dear mumtazah -...
TRANSCRIPT
Dear Mumtazah Kumpulan Catatan & Sajak
Penulis:
Mumtazah Bura Datu
Penata Aksara: Muhammad Zulfikar Akbar
Desain & Layout:
Ady Mulyadi
Penata Letak Muhammad Zulfikar Akbar
Ady Mulyadi
Diterbitkan melalui: Nulis Buku
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
XVI+187 halaman Cetakan Pertama, Februari 2017
“Kalian boleh maju dalam pelajaran,
mungkin mencapai deretan gelar
kesarjanaan apa saja, tapi tanpa
mencintai sastra, kalian tinggal hanya
hewan yang pandai.”
-Pramoedya Ananta Toer-
Sepatah Kata Penulis
Aduh! Saya jatuh cinta pada sastra.
Saya tidak pernah menyangka jika hobby
saya surfing di dunia cyber malah membuat
saya jatuh cinta pada rangkaian aksara.
Awalnya cuma menikmati, sekarang malah
benar-benar jatuh hati. Konon katanya,
tulisan mencerminkan kepribadian
seseorang.
Entah bagaimana kepribadianku jika
dipandang dari tulisan-tulisan sederhanaku.
yang jelas semoga kepribadianku tak
seburuk tulisanku.
Saya suka menikmati rangkaian aksara,
meski saya sendiri tidak pandai merangkai
kata. Saya tetap suka menikmati puisi,
meski saya sendiri tidak puitis. Saya tetap
suka menulis, meski tulisan saya terlalu
sederhana.
Mungkin menulis bagi sebagian orang
adalah profesi, bagi sebagian lainnya adalah
jalan hidup, namun bagi saya, menulis
adalah kebutuhan jiwa.
“Menulislah, karena siapapun kamu, tak
akan ada orang tahu, jika kamu tak
pernah menulis. Menulis bukan saja
menumpahkan ide, tetapi juga
mengabarkan kepada pembaca, bahwa di
luar sana tak selalu indah adanya, juga
tak selalu rumit. ”
Mumtazah Bura Datu
Kita ibarat tulisan yang tak
tuntas! Belum sempat menjadi
cerita, sudah robek di halaman
pertama.
Sebuah Pengantar
Berani Berkarya
Karya sastra ibarat cermin kehidupan.
Syair dan pesannya merupakan refleksi
hidup seseorang dengan berbagai
kompleksitas kehidupan di dunia.
Perasaan cinta, sedih, senang, dituangkan
dalam bentuk kata-kata yang indah dan
menyentuh hati. Apalagi, jika kata-kata
indah tersebut sesuai dengan perasaan hati.
Kalau kata anak baru gede saat ini, itu
disebut, mak jleb!
Perasaan itulah saat pertama kali saya
dimintai tolong oleh sang penulis,
Mumtazah Bura Datu untuk menjadi editor
bukunya. Sebelum menerima
permintaannya, saya pun melihat terlebih
dulu berbagai tulisan-tulisannya di dunia
maya. Baru satu tulisan saja, saya sudah
dibuat terkesima. Betapa tidak, begitu
mudahnya Datu –sapaan akrabnya-
mengekspresikan perasaan hatinya lewat
sebuah tulisan. Hal yang sebenarnya sangat
lumrah terjadi di dunia yang segala
sesuatunya diunggah lewat media sosial.
Namun yang membuatnya langka, adalah
kata demi kata tersusun dengan indah.
Tulisan-tulisan Datu sebenarnya
mengingatkan kembali pada tulisan-tulisan
saya semenjak SMP dan SMA. Namanya
beranjak gaul, saya juga sering menulis
sajak-sajak maupun kata-kata indah
tersebut.
Sayangnya, hal itu tidak beranjak lama,
karena genre saya ternyata dominan non-
fiksi, text book, dan jurnalistik. Setiap orang
memang punya pilihan genre berbeda-beda.
Dan Datu, punya selera sastra berbeda
dengan lainnya.
Butuh keberanian pula bagi Datu untuk
mempublikasikan karya-karya indahnya ini.
Dengan sedikit paksaan, akhirnya karya
indah ini bisa sampai di tangan pembaca.
Berkarya, apalagi untuk pertama kalinya
dipublikasikan, memang butuh keberanian
yang besar. Kalau tidak nekat, ya harus
dipaksa oleh orang lain.
Tapi dengan begitu, penulis akan
mendapatkan pengalaman yang besar
dalam berkarya. Dan saya jamin, pasti akan
ketagihan untuk melahirkan karya-karya
lainnya, seperti yang pernah saya rasakan
dulu.
Selamat untuk karya buku pertamanya.
Semoga pembaca juga dapat mengambil
hikmah dari kata-kata indah yang
disampaikan Datu melalui buku ini.
Selamat berselancar di dunia sastra,
Bontang, 25 Februari 2017
Muhammad Zulfikar Akbar
Penulis dan Jurnalis
“Saat senja Desember berwarna
kelabu, menutup lembar ceritaku,
yang hancur tercoret pena sendiri.”~