017) ”pelayanan adalah tindakan atau
perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan
10
atau nasabah”. Sedangkan menurut Mulyono dalam (Rahman, 2017)”Pelayanan
adalah rasa (Menyenangkan atau tidak menyenangkan) yang oleh penerima
pelayanan pada saat memperoleh pelayanan”.
Menurut Tjiptono dalam (Royana,2013)” Pelayanan ( Service ) bisa
dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri dari atas dua komponen utama yakni
service operation yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui keberadaanya
oleh pelanggan (back office atau backstage) dan service delivery yang biasa tampak
(visible) atau diketahui pelanggan ( Sering disebut pula front office atau frontstage
)”.
Menurut Chif R (Eswika Nilasari & estiatin, 2015)” Setiap konsumen pasti
memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang aspek pelayanan dari suatu produk.
Hal inilah yang sangat berpengaruh dalam pemilihan seorang konsumen dalam
memilih atau produk perusahaan yang menyalurkannya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh penjual atau pelayan kepada pelanggan untuk
memenuhi pelanggan dalam memuaskan kebutuhan atau tindakan nyata baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tentunya memberikan dampak kepada kedua
belah pihak.
2.1.3. Pengertian Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan adalah sesuatu tingkat layanan yang berhubungan
dengan terpenuhinya harapan dan kebutuhan pelanggan atau penggunanaya.Artinya
pelayanan dikatakan berkualitas apabila perusahaan atau lembaga tertentu mampu
menyediakan produk dan jasa (Pelayanan) sesuai keinginan, kebutuhan maupun
harapan pelanggan penggunanaya.
Menurut Lewis & Boom (Riyanto,2018) bahwa” kualitas pelayanan
ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi
11
kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan berdasarkan
kebutuhan pelanggan”.
Goeth dan Davis yang dikutif Tjiptono (2015;51) menyatakan bahwa”
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
Menurut Olsen kualitas pelayanan dalam (Windasari,dkk 2017)” secara
umum kualitas jasa pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen
dengan kinerja kualitas pelayanan”.
Menurut Tjiptono dalam (Oktafani, 2014)” Kualitas pelayanan dipandang
sebagai salah satu komponen yang perlu diwujudkan oleh perusahaan, karena
memiliki pengaruh untuk mendatangkan konsumen baru dan dapat mengurangi
kemungkinan pelanggan lama berpindah keperusahaan lain”.
Menurut Supratanto (Rangkuti,2016)” Kualitas Pelayanan adalah sebuah
kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan
baik”.
Soejipto dalam (Sediawan,2015) mengatakan “service quality didefinisikan
sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para konsumen atas
layanan yang mereka terima atau peroleh”.
Menurut Lewis & Booms dan Chandra dalam (Atmaja,2018) “Kualitas
layanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu
sesuai dengan ekspektasi pelanggan”.
Berdasarkan Tjiptono dalam (Sediawan,2015) mengemukakan”Kualitas
pelayanan jasa adalah tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
12
konsumen”. Menurut Panjaitan dan Yulianti (Suharyadi, 2018)“ semakin
berkualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan yang
dirasakan oleh pelanggan akan semakin tinggi”.
Menurut Bari dan Satrio (Suharyadi, 2018) Studi yang dilakukan Bari dan
Satrio (2014) menunjukkan bahwa hasil pengujian secara parsial kualitas
pelayanan yang terdiri bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan
empati masing-masing menunjukkan pengaruh signifikan dan positif
terhadap kepuasan konsumen, yang menunjukkan semakin baik kualitas
layanan akan semakin meningkatkan kepuasan konsumen.
Berdasarkan definisi – definisi yang telah disebutkan, maka kualitas
pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen
sehingga dapat memenuhi kualitas pelayanan sesuai ekspektasi yang diharapkan
pelanggan.
2.1.4. Karakteristik Layanan
Tjiptono(Rangkuti,2016) mengungkapkan bahwa jasa atau layanan
memiliki empat karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan bedampak
pada strategi mengelola dan memasarkannya. Ke empat karakteristik layanan yaitu:
1. Intagibility
Jasa bersifat intagible artinya jasa tidak adap dilihat, dirasa, dicium,
didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi.Jasa atau layanan
justru merupakan perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja
(Perfomances) atau usaha yang sufatnya abstrak. Bila pelanggan membeli
jasa tertentu sebenarnya ia hanya menggunakan, memanfaatkan, menyewa
jasa tersebut. Pelanggan bersangkutan tidak lantas memiliki jasa yang
dibelinya.
13
2. Variability
Layanan bersifat sangat variable atau heterogen karena merupakan non-
standarized artinya bentuk, kualitas dan jenisnya sang at beraneka ragam
tergantung pada siapa, kapan, dan dimana layanan tersebut dihasilkan.
3. Inseparability
Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual,baru
dikonsumsi. Sedangkan umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
4. Perishability
Jasa atau layanan adalah komoditas yang tidak tahan lama, tidak dapat
disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu mendatang, dijual kembali atau
dikembalikan. Karakteristik ini Berimplikasi pada sulitnya mengelola
permintaan pelanggan khususnya yang bersifat fluktuaktif contohnya
bengkel.
2.1.5. Dimensi Layanan
Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman, Zethalm
dan Berry dalam Tjiptono 2014 dijelaskan sebagai berikut:
1. Tangibels
adalah bukti konkret kemampuan suatu perusahaan untuk menampilkan
yang terbaik bagi pelanggan. Baik dari sisi fisik tampilan bangunan, fasilitas
perlengkapan teknologi pendukung, hingga penampilan karywan.
2. Reability
14
Reability adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan harapan konsumen terkait kecepatan, ketepatan waktu, tidak
ada kesalahan, sikap simpatik dan lain sebagainya.
3. Responsiveness
Responsiveness adalah tanggap memberikan pelayanan yang cepat atau
responsif serta diringi dengan cara penyampaian yang jelas dan mudah
dimengerti.
4. Assurance
Assurance adalah jaminan dan kepastian yang diperoleh dari sikap sopan
santun karyawan, komunikasi yang baik, dan pengetahuan yang dimiliki,
sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya pelanggan.
5. Empathy
Empathy adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi
kepada pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen
secara akurat dan spesifik.
2.2. Pengertian Kepuasan
2.2.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan berbarengan dengan ketidakpuasan artinya adalah
respon pelanggan terhadap evaluasi dan ketidaksesuaian yang dirasakan antara
harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
pemakaiannya. Jadi, kepuasan adalah sebagai suatu tanggapan emosional yang
dirasakan oleh pelanggan pada saat mereka menikmati pengalaman menggunakan
atau mengonsumsi produk/jasa.
Menurut Tjiptono (Eswika Nilasari, 2015)” Kepuasan konsumen adalah
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau outcame yang
dirasakan dengan harapan-harapan terhadap suatu produk”.
15
Menurut Suroso (Eswika Nilasari dan Istiatin, 2015)” Kepuasan konsumen
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakan dibandingkan dengan harapan”.
Menurut Kotler dan Keller (2016) kepuasan pelanggan adalah a person
feeling of pleasure or dissapointment resulting from comparing a product’s
received perfomance (or outcome) in relations to the person’s
expectation.Perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari
perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan yang
diharapkan.
Menurut Tjiptono dalam (Rahman,2017) kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian
(disconfirmation) yang diraskan antara harapan sebelumnya dan kinerja
aktual produk yang dirasa dengan mengkaji secara dalam definisi dan
pengertian dari pendapat para ilmuwan di atas dapat ditarik sebuah definisi
tentang kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau tidak senang
seorang konsumen setelah mengevaluasi kinerja suatu barang atau jasa
dengan harapan-harapan yang disertakan pada waktu membeli atau
menggunakan barang atau jasa.
Menurut Kotler dalam (Rangkuti,2016) “kepuasan konsumen adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia persepsikan
dibandingkan dengan harapannya.Tingkat kepuasan pelanggan adalah fungsi dari
perbendaan antara kinerja yang diraskan dengan harapan”.
Menurut Kotler dalam (Windasuri,dkk 2017)” pada bagian lain dari
tulisannya Kotler mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai perasaan suka atau
tidak suka seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan kinerja
produk tersebut dengan diharapkan”.
Menurut Richard Oliver dalam (Rahman,2017) menyatakan kepuasan
pelanggan adalah “Tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhan. Penilaian
terhadap bentuk keistimewaan suatu barang/jasa itu sendiri memberikan tingkat
kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan”.
16
Menurut Kotler dalam (Rangkuti,2016)” kepuasan konsumen adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dipersepsikan
dibandingkan dengan harapannya”.
Menurut Daryanto (2014,52)” kepuasan pelanggan adalah perasaan puas
yang didapatkan oleh pelanggan karena mendapatkan value dari pemasok,
produsen, atau penyedia jasa”.
Westbrook & Reilly yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2014:353)
mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai berikut:Kepuasan pelanggan
adalah sebuah respon emosional terhadap pengalaman-pengalaman
berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli gerai, retail, atau
bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja atau perilaku pembeli )
serta pasar secara keseluruhan. Respon emosional dipicu oleh proses
evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap
obyek,tindakan atas kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan,
keinginan dan hasrat individual.
Menurut Setyabudi (2014) Pelanggan adalah orang-orang yang kegiatannya
membeli dan menggunakan suatu produk baik barang maupun jasa secara
terus menerus. Menurut Lupiyoadi dalam Windasuri ”Pelanggan (Customer)
berarti orang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke tempat yang
sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk, atau
mendapatkan suatu jasa dan memuaskan produk atau jasa tersebut.
Menurut Windasuri 2017 mendefinisikan ”Pelanggan setiap orang, unit,
atau pihak dengan siapa kita berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyediaan produk”.
Menurut Tjiptono (Apriyani, 2017) “Kepuasan konsumen adalah situasi
yang ditunjukan oleh konsumen ketika mereka menyadari bahwa kebutuhan dan
keinginannya sesuai dengan yang diharapkan serta terpenuhi secara baik.
Menurut Bachtiar dalam (Apriyani,2017)” kepuasan konsumen merupakan
perasaan positif konsumen yang berhubungan dengan produk / jasa selama
menggunakan atau setelah menggunakan jasa atau produk”.
17
2.2.2. Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut Koltler (2016) pada prinsipnya kepuasan pelanggan dapat diukur dengan
berbagai macam metode diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berpusat pada pelanggan (costumer oriented) kesempatan
yang luas pada pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan saran,
misalnya dengan menyediakan kotak saran dan kartu komentar, dan
memungkinkan untuk mengatasi masalah timbul.
b. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan
adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap
sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan kepada teman-temannya
mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan serta pesaing berdasarkan
pengalaman mereka dalam membeli produk-produk tersebut, selain itu juga
mengamati cara penanganan berbagai keluhan yang ada.
c. Last Customer Analysis
Metode ini cukup unik perusahaan berusaha menghubungi para
pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih
pemasok.Yang diharapkan adalah diperolehnya informasi penyebab
terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan
untuk mengambil kebijakan selanjunya dalam rangka meningkatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
d. Survey Kepuasan Pelanggan
18
Pada umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan
penelitian survey, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung.
Dari sini perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara
langsung dari pelanggan dan juga ,memberikan efek yang positif bahwa
perusahaan memberikan perhatian terhadap para pelanggannya.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Menurut Zheithaml and Bitner (Suharyadi, 2018) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain:
1. Fitur produk dan jasa. Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa
secara signifikan dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap fitur produk
atau jasa.
2. Emosi pelanggan. Emosi juga dapat mempengaruhi persepsi pelanggan
terhadap produk atau jasa. Emosi ini dapat stabil, seperti keadaan pikiran
atau perasaan atau kepuasan hidup. Pikiran atau perasaan pelanggan (good
mood atau bad mood) dapat mempengaruhi respon pelanggan terhadap jasa.
Sedang menurut Bhote, Keki R aspek-aspek yang dapat mempengaruhi
kepuasan onsumen, yaitu :
1. Warranty costs
Beberapa perusahaan dalam menangani warranty costs Produk, jasa mereka
dilakukan melalui persentase penjualan. Kegagalan perusahaan dalam
memberi kepuasan kepada pelanggan biasanya karena perusahaan tidak
memberi jaminan terhadap produk yang mereka jual kepada konsumen
19
2. Penanganan terhadap komplain dari pelanggan.
Secara statistik hal ini penting untuk diperhatikan, namun seringkali
terlambat bagi perusahaan untuk menyadarinya. Bila komplain dari
pelanggan tidak secepatnya diatasi, maka customer defection tidak dapat
dicegah.
3. Market Share
Merupakan hal yang harus diukur dan berkaitan dengan kinerja perusahaan.
Jika market share diukur, maka yang diukur adalah kuantitas, bukan kualitas
dari pelayanan perusahaan.
4. Costs of poor quality.
Hal ini dapat bernilai memuaskan bila biaya untuk defecting customer
dapat diperkirakan.
5. Industry reports.
Terdapat banyak jenis dan industry reports ini, seperti yang disampaikan
oleh J.D Power dalam Bhote, yakni report yang fairest, most accurate, dan
most eagerly yang dibuat oleh perusahaan.
2.2.4. Konsep Kepuasan Pelanggan
Salah satu dari unsur nilai konsumen total adalalah kualitas jasa dimana
kualitas jasa merupakan unsur utama yang bersifat positif dalam pembentukan nilai
konsumen. Kualitas jasa bagi konsumen sendiri merupakan pembentuk dari
kepuasan konsumen. Perbandingan harapak konsumen terhadap kualitas jasa
dengan dimensi kualitas jasa yang pada akhirnya akan membentuk kepuasan
konsumen. hal ini sesuai dengan konsep konsumen dibawah ini :
20
Sumber: (Rangkuti, 2016)
Gambar II.1 : Konsep kepuasan pelanggan
Pada dasarnya tujuan organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan konsumen dengan kata lain bahwa perusahaan yang
dapat menciptakan konsumen yang puas. Dengan mengetahui dasar organisasi
bisnis sebenarnya, maka kepuasan konsumen menjadi tolak ukur keberhasilan
kualitas jasa yang dibuat oleh perusshaan. Sehingga modal utama bagi perusahaan
untuk mendapatkan tingkat kepuasan konsumen yang baik adalah dengan membuat
kualitas jasa yang baik.
Tujuan
Perusahaan
Produk
Nilai Produk
Bagi Perusahaan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Kebutuhan Keinginan
Pelanggan
21
2.2.5. Dimensi Kepuasan Pelanggan
Irawan (2014) Faktor-Faktor yang pendorong kepuasan pelanggan adalah sebagai
berikut:
1. produk, pelanggan puas kalau setelah membeli dan menggunakan
produk tersebut ternyata kualitas produknya baik.
2. Harga, untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan value for money
yang tinggi.
3. Kualitas pelayanan (service quality) kepuasan terhadap pelayananan biasanya
sulit ditiru. Kualitas pelayaan merupakan driver yang mempunyai barang
dimensi, salah satu yang popular adalah servqual.
4. Emosional (emotional factor) pelanggan akan merasa puas (bangga) karena
adanya emotional value yang diberikan oleh brand dari produk tersebut.
5. Biaya dan kemudahan, pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah,
nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
2.3. Konsep dasar Operasional Perhitungan
2.3.1 Kisi-Kisi Operasional Perhitungan
Kisi-kisi operasional mencakup dimensi-dimensi dan indikator dari dua
variable yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu Variabel Kualitas
Pelayanan (X) dan Variabel Kepuasan Pelanggan (Y)
22
Tabel II.1
Kisi-kisi Dimensi dan Indikator Kualitas Pelayanan (X)
Variabel Dimensi Indikator
Nomor
Penelitian Item
Tangibels
Karyawan Memberikan Pelayanan yang baik 1,2
tersedia Fasilitas Memadai, kebersihan
gedung
Reliability
Karyawan cekatan dalam melayani 3
Kualitas karyawan mengerjakan pekerjaan tepat 4
Pelayanan Waktu
Responsibility Pelanggan Tidak Lama Mengantri 5
Pelanggan tidak lama menunggu orderan 6
Assurance
Karyawan memiliki pengetahuan produk 7
Kenyamanan dam kepercayaan Pelanggan 8
Empathy
Pelanggan merasa puas Pelanggan mendapatkan pelayanan yang tulus 9
10
Sumber : (Tjiptono, 2014)
Tabel II. 2
Kisi-Kisi Dimensi dan Indikator Kepuasan Pelanggan (Y)
Variabel Dimensi Indikator
Nomor
Penelitian Item
Tangibels
Karyawan datang tepat waktu 1,2
Karyawan Ramah dalam melayani
Reliability
Karyawan cepat dalam melayani 3
kepuasan Kualitas pelayanan yang diberikan sesuai 4
Pelanggan Keinginan
Responsibility Karyawan cepat dan sigap dalam melayani 5
Informasi yang diberikan jelas 6
Assurance
Karyawan santun dalam melayani 7
Karyawan membantu memberikan 8
Empathy
Karyawan memberikan Perhatian individual 9
Karyawan memiliki kesungguhan dalam 10
Merespon Keluhan
Sumber : (Tjiptono, 2014)
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
23
Uji instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Validitas
Menurut (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) uji validitas digunakan untuk
mengetahui seberapa cermat suatu instrumen atau item-item dalam mengukur
apa yang ingin diukur. Item kuesioner yang tidak valid berarti tidak dapat
mengukur apa yang ingin diukur sehingga hasil yang didapat tidak dapat
dipercaya, sehingga item yang tidak valid harus dibuang. Teknik pengujian
yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan
Correlated Item – Total Correlation. Analisis ini dengan cara mengkorelasikan
masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari
keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan
skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan
dalam mengungkap apa yang ingin diungkap a Valid. Jika r hitung ≥ r tabel
(uji 2 sisi dengan sig. 0,1) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). dan nilai r tabel
dicari dengan menggunakan tingkat signifikasi 0,1 dengan uji sisi 2 dan df = n
– 2.
2. Uji Reliabilitas
Menurut (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) uji relialibilitas digunakan untuk
menguji konsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak jika
pengukuran diulang. Instrument kuesioner yang tidak reliabel maka tidak
konsisten untuk pengukuran sehingga hasil pengukuran tidak dapat dipercaya.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut nilai koefisien reliabilitas. Tingkat reliabilitas instrument bisa dilihat
dari r hitung (r alpha) dengan kriteria sebagai berikut :
24
II.3 Tabel Uji Reliabelitas
Nilai Reliabilitas Interpretasi
0,800 - 1,00 Sangat Tinggi
0,600 - 0,799 Tinggi
0,400 - 0,599 Cukup
0,200 - 0,399 Rendah
< 0,200 Sangat Rendah
Sumber: Sugiyono (2016)
2.3.3. Konsep Dasar Perhitungan
Konsep dasar perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Populasi dan Sampel
a. Pengertian Populasi
Menurut Menurut Sugiyono dalam Taat Kuspriyono (2016:21) “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
b. Pengertian Sampel
Menurut Sugiyono dalam sampel Taat Kuspriyono (2016:21) “sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
Populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.”
25
2. Skala Likert.
Menurut Siregar dalam (Agustina, 2017) dalam penerapan skala yang
mengguakan skala likert. Dengan menggunakan skala ini maka variabel yang
akan diukur dijabarkan dari variabel menjadi dimensi, dari dimensi dijabarkan
menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan menjadi sub indikator yang
dapat diukur.
Tabel II.4
Skala Likert
Skor
Jawaban
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Netral
2 Tidak setuju
1 Sangat tidak
setuju
Sumber : Siregar dalam (Agustina, 2017)
3. Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui uji koefisien korelasi penulis menggunkan rumus korelasi
product moment. Menurut Sugiyono (2014) rumus korelasi product moment yaitu:
Keterangan:
R = Koefisien korelasi
Nm = Jumlah responden
26
X = Variabel pelanggan
Y= Variabel kepuasan pelanggan
Tabel II.5
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2014)
Koefisien Determinasi
Menurut Siregar dalam (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) “koefisien
determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk
mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau
lebih X
(bebas) terhadap variabel Y (terikat)”. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol atau satu. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas. Dan
sebaliknya jika nilai yang mendekati satu berarti variable-variabel independen
27
memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variable-variabel dependen.
Besarnya pengaruh variable X terhadap variable Y dapat diketahui dengan
menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat KD, yang diperoleh
dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya, yaitu:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Nilai koefisien determinasi r= Koefisien
korelasi product moment
100% = Pengali yang menyatakan dalam presentase
4. Persamaan Regresi
Menurut Trijono dalam (Nurhidayati & Yuliantari, 2018) regresi atau
peramalan adalah “suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa
yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi
masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan dapat diperkecil”. Regresi
juga dapat diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Supaya tidak
salah paham bahwa peramalan tidak memberikan jawaban yang pasti tentang
apa yang terjadi, melainkan berusaha mencari pendekatan apa yang terjadi.
Salah satu kegunaan regresi dalam penelitian adalah untuk meramalkan atau
memprediksi variabel terikat/kriterion (Y) apabila variabel bebas/predictor (X)
diketahui.
28
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan Persamaan Regresi Linier
Sederhana. Regresi Linier Sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh
hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel
bebas/predictor (X) terhadap variabel terikat/kriterion (Y). Skala pengukuran
data dua variabel yang dianalisis dengan regresi adalah skala interval atau rasio.
Misalnya kedua variabel tersebut adalah X dan Y maka hubungan antara Y
dengan X dikenal dengan regresi Y atas X.
Variabel X disebut predictor (variabel bebas) dan Y disebut kriterion (variabel
tidak bebas). Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan matematika
sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Kepuasan Pelanggan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X = Kualitas Pelayanan.