narasi keteladanan buya hamka dalam novel ayah skripsi · membaca cerita-cerita fiksi yang seru,...
TRANSCRIPT
NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH…
KARYA IRFAN HAMKA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
SUCI KUSMAYANTINIM: 1111051000166
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iv
ABSTRAKSuci KusmayantiNarasi Keteladanan Buya Hamka Dalam Novel Ayah… Karya Irfan Hamka
Novel merupakan salah satu bentuk media berupa karya sastra yang dapatdigunakan untuk menyampaikan isi pemikiran penulis kepada para pembaca yangpanjang ceritanya bisa lebih dari 40.000 kata. Agar para pembaca dapat denganmudah memahami makna dan nilai-nilai yang ingin disampaikan lewat novel, parapenulis pun harus lihai memainkan kata-katanya sehingga tak jarang merekamenyampaikan alur ceritanya dengan narasi. Seiring perkembangannya, kini noveljuga dapat berupa karya non-fiksi, misalnya saja seperti novel biografi. Hakikatnya,buku non-fiksi terbagi dua jenis, non-fiksi murni dan non-fiksi kreatif. Novel biografitermasuk kedalam jenis buku non-fiksi kreatif yang merupakan karya tulis berisikandata otentik yang dikembangkan dengan imajinasi. Seperti halnya novel Ayah... karyaIrfan Hamka yang sebetulnya ber-genre biografi namun dikemas dengan gaya noveldimana banyak penggunaan narasi yang bermakna keteladanan seorang tokoh BuyaHamka dalam alur cerita tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka muncul pertanyaan yaitu, Bagaimananarasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter Fisher?, Bagaimanastruktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel Ayah… karya IrfanHamka menurut Tzvetan Todorov?.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif Walter Fisher,dimana peneliti akan memilih setiap narasi keteladanan yang terdapat dalam novelAyah... tersebut. Secara umum, teori naratif adalah suatu teori dimana Fishermengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwapertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilakukita. Menurutnya, orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah ceritaketimbang oleh suatu argumen. Sehingga itu membuat narasi peran yang signifikandalam pembentukan pola pikir seseorang.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pendekatankualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian danpengaturan transkripsi wawancara. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untukmenganalisis data dengan model analisis naratif Tzvetan Todorov. Model analisistersebut membagi setiap narasi kedalam beberapa struktur. Karena menurutnya, setiapnarasi baik disengaja ataupun tidak pasti memiliki struktur yang ikut berperan dalampembentukan makna dalam narasi.
Dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka ini, baik penulis maupun editor daripihak Republika Penerbit memiliki satu misi yang sama. Sehingga membuat tampilandalam novel tersebut menjadi tersaji sedemikian rupa. Mereka ingin memperkenalkansosok yang dapat diteladani oleh masyarakat Indonesia khususnya yang terdapatdalam diri seorang ulama besar Buya Hamka. Untuk mempermudah penyampaianmaksud dari isi novel tersebut, mereka pun menggunakan narasi bergaya noveldengan bahasa ringan sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami maksuddalam setiap tulisan pada novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut.
Keyword: keteladanan, narasi, novel.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
rahmat, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada
nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Suparto Ph.D, M.Ed, Wakil Dekan Bidang Akademik. Drs. Jumroni M.Si, Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs. Wahidin Saputra M.A, Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2. Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, dan Fita Faturrohmah, M.A, Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Siti Nurbaya, M.Si, dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat
mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
vi
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai
referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Republika Penerbit khususnya kepada Iqbal Santosa selaku Editor Senior
Republika Penerbit, yang di sela kesibukannya menyempatkan diri untuk
menjadi narasumber serta membantu peneliti dalam penelitian ini.
8. Kedua orangtua tercinta Ayanda Dedi Kusmayadi dan Ibunda Neneng Siti
Rukoyah, yang senantiasa men-support secara moril juga materil demi
kelancaran skripsi ini. Keikhlasan, kesabaran, dan kegigihan mereka dalam
mendidik dan menyayangi peneliti juga atas cinta dan do’a mereka yang tak
pernah putus untuk peneliti membuat semangat peneliti semakin kuat untuk
menyelesaikan skripsi ini. Semua ini, peneliti persembahkan khusus untuk
mamah, papah yang peneliti cintai.
9. Kemudian untuk sahabat terbaik seperjuangan, yaitu Maria Ulpa dan
Hairunisa yang selalu membangkitkan semangat peneliti ketika redup dan
selalu memberikan canda tawa yang membuat peneliti selalu tersenyum
ketika bersama. Semoga persahabatan kita terus terjalin dan terkenang
indah sepanjang masa. Love you, all… .
10. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada teman-teman KPI angkatan
2010 dan 2011, yang telah menemani penulis merasakan hiruk pikuk
bangku perkuliahan.
vii
11. Teman-teman KKN DINAMIC 2013, serta teman-teman yang tidak bisa
peneliti sebutkan satu persatu yang juga telah ikut membantu, memberikan
dukungan, dan juga saran kepada peneliti sampai skripsi ini tuntas dengan
baik.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan,
akan tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan baik. Semoga
skripsi ini dapat menjadi suatu yang bermanfaat bagi pembacanya.
Jakarta, 26 Maret 2015
Suci Kusmayanti
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... . i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. .. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................. ... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................... 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ............................................................ 12
F. Metodologi Penelitian .................................................... 13
G. Sistematika Penulisan .................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Narasi .......................................................... 21
B. Teori Naratif Walter Fisher .......................................... 25
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov ................................ 27
D. Pengertian Novel Biografi ............................................ 33
E. Konsep Keteladanan ..................................................... 39
ix
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH…
A. Deskripsi Novel Ayah... ................................................ 45
B. Bagian Inti Novel Ayah... ............................................. 46
C. Latar Belakang Penulisan dan Penerbitan Novel Ayah… 51
D. Biografi Irfan Hamka (Penulis Novel Ayah…) ............ 53
E. Biografi Buya Hamka (Tokoh Ayah) ............................ 55
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI
A. Temuan dan Pembahasan dalam Novel Ayah... ............ 67
1. Teori Naratif Walter Fisher ...................................... 68
a. Keteladanan Untuk Keluarga ............................... 70
b. Keteladanan Untuk Agama .................................. 76
c. Keteladanan Untuk Negara ................................... 96
2. Model Analisis Tzvetan Todorov ............................. 99
B. Interpretasi dalam Novel Ayah... .................................. 111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 121
B. Saran ............................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 131
LAMPIRAN ............................................................................................. 134
x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1 Perbedaan Cerita dan Alur ..................................................... 29
Gambar 2.2 Struktur Narasi ...................................................................... 32
Gambar 3.1 Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ...... 56
Tabel 3.1 Karya Tulis Buya Hamka .......................................................... 61
Tabel 4.1 Struktur Narasi Model Analisis Naratif Tdzevetan Todorov
dalam Novel Ayah... karya Irfan Hamka .................................. 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini, banyak berbagai macam cara digunakan oleh para komunikator
untuk menyampaikan ide dan gagasannya kepada para komunikan. Tujuan dari
komunikasi itu sendiri adalah mengharap adanya partisipasi dari komunikan atas
ide–ide atau pesan–pesan dari komunikator sehingga dari pesan yang disampaikan
tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan. 1 Seperti
halnya seorang penulis yang menggunakan karya tulisnya sebagai media untuk
menyampaikan argumen dan pemikirannya kepada para pembaca. Banyak jenis
karya tulis yang mereka gunakan untuk menyampaikan isi pemikirannya baik itu
karya itu berbentuk buku fiksi atau buku non-fiksi. Salah satunya seperti buku
novel.
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya
berbentuk sebuah cerita. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan
tidak memiliki batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal
sandiwara atau sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif
dalam cerita dengan berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif.
1 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 145.
2
Alur ceritanya selalu mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan
memfokuskan pada sisi-sisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut.2
Seiring perkembangannya, novel kini bukan hanya berbentuk buku fiksi
saja, yang isi dan pembahasannya hanya tentang tokoh-tokoh imajinasi dengan
alur cerita yang berlatar belakang realitas kehidupan sehari-hari namun dibumbui
dengan cerita fiktif tanpa fakta atau data otentik lainnya. Karena biasanya novel
dibuat hanya untuk menjadi sebuah media hiburan saja bagi pembaca yang senang
membaca cerita-cerita fiksi yang seru, unik dan menghibur. Saat ini novel juga
dapat berupa sebuah karya buku non-fiksi, dimana bukan hanya sebuah cerita
fiktif belaka akan tetapi terdapat data otentik dalam alur cerita dan narasi yang
terdapat dalam buku novel tersebut.
Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga
seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh
penulisnya. Buku juga memiliki peran besar dalam masyarakat karena dengan
membaca buku masyarakat dapat mengetahui banyak informasi juga pengetahuan
sehingga memunculkan sudut pandang terhadap masing –masing pembacanya.3
Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku
fiksi dan non-fiksi. buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap
realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis
maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat
berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan
2 Wikipedia, Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari 2015 darihttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel
3 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 123.
3
imajinasi penulis. Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis, diantaranya buku
non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif.
Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan data-
data otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah
hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun
dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat
berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel.4
Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai
bentuk, salah satunya yaitu novel biografi. Biografi merupakan tulisan yang berisi
riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi
perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang
dialaminya, ekspresi termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi
juga sangat penting untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan
atau moral bagi pembacanya.5
Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku
biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam
buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel non-
fiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah
dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai
sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para
4Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1
5 Eapriani 51, “Biografi dan Autobiografi”, artikel diakses pada 2 September 2014 darihttp://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/ .
4
pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan
secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu
buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu
karya tulis berupa novel biografi.
Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan
narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang
lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga
memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi,
karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para
pembacanya.
Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan
atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa
suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau
wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun
berdasarkan urutan kejadian atau waktu.6
Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi fakta mempunyai
fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah pandangan benar
atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran tersendiri. Itu artinya
narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat ideologi (keyakinan
dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat. Lewat narasi baik
berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa diperkenalkan kepada
para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari generasi ke generasi
6 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
5
sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan berprilaku bagi anggota
masyarakat tersebut.7
Maka dari itu seorang tokoh yang dinarasikan dalam sebuah novel biografi
tentu menggunakan bahasa tertentu sehingga kalimat-kalimat dalam buku tersebut
dapat menggambarkan sosok tokoh yang sedang dibahas. Tetapi setiap tulisan
yang dipakai dalam penulisan tersebut merupakan suatu hal yang perlu
diperhatikan, karena penggunaan bahasa dalam suatu kalimat terlebih dalam
menggambarkan suatu sosok, akan menimbulkan suatu pemaknaan tertentu
kepada setiap pembacanya. Artinya seseorang dapat juga menuangkan dan
menyampaikan ideologi, gagasan dan idenya kepada para pembaca lewat
tulisannya dalam suatu buku, khususnya dalam buku novel biografi.
Dengan narasi pun kita dapat memberikan contoh teladan kepada para
pembaca tentang sosok yang hebat sehingga membuat para pembaca terinspirasi
dengan tokoh tersebut karena narasi pun dapat tergambar dengan adanya narasi
perjalanan atau kisah hidup seseorang yang sedang dibahas dalam buku tersebut.
Sehingga buku biografi yang menggunakan narasi dengan gaya tutur novel atau
singkatnya novel biografi tentu akan dengan mudah menyalurkan ideologi penulis
tentang seorang tokoh kepada para pembacanya. Misalnya saja seperti
penggambaran narasi keteladanan seorang tokoh dalam novel biografi.
Keteladanan sendiri asal katanya adalah “teladan” yang artinya sesuatu
yang patut ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat.
7 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 221.
6
Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang
sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang
mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang
membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.8
Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus
Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan
“qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari
definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang
yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik
merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia
memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya
untuk meniru dan mengikuti orang lain.9
Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan/
uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya
yang mulia, perjuangan dakwahnya yang hebat, aqidahnya yang kuat,
kepribadiannya yang juga mulia menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat
manusia di dunia. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat
21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswahhasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikirkepada Allah dengan dzikir yang banyak”.
8Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib darihttp://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
9 Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”, diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib darihttp://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
7
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah
Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti
oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat
dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya.10
Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua
bagian, antara lain, yaitu a) Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, artinya suatu
teladan yang murni langsung berasal dari Rasullah SAW dan, 2) Qudwah
Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang berasal dari manusia bukan dari Rasul atau
Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat lainnya. Teladannya hanya
sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at Allah Swt.11
Banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi umat dan
hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga banyak kepribadian dan
sikap para ulama yang dapat kita jadikan panutan atau keteladanan dalam
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ketika berpidato sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang
pertama, pada penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Seluruh
Indoneisa, 27 Juli 1975, Buya Hamka berkata: ”Mereka (Ulama) tidaklah
mengingat hendak minta upah dan minta di bayar, karena jasa apabila telah
dihargai, jatuhlah harganya, kami tidaklah meminta upah buat ini, dan tidak ingin
mengharapkan ucapan terima kasih. Karena kami takut dari Tuhan kami pada hari
10 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.192-193.
11 UMY, “Strategi Dakwah Kepada Umat Dakwah”, diakses pada selasa tanggal 16 Desember2014 pukul 14.51 wib dari http://blog.umy.ac.id/adin-(data-lama)/kajian-juga/STRATEGI-DAKWAH-KEPADA-UMAT-DAKWAH.doc.
8
yang penuh kemurkaan dan kegelisahan”. Dalam pidato tersebut, Buya Hamka
seakan ingin mengungkapkan bahwa ulama haruslah penuh dengan keikhlasan
dan kesederhanaan.12 Itu artinya sifat-sifat ulama pun harus sesuai dengan jalan
yang di ridhai Allah Swt.
Di Indonesia, kita banyak memiliki ulama yang dapat kita teladani
perilakunya, akhlaknya, dan lain sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang
sangat pantang menyerah dengan keistiqamahannya mempelajari ajaran Islam
salah satu diantaranya adalah seorang tokoh ulama yang sempat menjabat sebagai
ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, yaitu Haji Abdul Malik
Karim Amrullah atau dikenal dengan nama Buya Hamka.
Buya Hamka merupakan sosok ulama besar yang namanya pun masih
dikenang hingga sekarang walaupun ia sudah wafat beberapa tahun yang lalu.
Buya Hamka, bukan hanya seorang ulama besar saja, namun ia juga seorang
seorang sastrawan yang sangat terkenal dengan ratusan karyanya, seorang politisi,
dan juga seorang budayawan yang apik.
Buya Hamka memulai perjalanan dakwahnya dari sebelum Indonesia
merasakan kemerdekaan. Artinya, ia telah memperjuangkan jalan dakwahnya
semenjak Indonesia masih di jajah dan masih dalam keadaan zaman perang.
Banyak cerita bagaimana ia dapat terus bertahan dan berjuang menyebarkan
agama Islam di Indonesia, tapi sayangnya semakin bertambahnya usia
12 Ramlan Mardjoned, KH. Hasan Basri 70 Tahun; Fungsi Ulama dan Peranan Masjid,(Jakarta: Media Da’wah, 1990), h. 143-144.
9
kemerdekaan Indonesia, semakin lupa juga orang-orang dengan sejarah zaman
dahulu.
Buya Hamka merupakan sosok yang menarik untuk dibahas khususnya
dalam dunia kesehariannya sehingga membuat banyak orang tertarik untuk
mengetahui siapa itu Buya Hamka dan akhirnya pada tahun 2013 Republika
Penerbit pun menerbitkan satu buku biografi berbentuk novel mengenai Buya
Hamka yang di tulis oleh anak kandungnya sendiri yaitu Irfan Hamka.
Novel biografi ini menjadi semakin menarik karena menggunakan gaya
tutur novel dengan bahasa yang ringan, sehingga lebih menekankan kepada
struktur narasi dalam alur cerita dengan penggunaan narasi, dengan membaca
buku novel biografi tersebut bukan hanya kita bisa mendapatkan informasi
mengenai Buya Hamka dan kisah hidupnya melainkan para pembaca juga dapat
terinspirasi dengan banyaknya kisah-kisah teladan dalam buku tersebut yang
disampaikan dan digambarakan melalui narasi penceritaan kisah hidupnya yang
dikemas dengan semenarik mungkin sehingga membuat para pembaca menjadi
antusias untuk terus membaca buku tersebut dan sampai menjadikan buku ini
menjadi buku Best Seller di berbagai kalangan usia pembacanya.
Hal itu terbukti dengan adanya penjualan buku hingga 15.000 eksemplar
dan dengan delapan kali cetak. Maka dari itu novel ini pun menjadi salah satu
novel biografi yang Best Seller sejak tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang
berisi para pecinta membaca pun mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya
sehingga menjadi salah satu buku bacaan yang juga banyak diminati orang
banyak. Dalam situs www.goodreads.com tersebut, novel Ayah... mendapatkan
10
210 rating dengan jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka
4 yang diberikan oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel
Ayah... dalam situs tersebut.13
Walaupun memang dalam buku tersebut, keteladanan Buya Hamka tidak
dikemukakan secara gamblang dan terbuka, namun banyak disetiap cerita kisah
hidupnya, menarasikan suatu keteladan dari sosok Buya Hamka tersebut. Hal ini
memungkinkan sikap keteladanan yang dinarasikan dalam buku tersebut adalah
suatu tujuan dari kepenulisan novel biografi yang berjudul Ayah… ini, agar para
pembacanya dapat mengetahui apa saja kisah hidupnya dan kisah teladannya
sehingga para pembaca dapat terinspirasi dari cerita yang dinarasikan oleh buku
tersebut.
Hal ini membuat saya sebagai penulis/ peneliti menjadi tertarik untuk
menjadikan novel Ayah… ini sebagai bahan penelitian, dimana saya ingin
mengkaji dan mengetahui secara detail sifat-sifat teladan Buya Hamka yang
dinarasikan oleh anaknya, yaitu Irfan Hamka dalam novel ini.
Dengan berbagai alasan dan atas latar belakang itulah maka peneliti ingin
mengkaji lebih dalam lagi novel Ayah... tersebut dengan mengambil metode
analisis naratif dimana peneliti akan mengkajinya lewat teks-teks narasi yang
tertulis dan alur cerita dalam buku tersebut dengan mengambil judul penelitian
“NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH…
KARYA IRFAN HAMKA”.
13 Goodreads, Ayah...: Kisah Buya Hamka, diakses pada hari selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul16.30 wib dari http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah.
11
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, penelitian ini
difokuskan kepada narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel Ayah… karya
Irfan Hamka.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter
Fisher?
2. Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel
Ayah... karya Irfan Hamka menurut Analisis Naratif Tzvetan Todorov ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka yang
terdapat dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka.
2. Untuk mendeskripsikan struktur narasi keteladanan Buya Hamka dari novel
Ayah... karya Irfan Hamka.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian pengetahuan mengenai
studi analisis naratif terhadap karya tulis, sastra maupun media massa yang saat
12
ini sudah mulai digunakan dalam kajian ilmu komunikasi untuk menjadi suatu
metode dalam menganalisis teks media.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca
tentang keteladanan seorang ulama besar Indonesia, Buya Hamka yang
sejarahnya hampir dilupakan oleh masyarakat muda di zaman sekarang ini, yang
terdapat pada novel Ayah… karya Irfan Hamka.
E. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran ke beberapa
perpustakaan yakni Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Berdasarkan
penelusuran tersebut peneliti menemukan beberapa penelitian tentang analisis
naratif dengan berbagai subjek dan objek penelitian yang beragam dan latar
belakang yang bermacam-macam.
Skripsi-skripsi yang berhubungan dengan analisis naratif, diantaranya:
a. Skripsi karya Nur Afifah, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menulis skripsi mengenai analisis narasi dengan judul “Narasi
Hubungan Ayah Dengan Anak Dalam Novel Ayahku (bukan) Pembohong
Karya Tere Liye”. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan
ayah dengan anak ketika anaknya tidak mempercayai ayahnya dan penelitian
ini lebih menekankan kepada pesan-pesan moral dalam kehidupan.
13
b. Skripsi karya Dini Indriani, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menulis skripsi dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral Dalam
Novel Bumi Cinta”. Penelitian ini meneliti tentang seperti apa pesan moral
yang terdapat dalam novel Bumi Cinta, lalu mengemukakannya dan
menganalisisnya dengan menggunakan analisis naratif.
Dari beberapa tinjauan terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian
ini, ada yang berbeda dari segi objek penelitian dan juga subjek penelitian pun
berbeda, karena penelitian ini membahas tentang analisis naratif keteladanan
seorang ulama besar yaitu Buya Hamka dalam kesehariannya menjalani
kehidupan yang terdapat dalam sebuah novel karya anak kandungnya sendiri,
yaitu novel Ayah… karya Irfan Hamka.
F. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membagi metodologi ke dalam
beberapa bagian, yaitu:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati. 14 Metode
pendekatan kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan peneliti dalam
14 Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37
14
memaparkan semua data yang diperoleh dan menganalisisnya juga
menggambarkannya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam
bentuk kalimat-kalimat.
2. Metode Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis narasi/
naratif (narative analysis), yaitu metode yang digunakan untuk memahami makna
dalam suatu tulisan atau suatu bentuk cerita.
Narasi adalah suatu cara seorang penulis dalam memberitahukan suatu
pesan kepada orang lain dengan sebuah cerita. Narasi sering diartikan juga
dengan sebuah cerita, misalnya seperti Cerita Pendek (cerpen), tulisan/ scenario
pembuatan film, dsb.15
Metode analisis narasi/ naratif berbeda dengan metode kuantitatif yang
menakankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis ini lebih menekankan kepada
pertanyaan “bagaimana” (how) yang terdapat dalam suatu pesan atau makna dari
teks dalam komunikasi. Dengan begitu, peneliti dapat menemukan makna narasi
yang terkandung dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka, juga mengetahui
struktur dari narasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menelaah struktur
narasi yang terdapat dalam cerita dan alur cerita (plot) dimana seorang Buya
Hamka sangatlah disiplin dalam menegakkan syariat Islam diberbagai kondisi
sehingga menjadi sosok teladan.
Dari banyak ahli naratif, dalam penelitian ini peneliti mengambil salah
satu model naratif yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov.
15 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71.
15
Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria yang
mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa teks
mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar ataupun
tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga membuat
para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan tahapan-tahapan yang
diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya
mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab akibat dari
suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya keseimbangan yang
kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan diakhiri dengan upaya
menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta.16
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib.
Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik
Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian.
Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi
tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya.
Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan
dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang
seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan
sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada
tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya
16 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46.
16
kekuatan musuh yang semakin besar, musuh dapat mempengaruhi korban dan
menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki
gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong
yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan
kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan,
menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu
narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di
selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi
lebih baik dari sebelumnya.17
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah novel Ayah... karya Irfan Hamka. Dan
objek penelitiannya adalah fokus pada narasi tentang keteladanan Buya Hamka
yang terdapat pada setiap narasi, alur dan plot cerita dalam novel Ayah... karya
Irfan Hamka.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data dalam teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi Non Partisipan
Observasi yaitu merupakan sebuah kegiatan yang berhubungan dengan
pengawasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset. Sedangkan observasi non
partisipan merupakan sebuah observasi yang dilakukan tanpa melibatkan
17 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 46-48.
17
peneliti ke dalam objek yang diteliti atau kelompok yang diteliti sehingga
peneliti tidak ikut berpartisipasi.
Dalam hal ini peneliti membaca dan mengamati secara seksama setiap
narasi dari tulisan/ teks dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka dan
mengumpulkan struktur narasi yang mengandung makna keteladanan seorang
Buya Hamka.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Hubungan antara
pewawancara dan yang diwawancarai bersifat sementara, yaitu berlangsung
dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Hubungan dalam
wawancara/ interview biasanya seperti antara orang asing yang tak
berkenalan, namun pewawancara harus mampu mendekati responden
sehingga ia rela memberikan keterangan yang kita inginkan.18
Untuk mencari data yang akurat, penulis melakukan wawancara
dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat
untuk memberikan informasi mengenai hal yang akan diteliti. Awalnya
peneliti ingin mewawancarai penulis novel Ayah... namun, karena adanya
berbagai halangan dan kendala maka peneliti tidak berhasil mewawancarai
langsung penulis dari novel Ayah... tersebut yaitu Irfan Hamka, tapi akhirnya
peneliti pun berhasil mendapat narasumber kedua, yaitu dengan pihak
18Nasution, Metode Research; Penelitian Ilmiah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 113-114.
18
Republika Penerbit sebagai suatu lembaga yang memiliki keterkaitan dalam
munculnya novel Ayah... tersebut. Peneliti pun menjadikan editor senior
Republika Penerbit sebagai narasumber kedua yang juga memiliki andil besar
dalam setiap isi dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut sehingga
novel tersebut dapat terbit.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pengumpulan dokumen yang dapat
diartikan sebagai bahan tertulis, film, maupun foto, penulis menggunakan
dokumen untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui catatan hasil
wawancara.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari buku-buku,
majalah-majalah, serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan novel
yang diteliti dan masalah yang akan dibahas dalam kajian skripsi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan analisis naratif, yaitu
dengan menganalisis setiap narasi dan struktur narasi yang terdapat dalam alur
cerita yang ada pada novel Ayah... . Setelah peneliti mengumpulkan data-data,
kemudian menjelaskan hasil temuan data dan bukti-bukti setelah itu
menyederhanakannya dan dilanjutkan menjadi sebuah kesimpulan.
19
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang akan
diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur sistematikanya
kedalam lima bab sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORITIS
Membahas tentang segala sesuatu yang menyangkut tentang analisis
naratif, baik dari pengertian narasi dan teori naratif Walter Fisher, analisis naratif
dan model analisis naratif Tzvetan Todorov, ataupun segala hal yang berkaitan
dengan analisis naratif, juga membahas pengertian tentang novel biografi, konsep
keteladanan dan semua aspek yang berkaitan dengan narasi keteladanan Buya
Hamka.
BAB III: GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH...
Membahas tentang gambaran umum tentang novel Ayah… karya Irfan
Hamka dalam bab ini diuraikan deskripsi novel Ayah…, bagian inti novel Ayah…,
latar belakang penulisan dan penerbitan novel Ayah…, biografi Irfan Hamka,
biografi Buya Hamka yang menjadi sosok ayah dari penulis novel tersebut yaitu
Irfan Hamka.
20
BAB IV: ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI
Berisi temuan dan analisis novel Ayah… karya Irfan Hamka, bagaimana
analisis naratif keteladanan Buya Hamka dan seperti apa struktur narasi yang
terdapat di dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka dalam model analisis naratif
Tzvetan Todorov dan seperti apa narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel
Ayah... karya Irfan Hamka dengan teori naratif Walter Fisher tersebut.
BAB V: PENUTUP
Menjelaskan dan menarik Kesimpulan dari analisis naratif keteladanan
Buya Hamka dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka serta memberikan Saran
untuk perkembangan media komunikasi dan dakwah Islam.
21
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Narasi
Biasanya narasi selalu disamakan dengan cerita atau dongeng. Secara
harfiah kata narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”.
Dengan demikian, narasi merupakan suatu upaya seseorang untuk memberitahu
suatu kejadian. Akan tetapi, bukan berarti semua informasi atau sesuatu yang
sifatnya menyampaikan informasi itu termasuk ke dalam kategori narasi.
Misalnya saja papan penunjuk jalan, iklan lowongan pekerjaan, dsb.1
Narasi merupakan suatu bentuk representasi atau rangkaian dari peristiwa-
peristiwa. Intinya, suatu teks dapat dikategorikan sebagai narasi apabila ada suatu
rangakain kejadian atau peristiwa. Ada beberapa syarat dasar narasi. Pertama,
adanya rangakaian peristiwa dimana peristiwa yang satu di rangkai dengan
kejadian yang lain sehingga menjadi sebuah cerita. Kedua, adanya rangkaian
(sekuensial). Maksudnya peristiwa yang akan ditulis tidaklah secara random atau
acak melainkan mengikuti jalannya pikiran atau logika tertentu, berurutan atau
bisa juga dengan sebab akibat sehingga beberapa peristiwa yang dirangkai itu
menjadi logis dan juga mempunyai makna tertentu.2
1 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 1
2 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,h. 2
22
Narasi adalah cara seseorang memberitahukan sebuah cerita kepada orang
lain melalui media tulis, misalnya saja seperti penulis yang ingin menyampaikan
ceritanya kepada orang lain maka ia pun menulis sebuah tulisan berisikan cerita
yang ingin disampaikan. Narasi juga dapat diartikan sebagai cerita sedangkan
makna dari cerita adalah suatu tulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu,
masalah, mencoba memecahkan masalah dan memberikan solusi dari masalah
tersebut. Dapat kita ambil contoh yaitu cerita pendek (cerpen), novel, cerita
bersambung (cerber), dan juga tulisan dari sebuah skenario yang digunakan
sebagai bahan dalam sebuah pembuatan film.3 Begitu pula termasuk ke dalamnya
sebuah buku yang bertuliskan suatu kisah. Semua teks tersebut memiliki struktur
narasi. Artinya, semua teks ditulis dan dibuat dengan cara bercerita tertentu
dengan maksud agar dapat dipahami dan diketahui oleh khalayak.
Narasi selama ini selalu dikaitkan dengan dongeng, cerita rakyat, atau
cerita fiktif lainnya (novel, prosa, puisi, dan drama). Sehingga narasi pun sering
digunakan dalam penelitian cerita yang bersifat fiksi. Jika di telaah lagi,
sebenarnya bukan hanya cerita fiksi saja yang berupa narasi, cerita yang bersifat
fakta pun dapat dikaitkan dengan narasi.4
Dalam suatu analisa proses dapat juga dipergunakan teknik narasi. Narasi
seperti ini dinamakan narasi ekspositoris atau narasi teknis, karena sasaran yang
ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang
3 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 714 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,
(Jakarta: Kencana, 2013), h. 5
23
dideskripsikan. 5 Narasi Ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembacanya untuk mengetahui kisahnya dengan sasaran utamanya yaitu rasio,
yang berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah membaca kisahnya.6
Selain itu ada juga yang disebut narasi sugestif. Seperti halnya dengan
deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada
para pembaca atau pendengar, maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan
kepada para pembaca mengenai obyek narasi. Itu artinya, narasi sugestif
merupakan narasi yang berusaha memberikan maksud tertentu dan
menyampaikan suatu amanat yang terselubung kepada para pembaca atau
pendengar.7 Tujuan dan sasaran dari narasi ini adalah bukan untuk memperluas
pengetahuan seseorang, tapi berusaha untuk memberi makna terhadap peristiwa
atau kejadian itu, sehingga narasi ini selalu melibatkan daya imajinasi (khayal).8
Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi non fiksi (fakta)
mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah
pandangan benar atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran
tersendiri. Itu artinya narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat
ideologi (keyakinan dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat.
Lewat narasi baik berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa
diperkenalkan kepada para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari
5 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.135.
6 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 136.7 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 135.8 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 138.
24
generasi ke generasi sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan
berprilaku bagi anggota masyarakat tersebut.9
Narasi merupakan suatu bentuk teks yang paling tua dan juga paling
dikenal. Narasi pun terdapat dalam kitab-kitab kuno seperti kitab Ramayana,
Mahabharata, Sutasmo, dan sebagainya. 10 Dari semua kitab kuno yang
disebutkan itu, hampir keseluruhan disajikan dengan bentuk narasi.
Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan
atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa
suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau
wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun
berdasarkan urutan kejadian atau waktu. Sebuah narasi selalu terdapat tokoh-
tokoh yang dilibatkan dalam suatu kejadian atau peristiwa dalam cerita. Itu
artinya, narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha untuk menggambarkan,
mengisahkan, menciptakan dan menceritakan segala macam perbuatan manusia
dalam sebuah peristiwa atau kejadian secara kronologis atau sesuatu yang
berlangsung pada waktu tertentu.11
Narasi juga memiliki struktur. Narasi pada dasarnya adalah suatu
penggabungan berbagai peristiwa yang disusun menjadi satu untai cerita. Dan dari
9 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 221.
10 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 9
11 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
25
situlah kita dapat mengkaji dengan analisis naratif bagaimana peristiwa itu
disusun dan disatukan atau disambung dengan peristiwa-peristiwa lainnya.12
B. Teori Naratif Walter Fisher
Menurut Walter Fisher teori naratif merupakan teori yang mengemukakan
keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan
akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Orang-
orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu
argumen. Fisher telah menyusun sebuah pendekatan terhadap cara berpikir teoritis
yang lebih luas cakupannya daripada teori spesifik apa pun. Cara pandang Fisher
merupakan cara pandang yang sangat luas dalam melihat narasi sehingga akan
sulit ketika mengidentifikasi komunikasi sebagai narasi.13
Prinsip dari teori ini didasarkan pada prinsip bahwa manusia adalah
makhluk pencerita. Daripada Logika Tradisional, Logika Narasi lebih dipilih
untuk digunakan dalam argumentasi karena Logika Narasi menyatakan bahwa
orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut dan
terdengar benar. Terdapat lima asumsi yang Fisher ungkapkan, antara lain yaitu,
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
Yang mendasari keputusan mengenai harga dari sebuah cerita adalah
“pertimbangan yang sehat”.
12 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15
13 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,2008), h. 44
26
Sejarah, biografi, budaya dan karakter menentukan pertimbangan yang
sehat.
Rasionalitas didasarkan pada peniliain orang mengenai konsistensi dan
kebenaran cerita.
Dunia ini dipenuhi dengan cerita dan kita diharuskan untuk memilih
cerita-cerita yang ada didunia tersebut.14
Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan
awal, pertengahan dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal
apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
Pemikiran Fisher sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre
khusus (cerita dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk
pengaruh sosial dan menurutnya kehidupanpun disusun dari cerita-cerita atau
naratif.15
Fisher mengungkapkan bahwa untuk bisa dipercayai, setiap cerita itu
berbeda dan memiliki power yang tidak sama. Ada dua hal prinsip dalam
rasionalitas naratif yaitu koherensi (coherence) dan kebenaran (fidelity). Ia juga
menyatakan bahwa saat naratif memiliki kebenaran, naratif itupun menyusun
suatu “pertimbangan sehat” yang ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
14 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 46
15 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 51.
27
karakter bagi seseorang untuk dapat memegang keyakinan tertentu atau bahkan
untuk mengambil suatu tindakan.16
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov
Analisis naratif Tzvetan Todorov adalah model analisis yang membahas
tentang cara dan struktur bercerita dari suatu teks mengenai suatu peristiwa atau
kejadian. Analisis naratif memiliki suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan
analisis naratif kita dapat menemukan makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan
mengetahui bagaimana nalar dan pemikiran dari pembuat cerita ketika
mengisahkan suatu kronologi kejadian atau peristiwa. Analisis naratif juga
merupakan salah satu dari metode analisis teks media selain dari analisis isi
kuantitatif, analisis wacana, analisis framing atau analisis hermeneutik.17
Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi ataupun
fakta. Dengan menggunakan analisis naratif, berarti telah menempatkan sebuah
teks ke dalam kategori cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik fiksi atau fakta.
Sedangkan teks, dilihat sebagai rangkaian berupa peristiwa, logika dan tata urutan
peristiwa yang telah di pilih.18
Ada beberapa kelebihan analisis naratif, yaitu pertama, membantu kita
mengetahui bagaimana suatu pengetahuan, makna, dan nilai dibuat dan
disebarkan kepada masyarakat yang dituju. Kedua, membantu kita memahami
16 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 51-53.
17 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. v
18 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 9
28
bagaimana dunia sosial dan juga dunia politik diceritakan menggunakan suatu
pandangan tertentu yang membuat para pembacanya mengetahui kekuatan dan
nilai sosial yang dominan dalam masyarakat. Ketiga, memungkinkan kita
menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dari suatu teks media. Dengan
menyuguhkan suatu cerita kepada pembaca, pada dasarnya terdapat suatu ideologi
yang dipakai dalam menceritakan kisah dalam teks media tersebut dan tentunya
pasti ada hal yang ingin ditonjolkan oleh penulis teks media tersebut.19
Terakhir, kelebihan keempat, analisis naratif merefleksikan kontuinitas
dan perubahan komunikasi. Contohnya seperti cerita yang sama diceritakan
kembali oleh orang yang berbeda dengan waktu yang berbeda, namun seiring
berjalannya waktu, tentu cerita yang memiliki alur yang sama belum tentu
mendapatkan tanggapan yang sama pula oleh masyarakat, sehingga mengalami
perubahan dalam suatu cerita yang sebenarnya sama. Itu artinya narasi
menggambarkan suatu kontinuitas atau perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam
masyarakat.20
Dalam sebuah analisis naratif, bukan hanya tokoh dan karakter yang kita
perhatikan, namun juga cerita dan alur ceritanya yang dikenal dengan sebutan
plot. Kedua hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dan harus
diperhatikan ketika kita ingin mengkaji suatu teks menggunakan metode analisis
19 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 10
20 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 11
29
naratif. Karena dengan memperhatikan cerita dan plot, kita dapat memahami
narasi dari suatu teks dalam cerita tersebut.
Cerita dan alur cerita (plot) adalah dua hal yang berbeda. Cerita adalah
urutan kronologis dari suatu cerita. Sedangkan alur cerita (plot) adalah apa yang
ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Penjelasan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:21
Cerita (story)
Peristiwa utuh yang
disimpulan (inferred
events)
Peristiwa yang
ditampilkan secara
eksplisit
Bahan pendukung
(tambahan) lainnya
Alur cerita (Plot)
Gambar 2.1 Perbedaan Cerita dan AlurSumber: Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam AnanlisisTeks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15.
Dan perbedaan mendasar dari keduanya ialah pertama, dilihat dari
keutuhan dari suatu peristiwa. Cerita (story) merupakan peristiwa yang utuh, yang
sesungguhnya, dari awal hingga akhir. Sedangkan alur cerita (plot) adalah
peristiwa yang secara eksplisit ditampilkan dalam suatu teks. Kedua, berdasarkan
urutan peristiwa. Cerita (story) menampilkan peristiwa secara berurutan,
21 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 16.
30
kronologis dari awal hingga akhir. Berbeda dengan alur cerita (plot), urutan
peristiwa bisa dibolak balik.22
Dari pengertian analisis naratif dan hal-hal yang berhubungan dengan
naratif, lanjutlah kepada model-model analisis naratif. Berikut ini dibicarakan
empat ahli naratologi, dengan berbagai model, yaitu Vladimir Propp, Levi-
Strauss, Greimas, dan Tzvetan Todorov.23
Pertama, Vladimir Propp; seorang peneliti dongeng (folktale) asal Rusia,
ia menyusun karakter-karakter yang hampir selalu ditemukan dalam setiap narasi.
Biasanya Propp meneliti sebuah dongeng lalu memotongnya ke dalam beberapa
bagian lalu menemukan bahwa setiap memiliki karakter, dan karakter-karakter
tersebut menempati fungsi tertentu dalam cerita. Propp tidak tertarik dengan
motivasi psikologis dari masing-masing karakter. Ia lebih melihat karakter itu
sebagai sebuah fungsi dalam narasi.24
Kedua, Levi-Strauss; seorang antropolog yang memperkenalkan kajian
antropologi struktural. Levi-Strauss cenderung lebih tertarik untuk menjelaskan
dan menggambarkan cerita atau dongeng tersebut ke dalam suatu struktur tertentu
yang menjadikan makna dari dongeng-dongeng yang beragam tersebut dapat
dijelaskan dan diterangkan. Studinya ini pada dasaranya berusaha menjelaskan
22 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 16.
23 Sastra dan Seni, “Metode Penelitian Sastra”, diakses pada hari Selasa, tanggal 13 Mei 2014,pukul. 17.07 WIB dari http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastra-disusun-olehal.html,.
24 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 65-66.
31
dongeng atau cerita yang beragam tersebut ke dalam suatu pola, seperti halnya
studi linguistik.25
Ketiga, Algirdas Greimas; seorang ahli bahasa asal Lithuania. Dalam
pemikirannya, ia lebih mengembangkan gagasan dari Vladimir Propp. Greimas
menganalogikan narasi sebagai suatu struktur makna (semantic structure). Serupa
dengan kalimat yang terdiri atas rangkaian kata-kata, setiap kata dalam kalimat
menempati posisi dan fungsinya masing-masing (sebagai subjek, objek, predikat,
dan seterusnya). Baginya, kata-kata juga mempunyai relasi dengan kata lainnya
sehingga membentuk suatu kesatuan yang mempunyai makna. Bagi Greimas
relasi dari masing0masing karakter itu penting, menurutnya sebuah narasi
dikarakterisasi menjadi enam peran, yaitu subjek yang menduduki peran utama,
objek bisa berupa orang atau keadaan dari yang dicita-citakan, pengirim
(destinator) penentu arah narasi, penerima (receiver) merupakan penerima dari
pengirim, pendukung (adjuvant) pendukung subjek dalam mencapai objek,
penghalang (traitor) menghambat subjek dalam mencapai objek.26
Dan yang terakhir adalah sebuah analisis dimana peneliti menggunakan
model analisis tersebut dalam mengkaji objek penelitian. Model Analisis
Tzvetan Todorov.
Keempat, Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria
yang mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa
25 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 161-162.
26 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 95-96.
32
teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar
ataupun tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga
membuat para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan tahapan-
tahapan yang diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan,
karenanya mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab
akibat dari suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya
keseimbangan yang kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan
diakhiri dengan upaya menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta.
Berikut penggambarannya.27
Ekuilibrium (keseimbangan) → Gangguan (kekacauan) → Ekuilibrium
(keseimbangan)
Gambar 2.2 Struktur NarasiSumber: Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam AnanlisisTeks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46.
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib.
Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik
Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian.
Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi
tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya.
Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan
27 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 46.
33
dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang
seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan
sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada
tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya
kekuatan musuh yang semakin besar, musush dapat mempengaruhi korban dan
menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki
gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong
yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan
kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan,
menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu
narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di
selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi
lebih baik dari sebelumnya.28
D. Pengertian Novel Biografi
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya
berbentuk sebuah cerita. Dalam pengertian menurut bahasa, novel berasal dari
bahasa Italia novella yang artinya sebuah kisah atau sepotong berita. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia novel hampir sama dengan roman namun yang alur
ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemerannya atau tokoh cerita jug alebih
banyak. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan terdiri dari
28 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 46-48.
34
beberapa bab atau bagian cerita yang saling berkaitan sehingga membuat
ceritanya lebih kompleks daripada cerpen selain itu novel juga tidak memiliki
batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal sandiwara atau
sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif dalam cerita dengan
berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif. Alur ceritanya selalu
mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan memfokuskan pada sisi-
sisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut.29
Novel juga terbagi kedalam beberapa genre berdasarkan jenis cerita,
diantaranya romantik, misteri, inspiratif, islami, komedi, dan sebagainya. 30
Namun itu semua jika novel tersebut bersifat fiksi. Seiring perkembangannya kini
novel tidak hanya bersifat fiksi saja yang di dalamnya banyak imajinasi penulis
yang dilatar belakangi oleh realitas kehidupan sehari-hari. Adapula novel yang
besifat non-fiksi. Sehingga menjadi sebuah bentuk buku non-fiksi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa, buku memiliki arti
tersendiri. Buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.31
Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga
seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh
penulisnya. Kehadiran sebuah buku di tengah-tengah masyarakat memiliki peran
yang begitu besar karena dengan membaca buku seseorang dapat mendapatkan
banyak informasi, memperoleh ilmu dan wawasan yang sangat luas tentang hal
29 Wikipedia, Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari2015 darihttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel
30 Jadi Penulis Buku, Macam-macam Genre Novel,http://jadipenulisbuku.blogspot.com/2014/01/macam-macam-genre-novel-.html?m=1
31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), edisi keempat, hal. 218
35
apapun, dan bahkan dapat juga membuat seseorang belajar secara otodidak.
Melalui buku, pesan-pesan dan informasi yang terdapat di buku tersebut dapat
kita dapatkan dan pesan-pesan tersebut dapat tersebar luaskan juga kepada para
masyarakat yang membacanya. Itu artinya, buku telah menjadi media yang
lumayan efektif dalam penyampaian suatu ide/ gagasan atau suatu pemaknaan
terhadap objek yang sedang dibahas dalam buku, selain itu buku juga salah satu
media cetak yang dapat bertahan lama dan jangkauannya pun luas kepada seluruh
masyarakat.32
Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku
fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap
realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis
maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat
berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan
imajinasi penulis. Adapun bentuk dari buku non-fiksi antara lain adalah sejarah,
autobiografi, biografi, dsb. 33 Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis,
diantaranya buku non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif.
Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan data-
data otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah
hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun
32 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 123.33 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.
141.
36
dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat
berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel.34
Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai
bentuk, salah satunya yaitu novel biografi, yaitu suatu perpaduan buku novel yang
bersifat fiksi dan buku biografi yang bersifat non-fiksi, sehingga terbentuklah
buku non-fiksi kreatif.
Dalam pengertiannya, biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat
hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi perjalanan
hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi
termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting
untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi
pembacanya.35
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati
dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang
terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut
dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan
sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau
dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.36
34Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1
35 Eapriani 51, “Biografi dan Autobiografi”, artikel diakses pada 2 September 2014 darihttp://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/ .
36 Wikipedia,”Biografi”, diakses pada pukul 19.18 wib, selasa 2 September 2014 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Biografi.
37
Biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat hidup yang ditulis oleh
orang lain. Secara umum biografi, berisi narasi perjalanan hidup seorang tokoh,
deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi termasuk gagasan,
perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting untuk dibaca karena
di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi pembacanya.
Contohnya: Biografi pahlawan, artis, sastrawan, dll.37
Sasaran utama biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-
peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari banyaknya seluruh
pengalaman pribadi bagi pembaca dan masyarakat luas. Karena biografi
mengisahkan suka duka dan seluruh pengalaman seseorang secara faktual, maka
dapat dijamin keautentikan dan lika liku, cita rasa kehidupan yang sesungguhnya.
Diluar dari seperti apa bentuk dramatik dan saat-saat tegang yang dihadapi sang
tokoh, riwayat hidupnya tentu akan dirangkai sedemikian rupa secara manis,
langsung dan sederhana serta dengan penceritaanya yang juga menarik perhatian
para pembacanya.38
Berikut strukturnya atau kerangka pembuatannya:39
1. Latar Belakang Keluarga, disini menceritakan tentang keluarganya berupa
kedua orang tua, tempat dan tanggal lahir, anak ke berapa, dan menceritakan
saudaranya.
37 Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/.
38 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.142.
39 Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september2014 dari http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/.
38
2. Latar Belakang Pendidikan, berisi tentang pendidikan yang telah dicapai
hingga sekarang berikut dengan tahun dan nama sekolahnya. Dan diawali
dengan paragraf baru
3. Latar Belakang Prestasi, isinya tentang semua prestasi yang pernah
diperoleh mulai dari kecil hingga sekarang.
4. Latar Belakang Pekerjaan, jika sudah bekerja maka mencantumkannya
namun jika masih pelajar maka poin ini bisa dihilangkan. Namun jika sudah
bekerja, maka diterangkan pekerjaannya.
5. Latar Belakang Hasil Karya, ini khusyuk bagi mereka yang sudah bekerja
dan lagi-lagi untuk para pelajar poin ini bisa dihilangkan.
Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku
biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam
buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel non-
fiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah
dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai
sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para
pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan
secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu
buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu
karya tulis berupa novel biografi.
Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan
narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang
lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga
39
memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi,
karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para
pembacanya.
E. Konsep Keteladanan
Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang artinya sesuatu yang patut
ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat.
Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang
sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang
mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang
membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.40
Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus
Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan
“qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari
definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang
yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik
merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia
memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya
untuk meniru dan mengikuti orang lain.41
40 Ammydotcom, “Apa Itu Keteladanan”, diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 13.06wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
41 Ammydotcom, “Apa Itu Keteladanan”, diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 13.06wib dari http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
40
Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan/
uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya
yang mulia, kepribadiannya yang tinggi, dan perjuangan dakwahnya yang hebat
menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat manusia di dunia. Sosok yang
begitu mulia dari diri Rasulullah SAW memang tidak akan pernah kering digali.
Kepribadian Rasulullah SAW yang sangat tinggi terlihat dalam pernyataan Al-
Qur’an, pengakuan Rasulullah SAW sendiri, dan kesaksian sahabat yang
mendampinginya. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt surat al-Ahzab ayat
21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswahhasanah bagi orang yang mengharap ridha Allah dan hari akhir serta berdzikirkepada Allah dengan dzikir yang banyak”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah
Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti
oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat
dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya.42
Keteladanan Rasulullah memang tiada bandingnya, umatnya dari berbagai
kalangan pun banyak yang menirunya, termasuk para sahabat dan juga ulama-
ulama yang senantiasa selalu berusaha menyempurnakan akhlaknya dengan
mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW yang juga berpedoman pada Al-
Qur’an, sehingga banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi
umat dan hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga usaha
42 Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.192-193.
41
meningkatkan kepribadian yang dilakukan oleh para ulama itulah yang patut kita
contoh dan kita teladani. Itulah mengapa tingkah laku dan kepribadian para ulama
dan para da’i menjadi soroton utama bagi masyarakat karena mereka adalah
contoh kecil yang dapat kita diteladani di zaman sekarang ini apalagi untuk para
tokoh pemuka agama yang namanya sudah banyak didengar oleh masyarakat
dalam negeri atau bahkan luar negeri.
Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua
bagian, antara lain yaitu:
1. Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, yaitu contoh baik atau suatu
teladan yang sama sekali tidak tercampur oleh keburukan karena statusnya
benar-benar baik. Contohnya seperti teladan yang diberikan Rasulullah SAW
kepada umatnya. Status Rasulullah merupakan sosok yang ma’shum, terbebas
dari dosa, menjadikan beliau sosok teladan bagi umatnya, demikian juga
teladan para Nabi terdahulu.
2. Qudwah Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang terikat dengan apa yang
disyari’atkan oleh Allah Swt karena status teladan itu berasal dari manusia
bukan dari Rasul atau Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat
lainnya. Teladannya hanya sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at
Allah Swt. tidak ada keteladanan dari mereka yang mengajak untuk
menentang Allah Swt, keteladanan dari mereka bersifat terbatas, artinya hanya
tindakan saja yang dapat diikuti, sebagian lainnya tidak. Itu semua karena
42
keterbatasan manusia dalam menerapkan dan menyerap ajaran agama Islam
yang diterimanya.43
Wajib bagi setiap umat muslim untuk meneladani Rasulullah Swt dengan
peneladanan yang sempurna dan tidak sebagian-sebagian, tidak meneladani
beberapa sisi yang lain. Untuk para aktivis yang menekuni dunia dakwah haruslah
memperhatikan kesempurnaan dalam peneladanan karena kelak nantinya mereka
juga akan menjadi teladan bagi para objek dakwah. Wajib bagi mereka untuk
mengenal dan merealisasikan petunjuk dan sunah rasul di setiap sisi kehidupan
beliau. Tidak berarti kita harus menguasai sepenuhnya sirah, sifat, dan akhlak
Rasulullah SAW untuk diterapkan. Akan tetapi kita berpesan kepada setiap
muslim dan para aktivis dakwah agar mempelajari semampunya dengan penuh
kesungguhan akan sirah Rasulullah SAW dan sunah beliau dengan maksud untuk
beriqtida’ (mengambil keteladanan) dan tidak hanya sekadar sebagai tsaqafah dan
pengetahuan belaka.44
Dalam Ilmu Dakwah, metode keteladanan pun termasuk kedalam metode
dakwah yang dapat digunakan untuk berdakwah karena dengan menggunakan
metode keteladanan mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang
dicontohkannya. 45 Sehingga dengan melihat contoh-contoh tingkah laku baik
yang dilakukan oleh seorang da’i maka para audiens nya atau mad’u nya juga
akan mengikutinya karena akan lebih bagus untuk seorang da’i jika mereka dapat
43 UMY, “Strategi Dakwah Kepada Umat Dakwah”, diakses pada hari selasa tanggal 16Desember 2014 pukul 14.51 wib dari http://blog.umy.ac.id/adin-(data-lama)/kajian-juga/STRATEGI-DAKWAH-KEPADA-UMAT-DAKWAH.doc .
44 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 69-70.
45 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 103
43
mencontohkan akhlak yang baik kepada masyarakat sesuai dengan ajaran yang
mereka sampaikan disetiap ceramah yang para da’i lakukan. Mengingat para da’i
pun merupakan seorang public figure juga. Begitu pula dengan para ulama
khususnya para ulama besar, apa yang mereka lakukan tentu memberikan
pengaruh kepada tingkah laku masyarakat umum. Sehingga penting bagi mereka
untuk memperhatikan aqidah dan akhlak mereka. Allah Swt berfriman dalam
surat Al-Baqarah ayat 44 yang artinya:46
“Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan, sementarakamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Makatidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Da’i, ulama, dan sebagainya merupakan para pengemban dakwah, dan
haruslah dari orang yang berilmu. Dia harus memahami bahwa dirinya mesti
menjadi teladan bagi masyarakatnya. Dengan begitu, mereka akan mendengarkan
setiap ucapannya dan mengambilnya dengan anggapan bahwa ucapannya adalah
hukum syari’at atau merupakan bagian dari agama.47 Seorang pengemban dakwah
juga harus menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang baik.
Ia harus bersikap benar, jujur, dan ikhlas, pemurah dan mau berkorban, sabar dan
teguh pendirian, rendah hati dan mencintai sesama, takut kepada Allah, cinta dan
benci karena Allah, berbaik sangka kepada orang lain dan lain-lain.48
Secara ringkas kita dapat menyimpulkan bahwa manusia akan mengimani
dan meyakini hal-hal yang inderawi dan kasatmata melebihi keyakinan atau
46 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 38.
47 Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya,(Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003), h. 133.
48 Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya, h.135.
44
keimanannya pada hal-hal yang hanya berupa hukum-hukum teoritis dan
pemikiran belaka. 49 Seperti halnya suatu sifat keteladanan, dimana ketika
seseorang melakukan hal kebaikan secara nyata dan bukan hanya teoritis saja,
maka orang lain dapat mudah menirunya, sehingga penting adanya tokoh public
figure yang baik yang dapat ditiru akhlaknya.
49 Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Pengemban Dakwah; Kewajiban dan Sifat-sifatnya, h.127.
45
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL AYAH…
A. Deskripsi Novel Ayah…
Novel Ayah… adalah salah satu novel best seller yang laris di beli para
pembacanya sejak tahun awal terbit, 2013. Hal itu terbukti dengan adanya
penjualan buku hingga 15.000 eksemplar dan dengan delapan kali cetak. Maka
dari itu novel ini pun menjadi salah satu novel biografi yang Best Seller sejak
tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang berisi para pecinta membaca pun
mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya sehingga menjadi salah satu buku
bacaan yang juga banyak diminati orang banyak. Dalam situs
www.goodreads.com tersebut, novel Ayah... mendapatkan 210 rating dengan
jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka 4 yang diberikan
oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel Ayah... dalam situs
tersebut.1
Novel ini termasuk kedalam sebuah novel agama sekaligus novel biografi
dengan nuansa semi-novel. Novel Ayah… merupakan tulisan yang menceritakan
riwayat hidup seorang ulama besar yang juga bukan hanya di kenal dengan kiprah
dakwahnya tapi juga terkenal sebagai sastrawan hebat yang berhasil meluncurkan
ratusan karyanya yang selalu dikenang sepanjang zaman. Tokoh itu dikenal
dengan nama Buya Hamka.
1 Goodreads, Ayah...: Kisah Buya Hamka, diakses pada hari selasa tanggal 7 April 2015 pada pukul16.30 wib dari http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah.
46
Menariknya, novel ini ditulis langsung oleh putra kelima dari Buya
Hamka sendiri yang bernama Irfan Hamka. Dengan menggunakan sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku sampingan yang merupakan putra kandungnya, alur
cerita pun menjadi semakin menarik, dengan adanya gaya bahasa seorang Irfan
Hamka yang khas yang berperan sebagai anak dalam novel Ayah… tersebut.
Selain itu, novel ini juga jadi semakin spesial dengan adanya cantuman kata
sambutan atau kata pengantar yang ditulis langsung oleh sastrawan Indonesia
juga, yaitu DR. Taufiq Ismail.
Novel ini membagi kisah Buya Hamka kedalam sepuluh bab. Dengan
dibagi menjadi sepuluh bab, Irfan Hamka membuat kisah perjalanan hidup Buya
Hamka menjadi semakin ringan untuk dibaca oleh para pembacanya dan dalam
sepuluh bab itu pula semua kisah hidup Buya Hamka, baik saat pra kemerdekaan
Indonesia bahkan sampai pasca kemerdekaan tercatat dengan narasi yang
terangkum dengan gaya bahasa yang ringan.
B. Bagian Inti Novel Ayah…
Dalam novel ini terdapat banyak sekali kisah Buya Hamka yang di
beberkan secara jelas oleh Irfan Hamka. Selain mengenai sejarah dan perjalanan
hidup seorang Buya Hamka, novel ini juga memiliki pesan dan nilai-nilai yang
penuh makna, baik dalam sisi moral, sisi keagamaan, ataupun sisi kekaguman
terhadap ayahnya. Semua itu bukan hanya menjadi cerita yang menarik namun
juga penuh dengan pesan-pesan kehidupan.
47
Pada novel ini, penulis menceritakan kisah ayahnya dengan membaginya
kepada beberapa bagian dan fragmen-fragmen yang di dalamnya terdapat sepuluh
bagian. Dengan membaginya kedalam sepuluh bagian tersebut, para pembaca jadi
semakin mudah memahami inti cerita itu sendiri. Dan dari sepuluh bagian
tersebut, peneliti akan membahasnya satu demi satu.
Bagian satu; Sejenak Mengenang Nasihat Ayah, dalam bagian pertama
ini, Irfan Hamka (penulis) bercerita tentang tiga perkara berupa nasihat dari Buya
Hamka. Diantaranya, nasihat bagi rumah tangga, nasihat bagi tetangga, dan
nasihat untuk pembohong.
Dalam tiga perkara nasihat tersebut, Irfan Hamka berusaha menceritakan
seperti apa nasihat-nasihat yang disampaikan ayahnya kepadanya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam bagian ini, terlihat jelas bagaimana
nasihat Buya Hamka memang sangatlah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga dalam bagian yang pertama ini kita bisa mendapatkan banyak pesan
keagamaan antar sesama makhluk sosial.
Dan dari ketiga perkara yang dituliskan dalam novel itu pula, Irfan Hamka
mengajak para pembaca untuk bisa kembali mengenang kisah Buya Hamka
melalui nasihat dan menjadikan tiga perkara tersebut sebagai pembuka cerita
tentang kisah Buya Hamka yang selanjutnya.
Bagian dua; Ayah Dan Masa Kecil Kami merupakan suatu penyampaian
melalui cerita bagaimana Buya Hamka saat Irfan Hamka kecil dan bagaimana
Buya Hamka sebagai ayahnya mendidik Irfan Hamka dengan cara-cara yang baik
dan tegas.
48
Dalam hal ini, Irfan Hamka menceritakan tentang sosok pejuang dari
seorang ayah yang sangat ia kagumi. Bagaimana Buya Hamka berjuang
memperjuangkan negaranya dari jajahan Belanda. Cerita tentang begitu
berwibawanya seorang Buya Hamka saat menyelesaikan masalah perkelahian
yang terjadi antara anak-anak Buya Hamka, yaitu Bang Zaki dan Bang Rusjdi
dengan anak dari guru besar silat, Angku Janggut.
Bagian tiga; Ayah Berdamai Dengan Jin bercerita tentang pengalaman
hidup ayahnya dengan kejadian-kejadian gaib di sekitar rumah barunya yang baru
saja mereka tempati. Dalam bab ini, Irfan Hamka khusus menuliskan sebuah
cerita bagaimana kala itu ayahnya dapat berbicara dan berinteraksi dengan jin
atau makhluk halus penghuni rumah baru mereka. Khususnya ketika ayahnya
melakukan perdamaian dengan jin.
Bagian empat; Ayah, Ummi, dan Aku Naik Haji mengisahkan bagaimana
perjalanan keluarga Hamka yang saat itu mendapatkan tawaran naik haji untuk
tiga orang dan yang berangkat haji, yaitu Buya Hamka (ayahnya), Ummi Siti
Raham (ibunya) dan sebagai pendamping perjalanan, Irfan Hamka pun ikut dalam
perjalanan naik haji tersebut.
Dalam bab ini, Irfan Hamka menceritakan bagaimana proses perjalanan
naik hajinya bersama ayah dan ibunya yang kala itu masih menggunakan kapal
laut sehingga memakan waktu lama untuk sampai kesana.
Tawaran naik haji itu diberikan spesial kepada keluarga Hamka langsung
dari Jenderal Soeharto yang saat baru saja ditetapkan menjadi Pejabat Presiden
Republik Indonesia oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
49
Tawaran itu diberikan saat Buya Hamka diminta mengisi khutbah Idul Fitri di
Masjid Baiturrahim Istana Negara, Jakarta. Selanjutnya, bab tersebut
menceriatakan kisah-kisah dalam perjalanan mereka menuju kota suci Mekkah.
Baik penggambaran saat di kapal Mae Abeto, saat singgah di pelabuhan Teluk
Bayur, Sumatera Barat, dan seterusnya hingga mereka sampai ke tempat tujuan.
Dalam bab ini, Irfan Hamka seakan ingin menggambarkan bagaimana
perjuangan orang-orang di zaman dahulu jika ingin naik haji bahkan sampai ada
kisah dimana para jemaah haji ada yang sampai meninggal dunia di kapal saat
perjalanan karena sangat jauh dan lamanya perjalanan menuju Mekkah itu.
Bagian lima; Perjalanan Maut Ayah Umi dan Aku merupakan kisah
lanjutan dari bab sebelumnya. Jika dalam bab sebelumnya mengisahkan tentang
perjalanan menuju Mekkah, dalam bab ini Irfan Hamka lebih bercerita bagaimana
mereka melewati masa-masa perjalanannya keberbagai tempat di negeri timur
tersebut. Lalu, cerita klimaksnya pun muncul saat mereka melakukan perjalanan
melalui padang pasir dan menghadapi angin topan gunung pasir sehingga
merekapun merasakan bagaimana seramnya saat mobil yang mereka kendarai
terkepung oleh pasir. Namun, akhirnya merekapun selamat.
Bagian enam; Ayah Seorang Sufi, di Mataku adalah bab dimana Irfan
Hamka hanya ingin menceritakan bagaimana sosok seorang Buya Hamka di
matanya, dan walaupun memang Buya Hamka bukanlah seorang Sufi namun bagi
Irfan Hamka (anaknya), Buya Hamka merupakan sosok yang dapat dipanggil sufi
karena adanya berbagai kisah hidup Buya Hamka yang mengarah kepada gaya
hidup seorang sufi.
50
Bagian tujuh; Ayah Dan Ummi, Teman Hidupnya merupakan sebuah bab
yang mengisahkan seorang Ummi, yaitu ibu dari Irfan Hamka yang sangat
dicintai oleh keluarganya. Dalam bab ini Irfan Hamka mengisahkan sebuah
kesedihan dimana ayahnya harus kehilangan istri dan Irfan Hamka dan anak-
anaknya yang lain harus kehilangan sosok seorang ibu yang biasa ia panggil
Ummi. Ummi meninggalkan jejak yang begitu luar biasa dalam kehidupan
keluarga Hamka. Sehingga ketiadaanya pun menyisakan duka yang teramat
dalam.
Dalam bab ini, bukan hanya kisah tentang kepergian Ummi nya saja,
namun juga bagaimana kisah hidup ayahnya sepeninggalan Ummi yang terlihat
amat sedih namun tetap selalu mengingat Allah yang membuat kedukaannya
semakin dekat dengan Allah.
Bagian delapan; Si Kuning, Kucing Kesayangan Ayah ikut dituliskan
juga oleh Irfan Hamka. Dalam bab ini Irfan Hamka ingin menceritakan
bagaimana setianya kucing kesayangan Buya Hamka yang bernama si Kuning.
Selain itu juga, ia ingin berbagi cerita bagaimana ayahnya sangatlah menyayangi
makhluk-makhluk hidup ciptaan Allah, bukan hanya kepada manusia juga pada
hewan, yaitu si Kuning.
Bagian sembilan; Ayah, Hasil Karya, dan Beberapa Kisah mengisahkan
kehidupan Buya Hamka yang penuh dengan cerita berharga dan relasi-relasi yang
sangat hebat. Dengan memulai ceritanya dari Buya Hamka kecil, saat merantau,
mejajaki pendidikan otodidak, memulai berdakwah, sikap hidup Buya Hamka,
peninggalan-peninggalan berharga dari hasil karya Buya Hamka dan bahkan
51
berbagai cerita tentang hubungan-hubungan Buya Hamka dengan berbagai tokoh
terkenal Indonesia dari Presiden Soekarno hingga kisahnya dengan Pramoedya
Ananta Toer seseorang yang pernah memusuhi Buya Hamka hingga kisahnya
sempat menggemparkan dunia sastra Indonesia. Lalu ceritapun ditutup dengan
kisah Buya Hamka yang menikah kembali dengan gadis Cirebon bernama Hj. Siti
Chadijah yang mereka panggil dengan sebutan Ibu.
Bagian sepuluh; Ayah Meninggal Dunia, bab ini merupakan bab penutup
dimana Buya Hamka pun wafat dan mengakhiri kisah perjalanan hidupnya. Buya
Hamka tutup usia dengan meninggalkan banyak kisah dan kenangan untuk
Indonesia, dunia sastra dan juga orang-orang dekatnya juga semua orang yang
mengenal sosok Buya Hamka.
Kepergiannya menjadi suatu kedukaan bagi seluruh rakyat Indonesia
khususnya keluarga yang bukan hanya sosoknya saja yang akan dikenang dan
dirindukan, namun juga pemikirannya yang begitu mencerahkan bagi umat Islam
di Indonesia.
C. Latar Belakang Penulisan dan Penerbitan Novel Ayah…
Novel Ayah… ini merupakan sebuah tulisan yang di tulis langsung oleh
anak kandung dari tokoh utama dalam novel ini, yaitu Irfan Hamka. Banyak
alasan mengapa novel ini menjadi sebuah novel yang sangat ingin diterbitkan
khususnya oleh pihak penerbit sendiri yaitu Republika. Dan salah satu alasannya,
52
yaitu rasa kagum penerbit kepada tokoh utama novel ini, yaitu Buya Hamka akan
sejarah dan perjalanan hidupnya.2
Pihak Republika Penerbit sangtlah mengagumi sosok ulama besar
sekaligus sastrawan tersebut, namun sayangnya tak ada satu pun novel karya
Buya Hamka yang di terbitkan oleh Republika Penerbit. Mereka kagum akan
akhlak, tauhid, dan wawasan Buya Hamka, sehingga menjadi suatu harapan besar
mereka bisa menerbitkan karya dari sosok yang mereka kagumi.3
Hingga pertengahan tahun 2012, datanglah seorang laki-laki yang sudah
berumur mendatangi kantor mereka (Republika Penerbit) yang berlokasi di
Taman Margasatwa, Ragunan, Jakarta. Laki-laki itupun di sambut hangat di ruang
rapat. Dan laki-laki itu tidak lain adalah anak kelima dari Almarhum Buya
Hamka, yaitu Irfan Hamka. Beliau datang ke kantor Republika dengan membawa
sebuah novel karyanya yang berjudul Kisah-kisah Abadi Bersama Ayahku,
Hamka. Dan beliau menawarkan kepada pihak Republika Penerbit untuk kembali
menerbitkan novel yang pernah diterbitkan oleh UHAMKA PRESS tersebut.4
Saat itu Irfan Hamka juga memiliki tujuan yang sama dengan pihak
penerbit, yaitu sama-sama ingin menerbitkan kembali kisah tentang Buya Hamka,
gayung pun bersambut. Kedua belah pihak pun setuju untuk menerbitkan kembali
novel tentang kisah Almarhum Buya Hamka tersebut. Selain itu penulis juga
memiliki alasan tersendiri tentang penerbitan novel tentang ayahnya ini, yaitu
Irfan Hamka ingin ingin memperluas syiar dan kisah Buya Hamka agar menjadi
2 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. vii.3 Irfan Hamka, Ayah... , h. viii.4 Irfan Hamka, Ayah... , h. ix.
53
suatu yang menginspirasi dan memberikan motivasi peningkatan ketakwaan
kepada Allah bagi para masyarakat Indonesia.5
D. Biografi Irfan Hamka (Penulis Novel Ayah…)
Irfan Hamka merupakan anak kelima dari dua belas bersaudara yang lahir
dari pasangan H. Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan nama
Prof. Dr. Buya Hamka dan Hajah Siti Raham Rasul pada tanggal 24 Desember
1943 di Medan. Saat ini usia beliau sudah berkepala tujuh dan sudah mempunyai
lima orang anak dari istrinya yang bernama RA. Poppy Ariani Tedjo Atmo
Saprodjo.
Dalam pendidikan formal, beliau mengenyam bangku pendidikannya
mulai dari SDN Blok D II Petang, Kebayoran Baru kemudian melanjutkan
sekolah menengahnya di SMPN XIII, Kebayoran Baru dan lulus pada tahun 1960.
Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan ke SMAN IX, Kebayoran Baru lalu
kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di Universitas Muhammadiyah,
Jakarta dan pada tahun 1968 beliaupun menamatkan pendidikan S1-nya sebagai
Sarjana Muda Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah, Jakarta.6
Saat beliau kecil berusia 5 tahun sedang terjadi Agresi II Belanda tahun
1948. Dan sejak saat itulah beliau dan keluarga mengungsi ke kampung halaman
kedua orangtuanya di Maninjau, Sumatera Barat. Lalu setelah itu mereka pun
berpindah lagi ke Jakarta dan mulai menjalani masa sekolah.
5 Irfan Hamka, Ayah... , h. x.6 Irfan Hamka, Ayah... , h. 293.
54
Saat beliau masih duduk di bangku SMP, beliau suka mencatat peristiwa
yang dialaminya, khusunya dalam kehidupan sehari-harinya bersama Ayah dan
Ummi nya di novel harian. Dan kebiasaan beliau itu pun terus berlanjut hingga
membawanya menjadi seorang wartawan di salah satu majalah Islam. Masa
mudanya pun penuh dengan aktifitas dan prestasi yang sangat cemerlang di dalam
berbagai kegiatan organisasi. Antara lain yaitu, pada tahun 1961-1962, beliau
terpilih menjadi Ketua PII (Pelajar Islam Indonesia) SMAN IX. Lalu menjadi
Wakil Ketua PII Tingkat Cabang Kebayoran Baru pada tahun 1962-1964. Pada
tahun 1965-1966, beliau menjadi anggota Presidium KAMI Jaya. Lalu kemudian
pada tahun 1969, beliau menjadi Komandan Batalyon DI Panjaitan, Laskar
Ampera Arif Rahman Hakim dari angkatan 66.7
Bukan hanya itu saja, pengalaman organisasinya masih terus berlanjut,
pada tahun 1969 sampai 1974 beliau di percaya menjadi Wakil Ketua Bidang
Koperasi & Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah DPP IKBLA Arif Rahman
Hakim.
Masa muda dan mahasiswa beliau sangatlah penuh dengan aktifitas
keorganisasian, beragam jabatan keorganisasian pun pernah beliau duduki dan
rasakan. Dari berbagai organisasi, beliau terus berkiprah dalam ruang lingkup
sosial dan agama.
Setelah itu, beliau pun bekerja menjadi seorang wartawan pada salah satu
majalah Islam yang kala itu masih dipimpin oleh ayahnya yaitu Buya Hamka
dalam majalah “Panji Masyarakat” pada tahun 1967 sampai 1981. Kemudian pada
7 Irfan Hamka, Ayah... , h. 293.
55
tahun 1982, beliau bersama dengan rekan-rekannya mulai mendirikan PT.
Pandhila, dan beliau pun menjabat sebagi direktur utama dalam perusahaan
tersebut.
Saat masih menjadi wartawan, beliau sering membuat berbagai laporan
haji. Selain berkiprah dalam dunia sosial, agama, dan juga media, beliaupun juga
pernah ikut berkontribusi dalam dunia kepenulisan. Dengan karya tulisnya yang
berjudul 20 Tahun Kemudian, Putri Tuan Syech, Qori Yang Buta, dan Muazin
Kami. Dan semua novel tersebut di terbitkan oleh majalah “Panji Masyarakat”.
Perjalanan sebagai wartawan yang beliau lalui bukan hanya di negeri
sendiri saja yaitu Indonesia, namun perjalanan kewartawanannya itu bahkan
sudah merambah ke negeri orang antara lain seperti ke Saudi Arabia, Mesir,
Suriah, Lebanon, Irak, Kuwait, Pakistan, dan Malaysia. Dan semua tempat itu
beliau kunjungi bukan hanya saat menemani ayahnya saja namun juga saat beliau
berkiprah menjadi wartawan.8
Kemudian pada tahun 2013, beliau kembali memunculkan sebuah karya
tulis best seller nya yang berjudul Ayah… .
E. Biografi Buya Hamka (Tokoh Ayah)
Buya Hamka yang menjadi tokoh ayah dalam novel ini, memiliki nama
lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Buya
Hamka. Buya Hamka merupakan ayah kandung dari penulis novel Ayah…, yaitu
Irfan Hamka. Beliau lahir pada tanggal 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatera
8 Irfan Hamka, Ayah... , h. 294.
56
Barat. Yang merupakan putra pertama dari pasangan Dr. Abdul Karim Amrullah
dan Shaffiah.9
Gambar 3.1Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Buya Hamka adalah sosok yang memiliki banyak catatan sejarah dalam
ruang lingkup sejarah muslim di Indonesia. Beliau adalah ulama besar Indonesia
yang ikut andil dalam perjuangan muslim di masa pergerakan melawan para
penjajah Belanda yang juga ikut tercatat saat Indonesia mencapai
kemerdekaannya dan juga pasca kemerdekaan.
Sejak muda beliau sudah terlibat dalam aktivitas politik, diantaranya
menjadi anggota Sarekat Islam pada tahun 1925 dan setelah kemerdekaan beliau
aktif dengan Partai Masyumi. Selain itu Buya Hamka adalah seorang yang sangat
konsisten dengan agamanya. Sikapnya yang konsisten terhadap agama
membuatnya harus menghadapi berbagai rintangan, terutama dengan beberapa
kebijakan pemerintah. Beliau sampai dipenjarakan oleh Ir. Soekarno dari tahun
1964 sampai 1966. Buya Hamka diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak,
9 Irfan Hamka, Ayah... , h. 289.
57
Megabendung dan terakhir dirawat di rumah sakit Persahabatan Rawamangun
sebagai tawanan dan dialam penjara itulah beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar
yang merupakan karya terbesarnya.10
Beliau menikah pada tanggal 5 April 1929 dengan Ummi kandung dari
Irfan Hamka (Penulis) yang bernama Hajah Siti Raham Rasul. Lalu pada tahun
1971, Ummi dari Irfan Hamka (Penulis) pun meninggal dunia namun kurang
lebih 6 tahun kemudian Buya Hamka pun menikah kembali dengan Hajah Siti
Chadijah.
Dalam pendidikan formal, Buya Hamka mengenyam bangku
pendidikannya mulai dari Sekolah Desa, namun tidak tamat. Lalu dilanjutkan
belajar Agama Islam di Sumatera Thawalib, Padang Panjang pada tahun 1918.
Namun tidak sampai selelsai juga. Lalu pada tahun 1922, Buya Hamka kembali
belajar dan memperdalam Agama Islam di Parabe, Bukittinggi, itupun tidak
selesai. Hingga akhirnya Buya Hamka terus menghabiskan waktunya dengan
belajar secara otodidak dengan banyak membaca novel. Selain itu juga Buya
Hamka ikut belajar langsung kepada para tokoh dan ulama yang berada di
Indonesia yaitu di Sumatera atau bahkan sampai ke luar negeri seperti Mekkah,
Arab Saudi.
Selain pengalaman di dunia pendidikan formal. Buya Hamka juga sempat
dipercaya untuk menduduki jabatan-jabatan tinggi di beberapa organisasi,
diantaranya yaitu menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur
10 Wikipedia, “Haji Abdul Malik Karim Amrullah”, diakses pada selasa, 26 Agustus 2014,pukul 17.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah.
58
pada tahun 1943. Lalu pada tahun 1947, menjabat sebagai Ketua Front Pertahanan
Nasional (FPN). Dan juga menjabat sebagai Ketua Sekretariat Bersama badan
Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) pada tahun 1948. Lalu, dilanjutkan pada
tahun 1950, Buya Hamka menjadi Pegawai Negeri pada Departemen Agama RI
di Jakarta. Lalu, pada tahun 1955 sampai 1957, Buya Hamka terpilih menjadi
Anggota Konstituante Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1960, Buya
Hamka di berikan amanah untuk mengemban jabatan sebagai Pengurus Pusat
Muhammadiyah. Dilanjutkan pada tahun 1968, di pilihlah Buya Hamka sebagai
Dekan Fakultas Usuluddin Universitas Prof. Moestopo Beragama. Dan kemudian
pada tahun 1975 sampai 1979 Buya Hamka pun dipercaya untuk menjadi Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh para ulama. Dan beriringan dengan hal
tersebut, Buya Hamka juga menjabat menjadi Ketua Yayasan Pesantren Islam Al-
Azhar selama dua periode.11
Buya Hamka merupakan seorang ulama yang sangat toleran dalam
kehidupannya, namun juga sosok yang tegas dalam memperjuangkan akidahnya.
Contohnya saja saat beliau menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pertama. Saat itu dengan berani beliau mengeluarkan sebuah
fatwa yang hingga kini bahkan masih menjadi bahan perbincangan dan diskusi
keagamaan, yaitu fatwa haram bagi umat Islam merayakan Natal bersama. Saat
itu pemerintah meminta beliau untuk membatalkan fatwa tersebut, maka karena
pemerintah tidak sejalan dengan beliau akhirnya beliau pun mengundurkan diri
dari jabatannya sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
11 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 290.
59
Selain sebagai seorang ulama, beliau juga seorang sastrawan yang sangat
produktif di zamannya. Di Indonesia masih sangat jarang sekali sosok seperti
beliau yang bukan hanya sebagai ulama saja, juga sebagai sastrawan, budayawan,
politisi, dan penulis. Dan Buya Hamka lah salah satu diantara sosok tersebut.
Buya Hamka merupakan sosok otodidak dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam
maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat
menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki
Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain
Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris
dan Jerman, beliau juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-
tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Soerjopranoto,
Haji Fachrudin, AR Sutan Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah
bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.12
Selain rentetan jabatan yang telah Buya Hamka dapatkan, beliau juga
memiliki banyak gelar kehormatan diantaranya, yaitu Doctor Honoris Causa dari
Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Lalu gelar Doctor Honoris Causa dari
Universitas Prof. Moestopo Beragama. Kemudian pada tahun 1974, mendapat
gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Dan setelah beliau wafat,
Buya Hamka dianugerahi Bintang Mahaputera Madya dari Pemerintahan RI di
12Kolom Biografi, Biografi Buya Hamka Sastrawan Indonesia, diakses pada hari selasa,tanggal 26 Agustus 2014, pukul 16.40 WIB dari http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawan-indonesia.html.
60
tahun 1986. Lalu yang terakhir, di tahun 2011, beliau mendapatkan penghormatan
dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional.
Pada hari Jum’at, 24 Juli 1981, Buya Hamka pun tutup usia. Dan
dimakamkan di TPU Tanah Kusir dengan meninggalkan 10 orang anak, yaitu 7
orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Dan dari kesepuluh anak–anak tersebut,
hingga pada tahun 2013 kini anggota keluarganya sudah bertambah dengan
adanya 31 orang cucu dan 44 orang cicit.13
Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang,
Manusia mati meninggalkan nama. Itulah sekiranya yang tergambar dari apa yang
terjadi sepeninggalan Buya Hamka. Beliau wafat bukan hanya meninggalkan 10
orang anak, 31 orang cucu dan 44 orang cicit saja. Meskipun sudah meninggal
dunia nama Buya Hamka tetap terkenang terlebih dengan adanya peninggalan
yang tidak kalah berharga, yaitu 118 karya tulisan (artikel dan novel) yang telah
dipublikasikan sepanjang hidupnya. Sebagai seorang ulama dan sastrawan beliau
telah banyak melahirkan karya-karya tulis yang sangat indah, bagus dan sarat
makna. Topik yang diangkat melingkupi berbagai bidang, diantaranya seperti
mengupas tentang Agama Islam, filsafat sosial, tasawuf, roman, sejarah, tafsir
Alquran, dan otobiografi.
13 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 291.
61
Buya Hamka mulai menulis pada umur 17 tahun. Berikut adalah karya-
karya beliau yang bisa penulis sebutkan;14
Table 3.1Karya Tulis Buya Hamka
No Judul Tahun
1 1001 Tanya Jawab Tentang Islam 1962
2 Adat Minangkabau & Agama Islam 1984
3 Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi 1946
4 Angkatan Baru 1949
5 Agama dan Perempuan 1939
6 Arkanul Islam 1932
7 Ayahku 1950
8 Beberapa Tantangan Terhadap Umat Islam di Masa
Kini
1973
9 Bohong di Dunia 1939
10 Cahaya Baru 1950
11 Cermin Kehidupan 1962
12 Cemburu 1949
13 Cita – Cita Kenegaraan Dalam Ajaran Islam 1970
14 Wikipedia, “Haji Abdul Malik Karim Amrullah”, diakses pada hari selasa, tanggal 26 Agust14, pukul 17.27 WIB dari http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah,.
62
14 Dari Perbendaharaan Lama 1963
15 Di Bawah Lindungan Ka’bah 1936
16 Di Dalam Lembah Cita-Cita 1946
17 Di Dalam Lembah Kehidupan 1958
18 Di Tepi Sungai Dajlah 1950
19 Dibantingkan Ombak Masyarakat 1946
20 Dijemput Mamaknya 1939
21 Doa-Doa Rasulullah 1974
22 Doktrin Islam Yang Menimbulkan Kemerdekaan
dan Keberanian
1983
23 Ekspansi Ideologi 1963
24 Empat Bulan di Amerika 1-2 1953
25 Fakta dan Khayal Tuanku Rao 1970
26 Falsafah Hidup 1950
27 Falsafah Ideologi Islam 1950
28 Filsafat Ketuhanan Cet.2 1985
29 Gerakan Pembaruan Agama (Islam) di
Minangkabau
1969
30 Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam 1982
31 Hak Asasi Manusia dipandang dari Segi Islam 1968
32 Hikmat Isra’ Mi’raj 1946
33 Himpunan Khutbah-Khutbah _
63
34 Hubungan Antara Agama dengan Negara Menurut
Islam
1970
35 Iman dan Amal Shaleh 1984
36 Islam, Alim Ulama dan Pembangunan 1971
37 Islam dan Adat 1929
38 Islam dan Demokrasi 1946
39 Islam dan Kebatinan 1972
40 Islam: Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial 1984
41 K. H. A. Dahlan 1952
42 Keadilan Ilahi 1940
43 Keadilan Sosial dalam Islam 1950
44 Kedudukan Perempuan dalam Islam 1973
45 Kenangan-Kenangan Hidup 1-4 1908
46 Kepentingan Melakukan Tabligh 1929
47 Khatib Al-Ummah Jilid 1-3 1925
48 Laila Majnun 1932
49 Lembaga Budi 1940
50 Lembaga Hidup 1940
51 Lembaga Hikmat 1953
52 Majalah Menara 1946
53 Majalah Semangat Islam 1943
54 Majalah Tentera 4 Nomor 1932
64
55 Majalah Al-Mahdi 9 Nomor 1932
56 Mandi Cahaya di Tanah Suci 1950
57 Margaretta Gauthier 1940
58 Mati Mengandung Malu 1934
59 Menunggu Beduk Berbunyi 1949
60 Mengembalikan Tasawuf Ke Pangkalnya 1973
61 Mengembara di Lembah Nil 1951
62 Merantau ke Deli 1939
63 Merdeka 1946
64 Muhammadiyah di Minangkabau 1975
65 Muhammadiyah Melalui 3 Zaman 1946
66 Negara Islam 1946
67 Pandangan Hidup Muslim 1962
68 Pedoman Masyarakat 1939
69 Pedoman Mubaligh Islam 1941
70 Pelajaran Agama Islam 1952
71 Pembela Islam 1929
72 Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia 1965
73 Perkembangan Kebatinan di Indonesia 1976
74 Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad 1957
75 Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret 1947
76 Pribadi 1959
65
77 Renungan Tasawuf 1985
78 Revolusi Agama 1946
79 Revolusi Pikiran 1946
80 Ringkasan Tarikh Umat Islam 1929
81 Salahnya Sendiri 1939
82 Sayyid Jamaluddin al-Afghani 1965
83 Sejarah Islam di Sumatera 1950
84 Sesudah Naskah Renville 1947
85 Sejarah Ummat Islam Jilid 1-4 1975
86 Si Sabariah 1926
87 Studi Islam, Aqidah, Syari’ah, Ibadah 1973
88 Sullam al-Wushul 1984
89 Tafsir al-Azhar Juz 1-30 1986
90 Tasawuf Modern 1939
91 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1937
92 Terusir 1940
93 Tinjauan Islam Ir. Soekarno 1949
94 Tuan Direktur 1939
95 Urat Tunggang Pancasila 1951
66
Dan dari semua karya Buya Hamka, yang menjadi sebuah karya
masterpiece-nya dan banyak dikagumi umat Islam di Indonesia ialah Tafsir Al-
Azhar yang bertuliskan Tafsir Alquran 30 Juz. Selain itu karya Buya Hamka
semakin dikenal bukan hanya dengan bentuk cetak saja, bahkan kini karya Buya
Hamka sudah ada beberapa yang telah di film kan. Diantaranya yaitu Di Bawah
Lindungan Ka’bah dan juga Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang baru saja
di filmkan tahun 2013.15
15 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 243.
67
BAB IV
ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI
A. Temuan dan Pembahasan dalam Novel Ayah...
Dalam menganalisis novel Ayah… karya Irfan Hamka ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif. Dengan demikian
peneliti akan menjelaskan dan menggambarkan hasil temuan data dengan
mendeskripsikannya kedalam penjabaran-penjabaran yang sesuai dengan model
dan teori yang digunakan oleh peneliti.
Dalam novel ini, pendeskripsian tentang keteladanan Buya Hamka
dinarasikan dalam bentuk fragmen-fragmen yang didalamnya terdapat sepuluh
bagian cerita. Walaupun bentuk dari novel ini merupakan salah satu bentuk dari
novel biografi, namun unsur narasi tetap terdapat didalamnya terlebih karena
penulis novel ini menarasikan kisah-kisah Buya Hamka dengan bahasa dan gaya
tutur novel yang artinya bahasa yang digunakan merupakan gaya bahasa yang
ringan dan menarik untuk terus dibaca oleh para pembacanya, dan dapat
dipungkiri bahwa maksud dari penggunaan bahasa yang seperti itu adalah agar
para pembaca dapat lebih mudah memahami isi novel tersebut.
Dalam menganalisis novel Ayah…, peneliti menggunakan Teori Naratif
Walter Fisher. Menurut Walter Fisher, dalam teorinya yaitu Teori Naratif, ia
berpendapat bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan
akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Narasi,
bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan awal, pertengahan
68
dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan
urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. Pemikiran Fisher sangat
luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita
dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial
dan menurutnya kehidupanpun disusun dari cerita-cerita atau naratif.1
Sesuai dengan model analisis yang digunakan dalam menganalisis narasi,
peneliti juga memfokuskan analisis dengan Model Analisis Naratif Tzvetan
Todorov untuk membagikan narasi keteladanan yang ada dalam novel Ayah…
karya Irfan Hamka ke dalam beberapa struktur, karena menurut Tzvetan Todorov,
setiap narasi tentu terbagi ke dalam struktur-struktur yang didalam setiap struktur
tersebut terdapat unsur kesengajaan dan niat dari pencerita atau editornya itu
sendiri membuat pembaca terarah dengan apa yang dimaksudkan dalam setiap
teks yang terdapat dalam setiap strukur narasi. 2
Lalu, untuk tahap awal, peneliti akan membahas novel Ayah… ini dengan
menggunakan Teori Naratif Walter Fisher terlebih dahulu dan kemudian di lanjut
dengan menggunakan Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov.
1. Teori Naratif Walter Fisher
Ada tiga hal yang selalu di munculkan dan di bahas dalam novel Ayah…
karya Irfan Hamka ini, ketiga hal yang sering dimunculkan dalam alur cerita
1 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,2008), h. 51.
2 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 46-48.
69
tersebut selalu bernarasikan suatu sikap keteladanan Buya Hamka dalam berbagai
macam hal. Tiga hal inipun menjadi poin utama yang ingin penulis/pencerita
bahas dari novel tersebut dan tentunya yang ingin disampaikan kepada para
pembacanya. Tiga poin tersebut adalah makna keteladanan yang terkandung
dalam kata Ayah dalam 3 ranah yang berbeda, diantaranya Keluarga, Agama, dan
Negara. Kata Ayah itu sendiri pun yang dijadikan judul dalam novel tersebut.
dengan ketikan kata Ayah yang diiringi dengan tiga titik di belakang nama
tersebut yang dari situlah tiga hal itu tersimbolkan.
Hal itu pun diungkapkan oleh Iqbal Santosa, seorang editor senior dari
Republika Penerbit yang juga sebagai narasumber wawancara peneliti sekaligus
editor novel Ayah… karya Irfan Hamka. Ia mengatakan,
“Ayah dan titiknya 3. Ada maknanya jadi ayah buat keluarga, ayahbuat kaum muslimin, ayah buat bangsa Indonesia jadi kita berharap bahwaBuya ini menjadi sosok orangtua lah kira-kira yang bisa jadi panutan bagikeluarganya, bagi umat Islam, bagi bangsa, kenapa? Karena beliaudipanggil sehari-hari oleh anaknya ayah”.3
Dari pernyataan diatas, terdeskripsikan juga bahwa dalam penulisan novel
Ayah… ini memang dengan sadar membahas tiga poin utama agar dapat
membawa para pembacanya kepada tiga poin yang mejadi tujuan penulisan novel
tersebut. Semua itu tersimbolkan dalam teks judul yang menggunakan kata Ayah
yang artinya selain memang bahasa Ayah merupakan bahasa Irfan Hamka dalam
memanggil Ayahnya namun juga memiliki makna luas. Ayah memang dapat
diartikan sebagai pemimpin, karena dalam keluarga yang menjadi kepala
3 Wawancara dengan Iqbal Santosa, Editor Senior Republika Penerbit, Jakarta 5 September2014, Pukul : 10.00 s/d selesai.
70
keluarga/ pemimpin adalah Ayah, selain itu dalam hal ini kata Ayah diartikan
bukan hanya sekedar sebagai pemimpin keluarga saja, namun Ayah untuk dua
ranah selanjutnya, yaitu Agama dan Negara.
Dan inilah beberapa alur cerita yang menarasikan keteladanan dalam
ketiga ranah tersebut:
a. Keteladanan Untuk Keluarga
Dalam urusan kekeluargaan, Buya Hamka juga banyak di
narasikan sebagai sosok yang baik dan juga patut untuk diteladani. Seperti
halnya beberapa narasi yang terdapat di beberapa halaman dan beberapa
bagian novel tersebut, dintaranya:
“Akhirnya kami pindah ke Jakarta.... Kami tinggal di GangBuntu, Jalan Toa Hong II, Kebun Jeruk, Taman Sari... Lingkungankami ditempati beragam etnis ketururnan, Arab, China Totok,China Benteng, Jawa, Sunda, dan kami sendiri dari SumateraBarat..., membuat jiwa tenggang rasa, solider, dan pengertianyang tinggi dengan berbagai ragam suku, bangsa, dan adat kamiterpupuk semenjak kami kecil. Aku meyakini, pasti Ayah punyamaksud yang mulia, mengapa memilih tempat berpendudukmajemuk seperti itu ketika kami pertama tinggal di Jakarta.”4
Dalam narasi yang tertulis diatas, sangat menggambarkan
bagaimana sikap tenggang rasa Buya Hamka dengan mendidik dan
mengajarkan keluarganya untuk bisa bertenggang rasa dengan saling
menghargai berbagai suku yang ada dilingkungan sekitar. Dalam sebuah
ayat Al-Qur’an, Allah Swt berfirman yang artinya:
4 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 35-40.
71
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu kenal mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialahorang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujuraat: 13)5
Hal itu merupakan salah satu cara dalam bersosialisasi sekaligus
menyambung tali silaturahmi toleransi dengan beragam suku dan budaya
yang ada.6 Karena dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah Swt juga
menyuruh kepada para hambaNya agar bisa menciptakan kedamaian
dengan saling menghargai dan menghormati sesama dari beragam suku
dan bangsa sehingga para hambaNya dapat bisa mengenal keragaman
suku dan bangsa yang ada.
Selanjutnya adalah adanya narasi mengenai suatu keteladanan
dalam membimbing anak-anak dalam hal aqidah. Berikut narasinya:
“Masjid di depan rumah sudah selesai, hanya tinggalmerapikannya saja lagi. Ayah meminta kepada pengurus YayasanPesantren Islam (YPI) yang membangun masjid tersebut agardapat diizinkan dipergunakan shalat lima waktu sebelumdiresmikan oleh Presiden Soekarno.... Kami – Ayah, Bang Zaki,bang Rusjdi, dan aku – setiap maghrib, isya dan shubuh selaluberjemaah di Masjid Agung depan rumah.... Waktu itu belum adajemaah dari luar. Hanya kami dan beberapa tukang bangunanyang masih tersisa saja jemaahnya.7
Alur cerita itu pun seakan menarasikan bagaimana semangatnya
seorang Buya Hamka dalam menyejahterakan masjid juga dalam
membimbing anak-anaknya untuk menunaikan ibadah shalat wajib
5 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 518.
6 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 232.7 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 49-50.
72
berjamaah. Hal itu berkaitan dengan Al-Qur’an Surat Thaahaa ayat 132
yang artinya: 8
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat danbersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaahaa: 132)9
Dalam ayat diatas telah disebutkan, bahwa mengajak keluarga
untuk mendirikan shalat adalah suatu perintah Allah Swt sehingga
mengajak anggota keluarga untuk bisa mengerjakan shalat terlebih
berjamaah di masjid adalah suau hal yang baik dan sesuai dengan ajaran
Islam.
Dalam narasi lain, Buya Hamka pun terdeskripsikan sebagai Ayah
yang adil dan perhatian. Berikut narasinya:
“Tiba-tiba saja berkata padaku, kata-kata yang sudahlama ingin kudengar dari Ayah.... Berkali-kali aku memohondiajarkan silat kepada Ayah.... Dengan lemah lembut Ayahmemintaku mencontoh gerakan-gerakan kakinya.... “Ini yangdinamakan langkah sembilan, kau harus menguasainya denganbenar… ” ujar Ayah..... Sudah hampir sebulan, pelajaran yangkudapat hanya “langkah sembilan saja”.... Selanjutnya, selamatiga bulan… aku dilatih oleh paman… aku herankan, Pamanhanya mengajariku cara-cara menangkis serangan, mengunci danmelumpuhkan lawan.... Sampai aku duduk di SMA, aku tetapberlatih langkah sembilan yang diajarkan Ayah sendirian....10 Akuagak terkejut mendengar pamanku membuka rahasia,… Ayahmeminta pamanku untuk melatih jurus-jurus mempertahankan dirisaja. Ayah tahu akan sifatku yang mudah marah dan temperamen,jadi tidak baik diturunkan ilmu silat untuk menyerang danberkelahi.... Aku masih ingat petuah Ayah kepadaku, orang yangdisebut Pendekar adalah orang yang memiliki akal yang pandaidan cerdas.”11
8 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 278.9 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 322.10 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 50-52.11 Irfan Hamka, Ayah... , h. 55-56.
73
Dalam potongan cerita itu, ternarasikan bagaimana Buya Hamka
juga sangatlah hati-hati dalam mendidik anak-anaknya, berusaha seadil-
adilnya dan juga perhatian terhadap kondisi anak tersebut. salah satunya
dalam hal menyalurkan ilmu bela diri kepada anaknya, Buya Hamka tidak
menyalurkannya begitu saja, namun beliau juga memahami terlebih
dahulu karakter anaknya dan menyesuaikan karakter anaknya tersebut
dengan ilmu yang akan diturunkan. Itu artinya Buya Hamka sangatlah
perhatian terhadap anaknya dan paham betul apa yang harus dan tidak
harus dilakukan dan diberikan kepada anak-anaknya. Sosok kepala
keluarga yang sangat perhatian dan pengertian terhadap keluarganya
(anaknya) tentu adalah suatu hal yang dapat kita teladani.
Salah satu hadist pun membahas tentang hal mendidik anak secara
adil, yang artinya:
“Dari Nu’man bin Basyir ra., bahwasanya Rasulullah sawbersabda, “Perdekatlah anak-anakmu, samakanlah dalam membagi hak-hak mereka,” (dan Pada riwayat lain, “Berbuat adillah terhadap anak-anakmu, berbuat adillah terhadap anak-anakmu, berbuat adillahterhadap anak-anakmu (yakni dalam pemberian).” (Muttafaq ‘alaihi) 12
Hadist tersebut mengemukakan bahwa para orangtua khususnya
diperintahkan untuk bisa menjadi orangtua yang adil kepada anaknya.
Dalam hal berbagi atapun dalam hal mendidik, orangtua harus tahu mana
12 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 111.
74
yang pantas untuk anaknya dan apakah yang akan diberikan kepada
anaknya adalah suatu yang adil, itu harus mereka perhatikan.
Selain cara mendidik anak, adapula cerita yang menarasikan cara
Buya Hamka dalam hal menjalin dan menjaga hubungan dengan istri,
yang selalu didasari dengan Al-Quran dan Al-Sunnah, seperti yang
ternarasikan dibawah ini:
“Ummi diperiksa oleh dokter. Ternyata, tensi darah Umminaik 190/100. Turun naik sampai 210/110. Dokter menyarankanUmmi harus istirahat minimal lima hari... Bagaimana bisaistirahat lima hari, sedangkan kapal yang membawa jemaah hajiakan berangkat lima hari lagi?.... Dokter melarang Ummi naikpesawat dengan keadaan tensi sangat tinggi.... satu-satunya jalankeluar adalah kami harus menempuh perjalanan darat denganmobil.... waktu tempuh dua hari dua malam.... “Ya, angku Haji,kita naik mobil saja.” Ummi langsung mengusulkan ke Ayah....kami harus melalui gurun pasir Arab yang sangat luas dengankeadaan cuaca akhir bulan Maret yang mulai panas. Ayahmenghampiri Ummi. “Bagaimana, sanggup kita naik mobil keMekkah?” tanya Ayah.... Ayah mengalah dan mengikuti keinginanUmmi.13
Susunan kalimat diatas seakan menarasikan bagaiman perhatian
dan penyayangnya beliau kepada istrinya. Di beberapa halaman lain pun,
banyak alur cerita yang menarasikan hubungan suami istri yang baik.
Seperti halnya narasi berikut:
“Dari kalimat-kalimat yang disampaikan, nampak sekalikalau Ummi tidak setuju Ayah menjadi Duta Besar. “Lebih baikmasjid di depan rumah ini saja Angku Haji kelola dengan baik.Pahalanya dapat dirasakan oleh umat dan sekaligus insya Allahdiridhai oleh Allah,” sambung Ummi dengan lembut.... Sebetulnyabisa saja Ayah langsung menolak kedua penawaran tersebut...Ayah juga sudah bisa menduga apa pendapat Ummi di rumah bilaAyah mengabarkan tentang penawaran jabatan tersebut. Bukan
13 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 134.
75
hanya cinta, tetapi Ayah sungguh sangat menghargai istri yangsangat di cintainya... Sebuah pepatah mengatakan, di balikkesuksesan laki-laki, ada perempuan hebat di belakangnya.14
Menghargai perempuan khususnya kepada istri dengan
mendengarkan pendapat-pendapatnya. Hal itu sesuai dengan apa yang
Rasulullah SAW contohkan dan perintahkan. 15 Dalam suatu hadits
mengatakan, yang artinya:
“Sebaik-baik kamu adalah yang baik dalam bermuamalah dengankeluarganya, dan saya adalah orang yang terbaik dalam bermuamalahdengan keluargaku”.16
Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa para suami hendaklah
menghargai apa yang menjadi pendapat istri-istrinya dan juga
mempertimbangkan juga apa yang menjadi pendapat istrinya tersebut,
bukan hanya terus menggunakan pendapat sendiri namun juga ikut
mempertimbangkan apa yang menjadi pendapat istri sehingga suami istri
sebaiknya bermuamalah lah dahulu sebelum memutuskan keputusan yang
menyangkut urusan rumah tangga khususnya.
Dengan berbuat baik terhadap istri, menghargainya dan
bermuamalah dengan keluarga tentu diharapkan dapat menjadi keluarga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah sehingga menghalangi para setan
untuk turut ikut campur.
14 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 201.15 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,
2000), h. 109.16 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, h. 109.
76
b. Keteladanan Dalam Agama
Selain narasi keteladanan dalam hal kekeluargaan, di dalam novel
Ayah… Irfan Hamka juga banyak memberikan narasi perilaku positif Buya
Hamka untuk para muslim di Indonesia khususnya dalam hal keagamaan
dengan menggunakan penarasian dari alur cerita Buya Hamka.
Salah satu narasinya adalah:
“Sebelum memulai kisah-kisah yang aku alami bersamaAyah, aku ingin terlebih dahulu mengajak Pembaca yang Budimanbernostalgia dengan Ayah yang sosoknya sering menjadi tempatcurahan hati dan meminta pendapat... pertama, tentang Nasihatbagi Rumah Tangga... kedua, tentang Nasihat Tetangga... Satusifat Ayah yang sangat aku kagumi, Ayah tidak pernah berpikirannegatif kepada orang lain... ketiga, tentang Nasihat untukPembohong...”. 17
Narasi di atas seakan mengartikan bahwa sebagai umat Islam ada
baiknya kita saling menasihati dalam kebaikan. Islam sangat
memperhatikan masalah thausiah (saling menasihati), Buya Hamka pun
berusaha melakukan ajaran Islam tersebut. dengan selalu memberikan
nasihat yang baik, dan berusaha memberikan solusi di setiap permasalahan
yang di curahkan tanpa berpikiran negatif terhadap salah satu pihak dan
selalu bersifat netral atau tidak memihak.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar beradadalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakanamal shalih dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dannasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-'Ashr: 1-3)
Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa sebagai umat muslim
hendaklah saling menasehati antar sesama dalam hal kebaikan.
17 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 1-9.
77
Menasehati kepada kebaikan artinya juga mengajak kepada kebaikan
sehingga apa yang dinasehatkan bisa memberikan pengaruh positif kepada
orang lain.
Memang ketiga hal yang dinasihatkan oleh Buya Hamka yang
disebutkan dalam novel Ayah… merupakan hal yang selalu ada dan terjadi
disekitar kita hingga masa kini. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits
yang membahas tentang kehidupan berumah tangga 18 dan bertetangga,
dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 34 Allah Swt berfirman, yang
artinya:
“Maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagimemelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telahmemelihara mereka.” (An-Nisa’: 34)19
Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam kesejahteraan suatu
keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah tentu suami istri haruslah
dapat bekerja sama dalam mebangun keluarga yang harmonis, bukan
hanya suami yang harus menghargai istri, akan tetapi istri pun harus bisa
menghargai dan menghormati suaminya dan dalam ayat tersebut
dijelaskan bagaimana seharusnya sikap seorang istri ketika suaminya
sedang tidak ada atau sedang pergi.
Dalam hal bertetangga, banyak hadist membahas hal tersebut,
salah satunya,
18 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 117.
19 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 85.
78
“Dari Abu Dzar ra. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,‘Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak hendaklah kamumemperbanyak kuahnya dan bagi-bagikanlah kepada tetanggamu.’” (HR.Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah) 20
Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa dalam menjalani hidup
kita tidak bisa egois, kita harus menghargai orang lain juga, khususnya
para tetangga kita yang rumahnya berdekatan, contoh kecilnya saja ketika
kita sedang memasak, tentu aroma masakan kita tercium hingga rumah-
rumah tetangga yang berdekatan, maka hargailah mereka yang ikut
mencium aroma masakan kita, perbanyaklah kuahnya, yang artinya
banyakkan lah masakannya walaupun itu hanya kuahnya sehingga kita
dapat berbagi masakan tersebut pada para tetangga.
Selain dalam bersosilisasi dengan sesama manusia, Buya Hamka
juga memiliki cara tersendiri dalam bersosialisasi dengan makhluk halus
yang sempat menggangu di rumah barunya. Hal itu ternarasikan sebagai
berikut:
“Semua yang hadir di situ terkejut, melihat kejadian anehdi mana rokok dari pipa yang masih berada di mulut Ayah,melayang-layang meninggalkan pipa… “Tidak apa-apa. Rupanyaada yang ingin berkenalan dengan saya,” kata Ayah dengan suaratenang….21 Ayah sudah tahu ada “sesuatu”.... Sesuatu itu tidakperlu ditakuti, ia hanya ingin berkenalan. Bagaimana mungkinhasil dari usaha susah payah ini akan kita tinggalkan begitu saja?Kalau perlu kita tempati rumah ini bersama-sama secara damai,Ayah menerangkan. “Besok malam kita coba menghubungipemilik bunyi sesuatu itu.”... Pukul 11 malam, Ayah dan abang-abangku sudah bersiap…. “Assalamu’alaikum, ya Abdillah, kamisengaja menunggu kehadiran Saudara untuk berkenalan.” SuaraAyah tiba-tiba terdengar menyapa…. “Mari kita diami rumah ini
20 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, h. 105.21 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 60.
79
bersama-sama, saling menghormati. Saya telah serahkankeamanan rumah dan keluarga saya kepada Allah semata-mata,tolong diamati dan diperhatikan. Setuju?” Lanjut Ayah lagi.22
Narasi tersebut memberikan arti bagaimana Buya Hamka selalu
menghargai setiap makhluk ciptaan Tuhan baik itu berupa manusia, hewan
atau bahkan jin sekalipun, dan lebih mencintai perdamaian ketimbang
permusuhan sekalipun itu dengan suatu makhluk halus yang mengganggu
rumahnya. Buya Hamka lebih senang bertindak sebagai seorang
pemberani yang juga bijak dalam menyelesaikan setiap masalah.
Rasulullah SAW pun bersabda mengenai cara menghadapi
makhluk halus/ ghaib.
“Sesungguhnya di Madinah ini terdapat golongan jin yang telahIslam. Maka apabila kamu lihat sesuatu tanda pada mereka, maka berilahamaran tiga hari. Jika ternyata kepada kamu sesudah itu, maka bunuhlahia kerana sesungguhnya dia itu syaitan.” (HR. Muslim)
Makhluk ghaib memang ada, keberadaannya pun memiliki tujuan
yang beragam, dalam Al-Qur’an pun membahas adanya keberadaan
makhluk ghaib tersebut, salah satunya,
“AI-Quran itu tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagimereka yang bertakwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib,yang mendirikan sembahyang dan menggunakan sebahagian rezeki yangKami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah:2-4)23
Makhluk ciptaan Allah Swt sangatlah beragam, apapun betuknya
hendaklah kita sebagai sesama makhluk ciptaanNya juga ikut menghargai
22 Irfan Hamka, Ayah... , h. 68-70.23 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 3.
80
makhluk lain dan tidak saling mengganggu. Seperti itulah kiranya apa
yang dijelaskan dalam ayat tersebut.
Narasi yang terdapat pada halaman lain novel Ayah… pun
menarasikan bagaimana Buya Hamka sangat menghargai dan menyayangi
setiap makhluk ciptaan Allah Swt., diantaranya,
“Si Kuning merupakan seekor kucing kesayangan Ayah....Terhadap tumbuhan dan binatang pun, Ayah membagi kasihsayangnya sebagai bahagian dari akhlak seorang muslim yangmembawa misi Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin...Di lantai tampak seekor anak kucing, masih kecil berjalanberingsut-ingsut. Anak kucing itu diraih oleh Ayah, lalu dibawamasuk ke dapur... Ayah menyuruh kami untuk memberi susu bilaanak kucing itu kelaparan lagi... Ayah marah mendengar kucingkesayangannya hilang.... Ayah sangat memperhatikan keadaan siKuning. Oleh Ayah, bekas-bekas luka di tubuh si Kuning itu di beriobat.... Ayah bila sedang menulis karangan selalu duduk di kursisambil bersila. Ketika Ayah mengetik karangan, si Kuning selalumerebahkan dirinya di atas kedua kaki Ayah yang bersila itu.24
Kalimat tersebut menarasikan, bagaimana sebagai seorang muslim,
Buya Hamka juga tidak lupa menjalankan misinya, yaitu menjadi agama
yang rahmatan lil ‘alamin. Sehingga bukan hanya kepada sesama
manusia, sesama makhluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan pun, Buya
Hamka membagi kasih sayangnya, baik dengan tidak menggangunya
ataupun merawatnya dengan penuh ikhlas.
Salah satu hadist menyebutkan perintah dimana kita juga
diperintahkan untuk menyayangi makhluk hidup.
“Para penyayang itu akan disayangi oleh Yang Maha PenyayangYang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Sayangilah olehmu sekalian makhluk
24 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 215-222.
81
yang ada di bumi, niscaya akan menyayangi kamu sekalian makhluk yangada di langit.” (HR. Abu Daud dan Tarmidzi)
Pada hadist tersebut dijelaskan bagaimana kita sebagai sesama
makhluk hidup hendaklah menyayangi makhluk hidup yang lainnya juga,
bahkan para Nabi pun menyukai dan menyayangi banyak binatang, begitu
pula dengan kita para hamba Allah Swt dinajurkan untuk bisa merawat
dan menyayangi apa yang telah Allah Swt ciptakan di bumi ini.
Dalam alur cerita lainnya, Buya Hamka ternarasikan sebagai
berikut,
“Selama aku hidup dan mengenal Ayah, baru dua kali akumelihat Ayah semarah itu. Satu kali ketika petugas sound system diMasjid Agung Kebayoran menghidupkan piringan hitam rekamanshalawat melalui menara masjid pada tengah malam. Yang kedua,malam itu di atas kapal. Lebih keras lagi sifat Ayah bila ada hal-hal yang menyalahi aturan agama, Ayah akan spontan bereaksi.Ada kalanya disampaikan secara lembut, namun tidak jarangdisampaikan secara keras.25
Saat marah, Buya Hamka selalu berusaha bijak dan tegas, terlebih
di saat kemarahan Buya Hamka berkaitan tentang aturan agama, Buya
Hamka sangatlah tegas bahkan spontan bereaksi demi menegakkan ajaran
agama yang benar.
Dalam menghadapi hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda:
"Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra. berkata, “Saya mendengarRasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang melihat kemunkaran, makahendaklah ia mencegah dengan tangannya. Apabila tidak mampu,hendaklah mencegah dengan lisannya. Apabila tidak mampu hendaklah
25 Irfan Hamka, Ayah... , h. 87.
82
mencegah dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemah iman.’” (HR.Muslim) 26
Hadist tersebut mengemukakan bahwa pentingnya kita selaku
umat muslim bersikap tegas dalam hal menegakkan ajaran agama dan
syari’at Islam. Dimana ketika ada suatu yang tak sejalan dengan syari’at
Islam maka hendaklah kita meluruskannya baik itu secara lisan, hati
bahkan maupun dengan tangan sekalipun.
Dari narasi tersebut, seakan kita juga diajak untuk dapat bertindak
dan bersikap tegas dalam hal meneggakkan ajaran dan syari’at Islam.
Selain itu Buya Hamka juga ternarasikan sebagai sosok yang juga
memiliki kedisplinan diri mengenai beribadah untuk dirinya sendiri seperti
membiasakan diri untuk terus beristiqamah dalam mengaji Al-Qur’an.
“Sampai di wisma, di muka kamar Ayah dan Ummi, akumendengar Ayah masih mengaji – kebiasaan Ayah sebelum tidur.Setelah memberi salam, aku masuk menemui Ayah dan Ummi.Ayah membaca Al-Qur’an sambil tiduran. Di sampingnya Ummisudah pulas.... Dalam hal agama, Ayah dalah orang yang sangatteguh dan istiqamah, baik kepada anaknya sendiri maupun kepadapihak lain. Ayah tak pernah goyah dalam prinsip-prinsip agama.27
Diatas, merupakan penarasian yang menggambarkan sifat teladan
beliau tentang keistiqamahannya dalam mengaji dan membaca Al-Qur’an,
juga dalam menegakkan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam agama Islam
mensyari’atkan kepada para Muslim untuk membaca Al-Qur’an dan
melakukannya sesuai kemampuan masing-masing. Allah Swt. Berfirman:
26 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 32.
27 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 130-131.
83
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab(Al-Qur’an).” (Al-Ankabut: 45)28
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah menurunkan Al-
Quran ke pada para manusia bukan hanya untuk menjadi suatu hiasan atau
pajangan di rak buku saja, melainkan bacalah dan pelajarilah apa yang
telah diwahyukan oleh Allah Swt tersebut agar kita semakin paham
dengan apa yang diwahyukan oleh Allah Swt.
Selain rajin mengaji Al-Qur’an, Buya, Hamka juga dinarasikan
sebagai sosok yang selalu mengingat Allah Swt. dimanapun berada dan
dalam keadaan apapun.
“Kami menaiki pesawat boing milik maskapai Suriah....Tiba-tiba, dari pengeras suara terdengar peringatan dalambahasa Arab dan Inggris bahwa pesawat sebentar lagi memasukidaerah kososng udara. Para penumpang di haruskan segeramemakai alat pengaman. Kemudian, udara dalam pesawat terasapanas.... Situasi saat itu sangat menakutkan.... Ayah yang dudukdisampingku memegang tanganku. “Nyawa lebih dekat dari uratnadimu, ingat Allah,” bisik Ayah padaku. “Allah, Allah, Allah,Allah.” Ayah terus melafadzkan nama Allah....29
Selalu mengingat Allah Swt. dalam keadaan apapun, terlebih
dalam keadaan yang sangat membahayakan, yang di ingat hanyalah Allah
Swt., Kuasa Allah Swt. dan Pertolongan Allah Swt. Sebagai umat Islam,
kita memang wajib selalu mengingat Allah Swt., 30 dalam firmanNya
Surat Ar-Ra’d ayat 13 pun disebutkan, yang artinya:
28 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 402.
29 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 132.30 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 270.
84
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka yang menjaditenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingatAllah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 13)31
Mengingat Allah, berdzikir kepadaNya dalam segala kondisi dan
situasi memang harus kita lakukan sebagai umat muslim. Tidak ada
yangdapat menolong hambaNya kecuali Allah Swt dalam kesulitan pun
kita harus mengingat Allah karena dengan mengingatNya hati kita akan
lebih tenteram ketika sedang menghadapi kondisi apapun. Itulah kiranya
yang disampaikan dalam ayat tersebut.
Begitu pula dalam potongan narasi di halaman lainnya. Terdapat
cerita yang menarasikan hal yang sama dan sesuai dengan ayat tersebut.
“Ayah yang sejak berangkat dari Najaf sudah asyikmengaji sontak menengok ke belakang. Lantas mengucap, “Allah,Allah”.... Mobil terasa melayang di jalan raya... Ayah terusmenyebut nama Tuhan, “Allah, Allah”. Dalam mobil, akumendengar suara kami berempat saja yang menyebut, “Allah,Allah”. Namun kemudian, lama-lama kami merasa makin banyakmendengar suara menyebut nama Allah. Di belakangku terdengarbanyak sekali yang ikut berdzikir dengan kami.... tiba-tiba anginpasir itu berhenti di tengah jalan raya.... Ketenangan Ayah danketeguhannya mengingat Allah saat menghadapi bahaya topanpasir membuat Umar pun ikut tenang dan selalu ingat Allah....“Ami, waktu Ami dzikir menyebut ‘Allah, Allah’, saya mendengardi dalam mobil ada suara dzikir ‘Allah, Allah’ dilakukan banyakorang. Suara itu menggema di dalam mobil....” Umar meneruskanungkapan perasaan hatinya.... Kutanya kepada Ayah, suara siapayang menyebut “Allah, Allah”. Ayah hanya menjawab singkat,“Syukurlah kita selamat, dan mari bersyukur kepada Allah.””32
Lagi-lagi, walaupun dalam keadaan sesulit dan sebahaya apapun,
Buya Hamka selalu mengutamakan dzikir dan terus mengingat Allah.
31 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 251.
32 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 137-140.
85
Dalam hal tersebut, lewat narasi itu, seakan Irfan Hamka ingin
menjelaskan untuk terus merasa yakin bahwa pertolongan Allah akan
datang selama kita mengingat Allah Swt. dan selalu bersyukur dengan apa
yang terjadi. Itu artinya, secara tidak langsung pula narasi tersebut
mengajak para pembacanya untuk selalu mengingat Allah dan selalu
bersyukur dalam segala keadaan, dalam ayat Al-Qur’an pun dijelaskan
mengenai rasa bersyukur. 33
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahnikmat kepadamu dan jika kamu mengingkarinya, maka sesungguhnyaadzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) 34
Terkadang ketika sedang dalam kesenangan, manusia selalu lupa
untuk bersyukur padahal dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa dengan
bersyukur maka nikmat dan rezeki kita akan bertambah. Maka dari itu
hendaklah kita selalu bersyukur dengan apapun yang kita dapat sebagai
tanda bahwa kita tidak mengingkari nikmat dari Allah Swt.
Pada bagian lain, terdapat narasi tentang semangat tinggi Buya
Hamka dalam menuntut ilmu, khususnya dalam ilmu Agama.
“Ayah dengan semangat yang luar biasa memperdalampengetahuan bahasa Arab yang hanya diketahuinya sepotong-sepotong.... Giatnya luar biasa. Di usia 15 tahun Ayah sudahberani merantau ke Tanah Jawa untuk berguru kepada pemimpinIslam yang terkenal.... sudah berani mengikuti seminar-seminarMubaligh Muhammadiyah. Kehausan Ayah akan ilmu Islam dankemampuan bahasa Arab, mendorong Ayah berangkat ke tanahsuci untuk naik haji pada usia 19 tahun dengan usaha sendiri dan
33 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 22.
34 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 257.
86
bantuan dari neneknya.... Melihat jejaknya, semenjak muda Ayahtelah condong memperdalam Islam, termasuk mempelajari IlmuTasawuf.35
Islam mengajarkan bagi umat Muslim untuk terus menuntut ilmu
setinggi-tingginya dan tak terbatas waktu. Kita diwajibkan untuk terus
menuntut ilmu bahkan haus akan ilmu merupakan hal yang baik karena
dalam menuntut ilmu kita dianjurkan untuk tidak pernah puas diri dengan
ilmu yang telah kita dapat. Bahkan banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-
hadits menerangkan perintah untuk terus menuntut ilmu. Dikatakan dalam
salah satu hadist, yang artinya:
”Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnyamenuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikatmeletakkan saya-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang(rela) dengan yang ia tuntut.” (HR. Ibnu Abdil Bar)
Menuntut ilmu merupakan suatu keharusan bagi para umat
muslim, agar para muslim juga dapat lebih memahami dengan apa yang
terjadi di dunia ini, dengan pemahaman akan ilmu yang luas maka akan
terjauh dan terhindar dari hal yang keliru maka dari itu menuntut ilmu
sangatlah penting bahkan sampai dimanapun ilmu itu berada itulah
setidaknya apa yang disampaikan dalam hadist tersebut.
Dibagian cerita lain juga, ada yang menarasikan hal yang sama,
yang menarasikan semangat Buya Hamka dalam menuntut ilmu.
“Ketika kami tinggal di daerah Kebayoran baru, disamping Masjid Al-Azhar, secara rutin Ayah mengadakanPengajian Malam Selasa, pengajian yang diselenggarakan setiapmalam selasa.... “Hamka tidak pernah melepas dzikir, mengaji,
35 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 171-172.
87
dan selalu ingat kepada Allah. Baik budinya kepada setiap orang,tanpa melihat latar belakang orang itu. Sudah pantas Hamkadilindungi Allah.36
Rutin mengaji walaupun memiliki banyak ilmu adalah suatu
kebiasaan Buya Hamka yang dapat diteladani. Mengaji baik itu untuk
berbagi ilmu atau untuk mendapatkan ilmu adalah suatu hal yang positif.
Dan tentu hal tersebut dapat kita teladani.
Adapula narasi bagaimana Buya Hamka dengan sabar menghadapi
permasalahan hidupnya.
“Masa senang bagi kami sekeluarga rupanya mendapatcobaan. Pada tahun 1964, Ayah di tahan Rezim Soekarno dengantuduhan yang mengada-ada. Atas usulan PKI, Ayah ditahanselama dua tahun empat bulan…. Oleh pemuda-pemuda PKI,seluruh novel tulisan Ayah di-beslah dari setiap took novel.Mereka mengancam para penerbitnya… Ayah baru didebaskansetelah Soekarno jatuh dan digantikan oleh Jenderal Soeharto.Buah dari kesabaran dan ketawakalan Ayah dari Allah Swt.selama di penjara adalah selesainya penulisan Tafsir Al-Azharyang sangat indah, bernas kajiannya, dan abadi sampai saat ini.37
Hal itu menarasikan bagaimana pribadi Buya Hamka yang selalu
bersikap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah dan tuduhan yang
tidak benar terhadapnya, sehingga kesabaran dan ketawakalannya berbuah
manis dengan lahirnya hasil karya masterpiece nya Buya Hamka.
Sabar dan Tawakal pun memiliki pembahasan tersendiri dalam Al-
Qur’an38 dan Hadits. Salah satunya dalam Surat Al-Baqarah ayat 250-251.
36 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 173-181.37 Irfan Hamka, Ayah... , h. 202, 210.38 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,
2000), h. 142.
88
“Wahai Rabb kami, tuangkanlah kesabaran kepada kami dankokohkanlah pendirian kami dan menangkanlah kami terhadap orang-orang kafir. Maka mereka (tentara Thalut) pun bisa mengalahkan tentaraJalut dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 250-251) 39
Pada ayat ini dijelaskan bahwa pada hakikatnya kesabaran
merupakan suatu kekuatan. Ketika kita sedang dalam masalah maka
bersabarlah, itu akan menguatkan kita dalam mengahadapi masalah
tersebut. Seperti hal nya dalam ayat tersebut, bagaimana tentara Thalut
dapat mengalahkan tentara Jalut atas izin Allah Swt dengan kesabaran
mereka.
Pada halaman sebelumnya, peneliti telah menyinggung narasi
bagaimana Buya Hamka menghargai dan menyayangi istri dan
keluarganya. Hal ini pun sama namun dengan makna yang berbeda. Di
salah satu bagian novel Ayah… Irfan Hamka juga menambahkan narasi
ketika Buya Hamka menghadapi rasa pilunya ketika ditinggal seorang istri
tercinta dengan cara khas Buya Hamka.
“Lebih dari 50 tahun Ayah dan Ummi salingmendampingi…. Setelah Ummi wafat, aku mulai merasa khawatirterhadap Ayah, karena Ayah pun mulai digerogoti diabetes…Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka laranyasepeninggalan Ummi... Bila Ayah sendiri, selalu kudengarbersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar.Menyenandung “Kaba”... “Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telahberpulu-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayahmelupakkan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatanAyah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung.Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat,Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat duarakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya
39 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 42.
89
dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepadaAllah,”... “Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihikecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubatterlebih dahulu,”... Biasanya, setiap bulan Ramadhan, Ayah biasamengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak lima kali. Setelah Ummiwafat, Ayah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6-7 kali.40
Ketika hatinya sedang sakit karena rindu, beliau selalu
mengobatinya dengan mengingat Allah dan terus istiqomah mendekatkan
diri kepada Allah Swt. apapun yang terjadi dan dalam kondisi apapun.
Bahkan ketika rasa cinta dan rindunya teramat besar kepada istrinya, ia
langsung melaksanakan shalat Taubat karena merasa bersalah dan takut
cintanya pada istrinya melebihi cintanya kepada Allah Swt.
Sesungguhnya taubat adalah kewajiban setiap Muslim karena
manusia tidak lepas dari kesalahan. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah bertaubat.”41
“… Tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan danmenjadikan iman itu indah di dalam hati kalian serta menjadikan kalianbenci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan…” (QS. Al-Hujuraat: 7) 42
Sebagai manusia tentu kita tidak pernah luput dari dosa dan
kesalahan. Ada baiknya kita juga melaksanakan shalat taubat karena
seperti apa yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa sebaik-baiknya
orang yang bersalah adalah bertaubat.
40 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 213.41 Abu Yahya badru Salam, Lc., Amalan Penebus Dosa, (Jakarta: Naashirusunnah, 2014), h.
37.42 Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2013), h.
124.
90
Sedangkan dalam ayat diatas menjelaskan mengenai makna dari
cinta, dimana narasi sebelumnya telah menceritakan bahwa bagaimana
Buya Hamka sungguh mencintai istrinya namun tidak mau cintanya
melebihi cinta kepada Tuhannya. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
suatu rasa cinta akan terasa indah apabila diiringi dengan keimanan
sehingga menjadikan cinta tersebut tidak menjadi suatu kekufuran,
kefasikkan atau kedurhakaan, maka utamakanlah cinta kepada keimanan.
Adapula narasi dimana Buya Hamka mengajarkan kebaikan
kepada anaknnya, hal itu ternarasikan pada alur cerita berikut:
“...“Ayah, apa yang mendorong semangat Ayah, sampaiAyah menjadi seperti sekarang?”… “Ayah dari kecil banyakmendapat cobaan. Pertama, kedua orangtua Ayah bercerai ketikaAyah masih memerlukan kasih sayang mereka. Kedua, Ayah yangdikenal sebagai anak laki-laki dapat disebut berwajah rupawan,tiba-tiba terserang penyakit cacar… Ketiga, banyak anak-anaksekolah untuk kelompok masyarakat kelas atas sering melecehkananak-anak Sekolah Desa dan Sekolah Agama. Keempat, Ayahsering diejek karena kemampuan bahasa Arab yang Ayah milikitidak bagus dan banyak yang salah. Kelima, Ayah ditolak jadiguru di Sekolah Muhammadiyah hanya karena Ayah tidakmemiliki diploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itusemua, Ayah bertekad untuk terus belajar dan membaca. Mungkinuntuk seumur hidup Ayah…” Ayah menuturkan alasan-alasannyapadaku.”43“Ada dasar perjuangan Ayah. Pertama, Ayah sangatmenghayati sebuah pantun yang digubah oleh Datuk PandukoAlam… pantun itu selalu membakar darah Ayah dalamperjuangan.” .“Kedua,… Ayah merasa malu tidak punya diploma.Ayah harus mengejar ketinggalan itu dengan belajar sendiri! Ayahharus berani menghadapinya.”.”Pegangan hidup Ayah yanglain… adalah… niat karena Allah harus diyakini, tidakterombang-ambing dengan niat yang lain…. Dan terakhir, janganpernah merasa takut, gentar, mudah menyerah. Harus tegas dantidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan berpikir jernih.44
43 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 238.44 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 242.
91
Banyak di beri cobaan namun tetap tegar, optimis dan semangat
juga selalu menjadikan setiap cobaan sebagai bahan bakar motivasi
kesuksesannya hingga saat ini khususnya dalam hal menuntut ilmu dan
memperdalam ajaran agama dan ilmu pengetahuan lainnya.
Narasi tersebut seakan mengajak para pembacanya untuk juga bisa
mengikuti semangat berkobar Buya Hamka dalam hal menuntut ilmu,
selalu bersikap optimis dan tidak putus asa.
“Dijelaskan dalam hadits Qudsi yang dibawakan oleh ImamAhmad dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:“Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:“Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’ala berfirman, “Aku sesuaidengan prasangka yang ada pada hamba -Ku, jika dirinya berprasangkabaik maka (balasannya) semacam itu, dan jika dirinya berprasangkaburuk (balasannya) juga serupa“. (HR Ahmad)
Hadist tersebut mengemukakan bahwa dianjurkan bagi kita
sebagai umat muslim untuk selalu berbaik sangka kepada hal apapun. Ber-
khusnuzhon atau berprasangka baik merupakan suatu hal yang dapat
mendatangkan suatu kebaikan pula. Ketika kita berpikiran baik maka
balasan dan hasilnya pun akan baik pula begitu pula sebaliknya.
Alur cerita lain menarasikan makna yang berbeda,
“Aku dan Ayah beriringan menuju masjid untukmelaksanakan shalat shubuh... Setelah selesai berjemaah, sepertibiasa, Ayah memberikan ceramah agama, memperdalamkeimanan....45 Aku bersama Ayah dan Ummi hadir juga di masjidkapal itu... Selesai shalat, kembali Ayah diminta memberikanceramah singkat.... Waktu shubuh, kembali kami berjemaahshubuh dan Ayah memberikan kuliah shubuh....46
45 Irfan Hamka, Ayah... , h. 76.46 Irfan Hamka, Ayah... , h. 83-84.
92
Potongan cerita itu menarasikan bagaimana sebagai seorang ulama
besar yang juga selalu menyempatkan diri untuk terus memberikan
ceramah Agama, memperdalam keimanan, yang beliau lakukan seusai
shalat shubuh kepada para jemaah bukan hanya di lingkungannya saja
melainkan saat dalam perjalanan pergi haji di masjid yang berada di kapal
tersebut. Hal itu ternarasikan dengan baik di beberapa potongan cerita
dalam novel kisah Buya Hamka tersebut. begitu pula dalam alur narasi
berikut.
“Malamnya, kami menghadiri acara ceramah agama yangdi adakan di aula pertemuan Wisma Indonesia. Ayah dimintasebagai penceramah tunggal oleh Dubes.... Siang keesokanharinya, pihak PPI (Perhimpunan Pemuda Indonesia) di kotaKairo mengundang Ayah memberikan kuliah umum di hadapanpara mahasiswa dan pemuda kita yang ada di kota bersejarahitu.... Selesai shalat zhuhur yang kami jamak dengan ashar....Ayah memberikan kuliah.... 47 Malamnya, seperti biasa, Ayahdiminta untuk ceramah agama. Acara itu dihadiri bukan saja olehstaf kedutaan, melainkan juga oleh masyarakat Indonesia diBaghdad dan lebih banyak lagi mahasiswa kita yang menuntutilmu di Irak.48
Selalu aktif dalam memberikan ceramah, dan selalu siap untuk
memberikan ceramah di kala ditunjuk atau dipersilahkan untuk mengisi
ceramah dimanapun dan kapanpun Buya Hamka berada, bahkan walaupun
dalam perjalanannya menuju kota suci, beliau tetap semangat dalam
ceramah dan membagi ilmu kepada para jemaah dan selalu semangat dan
istiqamah dalam menjalankan dakwah bi al-lisan nya.
47 Irfan Hamka, Ayah... , h. 118-123.48 Irfan Hamka, Ayah... , h. 132-133.
93
Metode Hikmah dan Metode Mauidzah Hasanah merupakan
beberapa metode yang terdapat dalam Ilmu Dakwah, dan Buya Hamka
dinarasikan sebagai da’i yang terkadang menggunakan keduanya.
Berdakwah melalui lisan misalnya, Al-Qur’an pun membahas akan hal
tersebut.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah danpelajaran yang baik (mau’idhah hasanah) dan bantahlah mereka dengancara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahuitentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebihmengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125)49
Banyak cara untuk menyerukan ajaran Islam kepada para muslim.
Dalam Al-Qur’an pun banyak membahas cara-cara berdakwah seperti
yang dijelaskan dalam ayat tersebut, yang menjelaskan cara berdakwah
dengan metode hikmah dan juga dengan metode mau’idhah hasanah.
Kehidupan Buya Hamka di narasikan tidak pernah jauh dengan
nilai-nilai dakwah. Bahkan Buya Hamka sendiri pun menggunakan narasi
dalam melaksanakan dakwahnya, salah satunya dakwah melalui media
tulis yang juga diceritakan dalam novel ini.
“Karya-karya Ayah tak hanya meliputi satu bidang kajiansaja… selain banyak menulis tentang ilmu-ilmu keislaman, Ayahjuga menulis tentang politik, sejarah, budaya dan sastra. Karyatulis Ayah yang fenomenal adalah…. Tafsir Al-Azhar. Sebuahkarya yang sangat dihormati oleh berbagai kalangan ilmuwan danulama sampai kebeberapa negeri jiran. Pada tanggal 8 November2011, Pemerintah Indonesia memberikan gelar PahlawanNasional kepada tujuh orang tokoh perjuangan yang dianggap
49 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 282.
94
berjasa terhadap Negara dan Bangsa Indonesia. Satu diantaranyaadalah Ayah – Buya Hamka.50
Selain berkiprah di dunia politik, budaya dan dakwah, Buya
Hamka juga berkiprah di dunia tulisan dengan puluhan bahkan ratusan
hasil karyanya. Beliau pun menggunakan karyanya sebagai media dakwah
nya lewat media tulis salah satu diantaranya yaitu karyanya yang sangat
fenomenal yaitu Tafsir Al-Azhar.
Dalam potongan narasi lainnya, Buya Hamka juga ternarasikan
sebagai sosok yang semangat dalam beribadah.
“Tiba-tiba saja Ayah jatuh rebah ke lantai… “Tensi Buyasangat rendah, …” Sebentar kemudian, kedua belah mata Ayahterbuka.... Kami tidak bisa menghalangi keinginan Ayah untukdatang ke Masjidil Haram. Tekad Ayah untuk dapat wafat dalammelakukan thawaf tetap tak terhalangi. Tanpa mempergunakantukang usung lagi.... Untung Ayah tetap hidup dan selamat.51
Thawaf memang merupakan salah satu rukun haji. Dalam narasi
yang terdapat dalam novel Ayah… merupakan narasi semangat Buya
Hamka dalam menunaikan rukun-rukun haji, walaupun memang
sebelumnya ia telah melakukan Thawaf namun sebelum meninggalkan
kota suci Makkah beliau pun tetap ingin melakukannya kembali, semangat
beribadah yang dapat juga kita contoh. Bahkan dalam salah satu hadits
mengatakan:
“Barangsiapa yang thawaf di rumah ini (ka’bah) selama seminggudan ia menghitungnya, maka pahalanya sama dengan memerdekakanseorang hamba sahaya, tidaklah ia meletakkan kakinya dan tidak jugamengangkatnya, kecuali Allah gugurkan sebuah kesalahannya dan
50 Irfan Hamka, Ayah... , h. 243-244.51 Irfan Hamka, Ayah... , h. 163-164.
95
menuliskan untuknya sebuah kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasaidan Al-Hakim) 52
Setelah ternarasikan sebagai sosok yang semangat dalam
melakukan Thawaf, dalam novel ini juga terdapat penarasian yang sama
namun dalam alur cerita yang berbeda.
“Kak Azizah menyediakan pasir tersebut atas permintaanAyah untuk tayamum…. Ayah memang telah lama mengidappenyakit Diabetes Melitus… saat itu telah terjadi komplikasi kejantung…. Pukul 4 sore kami pamik, Ayah sesak napas…menjelang magrib Ayah dinyatakan tidak sadarkan diri. Malamhari, baru Ayah membuka matanya…. Ayah kemudian memintaKak Azizah untuk membalurkan pasir untuk tayamum… “Sabarya, Bu… Serahkan semua kepada Allah,” Ayah berbisik….53 Pagiitu, kembali Ayah meminta kak Azizah untuk membantunyabertayamum. Selesai shalat dhuha, Ayah kembali tidur. Siangnyabeberapa orang dokter datang memeriksa Ayah. Dokter-dokter itutampak panik…. Kepada kami Dokter Karnen memberitahu bahwaAyah dalam keadaan koma…. Begitu alat itu dilepas, di kacamonitor detak jantung Ayah yang semula masih tampak turun naik,kemudian terlihat tinggal garis lurus saja,…. Innalillahi wa innaillaihi raaji’uun.54
Walaupun dalam keadaan kritis, kesehatannya menurun dan
tubuhnya lemah, Buya Hamka tetap memprioritaskan dirinya untuk terus
bisa beribadah pada Allah Swt. Beliau tetap sabar dan pasrah dengan
keadaan yang sedang menimpa dirinya, terus tak hentinya melakukan
ibadah bahkan hingga ajal menjemputnya, hingga hembusan nafas
terakhir.
52 Abu Yahya badru Salam, Lc., Amalan Penebus Dosa, (Jakarta: Naashirusunnah, 2014), h.107.
53 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 276.54 Irfan Hamka, Ayah... , h. 278-279.
96
c. Keteladanan Untuk Negara
Selain memberikan contoh teladan yang baik untuk keluarga dan
juga untuk agama, dalam hal menegakkan ajaran Islam, kiprahnya di
dunia kepemerintahan pun dapat diteladani.
“Pagi-pagi sekali, sehabis shalat shubuh Ayah kembalimeninggalkan kami di Tanah Bato. Sebagai seorang pimpinanFPN (Front Pertahanan Nasional) Ayah termasuk orang yangdicari Belanda untuk ditangkap... Sebagai tokoh TKR (TentaraKemanan Rakyat) dan sekaligus tokoh Front KemerdekaanSumatera Barat, dalam masa perjuangan mempertahankankemerdekaan, Ayah banyak berkeliling ke pelosok negari diSumatera Barat untuk memberikan semangat dan motivasi akanperlunya mempertahankan kemerdekaan... Tak lelah, berjalankaki, masuk hutan keluar hutan mengelilingi negari... Dua harisepulang dari sigiran, Ayah jatuh sakit. Sakit Ayah tergolong agakberat... Ayah hampir lumpuh. Sebulan lamanya Ayah terbaring ditempat tidur... setelah kesehatannya membaik... Walaupun belumsehat betul, Ayah kembali pergi melaksanakan tugas memberikanpenerangan dan semangat peerjuangan... diseluruh negeriMinangkabau dengan berjalan kaki.55
Keteladanan dalam semangat juang yang tinggi, pantang menyerah
dalam mencapai tujuan kemerdekaannya untuk membela kebenaran dan
kemerdekaan di daerahnya. Walaupun sempat jatuh sakit karena kelelahan
namun semangatnya tidak hilang dan terus berjuang kembali demi
menggapai cita-cita kemerdekaan.
“Berangkatlah baik dalam keadaan merasa ringan ataupunmerasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.At-Taubah: 41)56
55 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 17-20.56 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:
PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 195.
97
Terus berjuang dalam mempertahankan apa yang menjadi suatu
kebenaran merupakan hal yang harus dilakukan, selama masih dalam
suatu nilai kebaikan maka janganlah pernah menyerah dan terus berjuang
untuk dapat meraih keberhasilan. Berjuang pun tidak hanya bisa dengan
tenaga, namun dengan harta pun kita dapat melakukannya. 57 Selama tetap
di jalan Allah maka lakukanlah. Setidaknya itulah yang dikatakan dalam
ayat diatas.
Sosok pemaaf, juga terdeskripsikan dalam potongan narasi berikut:
“Ayah seorang yang sederhana. Salah satu akhlaknyaadalah berusaha menghindari konflik sekecil apa pun dengansiapa pun…. Ketika Ayah terpilih sebagai Ketua Umum MajelisUlama Indonesia, berbagai fitnah dilontarkan ke pribadi Ayah.Yang memfitnah bukan orang lain bagi Ayah, bisa dikatakan kenalcukup dekat…. “Hamka bukan milik umat lagi. Dia telah menjualdirinya dengan uang satu miliar untuk untuk dapat mendudukijabatan mulia itu…. Setelah tersiar berita Ayah mengambilkeputusan mundur dari Ketua Umum MUI, banyak tokoh-tokohislam mengucapkan selamat kepada Ayah atas sikap Ayah yangtegas itu. Termasuk tokoh mubaligh yang selalu menghujat Ayah.Sambil merangkul Ayah, ia meminta maaf atas sikapnya selamaini. “Tidak ada masalah. Biasa, dalam perjuangan ini kitabertemu dengan hal-hal seperti itu. Hanya bagaimana kitamenyikapinya.” Kata Ayah kepada tokoh tersebut.58
Buya Hamka sosok ulama yang pemaaf walaupun sering dihujat,
difitnah, dan disakiti pribadinya namun beliau tidak pernah merasa
dendam terhadap orang-orang yang melakukannya tersebut namun bahkan
beliau memaafkan kesalahannya dan menganggap itu semua biasa saja.
Saling memaafkan juga terdapat dalam Al-Qur’an,
57 Salim A. Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2008), h. 268.58 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 255.
98
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf,serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raf:199)59
Dalam ayat Al-Qur’an yang lain juga disebutkan, terdapat dalam
Surat Fushshilat ayat 34:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatanitu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu danantara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangatsetia.” (QS. Fushshilat: 34) 60
Di potongan cerita lain menarasikan,
“Pernah satu kali Ayah menolak undangan Menteri Agamauntuk hadir mengikuti acara di Istana dalam rangka menghormatiPaus Johanes yang tengah berkunjung ke Indonesia…“Bagaimana saya bisa bersilaturahmi dengan beliau, sedangkanumat Islam dengan berbagai cara, bujukan rayuan, beras, uang,dimurtadkan oleh perintahnya?...”… sewaktu MUI mengeluarkanfatwa haram hukumnya bagi umat Islam mengikuti perayaan Natalbersama, Pemerintah keberatan atas fatwa tersebut. karenabertentangan…. Ayah kemudian… mengundurkan diri darijabatan Ketua Umum MUI Pusat.”61
Dalam hal ini Buya Hamka ternarasikan sebagai sosok yang juga
selalu berjuang memepertahankan argumennya demi menegakkan ajaran
Islam. Salah satu hadist menyatakan,
“Dari Nabi SAW. bahwasanya beliau bersabda, “Seutama-utamanya jihad adalah berbicara keadilan di hadapan pemerintah yangmenyeleweng.” Dan pada riwayat lain, “kalimat yang haq di hadapanpemerintah yang dzalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi. Ia berkata, “Inihadis hasan.”)62
59 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an, Department Agama RI, Al-Qur’an Karim, (Semarang:PT. Karya Toha Putra, 1999), h. 177.
60 Salim A. Fillah, Agar Bidadari Cemburu Padamu, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2013), h.366.
61 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 254.62 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,
2000), h. 32.
99
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa, ketika suatu pemerintahan
mulai menyeleweng maka wajib bagi kita para muslim mencegah apa
yang seharusnya tidak terjadi. Dengan tegas kita harus melawannya
karena seutama-utamanya jihad adalah ketika kita berbicara tentang
keadilan di hadapan para pemerintahan yang dzalim.
Mungkin dalam konteks narasi dalam kisah Buya Hamka kali ini
pemerintah tidak lah menyeleweng hanya saja pemerintah ingin berusaha
menghargai tamu yang hadir ke Indonesia namun bagi Buya Hamka tamu
seperti Paus Johanes merupakan tamu yang tidak dapat ia sambut
kehadirannya.
2. Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov
Model Analisis Naratif Tzvetan Todorov membagi cerita narasi kedalam
lima struktur, diantaranya: (1) Kondisi awal, kondisi keseimbangan, keteraturan,
(2) Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan. Tindakan yang menyebabkan
gangguan keseimbangan (3) Kesadaran telah terjadi gangguan, gangguan makin
besar dan dirasakan, (4) Upaya untuk memperbaiki gangguan, (5) Pemulihan
menuju keseimbangan, menciptakan keteraturan kembali.63 Dari kelima struktur
tersebut, tidak semua cerita atau narasi memiliki lima struktur, ada yang hanya
empat bahkan tiga struktur, tergantung pencerita menuliskannya seperti apa.
Seperti halnya dalam novel ini, hanya terdapat tiga struktur, diantaranya Kondisi
63 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 46-48.
100
Awal, Gangguan, dan Pemulihan Menuju Keseimbangan dan tentu di setiap
struktur yang ada, memiliki narasi keteladanan yang ingin disampaikan kepada
para pembacanya.64
Dalam novel Ayah…, yang menjadi awalan cerita juga sekaligus sebagai
struktur awal narasi, pada bagian Keseimbangan adalah kisah dimana ayah Irfan
Hamka (penulis) memperkenalkan terlebih dahulu secara umum kepada para
pembaca, baik siapa itu Buya Hamka (tokoh Ayah dalam novel), latar
belakangnya secara garis besar, yang dimulai dengan tiga nasehat Buya Hamka
dan dari ketiga perkara yang dituliskan dalam novel itu pula, Irfan Hamka
mengajak para pembaca untuk bisa kembali mengenang kisah Buya Hamka
melalui nasihat dan menjadikan tiga perkara tersebut sebagai pembuka cerita
tentang kisah Buya Hamka yang selanjutnya. Selain itu diceritakan juga masa
kecil Irfan Hamka (penulis) sewaktu bersama ayahnya baik ketika saat ia di didik
bahkan cerita tentang kekagumannya kepada Buya Hamka yang pantang
menyerah dalam berjuang membela Negara.
Selanjutnya masih dalam struktur di bagian awal narasi, Irfan Hamka
melanjutkan cerita kepada bagian dimana Ayahnya juga memiliki pengalaman
dalam menghadapi makhluk ghaib hingga sampai bagaimana ia, ibu dan ayahnya
mendapatkan tawaran naik haji dan cerita-cerita ketika dalam perjalanan lautnya
menuju tanah suci.
64 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks BeritaMedia, h. 54-58.
101
Sedangkan dalam tahapan struktur yang selanjutnya yaitu pada bagian
Gangguan (Disruption) dimana cerita Buya Hamka khususnya dalam hal
penggambaran keteladanannya mulai mencuat dan keberadaannya lebih banyak
ketimbang di bagian awal tadi.
Dalam bagian ini baanyak kejadian-kejadian yang hebat dan juga menguji
kesabaran seorang Buya Hamka sehingga dalam menghadapi cobaannya secara
baik itulah seakan-akan penulis ingin menjelaskan suatu sikap teladan kepada
para pembaca dalam menghadapi setiap masalah dan cobaan.
Pada bagian kelima dalam novel Ayah… ini, Irfan Hamka menceritakan
kisah bagaimana sikap mereka ketika dihadang oleh badai pasir disaat mereka
melakukan perjalanan melalui padang pasir dan menghadapi angin topan gunung
pasir sehingga merekapun merasakan bagaimana seramnya saat mobil yang
mereka kendarai terkepung oleh pasir. Namun, akhirnya merekapun selamat. Lalu
dilanjutkan kepada kisah pernyataan Irfan Hamka bahwa sosok seorang Buya
Hamka adalah seorang sufi di matanya walaupun memang Buya Hamka bukanlah
seorang Sufi namun bagi Irfan Hamka (anaknya), Buya Hamka meruapakan sosok
yang dapat dipanggil sufi karena adanya berbagai kisah hidup Buya Hamka yang
mengarah kepada gaya hidup seorang sufi.
Dan selanjutnya dilanjutkan kepada fragmen yang menceritakan tentang
Buya Hamka dan istrinya, mengisahkan sebuah kesedihan dimana ayahnya harus
kehilangan istri dan Irfan Hamka dan anak-anaknya yang lain harus kehilangan
sosok seorang ibu yang biasa ia panggil Ummi. Didalam bagian ini pun banyak
penarasian keteladanan Buya Hamka dalam menegakkan keimanan, dimana
102
kesedihannya saat kehilangan istri diobati oleh dirinya sendiri dengan banyak-
banyak beribadah kepada Allah Swt.
Selain narasi kasih sayang Buya Hamka kepada istrinya, Irfan Hamka juga
ikut mencantumkan bagaimana cara Buya Hamka yang jga menyayangi kepada
makhluk ciptaan Tuhan, salah satunya kepada kucing kesayangannya yang
bernama si Kuning.
Setelah kepada struktur bagian yang bagaikan klimaks dari cerita novel ini
(walaupun sebenarnya tidak memiliki klimaks), lanjut kepada struktur narasi
berikutnya, yaitu Kondisi Keseimbangan (Kembali ke keadaan normal). Dalam
bagian ini, keadaan menjadi normal kembali bahkan seperti pada keseimbangan
awal, dimana Irfan Hamka memulai struktur narasi dibagian ini dengan
menuliskan cerita banyaknya karya-karya tulis peninggalan Buya Hamka juga
tentunya dibarengi dengan kisah hidup Buya Hamka yang melalui banyak proses
dan rintangan yang mengiringi perjalanan menuntut ilmunya, dakwahnya hingga
dengan penuh semangat Buya Hamka berhasil menuliskan ratusan karya tulis
yang fenomenal.
Lalu pada bagian akhir dari struktur narasi ini pun ditutup dengan kisah
ketika Buya Hamka meninggal dunia. Tzvetan Todorov menjelaskan semua
struktur tersebut dengan menggunakan tabel, dan berikut penjelasannya dalam
bentuk tabel.
103
Tabel 4.1
Struktur Narasi Model Analisis Naratif Tdzevetan Todorov dalam Novel
Ayah... karya Irfan Hamka
StrukturNarasi
Narasi/ Alur
Kondisi Awal,KondisiKeseimbangan,Keteraturan/Alur Awal
Sebelum memulai kisah-kisah yang aku alami bersama Ayah,aku ingin terlebih dahulu mengajak Pembaca… bernostalgiadengan Ayah... pertama, tentang Nasihat bagi RumahTangga... kedua, tentang Nasihat Tetangga... Satu sifat Ayahyang sangat aku kagumi, Ayah tidak pernah berpikiran negatifkepada orang lain... ketiga, tentang Nasihat untukPembohong...65
Sebagai tokoh TKR (Tentara Kemanan Rakyat) dan sekaligustokoh Front Kemerdekaan Sumatera Barat,… Ayah banyakberkeliling ke pelosok negari di Sumatera Barat untukmemberikan semangat dan motivasi akan perlunyamempertahankan kemerdekaan... Tak lelah, berjalan kaki,masuk hutan keluar hutan mengelilingi negari... Dua harisepulang dari sigiran, Ayah jatuh sakit. Ayah hampir lumpuh.Sebulan lamanya Ayah terbaring di tempat tidur... Walaupunbelum sehat betul, Ayah kembali pergi melaksanakan tugasmemberikan penerangan dan semangat perjuangan... diseluruhnegeri Minangkabau dengan berjalan kaki.66
kami pindah ke Jakarta… Lingkungan kami ditempati beragametnis ketururnan,… membuat jiwa tenggang rasa, solider, danpengertian yang tinggi dengan berbagai ragam suku, bangsa,dan adat kami terpupuk semenjak kami kecil… pasti Ayahpunya maksud yang mulia, mengapa memilih tempatberpenduduk majemuk seperti itu67
Pada suatu hari, selesai shalat shubuh… Ayah mengajakku kehalaman samping rumah. Tiba-tiba saja berkata padaku, kata-kata yang sudah lama ingin kudengar dari Ayah.... Berkali-kaliaku memohon diajarkan silat kepada Ayah.... Dengan lemah
65 Irfan Hamka, Ayah... , (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 1-9.66 Irfan Hamka, Ayah... , h. 17-20.67 Irfan Hamka, Ayah... , h. 35-40.
104
lembut Ayah memintaku mencontoh gerakan-gerakankakinya.... Sudah hampir sebulan, pelajaran yang kudapathanya “langkah sembilan saja”.... Selanjutnya, selama tigabulan setiap selesai shubuh aku dilatih oleh paman. Pamanhanya mengajariku cara-cara menagkis serangan, menguncidan melumpuhkan lawan.... 68 Aku agak terkejut mendengarpamanku membuka rahasia,... Ayah meminta pamanku untukmelatih jurus-jurus mempertahankan diri saja. Ayah tahu akansifatku yang mudah marah dan temperamen, jadi tidak baikditurunkan ilmu silat untuk menyerang dan berkelahi.... Akumasih ingat petuah Ayah kepadaku, orang yang disebutPendekar adalah orang yang memiliki akal yang pandai dancerdas.69
Semua yang hadir di situ terkejut,… rokok dari pipa yangmasih berada di mulut Ayah, melayang-layang meninggalkanpipa… 70 Ayah sudah tahu ada “sesuatu” di rumah yangdibangun dengan usaha susah payah ini. Sesuatu itu tidak perluditakuti, ia hanya ingin berkenalan. Bagaimana mungkin hasildari usaha susah payah ini akan kita tinggalkan begitu saja?Kalau perlu kita tempati rumah ini bersama-sama secaradamai, Ayah menerangkan…. Pukul 11 malam, Ayah danabang-abangku sudah bersiap…. “Assalamu’alaikum, yaAbdillah, kami sengaja menunggu kehadiran Saudara untukberkenalan.” Suara Ayah tiba-tiba terdengar menyapa…. “Marikita diami rumah ini bersama-sama, saling menghormati. Sayatelah serahkan keamanan rumah dan keluarga saya kepadaAllah semata-mata, tolong diamati dan diperhatikan. Setuju?”Lanjut Ayah lagi.71
PenjelasanKondisi Awal/Alur Awal
Dalam struktur narasi di bagian awal ini, terlihat jelasbagaimana Irfan Hamka ingin membawa para pembaca kepadakisah Buya Hamka semasa ia kecil dimana masih banyaksekali cerita-cerita perjuangan Buya Hamka yang Buyalakukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia jugabagaimana semangatnya Buya Hamka dalam membela tanahair Indonesia walaupun banyak halang rintang menghadang.Seperti narasi yang terlihat dalam bagian awal tersebut,mulanya pebaca diajak untuk membaca kilasan singkatmengenai Buya Hamka yang sudah mulai terkenal diseluruh
68 Irfan Hamka, Ayah... , h. 50-52.69 Irfan Hamka, Ayah... , h. 55-56.70 Irfan Hamka, Ayah... , h. 60.71 Irfan Hamka, Ayah... , h. 68-70.
105
pelosok Indonesia dengan tujuan agar para pembaca yangmasih awam dengan Buya Hamka bisa tetap paham akan alurcerita dan juga bisa tetap menikmati kisah-kisah yangdinarasikan dalam novel tersebut sehingga memudahkan parapembaca untuk memahami bagian cerita selanjutnya dimanakisah perjalanan hidup Buya Hamka dimulai.
Lanjut kepada bagian ketiga dan seterusnya, kisah BuyaHamka di ceritakan dengan baik dan masalah yangditimbulkan dalam cerita tersebut tidaklah terlalu besarsehingga membawa kondisi alur di awal cerita ini menjadi aluryang masih tenang-tenang saja dan bagian tersebut diisidengan kisah Buya Hamka dalam hal ibadah, kepribadian, dsb.
Semua yang diceritakan dalan bagian alur awal ini,seperti pengenalan mendasar mengenai siapa sosok BuyaHamka dan seperti apa keseharian dan kepribadiannya. Sepertiitulah kiranya. Dengan demikian, para pembaca tidak akandibuat pusing dengan alur ceritanya karena di bagian awalpenulis (Irfan hamka) menuliskan beberapa profil mendasarmengenai Buya Hamka lalu selanjutnya, alurnya terusdiceritakan secara bertahap dan tetap kontinuitas.
Hal itu seakan-akan membuat para pembaca melakukanpemanasan terlebih dahulu sebelum nantinya penulis novelmengajak para pembacanya untuk menikmati alur cerita yanglebih bergejolak lagi alur dan emosi dalam kisah tersebut yangtentu akan disajikan di bagian berikutnya yang masuk kedalamstruktur narasi pada bagian Gangguan terhadap keseimbangan/Alur Tengah.
Gangguan(Disruption)TerhadapKeseimbangan/Alur Tengah
Malamnya, kami menghadiri acara ceramah agama yang diadakan di aula pertemuan Wisma Indonesia. Ayah dimintasebagai penceramah tunggal oleh Dubes.... Seperti biasa,ceramah Ayah mengupas tentang mempertebal rasa keimanandan ketqwaan kepada Allah.... Siang keesokan harinya, pihakPPI (Perhimpunan Pemuda Indonesia) di kota Kairomengundang Ayah memberikan kuliah umum di hadapan paramahasiswa dan pemuda kita yang ada di kota bersejarah itu....Selesai shalat zhuhur yang kami jamak dengan ashar.... Ayahmemberikan kuliah bagaimana memupuk keimanan,silaturahmi, dan menjaga akhlak selama menuntut ilmu dinegeri orang. Dalam memberikan kuliah, Ayah pun memberikesempatan sesi tanya jawab.... Di bandara kami dijemput olehKomodor Soedjono, Duta Besar Berkuasa Penuh RI di
106
Suriah.... Ayah telah di jadwalkan memberikan ceramah agamadi malam hari.72
Ummi diperiksa oleh dokter. Ternyata, tensi darah Ummi…Turun naik... Dokter menyarankan Ummi harus istirahatminimal lima hari... Bagaimana bisa istirahat lima hari,sedangkan kapal yang membawa jemaah haji akan berangkatlima hari lagi?.... Dokter melarang Ummi naik pesawat dengankeadaan tensi sangat tinggi.... satu-satunya jalan keluar adalahkami harus menempuh perjalanan darat dengan mobil.... waktutempuh dua hari dua malam.... “Ya, angku Haji, kita naikmobil saja.” Ummi langsung mengusulkan ke Ayah.... kamiharus melalui gurun pasir Arab yang sangat luas dengankeadaan cuaca akhir bulan Maret yang mulai panas. Ayahmenghampiri Ummi. “Bagaimana, sanggup kita naik mobil keMekkah?” tanya Ayah.... Ayah mengalah dan mengikutikeinginan Ummi.73
Ayah yang sejak berangkat dari Najaf sudah asyik mengajisontak menengok ke belakang. Lantas mengucap, “Allah,Allah”.... Mobil terasa melayang di jalan raya... Ayah terusmenyebut nama Tuhan, “Allah, Allah”. Dalam mobil, akumendengar suara kami berempat saja yang menyebut, “Allah,Allah”. Namun kemudian, lama-lama kami merasa makinbanyak mendengar suara menyebut nama Allah. Di belakangkuterdengar banyak sekali yang ikut berdzikir dengan kami....tiba-tiba angin pasir itu berhenti di tengah jalan raya....Ketenangan Ayah dan keteguhannya mengingat Allah saatmenghadapi bahaya topan pasir membuat Umar pun ikuttenang dan selalu ingat Allah.... “Ami, waktu Ami dzikirmenyebut ‘Allah, Allah’, saya mendengar di dalam mobil adasuara dzikir ‘Allah, Allah’ dilakukan banyak orang. Suara itumenggema di dalam mobil....”.... Kutanya kepada Ayah, suarasiapa yang menyebut “Allah, Allah”. Ayah hanya menjawabsingkat, “Syukurlah kita selamat, dan mari bersyukur kepadaAllah.”74
Tiba-tiba saja Ayah jatuh rebah ke lantai… “Tensi Buya sangatrendah, …” Sebentar kemudian, kedua belah mata Ayahterbuka.... Kami tidak bisa menghalangi keinginan Ayah untukdatang ke Masjidil Haram. Tekad Ayah untuk dapat wafat
72 Irfan Hamka, Ayah... , h. 118-123.73 Irfan Hamka, Ayah... , h. 134.74 Irfan Hamka, Ayah... , h. 137-140.
107
dalam melakukan thawaf tetap tak terhalangi. Tanpamempergunakan tukang usung lagi.... Untung Ayah tetaphidup dan selamat.75
Dari kalimat-kalimat yang disampaikan, nampak sekali kalauUmmi tidak setuju Ayah menjadi Duta Besar. “Lebih baikmasjid di depan rumah ini saja Angku Haji kelola dengan baik.Pahalanya dapat dirasakan oleh umat dan sekaligus insya Allahdiridhai oleh Allah,” sambung Ummi dengan lembut....Sebetulnya bisa saja Ayah langsung menolak kedua penawarantersebut... Ayah juga sudah bisa menduga apa pendapat Ummidi rumah bila Ayah mengabarkan tentang penawaran jabatantersebut. Bukan hanya cinta, tetapi Ayah sungguh sangatmenghargai istri yang sangat di cintainya... Sebuah pepatahmengatakan, di balik kesuksesan laki-laki, ada perempuanhebat di belakangnya.76
Pada tahun 1964, Ayah di tahan Rezim Soekarno dengantuduhan yang mengada-ada. Atas usulan PKI, Ayah ditahanselama dua tahun empat bulan…. Oleh pemuda-pemuda PKI,seluruh novel tulisan Ayah di-beslah dari setiap toko novel.Mereka mengancam para penerbitnya… Ayah baru dibebaskansetelah Soekarno jatuh dan digantikan oleh Jenderal Soeharto.Buah dari kesabaran dan ketawakalan Ayah dari Allah Swt.selama di penjara adalah selesainya penulisan Tafsir Al-Azharyang sangat indah, bernas kajiannya, dan abadi sampai saatini.77
Lebih dari 50 tahun Ayah dan Ummi saling mendampingi….Bila Ayah sendiri, selalu kudengar bersenandung dengan suarayang hampir tidak terdengar. Menyenandung “Kaba”... “Kautahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpulu-puluh tahunlamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayah melupakkankebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayahterhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung.Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitukuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalatTaubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupayamengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayahsemata-mata kepada Allah,”... “Ayah takut, kecintaan Ayahkepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulahmengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,”... Biasanya,
75 Irfan Hamka, Ayah... , h. 163-164.76 Irfan Hamka, Ayah... , h. 201.77 Irfan Hamka, Ayah... , h. 202, 210.
108
setiap bulan Ramadhan, Ayah biasa mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak lima kali. Setelah Ummi wafat, Ayahmengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 6-7 kali.78
Si Kuning merupakan seekor kucing kesayangan Ayah....Terhadap tumbuhan dan binatang pun, Ayah membagi kasihsayangnya sebagai bahagian dari akhlak seorang muslim yangmembawa misi Islam sebagai agama yang rahmatan lil‘alamin... Di lantai tampak seekor anak kucing, masih kecilberjalan beringsut-ingsut. Anak kucing itu diraih oleh Ayah,lalu dibawa masuk ke dapur... Ayah menyuruh kami untukmemberi susu bila anak kuscing itu kelaparan lagi... Ayahmarah mendengar kucing kesayangannya hilang.... Ayahsangat memperhatikan keadaan si Kuning. Oleh Ayah, bekas-bekas luka di tubuh si Kuning itu di beri obat.... Ayah bilasedang menulis karangan selalu duduk di kursi sambil bersila.Ketika Ayah mengetik karangan, si Kuning selalu merebahkandirinya di atas kedua kaki Ayah yang bersila itu.79
PenjelasanGangguanTerhadapKeseimbangan/Alur Tengah
Pada alur tengah ini, cerita dimulai dari bagian limadimanaterjadi perjuangan hebat menghadapi bahaya yangbersangkutan dengan hidup dan mati. Dalam bagian inidiceritakan bagaimana Buya Hamka tetap tabah, sabar danistiqomah dalam menjalani ibadahnya walaupun banyak sekalirintangannya apalagi ada potongan cerita bagaimanaemngatnya Buya Hamka dalam melakukan thawaf walaupunsaat itu sedang dalam keadaan tidak sehat dan bahkan sempatpingsan.
Pada bagian alur tengah ini, terasa sekali kejadian-kejadian puncak dimana Buya Hamka haru sbanyak berjuangdan bersabar menghadapi setiap konflik dalam hidupnya.Bukan hanya saat beliau naik haji saja namun perjuangan demiperjuangan haru terus beliau lalui dengan tabah dan sabar.
Selain itu banyak juga pesan moral terdapat dalam alurtengah ini, seperti halnya bagaimana Buya Hamka sangatmenyayangi istrinya, memperhatikan kesehatan dan jugamenghargai pendapatnya. Bagaimana beliau merindukanistrinya setelah wafat dengan cara salat taubat, juga adapotongan cerita dimana Buya Hamka juga bukan hanyapenyayang terhadap sesama manusia, pada hewan sepertikucing pun beliau mencurahkan kasih sayang tulusnya dalamhal merawat dan memeliharanya.
78 Irfan Hamka, Ayah... , h. 213.79 Irfan Hamka, Ayah... , h. 215-222.
109
Pada alur tengah ini, di isi oleh banyak sekali rintangan,masalah, konflik batin, dsb. Namun juga banyak nilai-nilaiketeladanan yang patut diteladani dari apa yang dilakukanBuya Hamka dalam kisah perjalanan hidupnya tersebut.
Artinya, pada alur tengah ini penulis sengaja mengajakpara pembacanya kepada titik klimaks dimana kisah BuyaHamka yang menakjubkan banyak diceritakan di bagian alurtengah tersebut. Walaupun suatu kisah biografi memang tidakada cerita klimak tapi setidaknya pada bagian alur tengahinilah kisah Buya Hamka terasa lebih seru ketimbang dari alursebelumnya.
PemulihanMenujuKeseimbangan,MenciptakanKeteraturanKembali/ AlurAkhir
“Ayah dari kecil banyak mendapat cobaan. Pertama, keduaorangtua Ayah bercerai ketika Ayah masih memerlukan kasihsayang mereka. Kedua, Ayah yang dikenal sebagai anak laki-laki dapat disebut berwajah rupawan, tiba-tiba terserangpenyakit cacar… Ketiga, banyak anak-anak sekolah untukkelompok masyarakat kelas atas sering melecehkan anak-anakSekolah Desa dan Sekolah Agama. Keempat, Ayah seringdiejek karena kemampuan bahasa Arab yang Ayah miliki tidakbagus dan banyak yang salah. Kelima, Ayah ditolak jadi gurudi Sekolah Muhammadiyah hanya karena Ayah tidak memilikidiploma sebagai tanda tamat belajar. Oleh karena itu semua,Ayah bertekad untuk terus belajar dan membaca. Mungkinuntuk seumur hidup Ayah…” Ayah menuturkan alasan-alasannya padaku.80
“Ada dasar perjuangan Ayah. Pertama, Ayah sangatmenghayati sebuah pantun yang digubah oleh Datuk PandukoAlam… pantun itu selalu membakar darah Ayah dalamperjuangan.” .“Kedua,… Ayah merasa malu tidak punyadiploma. Ayah harus mengejar ketinggalan itu dengan belajarsendiri! Ayah harus berani menghadapinya.”.”Pegangan hidupAyah yang lain… adalah… niat karena Allah harus diyakini,tidak terombang-ambing dengan niat yang lain…. Danterakhir, jangan pernah merasa takut, gentar, mudah menyerah.Harus tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusandan berpikir jernih.81
Karya-karya Ayah tak hanya meliputi satu bidang kajian saja.Di novel misalnya; selain banyak menulis tentang ilmu-ilmukeislaman, Ayah juga menulis tentang politik, sejarah, budayadan sastra. Karya tulis Ayah yang fenomenal adalah…. Tafsir
80 Irfan Hamka, Ayah... , h. 238.81 Irfan Hamka, Ayah... , h. 242.
110
Al-Azhar. Pada tanggal 8 November 2011, PemerintahIndonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tujuhorang tokoh perjuangan yang dianggap berjasa terhadapNegara dan Bangsa Indonesia. Satu diantaranya adalah Ayah –Buya Hamka.82
Ayah seorang yang sederhana. Salah satu akhlaknya adalahberusaha menghindari konflik sekecil apa pun dengan siapapun…. Ketika Ayah terpilih sebagai Ketua Umum MajelisUlama Indonesia, berbagai fitnah dilontarkan ke pribadi Ayah.Yang memfitnah bukan orang lain bagi Ayah, bisa dikatakankenal cukup dekat…. “Hamka bukan milik umat lagi. Dia telahmenjual dirinya dengan uang satu miliar untuk untuk dapatmenduduki jabatan mulia itu…. Setelah tersiar berita Ayahmengambil keputusan mundur dari Ketua Umum MUI, banyaktokoh-tokoh islam mengucapkan selamat kepada Ayah atassikap Ayah yang tegas itu. Termasuk tokoh mubaligh yangselalu menghujat Ayah. Sambil merangkul Ayah, ia memintamaaf atas sikapnya selama ini. “Tidak ada masalah. Biasa,dalam perjuangan ini kita bertemu dengan hal-hal seperti itu.Hanya bagaimana kita menyikapinya.” Kata Ayah kepadatokoh tersebut.83
Ayah memang telah lama mengidap penyakit DiabetesMelitus… saat itu telah terjadi komplikasi ke jantung…. Ayahsesak napas… menjelang magrib Ayah dinyatakan tidaksadarkan diri. Malam hari, baru Ayah membuka matanya….Ayah kemudian meminta Kak Azizah untuk membalurkanpasir untuk tayamum… “Sabar ya, Bu… Serahkan semuakepada Allah,” Ayah berbisik…. 84 Pagi itu, kembali Ayahmeminta kak Azizah untuk membantunya bertayamum. Selesaishalat dhuha, Ayah kembali tidur. Siangnya beberapa orangdokter datang memeriksa Ayah…. Ayah dalam keadaankoma…. Begitu alat itu dilepas, detak jantung Ayah yangsemula masih tampak turun naik, kemudian terlihat tinggalgaris lurus saja,…. Innalillahi wa inna illaihi raaji’uun.85
PenjelasanPemulihanMenuju
Pada alur ini yaitu alur akhir, penulis seakan inginmengenang kembali semua karya-karya peninggalan BuyaHamka. Terdapat dua bagian dalam alur akhir ini, yaitu bagian
82 Irfan Hamka, Ayah... , h. 243-244.83 Irfan Hamka, Ayah... , h. 255.84 Irfan Hamka, Ayah... , h. 276.85 Irfan Hamka, Ayah... , h. 278-279.
111
Keseimbangan,MenciptakanKeteraturanKembali/ AlurAkhir
sembilan dan sepuluh.Pada bagian sembilan, penulis membeberkan apa saja
hasil karya Buya Hamka, selain itu juga ada narasi dimanaBuya Hamka masih kecil, saat beliau merantau, menimba ilmuke kota Mekkah, hingga saat Buya Hamka memulaiberdakwah.
Selain itu juga diceritakan bagaimana prinsip hidup BuyaHamka yang disampaikan kepada anaknya yaitu penulissendiri (Irfan Hamka). Lalu bagaimana Buya Hamkamenyejahterakan Masjid Agung Al-Azhar, bagaimanapribadiBUya Hamka yang cerdik, pemaaf, dan berjiwa besar.Juga saat-saat dimana Buya Hamka menjalani harinya bersamaorang-orang penting dan hebat seperti Soekarno, Mr. Moh.Yamin, Pramoedya Ananta Toer dan bahkan diceritakan jugabagaimana akhirnya Buya Hamka bisa menikah lagi untukyang kedua kalinya.
Berbeda pada bagian sepuluh, yang menceritakan tentangapa saja peninggalan Buya Hamka baik itu nasihatnya maupunkarya-karyanya hingga akhirnya beliau meninggal dunia padahari Jum’at, tanggal 24 Juli 1981 pada usia kurang lebih 73tahun karena sakit. Dalam bagian ini diceritakan bagaimanasaat-saat beliau sakit, seperti apa suasananya bahkanbagaimana kondisi masyarakat ketika Buya Hamka wafat.
Seakan-akan pada alur akhir ini, pembaca diajak untukikut mengenang kembali sejarah hidup Buya Hamka sebelumakhirnya cerita tentangkiprah Buya Hamka terhenti ketikabeliau tutup usia. Hingga akhirnya pada alu ini, kisahmengenai kiprah hidup Buya Hamka pun diakhiri dengankepergian Buya Hamka untuk selamanya denganmeninggalkan banyak karya.
B. Interpretasi dalam Novel Ayah...
Hasil temuan peneliti dalam novel yang peneliti ambil sebagai bahan
penelitian yaitu novel Ayah... menunjukkan bahwa kita dapat menemukan makna
dibalik suatu narasi yang rapih dan apik yang terkadang tidak disadari oleh para
pembacanya itu sendiri, baik makna itu sengaja dicantumkan oleh penulis atau
112
bahkan mungkin secara tidak sengaja karena terbawa sisi emosional penulis.
Dengan menggunakan teori naratif Walter Fisher, peneliti menemukan banyak
narasi yang menggambarkan bagaimana kisah hidup Buya Hamka yang banyak
dinarasikan sebagai sosok yang dapat kita atau para pembaca teladani.
Seperti kita lihat dalam beberapa potongan narasi yang telah dikategorikan
oleh peneliti, terdapat banyak pemaknaan keteladanan di dalam alur cerita dan
narasi yang terdapat dalam novel Ayah... tersebut. Nilai-nilai keteladanan tentu
tidak akan menyentuh hati para pembaca jika disampaikan dengan bahasa yang
kaku dan formal. Nilai-nilai keteladanan akan sampai kepada para pembacanya
dan akan mudah dipahami jika disampaikan dengan narasi yang menarik dan gaya
bahasa yang ringan juga santai sehingga pembaca seakan diberikan sebuah
dongeng seorang tokoh tanpa terasa sedang diberikan pelajaran kehidupan apalagi
merasa digurui.
Setidaknya itu membuktikan bahwa sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Walter Fisher bahwa narasi memiliki pengaruh yang lebih kuat dalam
menarik hati para pembaca, karena narasi merupakan suatu bentuk cerita dan
kebanyakan orang lebih menyukai untuk mendengarkan cerita ketimbang
mendengarkan argumen apalagi teori-teori yang formal. Itu lah salah satu alasan
mengapa buku biografi ini dijadikan novel, yaitu agar penulis dapat dengan
mudah menyerap, memahami dan menghayati setiap jalannya alur cerita dalam
narasi novel tersebut, khususnya dalam narasi keteladanan itu.
Selain itu, peneliti juga menganalisis novel biografi Ayah... ini dengan
model penelitian analisis naratif Tzvetan Todorov, dimana menurut Todorov
113
dalam setiap penulisan karya tulis tentu tidak akan terlepas dengan yang namanya
struktur narasi, yang artinya penulis itu sendiri dengan sadar atau tidak sadar akan
mengurut ceritanya ketika ia sedang menulis, dan urutan struktur-struktur narasi
itu juga dapat mempengaruhi makna di dalam narasi cerita tersebut.
Itulah mengapa banyak karya tulis yang memulai suatu tulisan dengan
beragam macam cara, ada yang secara falshback yang memulai cerita dari masa
depan lalu mundur kebelakang, adapula yang memulainya secara berurutan dari
masa lalu lanjut ke masa selanjutnya. Seperti halnya novel Ayah..., yang memulai
ceritanya ketika penulis masih kecil namun sebelum itu pembaca diajak untuk
bernostalgia sejenak dengan penyuguhan bab pertama di novel Ayah... tersebut,
agar para pembaca yang mungkin awalnya tidak mengenal sosok tokoh utama
dalam novel tersebut yaitu Buya Hamka, dapat setidaknya sedikit gambaran
tentang sosok tersebut sehingga akan paham dengan alur cerita dalam novel.
Dari situlah kita dapat memahami kenapa bab nya dibuat sedemikian rupa
dengan adanya sedikit flashback dan juga memulai cerita kembali di bab
berikutnya dengan keadaan cerita di masa yang jauh berbeda dari bab pertama,
seakan-akan memiliki dua bab awal, karena keduanya merupakan awal
penceritaan, dengan bab pertama yang merupakan pengenalan singkat tentang
Buya Hamka dan bab dua pun menjadi awal cerita dimana Irfan Hamka (penulis)
memulai kenangan indah dan berkesannya dengan Buya Hamka (sosok ayah),
yang artinnya dimulainya alur cerita dalam novel. Dengan susunan struktur narasi
seperti itu tentu akan memudahkan para pembaca dalam mengingat kembali sosok
114
Buya Hamka atau bahkan memperkenalkann sosok tersebut kepada pembaca yang
masih awam dengan sosok Buya Hamka tersebut.
Dengan hasil temuan yang dijelaskan diatas yang peneliti dapat dengan
penelitian menggunakan teori naratif Walter Fisher dan model analisis naratif
Tzvetan Todorov tersebut, kiranya sesuai dengan pernyataan dari seorang editor
penerbit yang peneliti jadikan narasumber dalam penelitian ini, yaitu bapak Iqbal
Santosa selaku editor senior Republika Penerbit. Berikut pemaparannya;
“...jadi disitu kita lebih menonjolkan kisah-kisah Buya Hamkanyatanpa di campuri oleh kisah dari pak Irfan jadi ada beberapa yang kita cutsampe 20 halaman gitu yang menurut kita tentang Irfan Hamka secarapersonal, misalnya itu dari segi susunan kita ubah gitu kan dari daftar isikan beda gitu dan ada beberapa yang kita tambahkan, misalmnya tentangnasihat ayah yang dibuku lama tidak ada pun dengan foto-foto kita lebihfokus ke Buya Hamka nya aja”86
Alasan mengapa menggunakan narasi pun beliau paparkan dalam
wawancara peneliti dengan editor senior tersebut;
“...kita melihat masyarakat sekarang itu masyarakat yang instanserba ingin mudah serba ingin cepat gitu yah, gak mau pusing-pusing jadiketika dia baca, dia ingin langsung mendapatkan sesuatu dari apa yang diabaca nah itu dia konteks masyarakat sekarang seperti itu, .... jadi sekarangitu instan dari sisi cara penyajiannya kalo dari sisi penerbit, kalo dari sisipembaca dari sisi dia menyerapnya, instan dia mendapatkannya tapi isinyaharus bagus karena kalo kontennya gak bagus mereka juga gak mau gitu,itulah pilihannya kenapa kita pakai gaya novel gitu, ini kan kisah yangakan jauh lebih enak yang jauh akan menyentuh sisi human interest nyadengan gaya novel, jadikan inspirasi itu banyak berkaitan dengan humaninterest eee… sisi kemanusiaan lah itu akan jauh lebih masuk jauh lebihtouchfull kalo dengan pendekatan narasi novel gitu...”87
86 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September2014.
87Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September2014.
115
Dari pemaparan tersebut, tergambarlah bagaimana pihak penerbit
mengedit dan merombak isi dari novel Ayah... secara detail dan fokus yang
artinya dari semua tindakan perombakan itu tentu ada maksud tertentu, salah
satunya seperti ingin mengenalkan sosok Buya Hamka kembali kepada generasi
muda yang mungkin hampir lupa dan bahkan tidak mengenal Buya Hamka.
Sehingga mereka (Republika Penerbit) menyusun isi novel Ayah... sedemikian
rupa agar terlihat menarik dan mudah untuk dipahami oleh generasi muda.
Hal itu pun sesuai dengan tujuan di terbitkannya novel Ayah... ini, berikut
pemaparannya;
“Ya itu tadi yang kembali kepada soal bahwa kita ingin kembalimemperkenalkan seorang tokoh yang eee... pernah hadir di Indonesiaeee... beliau tidak lulus satu pun pendidikan formal tapi mendapat gelardoctor Honoris Causa di 2 universitas, Universitas Al-Azhar danUniversitas Doktor Mustofo Beragama, di Universitas Al-Azhar mungkin,mungkin yah, beliaulah satu-satunya tokoh yang mendapatkan gelarbersama ayahnya di Universitas yang sama...”88
Seperti halnya temuan yang peneliti dapatkan, bahwa adanya banyak
narasi keteladanan di dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut, dan
rupanya itupun hal yang disengaja oleh pihak penerbit. Editor nya langsung yang
mengatakan demikian;
“...disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soalketeladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanyadalam membaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajarbeliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkahsendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajaritu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal
88 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September2014.
116
eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya ceritadnegan Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisamelihat teladan Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok inimenjadi teladan dotengah eee… sepinya eee… masyarakat Indonesia daritokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola, ditengah-tengah eee… sepinya kitamendaptkan tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola nah kita pingin kitapernah punya kok tokoh yang seperti ini yang berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun politisinya kankita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang eee…apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karenamereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosokBuya Hamka ini hadir menjadi panutan.”89
Keteladanan dan contoh teladan yang baik. Itulah kiranya yang ingin
novel ini sampaikan kepada para pembaca. Mereka ingin para pembaca bukan
hanya sekedar tahu tentang kisah hidup Buya Hamka yang begitu menarik juga
unik namun mereka juga ingin membuat para pembacanya terinspirasi dengan
novel biografi yang penuh dengan kisah inspiratif dari tokoh ulama besar seperti
Buya Hamka tersebut.
Sengaja menggunakan sebuah buku biografi dengan sajian buku novel.
Sehingga membuat bahasa yang digunakan dalam menarasikan karakter tokoh
Buya Hamka jadi semakin ringan dan mudah dimengerti seperti layaknya sebuah
novel.
Keteladanan atau memberikan contoh yang dapat diteladani memang
merupakan suatu cara yang tepat untuk mengarahkan masyarakat zaman sekarang
kepada hal yang baik karena dengan keteladanan, orang yang melihat atau
mengetahui suatu kisah teladan dalam sebuah novel, dengan sendirinya akan
89 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September2014.
117
sedikit tergugah dengan kisah tersebut, terlebih disampaikan dengan narasi yang
begitu rapi tentu pembaca tidak akan merasa digurui oleh sebuah novel atau oleh
seorang novelis. Mereka hanya akan menganggap bahwa tulisan itu bagus dan
menginspirasi.
Dalam novel Ayah... ini, mereka mengkategorikan keteladanan dalam tiga
keadaan, dimana ketiga hal itu membahas keseharian Buya Hamka baik di dunia
keluarga, agama juga negara yang tentunya dapat dijadikan contoh teladan bagi
para pembacanya. Dari hasil temuan, terdapat banyak sekali narasi yang
menyangkut ketiga hal tersebut dan setelah melakukan wawancara ternyata benar
adanya, bahwa ada tiga unsur penting mengenai keteladanan yang ingin penerbit
dan penulis ungkapkan di novel tersebut. Tiga hal itu pun rupanya tersimbolkan
dengan judul novel yang memiliki tiga titik di belakang judul seperti ini “Ayah...”.
Pihak penerbit pun mengiyakan hal tersebut.
“...ayah dan titiknya 3, kita berharap bahwa sosok Buya Hamka inisosok ayah bagi keluarganya, Buya Hamka ini sosok ayah bagi umatislam, Karena beliau ini adalah seorang…, Buya Hamka ini adalahseorang ayah bagi bangsa Indonesia karena beliau adalah pahlawannasional.”90
Mengajak orang lain untuk menirukan kebaikan memang banyak sekali
caranya, hanya saja kita tinggal mengembangkan cara bagaimana orang itu dapat
mengikuti apa yang kita arahkan. Cara menggurui tentu hanya beberapa orang
yang dapat menerima hal seperti itu namun jika dengan perlahan tapi pasti seperti
90 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September2014.
118
penyampaian maksud dan makna lewat sebuah narasi dalam sebuah novel maka
akan lebih efektif kiranya.
Narasi kini bukan hanya media yang digunakan untuk sekedar hiburan
berupa bacaan akan tetapi juga dapat digunakan sebagai alat komunikas antar
sesama. Seperti halnya dari penulis kepada pembaca, dimana penulis berusaha
memainkan kata selihai mungkin agar idenya dapat diterima dan dipahami oleh
para pembacanya.
Dalam novel Ayah... ini terdapat tiga kondisi dimana Buya Hamka
terdeskripsikan sebagai tokoh yang dapat kita teladani. Diantaranya keteladanan
Buya Hamka dalam keluarga, agama dan negara.
Dalam hal agama, terlihat jelas sekali bagaimana penulis terus
menonjolkan kebaikan dan semngat Buya Hamka dalam mendidik anak-anaknya.
Memberikan pengarahan yang sesuai dengan kemampuan anak juga berusaha
bijak dalam segala hal ketika menghadapi permasalahn keluarga. Kisah-kisah itu
seakan ingin mencontohkan pada para pembaca bahwa seperti inilah keluarga
Buya Hamka, dan seperti ini juga peerlakuan Buya Hamka terhadap keluarganya.
Itu untuk keluarga, berbeda dengan kisah-kisahnya dengan dunia agama,
bagaimana Buya hamka terus berjuang menegakkan syariat Islam dengan baik
dan tegas bahkan hingga akhir hayatnya. Semua itu seakan mengajak para
pembaca untuk juga meniru semangat Buya Hamka dalam beribadah kepada
Allah Swt.
Selain itu juga, tidak ketinggalan keteladanan dalam hal kenegaraan,
mengingat saat ini keadaan pemerintahan negara kita sedang mengalami banyak
119
masalah. Buya Hamka pun pernah mendapatkan masalah yang berkaitan dengan
pemerintahan, seperti halnya saat pro kontra penobatan Buya Hamka sebagai
ketua umum Majelis Ulama Indonesia sampai saat menjabat dan kembali terjadi
pro kontra mengenai fatwa yang dikeluarkan olehh beliau. Dalam banyaknya
narasi yang berkaitan Buya Hamka dengan pemerintahan, seakan-akan penulis
ingin menyampaikan bahwa kehidupan dunia politik sangatlah sulit, semua
kembali kepada kita, seperti apa kita menyikapi semua masalah yang kita hadapi.
Sehingga, pada intinya peneliti pun beranggapan, berdasarkan data-data
hasil temuan dalam melakukan penelitian novel Ayah... terdeskripsikanlah, bahwa
novel ini memang dibuat untuk dapat menginspirasi para pembacanya dengan
berbagai kisah teladan yang dapat kita tiru dikehidupan sehari-hari. Novel ini
mengajak para pembacanya bukan hanya agar mereka mengenal Buya Hamka
seperti halnya yang dilakukan buku-buku biografi lainnya, melainkan juga penulis
dan penerbit seakan-akan ingin menyampaikan nilai-nilai positif dari kisah
keteladanan Buya Hamka yang menyangkut tentang aqidah dan akhlak yang
sesuai dengan syariat Islam dalam berbagai kondisi.
Dari semua pemaparan itu, dapat kita pahami, bahwa artinya, dalam dunia
komunikasi, narasi bukanlah suatu bentuk hiburan dalam bentuk bacaan semata
akan tetapi narasi merupakan suatu alat dimana tampilannya dan penyajiannya
dapat digunakan sebagai penyampai pemikiran seorang penulis atau pihak terkait
agar apa yang ingin mereka sampaikan kepada para pembacanya dapat dengan
mudah dimengerti dan dipahami.
120
Terlebih jika menggunakan narasi dengan alur cerita yang tidak rumit dan
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dicerna oleh otak, tentu itu bisa
membuat para pembacanya semakin mudah untuk terpengaruh dengan bacaannya
atau setidaknya dapat dengan mudah menyimpulkan suatu bacaan yang terdapat
di dalam novel yang penulis itu tulis. Dengan begitu maksud dari penulisan
sebuah novel, dapat tersampaikan dengan baik kepada para pembaca yang senang
akan suatu bentuk narasi seperti halnya novel biografi, yang merupakan kisah
kehidupan nyata yang dapat kita jadikan bacaan bermanfaat sekaligus sebagai
bacaan hiburan yang ringan.
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narasi merupakan suatu upaya seseorang untuk memberitahu suatu kejadian.
Narasi adalah cara seseorang memberitahukan sebuah rentetan cerita kepada orang
lain baik secara lisan maupun melalui media tulisan, misalnya saja seperti penulis
yang ingin menyampaikan ceritanya kepada orang lain dengan cara menggunakan
sebuah tulisan berisikan cerita yang ingin disampaikan. Narasi juga dapat diartikan
sebagai cerita sedangkan makna dari cerita adalah suatu tulisan yang mempunyai
karakter, setting, waktu, masalah, mencoba memecahkan masalah dan memberikan
solusi dari masalah tersebut. Dapat kita ambil contoh yaitu cerita pendek (cerpen),
novel, cerita bersambung (cerber), dan juga tulisan dari sebuah skenario yang
digunakan sebagai bahan dalam sebuah pembuatan film.1 Begitu pula termasuk ke
dalamnya sebuah novel yang bertuliskan suatu kisah. Semua teks tersebut memiliki
struktur narasi. Artinya, semua teks ditulis dan dibuat dengan cara bercerita tertentu
dengan maksud agar dapat dipahami dan diketahui oleh khalayak khususnya para
pembaca. Seperti halnya novel biografi berjudul Ayah… karya Irfan Hamka tersebut.
Dalam sudut pandang Walter Fisher menurutnya, teori naratif merupakan
teori yang mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan
bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan
1 Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
122
perilaku kita. Orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita
ketimbang oleh suatu argumen.2
Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan awal,
pertengahan dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal apapun
dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna. Pemikiran Fisher
sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita
dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk pengaruh sosial dan
menurutnya kehidupan pun disusun dari cerita-cerita atau naratif.3
Seperti halnya narasi keteladanan yang banyak terdapat di novel biografi
Ayah… tersebut. pada hakikatnya ketika kita ingin memnuliskan dan menceritakan
suatu kisah biografi seorang sosok tentu kita dapat menyajikannya dengan gaya buku
non-fiksi seperti buku biografi ilmiah yang banyak menggunakan bahasa yang baku
dan juga formal akan tetapi berebda dengan yang disajikan oleh novel Ayah… ini,
biografi sosok Buya Hamka digambarkan dan diceritakan dengan gaya novel yang
penggunaan bahasanya merupakan bahasa yang ringan, santai dan menghibur
sehingga kisah Buya Hamka menjadi lebih menarik untuk di ceritakan dan di baca
oleh para pembacanya.
Disitu terlihat jelas bagaimana penarasian suatu kisah keteladanan Buya
Hamka sangatlah mendominasi dalam novel tersebut. sehingga terlihat adanya unsure
2 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,2008), h. 44
3 Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer, PengantarTeori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Novel 2, h. 51.
123
kesengajaan dalam penempatan narasi keteladanan yang terdapat disetiap bagian
novel yang ada 10 bagian.
Itu artinya, dengan adanya novel biografi atau suatu buku biografi yang
disajikan dengan gaya novel yang didalamnya berisikan banyak narasi keteladanan,
penulis ingin menyampaikan suatu makna keteladanan seorang sosok mengagumkan
lewat narasi yang ada didalam novel tersebut dan dalam novel tersebut Buya Hamka
lah yang menjadi sosok yang dikisahkan dalam narasi. Hal itu pun dibenarkan oleh
pernyataan editor Republika Penerbit yang juga ikut serta dalam isi dari novel
tersebut, bahwa benar adanya alasan mengapa biografi Buya Hamka disajikan dengan
gaya novel bertujuan untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan yang ada dalam sosok
ulama Indonesia dengan narasi keteladanan Buya Hamka sehingga diharapkan para
pembaca ikut menghargai sosok tersebut dan juga dapat meneladaninya dengan
cermat.
Terdapat unsur kesengajaan dimana banyak kisah keteladanan Buya Hamka
tercantum didalam novel tersebut. Dari hasil observasi, peneliti menemukan tiga
ranah khusus yang dibahas dalam novel tersebut, dan hal itu sesuai dengan hasil
wawancara peneliti dengan pihak tersebut.
Diantaranya, seperti narasi bagaimana keteladanan Buya Hamka dalam
menghadapi masalah dan berbagai macam perkara dari tiga ranah dan kondisi yang
berbeda, yaitu permasalahan Keluarga, Agama, dan Negara.
Banyak narasi yang menceritakan bagaimana Buya Hamka menghadapi
permasalahn dari tiga ranah tersebut. Sehingga membuat para pembaca terinspirasi
dengan sikap yang digunakan Buya Hamka dalam hal menghadapi permasalahan.
124
Kembali kepada narasi, seperti halnya menurut Fisher, narasi bukan hanya sekedar
alur dan plot saja, namun ada makna terkandung didalamnya. Begitu punn menurut
Todorov, dalam pemaknaan tersembunyi, ada struktur narasi yang rapi di dalamnya.
Itu artinya, penulis dan editor dari novel ini ingin sekali mengajak para
pembacanya ntuk bisa mengambil keteladanan pada diri Buya Hamka, yang dijadikan
contoh dari setiap kejadian dalam novel Ayah... tersebut.
Berikut penuturan dari pihak editor senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa:
“...disini jelas terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soalketeladanan Buya dalam hal eee... beliau eee... apa namanya kegilaanya dalammembaca gitu yah, ada banyak hal teladan soal proses belajar beliau yangpantang menyerah gitu beliau sampai belajar ke Mekkah sendiri yah beliausendiri beliau hidup disana dengan bekerja, itu belajar itu yang menjadisemangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal eee… ckk… apa namanya,pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan Soekarno, cerita denganPramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan Buya dalam halmemaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah eee… sepinyaeee… masyarakat Indonesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan idola,ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisadijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti iniyang berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanyamaupun politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee…politisi yang eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurangbagus gitu karena mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita inginkemudian sosok Buya Hamka ini hadir menjadi panutan.”4
Buya Hamka memang merupakan ulama besar Indonesia yang karya tulisnya
berhasil menyebar luas ke negeri-negeri tetangga, seperti Malaysia. Ia juga
merupakan sosok pahlawan yang ikut berjuang juga dalam masa-masa
memperebutkan kemerdekaan Indonesia sejak zaman penjajahan dahulu kala. Bahkan
4 Wawancara dengan Editor Senior Republika Penerbit, Iqbal Santosa, Jakarta 5 September 2014.
125
setelah wafat beliau mendapatkan apresiasi dari Indonesia yang dinobatkan sebagai
salah satu pahlawan Indonesia.
Banyaknya aktivitas dan kiprahnya didunia dakwah menjadikan ia contoh
yang cukup baik untuk bisa orang lain tiru. Apalagi mengenai semangat hidup dan
belajarnya yang tak pernah padam, seakan-akan mengajak kita untuk juga bisa ikut
semangat dalam mengadapi masalah dan juga kehidupan dan pantang menyerah
dalam menuntut ilmu.
Keteladanan yang hakiki tentu berasal dari Rasulullah SAW, itu menurut
ajaran Islam. Sosok teladan itu pun disebutkan dalam firman Allah Swt, yaitu:
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswahhasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikirkepada Allah dengan dzikir yang banyak”. (QS. Al-Ahzab: 21)
Namun selain dari sosok baginda Rasulullah SAW, keteladanan pun dapat
kita ambil dari umat manusia seperti orang-orang alim ulama dan sebagainya,
sepertinya yang disebutkan dalam Alquran berikut ini:
“Sesungguhnya pada diri mereka (Ibrahim dan umatnya) ada suri teladanbagi orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian (hariakhir). Dan barangsiapa yang berpaling, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi MahaTerpuji.” (QS. Al-Mumtahanah: 6)5
Sedangkan dalam model analisis naratif Tzvetan Todorov narasi itu memiliki
struktur. Model analisis ini membahas tentang cara dan struktur bercerita dan dari
suatu teks mengenai suatu peristiwa atau kejadian. Baginya analisis naratif memiliki
suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan analisis naratif kita dapat menemukan
5 Al-Ustadz Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Surakarta: Era Intermedia,2000), h. 28.
126
makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan mengetahui bagaimana nalar dan
pemikiran sari pembuat cerita ketika mengisahkan suatu kronologi kejadian atau
peristiwa.6
Terkadang para pembaca tidak terlalu memperdulikan sebuah penempatan
struktur dan susunan suatu narasi. Padahal struktur yang disusun sedemikian rupa
yang terdapat dalam alur cerita itulah yang ikut mempengaruhi makna. Seperti halnya
sstruktur narasi yang digunakan penulis dan penerbit novel Ayah… tersebut.
Pada bagian pertama atau bagian awal, penulis dengan sengaja menyajikan
suatu kisah kilas balik dimana bagian satu tersebut menceritakan tentang siapa itu
Buya Hamka, sosok seperti apa dan apa posisinya di Negara Indonesia juga apa saja
yang pernah dilakukan Buya Hamka semasa jadi sosok terkenal. Itu tentu dengan
sengaja di taruh dibagian awal denga tujuan agar para oembaca yang tadinya tidak
mengenal atau masih awam dengan sosok Buya Hamka jadi sedikit mengenalnya dan
membawa para pembaca menjadi semakin mudah dalam memahami narasi kisah
kehidupan Buya Hamka terlebih tentang keteladanannya.
Setelah bagian awal yang berisi kilasan singkat tentang Buya Hamka, barulah
di bagian kedua novel Ayah... tersebut kisah perjalanan hidup Buya Hamka dimulai.
Dengan adanya awalan cerita yang cukup membuat para pembacanya terarah dengan
sosok Buya Hamka, kini di bagian dua, para pembaca diajak untuk mengenal kisah
hidup Buya Hamka yang hampir dilupakan oleh waktu. Barulah di bagian-bagian
6 Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media,(Jakarta: Kencana, 2013), h. v .
127
selanjutnya kisah Buya Hamka mulai mengalir secara berurutan hingga beliau wafat
dan meninggalkan banyak karya.
Penggunaan struktur narasi yang rapi seperti yang dijelaskan diatas
merupakan suatu cara bagaimana penulis menyampaikan isi dan makna narasi yang
ada di dalam cerita kisah hidup Buya Hamka tersebut.
Dengan diawali bagian satu yang berisikan pengenalan mengenai sosok Buya
Hamka kepada pembacanya lalu dilanjutkan dengan bagian kedua dan seterusnya
yang berisikan pejalanan hidup Buya Hamka. Dengan struktur yang seperti itu, akan
memudahkan para pembaca yang awalnya masih awam dengan sosok Buya Hamka
jadi dapat memahami siapa dan seperti apa Buya Hamka tersebut.
Sehingga, jika para pembaca sudah dengan mudah mengenal sosok Buya
Hamka maka akan dengan mudah juga menyerap kisah Buya Hamka yang di
kisahkan dalam novel Ayah… tersebut. dengan begitu makna apa yang ingin
disampaiakn dalam novel Ayah… akan ikut menjadi mudah juga untuk didapatkan
dan dipahami oleh para pembaca itu artinya apa yang ingin dikisahkan dapat sampai
pada tujuan penulisannya.
Terlebih jika ada narasi keteladanan yang ingin disampaikan dalam novel
tersebut. tentu pemakaian struktur narasi yang rapi akan mempengaruhi makna naras
keteladanan itu juga. Sehingga para pembaca juga dapat mengambil manfaat dari
kisah yang dinarasikan khususnya dalam narasi keteladanan Buya Hamka yang
mendominasi isi dari novel Ayah… karya Irfan Hamka tersebut.
Jadi, memang benar apa yang dikatakan oleh Todorov bahwa struktur bukan
hanya susunan suatu narasi yang hanya membuat cerita menjadi rapi tapi struktur
128
juga mempengaruhi penyampaian makna tulisan kepada para pembaca dan membuat
para pembaca juga menjadi lebih paham dengan apa yang mereka baca.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap novel Ayah... karya Irfan Hamka
tersebut. Terdapat beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan khususnya
menyangkut dunia narasi, komunikasi, dakwah dan keterkaitannya dengan
keteladanan. Di zaman sekarang ini, sebaiknya para penulis memanfaatkan media
tulis khususnya narasi untuk hal-hal positif, bukan hanya untuk hiburan otak dan daya
khayal semata namun juga suatu cara dalam menyampaikan aspirasi, ide atau pola
pikirnya.
Seperti halnya novel Ayah… ini. Di lihat dari segi komunikasi, novel ini
memang menarik, karena membungkus suatu biografi menjadi seperti sebuah novel
non-fiksi dengan diisi kejadian-kejadian nyata. Irfan Hamka seakan ingin
menyampaikan pemikirannya mengenai keseharian Buya Hamka yang baik sehingga
dapat kita teladani, dan menjadikan tokoh tersebut sebagai tokoh inspirasi para
pembaca. Keteladanan Buya Hamka seakan menjadi hal penting ketika sudah
dinarasikan olehnya.
Narasi merupakan suatu rentetan cerita dimana pembacanya akan dibawa
kepada pola pikir si penulis sehingga jika bacaan tersebut dihayati maka tentu akan
memberikan suatu pengaruh terhadap pembacanya, baik itu bersifat positif maupun
negatif, karena narasi seakan mengajak para pembacanya untuk berfantasi bebas.
129
Bayangkan jika narasi digunakan bukan hanya untuk menyampaikan sebuah
kisah melainkan digunakan untuk berdakwah, tentu orang yang membaca tulisan
tersebut akan ikut terhanyut dengan alur cerita dan mengambil ilmu-ilmu dari sebuah
narasi tersebut dan si pembaca bahkan tidak akan merasa bahwa ia sedang
diceramahi, mereka hanya akan menarik kesimpulan dan pemahaman masing-maisng
dari bacaan tersebut. Sehingga bagi peneliti sebuah narasi pastinya akan memberikan
efek yag signifikan khususnya terhadap pola pikir para pembacanya.
Saran peniliti untuk para penulis, jika seorang penulis ingin menyampaikan
suatu kisah atau bahkan suatu ilmu pengajaran mengenai nilai-nilai keagamaan
kepada khalayak, namun tidak ingin bersifat menggurui, menggunakan narasi akan
menjadi salah satu cara yang efektif, tergantung bagaimana penulis itu memainkan
kata-katanya dan menarasikan pemikirannya. Seperti halnya Irfan Hamka dalam
penulisan novel berjudul Ayah... ini, ia berhasil membuat membuat tokoh Buya
Hamka jadi lebih dikenal oleh para pembacanya dengan narasi yang tersusun rapi dan
bahkan novelnya menjadi novel best seller.
Sedangkan saran untuk para pembaca, saat ini narasi memang banyak
digunakan orang-orang atau penulis untuk mengisahkan sejarah atau membuat suatu
novel biografi. Dengan adanya hal itu, membuat para pembaca dituntut untuk berpikir
lebih terbuka terhadap setiap bacaan yang kita baca, mengajak kita untuk lebih kritis
atau setidaknya lebih objektif dalam mengambil kesimpulan disetiap bacaan yang kita
baca. Karena novel kini bukan hanya bacaan untuk hiburan otak semata yang penuh
dengan daya khayal, melainkan juga sudah menjadi suatu media untuk
menyampaikan ide/ gagasan bahkan pola pikir seseorang kepada para pembacanya.
130
Sehingga para pembaca, baik dari kalangan akademisi atau orang biasa,
disarankan untuk lebih bijak dalam menyimpulkan suatu bacaan, jangan mudah
menelan mentah-mentah begitu saja penbetahuan yang didapat dari bacaan yang kita
dapat, agar kita tidak salah langkah ketika berpikir dan juga tidak mudah terpengaruh
oleh novel yang kita baca. Sehingga kita akan menjadi pembaca yang bijak dalam
mengambil ilmu dari setiap bacaan terlebih jika sudah menyangkut tentang nilai-nilai
keagamaan.
131
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Ardianto, Elvinaro; Q-Anees, Bambang. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2007.
As-Sayyid, Majdi Fathi; Misbah. Larangan Rasulullah SAW untuk Wanita. Jakarta:
Najla Press, 2005.
Bahreisj, Husein. Himpunan Fatwa. Surabaya: Al Ikhlas, 1992.
Beheshti, S.H.M. Pandangan Hidup Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1993.
Bruinesse, Martin Van. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Department Agama RI, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an. Al-Qur’an Karim.
Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1999.
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita
Media. Jakarta: Kencana, 2013.
Faizah; Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Fillah, Salim A. Agar Bidadari Cemburu Padamu. Yogyakarta: Pro-U Media, 2013.
________ . Dalam Dekapan Ukhuwah. Yogyakarta: Pro-U Media, 2012.
________ . Jalan Cinta Para Pejuang. Yogyakarta: Pro-U Media, 2008.
Hamka, Irfan. Ayah... . Jakarta: Republika Penerbit, 2013.
Hikmat, Mahi M. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
132
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Mardjoned, Ramlan. KH. Hasan Basri 70 Tahun: Fungsi Ulama dan Peranan
Masjid. Jakarta: Media Da’wah, 1990.
Masyhur, Al-Ustadz Musthafa. Teladan di Medan Dakwah. Surakarta: Era
Intermedia, 2000.
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Ed. 4, 2008.
Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press, 2010.
Qardhawi, Yusuf. Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Gema Insani, 1998.
Rohim, Masykur. The Qur’an and Hadith; Accompanied By Commentary. Bogor:
Ummul Quro Al-Islami Foundation, 2009.
Salam, Abu Yahya Badru, Lc. Amalan Penebus Dosa. Jakarta: Naashirusunnah,
2014.
Uwaidhah, Mahmud Abdul Latif. Pengemban Dakwah: Kewajiban dan Sifat-
sifatnya. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2003.
West, Richard; Turner, Lynn H.; Damayanti Maer, Maria Natalia. Pengantar Teori
Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2008.
133
Referensi Internet:
http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah,
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-buya-hamka-sastrawan-
indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Biografi
http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastra-disusun-
olehal.html
http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel
http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dan-
nonfiksi.html?m=1
http://www.goodreads.com/book/show/17983604-ayah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKIP HASIL WAWANCARA DENGAN EDITOR SENIOR
REPUBLIKA PENERBIT
Pewawancara : Suci Kusmayanti
Narasumber : Iqbal Santosa
Jabatan: Editor Senior Rapublika Penerbit
Hari/ Tanggal: Jumat, 5 September 2014
Pukul : 10.00 s/d selesai WIB
Tempat : kantor Republika Penerbit, Ragunan
1. Apa yang melatar belakangi Republika Penerbit dalam menerbitkan
buku Ayah… ini ?
Jawab:
Awalnya ingin menerbitkan kembali eee… karya-karya Hamka, 2 tahun yang lalu
lah, kita pingin misalnya menerbitkan kembali tafsir al-azhar, tasawuf modern,
gitu kan, akhirnya kita menghubungi pihak keluarga untuk mendapatkan izin
menerbitan buku-buku tersebut, dalam proses ngobrol soal keinginan kita untuk
menerbitkan kembali buku-buku Buya Hamka, salah satu putra beliau pak Irfan
Hamka ngasih naskah ini, Kisah-Kisah Abadi Bersama Ayahku Hamka
(menyebutkan judul buku sambil menunjukkan buku tersebut), jadi buku ini
ceritanya yang kita dengar belakangan dari pak Irfan waktu 100 tahun Buya
Hamka ada kepanitiaan dibentuk untuk memperingati hari itu dan eee... salah satu
acaranya mereka membuat panitia ini membuat buku Buya Hamka, nah pak Irfan
merasa ya ngapain susah-susah karna punya catatan-catatan personal, jadi sejak
kecil sejak SMP tepatnya dengan mengikuti apa yang dilakukan Buya Hamka,
pak Irfan selalu mencatat apa yang dia lihat apa yang dia rasakan terutama terkait
tentang kebersamaanya bersama Buya Hamka, nah jadi ketika di ulang tahun itu
beliau berpikir, punya catatan-catatan Buya Hamka kenapa gak dibikin buku gitu,
akhirnya berdasarkan catatan-catatan itulah pak Irfan bikin buku ini namun
ternyata entah berbagai alasan panitia tidak menerbitkan buku ini karena panitia
sudah punya yang lain, akhirnya pak Irfan eee... menemui rektor universitas
kampus muhammadiyah UHAMKA mereka mau menerbitkan dengan jumlah
yang terbatas, ketika diterbitkan responnya sangat baik tapi karena eee....
mungkin ini kampus gitu yah jadi isinya terbatas akhirnya pak Irfan menawarkan
ke kita (pihak Reublika Penerbit) lalu kita lihat, eee... dari sisi ide kita lihat buku
ini menarik isinya gitu yah karena ada 2 hal, satu, sosok Buya Hamka, kita kenal
tokoh agama yang sempurna lah kira-kira gitu yah, dia seorang ulama,
budayawan, politikus juga, pejuang, sastrawan juga gitu yah jadi beliau punya
kemampuan orasi yang sangat baik, kemampuan narasi yang baik jadi tulisan dan
lisan beliau sama-sama kuat gitu dan kita melihat bahwa generasi tahun 80 an itu
sudah tidak banyak mengenal lagi tokoh ini, mereka tidak bersentuhan, kalo
generasi 70 an itu masih dengar lah baik cerita dari orang tuanya atau dari buku,
gitu lah kita ingin kembali memperkenalkan sosok Buya Hamka pada publik gitu
bahwa kita itu pernah punya tokoh yang luar biasa gitu akhlaknya baik,
pemikirannya moderat, jernih, eee... tidak punya pretensi politik apapun gitu
banyak teladannya lah, kira-kira gitu, itu sisi pertama terus sisi kedua kita melihat
eee... apa yang telah dilakukan pak Irfan sebagai anak tentu memiliki kelebihan
gitu, ada banyak hal tentang Hamka yang tidak mungkin diketahui oleh orang luar
kecuali oleh keluarganya sendiri, ada banyak cerita tentu ini karena orang terdekat
lah gitu, akan ada banyak hal yang bisa diungkap tentang Buya Hamka, dia tahu
apa yang tiodak diketahui oleh orang banyak, di sisi yang lain juga akan ada
banyak hal yang tidak mungkin Buya Hamka mengungkapkan sendiri tentang
dirinya walaupun Buya bisa menulis, jadi itu kelebihan sisi pak Irfan gitu, dua hal
itulah yang kemudian eee... membuat kita mau menerbitkan meskipun telah
diterbitkan oleh UHAMKA.
2. Untuk pihak penerbit, berapa lama proses pembuatan buku ini ?
Jawab:
Kita membutuhkan waktu yang cukup lama, 6 bulan untuk menemukan dari sini
(menunjuk buku lama) menjadi buku itu (menunjuk buku Ayah...) jadi dari proses
penerbit, 6 bulan itu editingnya jadi bukan editing sih sebenernya mau diapainnya
gitu loh, ini mau diseperti apakan eee... ininya eee... perombakannya mau
diapakan lagi, karena kalo kita melihat dari sisi itu memiliki potensi (buku lama)
cuman kalo penyajiannya seperti ini kita ragu bahwa apa yang kita harapkan itu
bisa sampai, yang soal memeprkenalkan salah satunya misalnya yang kita lihat
disini ini antara kisah Buya dengan kisah pak Irfannya itu hampir 60:40 gitu jadi
disini masih ada kisah-kisah pak Irfannya meskipun ada kaitan dengan Buya
Hamka gitu kalo yang disitu kita hilangkan (buku Ayah...) kisah-kisah secara
personal sebagai penulis jadi disitu kita lebih menonjolkan kisah-kisah Buya
Hamkanya tanpa di campuri oleh kisah dari pak Irfan jadi ada beberapa yang kita
cut sampe 20 halaman gitu yang menurut kita tentang Irfan Hamka secara
personal, misalnya itu dari segi susunan kita ubah gitu kan dari daftar isi kan beda
gitu dan ada beberapa yang kita tambahkan, misalmnya tentang nasihat ayah yang
dibuku lama tidak ada pun dengan foto-foto kita lebih fokus ke Buya Hamkanya
aja, nah itu kita butuh . tapi dari sisi data kita harus akui bahwa kan Irfan Hamka
usianya sekarang skitar 71 waktu menulis skitar usia 68 an dari usia seperti itu
beliau masih ingat peristiwa-peritiwa ketika usianya 5 tahun. Kira-kira begitu
prosesnya.
3. Termasuk kedalam kategori jenis apa, buku Ayah… ini ?
Jawab:
Buku biografi, dengan gaya novel, kalo dalam genre buku itu kan disebutnya
memoar tapi memoarnya yang ditulis oleh orang terdekat, kategorinya memoar,
lebih tepatnya biografi hanya saja eee... penyajiannya dengan pendekatan novel.
4. Apa tujuan penerbitan buku Ayah… tersebut ?
Jawab:
Ya itu tadi yang kembali kepada soal bahwa kita ingin kembali memperkenalkan
seorang tokoh yang eee... pernah hadir di Indonesia eee... beliau tidak lulus satu
pun pendidikan formal tapi mendapat gelar doctor Honoris Causa di 2 universitas,
Universitas Al-Azhar dan Universitas Doktor Mustofo Beragama, di Universitas
Al-Azhar mungkin, mungkin yah, beliaulah satu-satunya tokoh yang
mendapatkan gelar bersama ayahnya di Universitas yang sama. Disini jelas
terlihat bagaimana kita ingin menunjukkan soal keteladanan Buya dalam hal eee...
beliau eee... apa namanya kegilaanya dalam membaca gitu yah, ada banyak hal
teladan soal proses belajar beliau yang pantang menyerah gitu beliau sampai
belajar ke Mekkah sendiri yah beliau sendiri beliau hidup disana dengan bekerja,
itu belajar itu yang menjadi semangat, trus teladan-teladan beliau yang lain soal
eee… ckk… apa namanya, pemaaf yang luar biasa gitu, misalnya cerita dnegan
Soekarno, cerita dengan Pramoedi Anantatoer jadi disitu kita bisa melihat teladan
Buya dalam hal memaafkan, jadi kita ingin sosok ini menjadi teladan dotengah
eee… sepinya eee… masyarakat Indopnesia dari tokoh-tokoh yang bisa dijadikan
idola, ditengah-tengah eee… sepinya kita mendaptkan tokoh-tokoh yang bisa
dijadikan idola nah kita pingin kita pernah punya kok tokoh yang seperti ini yang
berbeda dengan tokoh-tokoh yang sekarang gitu, banyak baik ulamanya maupun
politisinya kan kita lihat banyak ustadz yang “komersil” terus eee… politisi yang
eee… apa namanya, hubungan secara relationship nya kurang bagus gitu karena
mereka bersebrangan karna pilihan politik lah, kita ingin kemudian sosok Buya
Hamka ini hadir menjadi panutan.
5. Kenapa buku ini diterbitkan dengan gaya tutur novel ?
Jawab:
Kita ini berhadapan dengan eee… kita ini eee… jadi kita ini lebih ke konteks nya
saja gitu, dalam dunia buku itu ada istilah konten ada istilah konteks, ini
kontennya bagus nih (buku lama) tinggal konteks nya seperti apa, nah ini menurut
kita ini kehilangan konteks, konten itu kan bagaimana itu disajikan, kita melihat
masyarakat sekarang itu masyarakat yang instan serba ingin mudah serba ingin
cepat gitu yah, gak mau pusing-pusing jadi ketika dia baca, dia ingin langsung
mnendapatkan sesuatu dari apa yang dia baca nah itu dia konteks masyarakt
sekarang seperti itu, lain dengan masyarakat muslim tahun 90 an yang mau diajak
berpikir mangkanya buku-buku filsafat, buku-buku pemikiran tahun 90 an kan,
nah sekarang berbeda, sekarang masyarakatbnya masyuarakat yang instan
meskipun instan tapi tetep masyaraktsekarang butuh konten yang bagus juga, jadi
sekarang itu instan dari sisi cara penyajiannya kalo dari sisi penerbit, kalo dari sisi
pembaca dari sisi dia menyerapnya, instan dia mendapatkannya tapi isinya harus
bagus karena kalo kontennya gak bagus mereka juga gak mau gitu, itulah
pilihyannya kenapa kita pakai gaya novel gitu, ini kan kisah yang akan jauh lebih
enak yang jauh akan menyentuh sisi human interest nya dengan gaya novel,
jadikan inspirasi itu banyak berkaitan dengan human interest eee… sisi
kemanusiaan lah itu akan jauh lebih masuk jauh lebih touchfull kalo dengan
pendekatan narasi novel gitu, bahkan buku-buku non fiksi pun sekarang
menggunakan pendekatan naratif. Tapi dari sisi isi semuanya fakta, kalo novel
kan fiksi, ada juga novel yang mencampur adukkan antara fiksi dan fakta kayak
lascar pelangi gitu. Kalo ini enggak, mangkanya kita kategorikan sebagai biografi
karena semuanya fakta, novel itu hanya pendekatan kita aja, gaya tutur nya jadi
lebih ke gaya tutur novel.
6. Kenapa buku ini menggunakan judul Ayah… ? Adakah makna tiga titik
dibelakang nama Ayah… tersebut ?
Jawab:
Yaa… eee… ini dari penerbit, ayah dan titiknya 3, kita berharap bahwa sosok
Buya Hamka ini sosok ayah bagi keluarganya, Buya Hamka ini sosok ayah bagi
umat islam, Karena beliau ini adalah seorang…, Buya Hamka ini adalah seorang
ayah bagi bangsa Indonesia karena beliau adalah pahlawan nasional. Ada
maknanya jadi ayah buat keluarga, ayah buat kaum muslimin, ayah buat bangsa
Indonesia jadi kita berharap bahwa Buya ini menjadi sosok orangtua lah kira-kira
yang bisa jadi panutan bagi keluarganya, bagi umat Islam, bagi bangsa, kenapa?
Karena beliau dipanggil sehari-hari oleh anaknya ayah.
7. Dalam buku ini banyak bercerita mengenai kehidupan Buya Hamka,
sosok Buya Hamka sendiri dinarasikan seperti apa dalam buku ini ?
Jawab:
Kita pendekatan buku ini, jadi buku ini bukan buku biografi murni ya yang
menceritakan sosok Buya dari kecil sampai besar gitu eee… jadi buku ini
mencerityakan eee… jadi kayak fragmen-fragmen kehidupan Buya yang
disaksikan, yang dilihat, yang dirasakan oleh pak Irfan Hamka nah fragmen-
fragmen itu diikat oleh benang merah yang ingin menampilkan sosok Buya
sebagai seorang ayah bagi keluarganya, ayah bagi umat Islam, ayah bagi bangsa,
bagaimana peran Buya dikeluarga bagaimana peran Buya di masyarakat muslim
dan bagaimana peran Buya dalam konteks kebangsaan meskipun tentu saja itu
tadi tidak semua hak yang terkait tentang itu gitu yah, artinya ada batasan-
batasan, batasannya itu tadi, tidak disaksikan oleh Irfan Hamka gitu jadi ini yang
disaksikan oleh Irfan Hamka saja gitu, yang dilihat dan bisa ditanya juga kepada
pak Irfan bagaimana kenapa pak Irfan mesti lama, karena pak Irfan harus kroscek
ke narasumber segala macem.
8. Adakah hal yang menceritakan/ menarasikan perjuangan dakwah Buya
Hamka dalam buku tersebut ?
Jawab:
Yang dakwah… ya memang tidak secara spesifik dijelaskan bahwa gaya dakwah
Buya seperti ini tapi kan bisa dipelajari dalam “Sejenak Mengenang Ayah” itu
bisa di kaji seperti apa sih gaya Buya ketika memberikan nasihat. Karena bukan
buku yang membahas tentang khusus bahwa dakwah Buya seperti ini gitu tapi
kalo mau dilihat mau dikaji sisi dakwahnya ya sebenarnya ada meskipun tidak
secara langsung karena ini bukan buku biografi dakwah Buya bukan ini buku
kehidupan dakwah Buya nah salah satu fragmen Buya kan seoeang pendakwah
gitu. Dia mendapatkan gelar pahlawan karena dia merupakan tokoh pergerakan
gitu.
9. Apa saja nilai-nilai penting dalam kisah hidup Buya Hamka yang ada
dalam buku tersebut ?
Jawab:
Ya dari sisi eee…. Tentu ada banyak hal dari sudut pembacanya, misalnya kalo
pembacanya seorang ayah gitu yah, seorang orangtua teladannya adalah kita
memberikan pendidikan, pengasuhan, atau apapun terhadap anak kita harus
disesuaikan dengan karakter potensi yang dimiliki oleh anak itu tidak bisa sama
rata gitu keadilan orangtua terhadap anaknya itu bukan menurut pemberian yang
sama gitu tapi dilihat, diukur dengan pemberian yang sesuai dengan potensi dan
karakter yang dimiliki oleh anak gitu, misalnya itu untuk seorang ayah, untuk
seorang pendakwah ya tadi bilang, untuk seorang politisi misalnya soal eee…
bolehlah kita bersebrangan tapi ukhuwah, persodaraan harus tetep terjaga gitu
tidak ada eee tidak ada dendam bahwa mungkin dia pernah berbuat sesuatu yang
menyakitkan bahkan beliau sampai dipenjara tapi beliau tidak ada dendam dari
sisi politisi gak ada dendam jadi sebenernya ada banyak hal misalnya tadi
dendam, yang kedua soal menurut persepsi saya yah, tentang kekuatan aqidah.
10. Siapakah para pembaca yang menjadi target dari Republika Penerbit ?
Jawab:
Kita sih pengen target usia 30 - 40 an gitu, kita ingin secara usia begitulah target
mungkin eee… mahasiswa akhir gitu yah target kita sebenernya yah, professional
muda terutama eee... kelas menengah perkotaan nah dari sisi latar belakang kita
ingin menargetkan 2 kelompok. Kelompok pertama kelompok yang pernah
mengenal, pernah bertemu baik secara langsung maupun tidak langsung sama
Buya Hamka itu kelompok pertama yang ingin kita bidik yang langsung bahkan
kan Buya pernah punya kajian subuh di Al Azhar atau tidak langsung melalui
karya-karyanya gitu yang kedua kita ingin juga membidik kelompok yang belum
pernah bersentuhan belum pernah mengenal siapa itu Buya jadi 2 kelompok itu
yang kita sasar sebenernya dari sisi latar belakang dan ini tentu saja cukup
terbantu untuk membidik ini ya membidik kalangan yang kenal siapa Buya
dengan hadirnya 2 film karya yang diangkat dari novel karya Buya yang Di
Bawah Lindungan Ka’bah sama Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk.
11. Apa yang membedakan buku ini dengan buku terbitan sebelumnya yang
pernah diterbitkan oleh UHAMKA Press ?
Jawab:
Itu soal sistematika yah penyajian jadi sebenernya yang membedakan soal
penyajiannya lah itu yang membedakan, kalo kontennya sama kan narasumbernya
sama tapi penyajiannya yang berbeda.
12. Terakhir, apa harapan Republika Penerbit, setelah terbitnya buku
Ayah… ini ?
Jawab:
Ya dari sisi bukunya kita berharap bahwa Alhamdulillah bahwa buku ini sekarang
diterima oleh masyarakat dengan sangat baik gitu yah dalam industri buku saat ini
buku biografi itu termasuk buku yang kurang mendapatkan respon dari
masyarakat padahal buku tuh penting gitu yah tapi masyarakat kurang merespon
dengan baik buku-buku biografi kecuali ada beberapa salah satunya ini gitu yah
yang mendapat respon sangat baik nah kita berharap buku ini akan terus bisa
diterima bisa diwariskan sehingga teladan Buya Hamka bisa terus diwariskan
terus dipertahankan bisa dilakukan terus bisa dicontoh begitu oleh masyarakat dan
sebenarnya kita kemarin sudah senang waktu itu walaupun tertunda bahwa buku
ini akan diangkat ke film cuman sekarang masih ada masalah lagi ditunda tapi
paling tidak dari sisi konten ini udah menarik untuk diangkat ke layar lebar.
Foto bersama Narasumber sekaligus salah satu editor senior Republika
Penerbit, Irfan Hamka.
Tampilan cover depan Novel Ayah… karya Irfan Hamka
Tampilan cover belakang Novel Ayah… karya Irfan Hamka