bab ii landasan teorieprints.umm.ac.id/58905/3/bab ii.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. tokoh dan...

26
8 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uaraian pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan- pembahasan secara teoretis. Teori-teori yang akan dikemukakan ialah dasar-dasar penulis untuk meneliti masalah-masalah yang akan dihadapi penulis. Dalam landasan teori, membahas tentang teori yang akan digunakan dalam sebuah penelitian. Teori yang dipakai harus sesuai dengan apa yang disampaikan dalam rumusan masalah. 2.1 Novel 2.1.1 Pengertian Novel Novel sebuah bagian dalam dunia sastra, yang salah satu karya sastra berbentuk prosa yang panjangnya kecukupan, tidak terlalu panjang juga dan juga tidak terlalu pendek (Priyatni, 2010:124). Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel memiliki muatan yang cukup kompleks di dalamnya. Bukan hanya menggambarkan cerita fantasi pada wujud tulisan, namun cerita yang diangkat juga selalu mengikuti perkembangan zaman. Sesuatu yang terjadi di masa lalu, tidak sama dengan yang terjadi saat ini, sehingga secara tidak langsung novel dikatakan sejarah manusia. Menurut Andri (2017:78) novel adalah suatu cerita dengan alur panjang yang di dalamnya menceritakan kehidupan manusia hingga konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. Novel

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang uaraian

pemecahan masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-

pembahasan secara teoretis. Teori-teori yang akan dikemukakan ialah dasar-dasar

penulis untuk meneliti masalah-masalah yang akan dihadapi penulis. Dalam

landasan teori, membahas tentang teori yang akan digunakan dalam sebuah

penelitian. Teori yang dipakai harus sesuai dengan apa yang disampaikan dalam

rumusan masalah.

2.1 Novel

2.1.1 Pengertian Novel

Novel sebuah bagian dalam dunia sastra, yang salah satu karya sastra

berbentuk prosa yang panjangnya kecukupan, tidak terlalu panjang juga dan juga

tidak terlalu pendek (Priyatni, 2010:124). Sebagai salah satu bentuk karya sastra,

novel memiliki muatan yang cukup kompleks di dalamnya. Bukan hanya

menggambarkan cerita fantasi pada wujud tulisan, namun cerita yang diangkat

juga selalu mengikuti perkembangan zaman. Sesuatu yang terjadi di masa lalu,

tidak sama dengan yang terjadi saat ini, sehingga secara tidak langsung novel

dikatakan sejarah manusia. Menurut Andri (2017:78) novel adalah suatu cerita

dengan alur panjang yang di dalamnya menceritakan kehidupan manusia hingga

konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. Novel

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

9

9

juga disebut dengan sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan;

merenungkan, dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, hasil,

kehancuran, atau tercapainya gerak-gerik manusia. (Tarigan, 2011: 167).

Sebuah karya sastra yang baik muncul bukan hanya memberikan kesenangan

semata, namun dapat juga dijadikan sebagai petunjuk serta memberikan pesan

moral kepada pembaca maupun penikmatnya. Di samping itu, Sugiarti (2009: 68)

mengemukakan bahwa sastra terbentuk bukan hanya karena ada sebuah pristiwa

dan kelugasan sebuah kehidupan, melainkan dari pengarang yang memiliki

kesadaran bahwa sastra sebagai suatu yang fiktif, inventif dan imajinatif.

Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh beberapa unsur, yakni unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2010: 10). Sebuah novel

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang yang bermasyarakat dengan

menonjolkan watak dan sifat pelaku, Novel biasanya kerap disebut sebagai suatu

karya yang hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang. Dalam sebuah

novel, seorang pengarang menampilkan cerita lewat kenyataan yang dapat

diciptakanya dengan bebas dan dapat dipahami oleh pembaca.

2.1.2 Unsur Pembangun Novel

Dalam sebuah novel mempunyai unsur-unsur dalam pembangun cerita,

yakni unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik ialah unsur-unsur

yang berada di luar karya sastra serta ikut memengaruhi kehadiran karya sastra,

misalnya faktor budaya, politik, keagamaan dan tata nilai yang dianut oleh

masyarakat. Sedangkan unsur intrinsik ialah unsur yang membentuk dalam karya

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

10

10

sastra tersebut seperti tema, alur, tokoh, dan sudut pandang. Unsur-unsur tersebut

dapat mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh

(Nurgiyantoro, 2010: 23).

2.1.3 Tema

Tema adalah bagian dari inti yang melandasi karya sastra dan poin utama

dalam membangun sebuah karya sastra. Tema dapat diartikan sebagai pokok

permasalahan cerita. Menurut Sudjiman (1988: 50) menjelaskan bahwa tema ialah

gagasan atau ide utama yang mendasari suatu karya sastra. Oleh karena itu, suatu

cerita yang tidak mempunyai tema dikatakan tidak ada gunanya, tema atau

gagasan dasar umum untuk menopang sebuah karya sastra yang terkandung di

dalam teks. Hal yang sama, dengan pendapat Nurgiyantoro (2010: 68) bahwa

tema ialah dasar pembangun semua cerita yang secara khusus menerapkan

sebagian besar unsur dengan cara yang sederhana. Tema bersifat mengikat

kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa konflik situasi tertentu, termasuk berbagai

unsur intrinsik lainya. oleh karena itu, hal-hal tersebut haruslah bersifat

mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.

Stanton dalam Wicaksono (2017: 96) mengungkapkan bahwa tema ialah

makna penting yang terdapat dalam pengalaman-pengalaman hidup manusia.

Tema dalam sebuah cerita bersifat individual sekaligus universal. Tema juga

mengacu pada aspek kehidupan yang nantinya akan memberi nilai-nilai atau

makna pada serangkaian cerita tersebut. Makna yang terkandung dalam sebuah

cerita tersebut tidak terlepas dari realita kehidupan mansuia sehari-hari.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

11

11

Ratna (2014: 257) menjelaskan bahwa tema ialah pokok masalah dalam

cerita. Dalam sebuah tema melukiskan masalah pokok dan isi secara keseluruhan

yang tercermin pada judul serta dijabarkan melalui narasi dari awal hingga akhir

cerita. Selain itu, tema juga kesimpulan dari sesuatu yang telah ditulis oleh

pengarang. Pengarang tidak harus mengangkat sebuah tema dengan topik yang

berat, tetapi dapat menggunakan tema sederhana, tergantung dari cara pengarang

melukiskan cerita dan menggunakan unsur lainnya.

2.1.4 Alur

Alur ialah sebuah rangkaian peristiwa yang terjalin dalam suatu kisah

untuk membentuk suatu cerita. Terdapat berbagai peristiwa dalam sebuah cerita

yang dirangkai dalam urutan tertentu. Menurut Waluyo (2011: 9) menjelaskan

alur atau sering disebut dengan kerangka cerita, yakni jalinan cerita yang disusun

dalam urutan waktu untuk menunjukkan hubungan sebab akibat dan memiliki

kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang. Hal

yang sama diungkapkan oleh Stanton (2007:26) menyatakan bahwa alur ialah

rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Peristiwa-peritiwa tersebut dihubungkan

secara sebab akibat, peristiwa satu menjadi sebab atau mengakibatkan peristiwa

yang lain. Alur dalam sebuah cerita memliki bagian awal, tengah, dan akhir yang

nyata, meyakinkan, dan logis. Alur dapat menciptakan berbagai macam kejutan

dan memunculkan berbagai masalah (konflik) serta mengakhiri ketegangan

(klimaks).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

12

12

Sejalan dengan pendapat (Nurgiyantoro, 2010:114) bahwa peristiwa-

peristiwa cerita diungkapkan dalam tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh cerita.

Plot merupakan cerminan, atau bahkan berupa perjalanan tingkah laku para tokoh

dalam bertindak, berpikir, merasakn, dan bersikap dalam menghadapi berbagai

masalah kehidupan. Peristiwa-peristiwa haruslah diolah dan disiasati secara

kreatif, sehingga hasil olahan itu menjadi pengembangan yang disebut pengaluran.

2.1.5 Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun

non fiksi. Dapat dikatakan setiap peristiwa akan selalu melibatkan tokoh. Tidak

akan ada peristiwa tanpa tokoh, dan sebaliknya tidak aka ada tokoh tanpa adanya

peristiwa. Tokoh memegang peranan penting dalam memahami sebuah karya

sastra, karena tokoh selalu mengemban pikiran dan perasaan pengarang mengenai

tema yang akan pengarang paparkan di dalam sebuah cerita. Abrams (1981: 33)

men tokoh adalah sebagai orang yang ditampilkan dalam cerita yang diyakini

pembaca memiliki kualitas moral dan watak yang tercermin dalam perkataan dan

tindakan yang dilakukany. Tokoh bisa juga disebut dengan orang yang

memainkan peran dalam karya sastra.

Dalam kaitan dengan tokoh penokohan adalah proses penampilan tokoh

dengan berbagai watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita (Zaidan,

1994: 206). Watak menurut Sudjiman (1986: 80) ialah kualitas tokoh, yaitu

kualitas nalar dan jiwa tokoh sehingga tokoh satu dengan yang lain berbeda.

Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

13

13

(Sudjiman, 1986: 58). Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan

sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada

kualitas pribadi seseorang tokoh. Penokohan menunjuk pada penetapan tokoh-

tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro,

2010: 165). Tokoh-tokoh tersebut digambarkan memiliki watak tertentu sehingga

masing-masing tokoh dapat dibedakan kualitasnya. Untuk menyampaikan tokoh

beserta wataknya kepada pembaca, diperlukan adanya penyajian watak yang

digambarkan oleh pengarang. Hal inilah yang dimaksud penokohan.

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke dalam

beberapa jenis penamaan. Nurgiyantoro (2010: 176) membedakan tokoh

berdasarkan tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh

antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang,

serta tokoh tipikal dan tokoh netral. Pembedaan yang dilakukan oleh Sudjiman

berbeda dengan yang dilakukan oleh Nurgiyantoro. Jika Nurgiyantoro cenderung

sejajar dalam hal pembedaannya, Sudjiman membedakannya dengan tingkatan.

Pembedaan yang dilakukan Sudjiman (1988: 17) berdasarkan tokoh sentral dan

tokoh bawaan serta tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh sentral terdiri dari tokoh

protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh bawaan pun terbagi menjadi dua yaitu

tokoh andalan dan tokoh tambahan.

Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral

(tokoh utama) dan tokoh bawaan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh

yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

14

14

dikenai kejadian, Nurgiyantoro (2010: 176). Tokoh ini merupakan tokoh sentral

dalam cerita. Hal yang sama, dikemukakan oleh Sudjiman (1988: 61) tokoh itu

rekaan pengarang yang perlu digambarkan ciri-ciri lahir, dan sifat serta sikap

batinnya agar wataknya juga dikenal oleh pembaca. Menurut Sudjiman (1988: 23)

yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwa ynag

membedakannya dengan tokoh lain. penyajiannya watak tokoh dan peciptaan citra

tokoh ini yang disebut penokohan.

2.1.6 Latar

Tokoh satu unsur struktural karya sastra. Kehadiran menjadi penting,

karena akan mendukung tokoh dalam mengemban peristiwa. Dengan adanya latar,

maka tindakan yang dilakukan tokoh menjadi jelas. Latar adalah tempat,

hubungan waktu,lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan. Dengan kata lain, salah satu unsur yang di perlukan dalam sebuah

karya fiksi adalah latar. Menurut Siswanto (2013: 137), untuk mengembangkan

cerita dibutuhkan kehadiran latar. Bagi sastrawan, latar dapat digunakan untuk

menggambarkan watak tokoh, suasana cerita, alur, atau tema ceritanya.

Sedangkan bagi pembaca, latar cerita dapat membantu untuk membayangkan

tentang tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh. Abrams dalam

Nurgiantoro (2010: 216) mengemukakan latar atau setting disebut juga landasan

tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

15

15

Menurut Wellek dan Warren (1956: 221), latar adalah lingkungan yang

akan mengekspresikan watak dari para penghuninya. Dengan kata lain rumah dan

segala macam isinya akan melukiskan pribadi dan tokoh-tokoh yang

mendiaminya. Unsur latar sangat erat kaitannya dengan unsur penokohan dalam

suatu fiksi, sifat-sifat latar akan mempengaruhi sifat-sifat tokoh dalam fiksi

tersebut. Abrams (1981: 284) menambahkan bahwa latar adalah tempat terjadinya

seluruh peristiwa secara umum, kapan kejadian berlangsung, dan bagaimana

keadaan kejadian tersebut terjadi.

Selanjutnya, Nurgiantoro (2010: 235) juga menyatakan bahwa latar terdiri

dari latar tempat, latar waktu, suasana, serta lingkungan sosial dan tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritaka. Latar memberikan pijakan-pijakan

secara kongkret dan jelas. Latar tempat berkaitan dengan deskripsi tempat suatu

peristiwa yang terjadi. Pembaca dapat mengetahui kondisi suatu tempat, ruang,

tradisi yang dijunjung, tata nilai, tingkah laku, dsuasana yang berpengaruh

terhadap karakter tokoh, dan terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra

membangun latar cerita. Sedangkan, latar waktu berkaitan dapat berupa siang,

malam, hari, bulan atau tahun.. Dalam hal ini, Nurgiyantoro (2010: 227)

menyatakan bahwa masalah “kapan” itu biasanya dikaitkan dengan waktu faktual,

waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar

waktu dapat menunjukkan lamanya cerita berlangsung, sejam, sehari, sebulan, dan

beberapa tahun. Latar suasana dapat berupa cuaca atau periode sejarah. Sementara

adat istiadat dapat berwujud benda-benda, cara berpakaian, dan cara berbicara

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

16

16

Menurut Nurgiyantoro (2010: 233) yaitu mengarah pada hal-hal yang

berkaitan dengan perilaku kehidupan sejarah masyarakat di suatu tempat. Dalam

hal ini, dengan penampakan latar tempat terjadi di dunia pewayangan dan latar

sosial yang dominan adalah latar kehidupan tokoh utama yang berasal dari

kalangan bangsa Dewa, karena tokoh utama dididik dan memperoleh pengetahuan

serta ilmu yang di dapatkan. latar sosial lainnya yang dihadirkan, yakni keadaan

kerajaan pada saat itu yang saling berperang dengan kerajaan lain pemimpinnya

masih dalam satu kekerabatan keluarga. Latar yang diciptakan oleh penulis akan

semakin menambah nilai pada cerita tersebut, karena pembaca menjadi tahu

dengan gambaran kondisi sosial dalam sebuah karya fiksi.

2.2 Psikologi Sastra

Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan

‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Karena itu perkataan psikologi sering

diartikan atau diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu

jiwa. Menurut Gerungan (dalam Walgito, 2004:1), ilmu jiwa meliputi segala

pemikiran, pengetahuan, tanggapan, dan juga meliputi segala khayalan dan

spekulasi mengenai jiwa.

Siswantoro (2004: 32) mengemukakan psikologi sastra mempelajari

fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra

ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkungannya, dengan demikian

gejala kejiwaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra.

Sastra dan psikologi mempunyai hubungan fungsional yaitu sama-sama untuk

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

17

17

mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, gejala dan diri manusia

dalam sastra adalah imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia

riil (nyata).

Pada dasarnya psikologi sastra memberikan unsur-unsur kejiwaan

fiksional yang terkandung dalam sebuah karya (Ratna, 2011:343). Dalam hal ini,

yang dibahas mengenai aspek kemanusiaan pada tokoh fiksi, sebab dalam tokoh

itulah semata-mata kejiwaan tokoh seperti dalam realitas dimunculkan. Psikologi

sastra lahir sebagai salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca

dan menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya

dengan menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam

psikologi (Wiyatmi, 2011: 1).

Di sisi lain, Minderop (2013: 59) berpendapat bahwa daya tarik psikologi

sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potert jiwa. Tidak hanya

jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain.

Minderop (2013: 53) juga menambahkan bahwa karya fiksi psikologis merupakan

suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu novel yang bergumul

dengan spiritual, emosional dan mental para tokoh dengan cara lebih banyak

mengkaji perwatakan daripada mengkaji alur atau peristiwanya.

2.3 Aktualisasi Diri

2.3.1 Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan

yang terbaik dari kemampuan dalam dirinya. Maslow (dalam Arianto, 2009: 139)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

18

18

menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan

sifat-sifat, potensi psikologi yang unik. Individu yang memiliki kepribadian yangs

ehat salah satu caranya adalah mampu untuk mengaktualisasi diri dengan memiliki

kemampuan-kemampuan yang bertambah dan mencapai pemenuhan diri (Supratika,

1995:11). Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup

seseorang. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila

mencapai kesuksesan dalam tahap pencapaian oleh seseorang terhadap apa yang akan

dimulai dan disadari dalam dirinya. Kemampuan untuk mengatur diri sendiri

sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dalam diri dari tekanan

internal dan eksternal telah menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai

kematangan diri (Asmadi, 2008:206).

Menurut Goldstein dalam Suryabrata (2006:326) bahwa aktualisasi diri adalah motif

pokok yang mendorong tingkah laku individu. Adanya dorongan-dorongan yang

berbeda. Aktualisasi diri adalah kecenderungan kreatif manusia sebagai hasrat untuk

menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja yang menurut

kemampuannya itu baik Maslow (dalam Globe 1994:7). Orang yang mengaktualisasi diri

lebih tegas dan memiliki pengertian yang lebih jelas dan tentang benar dan yang salah.

Mereka juga lebih jitu dalam meramalkan peristiwa yang akan terjadi, orang

teraktualisasi dirinya tidak akan membiarkan harapan dan hasrat pribadi menyesatkan

pengamatan mereka.

Setiap individu pasti memiliki potensi diri yang berbeda-beda, namun banyak sekali

individu yang belum dapat mengembangkan bahkan tidak mengetahui potensi atau bakat

yang dimilikinya. Akibatnya, individu tersebut sulit untuk mengaktualisasikan dirinya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

19

19

sendiri pada suatu masalah. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dari suatu

hirarki yang dipandang sebagia tujuan final dan tujuan ideal dari kehidupan manusia

(Maslow dalam Alwisol, 2009:208). Disamping itu, ketika individu ingin

mengaktualisasi dirinya harus memenuhi berbagai kebutuhan dasar, diantaranya

kebutuhan fisologis (physiological), keamanan (safety), cinta dan keberadaan (love and

belongingness), penghargaan (esteem). Dan aktualsiasi diri (self-actualization).

Kemudian ketika kebutuhan dasar tersebut terpenuhi maka munculah kebutuhan meta

atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang dirasa mampu untuk

mewujudkannya (Alwisol, 2004:260). Hal serupa dikemukakan oleh Maslow (1994:230)

bahwa manusia yang akan mencapai aktualisasi diri termotivasi oleh sejumlah kebutuhan

dasar yang bersifat sama tidak berubah dan muncul secara naluria.

Selanjutnya, Alwisol (2004:261) menyatakan bahwa aktualisasi diri ialah

keinginan yang memperoleh kepuasan dengan diri sendiri untuk menyadari semua

potensi dirinya, untuk menjadi sesuatu yang diinginkannya, dan untuk menjadi

kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Menurut Rogers (dalam

Soetanto, 2016:20) manusia memiliki motif dasar yaitu kecenderungan untuk

mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi

potensi yang dimiliki dan mencapai tahan human beingness yang setinggi-

tingginya. Seseorang yang dapat mencapai individu tingkat aktualisasi diri ini

menjadi manusia yang utuh, dan memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan

yang orang lain, bahkan tidak menyadari adanya kebutuhan semacam itu.

Seseorang yang mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusian secara alami, dan

tidak mau ditekan oleh budaya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

20

20

Kebutuhan aktualisasi ini jarang terpenuhi karena orang menyeimbangkan

antara kebanggan dan kerendahan hati, atau kemampuan memimpin dan tanggung

jawab yang dipikul serta antara mencemburui kebesaran orang lain dengan

perasaan kurang berharga. Maslow (dalam Globe: 1994:8) menyatakan bahwa

orang-orang yang mengaktualisasi dirinya mempu memberikan nilai yang baik

dan lebih tegas memiliki pengertian yang lebih jelas. Orang-orang yang

mengaktualisasi dirinya menjunjung nilai hidup yang abadi, orang-orang yang

mengaktualisasi diri akan tumbuh berkembang dan memenuhi kebutuhan dan

semakin menjadi apa yang mereka bisa. Biasanya orang-orang yang

mengaktualisasi diri adalah orang-orang yang luar biasa karena mereka menjadi

manusia secara sepenuhnya. Ciri-ciri orang yang mengaktualisasi diri secara

universal kemampuan mereka yang melihat hidup secara jernih, hidup apa adanya,

dan bersikap objektif (Globe, 1994:51).

Pencapaian kebutuhan aktualisasi diri terdapat pula habatan yang biasanya

ditemui oleh individu Koswara (1991:126) menyatakan bahwa ada tiga hambatan

yaitu, diri sendiri (individu), luar (lingkungan), dan pengaruh negative dari rasa

keamanan yang kuat. Melalui penjabaran mengenai kebutuhan manusia dan

hambatan di atas dapat ditegaskan keberadaan sastra sebagai cermin perilaku

psikologi manusia yang melalui aktualisasi diri tokoh utama dalam novel tersebut.

Aktualisasi diri perlu diketahui dalam penggambaran pribadi karakteristik ataupun

ciri-cirinya. Menurut Maslow (dalam Feist, 2010:391) menjelaskan bahwa orang-

orang yang akan mengaktualisai diri termotivasi oleh “prinsip hidup yang abadi”

(eternal verities) yang disebut nilai-nilai B. Nilai-nilai “Being” (kehidupan) ialah

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

21

21

indikator dari kesehatan psikologi dan kebalikan dari kebutuhan kekurangan (D-

needs), yang memotivais orang-orang yang nonaktualisasi diri. Maslow menanamkan

nilai-nilai B sebegai “metakebutuhan” (metaneeds) untuk menunjukkan bahwa nilai-

nilai adalah level tertinggi dari kebutuhan. Di samping itu, karakteristik

pengaktualisasi diri didapat dari penelitian Maslow terhadap tokoh-tokoh publik dan

sejarah yang menggunakan dan mengeksploitasi penuh bakat, kapasitas dan

potensinya. Selain itu, semua subyek memiliki perasaan aman, dicintai dan mencintai,

juga mampu menentukan sikap hidup mereka (Maslow, 1973: 60).

Aktualisasi diri juga tidak hanya berupa pencipta kreasi atau karya-karya

berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan khusus, semua orang pun bisa

mengaktualisasi diri yakni dengan jalan membuat yang terbaik atau bekerja

sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing. setiap individu berbeda-

beda bentuk aktualisasi dirinya dikarenakan diri adanya perbedaan-perbedaan

individual. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi

manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang

lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. Mereka

mengekspresikan kebutuhan dasar manusia secara alami (Alwisol, 2004:260).

Jadi aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan untuk mengungkapkan diri

yaitu kebutuhan paling tinggi dalam teori Maslow. kebutuhan ini akan muncul

apabila kebutuhan-kebutuhan aktualisasi ditandai sebagai hasrat individu untuk

menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya atau

hasrat dari individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan

segenap potensi yang dimilikinya.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

22

22

2.4 Bentuk Kriteria Aktualisasi Diri

Menurut Maslow (dalam Paulus 1997:168) menyebutkan penanda atau ciri-

ciri seseorang pengaktualsiasi diri di antaranya; 1) kemampuan melihat realitas

secara lebih efesien, 2) penerimaan diri sendiri, orang lain dan sifat dasar, 3)

spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran, 4) fokus pada masalah, 5) kebutuhan

akan privasi dan independensi, 6) berfungsi secara otonom, 7) apresiasi yang

senantiasa segar, 8) pengalaman-pengalaman mistik atau puncak, 9) minat sosial,

10) hubungan antar pribadi, 11) struktur watak demokratis, 12) perbedaan antara

sarana dan tujuan, antara baik dan buruk, 13) perasaan humor yang tidak

menimbulkan permusuhan, 14) kreativitas, 15) resistensi terhadap inkulturasi.

Individu dalam mengaktualisasi dirinya pasti memerlukan beberapa tahap bentuk

kriteria dan harus memenuhi kriteria aktualisasi diri diantaranya, 1) pengalaman

mistis, kreativitas, 3) spontanitas. Agar individu tersebut dapat

mengaktualisasikan dirinya. Dalam proses aktualisasi diri tentunya membutuhkan

sebuah proses. Terbentuknya aktualisasi diri yang kuat pastilah terlebih dahulu

ditempa oleh berbagai pilihan serta problematika dalam perjalanan hidupnya.

Agar seseorang dapat menemukan aktualisasi dirinya, seseorang harus melakukan

berbagai cara dan upaya. Berikut adalah bentuk-bentuk aktualisasi.

2.4.1 Mistis

Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti mitos ialah cerita suatu bangsa tentang

dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul

semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang Kehidupan, masih sering

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

23

23

ditemukan masyarakat yang melakukan tradisi-tradisi yang bersifat mistis, seperti

melakukan ritul ngaben¸ diwali, agihotra, serta mempercayai adanya benda-benda

keramat. Mempercayai adanya hal-hal mistis tersebut merupakan sebuah bentuk

ketakwaan diri pada tuhanya. Kata mistis itu sendiri berasal dari bahasa Yunani

yaitu mystikos artinya suatu rahasia, biasanya menunjukkan hal yang berkaitan

dengan pengetahuan tentang misteri. Sejalan dengan pendapat Abimanyu

(2014:16) mistis merupakan suatu hal yang bersifat gaib dan sangat diyakini

sehingga tidak bisa dijelaskan oleh akal manusia biasa.

Selanjutnya, Minasarwati (2002: 18) mistis diyakini sebagai suatu kejadian

pada zaman dahulu mengenai asal mula segala sesuatu yang memberikan sebuah

arti dan makna bagi kehidupan masa kini, dan juga menentukan hasil yang dimasa

akan datang. Mistis adalah sebuah keyakinan atau kepercayaan yang warisan yang

turun-menurun dari leluhur yang tidak bisa ditolak begitu saja. Hal serupa,

dikemukakan oleh Endaswara (dalam Laila, 2017:2) bahwa kepercayaan

merupakan paham besifat dokmatis yang terjalin dalam adat istiadat hidup sehari-

hari dari berbagai suku bangsa yang mempercayai suatu hal yang dipercayai adat

nenek moyang. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (dalam Herusatoto,

2015:24) unsur kebudayaan manusia ada enam macam, yakni 1) system religi, 2)

system organisasi dan kemasyarakatan, 3) system Bahasa, 4) system kesenian, 5)

system mata pencaharian, dan 6) sistem teknologi serat peralatan.

Pada sistem kebudayaan terdapat nilai-nilai budaya yang berharga untuk

kehidupan masyarakat. Nilai budaya baik secara langsung maupun tidak

langsung, dapat dipengaruhi mempengaruhi dan mewarnai tindakan-tindakan

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

24

24

masyarakat dan menentukan karakteristik suatu lingkungan. Dengan demikian,

realitas mistis dapat diwujudkan melalui upacara ritual, memiliki benda-benda

keramat, dan memiliki kanuragan yang berkaitan dengan kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa mistis tidak hanya bercerita atau peristiwa yang tidak

bermakn atau hanya tafsiran belaka, melainkan harus mereka terapkan dan ulang

kembali apa yang telah Tuhan dan alam supranatural kerjakan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mistis

merupakan yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianggap benar sehingga

menimbulkan kepercayaan yang akan membawa pada suatu keberuntungan. Mistis

sangat berpengaruh bagi masyarakat. Ada masyarakat yang mempercayai mistis

tersebut,ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mistis tersebut terbukti

kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayai merasa untung. Tetapi jika mistis

tersebut belum terbukti kebenaranya, maka masyarakat tidak dirugikan.

2.4.2 Kreativitas

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kreativitas (2005:599) kata

kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan

seseorang. Hal yang sama dikemukakan oleh Kamus (Webster dalam Anik,

2007:9) kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu hal yang baru dengan

berekspresi yang bersifat imajinatif. Kreativitas merupakan salah satu aspek

aktualisasi diri yang berperan penting terhadap sikap dan perilaku individu. Sifat

kreatif yang memiliki arti sama dengan kesehatan, sifat-sifat yang dikaitkan dalam

kreativitas, yakni memiliki keunikkan, humoris, keberanian, keterbukaan dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

25

25

rendah hati (BegheTo Kozbelt, A&Runco, 2010:16). Dalam hal ini, individu yang

memiliki kreatif biasanya enegik dan penuh ide, dan memiliki keinginan dan

kemampuan untuk menjadi pemikir yang berbeda, terbuka terhadap pengalaman

baru.

Kreativitas salah satu kebutuhan pokok manusia, yakni kebutuhan akan

perwujudan diri atau aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan paling tinggi bagi

manusia. Sejak lahir individu sudah memperlihatkan kecenderungan

mengaktulisasi diri dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu konsep yang amat

penting dalam bidang kreativitas dan aktualisasi diri apabila seseorang

menggunakan semua bakatnya dan talentanya untuk mewujudkan potensinya.

Sedangkan Menurut Munandar (2009:35) ciri-ciri kreativitas yakni, 1) dorongan

ingin tahu besar, 2) sering mengajukan pertanyaan yang baik, 3) memberikan

banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, 4) bebas dalam menyatakan

pendapat, 5) mempunyai rasa keindahan, 6) mempunyai pendapat sendiri dan

dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, 7) rasa humor

tinggi, 8) daya imajinasi yang kuat. Sikap ini asli dan intentif meski tidak harus

menghasilkan sesuatu. Individu yang mampu memandang sesuatu dari sudut

pandang yang unik Wilcox (dalam Teguh 2015: 20). Kreativitas ini dapat

menghasilkan karya baru maupun menggabungkan beberapa penemuan sesuatu

yang berbeda dan datang dari fakta para pengaktualisasi diri terbuka pada

pengalaman dan lebih spontan dalam perasaanya Globe (dalam Mathew

2013:206).

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

26

26

2.4.3 Spontanitas

Spontanitas merupakan faktor untuk membantu individu berfungsi

sepenuhnya. Keterbukaan terhadap pengalaman dan kepercayaan pada diri sendiri

dan akan mendorong seseorang untuk memiliki ciri-ciri bertingkah laku spontan

dan apa adanya. Spontanitas adalah sikap yang tidak dibuat-buat atau bersikap

wajar. Lebih lanjut, Hudha (2012:82) menyatakan bahwa dalam tubuh manusia

ada satu bagian tubuh yang dinamakan hati, yang merupakan pusat makna

tertinggi kehidupan atau ‘the ultimate meaning’ yang paling berpengaruh dalam

hidup. Peranan dan kedudukan hati sangat penting bagi keberhasilan dan

kegegalan hidup manusia. Semua yang dialami oleh manusia tersebut diawali dari

hati yang kemudian memerintahkan otak untuk bekerja menggunakan pancaindra.

Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran seseorang, maka ia semakin hidup

sebagai pribadi atau sebagaimana hidup sebagai pribadi. Orang yang spontanitas

akan memiliki naluri kesadaran dirinya yang kuat. Biasanya mereka juga

mengetahui kejadian yang memicu timbulnya perasaan tersebut. Atmosoeprapto

(2001:35) seseorang dengan aktualisasi diri yang kuat dapat melakukan

spontanitas dalam dirinya, mengubah cara pandang dan berpikir dari dalam

dirinya sehingga dapat mengubah sikap hidupnya. Lebih lanjut, Maxwell (dalam

Hudha, 2012:91) memberikan penjelasan bahwa spontanitas selalu dimulai

dengan adanya perubahan pola pikir dalam diri setiap individu masing-masing.

Sedangkan, perubahan pola pikir seseorang dapat diawali dengan membuka hati

dan lebih mendengarkan kata hatinya sendiri. Sedangkan Maslow (dalam Frank,

2000:94) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kesadaran diri akan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

27

27

mengerti dan memahami siapa dirinya, bagaimana menjadi diri sendiri, apa

potensi yang dimiliki, langkah-langkah apa yang akan diambil, apa yang

dirasakan, nilai-nilai apa yang dimiliki dan yakini, serta kearah mana

perkembanganya akan menuju.

Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menyampaikan secara spontan

jelas pikiran dan perasaan, membela diri dan mempertahankan pendapat,

mengarahkan dan mengendalikan diri, kemandirian, mengenal kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki dan menghargai diri sendiri meskipun memiliki

kelemahan, serta kemampuan mewujudkan potensi yang dimiliki dan merasa puas

dengan potensi yang diraih (Steven, 2003:39).

Berdasarkan uraian dari pengertian spontanitas di atas dapat disimpulkan bahwa

spontanitas sama dengan kesadaran diri adalah kemampuan individu

menyesuaikan dengan situasi alami, mengetahui kelebihan dan kekurang yang ada

pada dirinya sendiri serta mempunyai gambaran konsep yang jelas mengenai

dirinya. Individu yang spontan akan keadaan dirinya, tentunya akan lebih banyak

memperhatikan dan memproses informasi tentang dirinya, serta menjadi kritis

terhadap dirinya.

2.5 Karakteristik Aktualisasi Diri

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menemukan ada kesamaan

karakteristik dalam diri subyek. Menurut Maslow (2002:15) karakteristik

psikologi ialah suatu sifat kekal yang dapat dijadikan karakter, atau tanda-tanda

yang mengidentifikasi kepribadian seseorang. Hal yang sama dikemukan oleh

Dayaksini (2009:65) individu yang memiliki sifat dalam aktualisasi diri menjadi

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

28

28

pribadi yang tinggi akan memusatkan perhatian pada aktualsiasi dirinya dan

sangat perhatian dengan pikiran dan perasaanya. Juga akan lebih cepat memproses

informasi yang mengacu diri sendiri, dan memiliki gambaran tentang diri sendiri

secara konsisten, serta lebih bertanggungjawab atas kejadian-kejadian yang

menimpanya (causal agent). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

karakteristik ini dapat muncul pada saat individu tersebut akan mulai berjuang

mengaktualisasi dirinya yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Aktualisasi

dalam diri manusia meliputi banyak sikap. Sikap-sikap aktualisasi diri adalah

segala sikap yang menyebabkan manusia tersebut hadir dalam suatu lingkungan

dan kehadirannya diakui oleh lingkungan sekitar tersebut sebagai kehadiran yang

berarti. Sikap-sikap aktualisasi diri dalam penelitian ini adalah sikap

kepahlawanan, kemandirian, dan kebutuhan akan privasi.

2.5.1 Sikap Kepahlawanan

Kepahlawanan Dalam Bahasa Indonesia sering diartikan sebagai heroisme.

Menurut Badrun (2006:22) menjelaskan bahwa pahlawan bagi sebuah bangsa

adalah spirit yang terus menyala dan memberi warna bagi sejarah bangsanya,

bahkan bagi sejarah kemanusiaan dan peradaban dunia. Pahlawan adalah seorang

yang mempunyai sikap heroisme dalam perjuangan dan berjasa bagi negara,

perilakunya dianggap patut dicontoh dan ditiru. Adapun sikap patriotism, yakni

meliputi hal-hal sebagai berikut, 1) tahan uji dan ulet, 2) berani karena benar, 3)

rela berkorban, 4) berjiwa kesatria, 5) bertanggung jawab, 6) berjiwa pemimpin.

7) keteladanan, 8) cinta damai, 9) peduli sesama lebih mengedepankan pada upaya

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

29

29

untuk melestarikan dan mendayagunakan serta mengaktualisasikan sifat

kepahlawanan di kalangan generasi muda, yang dilaksanakan secara penuh

semangat.

Selanjutnya, Kutoyo dalam (Depdikbud: 1983:7) menyatakan bahwa seorang

pahlawan bertindak dasar keyakinan yang luhur dan bernilai kepahlawanan.

Dalam menjalakan tindakannya itu seorang pahlawan bersikap konsekuen dan

konsisten, sehingga sering mengorbankan nyawanya. Dalam karya sastra banyak

nilai yang bisa dipetik dari cerita tersebut, salah satunya adalah heroisme.

Pemimpin Heroik adalah mereka yang antusias, tangguh, mempunyai keberanian

dan keyakinan diri untuk mengambil perubahan dalam menghadapi tantangan dan

ketidakpastian. Heroisme merupakan istilah yang mengacu pada pengertian,

“keberanian dalam membela keadilan dan kebenaran, kepahlawanan (Putro,

2018:39).

Berdasarkan teori di atas bahwa heroisme atau kepahlawanan berkaitan

dengan kualitas seseorang, misalnya kesatria, keberanian, antusias, determinasi,

kerelaan berkorban, dan membela kebenaran. Membantu orang yang lebih

membutuhkan sebenarnya bukanlah tindakan yang sulit dilakukan. Hal itu mudah

dilaksanakan apabila kita mempunyai rasa rela berkorban dan keikhlasan. Dalam

membantu orang lain yang membutuhkan kita juga tidak boleh mengharap balasan

maupun penghargaan. Membantu dengan mengharap balasan berarti bantuan

tersebut tidak ikhlas dilaksanakan. Dan yang seperti kita ketahui, membantu

dengan sikap ikhlas dan rela berkorban adalah salah satu contoh dari sikap

kepahlawanan dalam

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

30

30

Kepahlawanan tidak hanya identik dengan pemenang pertempuran, penahluk

wilayah, atau suatu upaya mati sahid demi suatu paham yang dianut meski paham

itu dalam dirinya sesat, tapi kepahlawanan berkaitan secara mendasar dengan

kualitas etis seseorang yakni pengetahuan, kebaikan, dan tanggung jawab sosial

(social responsibility). Dan dengan pengetahuannya seseorang dapat bertindak

sesuai kebaikan. Mereka sebenarnya orang-orang yang biasa, namun karena

hidupnya yang luar biasa mereka menjadi dikenang banyak orang. Mereka disebut

pahlawan karena merupakan pejuangpejuang kemanusiaan yang memberi hidup

mereka dengan total karena kecintaan terhadap umat manusia Nilai kepahlawanan

berpangkal pada suatu tindakan yang di dalamnya terdapat rasa keberanian diri,

kesabaran dan pengorbanan dari seseorang yang rela berkorban demi tercapainya

tujuan yang diingankan dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih pribadi.

2.5.2 Kemandirian

Berdasarkan Kamus Psikologi, kemandirian berasal dari kata “independence” yang

diartikan sebagai suatu kondisi seseorang tidak bergantung pada orang lain dalam

menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin 2011:343). Hal serupa

dikemukakan oleh Parker (2006:226) bahwa kemandirian merupakan kemampuan

untuk mengelola semua yang dimiliki, dan berpikir secara mandiri disertai dengan

kemampuan mengambil resiko dan memecahkan masalah. Kemandirian adalah salah

satu aspek kepribadian aktualisasi diri yang sangat penting individu. Individu yang

memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan, karena

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

31

31

individu yang mandiri tidak bergangtung pada orang lain dan selalu berusaha

mengahadapi dan memecahkan masalah yang ada.

Parker (2006:227) mengemukakan bahwa kemandirian juga berarti adanya

kepercayaan terhadap ide diri sendiri. Kemampuan untuk menyelesaikan suatu hal

yang tuntas dengan dimilikinya tingkat kompetensi fisikal tertentu sehingga tidak

adanya keraguan dalam menetapkan oleh kekuatan akan kegagalan. Erickson (dalam

Monks, 2002:272) menambahkan bahwa kemandirian suatu sikap usaha untuk

melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dengan proses

mencari identitas ego, meskipun seseorang tersebut memiliki hal-hal yang yang

mantap untuk berdiri sendiri. Di samping itu, Masrun (dalam Widayatie, 2009:19)

juga mengemukakan bahwa seseorang untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya dengan melepaskan diri dari orang tua.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap mandiri seseorang diantaranya,

faktor internal dan eksternal, kedua faktor inilah dapat mempengaruhi sikap

mandiri seseorang dapat terbentuk. Pertama dari faktor internal diantaranya ada

kondisi fisiologis yang berpengaruh antara lain keadaan tubuh, kesehatan jasmani

dan jenis kelamin. Pada umumnya anak yang sakit lebih bersikap tergantung dari

pada orang yang tidak sakit (Walgianto, 2010:112). Kedua kondisi psikologis,

walaupun kecerdasan atau kemampuan berpikir seseorang dapat diubah atau

dikembangkan melalui lingkungan dalam kecerdasan seseorang.

2.5.3 Kebutuhan Akan Privasi

Kebutuhan akan privasi merupakan karakteristik yang dimiliki individu.

Menurut Rahman (2013:77) mengungkapkan bahwa individu mempunyai ciri

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

32

32

khas yang menujukkan perbedaan seseorang tentang motivasi, inisiatif,

kemampuan untuk tetap tegar atau menyesuaikan perubahan yang terkait erat

dengan lingkungan yang mempengaruhi kinerja individu. Berbeda dengan

pendapat Suryabrata (1993:203) bahwa individu yang memiliki sifat privasi

terutama di pengaruhi oleh dunia atau objektifnya, yakni dunia luar dirinya.

Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan serta tindakan-

tindakannyata terutama ditentukan oleh lingkungannya.

Aktualisasi diri tokoh utama dalam psikologi sastra di bagian aktualisasi

diri pada tingkat dalam hirarki Abraham Maslow (Poduska, 2008:177). Menurut

(Jess dan Gregory Feist, 2010: 347) orang yang mengaktualisasi diri mempunyai

sebuah ciri untuk memisahkan diri yang memungkin mereka untuk menjadi

sendiri, tanpa menjadi kesepian. Mereka akan santai dan nyaman ketika orang

bersama orang lain maupun ketika sendirian. Oleh karena itu, mereka akan

memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka tidak akan mempunyai

kebutuhan yang berlebihan untuk dikelilingi oleh orang lain. Mereka bisa

mendapat kesenangan dari kesendirian dan privasi. Mengaktualisasi diri dapat

terlihat seperti orang yang tidak ramah atau tidak tertarik, padahal kenyataannya

ketidak tertarikan mereka hanya terbatas pada hal-hal yang tidak penting. Mereka

memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa menjadikan mereka

harus membuang waktu dan terlibat masalah yang tidak penting. Sehingga mereka

akan menghabiskan sedikit energi untuh membuat orang lain kagum atau

mendapatkan cinta dan penerimaan, maka mereka mampu untuk membuat

pilihan-pilihan yang bertanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang

Page 26: BAB II LANDASAN TEORIeprints.umm.ac.id/58905/3/BAB II.pdf · 2020. 2. 4. · 2.1.5. Tokoh dan Penokohan . Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita yang berupa fiksi maupun non fiksi

33

33

tergerak diri sendiri, menolak usaha-usaha yang dilakukan masyarakat untuk

menjadikan mereka mengikuti hal-hal yang sudah biasa dilakukan.

Selanjutnya, Eysenck (dalam Nuqul, 2006: 31) individu yang memiliki

kepribadian kebutuhan akan privasi lebih tenang, bersikap hati-hati, pesimis, kritis dan

selalu berusaha mempertahankan sifat-sifat baik untuk diri sendiri sehingga dengan

sendirinya mereka akan sulit dimengerti. Invidu yang mempunyai tipe kepribadian

kebutuhan akan privasi dapat berubah menjadi seseorang yang terbuka, dan begitu pula

sebaliknya. Karena sikap seseorang tidak bersifat permanen melainkan dinami, artinya

dapat berubah sewaktu-waktu. Kepribadian dibentuk bukan oleh diri sendiri melainkan

oleh beberapa faktor seperti lingkungan sekitar.