meningitis psik apk 2014 untan
DESCRIPTION
PBL Sistem NeurobehaviourTRANSCRIPT
PBL MENINGITIS
SISTEM NEUROBEHAVIOUR
MUTHIA NANDA S (I1032141001) NUR INDAH WAHYUNI (I1032141016)
ADE C Z (I1032141002) LILY SEFTIANY (I1032141021)
SISKA PUTRI U (I1032141007) SYAHRONI (I1032141023)
AVELINTINA B C (I1032141008) DEVILIANI (I1032141026)
AULIA SAFITRI (I1032141010) IQBAL HAMBALI (I1032141032)
YOSSY C E (I1032141011) ILHAM PARID (I1032141039)
JANSSEN P (I1032141013) RIMA PUTRI ANI (I1032141043)
MAKHYAROTIL A (I1032141015)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2015
KASUS
Seorang klien laki-laki berusia 50 tahun dirawat di unit saraf Rumah Sakit Happy
karena mengalami infeksi akut pada otaknya. Ia telah dirawat selama dua hari. Sehari
sebelumnya ia dirawat intensif selama 24 jam di ruang ICU. Menurut data pengkajian enam
bulan lalu klien mengalami fraktur basis cranial dan berhasil sembuh satu bulan kemudian.
Namun setelah itu klien sekitar dua kali mengalami otitismedia atau infeksi pada telinga dan
pengobatan tidak tuntas. Kira-kira seminggu yang lalu klien mulai mengalami febris dengan
suhu terus meningkat mulai dari 38,8oC hingga 40
oC hingga mengalami kaku leher dan
kejang barulah keluarga membawa klien ke Rumah Sakit Happy. Saat ini klien telah
melewati fase kritis namun sangat beresiko kembali pada kondisi kritis. Saat ini tanda vital
klien adalah suhu 39,7oC, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 95x/menit, RR 30x/menit, GCS
11 dengan episode derilium. Hasil pengkajian perawat juga ditemukan adanya kaku kuduk,
kernig positif, brudzinski positif dan fotophobia. Perawat mengkhawatirkan kejang berulang
dan resiko PTIK. Hasil pemeriksaan diagnostik lumbal pungsi menunjukkan kekeruhan
cairan serebrospinal, protein meningkat, sel darah putih meningkat. Hasil pemeriksaan
mikroba ditemukan adanya infeksi Streptococcus Pneumonia. CT-Scan menunjukkan adanya
edema da sedikit pus pada meningen dan jaringan otak klien. Perawat perlu mengkaji lebi
lanjut fisik klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah
komplikasi dan memperbaiki kondisi klien.
Step 1 Identifikasi Terminology
1. Febris : Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior (Isselbacher. 1999 ).
2. Fotophobia : Respon nyeri terhadap cahaya yang diakibatkan iritasi saraf-saraf kranialis.
3. Streptococcus Pneumonia : Streptococcus pneumonia adalah sel gram positif berbentuk
bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek.
Merupakan penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat
menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan proses
infeksi lainnya.
4. Fraktur basis cranial : Fraktur basis cranii/Basilar Skull Fracture (BSF) merupakan fraktur
akibat benturan langsung pada daerah daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid,
supraorbita
5. Derilium : Adalah gangguan fungsi otak yang menyebabkan kebingungan dan perubahan
dalam kewaspadaan, perhatian, pikiran dan penalaran, ingatan, emosi, pola tidur dan
koordinasi. Gejala-gejalanya dapat dimulai tiba-tiba dan disebabkan beberapa jenis
masalah medis. (Kamus Kesehatan)
6. Ototismedia :Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea)
tersebut lebih dari dua bulan, baik terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau nanah
Step 2 Identifikasi masalah atau pertanyaan kritis
1. Apa definisi meningitis ?
2. Bagaimana patofisiologi meningitis?
3. Apa etiologi dari penyakit meningitis?
4. Apa saja jenis-jenis meningitis?
5. Apa saja faktor risiko terjadi meningitis?
6. Apakah meningitis dapat menular?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?
8. Apakah berbahaya jika pada pemeriksaan pungsi lumbal ditemukan adanya peningkatan
protein?
9. Apa saja komplikasi dari penyakit meningitis?
10. Apa pencegahan agar tidak terkena meningitis?
11. Asuhan keperawatan apa yang dapat diberikan kepada klien meningitis?
Step 3 Identifikasi penyebab masalah atau jawaban dari pertanyaan
1. Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003)
2. Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan
tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak,
misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan
Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak,
Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman
bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.
Invasi kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia
dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi;
dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke
dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan
fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat
menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron.
Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen menyebabkan
kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
3. Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan protozoa.
Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan
dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.
Pada neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria
monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae,
Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh
Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus, dan
pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus,
Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria. Penyebab meningitis serosa yang paling banyak
ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus
mempunyai prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.
Penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus,
dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus jarang
menjadi penyebab meningitis aseptik(viral)
4. Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan
jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab
yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta
atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat
berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
5. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko MB di antaranya adalah status
immunocompromised (infeksi human immunodeficiency virus, kanker, dalam terapi obat
imunosupresan, dan splenektomi), trauma tembus kranial, fraktur basis kranium, infeksi
telinga, infeksi sinus nasalis, infeksi paru, infeksi gigi, adanya benda asing di dalam
sistem saraf pusat (contoh: ventriculoperitoneal shunt), dan penyakit kronik (gagal
jantung kongestif, diabetes, penyalahgunaan alkohol, dan sirosis hepatik.
6. Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis
berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat
berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara
tersebut. (Anonim.2007)
7. Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda
Kernig’s dan Brudzinky positif. (Harsono., 2003) Meningitis ditandai dengan adanya
gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit
penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan oleh
Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh
pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala
yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler padapalatum,
uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah,
demam, kaku leher, dan nyeri punggung. Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala
gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi
secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan
fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan
penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat
akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri
punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
8. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-). Pada Meningitis Purulenta terdapat
tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
9. Komplikasi yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen
dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal,
hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya
(infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis,
epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai
komplikasi dari meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran
nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena
komplikasi dari nervous system.
10. Pencegahan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
a. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup
sehat. Selain itu dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis pada bayi
agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti
Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7),
Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik seperti fisioterapi dan rehabilitasi yang
mencegah kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan
akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk
mengalami dampak neurologis jangka panjang
11. Pengkajian
1. Riwayat :
Gambaran gejala yang dialami saat ini, kapan mulai, gejala menurun/meningkat,
bagaimana mengatasinya
Riwayat penyakit masa lalu: Penyakit pernafasan, trauma kepala/fraktur, infeksi
sinus, hidung,telinga, penyakit jantung, DM,Ca, pembedahan, bedah
syaraf/telingga
2. Pengkajian fisik
Manifestasi klinis
Tingkat kesadaran, Orientasi
Reaksi pupil dan pergerakan mata
Respon motorik
Tanda awal : Lethargi, perubahan memori, gangguan perhatian, perubahan tingkah
laku (kepribadian)
Tanda penyakit lanjut: Stupor, nyeri kepala berat, nyeri otot, pupil reaktif terhadap
cahaya (photo phobia), Nistagmus, Disfungsi syaraf III,IV,VI,VII,VIII
Hemiparesis, hemaplegia, tonus otot menurun
Kaku kuduk, kernig’s, Bruzinski, nyeri kepala
Nausea, muntah, panas, Tachicardia
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d peningkatan ICP/edema otak.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d iritasi meningeal
3. Hiperthermia b.d proses infeksi dan edema cerebral
4. Resti defisit volume cairan b.d meningkatnya temperatur, menurunnya intake
cairan
5. Resti defisit nutrisi b.d peningkatan metabolisme, intake nutrisi tidak adekuat
6. Gangguan orientasi b.d defisit neurologis
7. Defisit ADL b.d kelemahan
Intervensi
1. Menurunkan panas:
Kompres dingin
Monitor temperatur secara continue
Ganti baju kain bila basah
Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai program
2. Maintenance fluid balance
Monitor intake-output, monitor CVP bila ada
Beri cairan IV sesuai program, cegah over-load cairan untuk menurunkan edema
3. Meningkatkan perfusi otak
Kaji tingkat kesadaran, TTV, dan status neurologic
Ciptakan lingkungan tenang (cegah agitasi-peningkatan ICP)
Catat kejadian berhubungan status neurologis: Kejang, disorientasi
4. Menurunkan nyeri
Bila perlu kurangi rangsang diruang rawat
Berikan posisi nyaman dan aman (pasang sidedriil)
Berikan analgesik sesuai program (monitor reaksi dan respon pasien)
5. Pendidikan Kesehatan
Dorong pasien untuk minum obat sesuai program
Dorong untuk lebih memperhatikan follow up dan terjadi infeksi yang akan
datang
Step 4 Learning Objective
1. Definisi Meningitis
2. Patofisiologi Meningitis
3. Etiologi Meningitis
4. Manifestasi klinis Meningitis
5. Jenis-Jenis Meningitis
6. Faktor Risiko Meningitis
7. Komplikasi Meningitis
8. Asuhan Keperawatan Meningitis
Step 5 Bagan
MENINGITIS
DEFINISI
MANIFESTASI
KLINIS
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
JENIS-JENIS FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI ASKEP
PENGKAJIAN DIAGNOSA INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Riska, Sally Mahdiani, Bogi Soeseno, Arif Dermawan. 2015.
Abses Subgaleal Sebagai Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis. R Adriana,
S Mahdiani, B Soeseno… - Oto Rhino Laryngologica …, 2015 - orli.or.id
Israr, Yayan A. 2008.
Meningitis. https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
Khalilullah, said alfin. 2011. Basilar skull fracture (BSF)/Fraktur Basis Cranii.
https://alfinzone.files.wordpress.com/2011/05/summary.pdf?hc_location=ufi
Mesranti, M. 2011. Tinjauan Pustaka Meningitis.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus
repository.usu.ac.id/bitstream/.../1956/.../bedah-iskandar%20japardi23.pdf.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran: EGC