nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk,mbok pah, mak gini, mbak gik, isa, nani, rini, mira,...
TRANSCRIPT
NILAI KESETIAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUK,
KARYA IWAN SETYAWAN DAN RELEVANSINYA
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Hanasih Wikani Hati
NIM: 091224037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
NILAI KESETIAAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUK,
KARYA IWAN SETYAWAN DAN RELEVANSINYA
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Hanasih Wikani Hati
NIM: 091224037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Orang tuaku, Mujono dan Sri Hartati
2. Adikku, Priya Yoga Yuwana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib kaumnya
kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka
sendiri” (Al Qur’an: Ar Ra’ad, ayat 11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Hati, Hanasih Wikani. 2013. Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, nilai kesetiaan tokoh utama, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, tema, dan nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tokoh utama adalah Ibuk dan tokoh tambahan yang mempengaruhi nilai kesetiaan tokoh utama adalah Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Nilai kesetiaan dilihat dari unsur intrinsik (tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema) yang terdapat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Relevansi silabus dan RPP dapat digunakan untuk mencapai Standar Kompetensi Membaca, yaitu memahami buku biografi, novel, dan hikayat dengan Kompetensi Dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Hati, Hanasih Wikani. 2013. The Main Character’s Loyalty Value in the Novel Ibuk, Written by Iwan Setyawan and the Relevancy in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.
This research examined the main character’s loyalty value in the novel ibuk, written by Iwan Setyawan. The approach used in this research was structural approach. This research was aimed to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value, and the relevancy in the literature learning in Senior High Schools. The method used in this research was descriptive qualitative method. This method was used to describe the theme, plots, characters, characterization, settings, the main character’s loyalty value in the novel ibuk , written by Iwan Setyawan in the forms of words and languages. The analysis results showed that the main character who showed the value of loyalty was Ibuk. Additional characters in this novel were Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, and Bang Udin. The existence of the additional characters in this novel helped the main character to struggle her life. Based on the results of this research, the researcher made syllabus and Lesson Plans that could be used as the literature learning materials in Senior High Schools, class XI semester II. The relevancy of the syllabus and Lesson Plans could be used to reach the Reading Competency Standard - comprehending biographies, novels, and tales with the Basic Competency to disclosure the interesting things and the moral teaching.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas
kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai Kesetiaan
Tokoh Utama dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
Penulis menyadari bahwa tanpa doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima
kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID.
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang selalu
memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyusun skripsi.
3. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang
selalu membimbing penulis dalam menyusun skripsi.
4. Para dosen PBSID yang selama ini telah memberikan ilmunya yang
sangat berharga kepada penulis.
5. Bapak dan Ibuku tercinta, Mujono dan Sri Hartati untuk doa, motivasi,
dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
6. Adikku tercinta, Priya Yoga Yuwana atas dukungan selama penulis
melaksanakan proses belajar.
7. Teman-teman PBSID angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat
dan motivasi kebersamaannya selama proses belajar.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan
kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Batasan Istilah ......................................................................... 5
F. Sistematika Penyajian .............................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 9
A. Penelitian Relevan .................................................................... 9
B. Kerangka Teori ........................................................................ 11
1. Hakekat Novel .................................................................. 11
2. Macam Novel ................................................................... 12
3. Unsur Intrinsik Novel ....................................................... 13
4. Nilai ................................................................................... 18
5. Nilai Kesetiaan .................................................................. 23
6. Pendekatan Struktural ........................................................ 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
7. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ...... 25
8. Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI ............................. 26
9. Silabus ............................................................................... 30
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 32
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 32
B. Objek Penelitian ..................................................................... 33
C. Sumber Data ............................................................................. 33
D. Metode ..................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 35
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 36
A. Deskripsi Data ......................................................................... 36
B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema ................ 36
1. Analisis Tokoh ..................................................................... 36
a. Ibuk………………………………………………….. .. 37
b. Bayek ............................................................................ 40
c. Bapak ............................................................................. 41
d. Mak Gini ........................................................................ 42
e. Mbok Pah ...................................................................... 43
f. Mbak Gik ...................................................................... 44
g. Isa ................................................................................... 45
h. Nani ............................................................................... 46
i. Rini ................................................................................ 47
j. Mira ............................................................................... 47
k. Bang Udin ..................................................................... 47
2. Analisis Penokohan ............................................................. 50
a. Ibuk………………………………………………….. .. 50
b. Bayek ............................................................................ 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
c. Bapak ............................................................................. 67
d. Mak Gini ........................................................................ 71
e. Mbok Pah ...................................................................... 73
f. Mbak Gik ...................................................................... 74
g. Isa ................................................................................... 76
h. Nani ............................................................................... 77
i. Rini ................................................................................ 78
j. Mira ............................................................................... 78
k. Bang Udin ..................................................................... 79
3. Alur atau Plot ....................................................................... 81
a. Awal .............................................................................. 81
1. Paparan (exposition) ............................................. 81
2. Rangsangan (inciting moment) ............................. 82
3. Gawatan (rising action) ........................................ 82
b. Tengah .......................................................................... 83
1. Tikaian (conflict) .................................................. 83
2. Rumitan (complication) ........................................ 84
3. Klimaks .................................................................. 86
c. Akhir ............................................................................. 86
1. Leraian (falling action) ......................................... 86
2. Selesaian (denouement) ........................................ 87
4. Latar/setting ......................................................................... 88
a. Latar Tempat ................................................................. 88
b. Latar Waktu .................................................................. 91
c. Latar Sosial ................................................................... 95
5. Tema .................................................................................... 98
C. Keterkaitan Unsur dalam Novel ibuk, Karya Iwan Setyawan... 100
D. Analisis Nilai Kesetiaan Tokoh Utama (Ibuk) ........................ . 104
E. Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran
Sastra di SMA........................................................................... 111
1. Bahasa................................................................................. 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Psikologi ............................................................................. 114
3. Latar Belakang Budaya ...................................................... 116
4. Silabus ................................................................................ 118
5. RPP ..................................................................................... 120
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 134
A. Kesimpulan ............................................................................. 134
B. Implikasi .................................................................................. 136
C. Saran ........................................................................................ 136
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 138
LAMPIRAN ................................................................................................... 141
BIODATA ....................................................................................................... 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “tulisan”
atau “karangan”. Sastra berarti karangan dengan bahasa yang indah dan isinya
yang baik. Bahasa yang indah artinya berguna dan mengandung nilai
pendidikan. Indah dan baik menjadi fungsi sastra yang terkenal dengan istilah
dulce et utile (Wellek dan Warren, 1990: 25). Sastra adalah karya lisan atau
tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).
Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai
medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial (Damono, 1979: 1).
Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan suatu kenyataan
sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar
masyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang. Peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam batin seseorang sering menjadi bahan sastra. Sastra juga
merupakan cerminan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan
masyarakat.
Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin
rendah dan jauh daripada dunia ide, sedangkan Aristoteles (murid Plato),
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mengemukakan sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu
pengetahuan dan filsafat. Menurut kaum formalisme Rusia, sastra adalah
sebagai guru bahasa yang bermateri kata-kata dan bersumber dari imajinasi
atau emosi pengarang (Plato dalam Semi, 2004: 27).
Kejadian atau peristiwa kehidupan dalam masyarakat dapat direkam
oleh pengarang melalui daya kreasi dan imajinasi. Kejadian tersebut dijadikan
karya sastra yang menarik dan bermanfaat. Karya sastra digunakan pengarang
untuk mengajak pembaca ikut melihat, merasakan, menghayati makna
pengalaman hidup yang pernah dirasakannya.
Sastra merupakan cermin dari kehidupan manusia. Oleh karena itu,
perlu adanya apresiasi terhadap karya sastra. Salah satu bentuk apresiasi
terhadap sebuah karya sastra, misalnya dengan membaca novel dan cerpen.
Bahkan dapat mementaskan sebuah drama. Sehingga karya sastra tidak hanya
dinikmati oleh diri sendiri tetapi juga dinikmati banyak orang. Setiap karya
sastra pasti terdapat nilai amanat yang bisa dipetik dan dapat dijadikan
sebagai contoh atau teladan bagi kehidupan di masyarakat (Sumardjo, 1984:
14).
Peristiwa-peristiwa sosial, pendidikan, politik, ekonomi, bahkan
agama dapat diangkat menjadi sebuah karya sastra yang indah dan layak
untuk dinikmati masyarakat. Apalagi jika penulis atau pengarang cerita dapat
mengkombinasikan idenya dengan peristiwa-peristiwa yang ada di dalam
masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengapresiasi bahkan dapat
meneladani hikmah yang ada di dalam cerita tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 969). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara
tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang
nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik pengalaman
batin pembaca atau pengalaman manusia.
Karya sastra merupakan bahan pelajaran yang ada di SMA.
Pembelajaran sastra di SMA berguna untuk dinikmati dan diapresiasi agar
warisan sastra Indonesia tidak luntur. Selain itu, memanfaatkan karya sastra
untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Novel ibuk, karya penulis national best seller Iwan Setyawan,
mengisahkan tentang sebuah kehidupan yang penuh dengan perjuangan yang
dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok
perempuan yang selalu memberi nafas bagi kehidupan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti novel ibuk,. Penulis
akan meneliti nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Alasan
penulis meneliti novel tersebut karena cerita di dalamnya sangat menarik dan
dapat menimbulkan semangat untuk hidup di tengah sulitnya perekonomian
di dalam keluarga. Selain itu, tokoh utama dalam novel ini dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
inspirasi setiap pembaca. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para
pembaca mampu mengambil nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ini.
Penulis akan menghubungkan novel tersebut dengan pembelajaran sastra di
SMA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini:
1. Bagaimana tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel ibuk,
karya Iwan Setyawan?
2. Bagaimana nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan?
3. Bagaimana relevansi novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam
pembelajaran sastra di SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini:
1. Mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema dalam novel
ibuk, karya Iwan Setyawan
2. Mendeskripsikan nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya
Iwan Setyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Mendeskripsikan relevansi novel ibuk, karya Iwan Setyawan dalam
pembelajaran sastra di SMA
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti sastra, peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
ilmu sastra, yaitu masukan dan informasi, khususnya novel ibuk, karya
Iwan Setyawan
2. Pembelajaran sastra, penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif
bahan sastra di SMA khususnya novel
3. Peneliti lain
Dapat mengembangkan karya sastra yang berupa novel untuk melakukan
penelitian dengan sudut pandang yang berbeda.
E. Batasan Istilah
Untuk menyatukan persepsi mengenai istilah-istilah yang akan
digunakan dalam skripsi ini, maka akan diberikan beberapa istilah yang
berhubungan dengan penelitian ini. Batasan istilah tersebut:
1. Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi
kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).
2. Pendekatan sturktural adalah pendekatan yang menguraikan keterkaitan
dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:
135).
3. Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-
tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.
Istilah lain: roman (Sudjiman, 1990: 55).
4. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri (Nurgiyantoro, 1995: 23).
5. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang ada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 23).
6. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79).
7. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, melalui Nurgiyantoro, 1995:
165).
8. Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu akan
menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton melalui Nurgiyantoro, 1995:
113).
9. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berhubungan
dengan waktu, ruang, dan suasana terjadi dalam karya sastra (Sudjiman,
1988: 46).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
10. Sudut pandang adalah pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan
diri pengarang dalam ceritanya, atau dari mana dia melihat peristiwa-
peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. (Semi, 2004: 57).
11. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang (Sudjiman,
1988: 57).
12. Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai sebuah sistematik dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko
dan B. Rahmanto melalui Nurgiyantoro, 1995: 68).
13. Kesetiaan adalah keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan,
perhambaan dan sebagainya); kepatuhan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 1295).
14. Relevansi adalah hubungan; kaitan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 1159).
15. Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 23).
16. Silabus adalah penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilain, alokasi waktu, dan sumber belajar (Muslich,
2007: 23).
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterangkan guru dalam pembelajaran di
kelas. (Muslich, 2007: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
F. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Halaman judul, Bab I berisi: Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penenlitian, batasan
penelitian, sistematika penyajian.
Bab II berisi: Landasan Teori yang terdiri dari penelitian yang relevan
dan kerangka teori. Dalam penelitian yang relevan ini penulis menemukan
tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Sigit Permadi
Wibowo, A. Sri Puji Rahayu, dan Y. Rieska Devi Permata Sari.
Bab III berisi: Metodologi Penelitian yang terdiri dari pendekatan dan
jenis penelitian, objek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknis analisis data.
Bab IV berisi tentang analisis unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan
tema yang ada dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan serta relevansi hasil
analisis nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan
dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab V penutup, berisi kesimpulan dan
saran terhadap penelitian yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Relevan
Dalam penelitian tentang nilai kesetiaan tokoh utama novel ibuk,
karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA,
penulis menemukan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
Sigit Permadi Wibowo, A. Sri Puji Rahayu, dan Y. Rieska Devi Permata Sari.
Masing-masing penelitian tersebut berjudul “Wujud Perjuangan Perempuan
dalam Pendidikan Pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan
Buru Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra”. Penelitian yang dilakukan oleh A.
Sri Puji Rahayu berjudul “Nilai-Nilai Budi Pekerti dalam Cerita Rakyat
Yogyakarta 2 karya Bakdi Soemanto: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”.
Penelitian yang dilakukan oleh Y. Rieska Devi Permata Sari berjudul “Nilai
Moral Pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah”.
Penelitian yang dilakukuan oleh Sigit Permadi Wibowo mengkaji
wujud perjuangan perempuan dalam antologi cerita pendek Seribu Impian
Perempuan Baru. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Menganalisis kondisi sosiokultural yang tercermin pada antologi cerita
pendek yang melatarbelakangi wujud perjuangan perempuan dalam
pendidikan. (2) Mendeskripsikan wujud perjuangan perempuan dalam
pendidikan di Pulau Buru yang terdapat dalam antologi cerita pendek Seribu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Impian Perempuan Baru. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.
Penelitian yang dilakukan oleh A. Sri Puji Rahayu mengkaji nilai-nilai
budi pekerti dalam Cerita Rakyat Yogyakarta 2 karya Bakdi Soemanto dan
implementasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra positivistis menurut
gagasan Swingewood. Alasan pemilihan pendekatan tersebut karena dalam
pendekatan tersebut karya sastra dipandang sebagai refleksi atas realitas
kehidupan masyarakat yang tidak perlu dilihat dalam suatu keseluruhannya
tetapi berusaha melihat hubungan antara unsur sosial budaya suatu
masyarakat dengan salah satu unsur yaitu unsur tokoh dan penokohan suatu
karya sastra.
Penelitian yang dilakukan oleh Y. Rieska Devi Permata Sari mengkaji
nilai moral yang terdapat pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah karya James
Danandjaja. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai moral yang
terdapat pada Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan karena penelitian kepustakaan adalah penelitian suatu
masalah berdasarkan sumber tertulis seperti catatan, transkrip, buku, surat
kabar, maupun majalah. Dalam hal ini mencari data dari buku yang berjudul
Cerita Rakyat Dari Jawa Tengah.
Ketiga penelitian terdahulu menunjukkan kesamaan tujuan penelitian
yang mendeskripsikan nilai-nilai yang terdapat cerita rakyat ataupun cerita
pendek. Namun, penelitian mengenai nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ibuk, karya Iwan Setyawan dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di
SMA belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, topik ini masih relevan untuk
diteliti.
B. Kerangka Teori
1. Hakekat Novel
Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2005: 9) mengatakan bahwa novel
adalah cerita pendek dalam bentuk prosa. Novella (bahasa Itali)
mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette,
yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak
terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Novel adalah karangan prosa
yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 788). Novel merupakan salah satu
bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan
serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat
menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel
mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman
manusia.
Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam
novel adalah relatif (Priyatni, 2010: 125)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan
tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara
tersusun. Istilah lain: roman (Sudjiman, 1990: 55).
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah
prosa panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata dengan menyuguhkan
rentetan peristiwa, tokoh, alur, tema, latar, amanat, bahkan gaya bahasa.
2. Macam Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan
keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah
pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi
novel serius dan novel popular.
Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 17) menyebutkan kata ”pop”
erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena novel-novel itu
sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang kemudian dikenal sebagai
”bacaan populer”. Jadilah istilah “pop” sebagai istilah baru dalam dunia
sastra kita.
Nurgiyantoro (2005: 18) juga menjelaskan bahwa novel populer
adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya,
khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan
masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel
populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan
zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi seiring
dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih
mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita (Stanton
dalam Nurgiyantoro 2005:19). Novel populer tidak mengejar efek estetis
seperti yang terdapat dalam novel serius.
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra
merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam
sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius.
Novel serius harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba
mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang
bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai
tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca
untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang
dikemukakan.
3. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002: 23). Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur secara
faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Unsur yang dimaksud, misalnya peristiwa, cerita, plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya
bahasa, dan lain-lain. Namun, dalam penelitian ini hanya memusatkan
pada unsur tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada
dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di
dalam suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Tipe tokoh seperti yang
digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh
bawahan sering disebut tokoh antagonis.
“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau
individu rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari
tokoh lain sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh
dan penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Setiap pengarang
ingin membaca atau memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh
yang ditampilkannya. Ada dua macam cara yang dikemukakan oleh M.
Atar Semi dalam memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam
fiksi yaitu:
1) Cara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak
atau karakter tokoh, contohnya pengarang menyebutkan bahwa
tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.
2) Cara dramatis, yaitu menggambarkan apa dan siapa tokoh itu tidak
secara langsung, tetapi hak-hak lain, misalnya perbuatan
menggambarkan tempat atau lingkungan tokoh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dalam mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya,
penulis menempuh dua cara:
1) Secara langsung, pengarang menyebutkan secara terperinci
bagaimana tokoh itu baik perangai maupun tingkah laku dan
perwatakan yang dimilikinya yang diciptakan pengarang
2) Secara tidak langsung, pengarang mengungkap tokoh dengan
perwatakannya dengan jalan memberi gambaran sifat, keadaan fisik,
melakukan gerak-gerik. Biasanya diungkapkan melalui percakapan
antara tokoh dalam cerita tersebut.
b. Plot/Alur
Menurut Nurgiyantoro (2000: 110), plot/ alur adalah rangkaian
peristiwa yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah
cerita. Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku
para tokoh dalam bertindak, berpikir dan bersikap dalam menghadapi
berbagai masalah dalam suatu cerita.
Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan
hubungan sebab akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam
sebuah cerita. Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu
permulaan (beginning), melalui suatu tengahan (meddle) menuju suatu
permulaan (ending). ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat
ddalam fiksi atau drama.’ (Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002:
126).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut
sebagai plot lurus, maju atau dapat dinamakan progresif, sedang yang
kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai
regresi. Plot pada cerpen dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang
dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Selanjutnya sebuah novel dikatakan
regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak
dimulai dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau
bahkan tahap akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
Struktur Umum Alur (Sudjiman, 1990: 30)
Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:
Awal: 1. Paparan (exposition) 2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) Tengah: 5. rumitan (complication) 6. klimaks
Akhir: 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)
c. Latar/Setting
M. Atar Semi (2004: 46) berpendapat bahwa “latar atau
landasan tumpu (setting) adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.”
Sejalan dengan itu, Tarigan (2002: 136) berpendapat bahwa yang
dimaksud “latar atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat
dan ruang adalah sebuah cerita.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Nurgiyantoro (2000: 230) mengatakan unsur-unsur setting
dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu
dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan
lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Setting waktu adalah setting yang berhubungan dengan
masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Setting sosial menyarankan pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial dapat berupa
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita.
d. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya
sastra (Tarigan, 2002: 7). Tema pada dasarnya merupakan pokok
sebuah cerita. Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah
sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan
hidup, dan sebagainya.
e. Hubungan Antar Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik merupakan suatu bagian dari struktur novel.
Unsur intrinsik dalam novel memang saling mempengaruhi satu dengan
lainnya, misalnya unsur tokoh akan selalu berhubungan dengan
penokohan atau perwatakan. Tokoh dengan latar saling berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
atau berkaitan (Sudjiman, 1990: 27). Tokoh merupakan individu dalam
cerita, sedangkan penokohan atau perwatakan merupakan karakter
tokoh atau individu tersebut. Jadi jika seorang tokoh tanpa karakter,
akan tidak akan membentuk sebuah cerita.
Begitu juga berkaitan dengan unsur yang lain, misalnya tema,
alur, latar, dan sebagainya. Semua sudah menjadi satu kesatuan yang
utuh, sehingga membentuk sebuah cerita.
4. Nilai
Nilai adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi
kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963). Nilai berarti
sesuatu yang penting dan berharga, di mana orang rela menderita,
mengorbankan yang lain, membela, dan bahkan rela mati demi nilai
tersebut. Nilai memberi arti atau tujuan dan arah hidup. Nilai menyediakan
motivasi-motivasi. Nilai-nilai memberikan arah perjalanan, seperti rel
kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan (Darminta, 2006: 24).
Nilai-nilai yang diperjuangkan (Darminta, 2006: 44) antara lain:
1) Kesetiaan: Nilai dan Hubungan Personal
Orang ditantang untuk menghormati dan menghargai semua
sarana serta wujud untuk melangsungkan dan meghormati hidup itu
pula. Maka, diperlukan kesetiaan kepada nilai hidup yang bercirikan
kualitas abadi (Darminta, 2006: 50-51).
Masyarakat yang lebih mengutamakan nilai sarana dapat dengan
mudah terjadi orang berkutat pada sarana-sarana kehidupan, bukan
hidup itu sendiri. Itulah yang terjadi dalam budaya instan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menyingkirkan nilai berdaya tahan lama. Contohnya kehidupan seks
bebas masa kini yang melahirkan orang yang cenderung
mementingkan kepuasan semata. Hal ini terbukti bahwa orang tersebut
tidak mau berjuang keras atau berproses dan hanya menginginkan
hasilnya (Darminta, 2006: 51).
Kesetiaan terhadap hidup bagaimanapun juga akan sangat
berkaitan dengan soal penghargaan dan penghormatan kepada nilai
seks dalam hidup manusia. Suasana cinta yang ditandai kesetiaan,
pengampunan, dan penghormatan di dalam keluarga merupakan
kondisi yang paling baik, bukan hanya teknik yang menyingkap
rahasia kesenangan belaka. Intimitas yang menyatukan hidup dalam
hubungan cinta merupakan suatu perjalanan tersendiri (Darminta,
2006: 53).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
orang zaman sekarang cenderung menginginkan serba instan tanpa
mau berproses lewat perjuangan yang penuh tantangan. Hal itu dapat
digambarkan melalui kehidupan seks bebas saat ini yang hanya
mengutamakan kepuasan semata. Padahal jika orang berpegang pada
prinsip hidup itu suci, berharga, dan pantas dihormati, mau tidak mau
orang harus berproses terlebih dahulu baru kemudian menuai hasilnya.
2) Kepedulian: Nilai dan Hak-Hak Asasi
Hormat terhadap hidup dan setia kepada relasi personal, sebagai
yang berbagi kehidupan, membawa orang untuk menentukan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
selanjutnya, yaitu hormat kepada pribadi yang pada masa kini
dirumuskan sebagai hak asasi manusia (Darminta, 2006: 53).
Menurut Darminta (2006: 53-54) hak-hak asasi manusia
semakin disadari maka juga semakin dipergulatkan dalam berbagai
aspek kehidupan manusia di mana manusia berhak memutuskan
sendiri, seperti :
a) hak untuk hidup
b) hak untuk diperlakukan sebagai pribadi
c) hak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang layak
d) hak untuk memilih agama yang dianut
e) hak untuk memperoleh sarana-sarana kehidupan
f) hak yang sama di depan hukum
Pada dasarnya dari semua perkembangan aspek hak-hak asasi
manusia seperti tersebut di atas, ada satu hal yang paling asasi, yaitu
nilai manusia sebagai manusia atau pribadi yang memiliki
kemerdekaan (Darminta, 2006: 54).
Melindungi hidup pribadi manusia merupakan kewajiban setiap
manusia. Misalnya tidak membiarkan orang lain menjadi budak.
Namun, zaman sekarang orang cenderung masuk dalam berbagai
macam bentuk perbudakan. Misalnya anak-anak muda yang menjual
temannya untuk memperoleh kepuasan seks dan demi mendapat uang,
kasus-kasus TKW atau TKI yang terdapat jual-beli manusia, gaji para
buruh yang rendah, dan sebagainya. Oleh karena itu, sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memanusiakan manusia tetap harus diperjuangkan karena hidup
manusiawi adalah nilai yang luhur.
3) Solidaritas: Nilai dan Kebutuhan Hidup
Perlakuan yang dilandasi oleh rasa hormat terhdap hidup,
kesetiaan, dan kepedulian terhadap nasib sesama mengajak kita untuk
hidup sebagai hak-hak yang asasi, seperti tanah dan pangan, serta
rumah dan milik-milik lain yang semestinya untuk hidup (Darminta,
2006: 55).
Solidaritas berarti bahwa orang mampu menggunakan barang
untuk memajukan hidup sesama, bukannya membunuh hidup sesama
(Darminta, 2006: 56).
Berdasarkan pernyataan tersebut orang harus berusaha
menumbuhkan rasa solidaritas dalam kehidupan ini, merasa senasib,
sehidup, kebersamaan yang akan membuahkan pembagian yang adil
dan semestinya dalam hak atas kebutuhan untuk hidup.
4) Kepercayaan: Nilai dan Kepastian
Hidup mengandung kebenaran yang merupakan dasar bagi
hidup berbagi atau komunikasi hidup. Mengkhianati hidup berarti
mengkhianati kebenaran yang ada di dalamnya, bahkan mengkhianati
hakikat hidup itu sendiri yang hidup dalam komunikasi serta
pemberian diri terus-menerus. Hubungan dalam kebenaran merupakan
syarat mutlak adanya hubungan yang benar, yaitu dalam kepercayaan.
Hubungan dalam kebenaran hidup, yaitu saling berbagi hidup dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kejujuran. Maka, kejujuran merupakan nilai yang harus diperjuangkan
bila kepercayaan satu sama lain ingin diciptakan. Bila kebenaran dan
kejujuran tidak ada, maka hidup dan relasi antar manusia pun akan
rusak (Darminta, 2006: 57).
Contohnya saat ini kita hidup dalam serba kebohongan-
kebohongan, bahkan pengkhianatan. Kebenaran bila diungkapkan
terkadang menyakitkan, apalagi bila dikuasai oleh nafsu egois.
Keuntungan sarana kehidupan yang membuat seseorang tidak jujur,
bohong, dan menipu. Bahkan lembaga hukum pun justru menjadi
sumber kebohongan.
Namun, rela mati untuk membela kebenaran merupaka cita-cita
luhur dalam kehidupan manusia. Kerelaan yang demikian tersebut
yang akan membawa kehidupan (Darminta, 2006: 58).
Apabila kebenaran-kebenaran itu selalu dijunjung tinggi, maka
akan ada terciptanya kepastian-kepastian yang dapat diandalkan dalam
kehidupan bersama. Kepercayaan yang makin tinggi karena
kepercayaan adalah sebagai dasar hidup bersama. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa terciptanya hidup yang baik bagi semua
pihak akan tergantung pada kadar kejujuran serta sikap orang pada
nilai kebenaran.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah sifat atau hal-hal yang penting yang berguna bagi kemanusiaan
dan di mana orang rela menderita, mengorbankan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5. Nilai Kesetiaan
Kesetiaan adalah keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan,
perhambaan dan sebagainya); kepatuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 1295). Nilai merupakan sifat atau hal-hal yang penting yang berguna
bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).
Sardjono (1992: 17) mengatakan bahwa apabila orang Jawa telah
dewasa maka ia telah membatinkan bahwa kesejahteraannya bahkan
eksistensinya tergantung pada kesatuan dengan kelompoknya. Hal ini
menunjukkan bahwa salah satu ciri kedewasaan seseorang sekaligus
kejawaan seseorang adalah sikap setia yang diungkapkan dalam
kelompoknya. Kesetiaan seseorang yang tidak disertai oleh pengorbanan
yang besar memang sudah menjadi paham yang harusdilakukan apabila
memang masih menganggap sebagai orang Jawa.
Kesetiaan bisa diwujudkan dalam bentuk pernikahan, persahabatan,
kesetiaan dalam keluarga, masyarakat, negara, dan lain-lain. Namun,
dalam penelitian novel ini kesetiaan yang paling sesuai adalah kesetiaan
dalam keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai kesetiaan adalah ketaatan dalam keluarga yang berguna bagi
kemanusiaan.
6. Pendekatan Struktural
Struktur merupakan keseluruhan relasi antara berbagai unsur
sebuah teks (Hartoko, Dick dan B. Rahmanto, 1989: 135 ). Pendekatan
struktural meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang
ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan tersebut mencoba
menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra
sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).
Sruktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur-unsur alur, penokohan,
tema, latar, dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling
dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991: 54).
Penelitian struktural pada dasarnya berangkat dari pendekatan objektif
sebagaimana dikemukakan Abrams, yang menekankan karya sastra
sebagai struktur yang bersifat otonom. Struktur pada dasarnya merupakan
sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai unsur, yang tidak satu pun di
antaranya dapat melakukan perubahan tanpa berpengaruh pada unsur-
unsur yang lain (Zaidan, 2002: 20-21).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan strutural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra
dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut
dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan struktural yang
digunakan penulis dalam mengalisis nilai kesetiaan tokoh utama dalam
novel ibuk, karya Iwan Setyawan dikhususkan pada empat unsur yaitu
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
7. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (BSNP, 2006).
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan satuan
silabus.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang
Standar Nasioanal Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP
merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan atau sekolah (Muslich 2007, hlm. 17).
Dari beberapa sumber tersebut, jelas dikatakan bahwa pengertian
KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
8. Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI
Menurut Rahmanto (1988: 16) pengajaran sastra dapat membantu
pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat yaitu
membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Agar
dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu
dipertimbangkan. Ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika
ingin memilih bahan pengajaran sastra (Rahmanto, 1988: 27):
1. Bahasa
Perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi
banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak
hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga
faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang,
ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok
pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Agar pengajaran sastra
dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan ketrampilan
khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai
dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya.
2. Psikologi
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap
perkembangan psikologis ini hendaknya diperhatikan karena tahp-
tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan
anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan
tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi
atau pemecahan problem yang dihadapi. Untuk membantu guru lebih
memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak sekolah
dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30) menyajikan tentang
perkembangan psikologi anak:
i. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal
nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi
kekanakan.
ii. Tahap romanti (10 sampai 12 tahun)
Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi
dan mengarah ke realitas. Pada tahap ini anak telah menyenangi
ceritera kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
iii. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas
dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa
yang benar-benar terjadi.
iv. Tahap generalisasi ( umur 16 tahun dan selanjutnya)
Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada
hal yang praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan
konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan
dan merumuskan penyebab utama fenomena itu.
3. Latar belakang budaya
Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor
kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah,
topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara
berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika,
dan sebagainya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya
sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar
belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum guru
sastra hendaknya memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan
prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal
oleh para siswa.
Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dalam praktek.
Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya
pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti,
ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan. Kita sadar bahwa tak ada
informasi dari luar baik itu berupa pengantar, komentar guru, cara
membaca, gambar maupun kritik yang sebelumnya lebih dapat menuntut
perhatian siswa kecuali pengalaman siswa itu sendiri. Pengalaman dari
karya sastra bagaimanapun hanya dapat dimulai dan dilanjutkan dengan
mempelajari analisis verbal. Karena kita banyak membaca, kita merasa
mudah sekali menerima isi suatu bacaan (Rahmanto, 1988: 38).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta
menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia (Mendiknas, 2006: 206). Beberapa tujuan pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia berkaitan dengan pembelajaran karya sastra antara
lain:
a. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa.
b. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sesuai
dengan pembelajaran sastra di SMA yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Membaca
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
15.2 Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat
Dengan demikian, silabus dan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sangat diperlukan untuk jenjang SMA kelas XI.
Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam tokoh utama pada novel
ibuk, karya Iwan Setyawan, siswa juga dapat menemukan nilai-nilai
kehidupan atau perjuangan hidup di dalamnya melalui kegiatan belajar
yaitu dengan cara mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat
diteladani dari tokoh. Seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar tersebut.
9. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian
BNSP (dalam Depdiknas, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan
tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP,
silabus merupakan pembelajaran standar kompetensi dasar kedalam materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kopetensi
untuk setiap hasil belajar.
RPP merupakakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus.
Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi
dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali
pertemuan atau lebih.
Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP adalah rencana yang
menggambarkan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai standar
kompetensi dasar yang ditetapkan Standar Isi dan dijabarkan dalam
Silabus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural
meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang
sosial, sejarah, biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra
(Satoto, 1993: 32). Pendekatan strktural adalah pendekatan yang menguraikan
keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan
struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teuw, 1984:
135). Hal ini terpapar jelas dalam analisis novel ibuk, karya Iwan Setyawan.
Penelitian yang berjudul Nilai Kesetiaan Tokoh Utama dalam Novel ibuk,
karya Iwan Setyawan dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA
termasuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan
memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2006: 6).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2006:4) penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang
tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya
(Moleong, 2006: 6). Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ini
bertujuan untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan fakta yang
ada, dengan menghasilkan data deskriptif.
B. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah nilai kesetiaan dalam novel ibuk, karya
Iwan Setyawan kemudian dianalisis dengan pendekatan struktural. Setelah itu
direlevansikan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Judul : ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Tahun : 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 293 halaman
Novel ibuk, merupakan novel karya Iwan Setyawan. Novel tersebut
merupakan karya fenomenal Iwan Setyawan. Saat Tinah masih usia belia, semua
cerita berawal ketika suatu pagi di aktivitas di pasar Batu telah mengubah
hidupnya. Saat Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan
mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.
Terlahir sudah 5 anak sebagai bukti buah cinta mereka. Hidup yang
semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak,
rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar,
dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air
matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.
Buku ibuk, ini, merupakan novel karya penulis national best seller Iwan
Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang
perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau
seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi nafas bagi
kehidupan.
D. Metode
Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang dikemudian disusul dengan analisis. Secara
etimologis, deskrepsi, dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2009: 53).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini
menganalisis nilai kesetiaan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan
relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA dengan menggunakan
pendekatan struktural. Menurut Arikunto, metode deskriptif tidak dimaksudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan suatu gejala
atau keadaan. Hasil deskripsi akan direlevansikan ke dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka. Teknik pustaka adalah teknik penelitian dengan menggunakan
sumber-sumber tertulis untuk mengumpulkan data-data. Sumber tertulis dalam
penelitian ini adalah novel ibuk, karya Iwan Setyawan dan sumber acuan
pengembangan silabus berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah
mendeskripsikan secara sistematis kenyataan-kenyataan dari suatu data dengan
faktual dan cermat. Langkah awal saat menganalisis data ini adalah membaca
novel ibuk,, menganalisis nilai kesetiaan yang terkandung dalam novel ibuk,
dengan menggunakan pendekatan struktural. Setelah itu direlevansikan ke dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran
sastra di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada bagian ini penulis akan menganalisis tokoh, penokohan, alur,
latar, dan tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Kelima unsur
tersebut sangat penting untuk penulis cantumkan karena dalam penelitian ini
unsur yang berhubungan dengan tokoh utama adalah unsur tokoh, penokohan,
alur, latar, dan tema.
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis novel ini adalah
pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang
membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan
unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan
struktural yang penulis gunakan dalam melihat kesetiaan tokoh utama novel
ibuk, karya Iwan Setyawan, khususnya pada kelima unsur itu yaitu tokoh,
penokohan, alur, latar, dan tema. Hasil penelitian ini akan direlevansikan
dalam pembelajaran sastra di SMA berupa Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
B. Analisis Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan Tema
1. Analisis Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada
dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama dan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap peristiwa di dalam
suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Di bawah ini akan dibahas tokoh utama
dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Tokoh utama dalam novel ini
adalah seorang ibu yang bertekad dan berusaha keras demi kesejahteraan
keluarganya.
a. Ibuk
Tokoh Ibuk dalam novel ini memiliki sifat penyayang, tegar dan
kuat, ulet, dan setia. Seorang ibu yang pekerjaan sehari-harinya sebagai
ibu rumah tangga. Walaupun hanya sebagai ibu rumah tangga, beliau
tetap berjuang keras membantu meringankan pekerjaan bapak. Ibuk
menikah di usia yang cukup belia yaitu usia 16 tahun. Di usia yang
cukup belia tersebut, ibuk menikah dengan bapak. Mereka menikah
dengan sangat sederhana tanpa persiapan kelak bagaimana mereka
membesarkan anak-anaknya.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan sifat-
sifat Ibuk. Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada
keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(1) “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira (hlm. 42).
Usaha yang dilakukan Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat
melahirkan kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran.
Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
(2) Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan. Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu (hlm. 36).
Ibuk selalu ulet dalam hal apa pun, termasuk dalam makan.
Anak-anak harus berbagi dengan yang agar semua dapat makan. Ibuk
selalu memberi nasehat untuk berbagi makanan. Berikut kutipan-
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(3) “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari penggorengan (hlm. 40).
(4) “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk (hlm. 47).
(5) “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu!” ujar Bayek
(6) “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat!” tukas Ibuk.
(7) “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini. (hlm. 47).
(8) Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso digawe iku!”
(9) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat! Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk (hlm. 60).
Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat
Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(10) “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan (hlm. 244).
(11) Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil memijat kaki Bapak (hlm. 251).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(12) “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan sebentar ya?” tanya Ibuk (hlm. 266).
(13) Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya, tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak (hlm. 272).
(14) Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam (hlm. 254).
Kutipan (1) sampai (14) menjelaskan bahwa sifat Ibuk adalah
penyayang, tegar dan kuat, ulet, dan setia. Sifat tersebut membuat
bahagia keluarganya. Ibuk ingin membuat keluarganya bahagia, agar
semua kebutuhan rumah tangganya tercukupi sehingga anak-anaknya
dapat meraih cita-cita.
Sehari-hari Ibuk mengurus anak-anak dan suami. Ibuk sangat
ingin anak-anaknya tidak ingin seperti dirinya dan suaminya. Ibuk ingin
anak-anaknya mengeyam pendidikan melebihi pendidikan yang beliau
dapatkan. Kebutuhan hidup yang semakin banyak dan tak terbendung
membuat Ibuk selalu berhemat. Belum lagi jika anak-anaknya minta
dibelikan sepatu, buku, dan peralatan sekolah lainnya. Hal ini membuat
Ibuk harus berhutang dan menggadaikan emas. Semua ini beliau
lakukan demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka sekeluarga.
Terkadang Ibuk meratapi keadaannya yang semakin sulit. Apalagi jika
angkot mogok dan Bapak harus memperbaiki angkot tersebut. Hal ini
tentu membuat kebutuhan semakin bertambah.
Ketika anak-anak sudah besar dan ada yang berumah tangga
Ibuk sering datang mengunjungi mereka. Masa tua Ibuk tidak banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kegiatan. Beliau hanya memasak dan pergi hajatan maupun pengajian.
Ibuk juga selalu menghubungi anaknya (Bayek) yang bekerja di New
York, Amerika Serikat. Beliau selalu mendoakan anak-anaknya,
termasuk Bayek. Doa dan dukungan Ibuk selalu menguatkan hati
Bayek.
Namun, Ibuk mulai bersedih ketika orang yang dicintainya
selama 40 tahun pergi untuk selamanya. Ibuk berusaha tegar dan selalu
mendoakan Bapak agar selalu tenang di sana. Cinta Ibuk selalu segar
untuk keluarga. Ibuk setiap malam selalu memimpin pengajian kecil
bersama anak cucunya dan mengirim doa kepada Bapak.
b. Bayek
Bayek diceritakan sebagai anak laki-laki satu-satunya dari
Ibuk dan Bapak. Bayek merupakan anak ketiga dari pasangan Ibuk
dan Bapak. Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya
Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang menjelaskan
sifat-sifat Bayek tersebut:
(15) Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas. Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu-satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih. Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya. Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? (hlm. 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Bayek selalu tekun belajar, hingga akhirnya dia mendapatkan
PMDK di IPB jurusan Statistika. Tidak hanya itu, dia juga lulus
dengan IP yang memuaskan. Bayek mendapatkan kesempatan
bekerja di Jakarta, namun tak lama kemudian dia menerima tawaran
untuk bekerja di New York, Amerika Serikat.
Selama berada di Jakarta kemudian pindah ke New York,
Bayek selalu mengirim uang untuk keluarganya di Batu, Jawa
Timur. Uang tersebut digunakan untuk merenovasi rumah di Batu
dan membangun kos di Jogja.
Setelah dia berjuang di negeri orang, akhirnya Bayek kembali
ke Indonesia. Dia menulis cerita keluarganya ke dalam sebuah novel.
Dia ingin menjadi penulis dan ingin berbuat sesuatu yang bisa
diingat selamanya.
c. Bapak
Seorang bapak yang pekerjaan sehari-harinya bekerja sebagai
sopir angkot. Pada masa mudanya, bapak dijuluki seorang playboy.
Namun, hal ini tak membuat Ibuk berpaling kepada laki-laki lain.
Mereka berdua akhirnya menikah dan dikaruniai lima orang anak.
Satu orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Bapak
selalu berangkat narik angkot pagi sekali hingga pulang larut malam.
Bapak bekerja tanpa kenal lelah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi
ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(16) Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik (hlm. 30).
(17) Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi (hlm. 46).
(18) …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya (hlm. 51-52).
Setelah anak-anak sudah besar, bekerja dan berumah tangga,
hidup Bapak semakin terjamin. Bapak mulai pensiun narik angkot.
Untuk mengisi kesibukan sehari-hari, terkadang Bapak juga ikut
mengurus cucu-cucunya.
Namun, suatu hari Bapak sering sakit-sakitan dan
kesehatannya semakin menurun. Bapak tidak lagi bisa mengurus
cucu-cucunya, seperti bermain dan mengantarkan cucu-cucunya ke
sekolah. Bapak menderita penyakit jantung koroner. Hari demi hari
kondisi Bapak semakin menurun. Akhirnya Bapak pun meninggal
dunia. Semua keluarganya merasa kehilangan Bapak. Termasuk Ibuk
yang selalu setia kepada Bapak sampai Bapak tiada.
d. Mak Gini
Mak Gini adalah ibunya Tinah (Ibuk). Bagi Mak Gini, anak
perempuan tidak sekolah tidak apa-apa. Jadi Ibuk hanya lulusan SD,
itu pun tidak lulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Mak gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan
seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya.
Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung
pernyataan tersebut:
(19) Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang (hlm. 30).
Mak Gini bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mak Gini
membesarkan Ibuk dan saudara-saudara Ibuk. Mak Gini menyusui
semua anaknya dengan air susunya sendiri, memasak tiap pagi, dan
memastikan anaknya tidak kelaparan. Mak Gini pun bekerja untuk
menambah penghasilan keluarga. Rezeki yang didapat hari ini untuk
makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan
barangnya. Mak Gini menjauhi hutang.
Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi
nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah
agar anak-anak kelak menjadi cerdas.
e. Mbok Pah
Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk
sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster
batik, baju sekolah, jarik, sampai sarung. Mbok Pah mengajari dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut
kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(20) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah (hlm. 2).
Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati
Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun
Ibuk tetap memilih (Sim) Bapak. Mboh Pah tidak bisa memaksakan
kehendak Ibuk. Sampai akhirnya Tinah (Ibuk) dan Sim (Bapak)
menikah, Mbok Pah meninggal seminggu sebelum acara pernikahan
itu.
f. Mbak Gik
Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Dahulu, Bapak
tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Saat
malam pertama, Ibuk dan Bapak berada ri rumah Mbak Gik.
Ketika Bapak dan Ibuk sudah mempunyai lima anak pun,
mereka masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai
akhirnya Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(21) Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu (hlm. 36).
Mereka belum bisa membuat rumah. Mereka sudah tidak
enak kalau harus numpang lama-lama di rumah Mbak Gik. Ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
keinginan mereka untuk membuat rumah, tetapi memang mereka
belum punya uang yang mencukupi.
Ketika mereka sudah mempunyai lima anak pun, mereka
masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya
Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu.
g. Isa
Isa adalah anak pertama dari keluarga Sim. Isa adalah anak
yang baik, sejak kecil ia rajin belajar dan sering mengajari adik-
adiknya dalam belajar. Sehabis pulang sekolah Isa membersihkan
kaca jendela dan meja kaca kecil di ruang tamu. Setelah rumah
bersih, Isa baru makan siang.
Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa
masih memberi les privat. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(22) “Sekarang, aku ingin memastikan Mira bisa kuliah. Demikian juga Rini dan Isa. Mereka harus bisa kuliah seperti Bayek dan Nani. Mereka harus kuliah. Isa memang sudah lama lulus SMA tapi tidak ada kata terlambat! Tekad Ibuk (hlm. 140).
Besar harapan Ibuk agar Isa bisa lulus SMA. akhirnya Isa
bisa lulus SMA. setelah Isa lulus SMA, ia kursus komputer di
Malan. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa
masih memberi les privat. Puluhan tahun yang lalu di usia yang
hampir sama dengan Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya
sama. Gaya berjalannya sama. Jalan hidupnya saja berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Semenjak lulus SMA Isa telah bekerja untuk membantu Nani dan
Bayek kuliah. Di balik kelembutannya, Isa adalah perempuan kuat
yang berjuang untuk “membuka” jalan buat adik-adiknya. Berkat
bantuan Bayek, Isa bisa kuliah dan kini Isa telah lulus sarjana dan
menjadi guru SD.
h. Nani
Nani adalah anak kedua Ibuk. Nani biasanya jarang meminta.
Ia adalah kakak Bayek yang tangguh dan tak pernah merepotkan
keluarga. Kala itu, ia berani meminta Ibuk untuk membelikan
sepatunya yang jebol dan sudah berulang kali ditambal. Nani juga
membantu berjualan makanan kecil. Berikut kutipan secara langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(23) Nani mulai belajar berdagang. Ia menjual pisang goreng, keripik, atau citos di sekolah (hlm. 118).
Nani adalah anak Ibuk yang paling gagah, seringkali ia
membersihkan got di depan rumah saat hujan tiba. Kebiasaan Nani
sama halnya dengan kebiasaan Isa. Sehabis pulang sekolah, Nani
biasanya membersihkan rumah dulu yaitu menyapu lantai dan
mengepel. Setelah itu Nani makan siang.
Anak kedua Ibuk, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan
kuliah di Universitas Brawijaya. Isa membantu membayar biaya
kuliah dan keperluan sehari-hari Nani. Begitu juga Bayek yang telah
membantu Nani kuliah dan bisa menjadi guru SD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
i. Rini
Rini adalah anak keempat Ibuk. Rini bekerja membantu adik
Ibuk yang menjadi bidan desa. Dalam novel ini, Rini juga membantu
merawat Bapak saat sakit. Rumah Rini tidak jauh dari rumah Ibuk
sehingga bisa membantu Ibuk untuk merawat Bapak. Saat jasad
Bapak disalatkan, Rini tak sanggup menahan kesedihannya. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(24) Kain hijau menutupi keranda dengan rangkaian melati di atasnya. Jasad Bapak telah disalatkan sebelum Bayek datang. Rini di samping Ibuk menagis, berteriak, dan akhrinya, tak sadarkan diri. Ia dibawa ke kamar Ibuk (hlm. 275).
j. Mira
Mira adalah anak kelima Ibuk. Saat Bayek bekerja Jakarta,
Mira baru kelas 2 SMA. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli
rumah di Karawang. Berkat bantuan Bayek, Mira dapat membeli
rumah di Karawang. Berikut kutipan secara secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(25) “Mir, Masmu mau bantu beliin rumah buat kamu…,” kata Ibuk (hlm. 221).
(26) “Wah, matur suwun, Buk. Mas Bayek sendiri sudah punya tabungan, tah? Kok bolak-balik transfer ke rumah? (hlm. 221).
k. Bang Udin
Bang Udin adalah tukang kredit asli Bandung. Bang Udin
sering memberi pinjaman uang kepada Ibuk. Dari Bang Udin, Ibuk
selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan
setiap hari. Mulai dari belanja dandang, bak kecil untuk mandi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sampai penggorengan. Terkadang Ibuk meminjam uang lagi,
walaupun cicilan yang lalu belum lunas. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(27) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan. “Insya Allah ada, Mbak Nah. Butuh berapa?” tanya Bang Udin. Ada sedikit kelegaan di wajah Ibuk. “Lima belas ribu ya, Bang.” (hlm. 88).
Berdasarkan kutipan (1) sampai (14) terbukti bahwa tokoh utama
dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan adalah tokoh Ibuk. Sementara itu,
berdasarkan kutipan (15) sampai (27) tokoh tambahan dalam novel ibuk,
karya Iwan Setyawan antara lain Bayek, Bapak, Mbok pah, Mak Gini,
Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin.
Sifat-sifat tokoh-tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan dijelaskan pada kutipan (15) sampai (27). Tokoh-tokoh
tambahan yang dijelaskan antara lain tokoh Ibuk, Bayek, Bapak, Mbok
Pah, Mak Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Dapat
disimpulkan bahwa tokoh ibuk dari cerita ini yang selalu tegar dengan
keadaan dan menyayangi suami dan anak-anaknya.
Bapak adalah playboy pasar yang juga seorang kernet angkot yang
menjadi suami Ngatinah. Dengan usaha, kesabaran dan tanggung
jawabnya, Sim mampu membiayai semua yang di butuhkan keluarganya
dengan cinta sampai akhir khayatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Isa adalah anak pertama dari (Ibuk) Ngatinah dan (Bapak) Sim
yang pendiam, rajin, sayang kepada adikanya dan selalu menjadi juara
kelas semasa sekolahnya sampai akhirnya ia menjadi guru privat di kota
Batu.
Nani adalah adik isa yang merupakan anak kedua dari Ngatinah
dan Sim yang cekatan, pintar,selalu membantu membersihkan rumahnya
dan tak pernah menyusahkan keluarga. Nani bisa menyelesaikan kuliahnya
di Universitas Brawijaya.
Beyek adalah anak ketiga yang merupakan anak laki-laki satu-
satunya dari perkawinan Ngatinah dan Sim. Anak Beyek berhasil
mendapatkan PMDK IPB jurusan stasistik dan menjadi lulusan terbaik.
Sebelum menjadi penulis, ia juga pernah menjabat sebagai direktur
perusahaan di New York City.
Rini adalah anak ke empat dari Ngatinah dan Sim. Rini yang suka
membantu kaka-kakanya sampai setelah lulus SMA Rini membantu Adik
Ibunya yang menjadi bidan desa. Mira adalah anak terakhir yang
manja,pintar dan pemalu ini tumbuh menjadi wanita yang berpendidikan
sampai jenjang S2. Mak Gini adalah sosok ibu yang selalu menyayangi
anak-anaknya termasuk salah satunya Ngatinah. Mbok Pah adalah nenek
yang mengasuh Ngatinah sejak Ngatinah putus sekolah. Mbok Pah adalah
sosok nenek yang bisa menerima segala suatu keputusan apapun dari
cucunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Mbak Gik adalah kakak angkat Sim yang selalu memberikan
nasihat yang baik kepada (Bapak) Sim. Bang Udin adalah sosok selalu
memberi pinjaman utang kepada Ibuk dan percaya dengan janji Ibuk yang
akan membayar utang.
2. Analisis Penokohan
“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu
rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain
sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan
penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Di bawah ini akan dibahas
mengenai penokohan tokoh utama dan penokohan tokoh tambahan. Dalam
mewujudkan tokoh dengan berbagai perwatakannya, penulis menempuh
dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung.
a. Ibuk
1) Penyayang
Ibuk adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang kepada
keluarga, termasuk kepada anak-anak dan suaminya. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(1) “Yuk, makan nasi goreng dulu,” ujar Ibuk sembari menyusui Mira (hlm. 42).
Pekerjaan rumah selalu dibantu oleh anak-anak. Nani
mengepel lantai. Nani juga membersihkan got di rumah tengah hujan
deras. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(2) “Ni, sudah, Nduk! Ayo, masuk rumah! Nanti masuk angin pisan,” seru Ibuk (hlm. 74).
Ibuk selalu tidak tega melihat anak-anaknya jatuh sakit. Oleh
karena itu, Ibuk selalu menjaga mereka. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(3) “Setiap kali melihat anak yang sakit, hati Ibuk seperti jatuh,” kata Ibuk (hlm. 85).
(4) “Melihat kalian sehat seperti ini adalah segalanya bagi
Ibuk,” lanjutnya (hlm. 85).
(5) “Mangan sik, Le,” pinta Ibuk lagi sambil menyusui Mira (hlm. 87).
Ibuk berkeinginan agar anak-anaknya tidak seperti dirinya.
Beliau bertekad anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang
melebihi beliau. Apa pun akan Ibuk lakukan, asal anak-anaknya bisa
sekolah tinggi. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(6) Aku ingin anak-anakku sama dengan anak-anak lain! Tekad Ibuk (hlm. 89).
(7) “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk
bersemangat (hlm. 89).
Demi biaya kuliah Bayek, Ibuk rela menjual angkot
kesayangan Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(8) “Iya, kita jual angkot untuk kuliah ke Bogor,” tegas Ibuk lagi menyakinkan Bayek (hlm. 133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Ibuk tidak tega melihat anak laki-laki satu-satunya pergi
kuliah ke Bogor. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(9) “Sebenarnya aku gak tego, Sa. Aku sing gak tego,” kata Ibuk terisak-isak keluar wartel bersama Isa. “Anak itu…(hlm. 135).
(10) “Tapi kalau di Batu saja, mau jadi apa Bayek nantinya,” kata Ibuk, berjalan bersama putrinya menembus udara dingin Batu (hlm. 135).
Ibuk selalu memperhatikan Bayek. Ibuk khawatir dengan
Bayek kalau-kalau dia lupa makan dan hanya bekerja terus. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(11) “Le, yang penting kamu makan yang bener, makan yang cukup. Meskipun kerjaan banyak, selalu luangkan…(hlm. 140).
Ke mana pun Bayek pergi, doa ibuk selalu menyertai Bayek.
Mereka selalu berkomunikasi meskipun hanya melalui telepon.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(12) Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tahun penuh tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar (hlm. 143).
Ketika Bayek berada di New York, Ibuk merasa khawatir
dengan keadaan Bayek. Apalagi mendengar berita kalau di Amerika
sedang terjadi peristiwa runtuhnya gedung WTC. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(13) “Aduh, Le. Ibuk coba telpon kamu sepanjang hari. Isa Nani, semuanya mencoba telpon tapi tak bisa-bisa. Seneng kamu sudah kasih kabar. Yang penting kamu selamat, Le,” kata Ibuk (hlm. 160).
Ibuk selalu menemani Bayek. Ia selalu menguatkan Bayek
saat Bayek berada jauh dari keluarganya. Berikut kutipan secara
langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut:
(14) Adalah Ibuk yang senantiasa menemani Bayek lewat obrolan sederhana dan bening. Adalah Ibuk juga yang selalu mengingatkan Bayek agar tidak terjebak manisnya kota. Untuk tidak terseret dalam keceriaan yang hampa (hlm. 174).
(15) Seperti biasa, Ibuk selalu menguatkan Bayek, menenangkannya. Hampir tiap hari Nani atau Isa menelepon Bayek untuk menanyakan kabarnya. Teman-teman Bayek di New York juga menjaganya (hlm. 209).
(16) “Wis, Le, kamu jangan nangis di jalan. Kamu bisa pulang kapan saja. Kamu tahu yang terbaik untuk hidupmu,” pesan Ibuk sebelum mereka menutup telepon (hlm. 220).
Ibuk selalu setia menemani Bapak setiap waktu, apalagi
dalam keadaan sakit. Ibuk selalu berada di dekat Bapak. Berikut
kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(17) “Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal tulang dan kulit saja,” bisik Bapak.
(18) Ibuk mengangguk. Ia tak kuasa menjawab. Air matanya menetes (hlm. 257).
Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Ibuk sangat setia
kepada Bapak. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(19) Cinta ibuk selalu terang untuk Bapak. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun lalu sampai kepergian sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dan belahan jiwanya. 40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui perjalanan yang saling mempercaya, memperkuat, dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah melahirkan anak-anak yang penuh cinta (hlm. 285).
(20) Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka (hlm. 285).
(21) Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga. Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya (hlm. 285).
2) Tegar dan Kuat
Usaha keras Ibuk sangatlah tidak mudah. Saat melahirkan
kelima anaknya, Ibuk juga pernah mengalami keguguran. Berikut
kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(22) Lima orang sudah terlahir. Lima kali Ibuk melalui ambang batas antara hidup dan mati. Selain keguguran yang dialami sekali, Ibuk bersyukur hamper semua kehamilannya berjalan lancar hingga persalinan. Kelahiran Isa memberikan banyak pelajaran buat Ibuk dan kelahiran Mira mungkin yang paling menantang. Saat itu Ibuk sudah tidak semuda dulu. Tenanganya sudah tak sekuat dulu (hlm. 36).
Saat Ibuk akan mengambil rapor Bayek, uang Ibuk belum
cukup untuk membayar uang tunggakan. Sehingga Ibuk hanya
melihat sebentar nilai Bayek. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(23) “Bu, boleh saya lihat nilai anak saya? Sebentar saja. Uang saya belum cukup untuk membayar tunggakan, kata Ibuk (hlm. 62).
Saat Ibuk hamil Rini, Ibuk ikut membantu mangangkat air di
dua ember. Walaupun demikian, Ibuk tidak pernah mengeluh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(24) “Mboten nopo-nopo, Mbah. Sudah tiap hari seperti ini,” kata Ibuk menarik napas panjang (hlm. 81).
Ibuk berusaha tegar dan kuat dalam menjalani hidupnya. Ibuk
sempat menangis sesunggukan di dapur. Ibuk sedih karena beliau
tidak bisa bekerja mencari nafkah tambahan. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(25) “Gak papa, Le,”jawab Ibuk singkat sembari menarik tangan Bayek. “Ikut Ibuk yuk, Le.” (hlm. 116).
(26) “Wis, Le, jangan ikut menangis,” pinta Ibuk sembari mendekap Bayek. (hlm. 117).
3) Ulet
Ibuk memperlakukan anak-anaknya agar hidup sederhana dan
berhemat. Mulai dari pemakaian lampu dan televisi yang harus
dimatikan bila tidak perlu. Anak-anak pun harus makan seadanya
dan harus berbagi lauk. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(27) “Ini dua telor ceplok untuk kita bertujuh,” kata Ibuk menghidangkan nasi goreng yang masih panas dari penggorengan (hlm. 40).
(28) “Satu satu ya. Ibuk Cuma punya tujuh iris,” pesan Ibuk (hlm. 47).
(29) “Gini dong Buk, masak empal. Mosok tempe mulu!” ujar Bayek
(30) “Eh, tempe juga sehat. Bikin kamu kuat!” tukas Ibuk. (31) “Empat sehat lima sempurna dong, Buk,” timpal Rini.
(hlm. 47). (32) Sepatu jebol “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso
digawe iku!” (33) “Ya, seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti
berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mesti kuat! Buatlah pijakanmu kuat. Kita beli sepatu baru kalau ada rejeki,” hibur Ibuk (hlm. 60).
Ibuk selalu menyuruh anak-anaknya untuk berhemat. Seperti
mematikan lampu yang tidak terpakai. Berikut kutipan secara tidak
langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan tersebut:
(34) “Matiin lampu dapur ya, Nduk,” pinta Ibuk. Isa bergegas menutup pintu setelah mematikan lampu 5 watt di dapur. (hlm. 61).
(35) “Kalau selesai mandi, naruh sabun yang benar! Jangan sampai terendam air (hlm. 100).
(36) “Sing ati-ati yo, Nduk. Semoga gak cepat rusak lagi pesan Ibuk.
(37) “Pilih yang kamu suka, Yek. Tapi jangan yang putih itu. Terlalu mahal,”pesan Ibuk.
Ibuk sebisa mungkin mengatur uang untuk kebutuhan sehari-
hari. Sampai harus hutang kepada Bang Udin. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(38) “Ini cicilan untuk hari ini Bang,” kata Ibuk, memberikan uang seribu lima ratus rupiah (hlm. 88).
Ibuk harus menasehati berulang kali kepada anak-anak agar
mereka hidup sederhana dan tidak boros. Semuanya harus diatur
sesuai dengan kebutuhan, mulai dari memakai sabun sampai makan
pun semua anak-anak harus saling berbagi. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(39) “Rinso secukupnya saja. Air jangan banyak-banyak,” pesan Ibuk kepada Isa yang sedang mencuci sepatu (hlm. 101).
(40) “Tempe cukup satu-satu dulu hari ini. entar kalau ada rejeki, bisa makan tempe lebih. Nasi jangan sampai ada yang tersisa,’ pesan Ibuk saat makan siang (hlm. 101).
(41) “Yek, sini celanamu yang robek Ibuk tambal dulu! Selagi masih cukup kita tidak perlu membeli seragam yang baru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
ya,” kata Ibuk melihat Bayek yang merengek minta celana seragam baru (hlm. 101).
(42) “Nan, kalau keluar dapur, jangan lupa mematikan lampu. Yek, kamu juga, kalau mau tidur TV jangan dibiarkan menyala,” pesan Ibuk sebelum masuk ke kamar tidur (hlm. 101).
(43) “Tidak bisa kurang tah, Mbak? Cabe kok mahal gini. Kalau beli seperempat kilo, bisa dapat tiga suing bawang putih gak, Mbak?” tawar Ibuk ketika berbelanja (hlm. 101).
(44) “Rin, pakai buku pelajaran bekas kakakmu. Masih bagus kok. Masih bisa dibacakan?” saran Ibuk kapada Rini yang meminta dibelikan buku PMP (hlm. 101).
(45) “Gak usah apik-apik rautan pensilnya (hlm. 101). (46) “Ini uang jajanmu. Jangan dibandingkan dengan…(hlm.
102). (47) “Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah
berlebihan. Nabung! Kamu bisa jatuh sakit…(hlm. 102). (48) “Halah Yek, biaya sekolah saja masih belum cukup, kok
sudah minta beli sepatu! Entar kalau sudah masuk SMP, nabung dan beli sepatu baru ya,” kata Ibuk (hlm. 119).
(49) “Le, selalu nabung ya. Sedikit-sedikit. Buat masa depanmu. Kalau…(hlm. 140).
Ibuk selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya.
Walaupun ia tidak lulus SD, ia mempunyai tekad kalau anak-
anaknya harus mengeyam pendidikan lebih tinggi daripada beliau.
Sehingga beliau harus menjual apa saja yang dimilikinya. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(50) Lulus SD, Isa dengan mudah masuk ke sekolah menengah pertama paling bagus di Batu. Ibuk menjual cincin emas satu-satunya untuk membayar uang pangkal (hlm. 65).
(51) Giliran tahun depan, Naniku yang perkasa akan masuk SMP. Ini juga harus bisa! Lamun Ibuk (hlm. 66).
Ibuk menangis ketika mengalami kesulitan ekonomi
keluarga. Beliau kasihan melihat ayah yang bekerja mencari uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
sendiri. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(52) “Coba aku bisa kerja membantu keluarga. Sekarang kita sabar dulu. Rejeki itu… rejeki itu…,” kata Ibuk terbata-bata dan tak sanggup melanjutkan kata-kata. Air mata mengalir di pipi Ibuk. Ia tak tega melihat wajah Bapak yang terlihat capek. Ia tak tega melihat Bapak harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tak tega harus melihat anaknya ke sekolah besok dan tak bisa membayar SPP (hlm. 116).
Ibuk menginginkan agar anak-anaknya tidak bernasib sama
dengan ibunya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(53) Minggu depan, Bayek yang lulus SD akan melanjutkan sekolah SMP Negeri 1 Batu. Bayek satu sekolah dengan Nani yang akan lulus SMP tahun depan. Dalam genggamannya, Ibuk tak akan membiarkan anak-anaknya tidak berpendidikan seperti dia.
(54) Cukup aku saja yang tidak lulus SD, tekad Ibuk (hlm. 124).
4) Setia
Ibuk selalu melayani Bapak ketika Bapak pulang narik
angkot. Ibuk menyiapkan minum, makanan untuk Bapak, air hangat
untuk mandi Bapak. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(55) Ibuk langsung menuju dapur, menyalakan kompor minyak dan memanaskan lauk buat makan malam Bapak. Tak lupa Ibuk membuat kopi panas (hlm. 68).
Ibuk selalu setia dengan Bapak dan anak-anaknya. Beliau
tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan sehari-harinya. Beliau
selalu melayani Bapak dan anak-anaknya, seperti memasak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mengurus anak-anak dan Bapak ketika pulang narik angkot. Beliau
sangat setia dengan Bapak. Bahkan ketika Bapak sedang sakit, beliau
selalu menjaganya hingga akhirnya Bapak tiada. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(56) “Aku sudah masak air buat mandi, ya. Sekarang taknyusuin Mira.”(hlm. 68). “Wah kok sudah pulang, Pak? Sambut Ibuk.
(57) “Mau the panas tah? Atau kopi?” tanya Ibuk (hlm. 115). Ibuk selalu memberi semangat kepada Bapak, saat angkot
mulai mogok. Ibuk tidak pernah mengeluh dan selalu bersabar.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(58) “Sing sabar sik. Sing sabar,” kata Ibuk menghibur Bapak. “ Itu tehnya diminum dulu.” (hlm. 116).
Ketika pekerjaan Bayek menumpuk dan Bayek merasa capek.
Bayek selalu menelepon Ibuk. Berikut kutipan secara langsung dari
pengarang yang mendukung pernyataan tersebut:
(59) Hampir setiap hari, setiap langkah, Bayek selalu ingin Ibuk menemainya, meskipun hanya lewat telapon. Suara Ibuklah yang bisa memberikan kesejukan hati (hlm. 139).
Ketika pekerjaan Bayek menumpuk dan Bayek merasa capek.
Bayek selalu menelepon Ibuk. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(60) “Le, yang penting kamu makan yang bener, makan yang cukup. Meskipun kerjaan banyak, selalu luangkan waktu untuk makan. Jangan lupa makan sayur!” pesan Ibuk lagi (hlm. 140).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Ketika Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menemani dan
menjaganya sampai akhirnya Bapak meninggal dunia. Berikut
kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan
tersebut:
(61) Ibuk duduk di sudut ranjang, tak tega melihat Bapak yang kini tidak bisa memandang dengan dua bola matanya. Tatapan Bapak begitu melankolis (hlm. 253).
(62) Bapak masih meraung kesakitan dan memegang kening bagian kanan, di atas telinga. Ibuk memijat tangan Bapak. Ia tak berani memijat kepala Bapak. bapak masih memegang kepalanya dengan erat. Air mata menetes di pipinya. Ia terus mengerang kesakitan. Ibuk tak tahu harus berbuat apa. Mata Ibuk berkaca-kaca. Ibuk kemudian menelepon Nani (hlm. 252).
Saat Bapak sedang sakit, Ibuk selalu menjaga dan merawat
Bapak. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(63) “Biar Ibuk saja yang masak. Biar Ibuk ada kegiatan (hlm. 244).
(64) Besok kepingin makan apa, Pak?” tanya Ibuk sambil memijat kaki Bapak (hlm. 251).
(65) “Wah, nasi putihnya sudah habis Pak. Aku masakkan sebentar ya?” tanya Ibuk (hlm. 266).
(66) Sesampai di rumah sakit, Ibuk, Nani, Isa, dan Rini memindahkan jasad Bapak dari kamar rawat ke kamar jenazah. Ibuk mengelus-elus rambut Bapak. Air matanya, tak berhenti mengalir. Isa dan Nani mengelus-elus kaki Bapak (hlm. 272).
(67) Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak. menjaga belahan dirinya. Pagi, siang, dan malam (hlm. 254).
Ibuk selalu setia mendampingi Bapak dan keluarganya. Ibuk
selalu mendoakan anak-anaknya agar dapat menjalani hidup yang
tidak seperti dirinya dulu. Beliau ingin anak-anaknya mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pendidikan yang semestinya. Hal ini ditunjukkan pada kutipan (1)
sampai (67). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas terbukti bahwa
Ibuk memiliki sifat penyayang, tegar dan kuat, ulet, serta setia.
b. Bayek
1) Penyendiri dan Cengeng
Bayek kecil adalah anak penyendiri. Namun, sebenarnya
Bayek adalah anak yang tekun, pandai, dan pantang menyerah.
Berikut kutipan secara langsung yang menggambarkan sosok Bayek:
(68) Bayek anak penyendiri. Ia selalu merasa takut akan dunia di luar sana. Rumahnya begitu nyaman. Ia merasa terlindungi oleh kehangatan saudara dan orangtuanya. Rini malah sudah bisa ditinggal Ibuk di kelas. Dari balik jendela, Ibuk melihat anak lelaki satu-satunya duduk di antara sekitar 40 anak berseragam merah putih. Mira terlelap dalam gendongannya. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, melamunkan nasib anaknya. Akankah Bayek hanya bisa sekolah sampai di SD ini saja? Seperti dirinya dulu? (hlm. 43).
Bayek masih sering merengek bila minta sesuatu kepada
Ibuk. Padahal saat itu, Ibuk harus membelikan sepatu untuk Nani.
Karena sepatu Nani sudah jebol. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(69) “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat. “Wah, aku juga ya, Buk. Sepatuku juga hamper jebol,” pinta Bayek. “Nanti, Le, kalau cicilan sepatu untuk Mbak Nani sudah lunas,” kata Ibuk. “Bener, Buk, sepatuku sudah mau jebol,” Bayek merengek. “Sabar, Le. Sabar,” jawab Ibuk sambil melipat baju terakhir yang disetrika. Mira masih tidur pulas (hlm. 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(70) “Yek, kalau belum bisa beli sepatu baru, coba pinjam sepatu temanmu, biar kelihatan sama dengan teman-teman di paduan suara ya?” saran Bu Guru ketika Bayek akan mengikuti lomba paduan suara. Bayek malu. Ia telah meminta Ibuknya. Tapi meman uang tidak ada (hlm. 91).
Bayek tidak ingin menjadi sopir angkot seperti ayahnya. Ia
selalu bersikeras untuk mengejar cita-citanya. Berikut kutipan secara
tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(71) “Malang, Pak! Malang, Mbak! Malang, Mas!” teriak Bayek. Ia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil. Angin meniup-niup rambut Bayek. “Ati-ati, Le. Ayo, pastikan pintu sudah terkunci,” pesan Bapak. “Yek, kalau kamu besar, bantuin Bapak narik angkot ya!’ lanjut Bapak. “Pak, aku mau sekolah sing pinter saja. Aku mau jadi orang pinter!” balas Bayek (hlm. 103-104).
2) Tekun dan Cerdas
Empat tahun di Bogor. Empat tahun penuh dengan kerinduan,
keprihatinan, dan usaha keras. Bayek akhirnya lulus. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(72) “Buk, IPK-ku 3,52!” seru Bayek lewat telepon. “Wah, kok 3,52? Kok gak 8 atau 9?” tanya Ibuk. Ibuk tidak pernah menanyakan IP Bayek selama kuliah. Ia bahkan tidak tahu IP itu apa. Yang penting Bayek bisa mengerjakan ujian dengan lancar (hlm. 135).
(73) “Dan, lulusan terbaik Jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari Jurusan Statistika dengan IPK 3,52!” seru pembawa acara memanggil Bayek (hlm. 136).
3) Patuh
Bayek selalu minta doa restu kepada Ibuk, Bapak, bahkan
kepada Bapak Mun dan Mak Gini. Bayek tidak hanya meminta doa
ketika ujian tiba. Bayek juga meminta doa ketika akan naik gunung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
lomba paduan suara, lomba baca puisi, pementasan teater, lomba
menyanyi keroncong, dan ketika akan berpuasa. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(74) “Buk, doakan lancar ya, Buk. Doakan Bayek dapat kerjaan. Minta Bapak doain juga Buk. Bapak Mun, Mak Gini juga. Semuanya Buk, semuanya ya. Doakan lancar,” pinta Bayek lima menit sebelum wawancara kerja dimulai (hlm. 139).
Tiga tahun sudah Bayek bekerja di Jakarta dengan penuh
usaha keras. Akhirnya Bayek mendapat kesempatan tawaran kerja di
New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi
Bayek. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(75) “Inilah saatnya, aku membangun hidupku dan keluarganya. Apa pun itu New York, akan aku hadapi. Bapak dan Ibuk telah memberikan segalanya. Hidupnya. Kini saatnya aku berjuang seperti mereka! tekad Bayek (hlm. 143-144).
Bayek selalu berdoa untuk Isa agar cepat dapat jodoh.
Mereka saling menguatkan perjalanan masing-masing. Bayek dan
keempat saudara perempuannya, hidup dalam satu tekad dan satu
usaha keras hidup. Beriku kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(76) “Wis, Le, doa kamu sudah didengar. Mbakmu sekarang sudah mendapat jodoh. Jangan nangis,” kata Ibuk di telepon. Ibuk tak tega melihat anak laki-laki satu-satunya tidak berada di antara semua saudaranya. Air matanya semakin tumpah saat sesi foto bersama. Semua anaknya di sana kecuali Bayek (hlm. 149).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Walaupun kemampuan berbicara Bahasa Inggris Bayek
kurang fasih, namun Bayek berusaha belajar giat. Bayek
membuktikan kalau dia bisa bersaing di kantor. Akhirnya ia
menerima penghargaan “Employee of the Month”. Berikut kutipan
secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(77) “Nah, tuh, kan. Kamu bisa Le!” kata Ibuk membesarkan hati. “Buk, aku juga barusan transfer. Buat bayar hutang ke Tante Bewah, uang yang aku pakai untuk berangkat ke sini. Sisanya buat Ibuk dan Bapak ya, “ kata Bayek (hlm. 152-153).
Semangat Bayek sedikit menurun setelah dia dirampok pada
tanggal 4 Juli 2001 ketika memasuki stasiun kereta api Fleetwood di
Westchester. Saat itu ia akan melihat pesta kembang api di
Manhattan. Tiba-tiba dua orang menghentikan langkahnya. Bayek
tidak berani memberitahu keluarganya hingga beberapa bulan
kemudian. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(78) “Aduh, Ni. Gak iso mbayangno aku. Yo opo adikmu iku Ni?” tanya Ibuk tersedu-sedu setelah Nani menceritakan kejadian itu. Bayek tak berani memberitahu langsung. “Yang penting Bayek selamat Buk,” hibur Nani sambil mengelus-elus pundak Ibuk (hlm. 154). “Kok tega ya, Ni. Si Bayek iku cilik. Kok masih dipukulin. Atine nang endi?” Ibuk terisak-isak. “Ni, anter Ibuk ke wartel saiki…” “Sudah Buk, telepon dari rumah saja. Jangan khawatir jam segini sudah ada diskon SLJJ,” bujuk Nani kemudian mencoba menghubungi adiknya. “Aduh, Le… kok gak bilang-bilang ke Ibuk?” tanya Ibuk. “Wis, Buk, tenang ae… aku pas apes, Buk. New York iku aman kok Buk,” ujar Bayek. Nani di samping Ibuk mendengarkan percakapan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
“Kamu itu sendiri di sana Le. Pulang saja, Le. Pulang saja. Cari kerjaan deket-deket sini saja,” ratap Ibuk. Bayek terdiam sebentar. Ibuk masih terisak-isak. “Insya Allah, aku bisa jaga diri Buk. Jangan khawatir.” “Wis, Le. Bener ya, kalau tidak aman di sana pulang saja.” (hlm. 154-155).
4) Peduli
Bayek peduli dengan keadaan keluarganya. Oleh karena itu
Bayek membantu keluarganya dengan mengirimi uang. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(79) “Le, sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu. Waktumu untuk membangun hidupmu….(hlm. 219).
(80) “Buk, mungkin aku di sini setahun dulu ya. Pingin nabung dulu sebelum pulang,” kata Bayek (hlm. 220).
5) Pantang Menyerah
Bayek pernah mengalami mati suri. Mbah Carik yang
memberitahukan tentang hal ini. Ia memberitahukan bahwa kelak
Bayek akan membahagiakan hidup Ibuk dan keluarganya. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(81) Azan pun bergema. Isak tangis semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Bayek membuka mulut. Beberapa detik kemudian membuka mata. Seperti tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Seperti ketika ia bangun pagi. Ibuk memeluk erat Bayek dan memberinya minum susu sapi segara (hlm. 84). Sampai saat ini tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bayek. Mbah Carik hanya memberi tahu kalau Bayek mati suri. ibuk masih tak tahu mati suri itu apa (hlm. 85).
Bayek mendapatkan PMDK di IPB, namun Ibuk bingung
mencari biaya untuk Bayek. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(82) Dua tahun kemudian Bayek lulus SMA dan mendapatkan PMDK di Jurusan Statistik IPB. Ada kelegaan buat Bayek yang selalu takut menjadi sopir angkot seperti Bapak. Demikian juga Ibuk, hatinya besar melihat anak lelaki satu-satunya mendapatkan undangan untuk di Bogor. Bayek akan pergi kuliah (hlm. 132).
(83) Berita penerimaan PMDK Bayek di IPB disambut dengan kebahagiaan juga air mata. Mereka belum tahu, bagaimana Ibuk dan Bapak akan mengirim Bayek ke Bogor. Membiayai Nani saja sudah terasa sangat berat (hlm. 132).
Dengan menjual angkot Bapak, akhirnya Bayek pergi ke
Bogor untuk kuliah. Tidak menjadi sopir angkot seperti Bapak tetapi
menjadi mahasiswa. Anak lelaki Ibuk meninggalkan rumah kecilnya.
Anak pertama yang keluar merantau jauh. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(84) Ada air mata di sudut mata Bayek. Ia diam. Hening di ruang tamu. Bayek dan kakak adiknya tahu bagaimana angkot itu. Usaha keras gigih Ibuk menyisakan uang belanja demi angkot itu. Bayek tahu, betapa besar cinta Bapak untuk angkotnya. Kini Bapak harus menjual angkotnya (hlm. 134).
Rekan kerja Bayek mulai tidak setia bekerja di perusahaan
tempat Bayek bekerja. Namun, Bayek tetap bertahan di sana. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(85) Rekan kerja di kantor datang dan pergi tapi Bayek tetap bertahan. Bayek merasa telah tumbuh dan diberikan kesempatan besar untuk mengubah hidupnya diperusahaan ini. bayek ingin mengabdi lewat pelayanan terbaik (hlm. 194).
Bayek kembali memberikan kejutan kepada semua
saudaranya. Sekarang giliran Rini. Berikut kutipan secara langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(86) Di musim semi ketujuh, Bayek kembali memberikan kejutan untuk keluarganya. Kali ini untuk Rini (hlm. 216).
Bayek adalah anak ketiga dan anak laki-laki satu-satunya dari
keluarga Bapak dan Ibuk. Bayek adalah anak satu-satunya yang
berhasil pergi ke New York untuk bekerja. Tantangan demi
tantangan telah ia hadapi demi mengubah hidupnya dan hidup
keluarganya. Berkat doa dari Ibuk, Bayek berhasil mengubah
hidupnya dan hidup keluarganya. Hal ini terbukti pada kutipan (68)
sampai (86). Dapat disimpulkan bahwa sifat Bayek adalah anak yang
penyendiri, cengeng, tekun, patuh, setia dan pantang menyerah.
c. Bapak
1) Pekerja Keras dan Tanggung Jawab
Bapak bekerja sebagai seorang sopir angkot dan ibuk menjadi
ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak di rumah. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(87) Bapak segera mengantar Ibuk ke tempat praktek bidan desa yang berjarak 15 menit dari rumah Mbak Gik (hlm. 30).
(88) Bapak terkadang juga memakai uang tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi (hlm. 46).
(89) …Usaha keras hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad untuk berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya (hlm. 51-52).
Ketika angkot mulai rusak, Bapak pulang hampir tengah
malam. Bapak agak kesal dengan keadaan tersebut. Berikut kutipan
secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(90) Wajah bapak muram, ia menghabiskan makan malamnya. Tangannya masih berlepotan oli. Rambutnya kumuh. Mukanya hitam terbakar panas matahari (hlm. 68).
Bapak mengeluh kepada Ibuk bahwa angkot mulai rusak.
Bapak pulang hampir tengah malam. Bapak agak kesal dengan
keadaan tersebut. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(91) “Aduh Nah, capek sekali badan ini! Angkot rusak lagi.uang habis buat benerin angkot. aduh Nah, yo opo iki? keluh Bapak (hlm. 68).
Saat lebaran tiba, Bapak dan Ibuk tidak pernah membeli baju
baru. Namun, mereka memastikan anak-anaknya dapat memakai
baju lebaran. Agar mereka semua sama dengan anak-anak lain.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(92) Ibuk dan Bapak baru membeli baju baru ketika ada rezeki lebih. Kadang hanya tiga tahun sekali (hlm. 102).
2) Pantang Menyerah
Berkat kerja keras Bapak, keuletan Ibuk untuk hidup prihatin,
dan uang receh yang dikumpulkan tiap hari. Akhirnya Bapak bisa
membeli angkot baru dan anak sulungnya bisa sekolah SMA.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(93) Akhirnya! Sesuatu yang Bapak impikan sejak lama tercapai. Bapak narik angkot miliknya sendiri (hlm. 103).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Sudah empat hari angkot mogok, Bapak mulai mengeluh.
Apalagi anak-anak sangat membutuhkan biaya hidup. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(94) “Aku capek, Nah. Iki godaan datang terus. Aku berangkat lagi, ya! Gak bisa liat anak-anak seperti ini. Saaken!” (hlm. 116).
Bapak akan menjual angkotnya dan Bapak akan menjadi
sopir truk di tetangga sebelah. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(95) Beberapa saat kemudian Bapak menimpali, “Bapak akan kerja di tetangga sebelah menjadi sopir truk. Mereka lagi butuh sopir untuk membawa makanan ternak dan Batu ke Surabaya. Angkot sudah ada yang mau membeli.” (hlm. 134).
Sejak Bayek sudah bisa bekerja sendiri dan sering mengirimi
uang kepada keluarganya di Kota Batu. Bapak berhenti menjadi
sopir truk. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(96) Bapak akhirnya berhenti jadi sopir truk untuk membantu pembangunan kos. Bapak bolak-balik Batu-Yogyakarta (hlm. 187).
Kebahagian mulai terasa. Bapak dan Ibuk tinggal menikamti
masa tuanya dengan anak dan cucunya mereka. berikut kutipan
secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(97) Hidup Bapak dan Ibuk semakin meriah dengan hadirnya cucu dan menantu. Meskipun anak-anaknya sudah mempunyai rumah sendiri-sendiri, rumah Ibuk selalu ramai dengan kunjungan cucu-cucu (hlm. 242).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Baru saja menikmati kebahagian. Bapak malah sering sakit-
sakitan. Beriku kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(98) Kondisi Bapak semakin lemas. Ia banyak menghabiskan waktu di kamar. Dari jendela kaca yang membatasi kamar dan dapur, Ibuk selalu memantau Bapak sembari memasak. Kadang menawarkan teh hangat atau pisang goreng. Ibuk tak pernah jauh dari tempat tidur Bapak (hlm. 256).
Bapak yang sedang sakit sudah mulai bosan karena hanya
tiduran di kamar. Bapak sudah tidak sabar ingin bermain dan
mengantarkan sekolah cucu-cucnya. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(99) “Nah, aku wis gak sabar ngantar cucu-cucu ke sekolah. Wis bosen ndik kamar terus,” kata Bapak yang sedang rebahan di kamarnya (hlm. 251).
Kondisi terakhir Bapak saat sakit sangat parah. Bapak tidak
ingin Bayek pergi jauh-jauh. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(100) “Le, jangan pergi jauh-jauh ya,” pesan Bapak singkat. Bayek kemudian mencium pipi Bapak dan berangkat. Ada gundah di hati Bayek (hlm. 263).
Setelah bertahan beberapa bulan. Bapak akhirnya
menghembuskan napas terakhir. Ibuk merasa sangat kehilangan
orang yang menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(101) Bapak meninggalkan istri, anak, dan cucunya. Malam itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Bapak belum sempat memakai baju hem putih yang dibelikan Nani tempo hari (hlm. 271).
(102) Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak (hlm. 271).
Bapak sebagai kepala keluarga bertanggung jawab atas
kehidupan keluarganya. Bapak bekerja sebagai sopir angkot. angkot
sering rusak tak membuat ia putus asa. Walaupun angkot sampai
harus dijual untuk biaya kuliah Bayek di Bogor, Bapak tetap bekerja
sebagai sopir truk milik tetangga. Beliau tidak ingin anak-anaknya
tidak makan. Maka ia terus bekerja dan bekerja. Hal terbukti pada
kutipan (87) sampai (102). Dapat disimpulkan bahwa Bapak
memiliki sifat pekerja keras, pantang menyerah, dan tanggung
jawab.
d. Mak Gini
1) Sederhana
Mak Gini hidup dalam kesederhanaan. Mereka makan
seadanya. Kalau kurang, Mak Gini menjual apa yang ia punya.
Berikut kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung
pernyataan tersebut:
(103) Hidup begitu sederhana. Mereka makan bersama di dapur berlantai tanah, di depan tungku perapian yang menjadi tempat memasak, juga untuk menghangatkan diri dari udara dingin Kota Batu. Di dapur inilah kebersamaan itu tumbuh. Rezeki yang di dapat hari ini untuk makan besok. Kalau kurang, Mak Gini menjual atau menggadaikan barangnya. Mak Gini menjauhi hutang (hlm. 30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2) Perhatian
Ketika Ibuk sudah berumah tangga, Mak Gini selalu memberi
nasehat kepada Ibuk agar memberikan kacang ijo dan beras merah
agar anak-anak kelak menjadi cerdas. Berikut kutipan secara
langsung maupun tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(104) Saat Isa menginjak enam bulan, ia mulai bisa makan bubur beras merah. Mak Gini mengajari Ibuk membuat bubur dari beras merah yang saat itu masih mudah didapatkan di pasar sayur Batu (hlm. 32). “Biar anak-anakmu pinter kalau besar nanti,” kata Mak Gini (hlm. 32). Mulai saat itu, bubur beras merah tak bisa terlupakan Ibuk ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ibuk mulai membayangkan mereka pergi ke sekolah dengan sepatu kecil, dengan seragam merah putih. Lulus SD! Tidak seperti ia dulu (hlm. 32-33).
Ketika rumah Ibuk masih baru, belum ada isinya. Mak Gini
meminjamkan kursi dan meja untuk mengisi ruang tamu. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(105) Mak Gini meminjamkan dua kursi kayu dan satu meja yang kita taruh di ruang tamu selama tiga bulan (hlm. 79).
Mak Gini adalah ibuknya Ibuk. Rumah beliau berdekatan
dengan rumah Ibuk. Terkadang Ibuk diberi nasehat-nasehat oleh
Mak Gini. Waktu rumah Ibuk belum ada kursi, Mak Gini
meminjamkan kursi untuk rumahnya. Berdasarkan kutipan (103)
sampai (105) dapat disimpulkan bahwa Mak Gini memiliki sifat suka
membantu, hidupnya sederhana, dan peduli terhadap anaknya yaitu
Ibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
e. Mbok Pah
1) Peduli
Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak umur 16 tahun Ibuk
sudah ikut berdagang baju bersama neneknya. Mboh berjualan daster
batik, baju sekolah, jarik, sampai sarung. Mbok Pah mengajari dari
cara membuka kios, melipat baju, sampai tawar-menawar. Berikut
kuipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(106) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah (hlm. 2).
2) Tanggung Jawab
Saat Ibuk akan memilih jodoh, Mbok Pah sering menasehati
Ibuk. Mbok Pah memiliki beberapa pilihan lelaki untuk Ibuk, namun
Ibuk tetap memilih (Sim) Bapak. Namun, Mboh Pah tidak bisa
memaksakan kehendak Ibuk. Berikut kutipan secara langsung
maupun tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(107) “Gini Nah, sudah lama Mbok Pah mau ngomongini, tapi ora enak. Sudah beberapa minggu ini ada yang nanyain kamu terus. Namanya Lek Hari. Mungkin seumuran sama Sim. Dia sudah punya rumah sendiri. Mencetak batu bata,” jelas Mbok Pah. Tinah diam sejenak. Ia melirik Mbok Pah yang sedang menggantungkan baju-baju di depan kios. “Yah… masa’ kamu gak mau orang yang sudah mateng dan sebaik dia?” kata Mbok Pah meyakinkan. Apa kamu masih pilih Sim itu? Ganteng iya, tapi Mbok rasa dia belum mateng, Nah. Belum siap. Masa’ kamu mau nunggu?” (hlm. 21-22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Sampai akhirnya Tinah (Ibuk) memilih Sim (Bapak) dan
menikah dengan Sim (Bapak), Mbok Pah meninggal seminggu
sebelum acara pernikahan itu.
Mbok Pah adalah nenek Ibuk. Sejak Ibuk tidak lulus SD,
Ibuk membantu Mbok Pah berjualan pakaian di pasar Batu. Awalnya
Mbok Pah ingin menjodohkan Ibuk kepada beberapa pemuda
pilihannya. Namun, hati Ibuk tetap memilih Bapak. Berdasarkan
kutipan (106) dan (107) tersebut dapat disimpulkan bahwa Mbok
Pah memiliki sifat peduli dan tanggung jawab. Hal terbukti ketika
Ibuk akan menikah, Mbok Pah memberi sedikit uang untuk
membantu pernikahan Ibuk.
f. Mbak Gik
1) Baik Hati
Mbak Gik sering menasehati Sim (Bapak) saat akan berumah
tangga. Mbak Gik menasehati agar jangan terburu-buru untuk
berumah tangga, karena berumah tangga itu tidak mudah. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(108) “Sim, orang berumah tangga itu nggak gampang. Kamu sudah siap tah punya istri dan anak kelak? Kamu kan baru saja bisa narik angkot sendiri?” tanya Mbak Gik. “Si Ngatinah iki wonge apikan. Gak macem-macem. Bisa hidup susah seperti aku,” jawab Sim. “Lah! Ya jangan sampai diajak hidup susah Sim…,” timpal Mbak Gik. “Cari rejeki bareng maksudku. Berjuang bareng. Anaknya gak manja. Mau kerja keras juga,” jelas Sim (hlm. 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
2) Peduli
Dahulu, Bapak tinggal bersama Mbak Gik di Jalan Darsono,
Desa Ngaglik. Saat malam pertama, Ibuk dan Bapak berada di rumah
Mbak Gik. Mereka belum bisa membuat rumah. Mereka sudah tidak
enak kalau harus numpang lama-lama di rumah Mbak Gik. Ada
keinginan mereka untuk membuat rumah, tetapi memang mereka
belum punya uang yang mencukupi.
Ketika mereka sudah mempunyai lima anak pun, mereka
masih menumpang tidur di rumah Mbak Gik. Sampai akhirnya
Bapak bertekad membangun rumah kecil di Gang Buntu. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(109) Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu (hlm. 36).
Mbak Gik adalah kakak angkat Bapak. Ketika Bapak dan
Ibuk baru menikah, mereka tinggal di rumah Mbak Gik. Sampai
ketika anak mereka lahir, Mbak Gik ikut membantu Ibuk mengajak
bermain anak-anak (momong). Setelah kelima anaknya lahir, Bapak
dan Ibuk mulai membangun rumah kecil dan sederhana. Berdasarkan
kutipan (108) dan (109) dapat disimpulkan bahwa Mbak Gik
memiliki sifat baik hati dan peduli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
g. Isa
1) Tekun dan Peduli
Besar harapan Ibuk agar Isa bisa lulus SMA. Akhirnya Isa
bisa lulus SMA. setelah Isa lulus SMA, ia kursus komputer di
Malang. Ibuk pun bertekad ingin mengkuliahkan Isa, saat itu Isa
masih memberi les privat. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
(110) “Sekarang, aku ingin memastikan Mira bisa kuliah. Demikian juga Rini dan Isa. Mereka harus bisa kuliah seperti Bayek dan Nani. Mereka harus kuliah. Isa memang sudah lama lulus SMA tapi tidak ada kata terlambat! Tekad Ibuk (hlm. 140).
Puluhan tahun yang lalu di usia yang hampir sama dengan
Isa, Ibuk sekurus Isa. Secantik Isa. Rambutnya sama. Gaya
berjalannya sama. Jalan hidupnya saja berbeda. Semenjak lulus
SMA Isa telah bekerja untuk membantu Nani dan Bayek kuliah. Di
balik kelembutannya, Isa adalah perempuan kuat yang berjuang
untuk “membuka” jalan buat adik-adiknya. Berkat bantuan Bayek,
Isa bisa kuliah dan kini Isa telah lulus sarjana dan menjadi guru SD.
Isa adalah pertama Ibuk dan Bapak. Isa adalah anak
pertama yang sering membantu adik-adiknya ketika masih kecil.
Membantu adik-adiknya mengerjakan PR sampai memandikan adik-
adiknya. Berdasarkan kutipan (110) dapat disimpulkan bahwa Isa
adalah anak yang tekun dan peduli. Ia peduli dengan adik-adiknya
dan Ibuk bertekad agar Isa bisa kuliah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
h. Nani
1) Tahan Banting
Nani adalah anak Ibuk yang paling gagah, seringkali ia
membersihkan got di depan rumah saat hujan tiba. Kebiasaan Nani
sama halnya dengan kebiasaan Isa. Sehabis pulang sekolah, Nani
biasanya membersihkan rumah dulu yaitu menyapu lantai dan
mengepel. Setelah itu Nani makan siang.
Nani juga membantu berjualan makanan kecil. Berikut
kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(111) Nani mulai belajar berdagang. Ia menjual pisang goreng, keripik, atau citos di sekolah (hlm. 118).
2) Pantang Menyerah
Berkat bantuan Isa dan Bayek, akhirnya Nani bisa kuliah.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(112) Anak kedua Ibuk, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan kuliah di Universitas Brawijaya (hlm. 132).
Isa membantu membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-
hari Nani. Begitu juga Bayek yang telah membantu Nani kuliah
dan bisa menjadi guru SD.
Nani adalah anak perempuan Ibuk yang gagah. Nani
membantu banyak dalam keluarganya. Nani berjualan makanan
ringan. Berdasarkan kutipan (111) dan kutipan (112) dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
disimpulkan bahwa Nani adalah anak yang tahan banting dan
pantang menyerah.
i. Rini
1) Peduli dan Setia
Dalam novel ini, Rini juga membantu merawat Bapak saat
sakit. Rumah Rini tidak jauh dari rumah Ibuk sehingga bisa
membantu Ibuk untuk merawat Bapak. Saat jasad Bapak disalatkan,
Rini tak sanggup menahan kesedihannya. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(113) Kain hijau menutupi keranda dengan rangkaian melati di atasnya. Jasad Bapak telah disalatkan sebelum Bayek datang. Rini di samping Ibuk menagis, berteriak, dan akhrinya, tak sadarkan diri. Ia dibawa ke kamar Ibuk (hlm. 275).
Rini adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ketika Bapak
sakit Rini turut merawat Bapak. Sampai akhirnya Bapak meninggal,
Rini tak kuasa menahan kesedihannya. Berdasarkan kutipan (113)
terbukti bahwa Rini memiliki sifat peduli dan setia.
j. Mira
1) Peduli
Saat Bayek bekerja Jakarta, Mira baru kelas 2 SMA. Berkat
bantuan Bayek, Mira dapat membeli rumah di Karawang. Berikut
kutipan secara secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(114) “Mir, Masmu mau bantu beliin rumah buat kamu…,” kata Ibuk (hlm. 221).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
(115) “Wah, matur suwun, Buk. Mas Bayek sendiri sudah punya tabungan, tah? Kok bolak-balik transfer ke rumah? (hlm. 221).
Mira adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Ketika bayek
sudah bekerja, Bayek membantu membelikan rumah di Karawang
untuk Mira. Ketika masih kecil, Mira jarang rewel dan tidak
menyusahkan orang tuanya. Berdasarkan kutipan (114) dan (115)
dapat disimpulkan bahwa Mira memiliki sifat peduli.
k. Bang Udin
1) Baik Hati dan Peduli
Dari Bang Udin, Ibuk selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk
membayar dengan cicilan setiap hari. Mulai dari belanja dandang,
bak kecil untuk mandi, sampai penggorengan. Terkadang Ibuk
meminjam uang lagi, walaupun cicilan yang lalu belum lunas.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(116) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan. “Insya Allah ada, Mbak Nah. Butuh berapa?” tanya Bang Udin. Ada sedikit kelegaan di wajah Ibuk. “Lima belas ribu ya, Bang.” (hlm. 88).
Bang Udin adalah tukang jualan alat-alat rumah tangga. Ia
terkadang juga menawari Ibuk untuk meminjam uang. Walaupun
cicilan Ibuk yang lalu belum lunas, Bang Udin tidak bersikeras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
menagihnya. Ia malah menawarkan utang lagi kepada Ibuk.
Berdasarkan kutipan (116) dapat disimpulkan bahwa Bang Udin
memiliki sifat baik hati dan peduli terhadap keadaan ekonomi
keluarga Ibuk.
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, terdapat 1 tokoh utama yaitu
Ibuk, dan 10 tokoh tambahan yaitu Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini,
Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin. Penokohan/watak tokoh
Ibuk antara lain: penyayang, tegar dan kuat, ulet, serta setia. Sifat
penyayang ditunjukkan dari kutipan (1) sampai kutipan (21). Sifat tegar
dan kuat ditunjukkan dari kutipan (22) sampai kutipan (26). Sifat ulet
ditunjukkan dari kutipan (27) sampai kutipan (54). Sifat setia ditunjukkan
dari kutipan (55) sampai (67). Sementara itu, seluruh tokoh tambahan
memiliki sifat-sifat membantu Ibuk berjuang menyekolahkan anak-anak
dan membahagiakan keluarganya. Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam
kutipan (68) sampai kutipan (116). Berdasarkan kutipan (68) dan (86)
dapat disimpulkan bahwa tokoh Bayek memiliki karakter atau watak
penyendiri, cengeng, tekun, patuh, setia dan pantang menyerah.
Berdasarkan kutipan (87) sampai (102) tokoh Bapak memiliki watak
memiliki sifat pekerja keras, pantang menyerah, dan tanggung jawab.
Berdasarkan kutipan (103) sampai (105) dapat disimpulkan bahwa tokoh
Mak Gini memiliki sifat suka membantu, hidupnya sederhana, dan peduli
terhadap anaknya yaitu Ibuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan kutipan (106) dan (107) tokoh Mbok Pah memiliki
watak peduli dan tanggung jawab. Berdasarkan kutipan (108) dan (109)
dapat disimpulkan bahwa tokoh Mbak Gik memiliki sifat baik hati dan
peduli. Berdasarkan kutipan (110) dapat disimpulkan bahwa tokoh Isa
memiliki watak yang tekun dan peduli. Berdasarkan kutipan (111) dan
kutipan (112) dapat disimpulkan bahwa tokoh Nani memiliki watak tahan
banting dan pantang menyerah. Berdasarkan kutipan (113) terbukti bahwa
tokoh Rini memiliki sifat/watak peduli dan setia. Berdasarkan kutipan
(114) dan (115) dapat disimpulkan bahwa tokoh Mira memiliki sifat/watak
peduli. Berdasarkan kutipan (116) dapat disimpulkan bahwa tokoh Bang
Udin memiliki sifat baik hati dan peduli terhadap keadaan ekonomi
keluarga Ibuk.
3. Alur atau Plot
Secara umum, alur atau plot dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan adalah alur lurus atau progresif karena peristiwa yang
dikisahkan bersifat berkesinambungan dari awal, tengah, dan akhir.
Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:
a. Awal:
1) Paparan (exposition)
Merupakan fungsi utama awal cerita. Paparan dalam novel
ibuk, memaparkan atau memperkenalkan pertemuan Tinah (ibuk)
dengan seorang playboy pasar yaitu Sim (bapak). Tinah adalah
seorang gadis lugu yang selalu membantu Mbok Pah jualan pakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
di pasar Batu. Sedangkan Sim si playboy adalah seorang kenek
angkot. Mereka berdua saling memandang kemudian saling tertarik
satu sama lain. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan
Bapak. Berikut ini adalah kutipannya:
(1) Akhirnya, hajatan pertama di keluarga Ngatinah tiba. Ijab Kabul dilaksanakan di ruang tamu, tempat mereka bertemu kali berbincang. Terob kecil, tempat melempar janur kuning dipasang di depan rumah Mbok Pah. Mempelai duduk di atas kursi rotan dengan hiasan rangkaian bunga melati yang sederhana dan harum. Tak ada tenda di depan rumah (hlm. 24).
2) Rangsangan (inciting moment)
Rangsangan adalah peristiwa yang mengawali timbulnya
gawatan. Rangsangan sering ditimbulkan oleh masuknya seorang
tokoh baru yang berlaku sebagai katalisator. Rangsangan dimulai
ketika ibuk melahirkan anak pertama hingga anak kelima dengan
segala usaha kerasnya sampai ibuk pun jatuh sakit. Berikut
kutipannya:
(2) Membesarkan lima orang anak membutuhkan napas yang panjang. Tak pernah mudah, tak pernah berhenti. Setelah Ibuk sembuh ia mulai lagi bergulat membesarkan anak-anaknya. Ia mulai membuat nasi goreng untuk sarapan anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Ia kembali memberikan cintanya (hlm. 38).
3) Gawatan (rising action)
Gawatan adalah tahapan yang ditimbulkan oleh rangsangan.
Gawatan terjadi ketika hujan tiba, ibuk bersama kelima anaknya
berkumpul di ruang tamu dan sedang menikmati pisang goreng.
Berikut kutipannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
(3) Ah, begitulah rumah ini dibangun. Ibuk mengakhiri ceritanya. Hujan mulai reda. Mata Ibuk menerawang ke langit-langit.
“Meskipun, banyak kebocoran di sana-sini, kita mesti bersyukur. Kita ada di rumah sendiri. Ada tempat untuk makan pisang goreng bersama-sama,” kata Ibuk. Ia berjalan ke dapur.
Hidup adalah perjalanan untuk membangun rumah untuk hati. Mencari penutup lubang-lubang kekecewaan, penderitaan, ketidakpastian, dan keraguan. Akan penuh dengan usaha keras. Dan itu yang akan membuat seduah rumah indah (hlm. 79).
b. Tengah
1) Tikaian (conflict)
Konflik adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat
adanya dua kekuatan yang bertentangan. Tikaian terjadi ketika
Bayek minta dibelikan sepatu baru. Berikut kutipannya:
(4) “Buk, bener ya, kalau punya duit langsung beli sepatu ya,”rengek Bayek. Ia masih tak menyerah. Bayek beranjak keluar dan membanting pintu.
“Le, sing sabar, Le. Kalau ada duit Ibuk akan antar kamu ke Toko Bata sekarang juga! Ngerti tah?” kata Ibuk
sembari membelai rambut Rini yang tebal. Muka Bayek cemberut, matanya memandang jauh ke
malam yang semakin larut. Sepatu Bayek yang selalu disimpan di kamar depan, di bawah lemari kecil tempat menyimpan buku, memang sudah terlihat butut. Paling butut di antara teman-teman paduan suaranya.
“Yek, kalau belum bisa beli sepatu baru, coba pinjam sepatu temanmu, biar kelihatan sama dengan teman-teman di paduan suara ya?’ saran Bu Guru ketika Bayek akan mengikuti lomba paduan suara. Bayek malu. Ia telah meminta Ibuknya. Tapi memang uang tidak ada.
Air mata Bayek menetes di pipinya. Ia tak lagi merengek kepada Ibuk. Hanya sesegukan di dekat pintu depan rumah. Ibuk, tanpa kata-kata, membelai rambut Bayek. Di mata Ibuk ada kesedihan yang dalam. Ia memeluk anak lelaki satu-satunya tapi Bayek melepaskan pelukan Ibuk.
“Wis jangan manja-manja,”kata Rini. Begitulah Bayek. Tak hanya malam itu saja ia merengek
minta dibelikan sepatu baru. Siang pulang sekolah, bangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tidur di sore hari, malam hari sebelum tidur, dan begitu lagi besoknya. Tiga minggu sudah Bayek meminta sepatu baru. Tiga minggu pula Ibuk harus bersabar menghadapi permintaan Bayek.
Baru dua bulan berikutnya ketika cicilan sepatu Nani lunas Ibuk mengajak Bayek ke Bata.
“Pilih yang kamu suka, Yek. Tapi jangan yang putih itu. Terlalu mahal,”pesan Ibuk.
Besok harinya Bayek bangun lebih pagi dari biasanya. Bayek, bocah kecil berbaju merah putih, memakai sepatu baru! (hlm. 91-92).
2) Rumitan (complication)
Rumitan adalah perkembangan dari gejala mula tikaian
menuju ke klimaks. Rumitan dalam cerita ini terjadi ketika bapak
pulang lebih awal dan angkotnya mogok lagi. Padahal keesokkan
harinya harus membayar SPP Bayek dan Rini. Berikut
kutipannya:
(5) “Wah, kok sudah pulang, Pak!” sapa Nani menyambut Bapak.
Tidak seperti biasa, Bapak pulang lebih awal. Wajah Bapak letih. Lengan tangannya berlepotan oli. Bajunya lusuh sekali. Rambut Bapak tidak serapi di pagi hari. Ia selalu memakai sedikit minyak rambut Brisk sebelum berangkat kerja. Mata Bapak sedikit merah. Bajunya basah berkeringat. Ah, Bapak begitu lemas.
“Pak, besok loh bayar SPP paling telat,” Bayek mengingatkan. Bapak hanya diam menuju dapur.
“Wah kok sudah pulang, Pak?” sambut Ibuk. Bapak tak menghiraukan Ibuk dan membersihkan
tangannya di dapur. “Mau teh panas tah? Atau kopi?” Tanya Ibuk. Tak ada balasan dari Bapak. Keduanya diam. Bapak
mengganti baju dengan kaos yang masih bersih. Mira tidur pulas di kamar.
“Kenapa lagi mobilnya?” tanya Ibuk. “Sudah empat hari ini Nah, angkot mogok lagi! Kesel aku,
Nah. Kemarin rem rusak, sekarang ban depan pecah! Kesel aku Nah. Mbuh iki!” kata Bapak gusar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Bayek dan Rini bergabung dengan Isa di kamar depan. Nani juga. Tidak biasanya Bapak terdengar secapek ini. ia terdengar hamper putus asa.
“Sudah empat hari ini, Nah. Mangan opo iki arek-arek mene? SPP juga mesti dibayar besok. Kalu begini terus, pingin segera jual angkot saja. Gak ngerti maneh aku!” ujar Bapak di sudut dapur sambil membanting sandal jepit biru tipisnya dengan keras.
Ibuk terkejut. Anak-anak yang ada di kamar depan terdiam.
“Wis, mbuh Nah!” lanjut Bapak singkat. Suaranya pelan. Matanya berkaca-kaca.
“Sing sabar sik. Sing sabar,”kata Ibuk menghibur Bapak.”Itu tehnya diminum dulu.”
Bapak masih diam. Ia tidak menyentuh teh yang ada di atas marmer.
“ Aku capek, Nah. Iki godaan dating terus. Aku berangkat lagi ya! Gak bisa lihat anak-anak seperti ini. Saaken!”
“Coba aku bisa kerja membantu keluarga. Sekarang kita sabar dulu. Rejeki itu… rejeki itu…,”kata Ibuk terbata-bata dan tak sanggup melanjutkan kata-kata. Air mata mengalir di pipi Ibuk. Ia tak tega melihat wajah Bapak yang terlihat capek. Ia tak tega melihat Bapak harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tak tega harus melihat anknya ke sekolah besok dan tak bisa membayar SPP.
Ibuk menangis sesenggukan di dapur. “Buk, nggak apa-apa tah?” tanya Bayek yang mendapati
Ibuk duduk sendiri di lantai dapur. Ibuk terisak-isak, menutup mata dengan kedua telapak tangan. Baru kali ini Bayek melihat Ibuk menangis. “Buk, Buk… ada apa Buk?” tanya Bayek lagi. “Gak papa, Le,” jawab Ibuk singkat sembari menarik tangan Bayek. “Ikut Ibuk yuk, Le.” Ibuk dan Bayek menyusuri gang-gang kesil di sebelah rumah. Tangan Ibuk menggenggam tangan Bayek. Matanya sembap. Tak ada percakapan. Sesampai di hutan bamboo, Ibuk diam sebentar. Air matanya mengalir kembali. Bayek menatap mata Ibuk. Matanya pun mulai basah. “Wis, Le, jangan ikut menangis,” pinta Ibuk sembari mendekap Bayek. Bayek terisak-isak. Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar. Bayek janji akan membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Dari hutan bambu itu, hidup Bayek tak akan sama lagi. Janji untuk Ibuk. Janji untuk Bapak. Janji untuk saudara-saudaranya terpatri dalam hidupnya. Janji untuk keluarga (hlm. 114-117).
3) Klimaks
Menurut Sudjiman (1998: 35) Klimaks tercapai apabila
rumitan mencapai puncak kehebatannya. Sedangkan menurut
Haryanto (2000: 39) klimaks adalah titik puncak cerita. Bagian ini
terjadi ketika Bayek mendapat tawaran pekerjaan di New York.
Berikut kutipannya:
(6) Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tahun penuh tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Inilah saatnya, aku membangun hidupku dan keluargaku. Apa pun itu New York, akan aku hadapi. Bapak dan Ibuk telah memberikan segalanya. Hidupnya. Kini saatnya aku berjuang seperti mereka! tekad Bayek. Bayek menerima tawaran kerja di New York. Dalam hati ia ingin dekat dengan keluarga. Tapi keinginan untuk mengubah hidup telah membulatkan tekadnya untuk pergi ke New York (hlm.143-144).
c. Akhir
1) Leraian (falling action)
Menurut Sudjiman (1998: 35) Bagian sruktur alur sesudah
klimaks meliputi leraian yang menunjukkan perkembangan
peristiwa ke arah selesaian. Leraian terjadi ketika Bayek pulang ke
kampung halamannya, setelah tinggal di New York selama sepuluh
tahun. Berikut kutipannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
(7) Sepuluh tahun yang lalu, Bayek pergi dengan membawa satu koper saja dan kini ia kembali dengan lima buah koper. Belum lagi barang yang ia kirimkan lewat pengiriman kargo laut. Empat puluh kardus berisi barang-barang yang Bayek beli dan dikumpulkan selama hidup di New York City. Mulai dari baju-baju, sepatu, peralatan dapur, perlengkapanan tempat tidur, CD, DVD, buku-buku, karpet, dan patung-patung perunggu koleksinya. Untuk hidup baru Bayek di Indonesia. Untuk keponakan dan keluarganya juga (hlm. 223-224).
2) Selesaian (denouement)
Penyelesaian merupakan bagian akhir atau penutup cerita.
Penyelesaian dalam novel ibuk, yaitu saat ayah Bayek meninggal
dunia. Berikut kutipannya:
(8) Bayek pulang untuk Bapak, dan Bapak telah berpulang. “Pak, insya Allah, aku akan jaga rumah Pak. Aku akan jaga Ibuk, dan semuanya. Bapak istirahat dulu. Matur nuwun. Uripe kene wis keangkat kabeh,”bisik Bayek. Bayek pun meninggalkan pemakaman, masih memakai kopiah hitam milik Bapak yang dipakai selama acara pemakaman. “Seperti mimpi, Yek,” kata Ibuk singkat, ”ternyata, begini saja hidup.” Bayek merangkul Ibuk. Berjalan kaki menuju rumah. Sesampai di rumah Ibuk langsung ke kamar Bapak. Duduk di sudut ranjang. Membuka dompet Bapak. Ada KTP, SIM, beberapa lembar uang, dan secarik kertas di mana Bapak mencatat beberapa nomor telepon keluarganya. Ia menatap foto Bapak di KTP. Di SIM tercatat Pekerjaan: Pengemudi. Ibuk menarik napas panjang. Bau keringat Bapak yang menempel di bantal diciuminya (hlm. 278).
(9) Cinta ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu
terang untuk Bapak. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian sang playboy yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya. 40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui perjalanan yang saling memperkaya, memperkuat, dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah melahirkan anak-anak yang penuh cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga. Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya (hlm. 285).
Demikian alur/ plot yang menggambarkan kejadian dalam
novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Alur pada novel dibagi menjadi 3
bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. Secara keseluruhan alur novel
ini adalah alur maju atau progresif. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
(1) yang menggambarkan dimulainya pernikahan Bapak dan Ibuk
sampai kutipan (9) yang menggambarkan akhir sebuah cerita yaitu
Bapak akhirnya meninggal dunia.
4. Latar/Setting
Nurgiyantoro (2000: 230) mengatakan unsur-unsur setting
dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu
dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan
lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial
menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat di suatu tempat. Ketiga latar ini akan dikaitkan dalam
novel “ibuk” karya Iwan Setyawan.
a. Latar Tempat
Latar tempat dalam novel ibuk, digambarkan dengan rumah
kecil di Gang Buntu, kota Batu, Jawa Timur dengan kamar seadanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dan perlengkapan rumah tangga yang sederhana pula. Semuanya serba
sederhana. Meja makan pun tidak ada. sSelain di Jawa Timur, dalam
novel ini terdapat latar/ setting di New York, Amerika Serikat.
Awalnya Ibuk dan sekeluarga menumpang di rumah Mbak Gik
(kakak angkat Bapak). Semakin lama mereka tinggal di rumah Mak
Gik, Ibuk dan sekeluarga semakin tidak enak dengan Mak Gik.
Akhirnya mereka mulai merencanakan untuk pindah rumah. Berikut
kutipan secara langsung dari pengarang yang mendukung pernyataan
tersebut:
(1) Kamar kecil mereka pun menjadi semakin meriah dan Ibuk merasa tidak enak dengan Mbak Gik. Ibuk dan Bapak masih menumpang di rumah kakak angkatnya hampir dua tahun ini. Mereka mulai membicarakan untuk pindah rumah karena sungkan. Tapi memang tidak ada uang dan bayi-bayi ini butuh tempat yang hangat. Akhirnya mereka memutuskan untuk menetap sementara waktu lagi di rumah Mbak Gik (hlm. 33).
(2) Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu (hlm. 35-36).
Saat membangun rumah, adik laki-laki Ibuk ikut membantu
dalam membangun rumah tersebut. Ibuk membayangkan kamar-kamar
yang akan dibangun di dalam rumah. Berikut kutipan secara langsung
pada nomor kutipan (3) dan kutipan tak langsung pada nomor kutipan
(4):
(3) Empat adik laki-laki Ibuk, Cak Gi, Cak Lus, Cak Yit, dan Cak Cocok membantu banyak dalam pembangunan rumah ini. bersama tiga tukang bangunan, fondasi dikerjakan dalam waktu empat hari saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
(4) Melihat pondasi rumah berukuran 6 X 7 meter ini, Ibuk sudah membayangkan kamar Ibuk, kamar kalian, ruang tamu kecil ini, dapur tempat memasak, dan kamar mandi. (hlm. 78).
Rumah sederhana ditempati Ibuk dan keluarga. Mereka tetap
bersyukur walaupun atap rumah mulai bocor. Berikut kutipan (5) secara
langsung dan kutipan (6) tak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(5) Hujan mengguyur Batu. Desember yang basah dan dingin. Tiga bak plastik di ruang tamu menampung bocoran air di sana-sini. Suara air menetes dengan ritme yang berbeda di tiap bak. Kadang petir menggelegar (hlm. 74).
(6) “Meskipun banyak kebocoran di sana-sini, kita mesti bersyukur. Kita ada di rumah sendiri. Ada tempat untuk makan pisang goreng bersama-sama,” kata Ibuk. Ia berjalan ke dapur (hlm. 79).
Ibuk tidak tahu di mana letak kota New York itu berada, Ibuk
selalu mendoakan Bayek agar selalu lancar dalam segala urusannya.
Berikut kutipan langsung dari pengarangnya:
(7) Ibuk tidak tahu di belahan dunia mana New York terletak. Tapi doanya melayang ke sana. Tepat ke hati Bayek (hlm. 144).
Sepulang dari pemakaman, Bayek langsung memeluk Ibuk.
Mereka bersedih karena Bapak yang selama ini hidupnya sudah
bahagia, tiba-tiba sakit dan dipanggil oleh Tuhan. Berikut kutipan
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(8) Bayek merangkul Ibuk. Berjalan kaki menuju rumah. Sesampai di rumah Ibuk langsung ke kamar Bapak. Duduk di sudut ranjang. Membuka dompet Bapak. Ada KTP, SIM, beberapa lembar uang, dan secarik kertas di mana Bapak mencatat beberapa nomor telepon keluarganya. Ia menatap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
foto Bapaka di KTP. Di SIM tercatat Pekerjaan: Pengemudi. Ibuk menarik napas panjang. Bau keringat Bapak yang menempel di bantal diciuminya (hlm. 278-279).
Mulai dari pertemuan Ibuk dan Bapak di pasar 40 tahun yang
lalu, sampai perjalanan yang hidup yang saling memperkuat keadaan
yang dulu pernah mengalami kesulitan. Bapak yang selalu menemani
Ibuk selama hidupnya dan Ibuk yang selalu memberi ketenangan bagi
keluarga dan Bapak. Kini harus terpisah oleh maut. Berikut kutipan
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(9) Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya (hlm. 285).
b. Latar waktu
Latar waktu dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan dijelaskan
secara terbuka oleh pengarang. Secara garis besar keterangan waktu
dalam novel ini terjadi mulai saat Ibuk melahirkan kelima anaknya, saat
anak-anak bersekolah, saat anak-anak mulai bekerja, detik-detik
meninggalnya Bapak, dan sampai akhirnya Bapak meninggal dunia.
Untuk lebih jelasnya keterangan waktu dalam novel ibuk, akan
dijabarkan.
Latar waktu ditunjukkan ketika Ibuk melahirkan Isa, usia Ibuk
18 tahun. Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(10) Ketika melahirkan Isa, anak pertama, Ibuk masih berumur 18 tahun. Kata Ibuk, perempuan umur 18 tahun zaman dulu sudah matang. Wis ngerti urip (hlm. 29).
Kali ini Ibuk melahirkan anak keduanya yaitu Nani. Ibuk sudah
lebih siap dibandingkan saat kehamilan Isa (anak pertamanya). Berikut
kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(11) Setelah enam bulan menyusui Isa, Ibuk hamil anak kedua, Nani. Kali ini Ibuk sudah lebih siap menjelang kelahirannya. Baju bayi pun sudah ada, bekas mbaknya. Semenjak hamil Nani, air susu tak lagi keluar. Isa harus mendapatkan susu sapi segar yang Ibuk beli tiap pagi di Koperasi Unit Desa. Sampai detik-detik kelahiran Nani, Ibuk berjalan kaki setiap hari sekitar 3 km ke Desa Sisir untuk membeli susu segar ini. mungkin karena Ibuk sering jalan kaki, Nani bisa lahir lebih lancar daripada kelahiran anaknya yang pertama (hlm 33).
Pada kehamilan ketiga ini, Bapak dan Ibuk mengharapkan anak
laki-laki. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(12) Setelah Sembilan bulan dan entah lebih berapa hari, air ketuban pun pecah. Dari Rahim Ibuk terlahir harapan besar Ibuk dan Bapak. Anak laki-laki pertama dalam keluarga Abdul Hasyim. Bayek (hlm. 35).
Hidup Bapak dan Ibuk semakin ramai dengan lahirnya adik
Bayek yaitu Rini. Kemudian disusul anak yang paling bungsu yaitu
Mira. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(13) Hidup Bayek, Ibuk, Isa, Nani, dan Bayek semakin ramai dengan kelahiran Rini, adik Bayek. Ia lahir satu setengah tahun setelah Bayek lahir. Menyusul Mira, anak bungsu yang lahir lima tahun setelah kelahiran Rini (hlm 36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Anak-anak mulai sekolah. Isa akan masuk SMP. Nina, Bayek,
dan Rini masih duduk di bangku SD. Sementara itu, si bungsu Mira
masih digendong Ibuk. Isa selalu bertanya apakah dia bisa melanjutkan
ke SMP, Nina minta dibelikan sepatu, sedangkan Bayek minta uang
SPP dan minta seragam koor baru. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(14) Minggu sore selalu ramai di rumah! “Buk, beli buku baru entar malam ya?” rayu Bayek. “Buk, sepatuku jebol!” ujar nani. “Buk, bayar SPP. Ini sudah tanggal 10…,” keluh Bayek. “Buk, aku sekolah SMP ya tahun depan,” kata Isa. “Buk, aku mesti beli seragam koor baru,” keluh Bayek lagi (hlm. 58).
Sudah empat hari angkot selalu mogok. Bapak selalu pulang
larut malam. Bapak capek dan kesal karena angkot selalu mogok,
sementara anak-anak harus makan dan bayar sekolah. Berikut pada (16)
dan (17) kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(15) Jam 11 malam, Bapak masih di jalan. Bapak belum pulang. Isa, Nani, dan Rini tertidur pulas di kamar depan semenjak jam 9 (hlm. 109).
(16) “Sudah empat hari ini, Nah. Mangan opo iki arek-arek mene? SPP juga mesti dibayar besok. Kalau begini terus, pingin segera jual angkot saja. Gak ngerti maneh aku!” ujar Bapak di sudut dapur sambil membanting sandal jepit biru tipisnya dengan keras (hlm. 115).
Malam harinya Bapak pulang larut malam lagi. Beliau
membawa uang untuk bayar SPP Bayek dan Rini. Untuk kebutuhan
sehari-hari, Bapak menyuruh Ibuk hutang kepada Bang Udin. Berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kutipan secara langsung dan tak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(17) Malam harinya Bapak pulang larut malam lagi, sekitar jam 11 . “Nah, ini buat bayar SPP Bayek dan Rini besok. Untuk belanja, kamu hutang dulu ke Bang Udin,” kata Bapak. (hlm. 117).
Bayek berjuang dengan selalu rajin belajar, akhirnya ia bisa
mendapatkan PMDK dan kuliah di IPB yang kemudian ia mendapatkan
tawaran kerja di Jakarta. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(18) Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tahun penuh tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa (hlm. 143).
Bayek mendapatkan tawaran untuk bekerja di New York,
Amerika Serikat. Berkat kerja keras dan usahanya, ia bisa membangun
rumahnya di Batu. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(19) Dua bulan kemudian rumah kecil Ibuk di Gang Buntu diratakan. Fondasinya pun dibongkar.
Kebahagian mulai dirasakan Bapak dan Ibuk. Bapak sudah tidak
lagi bekerja sebagai sopir angkot atau pu sopir truk. Beliau sudah
pensiun. Ibuk mulai melakukan pekerjaan rumah tangganya dengan
santai. Namun, bapak malah mulai sakit-sakitan di tengah kebahagian
yang mulai dirasakan keluarganya. Berikut kutipan secara langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(20) Semenjak Bapak sakit, Ibuk tak pernah jauh dari kamar Bapak (hlm. 254).
(21) Senin, 30 Januari 2012. Bapak terbangun sekitar jam 11.30 malam (hlm. 266).
(22) Selasa, 31 Januari 2012. Bapak menjalani terapi ketiga. Di akhir terapi, Bapak tertidur pulas (hlm. 267).
(23) Kamis, 2 Februari 2012. Saatnya Bapak kembali menjalani terapi (hlm. 269).
(24) Jumat, 3 Februari 2012. Hasil lab dan CT scan keluar (hlm. 270).
(25) Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 2 dini hari. Rini bangun kembali untuk memeriksa kondisi Bapak.
(26) Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 2:30 pagi. Rini bangun kembali untuk memeriksa Bapak. Tangannya masih memegang tangan Bapak. Ia melihat wajah Bapak. Ada air mata yang melelehkan di mata kiri Bapak. Rini kemudian memeriksa napasnya. Bapak yang tidur di sampinga, sudah tidak bernapas lagi… (hlm. 271).
c. Latar sosial
Latar sosial dalam novel ini mengacu kepada status keluarga
Ibuk dalam masyarakat. Bapak pernah menjabat sebagai ketua RT,
namun Bapak jarang menjalankan tuganya tersebut karena Bapak harus
bekerja narik angkot.
Bapak bekerja sebagai sopir angkot yang tidak lulus SMP,
sedangkan Ibuk sebagai ibu rumah tangga yang tidak lulus SD.
Sehingga status sosial dalam keluarga tersebut memang termasuk
golongan keluarga sederhana, namun keluarga tersebut mencoba
menaikkan status sosial melalui pendidikan.
Berikut ini latar sosial Bapak. Bapak sejak masih muda. Sejak
Bapak (Sim) tidak bisa melanjutkan SMP, Bapak mulai ikut narik
angkot suami kakak angkatnya. Berikut kutipan secara tidak langsung
yang mendukung pernyataan tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(27) “Sekarang aku ikut narik angkot suami kakak angkatku itu. Sudah beberapa tahun. Sejak aku tidak bisa melanjutkan SMP. Kamu sendiri asli sini?” tanya Sim balik (hlm. 10).
Berikut ini latar sosial Ibuk. Ibuk (Tinah) adalah gadis desa
yang lugu. Ia tidak bisa lulus SD. Tinah akhirnya tinggal di rumah dan
membantu lima adiknya. Ketika umur 16 tahun Tinah mulai membantu
neneknya, Mbok Pah, berdagang baju bekas di Pasar Batu. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(28) “Oh, aku… aku asli sini. Sejak lahir tinggal di Gang Buntu sini. Tidak pernah ke kota lain. Sehari-hari aku membantu Mbok Pah jualan baju di pasar. Ya, seperti Mas lihat kemarin. Mau kerja apa lagi? SD juga nggak lulus,” jawab Tinah, gugup (hlm 10).
Latar sosial ditunjukkan ketika Ibuk menikah muda dan
melahirkan seorang anak pada umur 18 tahun. Zaman dahulu,
perempuan umur 18 tahun sudah dewasa dan mulai mengerti arti hidup.
Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(29) Ketika melahirkan Isa, anak pertama, Ibuk masih berumur 18 tahun. Kata Ibuk, perempuan umur 18 tahun zaman dulu sudah matang. Wis ngerti urip (hlm. 29).
Latar sosial selanjutnya, Bapak menjadi ketua RT di
kampungnya. Namun, Bapak lebih sibuk narik angkot. Sehingga Pak
Lurah pun agak kesulitan memberikan tanda tangan untuk surat
pengantar. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(30) “Begini saya dengar ketua RT di sana, Pak Hasyim suami Ibu, tidak melaksanakan tugas sebagai ketua RT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
sebagaimana mestinya,” kata Pak Lurah yang berkopiah hitam (hlm. 122).
Bayek selalu berjuang meningkatkan keterampilan yang
dimilikinya. Ia sadar bahwa dengan belajar dan kerja keras, ia bisa
setara dengan siapa saja. Hal ini secara tidak langsung membuat status
keluarganya meningkat. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(31) Pencapaian yang menyegarkan untuk Bayek yang masih berjuang untuk memperbaiki komunikasi bahasa Inggrisnya. Ia sadar bahwa ia bisa setara dengan siapa pun lewat belajar dan bekerja keras. Tak peduli dari keluarga mana ia dilahirkan (hlm. 175).
Berkat usaha keras Bayek, Bayek selalu mengirimi uang untuk
pembangunan rumah di Batu. Akhirnya rumah di Batu yang dulunya
kecil sekarang dibangun dengan lantai dua. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(32) Enam bulan kemudian, Ibuk dan Bapak punya rumah baru berlantai dua. Ada empat kamar. Isa dan keluarganya punya kamar sendiri di lantai atas. Satu kamar untuk Rini dan Nani, dan satu kamar lagi untuk Bayek (hlm. 177).
Ekonomi keluarga Ibuk dan sekeluarga lebih baik. Bahkan lebih
sangat berubah karena usaha keras mereka sekeluarga. Termasuk anak
laki-laki satu-satunya yaitu Bayek. Berikut kutipannya:
(33) “Buk… aku wis transfer lagi!” kata Bayek dengan semangat (hlm. 186).
Demikian hasil analisis latar dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan yang menunjukkan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Latar tempat ditunjukkan dari kutipan (1) sampai kutipan (9), latar
tempat sebagian besar berada di rumah Gang Buntu, Kota Batu,
Malang, Jawa Timur dan sebagian lagi, latar tempat berada di New
York, Amerika Serikat.
Latar waktu ditunjukkan dari kutipan (10) sampai kutipan (26).
Latar waktu ditunjukkan mulai saat Ibuk melahirkan kelima anaknya,
saat anak-anak bersekolah, saat anak-anak mulai bekerja, detik-detik
meninggalnya Bapak, dan sampai akhirnya Bapak meninggal dunia.
Latar sosial ditunjukkan dari kutipan (27) sampai (33). Unsur
latar sosial dalam novel ibuk, menunjukkan bahwa melalui pendidikan,
anak-anaknya dapat hidup lebih baik dan dapat meningkatkan status
sosial keluarga.
5. Tema
Dalam novel yang berjudul ibuk, memiliki tema tentang
kesetiaan. Kesetiaan tersebut ditunjukkan oleh tokoh utama dalam novel
ibuk, karya Iwan Setyawan. Isi novel tersebut mengisahkan nilai
kesetiaan atau hal-hal tentang pentingnya kesetiaan seorang ibu dalam
membesarkan kelima anaknya bersama dengan suaminya yang bekerja
sebagai sopir angkot. Ibu dan suaminya selalu berusaha agar anak-
anaknya selalu makan dan terus bersekolah hingga sarjana. Mereka tidak
ingin anak-anaknya seperti ibu dan ayahnya. Ibu hanya lulus SD
sedangkan ayah hanya lulus SMP. Melalui kesetiaan tokoh utama yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Ibuk, akhirnya anak-anaknya dapat mengenyam pendidikan hingga lulus
sarjana.
Tema kesetiaan dalam novel ini ditunjukkan saat Ibuk berjanji
tidak akan membiarkan anak-anaknya tidak berpendidikan. Berikut
kutipan secara langsung maupun tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(1) Dalam genggamannya, Ibuk tak akan membiarkan anak-anaknya tidak berpendidikan seperti dia. Cukup aku saja yang tidak lulus SD, tekad Ibuk (hlm. 124).
Tema kesetiaan tersebut terlihat ketika Ibuk bercakap-cakap
dengan Bayek. Saat itu Ibuk baru menyadari bahwa hidup mereka
sekeluarga dulu sulit. Berikut kutipan secara tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(2) Ibuk menarik napas sejenak. “Ah, Yek, ternyata hidup kita dulu susah ya.” Matanya menerawang. Demikian juga Bayek. Ibuk melalui hidup sebagai perjuangan. Tidak melihatnya sebagai penderitaan.
(3) “Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah. Dengan perjuangan. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui perjuangan itu,” kata Ibuk sebelum kembali ke dapur (hlm. 240).
Hidup serba kekurangan, semua penuh keprihatinan. Mereka
sekeluarga harus hidup sederhana. Ibuk harus pandai mengatur
kebutuhan rumah tangga. Hal ini memang sulit untuk anak-anak, tetapi
Ibuk ingin mereka bahagia kelak. Ibuk mengajarkan mereka untuk selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
menabung. Berikut kutipan secara langsung maupun tidak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(4) Ah, semuanya. Semuanya. Hidup penuh dengan keprihatinan. Tidak mudah dimengerti oleh anak-anak tapi Ibuk ingin menyelamatkan mereka. hidup dengan kesederhanaan untuk masa depan keluarga. “Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan. Nabung! Kamu bisa jatuh sakit. Harus ke dokter dan itu tidak murah. Hidupmu tidak hanya untuk sekarang saja. Hidupmu masih panjang,” pesan Ibuk yang tidak mempunyai rekening di bank. Ibuk selalu menabung di bawah tumpukan baju di lemari tua (hlm. 102).
Berdasarkan kutipan (1) sampai (4) dapat disimpulkan bahwa
tema kesetiaan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan terdapat dalam
kutipan-kutipan tersebut. Terutama pada tokoh Ibuk yang selalu setia dan
berjuang gigih demi keluarganya termasuk anak-anaknya. Sehingga
anak-anaknya menjadi sukses dan dapat saling membantu meringankan
beban orang tuanya.
Walaupun di akhir cerita Bapak meninggal dunia, kesetiaan Ibuk
kepada Bapak dan anak-anaknya tidak akan luntur. Cinta Ibuk yang
selalu menerangi mereka agar selalu setia menghadapi hidup ini dengan
cara berusaha keras meningkatkan kualitas hidup.
C. Keterkaitan Unsur dalam Novel ibuk, Karya Iwan Setyawan
Pada penjelasan sebelumnya penulis sudah memaparkan tentang
keempat unsur intrinsik karya sastra (tokoh, penokohan, alur, latar, dan
tema) dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Unsur-unsur tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memiliki keterkaitan yang merupakan sarana penyampaian tema yang
dilakukan pengarang terhadap pembaca.
Unsur alur yang terdapat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan
adalah alur kronologis disebut juga alur lurus atau alur maju, yaitu struktur
yang peristiwa-peristiwanya disusun secara kronologis; peristiwa-peristiwa
yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang kemudian atau secara
runtut cerita dimulai dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
Tahap awal memaparkan atau memperkenalkan pertemuan Tinah
(ibuk) dengan seorang playboy pasar yaitu Sim (bapak). Tinah adalah
seorang gadis lugu yang selalu membantu Mbok Pah jualan pakaian di
pasar Batu. Sedangkan Sim si playboy adalah seorang kenek angkot.
Mereka berdua saling memandang kemudian saling tertarik satu sama lain.
Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak. Rangsangan
dimulai ketika ibuk melahirkan anak pertama hingga anak kelima dengan
segala usaha kerasnya sampai ibuk pun jatuh sakit. Semuanya itu demi
rasa setianya pada keluarganya termasuk anak-anaknya. Gawatan terjadi
ketika hujan tiba, ibuk bersama kelima anaknya berkumpul di ruang tamu
dan sedang menikmati pisang goreng tetapi rumah penuh dengan
kebocoran.
Bagian tengah terdapat tikaian yaitu terjadi ketika Bayek minta
dibelikan sepatu baru. Tikaian terjadi ketika Bayek minta dibelikan sepatu
baru, tetapi tidak dibelikan oleh Ibuk karena Ibuk belum punya cukup
uang. Masih banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi Ibuk. Rumitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
terjadi ketika BApak pulang lebih awal dan angkotnya mogok lagi.
Padahal keesokkan harinya harus membayar SPP Bayek dan Rini. Bagian
klimaks dari novel ini terjadi ketika Bayek mendapat tawaran pekerjaan di
New York, hal ini berkat doa Ibuk yang selalu mendoakan agar anaknya
menjadi yang terbaik.
Bagian akhir yaitu leraian, terjadi ketika Bayek pulang ke kampung
halamannya, setelah tinggal di New York selam sepuluh tahun. Selesaian
dari novel ini terjadi saat ayah Bayek meninggal dunia, padahal saat itu
kebahagiaan sedang diraih oleh Ibuk dan keluarga.
Berdasarkan paparan alur tersebut terlihat jelas bahwa tokoh utama
dan tokoh tambahan dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Dalam novel
tersebut ditemukan satu tokoh utama yaitu Ibuk. Hasil penelitian bahwa
tokoh Ibuk sebagai tokoh utama ini berdasarkan pada intensitas
keterlibatan tokoh tersebut dalam peristiwa yang membangun cerita.
Tokoh yang mendukung tokoh utama dalam novel ini yaitu Bayek, Bapak,
Mak Gini, Mbok Pah, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin.
Tokoh-tokoh tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ibuk
memiliki sifat penyayang, tegar, dan kuat, ulet, serta setia. Bayek adalah
anak laki-laki satu-satunya di keluarga Ibuk. Ia memiliki sifat penyendiri,
cengeng, tekun, setia, dan pantang menyerah. Bapak sebagai suami Ibuk
yang memiliki sifat pekerja keras, pentang menyerah, dan tanggung jawab.
Mak Gini adalah ibunya Ibuk, ia memiliki watak suka membantu,
hidupnya sederhan, dan peduli terhadap anaknya yaitu Ibuk. Mbok Pah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
adalah neneknya Ibuk, sejak kecil Ibuk ikut neneknya jualan di pasar Batu.
Mbok Pah memiliki sifat peduli dan tanggung jawab. Mbak Gik adalah
kakak angkat Bapak memiliki sifat baik hati dan peduli. Isa adalah anak
perempuan pertama Ibuk, ia memiliki watak tekun dan peduli. Nani adalah
anak kedua perempuan Ibuk, ia memiliki sifat tahan banting dan pantang
menyerah. Rini adalah anak keempat perempuan Ibuk, ia memiliki sifat
peduli dan setia. Mira adalah anak terakhir perempuan Ibuk, ia bersifat
peduli. Bang Udin adalah penjual peralatan dapur, ia memiliki sifat baik
hati dan peduli terhadap keadaan ekonomi keluarga Ibuk.
Berdasarkan paparan dari alur, tokoh, dan penokohan tersebut
dapat dilihat latar cerita yang menunjukkan kesetiaan tokoh utama (Ibuk).
Secara umum, latar tempat dalam novel ibuk, digambarkan dengan rumah
kecil di Gang Buntu, kota Batu, Jawa Timur. Latar waktu ditunjukkan
mulai saat Ibuk melahirkan kelima anaknya, saat anak-anaknya
bersekolah, saat anak-anak mulai bekerja, detik-detik meninggalnya
Bapak, dan akhirnya Bapak meninggal dunia. Latar sosial menyaran pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di
suatu tempat yang membentuk kesetiaan Ibuk dalam mengarungi rumah
bersama Bapak dan kelima anaknya yang berkat doa dan segala usahanya
akhirnya bisa sukses dan dapat meningkatkan status ekonomi dan sosial
keluarga.
Tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan didukung oleh
pelukisan alur, latar, dan tersirat dalam lakuan tokoh atau dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
penokohan. Tema dalam novel ini adalah tentang kesetiaan. Kesetiaan
tersebut ditunjukkan oleh tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan. Novel ini menceritakan pentingnya kesetiaan seorang ibu dalam
membesarkan kelima anaknya bersama dengan suaminya yang bekerja
sebagai sopir angkot. Ibu dan suaminya selalu berusaha agar anak-anaknya
selalu makan dan terus bersekolah hingga sarjana.
D. Analisis Nilai Kesetiaan Tokoh Utama (Ibuk)
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai nilai kesetiaan tokoh utama
(Ibuk). Dalam novel ini terdapat nilai kesetiaan seorang ibu terhadap anak-
anak dan suaminya. Nilai kesetiaan itu diwujudkan melalui perlakuan Ibuk
kepada suami dan anak-anaknya sehingga mereka dapat melalui tantangan,
cobaan, dan masalah yang dihadapi oleh Ibuk dan keluarganya. Nilai
kesetiaan yang terkandung dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan:
Berikut nilai kesetiaan yang ditunjukkan dalam kutipan secara
langsung maupun tidak langsung yang ada dalam novel ibuk, karya Iwan
Setyawan:
Ibuk selalu setia kepada Bapak dan anak-anaknya. Termasuk ketika
Bayek sakit, beliau selalu menjaganya. Bahkan bila Ibuk sakit, Ibuk tidak
mempedulikannya. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(1) Ketika Bayek terkena pilek atau batuk, kakak dan adiknya sering tertular sakit. Ibuk yang kadang ikut sakit juga membelikan Bodrexin untuk semua anaknya. Satu tablet buat berdua. Ia sendiri selalu membiarkan sakitnya (hlm. 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Setiap pagi Ibuk memasak untuk anak-anak dan Bapak. Ibuk selalu
menyiapkan seragam untuk anak-anaknya. Ibuk juga tak lupa menyiapkan
bak plastik kecil untuk mandi anak-anaknya. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(2) Cintanya, terbisikkan lewat nasi goreng terasi. Lewat tatapan mata yang syahdu. Lewat daster batik usangnya. Ah, begitu perkasa. Lima buah hati di tangan seorang perempuan yang penuh cinta dan ketulusan (hlm. 42).
Saat lulus SD, Isa masuk sekolah menengah pertama. Ibuk menjual
emas untuk membayar uang pangkal dan uang SPP. Berikut kutipan secara
langsung mendukung pernyataan tersebut:
(3) Lulus SD, Isa dengan mudah masuk ke sekolah menengah pertama paling bagus di Batu. Ibuk menjual cincin emas satu-satunya untuk membayar uang pangkal (hlm. 65).
Ketika Ibuk hamil, Ibuk tetap membantu dalam membangun
rumah. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(4) “Nah, kamu ini hamil kok angkat-angkat air,” sapa Mbah Carik. Ibuk sedang hamil Rini mengangkat air di dua ember plastik warna merah dari rumah Lek Sanik ke rumah kecil yang sedang dibangun (hlm. 81).
Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Ibuk harus
berhutang demi mendapatkan uang untuk membelikan sepatu Nani.
Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(5) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…..”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Ibuk menghela napas sejenak. “ Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk sedang sungkan (hlm. 88).
Untuk biaya sekolah Isa masuk SMA, Ibuk harus menggadaikan
gelang emasnya ke Penggadaian melalui perantara Mak Gini. Berikut
kutipan secara tidak langsungn yang mendukung pernyataan tersebut:
(6) “Mak, gelang emas ini kira-kira bisa berapa ya? Semoga bisa nambahin biaya sekolah Bayek dan Isa,” tanya Ibuk sambil mengeluarkan gelang emas yang masih tersimpan di dalam dompet dari Toko Mas Agung (hlm. 120).
Demi biaya kuliah Bayek di Bogor, Ibuk rela menjual angkot
kesayangan Bapak. Bapak akan bekerja di tetangga sebelah menjadi sopir
truk. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(7) “Yek, kita jual angkot kita…,” kata Ibuk (hlm. 133).
Bayek akan wawancara kerja di Jakarta, Ibuk selalu mendoakan
Bayek. Sebelum wawancara, bayek menelepon Ibuk dulu. Bayek minta
doa restu Ibuk. Bayek hidup dalam doa Ibuk. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(8) “Buk, doakan lancar ya, Buk. Doakan Bayek dapat kerjaan. Minta Bapak doain juga Buk. Bapak Mun, Mak Gini juga. Semuanya Buk, semuanya ya. Doakan lancar,” pinta Bayek lima menit sebelum wawancara kerja dimulai. “Iya, Yek, Ibuk akan doakan. Yang penting kamu tenang. Yang penting kamu jujur,” balas Ibuk (hlm. 139).
Ibuk yang sekarang hidupnya lebih mapan, selalu menasehati
Bayek agar ia selalu berjuang dan berjuang untuk mengarungi hidup ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Ibuk juga berpesan agar selalu kuat dan tabah. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(9) “Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah. Dengan usaha keras. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui usaha keras itu,” kata Ibuk sebelum kembali ke dapur (hlm. 240).
Cinta Ibuk tidak pernah berhenti untuk keluarga, termasuk kepada
Bapak. Mereka melalui hidup selama 40 tahun dengan berbagai tantangan
dan cobaan yang tak mudah. Mereka melalui bersama dengan usaha keras
yang begitu hebat. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(10) Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak. dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya. 40 tahun yang lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui perjalanan yang saling memperkaya, memperkuat, dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah melahirkan anak-anak yang penuh cinta. Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga. Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya (hlm. 285).
Ketika anak-anak sakit, Ibuk memberikan perhatian penuh kepada
anak-anaknya. Ibuk juga sangat peduli ketika anak-anaknya sedang sakit.
Bahkan kalau ia tidak mempedulikan dirinya sendiri. Berikut kutipan
secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(11) Ketika Bayek terkena pilek atau batuk. Kakak dan adiknya sering tertular sakit. Ibuk yang kadang ikut sakit juga membelikan Bodrexin untuk semua anaknya. Satu tablet buat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
berdua. Ia sendiri selalu membiarkan sakitnya. Alam akan menyembuhkan, kata Ibuk (hlm. 37).
Kepedulian juga ditunjukkan ketika Ibuk bertekad agar anak-
anaknya mendapatkan penghidupan yang layak sama seperti anak-anak
lainnya. Berikut kutipan secara langsung maupun tak langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(12) Aku ingin anak-anakku sama dengan anak-anak lain! tekad Ibuk (hlm. 89).
Tekad Ibuk yang begitu kuat, untuk menghidupi anak-anaknya
sehingga Ibuk pun segera membelikan sepatu untuk Nani dengan penuh
semangat. Berikut kutipan secara tidak langsung yang mendukung
pernyataan tersebut:
(13) “Ni, habis ini kita ke Bata ya, Nduk,” ajak Ibuk bersemangat (hlm. 89).
Ibuk pinjam uang kepada Bang udin untuk membelikan sepatu
untuk Nani. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(14) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan (hlm. 88).
Bayek juga minta dibelikan sepatu, namun karena uangnya belum
ada. Ia suruh pinjam sepatu teman-temannya. Berikut kutipan secara tidak
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(15) “Yek, kalau belum bisa beli sepatu baru, coba pinjam sepatun temanmu, biar kelihatan sama dengan teman-teman di paduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
suara ya?” saran bu Guru ketika Bayek akan meminta Ibuknya. tapi memang uang tidak ada (hlm. 91).
Pelanggan angkot Bapak sangat baik hati. Ia sampai memberikan
mesin jahit merek Singer. Ibuk memanfaatkan mesin itu untuk
memperbaiki pakaian yang bolong. Berikut kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(16) Seragam anak-anaknya selalu rapi. Ibuk memastikan tak ada kancing yang lepas. Celana seragam yang bolong ia jahit sendiri dengan mesin jahit tua merek Singer, pemberian salah satu langganan angkot Bapak. Kerah di baju hem Bapak sudah penuh tambalan. Demikian juga celana seragam Bayek. Tak ada pergi ke tukang jahit. Tak ada pergi ke salon. Ibuk harus pintar-pintar menyiasati uang yang ada (hlm. 98).
Bayek mendapatkan tawaran promosi menjadi senior manager
operations. Bayek merayakannya dengan membantu kakaknya, Nani
membeli rumah. Hal ini menunjukkan bahwa rasa solidaritas atau
kegotong-royongan tetap dibangun dalam keluarga ini. Berikut kutipan
secara langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(17) Di awal tahun 2005, Bayek kembali mendapatkan promosi menjadi senior manager operations. Kali ini ia merayakannya dengan membantu kakaknya, Nani membeli rumah kecil di Gang Buntu. Sementara untuk Bayek sendiri, ia merayakannya dengan berlibur ke Prancis, berkeliling ke kota-kota di sana, sendiri (hlm. 203).
Kejujuran itu ditemukan saat Ibuk menyatakan kalau dirinya masih
punya hutang dengan Bang Udin.walaupun Ibuk akhirnya pinjam uang lagi
kepada Bang Udin. Hati Ibuk tidak mau berbohong sedikit pun. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(18) “Bang Udin, saya tadi kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya. Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” ibuk menghela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” pinta Ibuk dengan sungkan (hlm. 88).
Saat Bapak bekerja sebagai sopir di rumah juragan yang keturunan
cina. Bapak dan keluarga sempat diajak berlibur. Mereka keluarga yang
baik hati. Berkat kejujuran Bapak, Bapak dan keluarga diajak pergi ke
pantai. Berikut kutipan secara langsung yang mendukung pernyataan
tersebut:
(19) Ketika Bapak bekerja di rumah mewah itu, ia sempat membawa anak-anaknya berlibur. Saat itulah pertama kalinya Isa, Nani, dan Bayek melihat pantai yang selama ini mereka tahu dari buku pelajaran saja. Ibuk tidak ikut karena harus menjaga Rini dan Mira. Juragan Bapak baik sekali. Mereka meminta Bapak untuk mengajak anak-anaknya. Kebetulan mereka membawa dua mobil dan masih ada sisa tempat untuk keluarga Pak Sopir (hlm. 96).
Ibuk selalu mendoakan Bayek setiap waktu. Ibuk juga selalu
memberi nasehat kepada Bayek untuk berbuat jujur dalam bekerja. Berikut
kutipan secara tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(20) “Iya, Yek, Ibuk akan doakan. Yang penting kamu tenang. Yang penting kamu jujur,” balas Ibuk (hlm. 139).
Kutipan (1) dan (20) merupakan wujud dari nilai kesetiaan seorang
Ibuk. Kutipan (20) adalah nasehat dari Ibuk untuk Bayek agar selalu jujur
dalam segala perbuatannya. Kejujuran akan selalu membuahkan hasil yang
baik. Apa yang kita tanam pasti akan kita tuai hasilnya. Begitu pula
kejujuran. Kejujuran akan mendatangkan banyak orang yang percaya
dengan kita. Nasehat dan perhatiaan Ibuk kepada Bayek merupakan bukti
bahwa Ibuk selalu setia dengan keluarganya termasuk anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Dalam novel ini terdapat nilai kesetiaan seorang ibu terhadap anak-
anak dan suaminya. Nilai kesetiaan itu diwujudkan melalui usaha
perhatian seorang ibu kepada kelima anaknya dan suaminya. Walaupun
suaminya hanya sopir angkot, ia tetap berusaha setia dengan cara
membantu menghidupi keluarganya. Misalnya dengan jual perhiasan yang
dimiliki dan hutang kepada penjual alat rumah tangga.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan struktural.
Novel ini di dalamnya terdapat nilai kesetiaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai kesetiaan erat hubungannya dengan pendekatan
struktural yang terletak pada permasalahan dari karya sastra itu sendiri.
Dalam karya sastra itu terdapat nilai kesetiaan Ibuk terhadap
keluarganya. Hal ini tergambar dari tokoh Ibuk yang selalu setia kepada
kelima anaknya dan Cerita dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan ini
diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulis novel ini yaitu Iwan
Setyawan.
E. Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA
Pengajaran Sastra di SMA merupakan pengajaran yang penting
diberikan kepada siswa. Pengajaran sastra dapat memberikan banyak
pelajaran bagi siswa tentang bagaimana memahami masalah-masalah
kehidupan. Pengajaran sastra akan dapat membantu pendidikan secara utuh
apabila cakupannya meliputi 4 manfaat, yaitu: membantu keterampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan
rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-19).
Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat memahami masalah-masalah
kehidupan yang kisahnya banyak dijumpai dalam karya sastra seperti novel.
Siswa akan dapat mengambil amanat atau nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya. Sehingga siswa dapat menanamkan nilai-nilai luhur tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dan siswa dapat mengapresiasi karya sastra khususnya
novel.
Rahmanto (1988: 27-33) berpendapat bahwa ada tiga aspek tingkat
yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu:
1. Bahasa
Guru perlu mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih
bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa siswanya. Novel ibuk, karya Iwan Setyawan dapat dijadikan bahan
pembelajaran sastran di SMA. Novel ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa, karena menggunakan bahasa sehari-hari. Terdapat
campuran bahasa Jawa dalam novel ini, tetapi hanya ada beberapa bagian
saja. Tidak semua bagian menggunakan bahasa Jawa. Novel ini juga
menggunakan bahasa kiasan, namun untuk pembelajaran di sastra di SMA
penggunaan bahasa sudah sesuai dengan tingkat kemampuan para siswa
SMA. Berikut kutipan-kutipan yang menggunakan bahasa kias dalam
novel ini:
(1) Anak kecil itu duduk sendiri di sudut ranjang sambil melipat seragam warna kuning dan hijau pelan-pelan. Ia kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
menyimpannya ke dalam lemari. Ada kekecewaan di matanya yang bening. Besok ia tidak akan ke sekolahnya di Taman Siswa Batu (hlm. 1).
(2) Keesokkan harinyan Sim sarapan di tempat yang sama. Seperti biasa ia menyapa Mbok Pah. Matanya kembali berbicara dengan mata Tinah (hlm. 7).
(3) Matahari perlahan muncul dari balik Gunung Semeru dan terangnya mulai mewarnai tubuh Gunung Arjuno yang gagah. Warna langit di atasnya semakin biru. Angin pagi bergerak pelan membawa kabut di sekitar Gunung Panderman menghilang pelan-pelan. Pagi yang bening. Terang matahari memantul dari titik-titik embun yang masih menempel di atas daun. Berkilau seperti berlian (hlm. 39).
(4) Langit biru. Sebiru-birunya. Matahari menyapa dari balik puncak Gunung Semeru dan menyapu hijau Gunung Panderman. Titik-titik embun pagi bagai berlian yang menempel di atas daun. Sebagian mulai menetes ke tanah. Pelan-pelan. Ayam-ayam kampung mulai berkeliaran di halaman. Beberapa memakan daun nonik nakal yang ditanam Isa di depan rumah (hlm. 53).
(5) “Bayek juga, mesti ke SMP 1 terus ke SMA 1 Batu, dan kuliah. Anak-anak perempuan juga, mesti kuliah! Gak cukup sampai SMP atau SMA saja. Biar kamu semua dapat kerjaan yang bagus. Biar sema bisa mandiri. Biar jadi manusia yang bermartabat,” lanjut Ibuk ke adik-adik Isa (hlm. 66).
(6) Sepi menelan Kota Batu. Jam 11 malam. Gang Buntu senyap. Semua pintu tertutup rapat. Korden menyelimuti jendela setiap rumah. Hampir semua rumah gelap, hanya lampu depan yang menyala. Redup. Bulan hanya separuh tapi terangnya benderang. Cahaya putih terpantul dari awan di arah barat. Sunyi (hlm. 67).
(7) Pagi itu gelap dan dingin. Hujan deras mengguyur Kota Batu. Jam setengah tujuh pagi segelap jam lima pagi. Lampu ruang tamu sudah dimatikan Ibuk setelah salat Subuh tadi (hlm. 258).
(8) Kutarik napas panjang. Desah napasku mengembus di tengah keheningan. Bening malam Kota Batu menenggelamkan. Mencekam. Mengendapkan. Selesai sudah kubungkus kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan tak bisa tajam mebelah-belah masa lalu yang panjang. Bulan separuh tampak dari jendela. Embusan napas demi embusan napas. Tak ada yang bergerak. Semua bayangan diam. Kutarik napas panjang untuk kedua kalinya. Aku tenggelam dalam keheningan. Aku ditarik-tarik sepi. Aku terbawa dalam kepingan-kepingan hidup Ibuk dan keluarganya. Lembar demi lembar kenangan menampar hidupku (hlm. 286-287).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Berdasarkan kutipan (1) sampai (8) tersebut, bahasa yang
digunakan dalam novel ibuk, sudah sesuai dengan pemahaman siswa
SMA. Bahasa kiasan yang digunakan juga tidak terlalu sulit untuk
dipahami siswa SMA, sehingga dapat memudahkan siswa dalam
memahami alur cerita dan siswa dapat termotivasi untuk selalu
membacanya.
Penggunaan bahasa Jawa sering terlihat dalam novel ibuk, karya
Iwan Setyawan. Terdapat campuran bahasa Jawa, namun mudah
dimengerti oleh siswa karena kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi
siswa dari daerah lain. Berikut kutipan-kutipan secara langsung yang
mendukung pernyataan tersebut:
(9) “Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah (hlm. 2).
(10) “Sing ati-ati yo, Nduk. Semoga gak cepat rusak lagi,” pesan Ibuk.
(11) “Sudah empat hari ini, Nah. Mangan opo iki arek-arek mene? SPP juga mesti dibayar besok. Kalau begini terus, pingin segera jual angkot saja. Gak ngerti maneh aku!”
Berdasarkan kutipan (9) sampai (11) terdapat penggunaan bahasa
Jawa dalam novel ini, namun masih mudah dimengerti oleh siswa karena
kata yang digunakan tidak terlalu asing bagi siswa dari daerah lain.
Sehingga jika dilihat dari aspek kebahasaan, novel ini sesuai dengan
tingkat kemampuan para siswa SMA.
2. Psikologi
Guru perlu memperhatikan dalam pemilihan bahan pembelajaran,
termasuk dalam memilih karya sastra yang sesuai dengan minat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya
terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama,
dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan problem yang
dihadapi. Untuk membantu guru lebih memahami tingkatan perkembangan
psikologi anak-anak sekolah dasar dan menengah, Rahmanto (1988: 30)
menyajikan tentang perkembangan psikologi anak:
i. Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)
ii. Tahap romanti (10 sampai 12 tahun)
iii. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)
iv. Tahap generalisasi ( umur 16 tahun dan selanjutnya)
Berikut kutipan-kutipan yang mendukung dalam pemilihan aspek
psikologi tersebut:
(12) “Buk, nggak apa-apa tah?” tanya Bayek yang mendapati Ibuk duduk sendiri di lantai dapur. Ibuk terisak-isak menutup mata dengan kedua telapak tangan. Baru kali ini Bayek melihat Ibuk menangis (hlm. 116).
(13) Bapak dan Ibuk berusaha menyelamatkan anak-anak lewat bangku sekolah. Tangan mereka begitu kuat. Janji Ibuk untuk menyekolahkan anak-anaknya begitu sakral (hlm. 132).
(14) Ada air mata di sudut mata Bayek. Ia diam. Hening di ruang tamu. Bayek dan kakak adiknya tahu bagaimana Bapak dulu bekerja keras dari hari ke hari untuk membeli angkot itu. Usaha keras gigih Ibuk menyisakan uang belanja demi angkot itu. Bayek tahu, betapa besar cinta Bapak untuk angkotnya. Kini Bapak harus menjual angkotnya (hlm. 134).
(15) Di hari pertama kerja, Bayek mengingat Bapak yang tak pernah berhenti berjuang dalam hidup. Berpuluh-puluh tahun Bapak menelusuri jalann untuk menghidupi keluarga (hlm. 141).
(16) Rekan kerja di kantor datang dan pergi tapi Bayek tetap bertahan. Bayek merasa telah tumbuh dan diberikan kesempatan besar untuk mengubah hidupnya di perusahaan ini. Bayek ingin mengabdi lewat pelayanan terbaik (hlm. 194).
(17) Di musim gugur kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar biasa, Bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
menyerahlan surat pengunduran diri, tapi atasannya meminta Bayek untuk mempertimbangkannya. Ia diberikan waktu dua bulan untuk pulang ke Indonesia dan memikirkan lagi keputusan itu (hlm. 221).
(18) Bapak terbaring lemas. Hanya mata kiri yang terbuka. “Le, jangan pergi jauh-jauh ya,” pesan Bapak singkat. Bayek kemudian mencium pipi Bapak dan berangkat. Ada gundah di hati Bayek (hlm. 263).
Berdasarkan kutipan (12) sampai (18) tersebut, novel ini banyak
mengandung nilai kesetiaan yang merupakan bagian dari aspek psikologi.
Jadi para siswa dapat menanamkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari dan dapat meneladani tokoh-tokoh dalam novel ini, termasuk tokoh
Ibuk.
3. Latar belakang budaya
Latar belakang karya sastra ini meliputi hampir semua faktor
kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah,
topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir,
nilai-nilai masyarakat, seni, olahraga, hiburan, moral, etika, dan
sebagainya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra
dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang
kehidupan mereka. Dengan demikian, secara umum guru sastra hendaknya
memilih bahan pengajarannya dengan menggunakan prinsip
mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para
siswa.
Latar belakang budaya seperti sunatan, lebaran, dan pernikahan
terdapat dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan. Hal dapat menambah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pengetahuan siswa tentang budaya di Indoensia. Berikut kutipan secara
langsung yang mendukung pernyataan tersebut:
(19) Enam bulan berlalu. Saat-saat yang dinantikan Bapak tiba. Anak lelaki Bapak akhirnya disunat. Bapak ingin ada perayaan besar untuk Bayek. Tak ada undangan tapi rumah Bayek dipenuhi saudara dan tetangga (hlm. 126-127).
(20) Lebaran tinggal seminggu lagi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Ibuk selalu menyiapkan kue lebaran sendiri. Ia juga membuat tape ketan hitam adalannya. Hampir semua tetangga mengakui tape ketan hitam Ibuk juara (hlm. 196).
(21) Dalam keluarga Ibuk pernikahan anak pertama adalah perayaan besar dalam perjalanan hidup mereka. momen yang telah Bapak dan Ibuk tunggu (hlm. 149).
Berdasarkan kutipan (19) sampai (21) tersebut, dalam novel ibuk,
terdapat aspek latar belakang budaya. Latar belakang budaya tersebut
dapat menjadi para siswa lebih mengenal budaya-budaya yang ada
Indonesia. Sehingga para siswa dapat mengapresiasi nilai-nilai kebudayaan
dan bahkan dapat melestarikannya.
Relevansi hasil penelitian sebagai alternatif bahan pembelajaran di
SMA kelas XI semester II dirancang dalam bentuk Silabus dan RPP.
Berikut relevansi hasil penelitian yang dirancang dalam Silabus dan RPP.
4. Silabus
5. RPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Silabus
Nama Sekolah : SMA/ MA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : XI/ II Standar Kompetensi : Membaca 15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat Kompetensi Dasar Materi
Pokok Indikator Penilaian Alokasi
waktu Sumber Pendidikan
Karakter 15.1Mengungkapkan
hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
• Tema, Tokoh, Penokohan, Alur, dan Latar
• Nilai kesetiaan tokoh utama
• Hal-hal yang menarik tentang tokoh
• Hal-hal yang dapat diteladani tentang tokoh
• Siswa mengidentifikasi tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar • Siswa
mengidentifikasi nilai kesetiaan tokoh utama • Siswa
mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh • Siswa menemukan
hal-hal dapat diteladani tentang tokoh
Jenis Tagihan • Tugas
kelompok • Tugas
individu Bentuk instrumen
• Uraian Bebas
4 x 45’ • Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
• Novel ibuk karya Iwan Setyawan
• Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
• Sudjiman,
• Kerja sama • Logis • Kritis • Kreatif • Sopan santun
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
• Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
• Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius.
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : SMA/ MA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI/ II
Waktu : 4 jam pelajaran 4 x 45 menit (2 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Membaca
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
B. Kompetensi Dasar:
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
C. Indikator
1. Siswa mampu mengidentifikasi tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar
2. Siswa mampu mengidentifikasi nilai kesetiaan tokoh utama
3. Siswa mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh
4. Siswa mampu menemukan hal-hal dapat diteladani tentang tokoh
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar
2. Siswa dapat mengidentifikasi nilai kesetiaan tokoh utama
3. Siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh
4. Siswa dapat menemukan hal-hal dapat diteladani tentang tokoh
E. Materi Pembelajaran
1. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok sebuah karya sastra
(Tarigan, 2002: 7). Tema pada dasarnya merupakan pokok sebuah cerita.
Jika tidak terdapat tema, cerita akan kabur. Tema adalah sesuatu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
menjadi dasar cerita. Tema akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari, seperti: masalah cinta, rindu, maut, perjuangan hidup, dan
sebagainya.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990: 79). Pada
dasarnya tokoh dibagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama atau tokoh
sentral dan tokoh bawahan. Tokoh utama senantiasa relevan dalam setiap
peristiwa di dalam suatu cerita (Stanton, 1965: 17). Tipe tokoh seperti
yang digambarkan tersebut disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh
bawahan sering disebut tokoh antagonis. Tokoh menurut Supriyadi (1997:
411) dibedakan menjadi tiga karakter yaitu protagonis, antagonis, dan
tritagonis. Protagonis adalah tokoh yang ingin menghadapi berbagai
persoalan dalam mencapai cita-cita. Antagonis adalah tokoh yang
melawan protagonis. Tritagonis adalah tokoh sebagai pendamai protagonis
dan antagonis.
“Watak adalah sifat dan ciri yang terdapat pada tokoh atau individu
rekaan, kualitas nalar dan jiwanya, yang membedakannya dari tokoh lain
sedangkan penokohan adalah penyajian watak dengan tokoh dan
penciptaan citra tokoh.” (Sudjiman, 2002: 58). Setiap pengarang ingin
membaca atau memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang
ditampilkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
3. Latar/Setting
M. Atar Semi (2004: 46) berpendapat bahwa “latar atau landasan
tumpu (setting) adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.” Sejalan
dengan itu, Tarigan (2002: 136) berpendapat bahwa yang dimaksud “latar
atau setting adalah latar belakang fiksi, unsur tempat dan ruang adalah
sebuah cerita.”
Nurgiyantoro (2000: 230) mengatakan unsur-unsur setting
dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu setting tempat, setting waktu
dan setting sosial. Setting tempat adalah setting yang menggambarkan
lokasi atau tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Setting waktu adalah setting yang berhubungan dengan
masalah “kapan” waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Setting sosial menyarankan pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Setting sosial dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan dengan status sosial
tokoh yang bersangkutan dalam sebuah cerita.
4. Plot/Alur
Menurut Nurgiyantoro (2000: 110), plot/ alur adalah rangkaian
peristiwa yang tersaji secara berurutan sehingga membentuk sebuah cerita.
Plot atau alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh
dalam bertindak, berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai
masalah dalam suatu cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Alur bukan sekedar urutan cerita, melainkan merupakan hubungan
sebab akibat peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah cerita.
Plot merupakan jalan cerita yang bergerak dari suatu permulaan
(beginning), melalui suatu tengahan (meddle) menuju suatu permulaan
(ending). ‘Plot adalah struktur gerak atau laku yang terdapat ddalam fiksi
atau drama.’ (Brooks dan Warren dalam Tarigan, 2002: 126).
Berdasarkan urutan waktu, plot dapat dibedakan dalam dua
kategori yaitu kronologis dan tak kronologis. Yang pertama disebut
sebagai plot lurus, maju atau dapat dinamakan progresif, sedang yang
kedua adalah sorot balik, mundur, flashback, atau juga disebut sebagai
regresi. Plot pada cerpen dikatakan progresif jika pristiwa-pristiwa yang
dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh
peristiwa-peristiwa yang kemudian. Selanjutnya sebuah novel dikatakan
regresi jika urutan kejadian tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai
dari tahap awal, melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap
akhri, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.
Struktur Umum Alur (Sudjiman, 1990: 30)
Struktur umum alur dapatlah digambarkan sebagai berikut:
Awal: 1. Paparan (exposition) 2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) Tengah: 5. rumitan (complication) 6. klimaks
Akhir: 7. leraian (falling action) 8. selesaian (denouement)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
5. Nilai Kesetiaan
Kesetiaan adalah keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan,
perhambaan dan sebagainya); kepatuhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 1295). Nilai merupakan sifat atau hal-hal yang penting yang berguna
bagi kemanusiaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 963).
Sardjono (1992: 17) mengatakan bahwa apabila orang Jawa telah
dewasa maka ia telah membatinkan bahwa kesejahteraannya bahkan
eksistensinya tergantung pada kesatuan dengan kelompoknya. Hal ini
menunjukkan bahwa salah satu ciri kedewasaan seseorang sekaligus
kejawaan seseorang adalah sikap setia yang diungkapkan dalam
kelompoknya. Kesetiaan seseorang yang tidak disertai oleh pengorbanan
yang besar memang sudah menjadi paham yang harusdilakukan apabila
memang masih menganggap sebagai orang Jawa.
Kesetiaan bisa diwujudkan dalam bentuk pernikahan, persahabatan,
kesetiaan dalam keluarga, masyarakat, negara, dan lain-lain. Namun,
dalam penelitian novel ini kesetiaan yang paling menonjol adalah
kesetiaan dalam keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai kesetiaan adalah ketaatan dalam keluarga yang
berguna bagi kemanusiaan.
F. Metode
1. Tanya Jawab
2. Diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
3. Presentasi
4. Penugasan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN 1
No Kegiatan Alokasi Waktu 1 Kegiatan Awal
Apersepsi Guru memberikan salam dan menanyakan
kabar Guru menanyakan kepada siswa yang pernah
membaca novel Guru menanyakan hal-hal yang terdapat
dalam sebuah novel Siswa mengungkapkan pendapatnya Guru merangkum pendapat siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
10 menit
2 Kegiatan Inti Eksplorasi
Siswa menjelaskan secara logis mengenai unsur intrinsik
Siswa menjelaskan secara logis mengenai tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar
Siswa menyebutkan secara jelas salah satu contoh novel yang pernah dibaca
Siswa menceritakan secara singkat dan jelas tentang isi novel yang pernah dibacanya.
Elaborasi Siswa membentuk kelompok diskusi yang
beranggota 3-5 orang secara tertib dan teratur Siswa berdiskusi untuk menganalisis tema,
tokoh, penokohan, alur, dan latar dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan secara cermat dan teliti
Siswa menganalisis nilai kesetiaan yang dialami tokoh utama dengan cermat
Siswa mencatat hasil diskusi dengan rapi dan jelas
Siswa membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan santun
Konfirmasi Siswa lain memberi tanggapan atau
komentar terhadap teman yang
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan kritis
3 Kegiatan Akhir Siswa memberikan kesimpulan terhadap
materi yang telah dipelajari secara singkat dan jelas
Siswa diberi tugas rumah untuk menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh secara cermat
20 menit
PERTEMUAN 2
No Kegiatan Alokasi Waktu 1 Kegiatan Awal
Apersepsi Guru menanyakan materi pada pertemuan
sebelumnya Guru dan siswa saling bertanya jawab tema,
tokoh, penokohan, alur, dan latar
10 menit
2 Kegiatan Inti Eksplorasi
Siswa maju di depan kelas untuk menceritakan kembali isi cerita novel ibuk, karya Iwan Setyawan secara singkat dan jelas
Siswa mengungkapkan nilai kesetiaan tokoh secara jelas dan santun
siswa mengungkapkan hal-hal menarik tentang tokoh secara santun
Elaborasi Siswa membentuk kelompok diskusi yang
beranggota 3-5 orang secara tertib dan teratur Siswa berdiskusi untuk menemukan hal-hal
menarik yang dapat dteladani dari tokoh secara logis dan cermat
Siswa mencatat hasil diskusi dengan rapi dan jelas
Siswa membacakan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan santun
Konfirmasi Siswa lain memberi tanggapan atau
komentar terhadap teman yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan kritis
60 menit
3 Kegiatan Akhir 20 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari secara singkat dan jelas
Siswa diberi kesempatan mengenai materi yang belum jelas
H. Sumber dan Media Pembelajaran
Anita, Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius. Setyawan, Iwan. 2012. ibuk,. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
Muslich, Mansur. 2007. KTSP: Dasar Pembelajaran Berbasis Kompetensi
dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
I. Penilaian
Penilai kognitif
• Bentuk: tes tertulis
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan jelas dan tepat!
1. Analisislah tokoh dalam novel ibuk,!
2. Analisislah penokohan dalam novel ibuk,!
3. Analisislah latar dalam novel ibuk,!
4. Analisislah nilai kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk,!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
5. Sebutkan dan jelaskan hal-hal menarik tentang tokoh!
6. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh!
Kunci Jawaban
1. Tokoh utama: Ibuk
Tokoh tambahan: Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak Gini, Mak Gik, Isa,
Nani, Rini, Mira, Mang Udin
2.
Tokoh utama Penokohan Ibuk Penyayang
Tegar dan Kuat Ulet Setia
Tokoh tambahan Penokohan Bayek Tekun, patuh,
setia dan pantang
menyerah Bapak tanggung jawab
dan setia Mak Gini Suka membantu
dan peduli Mbok Pah Peduli dan
tanggung jawab Mbak Gik Baik hati dan
peduli Isa Tekun dan
peduli Nani Pantang
menyerah dan tahan banting
Rini Peduli dan setia
Mira Peduli
Mang Udin Baik hati dan Peduli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
3. Latar
Latar tempat Pasar Batu, Malang, Jawa Timur; Jalan Darsono, Desa Ngaglik; Gang Buntu; Jakarta; New York; kaki Gunung Panderman
Latar waktu Pagi hari, Siang hari, Di tengah Malam, 3 bulan, empat tahun
Latar sosial Perjuangan hidup, kemiskinan, tidak lulus SD
4. Nilai Kesetiaan
Tokoh Nilai Bukti Ibuk Kesetiaan • Ibuk selalu mengurus anak-anaknya dan suaminya
setiap hari tanpa mengeluh dan pantang menyerah • Ibuk selalu memastikan anak-anaknya bisa makan
sehari-hari • Ibuk memastikan anak-anaknya mendapatkan
pendidikan yang layak • Ibuk selalu setia merawat Bapak ketika Bapak sakit
5. Hal-hal yang menarik tentang tokoh
Tokoh Hal yang menarik Ibuk Sabar, kuat, ulet, penyayang, setia, tegar, peduli, penuh
perjuangan Bayek Ulet, tekun, cerdas, patuh, setia, peduli, pantang menyerah,
penuh perjuangan Bapak Setia, peduli, pantang menyerah, tanggung jawab, penuh
perjuangan
6. Hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh
Tokoh Hal yang dapat diteladani dari tokoh Ibuk Sabar, kuat, ulet, penyayang, setia, tegar, peduli, penuh
perjuangan Bayek Ulet, tekun, cerdas, patuh, setia, peduli, pantang menyerah,
penuh perjuangan Bapak Setia, peduli, pantang menyerah, tanggung jawab, penuh
perjuangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Rubrik Penilaian Aspek Kognitif
No. Kriteria Skor Bobot Skor x Bobot
1. a. Siswa mampu menganalisis tokoh dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal
b. Siswa mampu menganalisis tokoh dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menganalisis tokoh dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal
3 2 1
3
9
2. a. Siswa mampu menganalisis penokohan dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal
b. Siswa mampu menganalisis penokohan dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menganalisis penokohan dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal
3 2 1
3
9
3. a. Siswa mampu menganalisis latar dengan lengkap, benar, dan dengan bahasa yang formal
b. Siswa mampu menganalisis latar dengan lengkap, benar, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menganalisis latar dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal
3 2
1
3
9
4. a. Siswa mampu menganalisis nilai kesetiaan tokoh utama dengan benar, lengkap, dan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dengan bahasa yang formal b. Siswa mampu menganalisis
nilai kesetiaan tokoh utama dengan benar, lengkap, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menganalisis bentuk nilai kesetiaan tokoh utama dengan benar, tetapi tidak lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang formal
2 1
3
9
5. a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis, detail, dan dengan bahasa yang formal
b. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis dan detail, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal menarik tentang tokoh dengan logis, tetapi tidak detail dan tidak menggunakan bahasa yang formal
3 2 1
2
6
6. a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis, detail, dan dengan bahasa yang formal
b. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal yang dapat diteladani dari tokoh dengan logis dan detail, tetapi bahasanya tidak formal
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan hal-hal dapat diteladani dari tokoh dengan logis, tetapi tidak
3 2 1
2
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
detail dan tidak menggunakan bahasa yang formal
Total skor 48
:
Rubrik Penilaian Aspek Afektif
No. Aspek yang Dinilai Skor 1. Keaktifan 4: sangat baik 2. Minat belajar 3: baik 3. Kesiapan menerima pelajaran 2: cukup 4. Ketepatan mengerjakan tugas 1: kurang 5. Etika/ sopan santun
Rubrik Penilaian Aspek Psikomotorik
Aspek Deskripsi Skor Bobot Skor
x Bobot
Presentasi a. Siswa mampu mempresentasikan jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang jelas serta mampu menjawab pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain.
b. Siswa mampu mempresentasikan jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang cukup jelas serta cukup mampu menjawab pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain.
c. Siswa mampu mempresentasikan jawaban secara lisan di depan kelas dengan artikulasi dan intonasi yang kurang jelas serta kurang mampu menjawab
3 2 1
4
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
pertanyaan/tanggapan dari kelompok lain
Total skor 12
:
Catatan Refleksi
Yogyakarta, 2013
Mengetahui,
Kepala Sekolah
NIP.
Guru Mata Pelajaran,
NIP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tokoh dan penokohan, dapat
diketahui bahwa Ibuk adalah tokoh utama. Tokoh Ibuk memiliki intensitas
keterlibatan yang tinggi dalam cerita. Tokoh Bayek, Bapak, Mbok Pah, Mak
Gini, Mbak Gik, Isa, Nani, Rini, Mira, dan Bang Udin adalah tokoh
tambahan. Tokoh-tokoh tersebut tidak terlalu sentral kedudukannya dalam
cerita, namun keberadannya sangat mendukung tokoh utama.
Alur dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan merupakan alur maju,
karena peristiwa yang dikisahkan bersifat berkesinambungan dari awal,
tengah, dan akhir. Cerita dikisahkan secara berurutan mulai dari pertemuan
Ibuk dan Bapak di pasar Batu, berumah tangga dengan segala masalah
ekonomi yang dihadapi keluarga, kesuksesan anak-anak mereka, dan sampai
akhirnya meninggalnya Bapak karena sakit.
Latar dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan terbagi menjadi 3 latar
yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Secara umum, latar tempat
dalam novel ini berada di Gang Buntu, kota Batu, Jawa Timur. Latar waktu
dalam novel ini terjadi mulai saat Ibuk melahirkan kelima anaknya, saat anak-
anak bersekolah, saat anak-anak mulai bekerja, detik-detik meninggalnya
Bapak, dan sampai akhirnya Bapak meninggal dunia. Sementara itu, latar
sosial dalam novel ini adalah Bapak bekerja sebagai sopir angkot yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
lulus SMP, sedangkan Ibuk sebagai ibu rumah tangga yang tidak lulus SD.
Sehingga status sosial dalam keluarga tersebut memang termasuk golongan
keluarga sederhana, namun keluarga tersebut mencoba menaikkan status
sosial melalui pendidikan.
Tema dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan adalah kesetiaan
seorang ibu kepada keluarganya. Berdasarkan pendekatan struktural, nilai
kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, karya Iwan Setyawan terdapat
keterkaitan antara nilai kesetiaan dan pendekatan struktural yaitu
menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari
dalamnya. Keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai
kebulatan makna. Keterkaitan yang membentuk kebulatan makna itu
ditunjukkan pada analisis tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema.
Kesetiaan Ibuk kepada anak-anak dan suaminya merupakan cermin
bahwa tokoh Ibuk sangat peduli dan setia dengan keluarganya. Beliau tidak
pernah mengeluh dalam membesarkan anak-anaknya. Berkat kesabaran dan
doa Ibuk, anak-anaknya terutama Bayek sukses dalam bekerja. Hingga dapat
mengangkat status sosial keluarganya menjadi lebih baik. Hal ini berkat doa
dan usaha Ibuk dalam menyekolahkan anak-anaknya, akhirnya anak-anak
bisa mendapatkan pekerjaan dan hidup sukses.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di
SMA kelas XI semester II. Pembelajaran sastra sesuai dengan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA kelas XI semester II pada
Standar Kompetensi (SK): Membaca, yaitu Memahami buku biografi, novel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dan hikayat, serta Kompetensi Dasar (KD): Mengungkapkan hal-hal yang
menarik dan dapat diteladani dari tokoh.
B. Implikasi
Penelitian terhadap novel ibuk, ini membuktikan bahwa novel tersebut
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra karena mengandung nilai
kesetiaan untuk pedoman hidup dan dapat diambil hikmahnya. Hasil
penelitian ini dapat diterapkan dalam bidang sastra dan bidang pendidikan.
Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang analisis tokoh, penokohan, alur, latar, dan tema serta analisis nilai
kesetiaan tokoh utama dalam novel ibuk, dengan menggunakan pendekatan
struktural. Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.
C. Saran
Saran yang bisa peneliti berikan adalah semoga karya yang jauh dari
sempurna ini dapat memberikan pengetahuan kepada guru bahasa Indonesia,
mahasiswa, peneliti lain, dan ilmu sastra mengenai nilai kesetiaan tokoh
utama dalam novel ibuk, dengan menggunakan pendekatan struktural. Guru
dan mahasiswa calon guru dapat mengetahui kemampuan siswa dalam
membaca novel kemudian mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat
diteladani dari tokoh. Diharapkan guru dan mahasiswa calon guru juga dapat
menarik perhatian siswa untuk mengenal berbagai macam karya sastra.
Penulis hanya menyusun satu buah silabus dan belum diujicobakan
kepada siswa. Penulis mengharapkan guru, mahasiswa calon guru, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
peneliti lain dapat mengembangkannya lebih sempurna lagi sebagai
pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II. Penulis mengharapkan dan
menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat mengangkat permasalahan
yang berbeda dengan sudut pandang yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006 untuk SMA/ MAN Kelas X Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi , Model,
Teori, dan Apliksi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius. Jabrohim (Ed). 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kutha Ratna, I Nyoman. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan ke
5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mendiknas. 2006. Tentang Kurikulum. Jakarta: Mendiknas. Moleong, Lexi J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Muslich, Mansur. 2007. KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. . 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. _______________. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. _______________. 2005. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis.
Jakarta: Bumi Aksara. Rahayu, A. Sri Puji. 2002. Nilai-nilai Budi Pekerti Dalam Cerita Rakyat
Yogyakarta 2 karya Bakdi Soemanto: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pangajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
__________________. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardjono, Maria A. Paham Jawa Manguak Falsafah Hidup Jawa Lewat Karya Fiksi Mutakhir Indonesia. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Sari, Y. Rieska Devi Paramita Sari. Nilai Moral Pada Cerita Rakyat Dari Jawa
Tengah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: Universitas Negeri
Surakarta Press. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. _____________. 2004. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa. Setyawan, Iwan. 2012. ibuk,. Jakarta: Gramedia. Staton, Robert. Teori Fiksi. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjiman, Panuti. 1990. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. _____________. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT.
Gramedia.
________________. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, H. Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
________________. 2002. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Pustaka Jaya:
Jakarta. Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan
Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Wellek, Rene dan Warren Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wibowo, Sigit Permadi. 2008. Wujud Perjuangan Perempuan Dalam Pendidikan
Pada Antologi Cerita Pendek Seribu Impian Perempuan Buru Sebuah Pendektan Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Yudiono. 1986. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Zaidan, Abdul Rozak. 2002. Pedoman Penelitian Sastra Daerah. Jakarta: Departeman pendidikan Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
SINOPSIS
Awalnya Ibuk dan Bapak dipertemukan di sebuah pasar di pasar Batu,
Malang, Jawa Timur. Pertemuan itu akhirnya membuat keduanya saling mengenal
dan saling jatuh cinta. Mereka pun akhirnya menikah. Keduanya tidak memiliki
persiapan apa pun, mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan gagah
berani.
Malam pertama mereka di rumah Mbak Gik (kakak angkat Bapak).
Sampai mereka mempunyai lima anak (Isa, Nani, Bayek, Rini, Mira), mereka
masih tinggal di rumah Mbak Gik. Mereka sungkan, akhirnya Bapak bertekad
membangun rumah sederhana untuk mereka tinggal.
Kelima anaknya makan seadanya dan anak-anaknya tidak menuntut
berlebihan. Biaya hidup dan biaya sekolah yang begitu mahal, tak membuat Ibuk
putus asa. Ibuk bertekad akan tetap menyekolahkan anak-anaknya sampai bangku
kuliah. Bayek adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga Ibuk, Bayek bertekad
ingin mengubah nasib keluarganya.
Akhirnya Bayek mendapatkan PMDK di IPB Bogor. Untuk kuliah ke
Bogor, Ibuk harus menjual angkot milik Bapak. Bapak bekerja menjadi sopir truk
di tetangga sebelah.
Setelah Bayek lulus, Bayek mendapatkan kesempatan bekerja di Jakarta.
Jauh dari rumah memang membuat Bayek semakin rindu, tetapi Bayek harus
bekerja demi mengubah nasibnya dan nasib keluarganya di Batu. Selama di
Jakarta, Bayek tak lupa mengirimi uang kepada keluarganya di Batu. Bayek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
bekerja dengan baik, akhirnya mendapatkan kesempatan bekerja ke New York.
Dalam hati, ia ingin dekat dengan keluarga. Namun, keinginan untuk meraih
mimpi ternyata lebih kuat.
Selama di New York, Bayek juga telah mengirimkan uang kepada
keluarganya. Kesulitan berbicara bahasa Inggris, tak membuat Bayek lantas putus
asa. Bayek terus menunjukkan kebolehannya dalam bidang statistik. Selain itu
Bayek juga rajin belajar bahasa Inggris dan berkomunikasi dengan rekan-rekan
kerjanya.
Bonus dari hasil jerih payahnya selalu mengalir. Bayek selalu
mengalirkan bonus itu kepada keluarganya bahkan Bayek mengirimi uang untuk
membangun kos-kosan di Yogyakarta. Sehingga Bapak tidak perlu bekerja seperti
dulu. Bapak dan Ibuk tinggal menikmati masa tua bersama cucu-cucunya.
Keempat saudaranya tak lupa ia bantu untuk biaya kuliah dan akhirnya
mereka pun bisa bekerja sampai berumah tangga. Isa sebagai anak pertama juga
telah membantu banyak untuk adik-adiknya. Hingga akhirnya Isa pun menikah,
begitu juga dengan Nina, Mira, dan Rini. Bayek yang belum menikah sendiri.
Bayek masih ingin menyelesaikan misinya. Setelah beberapa tahun Bayek di New
York, Bayek kembali ke Indonesia. Ia ingin jadi penulis. Ia ingin menulis buku
tentang keluarganya, agar bisa dikenang selama-lamanya.
Baru menikmati kebahagian di keluarganya, Bapak sudah mulai sakit-
sakitan. Bapak menderita komplikasi beberapa penyakit. Biasanya Bapak hanya
sakit batuk dan pilek. Namun, kali ini Bapak tidak bisa menahan sakitnya.
Akhirnya bapak meninggal dunia. Hati Ibuk sangat hancur. Orang yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
menemaninya selama 40 tahun kini harus pergi meninggalkannya selama-
lamanya. Melalui perjalanan yang saling memperkuat dan melengkapi satu sama
lain. Cinta keduanya melahirkan anak-anak yang penuh cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
BIODATA
Hanasih Wikani Hati dilahirkan di Klaten, 9 November 1990. Riwayat pendidikan yang ditempuh antara lain: Lulus TK Aisyah Sajen pada tahun 1996, Trucuk, Klaten, Lulus SD Negeri Gombang 2, Cawas tahun 2004, Klaten, Lulus SMP Negeri 1 Cawas, Klaten tahun 2006, Lulus SMA Negeri 1 Karangdowo, Klaten tahun 2009.
Pada tahun 2009 melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma dengan jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Mengakhiri kuliah dengan menyelesaikan skripsi pada tahun 2013 yang berjudul Nilai Kesetiaan Tokoh Utama Dalam Novel ibuk, karya Iwan Setyawan Dan Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI