menulis fiksi dan non fiksi

19
MENULIS FIKSI DAN NON FIKSI BAB I PENDAHULUAN Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang melambangkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut (Tarigan, 1989:15). Rusyana (1982:1) menyatakan bahwa wujud pengutaraan sesuatu secara tersusun dapat mempergunakan bahasa disebut karangan. Jadi, karangan itu adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman kita. Hal ini menyebabkan persamaan dan perbedaan dalam menyusun pengertian menulis. Ada ahli yang menyebutnya dengan istilah menulis. Ada pula yang menyebut dengan istilah mengarang. Hasil dari kegiatan menulis berdasarkan istilah pertama disebut tulisan dan istilah kedua disebut karangan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengutarakan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kemauan, keyakinan, dan pengalaman yang disusun dengan lambang-lambang grafik secara tertulis untuk tujuan komunikasi. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tersusun secara sistemik. Penggunaan tanda baca dan kepaduan kata serta kalimat juga harus diperhatikan. Selain itu, keterampilan menulis juga tidak dapat langsung direspon karena ada batas ruang dan waktu. Menulis bersifat produktif karena menghasilkan suatu informasi melalui tulisan. Para ahli bahasa menggolongkan jenis-jenis tulisan atau karangan berdasarkan sudut pandang masing-masing yang berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan penggolongan jenis tulisan. Ahli bahasa ada yang meninjau tulisan dari keilmiahan karangan dan dari isi tulisan atau cara menulis.

Upload: aulianagoro

Post on 10-Feb-2016

84 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

TRANSCRIPT

Page 1: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

MENULIS FIKSI DAN NON FIKSI

BAB IPENDAHULUAN

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang melambangkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut (Tarigan, 1989:15). Rusyana (1982:1) menyatakan bahwa wujud pengutaraan sesuatu secara tersusun dapat mempergunakan bahasa disebut karangan. Jadi, karangan itu adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman kita.

Hal ini menyebabkan persamaan dan perbedaan dalam menyusun pengertian menulis. Ada ahli yang menyebutnya dengan istilah menulis. Ada pula yang menyebut dengan istilah mengarang. Hasil dari kegiatan menulis berdasarkan istilah pertama disebut tulisan dan istilah kedua disebut karangan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengutarakan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kemauan, keyakinan, dan pengalaman yang disusun dengan lambang-lambang grafik secara tertulis untuk tujuan komunikasi. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tersusun secara sistemik. Penggunaan tanda baca dan kepaduan kata serta kalimat juga harus diperhatikan. Selain itu, keterampilan menulis juga tidak dapat langsung direspon karena ada batas ruang dan waktu. Menulis bersifat produktif karena menghasilkan suatu informasi melalui tulisan.

Para ahli bahasa menggolongkan jenis-jenis tulisan atau karangan berdasarkan sudut pandang masing-masing yang berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan penggolongan jenis tulisan. Ahli bahasa ada yang meninjau tulisan dari keilmiahan karangan dan dari isi tulisan atau cara menulis.

Dalam menulis kita dapat menemukan jenis-jenis tulisan yang ditinjau dari keilmiahan karangan tersebut. Jenis-jenis tulisan (karangan) itulah yang akan kami bahas dalam makalah ini. Ditinjau dari keilmiahannya, karangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu karangan fiksi dan karangan nonfiksi;

Page 2: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

karangan ilmiah, karangan populer, dan karangan ilmiah populer.

BAB II

PEMBAHASAN

Ditinjau dari keilmiahannya, karangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu karangan fiksi dan karangan nonfiksi. Karangan fiksi adalah karangan yang di dalamnya terdapat unsur khayal atau imajiinasi pengarang. Dapat terjadi dari peristiwa yang sebenarnya atau peristiwa hasil rekaan pengarang saja. Karangan nonfiksi adalah karangan yang berupa data dan fakta. Jadi, tidak ada unsur imajinasi pengarang.

Lebih spesifik lagi disebut karangan ilmiah dan karangan nonilmiah. Selain itu, ada ahli yang menggolongkan menjadi karangan ilmiah, karangan populer, karangan ilmiah populer, surat-menyurat, dan karangan sastra.

a. Karangan ilmiah adalah karangan yang membahas suatu disiplin ilmu.

b. Karangan populer adalah karangan yang bersifat umum dan mudah dibaca.

c. Karangan ilmiah populer adalah karangan yang bersifat tentang disiplin ilmu tapi tidak mengikuti prosedur karya ilmiah dengan tujuan agar lebih mudah dipahami oleh berbagai golongan.

d. Karangan sastra adalah karangan yang menggunakan perasaan dengan lebih menonjolkan nilai estetika.

e. Surat menyurat adalah jenis karangan paparan sebagai wujud percakapan secara terulis sebagai sarana komunikasi tertulis yang lebih singkat dan memilki bentuk khusus. Salah satu hal yang sangat khas, yang membedakan surat dari bentuk karangan lainnya adalah bagian-bagian surat yang disusun dalam posisi tertentu sesuai dengan bentuk surat yang digunakan. Masing-masing bagian memilki fungsi. Jumlah bagian surat berbeda-beda, tergantung jenisnya. Pada surat pribadi misalnya, hanya terdapat bagian-bagian yang dianggap penting saja. Keberadaan bagian-bagian itu bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya. Sebaliknya, dalam surat resmi atau surat dinas, bagian-bagian itu biasanya relatif lebih lengkap dan seragam.

A. KARANGAN FIKSI

Karangan fiksi adalah karangan yang di dalamnya terdapat unsur khayal atau imajinasi pengarang (Aceng Hasani, 2005: 21). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan fiksi apabila didalamnya merupakan hasil dari imajinasi atau khayalan si pengarang, baik dari segi kejadian, tokoh, latar, serta unsur-unsur lainnya.

Altenbernd dan Lewis dalam buku Teori Pengkajian Fiksi karangan Burhan Nurgiyantoro (2007: 2-3), juga mendefinisikan karangan fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Maksud dari pernyataan tersebut adalah karangan fiksi merupakan hasil imajinasi pengarang yang bisa diterima oleh masyarakat umum. Secara tidak disengaja, karangan fiksi juga dapat saja terjadi dalam kehidupan nyata. Seperti terjadinya kesamaan cerita, tokoh maupun tempat kejadian. Bahkan

Page 3: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

si pengarang lebih sering mengangkat sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Akan tetapi, semua itu sengaja dilebih-lebihkan oleh si pengarang agar lebih menarik dan banyak diminati oleh masyarakat umum.

Di lain pihak, Sudjiman (1984:17) yang menyebut fiksi ini dengan istilah cerita rekaan juga memaparkan mengenai pengertian fiksi, yaitu kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi, dalam ragam prosa. Dalam hal ini, Sudjiman menjelaskan bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi seorang pengarang yang didalamnya mengandung unsur-unsur seperti tokoh, alur, dan lainnya. Unsur-unsur tersebut saling berkesinambungan agar terjadinya sebuah cerita.

Dilihat dari ketiga pandangan di atas, terdapat kesamaan mengenai pengertian karangan fiksi yang telah dipaparkan oleh Aceng Hasani dan Sudjiman, bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi. Karangan fiksi yang telah dipaparkan oleh Aceng Hasani dan Sudjiman berbeda dengan Altenbernd dan Lewis. Altenbend dan Lewis mendefinisikan karangan fiksi tidak hanya sebagai hasil imajinasi saja tetapi juga cerita tersebut dapat saja terjadi dalam kehidupan nyata yang dilebih-lebihkan oleh si pengarang.

Dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karangan fiksi merupakan hasil imajinasi pengarang yang dituangkan menjadi sebuah cerita. Cerita tersebut bisa saja secara tidak sengaja terjadi di kehidupan nyata, tetapi dilebih-lebihkan oleh pengarang untuk memancing daya khayal dan daya tarik pembaca. Bahkan tidak jarang kita menemukan sebuah cerita fiksi yang benar-benar bersifat imajinasi dan tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia, misalnya pada novel Harry Potter, Lord of the Ring, dan lain-lain. Karangan fiksi juga menghubungkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, maupun interaksinya dengan Tuhan. Selain itu, karangan fiksi bertujuan untuk menghibur para pembaca yang haus akan cerita kehidupan.

Jenis-jenis karangan fiksi di antaranya adalah roman, novel, cerita pendek, cerbung (cerita bersambung), novelet, dan puisi. Roman berisi paparan cerita yang panjang yang terdiri dari beberapa bab yang saling berhubungan. Sama halnya pada roman, novel adalah cerita berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia. Bedanya, novel lebih sederhana dan lebih singkat daripada roman. Novel menceritakan kejadian luar biasa yang melahirkan konflik yang pada akhirnya melahirkan perubahan nasib para pelakunya dengan uraian-uraian yang sederhana. Cerita pendek merupakan kisah mengenai kehidupan manusia yang memiliki konflik. Akan tetapi, cerita pendek memiliki alur dan tokoh yang lebih sedikit dibandingkan novel dan roman. Novel merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya, seperti peristiwa, plot, tokoh, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya juga bersifat imajinatif. Puisi adalah suatu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang suatu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Karangan fiksi dapat diterbitkan melalui majalah, tabloid, koran maupun berbentuk buku.

1. Unsur-Unsur Fiksi

a. Intrinsik

Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual

Page 4: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud, atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud diantaranya adalah tema, tokoh, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat, dan lain-lain.

b. Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem karya sastra. Unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud (Wellek & Warren, 1956:75-135) antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya.

2. Macam-Macam Karangan Fiksi

a. Dongeng

Suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.

b. Cerpen

Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.

c. Novel

Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.

d. Drama

Suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.

e. Roman

Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.

Contoh Karangan Fiksi Cerpen “Albasri dan Gadis Kecil”

“Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya

Page 5: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah? Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”

“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?”

B. KARANGAN NONFIKSI

Karangan nonfiksi menurut Aceng Hasani (2005:21) adalah karangan yang berupa data dan fakta. Jadi tidak ada unsur imajinasi pengarang. Dalam hal ini, Aceng Hasani memberikan batasan bahwa sebuah karangan dapat digolongkan ke dalam karangan nonfiksi apabila didalamnya terdapat data-data yang dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu, karangan nonfiksi juga disusun melalui fakta-fakta yang secara nyata terjadi di lapangan tanpa adanya unsur imajinasi dari pengarang.

Karangan nonfiksi menurut Yeti Mulyati (2004: 7. 3) adalah tulisan yang disusun berdasarkan kenyataan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah suatu tulisan yang mengandung unsur-unsur kebenaran dalam pembuatannya dan didapatkan dari kenyataan yang terjadi di lapangan, maka dapat dikategorikan ke dalam karangan nonfiksi.

Dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, P. Suparman Natawijaya (2004: 2.29) mengatakan bahwa jenis bacaan nonfiksi adalah jenis bacaan yang berbentuk artikel. Dalam jenis bacaan ini yang memegang peranan penting adalah akal dan pikiran. Dalam hal ini, P. Suparman menyatakan bahwa karangan nonfiksi merupakan suatu bacaan yang berbentuk artikel. Seperti yang kita ketahui bahwa artikel merupakan karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah. Menurut definisi ini, sebuah artikel idealnya membahas seluk beluk suatu tema secara tuntas. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa P. Suparman memberikan batasan bahwa karangan nonfiksi merupakan suatu tulisan yang berdasarkan realitas atau sesuai dengan kenyataan dan menggunakan akal serta pikiran sebagai patokan penting dalam pembuatannya.

Karangan nonfiksi menurut Ade Nurdin, Yani Maryani, dan Mumu (2005: 162) adalah jenis karangan yang disusun berdasarkan sistematika ilmiah dan aturan-aturan rasionalitas atau kelogisan. Dalam hal ini, Ade Nurdin, dkk. memberikan batasan nonfiksi sebagai suatu tulisan yang didalamnya mengandung unsur kelogisan dan disusun dengan sistematika penulisan ilmiah yang baik dan benar.

Dilihat dari keempat pandangan di atas, ditemukan beberapa perbedaan pandangan mengenai pengertian karangan nonfiksi. Menurut Aceng Hasani, karangan nonfiksi merupakan karangan yang berupa data-data dan didalamnya mengandung fakta-fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya, tanpa hasil khayalan atau imajinasi dari pengarang. Berbeda halnya dengan pemaparan yang disampaikan oleh Aceng Hasani, Yeti Mulyati memberikan batasan bahwa karangan nonfiksi merupakan tulisan yang didalamnya didapatkan dari kenyataan dan berupa kebenaran tanpa disertai data. Di lain pihak, P. Suparman Natawijaya juga menyatakan hal yang berbeda dengan Aceng Hasani

Page 6: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

dan Yeti Mulyati. P. Suparman menyamakan bentuk karangan nonfiksi dengan artikel yang bersifat realitas. Ade Nurdin juga memaparkan hal yang berbeda dengan ketiga ahli sebelumnya. Ade Nurdin hanya membatasi karangan nonfiksi sebagai tulisan yang logis dan disusun dengan sistematika ilmiah tanpa disertakan dengan fakta, data dan dapat dibuktikan kebenarannya.

Pandangan antara Yeti Mulyati dengan P. Suparman juga memiliki persamaan. Yeti Mulyati menempatkan karangan nonfiksi pada kenyataan. Sama halnya dengan P. Suparman yang menempatkan karangan nonfiksi berdasarkan realitas. Bedanya, P. Suparman menyamakan bentuk karangan nonfiksi dengan artikel yang tidak disertakan dalam pernyataan Yeti Mulyati. Pandangan yang dipaparkan oleh Yeti dan Ade juga memiliki perbedaan. Yeti memberikan batasan karangan nonfiksi sebagai tulisan yang disusun berdasarkan kenyataan. Sedangkan Ade tidak menyebutkannya, melainkan hanya sebatas karangan yang logis dan sistematis. Hal yang serupa juga terjadi pada P. Suparman dan Ade Nurdin. P. Suparman menyatakan bahwa nonfiksi berbentuk seperti artikel. Hal tersebut tidak dipaparkan oleh Ade. Tetapi Ade juga menyatakan hal yang tidak ada di Suparman, yakni tulisan yang disusun secara sistematis.

Dari pemaparan keempat ahli di atas mengenai batasan karangan nonfiksi, maka dapat diartikan bahwa karangan nonfiksi merupakan suatu karangan yang dihasilkan melalui proses penelitian, baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan dapat dibuktikan kebenarannya tanpa adanya unsur imajinasi atau khayalan pengarang. Suatu tulisan yang didalamnya mengandung unsur-unsur fakta dan memiliki data-data yang sah, maka dapat digolongkan ke dalam karangan nonfiksi. Karangan nonfiksi juga ditulis dengan bahasa yang baku sesuai dengan EYD yang berlaku secara tepat, jelas dan efektif. Selain itu, karangan nonfiksi juga disusun secara jelas dan logis dengan sistematika penulisan ilmiah yang baik dan benar.

Karangan nonfiksi memiliki ciri sebagai berikut:

1. Memiliki ide yang ditulis secara jelas dan logis serta sistematis;

2. Mengandung informasi yang sesuai dengan fakta;

3. Menyajikan temuan baru atau penyempurnaan temuan yang sudah ada;

4. Motivasi, rancangan dan pelaksanaan penelitian yang tertuang jelas;

5. Penulis memberikan analisis dan interpretasi intelektual dari data yang diketengahkan dalam tulisannya. Untuk karya nonfiksi diharuskan menggunakan kata baku sesuai dengan kamus umum Bahasa Indonesia. Karya nonfiksi harus memakai bahasa berciri tepat, singkat, jelas, resmi dan teratur agar efektif.

Jenis-jenis tulisan nonfiksi dapat meliputi beberapa hal di bawah ini:

a. Pengumuman

Iklan adalah sejenis pengumuman. Tetapi diantara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Pengumuman tidak perlu menggunakan majas dan peribahasa sebab pengumumannya hanya bermaksud memberitahukan kepada khalayak tentang sesuatu. Oleh karena itu, pengumuman harus ditulis dengan bahasa yang lugas. Bahasa pengumuman tidak boleh menimbulkan kemungkinan salah

Page 7: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

tafsir.

b. Naskah pidato

Apabila kita mendapat tugas untuk berpidato, setidaknya kita dihadapkan kepada dua tugas yang sangat penting, yaitu menyusun naskah pidato dan melaksanakan pidato. Naskah pidato yang kita siapkan boleh berupa naskah lengkap, boleh juga berupa garis besar isi pidato. Cara yang manapun yang kita tempuh menyusun pidato itu dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan pidato.

c. Laporan

Kata laporan berasal dari bentuk dasar lapor. Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan. Laporan sama dengan berita.

d. Makalah

Makalah adalah tulisan resmi tentang suatu hal untuk dibacakan di muka umum atau sering juga disusun untuk diterbitkan.

C. KARANGAN ILMIAH

Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa suatu karangan yang dihasilkan setelah melalui proses penelitian, memiliki aturan dalam hal penulisan dan disusun dengan bahasa yang formal serta santun yang isinya dapat dibuktikan kebenarannya, maka dapat digolongkan ke dalam karangan ilmiah.

Ali Sastrohoetomo dalam buku Menulis 2 karangan Encep Kusumah, dkk. (2003: 3.4) memberi batasan bahwa karya ilmiah sebagai suatu karangan yang ditulis berdasarkan kenyataan ilmiah yang didapat dari penyelidikan-penyelidikan, seperti penyelidikan pustaka, laboratorium, atau penyelidikan lapangan. Ali Sastrohoetomo juga mengatakan sebuah karya digolongkan ilmiah bila dapat menyajikan data yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini, Ali Sastrohoetomo memaparkan bahwa karangan ilmiah harus dibuat melalui proses penelitian, baik secara tidak langsung maupun secara langsung yang isinya sesuai dengan kenyataan.

Dalam buku Pendidikan Keterampilan Berbahasa karangan Djago Tarigan, dkk. (2003:9.20), Brotowidjoyo menyatakan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang ditulis menurut metodologi yang baik dan benar. Brotowidjoyo memaparkan bahwa suatu karangan dapat digolongkan ke dalam karangan ilmiah apabila didalamnya memuat hal-hal mengenai ilmu pengetahuan dan disajikan menggunakan metodologi yang benar serta dapat dibuktikan kebenarannya.

Batasan karangan ilmiah yang telah dipaparkan oleh ketiga ahli di atas sebenarnya hampir serupa. Akan tetapi, diantaranya terdapat sedikit perbedaan. Seperti yang terlihat pada pernyataan Susilo, M. Eko dengan Ali Sastrohoetomo. Pemaparan yang disampaikan oleh Susilo lebih luas dibandingkan Ali. Susilo memberikan batasan bahwa karangan ilmiah tidak hanya sampai pada penelitian saja layaknya

Page 8: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

Ali. Tetapi Susilo memberikan batasan bahwa selain didapatkan dari hasil penelitian, karangan ilmiah juga harus menggunakan metode yang baik dan benar serta menggunakan bahasa yang santun dan isinya dapat dibuktikan kebenarannya. Brotowidjoyo memaparkan hampir serupa dengan Susilo. Bedanya, Brotowidjoyo hanya terbatas kepada karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis dengan metodologi yang baik dan benar tanpa disertai dengan penelitian. Yang terlihat antara Ali dengan Brotowidjoyo juga hampir serupa. Bedanya, Brotowidjoyo tidak menerakan bahwa karangan ilmiah harus berdasarkan penelitian layaknya Ali. Sedangkan Ali tidak menerakan bahwa suatu karangan ilmiah harus menggunakan metodologi yang baik dan benar layaknya Brotowidjoyo.

Dari ketiga pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan ilmiah merupakan suatu tulisan yang memuat hasil penelitian, baik melalui penelitian pustaka maupun penelitian di lapangan yang disusun menggunakan metodologi yang baik dan benar serta menggunakan bahasa yang baik dan santun sesuai dengan EYD yang berlaku serta ditulis secara sistematis. Karangan ilmiah juga menggunakan data-data yang akurat bersifat fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya.

Tujuan–tujuan karya ilmiah sebagai berikut:

a. Memberi penjelasan (memerikan);

b. Memberi komentar atau penilaian;

c. Memberi saran dan usulan;

d. Memberi sanggahan dan penolakan;

e. Membuktikan hipotesis;

f. Membuat suatu rancangan.

Ciri-ciri karya ilmiah sebagai berikut:

Secara ringkas, karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bahan: menyajikan fakta yang benar atau objektif, dapat dibuktikan. Tulisan ilmiah diperoleh melalui serangkaian kegiatan ilmiah seperti observasi, survey, percobaan laboratorium, percobaan lapangan, studi pustaka, dan lain-lain. Sebuah tulisan baru akan dapat dirasakan keilmiahannya manakala ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung oleh fakta dan informasi yang kebenarannya sudah di uji (melalui pengamatan yang tidak subjektif) dan disajikan secara mendalam; dalam arti merupakan hasil penalaran dan analisis dan juga tidak pandang bulu.

b. Penyajian dan penyampaian tulisan suatu karya ilmiah sebagai berikut.

1) Menggunakan bahasa yang cermat (formal dan konkrit); sistematis (sesuai dengan langkah kerja ilmiah); Jelas dan tegas, artinya segala keterangan yang dikemukakan mampu mengungkapkan maksud secara jernih;

2) Saksama dan tuntas, artinya selalu berusaha untuk tidak melakukan kekeliruan sekecil apapun

Page 9: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

dengan kejelian dan kecermatan mengupas permasalahan dengan selengkap-lengkapnya;

3) Logis sistematis, artinya segala keterangan yang disajikan merupakan hasil penalaran sehingga dapat diterima oleh akal pikiran sehat, tersusun dalam urutan yang teratur yang menunjukkan kesinambungan jalan pikiran penulisannya sehingga tulisannya itu mudah dipahami pembaca;

4) Penyajian mengikuti kaidah tata tulis ilmiah, artinya mengikuti konvensi penulisan ilmiah yang sudah baku dan digunakan secara umum.

c. Sikap penulis karya ilmiah adalah jujur (tidak melebih-lebihkan atau mengurangi sesuatu) dan objektif (tidak mengejar keuntungan pribadi).

d. Penyimpulan yang dibuat juga harus berdasarkan fakta dan tidak emotif.

Unsur-unsur dan pola umum komposisi karya ilmiah sebagai berikut:

a. Pembuka (preliminaries), terdiri atas:

1) Halaman judul

2) Lembar pernyataan khusus (manasuka)

3) Kata pengantar

4) Ucapan terimakasih

5) Abstrak

6) Daftar isi

7) Daftar tabel/gambar/diagram

b. Isi (batang tubuh), terdiri atas:

1 Pendahuluan (introduction)

2 Induk tulisan (main body):

a) Bahan (kajian teori) dan metode

b) Data hasil penelitian

c) Diskusi/pembahasan hasil analisis

d) Kesimpulan/saran

c. Penutup terdiri atas:

Page 10: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

1) Daftar pustaka

2) Lampiran

3) Indeks

4) Curiculum vitae/riwayat hidup penulis

Jenis–Jenis Karya Ilmiah

a. Laporan;

b. Kertas kerja atau makalah;

c. Skripsi;

d. Tesis;

e. Disertasi;

f. Textbook (buku teks);

g. dan lain lain.

Hubungan antara Karangan Ilmiah dengan Karangan Eksposisi dan Karangan Argumentasi

Telah dikatakan sebelumnya bahwa karangan ilmiah merupakan suatu tulisan yang memuat hasil penelitian, baik melalui penelitian pustaka maupun penelitian di lapangan yang disusun menggunakan metodologi yang baik dan benar serta menggunakan bahasa yang baik dan santun sesuai dengan EYD yang berlaku serta ditulis secara sistematis. Karangan ilmiah juga menggunakan data-data yang akurat bersifat fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dari sekian banyaknya karangan yang kita ketahui, terdapat beberapa karangan yang lebih dominan dengan karangan ilmiah, yakni karangan argumentasi dan karangan eksposisi.

Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Jadi, pada setiap karangan argumentasi selalu kita dapati alasan ataupun bantahan yang memperkuat ataupun menolak sesuatu secara sedemikian rupa guna memengaruhi keyakinan pembaca sehingga berpihak atau sependapat dengan penulis.

Bentuk-bentuk karangan ilmiah seperti makalah, esai, skripsi, tesis, disertasi dan naskah-naskah seperti tuntutan pengadilan pembelaan maupun surat keputusan adalah paparan yang bercorak argumentasi. Pada setiap karangan ilmiah, biasanya argumen digunakan untuk memperhatikan atau meyakinkan kebenaran pendapat, ide, atau konsep mengenai suatu masalah kepada pembaca berdasarkan data, fenomena, atau fakta yang dikemukakan.

Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau

Page 11: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.

Karangan argumentasi memilki ciri-ciri, yakni:

1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya;

2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah;

3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-analitis. Tampilan karangan ilmiah sering kita temukan dalam bentuk kombinasi. Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau eksposisi itu kadang-kadang ditunjang oleh deskripsi, bahkan narasi, sehingga wujud karangan ilmiah itu merupakan campuran dua atau tiga jenis karangan. Kondisi itu dapat dibenarkan atau diterima asalkan penulisannya memperhatikan keharusan adanya porsi besar yang mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi. Dengan porsi mayoritas itulah karangan ilmiah bisa tampil memakai bendera argumentasi.

Eksposisi ialah tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Eksposisi yaitu tulisan yang berusaha menerangkan, menjelaskan dan menguraikan masalah, persoalan atau ide, yang dapat memperluas pandangan pembaca. Walaupun pada akhirnya sama-sama memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca, jika dibandingkan dengan deskripsi, argumentasi dan narasi, eksposisi lebih menonjolkan tujuan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca.

Dilihat dari pengertian eksposisi di atas, terlihat jelas bahwa eksposisi memiliki kesamaan dengan karangan ilmiah. Hal itu disebabkan karena eksposisi merupakan bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha memengaruhi pendapat pembaca. Melalui eksposisi, pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis; setiap pembaca boleh menolak dan menerima apa yang dikemukakan oleh penulis. Akan tetapi, setidaknya pembaca mengetahui memang ada penulis yang berpendapat dan berpendirian seperti itu.

Disamping ada eksposisi panjang, terdapat pula eksposisi pendek. Yang termasuk eksposisi panjang umumnya berupa artikel dan penulisan ilmiah populer. Yang termasuk eksposisi pendek misalnya petunjuk penggunaan obat, petunjuk penggunaan alat tertentu dan lain-lain.

Sebuah eksposisi bisa bersifat polemis maksudnya, bisa diperbantahkan. Orang lain bisa saja setuju dengan Jo Stralen yang mengatakan bahwa pasta gigi itu sebenarnya sudah ketinggalan zaman; tapi bisa pula tidak setuju, serta beranggapan bahwa kemasan, promosi serta rasa dan tekstur pasta gigi yang ada sekarang ini sudah sempurna, tidak memerlukan perubahan apa-apa serta patut dilestarikan. Hampir untuk setiap eksposisi dapat kita buatkan eksposisi tandingannya, dapat kita polemik-kan.

Page 12: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

Sebagian besar penulisan ilmiah menggunakan pola eksposisi ini sebagai dasar. Yang dimaksudkan dengan penulisan ilmiah ini bermacam-macam, mulai dari yang sangat formal seperti disertasi, tesis, skripsi, sampai pada makalah-makalah untuk sebuah seminar, simposium, dan sebagainya.

Perhatikan contoh berikut.

Kemajuan pesat dalam ilmu Fisika terapan yang terjadi dalam pertengahan abad ke-20 ini adalah konversi langsung dari panas menjadi listrik. Dr. Volney C. Wilson telah mendemonstrasikan alat ciptaannya yang disebut Thermionikc vonverter. Alat itu berupa gelas tabung berukuran 6, 5 x 40 cm yang diisi dengan gas bertekanan rendah dan 2 buah elektrode metal yang dipasang paralel. Satu elektrode dipanasi elektron-elektron dari orbitnya dalam atom dari metal tersebut. Oleh sebab adanya beda temperatur antara 2 metal yang lebih dingin dan timbullah aliran listrik.

(Brotowidjoyo, 1993.24)

Seperti yang terlihat dari contoh di atas bahwa dalam paragraf tersebut menggambarkan mengenai kemajuan yang pesat dalam ilmu Fisika. Pemaparan yang terkandung dalam karangan di atas juga memiliki data-data yang sudah terbukti kebenarannya. Istilah-istilah yang digunakan juga ditujukan untuk pembaca yang berkecimpung dalam dunia Fisika. Karangan di atas juga menggunakan bahasa yang baku. Oleh karena itu, karangan di atas termasuk ke dalam karangan ilmiah.

D. KARANGAN ILMIAH POPULER

Karangan ilmiah populer merupakan bagian dari karangan ilmiah, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan karangan ilmiah. Yang membedakannya adalah cara penyajiannya. Karangan ilmiah disajikan dengan bahasa yang formal atau baku. Sasaran baca karangan ilmiah adalah masyarakat profesional, sedangkan karangan ilmiah populer ditujukan kepada masyarakat umum yang cara dan tingkat berpikirnya berbeda dengan kelompok masyarakat profesional.

Karangan ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca. Jenis tulisan ini menggunakan gaya bahasa yang tidak formal, artinya kata-kata yang digunakan penulisnya tidak khas. Jika penulis terpaksa menggunakan kata istilah teknis, maka istilah itu segera diikuti dengan definisi yang dirumuskan secara populer.

Perhatikan contoh berikut.

Hujan Tropis Digorok, Dolar Dikail

Sepanjang tahun 1989, isu lingkungan seakan tidak henti-hentinya bertiup di dunia internasional. Yang sampai sekarang masih terus disuarakan di antaranya adalah adanya gerakan untuk memboikot penggunaan kayu tropis oleh konsumen di negara industri, dengan alasan penebangan karya tropis merusak plasma nutfah hutan tropis.

Page 13: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

Di Indonesia kasus terakhir adalah mundurnya perusahaan kertas multinasional Scott Industrie yang berpatungan dengan perusahaan nasional membangun pabrik di Irian Jaya karena protes keras LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di luar negeri.

Indonesia termasuk salah satu negara yang paling sering dikecam karena dianggap kurang berupaya melindungi keanekaragaman hayati dan kecaman itu bisa dimengerti karena Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara di dunia yang memiliki hutan tropis terbesar.

(AKUTAHU, Maret 1990: 24)

Ciri-ciri karangan ilmiah populer:

1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi;

2. Fakta yang disimpulkan subjektif;

3. Gaya bahasa formal dan populer;

4. Mementingkan diri penulis;

5. Melebih-lebihkan sesuatu;

6. Usulan-usulan bersifat argumentatif dan bersifat persuasif.

E. KARANGAN POPULER (Nonilmiah)

Karangan nonilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang populer atau biasa digunakan (tidak terlalu formal). Menurut Aceng Hasani (2005: 21) karangan populer adalah karangan yang bersifat umum dan mudah dibaca.

Ciri-ciri Karangan Populer:

1) Ditulis berdasarkan fakta pribadi;

2) Fakta yang disimpulkan subyektif;

3) Gaya bahasa konotatif dan populer;

4) Tidak memuat hipotesis;

5) Penyajian dibarengi dengan sejarah;

6) Bersifat imajinatif;

7) Situasi didramatisir;

Page 14: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

8) Bersifat persuasif;

9) Tanpa dukungan bukti.

Sifat-sifat karangan nonilmiah:

1) Emotif: Sedikit informasi, kemewahan dan cinta menonjol, memberikan kebenaran mencari keuntungan, tidak sistematis.

2) Persuasif: Cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca.

3) Deskriptif: Informasi sebagian imaginatif dan subyektif, nampaknya dapat dipercaya, pendapat pribadi.

4) Kritik tanpa dukungan bukti: Tidak memuat informasi spesifik, berisi bahasan dan kadang-kadang mendalam tanpa bukti, berprasangka menguntungkan atau merugikan, formal tetapi sering dengan bahasa kasar, subyektif dan pribadi.

Teknik Penyajian Karangan Populer

1. Teknik Narasi

Narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha menggambarkan dengan sejelas–jelasnya tentang peristiwa pada suatu waktu kepada pembaca. Hal terpenting dalam karangan narasi adalah unsur tindakan atau perbuatan sehingga ketika membaca karangan narasi pembaca seolah–olah melihat atau mengalami peristiwa itu. Terdapat dua jenis narasi yaitu:

a. Narasi Sugesti atau Imajinatif

Merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa, sehingga merangsang daya khayal pembaca. Melalui narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata–kata konotatif. Contoh narasi sugestif antara lain dongeng, cerpen, dan novel. Ciri khas dari narasi sugestif yaitu adanya alur dan suspensi, latar dan waktu, sudut pandang dan makna yang terkandung di dalamnya.

b. Narasi Ekspositoris

Narasi yang bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif. Tujuan utamanya bukan menimbulkan daya imajinasi melainkan untuk menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. Contoh dari narasi ekspositoris adalah sejarah, biografi, dan autobiografi.

2. Teknik Deskripsi

Deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan objek yang sebenarnya untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca. Hal yang menonjol pada karangan deskripsi adalah aspek pelukisan objek yang sebenarnya tentang ciri, sifat, atau hakikat sehingga pembaca dapat mengenal

Page 15: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

objek yang dimaksud.

3. Teknik Eksposisi

Eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau memberitahukan suatu informasi tanpa ada pemaksaan.4. Teknik Persuasi

Persuasi adalah karangan yang berusaha untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis pada waktu sekarang atau waktu yang akan datang.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam karangan persuasi yaitu:

a. Kredibilitas penulis

Kredibilitas penulis akan timbul, apabila pembaca tahu bahwa penulis mengetahui dengan baik persoalan yang ditulis. Orang yang kurang kredibilitasnya akan kurang berhasil dalam mempengaruhi pembaca. Seseorang tidak akan dipercayai bila ia tidak menguasai persoalan yang ditulis.

b. Kemampuan mensugesti pembaca

Merupakan kemampuan penulis mempengaruhi pikiran pembaca.

c. Bukti – bukti

5. Teknik Argumentasi

Argumentasi adalah karangan yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain dengan cara merangkaikan fakta–fakta sedemikian rupa sehingga dapat diketahui apakah suatu pendapat itu benar atau tidak.

Hubungan antara Karangan Nonilmiah dengan Karangan Narasi dan Karangan Deskripsi

Telah kita bahas sebelumnya bahwa karangan nonilmiah atau karangan populer adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan, pengalaman dan kejadian secara kronologis dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang populer atau biasa digunakan (tidak terlalu formal). Karangan populer memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi;

2. Fakta yang disimpulkan subyektif;

3. Gaya bahasa konotatif dan populer;

4. Tidak memuat hipotesis;

5. Penyajian dibarengi dengan sejarah;

Page 16: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

6. Bersifat imajinatif;

7. Situasi didramatisir;

8. Bersifat persuasif;

9. Tanpa dukungan bukti.

Karangan Narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Lamuddin Finoza, 2010: 244). Ciri-ciri tulisan narasi adalah sebagai berikut:

1. Tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan manusia;

2. Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu boleh merupakan kehidupan nyata, imajinasi, dan boleh gabungan keduanya;

3. Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun penyajiannya;

4. Di dalam peristiwa itu ada konflik, pertentangan kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tanpa konflik cerita tidak menarik;

5. Didalamnya sering kali terdapat dialog untuk menghidupkan cerita;

6. Tulisan disajikan dengan menggunakan cara kronologis.

Karangan deskripsi ialah suatu tulisan yang bertujuan untuk memberikan rincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis (Atar Semi, 2003: 41). Ciri-ciri karangan deskripsi di antaranya:

1. Deskripsi berupa memperlihatkan detail atau rincian tentang objek;

2. Lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca;

3. Menyangkut objek yang dapat di tangkap oleh panca indera;

4. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang mudah dibaca.

Dilihat dari pemaparan mengenai pengertian dan ciri-ciri karangan nonilmiah, karangan narasi serta karangan deskripsi di atas, dapat kita simpulkan bahwa adanya kesinambungan antara karangan nonilmiah dengan karangan narasi dan karangan deskripsi. Ketika kita membuat suatu karangan nonilmiah, sering kali didalamnya kita temukan karangan narasi yang digunakan si pengarang untuk menceritakan kronologis cerita yang hendak disampaikan. Selain itu, dalam karangan nonilmiah juga sering kali kita temukan penggambaran-penggambaran yang diberikan oleh pengarang untuk menggambarkan suatu objek yang hendak disampaikan kepada pembaca. Semua itu menjadi satu

Page 17: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

sistem yang kerap kali menjadi unsur menarik dalam pembuatan suatu karangan nonilmiah.

Karangan nonilmiah atau karangan populer lebih dominan dengan karangan narasi. karena dalam suatu karangan penulis dituntut untuk membuat suatu cerita dengan menggunakan daya hayal atau imajinasinya dan penulis berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita tersebut. Karangan narasi harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan pemilihan detail peristiwa.

Karangan nonilmiah atau karangan populer lebih dominan dengan karangan deskripsi. Dalam suatu karangan, pengarang memberikan secara detail gambaran-gambaran pada sebuah cerita sehingga dapat memengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca dalam menggambarkan suatu objek dari karangan yang ditulis oleh pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang santai dan mudah dimengerti oleh pembaca sehingga dapat memikat hati pembaca. Deskripsi juga lebih sering kita gunakan sebagai alat bantu bentuk karangan yang lain. Dalam karangan narasi, deskripsi dapat digunakan untuk menghidupkan karangan dan menghindarkan kebosanan pembaca, serta menambah kejelasan dan keyakinan pembaca.

Contoh karangan populer novel “Ayat-ayat Cinta” karya Habiburrahman El Shirazy

Memasuki ruang tamu Syaikh Utsman kakiku seperti lumpuh. Aku hampir tidak bisa mengangkat kakiku. Tubuhku gemetar. Ruang tamu yang penuh dengan kitab-kitab klasik ini akan menjadi saksi penting dalam sejarah hidupku. Syaikh Utsman mempersilakan aku duduk di sofa busa yang menghadap ke barat. Di sebelah selatan ada sofa panjang menghadap utara untuk dua orang. Di sebelah barat ada sofa menghadap ke timur untuk satu orang. Di sebelah utara ada dua sofa menghadap ke selatan. Pintu ada dekat tempat aku duduk.

BAB III

SIMPULAN

Menulis adalah proses mengutarakan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kemauan, keyakinan, dan pengalaman yang disusun dengan lambang-lambang grafik secara tertulis untuk tujuan komunikasi.

Para ahli bahasa menggolongkan jenis-jenis tulisan atau karangan berdasarkan sudut pandang masing-masing yang berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan penggolongan jenis tulisan. Ahli bahasa ada yang meninjau tulisan dari keilmiahan karangan dan dari isi tulisan atau cara menulis.

Ditinjau dari keilmiahannya, karangan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu karangan fiksi dan karangan nonfiksi. Selain itu, karangan fiksi dan karangan nonfiksi digolongkan menjadi karangan ilmiah, karangan populer, dan karangan ilmiah populer. Karangan populer merupakan salah satu contoh dari karangan fiksi. Yang termasuk ke dalam karangan fiksi adalah novel, roman, cerpen, cerbung, novelet, dan puisi. Sedangkan karangan ilmiah dan karangan ilmiah populer termasuk ke dalam golongan karangan nonfiksi. Yang termasuk ke dalam karangan nonfiksi adalah skripsi, tesis, disertasi, textbook, makalah, laporan, dan lain-lain.

Page 18: Menulis Fiksi Dan Non Fiksi

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Hasani, Aceng. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press.

Kusuma, Encep, dkk. 2003. Menulis 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Marahimin, Ismail. 2010. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mulyati, Yeti. 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nurdin, Ade, dkk. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia: Ringkasan Materi Lengkap, Contoh, Soal-Jawab, dan Soal-Soal Latihan UNAS (untuk SMA kelas X, XI, dan XII). Bandung: Pustaka Setia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 2003. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wardhani, I.G.A.K. 2007. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yunus, Mohamad, dan Suparno. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://ainuamri.wordpress.com/2008/12/26/kumpulan-cerita-fiksi-kisah-fiksi-cerita-indah-kisah-indah-cerita-hikmah-kisah-hikmah-cerita-bijak-kisah-bijak-cerita-tragedi-legenda-cerita-religius-cerita-spiritual-cerita-bij/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah-2/