tokoh dan penokohan peter, william, hans, …

15
1 TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, HENDRICK, DAN JANSHEN DALAM NOVEL DANUR KARYA RISA SARASWATI: SEBUAH PENELITIAN UNSUR INTRINSIK Charles, Edwina Satmoko Tanojo Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Setiap tokoh dalam sebuah karya sastra memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan tokoh lainnya. Novel Danur sebagai bagian dari novel populer bergenre horor menyajikan tokoh- tokoh dengan ciri yang unik. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya yaitu Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Status mereka sebagai hantu-hantu Belanda merupakan hal utama yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti tokoh-tokoh tersebut. Penelitian inipun bertujuan untuk memaparkan tokoh dan penokohan Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, serta alur dan latar yang digambarkan dalam novel Danur. Berdasarkan penelitian ini, didapati kesimpulan bahwa tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen memiliki ciri-ciri yang humanistis dan beragam satu dan lainnya. Kata kunci: Tokoh, Penokohan, Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Hantu, Belanda, Alur, Latar, Unsur Intrinsik. Abstrack Every figure in a literary work has a certain quality of character which distinguish it from other figures. Danur novel as part of the popular horror novel presents figures with the unique characteristics. These figures among them are Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen. Their status as the Dutch ghost is the main thing that attracted the attention of researcher to describe these figures. Therefore, this study is aimed to describe the character and characterization of Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen, including plot and background, which described in Danur novel. Based on this research, it was found a conclusion that Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen have humanistic characteristics and diverse one and the other. Keywords: Character, Characterization, Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Ghost, Dutch, Plot, Background, Intrinsic Element. Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

58 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

1

TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, HENDRICK, DAN JANSHEN

DALAM NOVEL DANUR KARYA RISA SARASWATI: SEBUAH PENELITIAN

UNSUR INTRINSIK

Charles, Edwina Satmoko Tanojo

Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Setiap tokoh dalam sebuah karya sastra memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan tokoh lainnya. Novel Danur sebagai bagian dari novel populer bergenre horor menyajikan tokoh-tokoh dengan ciri yang unik. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya yaitu Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Status mereka sebagai hantu-hantu Belanda merupakan hal utama yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti tokoh-tokoh tersebut. Penelitian inipun bertujuan untuk memaparkan tokoh dan penokohan Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, serta alur dan latar yang digambarkan dalam novel Danur. Berdasarkan penelitian ini, didapati kesimpulan bahwa tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen memiliki ciri-ciri yang humanistis dan beragam satu dan lainnya.

Kata kunci: Tokoh, Penokohan, Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Hantu, Belanda, Alur, Latar, Unsur Intrinsik.

Abstrack

Every figure in a literary work has a certain quality of character which distinguish it from other figures. Danur novel as part of the popular horror novel presents figures with the unique characteristics. These figures among them are Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen. Their status as the Dutch ghost is the main thing that attracted the attention of researcher to describe these figures. Therefore, this study is aimed to describe the character and characterization of Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen, including plot and background, which described in Danur novel. Based on this research, it was found a conclusion that Peter, William, Hans, Hendrick, and Janshen have humanistic characteristics and diverse one and the other.

Keywords: Character, Characterization, Peter, William, Hans, Hendrick, Janshen, Ghost, Dutch, Plot, Background, Intrinsic Element.

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 2: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

2

1. Pendahuluan

1.1 Pengantar

Sastra merupakan gambaran kehidupan yang disampaikan dalam bentuk lisan maupun

tulisan melalui media bahasa. Cerita dalam karya sastra diolah sedemikian rupa dengan

memerhatikan unsur estetika berbahasa sehingga pembaca atau penikmat sastra menikmati

sebuah gambaran kehidupan yang menarik dan merangsang imajinasinya. Dalam hal ini,

gambaran kehidupan dalam karya sastra merupakan cerminan kenyataan sosial di masyarakat,

yaitu sebagaimana yang disampaikan oleh Damono (1979: 1), bahwa “Sastra adalah lembaga

sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.

Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan

sosial”. Dengan demikian, sastra telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan

masyarakat.

Di samping itu, karya sastra juga merupakan media ekspresi bagi masyarakat. Pengarang

sebagai bagian dari masyarakat memiliki kebebasan untuk mengkreasikan karya sastranya sesuai

dengan gagasan, kreativitas, maupun ideologinya. Semakin kreatif dan inovatif suatu cerita,

semakin diminati karya sastra tersebut oleh pembaca. Oleh karena itu, tidak mengherankan

apabila pengarang cenderung menyajikan cerita dalam karya sastranya yang semenarik mungkin

bagi pembaca.

Penyajian cerita yang menarik minat pembaca merupakan salah satu hal terpenting dalam

proses penciptaan karya sastra. Sebab, pembaca merupakan pihak yang menilai apakah suatu

karya sastra menarik untuk dibaca dan dinikmati atau tidak. Terkait hal ini, terdapat salah satu

ragam karya sastra yang mengutamakan minat pembaca dalam proses penciptaan karya sastra,

yaitu sastra populer.

Sastra populer adalah perekam kehidupan, dan banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya itu. (Kayam, 1981: 88).

Lebih lanjut, Kayam (1981: 88) mengatakan bahwa syarat sebuah karya sastra populer yang baik

yaitu karya sastra yang merangsang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya. Dalam hal ini,

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 3: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

3

karya sastra tersebut tidak mendeskripsikan secara jelas situasi emosional yang ditimbulkan dari

peristiwa-peristiwa dalam cerita, tetapi membiarkan pembaca menyelami situasi emosional itu

sendiri. Dengan demikian, sastra populer merupakan ragam sastra yang mengutamakan unsur

hiburan dan merangsang emosional pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap cerita.

Bentuk-bentuk sastra populer ada berbagai macam, salah satu di antaranya yaitu novel

populer. Terkait hal ini, Nurgiyantoro (1995: 18) memberikan definisinya mengenai novel

populer, bahwa

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab jika demikian halnya, novel populer akan menjadi berat dan berubah menjadi novel serius, dan boleh jadi akan ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena itu, novel populer pada umumnya bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi.

Sifatnya yang sementara dan cepat ketinggalan zaman menunjukkan bahwa novel populer

diciptakan berdasarkan permintaan pasar, yaitu tergantung pada minat pembaca. Dalam hal ini,

pembaca berperan memengaruhi tema cerita dalam novel-novel populer yang beredar di

masyakarakat, yaitu sesuai dengan perubahan minat atau selera mereka. Lebih lanjut, Semi

(1988: 70--71) mengatakan bahwa fiksi populer (sastra populer) lebih digemari oleh masyarakat

pembaca karena berisi cerita yang menghibur, berbeda dengan fiksi serius (sastra serius) yang

cenderung memberikan nasihat-nasihat atau ajaran yang sulit dipahami oleh sebagian besar

masyarakat sehingga mayoritas pembaca lebih memilih fiksi populer untuk dibaca atau

dinikmati. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel populer yaitu novel yang

bersifat komersil, menghibur, dan diminati oleh sebagain besar masyarakat.

Adapun dari sekian banyak novel populer di Indonesia, terdapat sebuah novel yang

sangat menarik minat peneliti, yaitu novel berjudul Danur karya Risa Saraswati. Novel ini

merupakan novel populer bergenre horor yang diterbitkan pada tahun 2011. Disebut sebagai

novel populer karena novel ini berkisah mengenai persahabatan manusia dengan hantu. Kisah

persahabatan yang tidak lumrah tersebut merupakan sisi hiburan yang ditawarkan dalam novel

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 4: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

4

ini. Selain itu, novel ini juga tidak menyajikan cerita yang menampilkan permasalahan

kehidupan secara lebih intens dan tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.

Sementara itu, novel Danur dikategorikan bergenre horor karena cerita yang disajikan

dalam novel ini mengandung unsur ketegangan atau situasi mencekam yang dihadirkan oleh

beberapa tokoh hantu yang menyeramkan. Carrol (1990: 13--14) menegaskan ciri khas karya

fiksi bergenre horor, yaitu melalui pernyataannya bahwa “For them, science fiction explores

grand themes like alternate societies or alternate technologies whereas the horror genre is really

only a matter of scarefying monsters”. Pernyataan Carrol ini menunjukkan bahwa pembatasan

yang digunakan untuk membedakan karya fiksi bergenre horor dengan genre fiksi lainnya yaitu

dengan kehadiran tokoh-tokoh monster yang menyeramkan dalam cerita. Dalam hal ini, tokoh-

tokoh monster yang dimaksud yaitu tokoh-tokoh supernatural (adikodrati) yang berwujud

menyeramkan. Sebagai tambahan, Carrol (1990: 15) juga menyampaikan, bahwa “Correlating

horror with the presence of monsters gives us a neat way of distinguishing it from terror,

especially of the sort rooted in tales of abnormal psychologies”. Pernyataan ini menegaskan

bahwa karya fiksi bergenre horor memiliki ciri hadirnya tokoh-tokoh monster menyeramkan

dalam cerita, sementara teror menghadirkan situasi menegangkan atau mencekam yang

disebabkan oleh tokoh-tokoh selain monster atau tokoh-tokoh non-supernatural.

Hal yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti novel Danur yaitu karena novel ini

berkisah mengenai tokoh-tokoh hantu Belanda. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Peter, William, Hans,

Hendrick, dan Janshen. Terkait dengan status mereka sebagai hantu-hantu Belanda, peneliti

menilai bahwa tokoh-tokoh tersebut memiliki keunikan tertentu yang membedakannya dengan

tokoh-tokoh hantu pada umumnya. Penilaian ini didukung oleh pendapat pengarang yang

menyampaikan melalui bab pengantar dalam novel Danur, bahwa Peter, William, Hans,

Hendrick, dan Janshen bukanlah sosok-sosok hantu menyeramkan yang umumnya dikenal oleh

masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. “Percayalah, mereka tak seperti yang kalian

bayangkan. Mari kesampingkan semua pikiran tentang kuntilanak pembunuh, pocong suka

kawin dengan manusia, atau hantu-hantu lainnya yang mengganggu kehidupan manusia.

Lupakan itu, hilangkan jauh-jauh dari kepala kalian” (Danur, 2011: 6). Selain itu, dalam novel

Danur pengarang juga menyampaikan bahwa novel tersebut dipersembahkan untuk Peter,

William, Hans, Hendrick, dan Janshen.

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 5: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

5

Kupersembahkan buku ini untuk kelima sahabatku Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, tak penting seberapa banyak kutulis nama kalian di sini, yang harus kalian tahu… kalian adalah sahabat yang berhasil membuatku semakin mencintai hidup. Terima kasih (Danur, 2011: 8).

Kutipan ini menunjukkan bahwa kelima tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh yang

istimewa bagi pengarang, demikian pula dalam novel Danur. Hal inilah yang membuat peneliti

menilai bahwa tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen dalam novel Danur penting

dan menarik untuk diteliti. Dalam hal ini, peneliti hendak memaparkan unsur-unsur intrinsik

dalam novel tersebut, yaitu tokoh dan penokohan Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen,

serta alur dan latar yang digambarkan dalam novel Danur. Beberapa teori ataupun definisi

konsep dari para ahli mengenai tokoh, penokohan, alur, dan latar yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu E. M. Forster dalam bukunya yang berjudul Aspect of The Novel (1954),

Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi (1995), M. Atar

Semi dalam bukunya yang berjudul Anatomi Sastra (1998), Panuti Sudjiman dalam bukunya

yang berjudul Memahami Cerita Rekaan (1991), M. H. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995),

Joseph E. Grimes (dalam Sudjiman, 1991), Robert Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995), dan

Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 1995).

1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam struktur karya ilmiah dibutuhkan untuk memberikan informasi

kepada pembaca mengenai teknik atau metode yang peneliti gunakan dalam menerapkan

penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan metode deskriptif analitis. “Metode

deskriptif analitis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta

kemudian disusul dengan analisis yang tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga

memberikan pemahaman dan penjelasan” (Ratna, 2006: 53). Metode ini digunakan oleh peneliti

karena dalam penelitian ini peneliti hendak mendeskripsikan data dalam korpus penelitian dan

menganalisisnya. Langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu

membaca novel Danur, kemudian menguraikan isi novel tersebut dan memilahnya berdasarkan

unsur-unsur intrinsiknya. Adapun unsur-unsur intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu tokoh, penokohan, alur, dan latar. Objek penelitian dalam penelitian ini bersumber dari

kutipan dialog maupun monolog, penggambaran perasaan dan pikiran para tokoh, serta

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 6: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

6

penggambaran latar yang terdapat dalam novel Danur. Data tersebut kemudian diinventarisasi

dan dianalisis dengan mengacu pada bab landasan teori.

2. Isi dan Pembahasan

Tokoh merupakan individu rekaan dalam sebuah cerita rekaan yang memainkan perannya

sesuai dengan karakternya masing-masing. Novel Danur, sebagai bagian dari cerita rekaan,

menampilkan berbagai macam tokoh dengan karakter yang cukup beragam dan mewarnai

peristiwa-peristiwa di dalamnya. Tokoh-tokoh tersebut memainkan perannya menurut fungsinya

masing-masing, yaitu fungsi tokoh sebagaimana yang disampaikan oleh Sudjiman (1992: 17--22)

yang membagi fungsi tokoh menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan, serta tokoh

tambahan yang juga berperan mewarnai cerita.

Adapun tokoh-tokoh yang dipaparkan pada poin ini hanya ditujukan pada kelima tokoh

yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Peter, William, Hans,

Hendrick dan Janshen. Kelima tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh yang berfungsi sebagai

tokoh bawahan, karena peran mereka dalam cerita sebagai pendukung tokoh utama, yaitu Risa.

Terkait hal ini, Grimes (dalam Sudjiman, 1992: 19) mengatakan, bahwa ‘Tokoh bawahan adalah

tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan

untuk menunjang atau mendukung tokoh utama’.

Lebih lanjut, perlu dijelaskan pula bahwa dalam penelitian ini, peneliti menerapkan

prinsip penokohan dalam sebuah karya sastra. Nurgiyantoro (1995: 165) mengatakan, bahwa

“Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita”. Pelukisan gambaran mengenai seorang tokoh tidak hanya terbatas pada ciri

mentalnya saja seperti sifat dan watak, tetapi juga ciri fisik atau ciri jasmania maupun

penampilannya. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan secara menyeluruh ciri-

ciri yang dimiliki oleh tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Deskripsi secara

menyeluruh ini diperlukan karena peneliti melihat adanya hal yang menarik dari kelima tokoh

tersebut, baik secara fisik maupun mentalnya. Di samping itu, peneliti juga melakukan

pemilahan terhadap ciri fisik dan mental kelima tokoh tersebut, yaitu secara personal dan

kolektif. Ciri fisik dan mental secara personal menunjukkan bahwa ciri-ciri tersebut dimiliki

hanya oleh tokoh tertentu, sementara ciri fisik dan mental secara kolektif menunjukkan bahwa

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 7: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

7

ciri-ciri tersebut dimiliki oleh kelima tokoh tersebut. Sebab dalam novel Danur, tokoh Peter,

Wiliam, Hans, Hendrick, dan Janshen digambarkan memiliki beberapa kesamaan dalam hal ciri

fisik dan mentalnya. Kesamaan ciri-ciri inilah yang peneliti maksudkan sebagai ciri umum atau

ciri kolektif yang dimiliki kelima tokoh tersebut. Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti

membuat klasifikasi terhadap ciri fisik dan mental tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan

Janshen secara personal dan kolektif.

Selain itu, peneliti juga membuat klasifikasi terhadap ciri fisik dan mental tokoh Peter,

William, Hans, Hendrick, dan Janshen dalam wujud manusia dan hantu. Klasifikasi ini

diperlukan untuk memberikan batasan mengenai ciri fisik dan mental yang digambarkan

pengarang terhadap kelima tokoh tersebut, baik ketika mereka masih menjadi manusia maupun

ketika mereka telah menjadi hantu. Sebab, tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen

digambarkan secara terpisah dalam novel Danur; kehidupan sebagai manusia digambarkan

pengarang melalui sorot balik ketika Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen masih menjadi

manusia, sementara kehidupan sebagai hantu digambarkan ketika mereka telah menjadi hantu.

Berdasarkan hal ini, peneliti tidak dapat menggabungkan ciri-ciri mereka ketika masih menjadi

manusia dengan ciri-ciri mereka ketika telah menjadi hantu karena tidak dapat ditarik

kesimpulan bahwa ciri-ciri mereka ketika masih menjadi manusia sama dengan ciri-ciri mereka

ketika telah menjadi hantu sehingga peneliti perlu memilah ciri-ciri mereka menjadi dua bagian,

yaitu dalam wujud manusia dan wujud hantu. Dengan demikian, pada poin ini peneliti

menyajikan tokoh dan penokohan Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen berdasarkan ciri

fisik dan mental, baik secara personal maupun kolektif, serta ciri fisik dan mental dalam wujud

manusia dan wujud hantu. Berikut merupakan tokoh dan penokohan Peter, William, Hans,

Hendrick, dan Janshen dalam novel Danur berupa deskripsi dan inventarisasi yang disajikan

secara ringkas dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1 Ciri Fisik dan Mental secara Personal dan Kolektif

No. Tokoh Ciri Fisik dan Mental secara

Personal

Ciri Fisik dan Mental secara

Kolektif

Ciri Fisik Ciri Mental Ciri Fisik Ciri Mental

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 8: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

8

1. Peter Berambut

pirang agak

kecokelatan

Pemarah - Berwujud

sebagai hantu-

hantu Belanda

- Tidak

memiliki fisik

jasmani

- Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

- Berambut

pirang

- Tidak pernah

merasa letih

- Polos

- Nakal

- Gemar

bernyanyi

- Menjunjung

tinggi janji

- Menyukai

lagu “Boneka”

- Pandai

bersembunyi

- Senang

berbagi kisah

hidup

Bertubuh

pendek

Egois

Berwajah

tampan dan

menawan

Anti sosial

Mengenakan

kemeja yang

lusuh

Feodalistis

Mengenakan

celana pendek

berwarna

cokelat

Berjiwa

pemimpin

Mengenakan

sepatu kulit

dan kaos kaki

putih

Rendah diri

Menjunjung

tinggi janji

Pandai

berbahasa

Melayu

2. William Berwajah

muram

Introver

Membawa

sebuah biola

Anti sosial

Sensitif

Penurut

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 9: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

9

Pandai

bermusik

3. Hans Berbintik-

bintik di wajah

Pandai

memasak

Cengeng

Pelupa

Nakal

4. Hendrick Berpenampilan

menarik

Pandai dalam

hal pelajaran

Berbintik-

bintik sedikit

di wajah

Nakal

Gengsi

5. Janshen Bergigi

ompong

Cengeng

Bertubuh

sangat pendek

Polos

Berambut

sangat pirang

Manja

Berwajah

sangat pucat

Pemurung

Berbintik-

bintik sangat

banyak di

wajah

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 10: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

10

Tabel 3.2 Ciri dalam Wujud Manusia dan Wujud Hantu

No. Tokoh Ciri dalam Wujud Manusia Ciri dalam Wujud Hantu

Ciri Fisik Ciri Mental Ciri Fisik Ciri Mental

1. Peter Bertubuh

pendek

Egois Berambut

pirang agak

kecokelatan

Egois

Bewajah

tampan dan

menawan

Pemarah Mengenakan

kemeja yang

lusuh

Pemarah

Anti sosial Mengenakan

sepatu kulit

dan kaos kaki

putih

Senang berbagi

kisah hidup

Berjiwa

Pemimpin

Tidak memiliki

tubuh jasmani

Menyukai lagu

“Boneka”

Rendah diri Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

Pandai

bersembunyi

Feodalistis Tidak pernah

merasakan

letih

Menjunjung

tinggi janji

Fasih

berbahasa

Melayu

Gemar

bernyanyi

Polos

Nakal

2. William Berwajah

muram

Sensitif Mengenakan

kemeja yang

lusuh

Senang berbagi

kisah hidup

Membawa Introver Membawa Menyukai lagu

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 11: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

11

sebuah biola sebuah biola “Boneka”

Penurut Tidak memiliki

tubuh jasmani

Pandai

bersembunyi

Pandai

bermusik

Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

Menjunjung

tinggi janji

Hobi bermain

biola

Tidak pernah

merasakan

letih

Polos

Fasih

berbahasa

Belanda

Nakal

Cukup fasih

berbahasa

Melayu

3. Hans Pandai

memasak

Berbintik-

bintik di wajah

Cengeng

Bersuara parau Pelupa

Tidak memiliki

tubuh jasmani

Senang berbagi

kisah hidup

Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

Menyukai lagu

“Boneka”

Tidak pernah

merasakan

letih

Pandai

bersembunyi

Menjunjung

tinggi janji

Gemar

bernyanyi

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 12: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

12

Polos

Nakal

4. Hendrick Pandai dalam

hal pelajaran

Berpenampilan

menarik

Berbintik-

bintik sedikit di

wajah

Senang berbagi

kisah hidup

Mengenakan

kemeja yang

lusuh

Menyukai lagu

“Boneka”

Tidak memiliki

tubuh jasmani

Pandai

bersembunyi

Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

Menjunjung

tinggi janji

Tidak pernah

merasakan

letih

Gemar

bernyanyi

Polos

Gengsi

Nakal

5. Janshen Bergigi

ompong

Bergigi

ompong

Senang berbagi

kisah hidup

Bertubuh

sangat pendek

Menyukai lagu

“Boneka”

Berambut

sangat pirang

Pandai

bersembunyi

Berwajah

sangat pucat

Menjunjung

tinggi janji

Berbintik-

bintik sangat

banyak di

Gemar

bernyanyi

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 13: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

13

wajah

Mengenakan

kemeja yang

lusuh

Polos

Tidak dapat

tumbuh dan

berkembang

Nakal

Tidak pernah

merasakan

letih

Cengeng

Manja

Pemurung

3. Kesimpulan

Setelah menyelesaikan analisis pada bab 3, peneliti sampai pada kesimpulan dari

penelitian ini. Pertama, mengenai topik utama penelitian ini, yaitu tokoh dan penokohan Peter,

William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Kesimpulan mengenai tokoh dan penokohan ini

mencakup deskripsi dan inventarisasi ciri fisik dan mental secara personal dan kolektif, dan

dalam wujud manusia maupun hantu dari kelima tokoh tersebut. Mengenai ciri fisik secara

personal, hal yang menjadi ciri utama tokoh Peter yaitu bahwa ia bertubuh pendek. Sementara

itu, William memiliki ciri fisik wajahnya yang terlihat muram, dan ia selalu membawa sebuah

biola bernama Nouval. Di sisi lain, ciri fisik yang paling menonjol dari Hans dan Hendrick yaitu

bahwa mereka memiliki bintik-bintik di wajah. Terakhir mengenai ciri fisik Janshen,

digambarkan bahwa ia memiliki ciri bergigi ompong.

Selanjutnya mengenai ciri mental Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen. Hal yang

paling menonjol dari ciri mental Peter yaitu bahwa ia berjiwa pemimpin. Hasrat tersebut tumbuh

dalam diri Peter akibat didikan dari Papanya. Selain itu, ketika menjadi hantu pun Peter

menerapkan jiwa kemimpinannya yaitu dengan menjadi ketua hantu yang beranggotakan

William, Hans, Hendrick, dan Janshen, termasuk dirinya. Sementara itu, ciri mental yang paling

menonjol dari William yaitu bahwa ia merupakan seorang anak yang berkepribadian introver. Di

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 14: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

14

sisi lain, Hans memiliki ciri mental berupa kepandaiannya dalam hal memasak. Kemudian

Hendrick, diketahui bahwa ciri mental yang paling melekat darinya yaitu bahwa ia merupakan

seorang siswa yang pandai dalam hal pelajaran sehingga membuatnya populer di sekolah.

Terakhir mengenai ciri mental Janshen, diketahui bahwa ia merupakan hantu kecil yang sangat

cengeng dan manja. Usianya yang baru menginjak enam tahun membuatnya bersikap sangat

kekanak-kanakan. Jika disimpulkan secara umum, kelima tokoh tersebut memiliki beberapa

kesamaan kolektif, yaitu bahwa mereka sama-sama memiliki ciri fisik berbintik-bintik di wajah,

berambut pirang, dan mengenakan kemeja lusuh. Sementara itu terkait ciri mental mereka, dapat

disimpulkan bahwa mereka merupakan hantu-hantu kecil Belanda yang polos, nakal, dan senang

berbagi kisah hidup.

Berdasarkan hal ini, dapat diambil garis besar kesimpulan bahwa tokoh Peter, William,

Hans, Hendrick, dan Janshen memiliki ciri-ciri yang humanistis. Sebab, ciri fisik dan mental

mereka dalam wujud hantu sebagian besar menunjukkan bahwa mereka memiliki ciri yang

umumnya dimiliki oleh manusia, yaitu seperti cengeng, nakal, polos, dan lain sebagainya.

Kedua, mengenai alur dalam novel Danur. Berdasarkan analisis alur, dapat dilihat bahwa

deskripsi secara lengkap terhadap tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen

disampaikan pengarang pada tahap awal, khususnya pada bagian paparan 2, 3, 4, dan 5. Pada

paparan-paparan tersebut, pengarang menerapkan deskripsi secara personal mengenai tokoh

Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen, sementara pada tahap tengah dan akhir, deskripsi

terhadap kelima tokoh tersebut cenderung dilakukan secara kolektif. Pada tahap awal, tokoh

Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen digambarkan masih hidup sebagai manusia,

sementara pada tahap tengah dan akhir kelima tokoh tersebut digambarkan telah menjadi sosok-

sosok hantu yang bersahabat dengan tokoh Risa.

Terakhir, mengenai latar dalam novel Danur, peneliti menemukan adanya ciri khas latar

yang terdapat dalam novel ini, yaitu latar tempat. Terdapat delapan latar tempat yang menjadi

lokasi berlangsungnya interaksi tokoh Peter, William, Hans, Hendrick, dan Janshen serta

beberapa hantu lainnya dengan tokoh Risa. Latar tempat tersebut di antaranya yaitu rumah

peninggalan Belanda, loteng rumah, tenda kemah, kamar Risa, kamar hotel, mobil, lift, dan

ruang rekaman.

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015

Page 15: TOKOH DAN PENOKOHAN PETER, WILLIAM, HANS, …

15

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Carrol, Noel. 1990. The Philoshopy of Horror: Paradoxes of The Heart. New York & London: Routledge.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Forster, E. M. 1954. Aspect of The Novel. New York: Harcourt, Brace, & World, Inc.

Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Lestari, Puji Eka. 2015. “Relasi Kekuasaan antara Perempuan dan Laki-laki pada Kelompok Kejahatan yang Terorganisasi dalam Novel Metropolis Karya Windry Ramadhina”. Depok: Skripsi Universitas Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sabol, John. G. 2007. Ghost Culture: Theory, Context, dan Scientific Practice. Bloomington: Authorhouse.

Saraswati, Risa. 2014. Ananta Prahadi. Jakarta: Rak Buku.

Saraswati, Risa. 2011. Danur. Jakarta: Bukune.

Saraswati, Risa. 2014. Maddah. Cetakan ketiga. Jakarta: Rak Buku.

Saraswati, Risa. 2014. Ri.sa.ra. Jakarta: Rak Buku.

Saraswati, Risa. 2013. Sunyaruri. Jakarta: Omupress.

Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tokoh dan ..., Charles, FIB UI, 2015