menjadi pustakawan sekolah yang profesional
DESCRIPTION
Artikel yang disajikan dalam Talkshow bertema Pustakawan Sekolah di Kampus FIKOM UNPAD, 8 Juni 2012TRANSCRIPT
Menjadi Pustakawan Sekolah Yang Profesional: Sebuah Refleksi1
Anggi Hafiz Al Hakam2
Pendahuluan
Perkembangan perpustakaan terutama perpustakaan seolah kini telah berkembang pesat. Hal ini sesuai dengan beragam tuntutan kebutuhan terkait pendidikan. Pendidikan dan perpustakaan adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Perpustakaan sekolah sebagai satu bagian siklik dari sistem pendidikan sekolah kini lebih dituntut untuk mengisi berbagai peran dalam proses pengajaran di sekolah.
Perpustakaan sekolah tidak lagi dipandang sebagai tempat berisi kumpulan repositori/deposit bahan pustaka dalam segala bentuk media. Perpustakaan sekolah kini ikut beradaptasi untuk saling mengisi proses pengajaran di sekolah. Bahkan, perpustakaan sekolah telah menjadi bagian integral dari suatu sistem pendidikan di sekolah.
Perkembangan yang kian pesat tersebut juga mempengaruhi kebutuhan SDM perpustakaan yang handal serta memiliki kapabilitas dan kompetensi. Tuntutan Pustakawan di zaman Web 2.0 ini lebih dinamis dibandingkan sebelumnya. Pustakawan saat ini dihadapkan pada persoalan dan tantangan yang baru. Terlebih dengan perkembangan teknologi saat ini melalui berbagai media jejaring sosial. Konektivitas bukan lagi menjadi masalah dalam dunia yang semakin global.
Bermunculannya sekolah bertaraf nasional, nasional plus, dan internasional ikut menjadikan profesi pustakawan sebagai suatu kebutuhan. Hal ini bisa dilihat dari fenomena boomingnya “Literasi Informasi” di beberapa sekolah bertaraf internasional. Bahkan kini, menjadi satu mata kuliah tersendiri di lingkungan Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan FIKOM UNPAD. Dengan adanya hal tersebut, kompetensi seorang pustakawan sekolah tidak lagi bersifat statis. Pustakawan sekolah harus memiliki kemampuan lainnya untuk secara aktif dan dinamis terlibat dalam proses belajar‐mengajar di sekolah.
Pustakawan Sekolah yang Profesional
Bila diartikan secara harfiah, pustakawan sekolah berarti seorang pustakawan yang bertugas di perpustakaan sekolah. Namun, definisi yang lebih lengkap menyatakan bahwa pustakawan sekolah adalah seseorang yang memiliki kapabilitas dan kompetensi di bidang
1 Ditulis sebagai materi Talkshow dengan judul yang sama di Kampus FIKOM UNPAD, 8 Juni 2012. 2 Mahasiswa Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan FIKOM UNPAD 2004‐2008
perpustakaan dan bertugas sebagai pustakawan di sekolah. Untuk definisi yang lebih jelas tertuang dalam Undang‐undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Profesionalitas, sebagai ukuran nilai bagi sebuah profesi diukur dari sejauh mana pelaku profesi itu menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik profesi. Nilai tersebut juga dilihat dari pengembangan keilmuan seputar bidang profesi yang dijalani itu dengan adanya lembaga/ikatan profesi. Untuk bidang perpustakaan, ada beberapa lembaga/ikatan profesi yang menaungi pustakawan dari bermacam bidang, seperti IPI, ISIPII, APISI dan lain sebagainya.
Menjadi pustakawan sekolah yang profesional tentu melibatkan beberapa aspek. Aspek‐aspek teknis seputar pengelolaan sudah jelas menjadi skill/kemampuan yang wajib dimiliki setiap pustakawan. Aspek lainnya diluar operasional perpustakaan pun tidak hanya sekedar menjadi nilai tambah. Beberapa aspek tambahan itu justru saling melengkapi dengan aspek‐aspek teknis yang utama.
Pustakawan sekolah tidak hanya dihadapkan pada permasalahan seputar nomor klasifikasi DDC dari suatu subyek ataupun masalah katalogisasi. Pustakawan sekolah saat ini harus berperan dalam proses penciptaan dan penggunaan informasi oleh murid dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di perpustakaan, baik itu cetak maupun elektronik. Seiring dengan perkembangan teknologi, pustakawan sekolah harus mampu menciptakan sistem temu‐balik informasi yang terorganisir dengan rapi untuk memenuhi kebutuhan muridnya.
Beberapa tugas utama seorang pustakawan sekolah pada umumnya adalah:
1. Analyzing school and student needs to determine appropriate informational sources
Menentukan kebutuhan murid dan sekolah terhadap sumber‐sumber informasi yang tepat. Pustakawan sekolah memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan tersebut agar informasi yang diterima guru dan murid tepat guna dan tepat sasaran.
2. Finding reliable source information and distributing it
Menemukan sumber informasi terpercaya dan menyebarkannya. Informasi yang telah dirangkum dari berbagai sumber tersebut kemudian disebarkan dengan cara diseminasi kepada pihak‐pihak yang membutuhkan.
3. Classifying information in a user‐friendly way
Mengklasifikasikan informasi dalam cara yang mudah dipahami. Pustakawan sekolah dituntut untuk mampu menyediakan akses terhadap informasi dengan cara yang mudah. Sistem klasifikasi yang telah ada (DDC, UDC, etc.) tidak mutlak harus
diterapkan. Pustakawan sekolah bisa menciptakan sendiri sistem klasifikasi yang paling mudah menurut kondisi sekolahnya.
4. Writing summaries and abstracts
Pada beberapa sekolah, pustakawannya dituntut juga untuk mampu menulis ringkasan dan abstrak dari koleksi perpustakaannya. Terutama, untuk koleksi buku dan jurnal terbaru. Hal ini biasanya terkait erat dengan promosi perpustakaan.
5. Showing students and teachers how to access information
Pustakawan sekolah harus mampu mendemonstrasikan cara mengakses informasi kepada guru dan murid. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sangat dibutuhkan dalam hal ini. Terkait dengan beberapa poin sebelumnya, pustakawan sekolah harus menemukan solusi termudah untuk mengakses suatu informasi.
6. Overseeing library management and administration
Sebagai administrator perpustakaan, seorang pustakawan sekolah juga harus memiliki kemampuan administrasi dan manajemen. Hal ini biasanya banyak terkait dengan operasional perpustakaan. Sebagai contoh, pengelolaan denda, laporan bulanan, pengaturan jam kunjungan kelas (library visit), dan ekstrakurikuler (Library Club).
7. Supervising employees and volunteers
Untuk perpustakaan sekolah yang besar dengan berbagai level/tingkatan (Kindergarten, Lower Primary, Upper Primary, Secondary) dan memiliki banyak pustakawan, biasanya dipimpin oleh seorang Kepala/Koordinator Perpustakaan. Tugasnya, membagi pekerjaan agar efektif dan efisien. Selain dituntut mampu mengelola perpustakaan, ia juga harus mampu mengendalikan dan memanage pustakawan ataupun pihak‐pihak lainnya yang berada dibawah lini koordinasinya.
8. Fundraising and public relations
Pada beberapa kesempatan, perpustakaan sekolah diberi kesempatan untuk melakukan fundraising. Biasanya, pada saat kenaikan kelas atau menjelang liburan panjang diadakan Book Fair/bursa buku bersamaan dengan pementasan seni dan musik. Kegiatan ini juga bisa dikategorikan sebagai kegiatan kehumasan bagi perpustakaan sekolah untuk mengkomunikasikan keberadaannya dengan pihak lain. Utamanya, orang tua murid dan penerbit.
9. Managing a budget
Hal yang tidak kalah penting dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah pengelolaan keuangan. Biasanya, perpustakaan diberikan anggaran tahunan untuk
menjalankan aktivitasnya. Manajemen pengelolaan keuangan yang baik dimaksudkan agar perpustakaan tetap bisa melayani subjek utamanya tanpa kehilangan inovasi. Anggaran tersebut mencakup seluruh biaya operasional perpustakaan. Termasuk didalamnya adalah biaya pengadaan koleksi. Kemampuan pustakawan sekolah untuk membaca tren bacaan sangat dibutuhkan agar pengadaan koleksi tepat sasaran dan efektif.
Seperti telah disinggung diatas, selain kemampuan teknis operasional perpustakaan, pustakawan sekolah harus mampu melengkapi dirinya dengan beberapa kemampuan lain diluar bidang profesinya. Soft skill sangat dibutuhkan dalam lingkungan sekolah yang dinamis dimana interaksi antara staf, guru, murid, dan orang tua murid tidak bisa dihindari. Pun, ketika perpustakaan sekolah harus mengadakan program‐program untuk melibatkan murid secara aktif. Pemanfaatan teknologi informasi yang telah meluas sedemikian rupa menuntut pustakawan sekolah untuk menguasainya.
Konklusi
Menjadi seorang pustakawan sekolah yang profesional tidak selalu berarti kompeten dan capable di bidang pekerjaannya saja. Nilai‐nilai individu lainnya yang saling terkait membutuhkan kemampuan tambahan. Pustakawan sekolah sebagai individu yang berada di tengah suatu lingkungan pendidikan harus melengkapi dirinya dengan kemampuan lainnya yang tidak kalah penting dengan kompetensi dan kapabilitasnya sebagai seorang pustakawan.
Pustakawan sekolah sebagai figur di sekolah harus mampu menjadi teladan bagi muridnya dengan menyediakan akses yang sebesar‐besarnya untuk kepentingan belajar‐mengajar. Relasi interpersonal dengan pihak‐pihak lain (staf, guru, orang tua murid, penerbit/supplier) juga mutlak diperlukan dalam membangun sinergi.
Catatan Pribadi
Bagi mahasiswa JIIP, adalah suatu tantangan untuk menjadi seorang pustakawan profesional sesuai dengan bidang minat masing‐masing. Bekal yang diberikan semasa kuliah sudah lebih adaptif dengan kebutuhan saat ini. Tinggal bagaimana menemukan passion yang tepat dalam mewarnai aktivitas berkarya. Melengkapi diri dengan berbagai kemampuan dan kompetensi lain diluar bidang utama sudah menjadi suatu keharusan dalam dunia yang semakin berkembang.