meminimalisir residu pestisida pada buah dan sayur

20
ISSN 1693 – 816 X Volume No. XLIX, Edisi Juli s/d September 2016 Budidaya Selada Keriting Organik Perkembangan Tanaman Pangan Jawa Timur (Angka Tetap 2015) Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Triwulan III 2016 Pengembangan Pestisida Nabati Bertanam untuk Lahan Sempit Pekarangan Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur Tani Buletin ISSN 1693 – 816 X Volume No. XLVIII, Edisi Juli s/d September 2016 1

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

ISSN 1693 – 816 X

Volume No. XLIX, Edisi Juli s/d September 2016

Budidaya Selada Keriting Organik

Perkembangan Tanaman Pangan Jawa Timur (Angka Tetap 2015)

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Triwulan III 2016

Pengembangan Pestisida Nabati

Bertanam untuk Lahan Sempit Pekarangan

Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Tani Buletin ISSN 1693 – 816 X

Volume No. XLVIII, Edisi Juli s/d September 2016

1

Page 2: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Penerbit

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

Penasihat Ir. Wibowo Ekoputro, MMT

Kepala Dinas Pertanian

Penanggung Jawab Drs. M Istidjab, MM

Sekretaris Dinas Pertanian

Pengarah Ir. A. Nurfalakhi, MP,

Ir. R. Sita P, MMA, Ir. Bambang H, M. Agr, Ir. Indrosutopo, MMA

Pemimpin Redaksi

Ir. Koemawi H, MM

Redaksi Pelaksana Ir. Anastasia, MCP, MMA

Ir. Zainal Abidin, Suwandi, SH Huriyani Fikri

Sirkulasi

Wiji Lestari

Alamat Redaksi Jalan Jend. A Yani 152 Surabaya

Redaksi menerima artikel ataupun opini dikirim lengkap

dengan identitas serta foto ke E-mail: [email protected]

Fokus 3 ~ 4 - Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur Info Pertanian 5 ~13 - Perkembangan Tanaman Pangan Jawa Timur Tahun 2015 (ATAP) - Perkembangan Nilai Tukar Petani

(NTP) Triwulan III 2016 - Pengembangan Pestisida Nabati Geliat Agribisnis 14 ~ 16 - Bertanam untuk Lahan Sempit

Pekarangan Budidaya 17 ~ 20 - Budidaya Selada Keriting Organik

Salam Redaksi

Setiap menyelesaikan satu edisi, perlu kerja keras

untuk menyiapkan edisi berikutnya dalam tenggat waktu yang sangat terbatas. Alih-alih menyerah terhadap situasi, meski dengan separuh nafas tetapi semangat justru terpompa untuk menyelesaikan tanggungjawab. Konsistensi menjadi pembakar motivasi untuk terus berkarya, dan terus berkembang.

Semuanya itu harus terus menerus dilakukan dalam menghadapi tantangan globalisasi pertanian. Hal ini menginspirasi tim redaksi untuk mewarnai edisi kali ini dengan mengangkat isu peningkatan daya saing produk pertanian dengan meminimalisir residu pestisida, meningkatkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Edisi kali ini juga akan mengangkat bagaimana bertanam di lahan pekarangan rumah yang arealnya terbatas? Selain itu, tim redaksi akan mengetengahkan artikel budidaya Selada Keriting Organik.

Opini, saran ataupun kritik yang membangun sebagai dukungan terhadap buletin ini sangat kami nantikan. SELAMAT MEMBACA

2

Page 3: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Mengkonsumsi buah dan sayur segar merupakan kebiasaan yang sangat baik, karena kandungan nutrisi buah dan sayuran segar masih utuh dibandingkan dengan produk olahan. Namun, akhir-akhir ini buah dan sayuran segar sebagian besar dibudidayakan dengan meggunakan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit. Oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara meminimalisir residu pestisida pada buah dan sayur yang akan kita konsumsi.

Beberapa cara ini berikut ini dapat mengurangi residu pestisida / bahan kimia lain yang terdapat pada buah dan sayur sebelum kita konsumsi, sebagai berikut : a. Mencuci dengan air

Air yang mengalir dari keran ternyata tidak serta merta bisa menghilangkan residu pestisida yang ada pada buah dan sayuran. Menggosok buah dan sayuran saat dicuci akan membantu mengurangi pestisida.

Revolusi hijau yang diterapkan dunia pertanian kita telah memberi kontribusi besar bagi kemajuan pertanian, yaitu dikembangkannya varietas-varietas berdaya hasil tinggi,. Namun hal ini berakibat fatal bagi pertanian, karena memerlukan pupuk dalam jumlah yang cukup besar dan tanaman tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Pada akhirnya aplikasi pestisida tidak terelakkan. Dewasa ini, penggunaan pupuk dan pestisida yang terus menerus dan melebihi dosis yang diperlukan sudah menjadi kebiasaan petani, akibatnya bahan pangan produk pertanian mengandung residu pestisida di atas ambang batas, apabila kita konsumsi dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat buruk pada kesehatan, antara lain : menimbulkan penyakit kanker, kerusakan syaraf, gangguan hormon, bayi yang lahir cacat, idiot, autis dan sebagainya.

Paparan bahan kimia berbahaya tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah residu pestisida yang terdapat pada buah dan sayur. Tanpa disadari, residu pestisida akan masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari. Semakin tinggi residu pestisida tersebut, maka semakin berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sayuran dan buah yang kita gunakan selama ini sebagian besar hasil dari sistem pertanian konvensional, yang didalam proses produksinya menyertakan bahan anorganik untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Lantas, apakah yang sebaiknya harus kita lakukan?

Menurut Dave Stone, ahli racun yang menjadi direktur National Pesticide Information Center untuk menghilangkan seluruh residu pestisida yang ada dalam buah dan sayuran adalah hal yang tidak mungkin. Mencuci buah dan sayuran memang bisa mengurangi residu pestisida yang ada di permukaan, namun tidak bisa menghilangkan pestisida yang sudah diserap oleh akar sehingga masuk ke dalam jaringan buah dan sayuran.

Sebuah studi pada tahun 2000 oleh Connecticut Agricultural Experiment Station mengungkapkan bahwa selada, stroberi dan tomat yang sudah dibersihkan di bawah air keran selama 60 detik ternyata hasilnya sama dengan kalau kita membersihkannya menggunakan sabun khusus pembersih buah dan sayuran. Cucilah sayuran atau buah buahan dalam keadaan utuh tidak terpotong-potong agar nutrisi yang terkandung di dalamnya tidak ikut larut bersama air pencuci. Gunakan air bersih yang mengalir untuk membersihkan daun dari zat kimia berbahaya dan membersihkan tanah yang masih menempel pada akar-akarnya.

MEMINIMALISIR RESIDU PESTISIDA PADA BUAH DAN SAYUR Oleh : Dyah Nuswandari Ekarini

Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Madya

3

Page 4: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Cara terbaik untuk membersihkan buah dan sayuran dari residu pestisida adalah dengan memasukkannya ke dalam sebuah baskom berlubang kecil-kecil dan mengalirkan air ke dalamnya. Jangan memasukkan buah dan sayuran ke dalam wadah yang airnya tidak bisa mengalir karena residu pestisida tidak akan terbuang bersama aliran air. Kekuatan aliran air akan mengikis residu pestisida yang menempel pada buah dan sayuran. b. Merendam dengan Air

Cara ini cocok untuk sayur berjenis daun-daunan. Kotoran pada bagian permukaan dicuci dahulu, kemudian direndam dengan air bersih selama 10 menit atau lebih. Karena pestisida pencemar sayuran terutama adalah insektisida organofosfat sulit larut dalam air. Pada saat direndam bisa ditambahkan larutan pencuci buah dan sayuran untuk mendesak keluar lebih banyak pestisida. Setelah direndam dibilas lagi dengan air bersih.

c. Merendam dengan Air Alkali

Insektisida organofosfat dapat cepat larut dalam kondisi basa (alkali). Labu-labuan dan buah-buahan dapat direndam dalam air alkali selama lima hingga lima belas menit, sehingga dapat menyingkirkan sisa-sisa pestisida dengan efektif.

d. Mengupas

Mengupas juga membantu mengurangi residu pestisida yang menempel di kulit buah atau sayuran.

e. Menggunakan Cuka

Menggunakan cuka bisa membersihkan buah dari bakteri dan memecah lapisan lilin pada buah dan sayuran. Caranya adalah dengan menyemprotkan cuka ke buah, kemudian bilas di bawah air mengalir. Untuk hasil yang lebih maksimal, rendam buah dalam campuran air dan cuka selama 10-20 menit, kemudian bilas hingga bersih. Untuk jenis buah yang memiliki banyak pori seperti strawberry kurang cocok dengan cara ini karena cuka akan mempengaruhi rasa dan bau.

f. Sabun Pencuci Buah

Kita bisa membuat sendiri sabun pencuci buah yang murah dan mudah untuk dibuat. Caranya adalah sebagai berikut :

o Campurkan 1 sendok makan air perasan jeruk lemon, 2 sendok makan baking soda, dan 250 ml air, lalu masukkan campuran tersebut dalam botol semprot;

o Jika akan digunakan, semprotkan saja pada buah kemudian diamkan 5-10 menit, sebelum dicuci bersih;

o Baking Soda dapat diganti dengan cuka, dalam ukuran yang sama. Semprotkan pada buah, tak perlu dicuci lagi. Cukup dikeringkan dengan tisu atau lap bersih, dan siap dikonsumsi.

g. Disimpan

Untuk produk pertanian yang tahan lama dan dapat disimpan, Proses penyimpanan produk pertanian dalam waktu tertentu (> 15 hari) dapat mengurangi kadar sisa-sisa pestisida. Pestisida perlahan-lahan terurai menjadi zat yang tidak mengganggu kesehatan.

h. Merendam dengan air panas

Merendam sayur dan buah pada air panas atau blanching dapat efektif menurunkan residu 38-97%, karena air panas dapat memicu pelepasan dan pengurangai pestisida ke dalam air dan uap air.

i. Membuang lapisan luar

Jangan ragu untuk membuang lapisan terluar dari sayuran yang berlapis-lapis seperti pada selada, kol, dan sawi. Bagian terluar ini paling banyak terpapar pestisida, sehingga lebih baik tidak dikonsumsi.

j. Merebus sayuran

Merebus sayur juga efektif menurunkan residu pestisida, termasuk pestisida sistemik.

k. Mencuci dengan Air Garam

Mencucinya dengan air garam dapat meminimalisir residu pestisida dalam buah dan sayur segar.

Kondisi kesehatan kita saat ini ditentukan

oleh apa yang kita makan pada waktu yang lalu demikian pula dengan kesehatan kita di masa yang akan datang sangat ditentukan dengan apa yang kita makan saat ini. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai memilih pangan yang aman dan bermutu untuk menjaga kualitas hidup kita. Pangan organik memang yang paling aman, tetapi tidak semua konsumen mampu membelinya.

4

Page 5: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

eran strategis subsektor tanaman pangan dan hortikultura bukan saja dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian besar rakyat Jawa Timur hidup dari usaha-usaha pertanian, tetapi juga dari besarnya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Walaupun kontribusi terhadap produk domestik bruto secara relatif menurun sedikit demi sedikit, tetapi secara absolut menunjukkan peningkatan produksi yang cukup signifikan. Provinsi Jawa Timur bersama 38 kabupaten/kota pada tahun 2015 telah berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan terutama padi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan tersebut terutama untuk komoditas padi, dan jagung.

Meskipun Indonesia

adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia, tetapi masih tetap merupakan negara importir beras. Situasi ini disebabkan karena konsumsi beras per kapita bangsa Indonesia terbesar di dunia. Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 merupakan provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.

Tidak hanya padi, beberapa produksi pangan Jawa Timur mengalami peningkatan sepanjang tahun 2015 (Tabel 1)

Peningkatan produksi tersebut merupakan upaya Pemerintah Jawa Timur untuk mencapai swsembada guna mewujudkan kedaulatan pangan dengan mendorong petani untuk meningkatkan produksi melalui inovasi teknologi dan menyediakan

pupuk bersubsidi serta berbagai intervensi berupa fasilitasi alat dan mesin pertanian. Capaian luas panen, produktivitas dan produksi Jawa Timur tahun 2011-2015 : • Produksi padi Jawa Timur

(ATAP BPS Provinsi Jawa Timur) tahun 2015 sebanyak 13,155 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan sebanyak 757,92 ribu ton (6,11 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi padi tahun 2015 terjadi karena peningkatan luas panen seluas79,44 ribu Ha (3,83 persen) dan juga produktivitas sebesar 1,32 kuintal/hektar (2,21 persen). Peningkatan produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2015 terjadi pada subround

P

Tabel 1. Realisasi Produksi Tahun 2011 – 2015 (ton) menurut ATAP BPS Provinsi Jawa Timur

Komoditas Realisasi Produksi (ton)

2011 2012 2013 2014 2015 Padi 10.576.543 12.198.707 12.049.342 12.397.049 13.154.967

Jagung 5.443.705 6.295.301 5.760.959 5.737.382 6.131.163 Kedelai 366.999 361.986 329.461 355.464 344.998

Kc. Tanah 211.416 213.792 207.971 188.491 191.579 Kc. Hijau 80.329 66.778 57.686 60.310 67.821 Ubi Kayu 4.032.081 4.246.028 3.601.074 3.635.454 3.161.573 Ubi Jalar 217.545 411.957 393.199 312.421 350.516 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2016

Anastasia MCP Perencana Madya

Anastasia MCP (Perencana Madya)

5

Page 6: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

I (Januari-April) sebesar 110,94 ribu ton (1,77 persen), subround II (Mei-Agustus) sebesar 460,44 ribu ton (11,17 persen) dan subround III (September-Desember) sebesar 186,54 ribu ton (9,27 persen);

• Berdasarkan ATAP 2015, produksi Jagungdi Provinsi Jawa Timur sebesar 6,13 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 393,78 ribu ton (6,86 persen) dibanding tahun 2014. Peningkatan produksi ini disebabkan peningkatan luas panen sebesar 11,35 ribu hektar (0,94 persen) dari 1,20 juta hektar menjadi 1,21 juta hektar. Produktivitas juga meningkat sebesar 2,80 kuintal per hektar (5,87 persen) dari 47,72 kuintal per hektar menjadi 50,52 kuintal per hektar. Peningkatan produksi Jagung di Jawa Timur pada tahun 2015 terjadi pada subround I (Januari-April) sebesar 274,42 ribu ton (11,32 persen) dan

subround III (September-Desember) sebesar 140,28 ribu ton (7,89 persen);

• Produksi Kedelai ATAP 2015 Jawa Timur sebesar 345 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 10,47 ribu ton (-2,94 persen) dibanding produksi Kedelai tahun 2014. Penurunan produksi Kedelai tahun 2015 terjadi karena turunnya luas panen sebesar 6,81 ribu hektar (-3,17 persen) meskipun produktivitas meningkat sebesar 0,04 kuintal/hektar (0,24 persen). Peningkatan produksi Kedelai hanya terjadi pada subround II (Mei-Agustus) sebesar 15,41 ribu ton (12,66 persen);

• Produksi Ubi Jalar berdasarkan ATAP 2015 sebesar 350,52 ribu ton Umbi Basah atau meningkat 38,10 ribu ton (12,19 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi ATAP 2015 karena produktivitas meningkat sebesar 42,52 kuintal /

hektar (18,35 persen) pada subround I (Januari-April) dan pada subround II (Mei-Agustus), meskipun luas panen sedikit mengalami penurunan sebesar 701 hektar (-5,20 persen);

• Berdasarkan ATAP 2015 produksi Ubi Kayu sebesar 3,16 juta ton Umbi Basah turun sebesar 473,88 ribu ton atau -13,03 persen dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi Ubi Kayu karena turunnya luas panen 10,32 ribu hektar (-6,57 persen) dan produktivitas sebesar 16 kuintal/hektar (-6,91 persen);

• Produksi Kacang Tanah ATAP 2015 sebesar 191,58 139,54 ribu ton Biji Kering atau meningkat 3,09 ribu ton atau 1,64 persen dibandingkan produksi tahun 2014. Peningkatan produksi Kacang Tanah karena terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,26 kuintal / hektar (1,93 persen) dan luas panen pada subround I (Januari-

Tabel 2. Realisasi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2011–2015 ATAP BPS Provinsi Jawa Timur

Uraian Padi (Gabah Kering Giling) Jagung (Pipilan Kering) Kedelai (Ose Kering)

2014 2015 Absolut % 2014 2015 Absolut % 2014 2015 Absolut % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Luas Panen (ha) Januari - April 1.044.249 1.018.490 -25.759 (2,47) 599.432 602.798 3.366 0,56 39.144 31.655 -7.489 (19,13) Mei - Agustus 713.559 796.461 82.902 11,62 314.432 327.314 12.882 4,10 81.538 90.752 9.214 11,30 September - Desember

314.822 337.119 22.297 7,08 288.436 283.542 -4.894 (1,70) 94.198 85.660 -8.538 (9,06)

Produktivitas (ku/ha)

Januari - April 59,96 62,57 2,61 4,35 40,45 44,77 4,33 10,70 16,11 16,01 -0,10 (0,62) Mei - Agustus 57,77 57,54 -0,23 (0,40) 48,79 46,23 -2,56 (5,25) 14,93 15,11 0,18 1,22 September - Desember

63,95 65,25 1,30 2,04 61,66 67,67 6,01 9,75 18,12 18,35 0,23 1,27

Produksi (ton) Januari - April 6.261.572 6.372.510 110.938 1,77 2.424.560 2.698.984 274.424 11,32 63.062 50.683 -12.379 (19,63) Mei - Agustus 4.122.155 4.582.597 460.442 11,17 1.534.253 1.513.331 -20.922 (1,36) 121.753 137.165 15.412 12,66 September - Desember

2.013.322 2.199.860 186.538 9,27 1.778.569 1.918.848 140.279 7,89 170.649 157.150 -13.499 (7,91)

Sumber : ATAP BPS Provinsi Jawa Timur, 2016

6

Page 7: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

April) dan pada subround II (Mei-Agustus);

• Produksi Kacang Hijau ATAP 2015 sebesar 67,82 ribu ton Biji Kering mengalami peningkatan sebesar 7,51 ribu ton (12,45

persen) jika dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi Kacang Hijau terjadi karena naiknya luas panen sebesar 5,93 ribu hektar (11,80 persen) dan tingkat produktivitas

sebesar 0,07 kuintal/hektar (0,58 persen) pada subround III (September-Desember).

Sumber : Produksi Tanaman Pangan 2015 oleh BPS Republik Indonesi, 2016

Tabel 3. Realisasi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Palawija Tahun 2011–2015 ATAP BPS Provinsi Jawa Timur

Uraian Luas Panen (hektar) Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton)

2014 2015 Absolut % 2014 2015 Absolut % 2014 2015 Absolut % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kacang Tanah 139.893 139.544 -349 -0,25 13,47 13,73 -88,48 -65,67 188.491 191.579 3.088 1,64 Januari - April 36.191 38.387 2.196 6,07 11,53 13,68 2,15 18,66 41.725 52.516 10.791 25,86 Mei - Agustus 78.639 79.096 457 0,58 13,26 13,70 0,44 3,35 104.246 108.362 4.116 3,95 September - Desember

25.063 22.061 -3.002 -11,98 16,97 13,92 -3,05 -17,97 42.520 30.701 -11.819 -27,80

Kacang Hijau 52.482 56.191 3.709 7,07 11,49 12,07 20,25 17,62 60.310 67.821 7.511 12,45 Januari - April 7.226 6.204 -1.022 -14,14 12,59 12,60 0,01 0,07 9.098 7.817 -1.281 -14,08 Mei - Agustus 25.432 24.231 -1.201 -4,72 11,98 11,91 -0,07 -0,61 30.468 28.851 -1.617 -5,31 September - Desember

19.824 25.756 5.932 29,92 10,46 12,10 1,63 15,59 20.744 31.153 10.409 50,18

Ubi Kayu 157.111 146.787 -10.324 -6,57 231,39 215,39 459,01 19,84 3.635.454 3.161.573 -473.881 -13,03 Januari - April 12.868 7.090 -5.778 -44,90 257,48 331,55 74,07 28,77 331.324 235.071 -96.253 -29,05 Mei - Agustus 67.762 68.687 925 1,37 203,73 214,30 10,57 5,19 1.380.539 1.471.962 91.423 6,62 September - Desember

76.481 71.010 -5.471 -7,15 251,51 204,84 -46,68 -18,56 1.923.591 1.454.540 -469.051 -24,38

Ubi Jalar 13.483 12.782 -701 -5,20 231,71 274,23 -543,44 -23,45 312.421 350.516 38.095 12,19 Januari - April 3.179 3.246 67 2,11 250,30 358,46 108,16 43,21 79.571 116.356 36.785 46,23 Mei - Agustus 5.640 6.051 411 7,29 197,69 228,44 30,75 15,55 111.497 138.229 26.732 23,98 September - Desember

4.664 3.485 -1.179 -25,28 260,19 275,27 15,08 5,79 121.353 95.931 -25.422 -20,95

Sumber : ATAP BPS Provinsi Jawa Timur, 2016

7

Page 8: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Jawa Timur sebagai provinsi dengan 33,59 juta penduduknya tinggal di pedesaan dan sebanyak 7,26 juta jumlah penduduk terlibat dalam kegiatan sektor pertanian / agribisnis, sehingga perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis dan menjadi prioritas.

“Salah satu indikator / alat ukur yang dipakai untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP)”

Perhitungan Nilai Tukar

Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima (It) petani terhadap indeks harga yang dibayar (Ib) petani (dalam persentase). Nilai Tukar Petani menggambarkan tingkat daya tukar/daya beli petani terhadap produk yang dibeli/dibayar petani yang mencakup konsumsi dan input produksi yang dibeli. Jadi semakin tinggi nilai tukar petani, semakin baik daya beli petani terhadap produk konsumsi dan input produksi tersebut, dan berarti secara relatif lebih sejahtera.

Upaya Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Jawa Timur terutama petani harus terus menjadi prioritas, hal ini berkaitan dengan beberapa aspek, antara lain: a) hak dari setiap anggota masyarakat; b) Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan akhir dari pembentukan negara Indonesia; c) kesepakatan dunia yang tertuang dalam Millennium Development Goals (MDGs); dan d) prioritas pembangunan nasional yang terukur dari indikator pembangunan sumberdaya manusia, seperti : peningkatan pendapatan per kapita; penurunan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Sektor pertanian Jawa Timur mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi di Jawa Timur karena memiliki multifungsi yang terukur dari kontribusinya dalam pembentukan PDRB Jawa Timur, penyerapan tenaga kerja, dan sumber pendapatan masyarakat, serta untuk penyediaan pangan, pakan, bahan baku industri dan ekspor.

8

Page 9: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Sesuai dengan definisinya, NTP tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian tetapi juga dipengaruhi oleh sektor di luar pertanian. Berbagai situasi dan gejolak yang terjadi, baik karena faktor alam atau akibat adanya distorsi pasar salah satunya seperti penerapan kebijaksanaan akan mempengaruhi produksi serta harga. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap NTP dan kesejahteraan petani. • Jika NTP > 100 artinya

kemampuan/daya beli petani lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100,

• Jika NTP = 100 artinya kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani sama dengan keadaan pada tahun dasar 2012 = 100 dan

• Jika NTP < 100 artinya kemampuan/daya beli petani menurun dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100.

Melalui indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian. Demikian pula dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks yang dibayar (Ib), dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di perdesaan.

Komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib) terdiri dari 2 golongan yaitu golongan konsumsi rumah tangga dan golongan biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM). Golongan konsumsi rumah tangga dibagi menjadi kelompok makanan dan kelompok non makanan. Sedangkan dari kelompok biaya produksi dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga-harga barang yang digunakan untuk memproduksi barang- barang pertanian.

Rata-rata NTP Jawa Timur s/d triwulan III tahun 2016 mencapai 104,75 meningkat 0,36 meskipun pertumbuhan melambat 0,16 persen. Melambatnya pertumbuhan NTP Jawa Timur Triwulan I hingga Triwulan III tahun 2016 disebabkan rendahnya besaran rerata NTP pada triwulan I dan III tahun 2016 dibanding rerata NTP pada triwulan I dan III tahun 2015 meskipun rerata NTP Triwulan III tahun 2016 lebih besar daripada tahun 2015. Rerata NTP Triwulan III

tahun 2016 dibandingkan Triwulan II menunjukkan peningkatan sebesae 0,80 dari 104,23 pada Triwulan II menjadi 105,03 pada Triwulan III.

Kontribusi NTP Tanaman Pangan dan Hortikultura terhadap NTP Jawa Timur pada tahun 2016 sampai dengan bulan September 2016 menunjukkan perkembangan > 100 artinya bahwa kemampuan / daya beli petani tanaman pangan dan hortikultura lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100. Rerata NTP Tanaman Pangan sampai dengan Triwulan III tahun 2016 sebesar 102,17 meningkat 3.32 dibandingkan rerata tahun 2015 yang mencapai 98,85. Demikian pula dengan NTP Hortikultura sebesar 104,14 meningkat 0,17 dibandingkan rerata tahun 2015 yang mencapai 103,96.

Perkembangan rerata NTP triwulan III tahun 2016 : • Rerata NTP Jawa Timur

meningkat 0,80 persen dari 104,23 pada Triwulan II menjadi 105,03 yang

NTP Jawa Timur Semester I Tahun 2015 dan 2016

Uraian Rerata Tw I - III Pertumbuhan s/d Tw III

2015 2016 2015 2016 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) 120,34 131,68 0,55 0,01 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,74 128,89 0,36 0,30 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98,85 102,17 0,19 (0,29) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 124,67 131,55 0,17 0,13 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,92 126,33 0,35 0,27 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,96 104,14 (0,18) (0,14) 3. Gabungan/Jawa Timur a. Indeks yang Diterima (It) 124,55 131,41 0,48 0,23 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,31 125,45 0,34 0,24 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 104,39 104,75 0,15 (0,01)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2016 (data diolah)

9

Page 10: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dari pada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (It).;

• Rerata NTP Tanaman Pangan meningkat 0,81 persen dari 101,17 pada Triwulan II menjadi 101,98 yang disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) dari komoditas gabah bulan Agustus dan September dan jagung di bulan September;

• Indeks harga yang diterima petani tanaman pangan naik

2,64 persen dari 130,09 pada Triwulan II menjadi 132,72 di Triwulan III, Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani meningkat 1,56 persen dari 128,58 pada Triwulan II menjadi 130,14 di Triwulan III;

• Rerata NTP Hortikultura turun 0,66 persen dari 104,35 pada Triwulan II menjadi 103,69 akibat meningkatnya indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih tinggi dari komoditas cabai merah, beras dan upah panen dari pada

kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) dari komoditas apel, bawang merah, buah mangga, cabai rawit;

• Indeks harga yang diterima petani hortikultura naik 0,72 persen dari 131,49 pada Triwulan II menjadi 131,49 di Triwulan III, Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani meningkat 1,49 persen dari 126,01 pada Triwulan II menjadi 127,50 di Triwulan III;

(Anastasia, MCP, Perencana Madya)

Perkembangan NTP Jawa Timur Triwulan III Tahun 2016 terhadap NTP Triwulan II Tahun 2016 dan Triwulan III Tahun 2015

Sumber : BPS Jawa Timur, 2016, (diolah)

Juli'15 Ags'15 Sep'15 Tw. III Tw. I Tw. II Juli'15 Ags'15 Sep'15 Tw. III1. Tanaman Pangana. Indeks yang Diterima (It) 120,10 123,40 127,42 123,64 132,22 130,09 131,71 132,19 134,27 132,72 7,35 2,03 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,00 123,68 123,83 123,50 127,95 128,58 129,97 130,03 130,42 130,14 5,37 1,21 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97,64 99,77 102,90 100,10 103,35 101,17 101,34 101,66 102,95 101,98 1,88 0,80 2. Hortikulturaa. Indeks yang Diterima (It) 125,99 126,22 125,80 126,00 130,95 131,49 133,41 131,10 132,12 132,21 4,93 0,55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,02 121,61 121,98 121,54 125,46 126,01 127,38 127,37 127,76 127,50 4,91 1,19 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 104,11 103,79 103,13 103,68 104,37 104,35 104,73 102,93 103,41 103,69 0,01 (0,64)3. Tan. Perkebunan Rakyata. Indeks yang Diterima (It) 121,74 124,59 122,85 123,06 125,15 126,09 127,14 126,55 127,88 127,19 3,36 0,87 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,90 121,52 121,80 121,41 125,37 125,98 127,23 127,19 127,55 127,32 4,87 1,07 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 100,69 102,53 100,86 101,36 99,83 100,09 99,93 99,50 100,26 99,90 (1,44) (0,19)4. Peternakana. Indeks yang Diterima (It) 131,25 133,10 135,77 133,37 132,24 131,83 133,45 135,90 137,78 135,71 1,75 2,94 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,83 117,22 117,55 117,20 120,33 120,16 120,88 121,21 121,40 121,16 3,38 0,84 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 112,34 113,55 115,50 113,80 109,90 109,71 110,40 112,12 113,49 112,00 (1,58) 2,09 5. Perikanana. Indeks yang Diterima (It) 131,31 131,55 132,25 131,70 134,14 135,40 138,12 137,88 138,47 138,16 4,90 2,04 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,03 124,62 124,80 124,48 127,70 128,14 129,29 129,21 129,37 129,29 3,86 0,90 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105,87 105,56 105,97 105,80 105,05 105,74 106,83 106,71 107,03 106,86 1,00 1,06 Gabungan/Jawa Timura. Indeks yang Diterima (It) 125,10 127,23 129,06 127,13 130,99 130,42 132,04 132,38 134,06 132,83 4,48 1,85 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,44 121,01 121,28 120,91 124,76 125,12 126,29 126,39 126,71 126,46 4,59 1,07 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 103,87 105,14 106,42 105,14 105,00 104,23 104,56 104,74 105,80 105,03 (0,10) 0,77 Nasionala. Indeks yang Diterima (It) 120,58 121,38 122,70 121,55 125,07 124,69 125,78 126,16 127,10 126,35 3,94 1,33 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,42 119,85 119,91 119,73 122,58 122,95 124,06 124,22 124,56 124,28 3,80 1,08 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 100,97 101,28 102,33 101,53 102,03 101,41 101,39 101,56 102,02 101,66 0,13 0,24

Subsektor Tahun 2015 Tahun 2016Persentase Tw. III 2016 thd Tw III

2015

Persentase Tw. III 2016

terhadap Tw. II

10

Page 11: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah

konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan.

Penggunaan pestisida sintetis atau kimia banyak menimbulkan dampak negatif baik terhadap jasad sasaran, bukan sasaran bahkan dapat mencemari lingkungan (tanah, tanaman air dan berbagai komponen ekosistem lainnya), selain tumbuhnya rasa ketergantungan konsumen terhadap pihak produsen. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat di buat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.

Dalam upaya pengembangan pestisida nabati ditingkat petani agar mampu dikembangkan diperlukan strategi antara lain: 1. Mudah didapat, pasokannya baik, kualitas,

kuantitas dan kontinyuitas terjamin, 2. Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan

cepat, 3. Kandungan senyawa pestisida harus

efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan,

4. Selektif, 5. Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk

segar/kering, 6. Efek residunya singkat, tetapi cukup lama

efikasinya, 7. Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan

senyawa sintetis), 8. Budidayanya mudah, tahan terhadap

kondisi suhu optimal, 9. Tidak menjadi gulma atau inang hama

penyakit, 10. Bersifat multi guna.

Peranan Pestisida Nabati pada pengendalian OPT

Dalam mengendalikan OPT/Hama di lapang pestisida menurut jasad sasarannya dapat berperan sebagai : A. Insektisida

1. Batang Pinus ( Pinus merkusii) Cara Pembuatan :

• Serbuk gergaji kayu pinus dijemur sampai kering

• Sebarkan ke lahan persemaian pada pagi hari

Sasaran : Wereng batang coklat (menghambat penetasan)

2. Buah Picung/Kluwek ( Pagium edule) Cara Pembuatan :

• Satu buah picung dihancurkan, • Rendam dalam satu gelas air selama

satu hari satu malam. • Hasil rendaman tersebut disaring dan

dilarutkan dalam sepuluh liter air, disemprotkan.

• Akan lebih efektif dan efisien bila dikombinasikan dengan perangkat yuyu atau ketam/laos, kotoran ayam, bangkai keong mas atau bahan perangkap lain

Kandungan Bahan aktif : • palmitic acid, oleic acid dan linoleic acid. Sasaran : Walang sangit.

3. Daun dan biji Sirsak ( Annona muricata) dan Daun Tembakau (Nicotiana batacum)

Bagian : sirsak dan daun tembakau

PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI

11

Page 12: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Cara Pembuatan : 50 lembar daun sirsak diremas-remas

dicampur satu ons tembakau, direndam dalam satu liter air selama 24 jam. Air rendaman disaring dan dilarutkan dalam 28 liter air kemudian disemprotkan akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan perangkap tersebut diatas. Kandungan : Annonain (sirsak), Nikotin (tembakau) Sasaran : Walangsangit

4. Umbi Gadung ( Dioscorea hispida) Cara Pembuatan : Umbi gadung seberat 5 kg diparut

kemudian direndam dalam 10 liter air. 1 liter air rendaman dicampur dengan 14 liter air untuk disemprotkan Kandungan : Diosgenin dan Steroid saponin Sasaran : Walang Sangit.

5. Rimpang Lengkuas ( Alpinia galanga) dan Jahe ( zingiber oficinalis )

Cara Pembuatan : Lengkuas dan jahe ditumbuk atau diparut, kemudian diperas untuk diambil sarinya, selanjutnya dicampur air secukupnya untuk disemprotkan pada areal tanaman terserang

Sasaran : Ulat grayak pada kedelai 6. Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) Kandungan : nikotin Cara Pembuatan :

Tembakau sebanyak 9,5 Kg dimasukan kedalam kaleng dan disiram air panas sebanyak 4 liter, kemudian didiamkan sampai dingin, campuran disaring dan dilarutkan kedalam air dengan konsentrasi 60 cc per 15 liter air. Siap disemprotkan pada tanaman terserang.

Sasaran : Ulat penggulung daun dan ulat grayak kedelai

Cara Pembuatan : 0,25 kg daun tembakau direbus dengan 5 liter air selama 0,5 jam tambahkan 30 gram sabun lalu disaring.

Penggunaan 1 bagian larutan ditambah 4 bagian air

Sasaran : aphis, lundi penggerek batang dan wereng batang coklat.

7. Daun Sengon Buto Cara Pembuatan:

Sebanyak 5 kg daun sengon buto direndam dalam air sebanyak 100 liter selama 24 jam, air rendaman disaring dan siap disemprotkan pada tanaman

Sasaran : belalalng daun jagung. 8. Biji Srikaya (Annona squamosa) Kandungan : Annonain dan resin Cara Pembuatan :

Biji yang telah tua ditumbuk sampai halus, tepung yang terbuat dari 20 butir biji dicampur dengan 1 liter air

Sasaran : wereng batang, aphis dan ulat kubis.

9. Akar dan kulit kayu Tuba (Deris Eliptica) Kandungan : Retenon Cara Pembuatan :

Akar dan kulit kayu ditumbuk dan dicampur air lalu disaring. 6 sendok larutan dicampur dengan 3 liter air

Sasaran : berbagai jenis ulat (racun kontak dan perut)

10. Daun dan biji Nimba (Azadirachta indica) Cara Pembuatan :

Biji dan daun daun ditumbuk (1 kg) lalu direbus dengan air 5 liter dan didinginkan selama satu malam kemudian disaring

Sasaran : Ulat, kutu, kumbang dan penggerek

B. BAKTERISIDA 1. Daun dan biji Nimba (Azadirachta indica) Kandungan : Zadirachtin, meliontriol dan

salanin Cara Pembuatan :

Daun 50 gram diekstrak menjadi cairan 1 liter, cairan disemprotkan dengan perbandingan 30 cc / l air. Biji Nimba ditumbuk, setiap 20 gram tepung biji nimba dicairkan dengan 1 liter air dan dicampur 20 % tepung terigu

Sasaran : Bakteri 2. Picung/kluwek (Pigium edule) Cara Pembuatan : Konsentrasi 30 gram/liter disemprotkan

pada tanaman padi

12

Page 13: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

Sasaran: Penyakit Kresek pada padi. Kandungan bahan aktif : Palmitic acid, oleic

acid dan linoleic acid C. RODENTISIDA 1. Umbi Gadung (Dioscoreahispida) dan

Dioscorea composita) Cara Pembuatan :

Umbi gadung seberat 1 kg diparut dicampur dedak 10 kg dan tepung ikan 1 ons serta sedikit kemiri tambah air semua bahan dicampur dibuat sebagai umpan.

Kandungan : Diosgenin dan steroid saponin

Sasaran Tikus 2. Daun Kacang Babi : (Tephrosia vhogelii) Cara Pembuatan :

Daun kacang babi ditumbuk dicampur dedak dan tepung ikan serta sedikit kemiri tambah air, semua bahan dicampur dibuat sebagai umpan

Kandungan : Tephrosin dan deguelin Sasaran : Tikus D. NEMATISIDA 1. Daun Tembakau ( Nicotiana tabacum)

Kandungan : Nicotin Cara Pembuatan : Sebanyak 0,25 kg daun tembakau direbus dengan 5 liter air selama 0,5 jam, tambahkan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan satu bagian larutan ditambah 4 bagian air Sasaran : Nematoda.

E. MOLUSKISIDA 1. Biji Pinang (Arca cathecu)

Cara Pembuatan : Biji pinang ditumbuk lalu disebarkan ke sawah Sasaran Siput murbey Kandungan : Oricholine

F. REPELENT 1. Buah Jengkol

Cara Pembuatan : Buah jengkol diiris-iris kemudian disebarkan ke sawah yang berair Sasaran : Tikus

2. Batang Serei wangi Cara Pembuatan : Batang serai wangi ditumbuk lalu disemprotkan pada tanaman dapat dicampur dengan tanaman lain yang bersifat pestisida

G. ANTRAKTAN 1. Daun dan bunga Selasih ( Ocinum

sanctum) Cara Pembuatan : Satu genggam daun selasih ditumbuk halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik Sasaran : Lalat buah Kandungan : Methil eugenol

2. Daun Kayu putih (Melaleuca leucadendra) Cara Pembuatan : Satu genggam daun putih ditumbuk halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik Sasaran : Lalat buah Kandungan : Methil eugenol

3. Daun Pandan ( Pandanus sp.) Cara Pembuatan : Satu genggam daun kayu panda ditumbuk halus dan diberi air 5 ml kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik. Sasaran : Lalat buah

H. PEREKAT 1. Buah Labu

Cara Pembuatan : Buah labu diparut lalu diperas dan disaring. Air perasan dicampur air dengan perbandingan 5 sendok untuk 1 liter air. (Dyah Sulistyowati, Penyuluh Ahli Madya)

13

Page 14: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

etersediaan lahan yang terbatas bukan menjadi alasan untuk tidak bisa melakukan aktivitas bertanam. Terdapat beberapa pilihan model/cara bertanam yang dapat dilakukan di halaman, pekarangan atau lahan sempit perkotaan.

Pekarangan dapat diartikan sebagai sebidang tanah darat yang terletak disekitar rumah yang jelas batas-batasnya dan merupakan bagian usahatani yang apabila diusahakan dengan intensif akan dapat membantu dan memenuhi kebutuhan gizi sekaligus dapat menambah pendapatan keluarga. Sebagaimana diketahui terdapat potensi luasan lahan pekarangan yang cukup besar di lingkungan sekitar kita. Adanya lahan

pekarangan yang sangat luas dapat dimanfaatkan secara optimal dengan

pembudidayaan tanaman untuk menghasilkan produk sayuran/buah- buahan

K

Bertanam sayuran dengan rak vertikultur

14

Page 15: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

segar yang rendah residu kimia dan benar-benar aman konsumsi.

Kegiatan intensifikasi pekarangan di Provinsi Jawa Timur telah mulai dilakukan sejak era 90-an. Pada saat ini kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan atau lahan sempit, utamanya pada daerah perkotaan, kembali dilakukan dengan aneka tanaman hortikultura yakni Sayuran, Buah-buahan, Tanaman hias dan Biofarmaka. Maksud dari kegiatan ini pada awalnya lebih diutamakan untuk memotivasi sekaligus menggerakkan upaya penyediaan bahan sayuran / bumbu - bumbuan secara swadaya oleh masing-masing keluarga. Dengan semakin beragamnya jenis komoditas yang ditanam di lahan pekarangan atau halaman rumah warga, secara tidak langsung juga mendorong terciptanya keindahan lingkungan di masing-masing lokasi pemukiman.

Perkembangan dari pemanfaatan pekarangan dengan aneka tanaman sayuran yang dibutuhkan sehari-hari oleh keluarga (seperti Cabe) merupakan salah satu solusi atau alternatif terbaik dalam menghadapi terjadinya lonjakan harga komoditas yang bersangkutan. Hal ini jelas terlihat saat terjadinya kenaikan harga akibat

adanya fenomena anomali iklim yang menyebabkan gangguan produksi atau gagal panen di lahan pertanaman pada umumnya. Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah para ibu yang tergabung dalam kelompok PKK, Dasa Wisma dan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di masing-masing unit pemukiman warga.

Terdapat beberapa manfaat langsung maupun tidak langsung dari kegiatan bertanam di lahan sekitar rumah tersebut: Tersedianya bahan

pangan yang sehat dan bergizi yang dibutuhkan sehari-hari oleh keluarga

Dapat mengurangi beaya belanja harian keluarga, utamanya pada saat terjadinya kenaikan harga komoditas bahan pangan

Menciptakan aktivitas yang positif, kreatif dan bermanfaat untuk mengisi waktu luang bagi ibu rumah tangga

Memperindah lingkungan sekaligus dapat mengurangi polusi dan terjadinya efek rumah kaca

Mendorong tumbuhnya usaha ekonomi produktif untuk menambah pendapatan keluarga, termasuk usaha

pengolahan produk pertanian.

Menyalurkan hobi dan kesenangan anggota keluarga yang dapat dilakukan di dalam rumah

• Selanjutnya untuk dapat menghadirkan aktivitas bertanam di lahan pekarangan sempit, maka perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

Jenis tanaman : Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi halaman dan agroklimat di sekitar lingkungan tempat tinggal . Tanaman yang dibudidayakan diprioritaskan pada berbagai jenis tanaman yang dipergunakan sebagai bahan pangan atau bumbu-bumbuan yang dibutuhkan oleh keluarga sehari-hari, seperti : Sayuran (Cabe, Tomat, Terong, Sawi, Kangkung, Bayam, dan lain-lain) serta Biofarmaka (empon-empon).

Teknis pertanaman : dapat dilakukan secara langsung di lahan ataupun menggunakan wadah tanaman, yang berupa : polybag / pot maupun berbagai bahan lainnya seperti : kaleng / tong bekas,

15

Page 16: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

ember, pipa, balok berongga dan bambu.

Khusus untuk lahan yang sempit dapat dilakukan sistem bertanam secara vertikal dengan menggunakan rak vertikultur ataupun memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia.

Pengelolaan tanaman dilakukan dengan menerapkan konsep budidaya yang baik dan ramah lingkungan, yakni : minimalisasi agroinput kimia olah tanah minimum dan penggunaan bahan organik.

Selain memperhatikan jenis dan kondisi tanah pekarangan, juga perlu diperhatikan dalam menentukan tata letak penanamannya sehingga mempermudah dalam pemeliharaan sekaligus memenuhi aspek keindahan / estetika. Kebun Puspa Lebo -

Sidoarjo dalam mengemban

tupoksinya untuk melaksanakan diseminasi bagi masyarakat secara tidak langsung juga melakukan aktivitas yang bersifat percontohan bertanam untuk lahan sempit. Hal ini perlu dilakukan mengingat sering adanya kunjungan kelompok wanita (PKK) maupun masyarakat umum yang salah satu tujuannya ingin menambah wawasan / pengetahuan dan ketrampilan terkait bertanam di lahan sekitar rumah yang bersifat praktis dan tidak merepotkan.

Diharapkan melalui visualisasi berbagai model dan tatacara bertanam yang dicontohkan di Kebun Puspa Lebo akan dapat menumbuhkan minat dan semangat para pengunjung untuk bisa mengadopsi dan melakukan penanaman serupa di rumah maupun lingkungan pemukiman masing-masing.

(Sri Suwartini, Kasi Agribisnis Hortikultura, UPT PATPH Jawa Timur)

Sisa potongan batang ginseng ditanam ulang pada talang paralon

16

Page 17: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

BUDIDAYA

Harga sayuran organik yang relatif mahal dan bisa berlipat-lipat daripada sayuran non-

organik tak perlu membuat kita resah karena kita bisa memproduksinya sendiri. Disini akan kita bahas tentang sayuran yang banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu selada keriting.

Terdapat dua kelompok besar budidaya selada (Lactuca Sativa) yang berkembang di Indonesia. Pertama, selada daun bentuk korp-nya bulat lepas, daunnya hijau mengembang. Kedua, selada korp (heading lettuce) bentuk korp-nya bulat atau lonjong dan korp-nya padat.

Dari dua jenis diatas yang paling banyak dibudidayakan adalah tipe selada daun, bentuk daunnya bergelombang cenderung berkerut-kerut, atau populer dengan nama selada keriting. Selada keriting toleran ditanam di daerah tropis dan panas sekalipun. Jenis selada keriting bahkan bisa tumbuh dengan subur di dataran rendah dan panas seperti Jakarta.

Pada dasarnya suhu optimal bagi budidaya selada kriting berkisar antara 15-25°C dengan ketinggian 900 meter hingga 1.200 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yang disukai selada kriting adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang

masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada keriting masih toleran terhadap tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Pemilihan benih dan penyemaian

Selada diperbanyak diri dengan biji. Biji atau benih selada diperoleh dengan menumbuhkan tanaman selada hingga berbunga dan berbuah. Setelah tua baru diambil bijinya. Apabila benih dibeli dari toko, varietas yang populer saat ini antara lain penn great lakes, imperial dan new york. Kebutuhan benih selada per satu hektar lahan adalah 250 gram. Untuk mendapatkan hasil optimal, benih selada keriting sebaiknya disemai terlebih dahulu sebelum ditanam di hamparan lahan yang luas.

Ada berbagai jenis media penyemaian untuk budidaya selada, diantaranya dalam polybag, daun pisang, sistem tray, tanah tercetak atau di atas bedengan. Pada

Budidaya Selada Keriting Organik

17

Page 18: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

kesempatan kali ini yang akan kami uraikan adalah media tanam di atas bedengan.

Siapkan bedengan dengan lebar satu meter dan tinggi sekitar 15 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. Posisi bedengan harus ditempat terbuka dan jauh dari gangguan binatang. Campurkan pupuk kandang, tanah dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Pupuk kandang yang digunakan harus sudah betul-betul matang untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diharapkan. Kegunaan pupuk kandang untuk memperkaya unsur hara dan nutrisi. Arang sekam diperlukan untuk menggemburkan tanah agar pencabutan bibit tidak merusak akar tanaman. Apabila tanah terlalu asam, berikan juga kapur pertanian atau dolomit secukupnya. Derajat keasaman yang ideal untuk budidaya selada adalah pH 5 sampai 6,8.

Siram media penyemaian dengan air untuk memberikan kelembaban pada benih yang akan ditabur. Usahakan jangan sampai basah menggenang karena bisa membusukan tanaman. Tebarkan benih selada secara merata diatas bedengan. Padat penebaran benih adalah 100 gram per 10 meter persegi bedeng semai. Apabila penyemaian dilakukan pada musim kemarau, ada baiknya berikan mulsa berupa rumput, jerami atau daun kering diatasnya. Hal tersebut berguna untuk mengurangi penguapan akibat terik matahari.

Buatlah naungan diatas bedengan tersebut. Gunanya, pada musim hujan untuk melindungi bibit yang baru tumbuh dari limpahan air hujan secara langsung. Pada musim kemarau, untuk menaungi bibt dari sengata matahari yang terlalu terik. Tutupan bedengan bisa menggunakan paranet, karung plastik atau plastik bening. Upayakan membuat tutupan yang bisa ditutup buka, sehingga pada pagi dan sore hari tutup bisa dibuka agar mendapat penyinaran maksimal. Dan, pada siang hari bisa ditutup untuk melindungi dari sengatan matahari.

Perawatan pada tahap penyemaian ini adalah penyiraman rutin, penyiangan gulma dan pengawasan hama dan penyakit. Dalam budidaya selada keriting organik tidak diperkenankan penyemprotan pestisida sintetis. Apa bila ada hama bisa diusir dengan menutup penyemaian, apabila terserang penyakit bisa diberikan pupuk kandang tambahan dan penyemprotan pestisida nabati bila diperlukan. Bibit selada keriting bisa dipindahkan setelah berdaun 4-5 helai atau berumur 3-4 minggu sejak benih ditebar.

Pengolahan Tanah Dan Penanaman Bibit Pengolahan lahan untuk budidaya

selada keriting tergantung pada jenis, struktur dan tekstur tanahnya. Apabila tanah yang akan dipakai sangat keras, lakukan penggarpuan terlebih dahulu, setelah itu baru dilakukan penggemburan dengan cara dicangkul. Kemudian bentuk bedengan dengan ukuran lebar 1 meter tinggi 15 cm dan panjang kurang lebih 10 meter atau tergantung kondisi lahan. Agar bedengan tetap kering, terutama di lahan-lahan basah seperti bekas sawah, tanah untuk bedengan ditinggikan 20 cm, dikiri dan kanan bedengan dibuat gang untuk saluran drainase. Lebar bedengan tidak diperkenankan terlalu lebar untuk memudahkan pemeliharaan.

Budidaya selada keriting memerlukan lingkungan keasaman yang netral dengan pH ideal 5-6,8. Apabila kondisi tanah asam sebaiknya dilakukan proses penetralan terlebih dahulu dengan kapur. Sedangkan bila tanah terlalu basa netralkan dengan belerang atau gipsum. Misalnya, untuk menetralkan tanah yang memiliki pH 5,5 diperlukan kapur sebanyak 0,1 kg per meter persegi sehingga derajat keasaman naik menjadi pH 6,5. Sebaliknya untuk menurunkan pH tanah bisa diberikan belerang atau gipsum sebanyak 0,6 kg per meter persegi.

Untuk memperkaya humus tanah dicampur dengan pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos. Jumlah pupuk

18

Page 19: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

kandang yang disarankan untuk kotoran ayam adalah 20 ton per hektar. Kalau kita menggunakan pupuk kompos, jumlah kompos yang disarankan sebanyak 2 kg per meter persegi. Pemberian pupuk organik bertujuan untuk menggemburkan lahan dan mempertinggi aktifitas mikroorganisme didalam tanah. Setelah tanah dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, diamkan selama 2 hari, kemudian haluskan kembali tanah dengan pencangkulan.

Setelah lahan siap pindahkan bibit selada keriting dari tempat penyemaian. Dalam memindahkan tanaman, sebaiknya angkat dengan tanah yang menyangga zona perakaran. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal atau dilubangi dengan tangan saja. Besar dan dalam lubang tanam disesuaikan dengan perakaran bibit selada keriting yang akan dipindahkan. Atur jarak tanam sebesar 10 x 15 cm.

Perawatan budidaya selada

Perawatan yang dilakukan dalam budidaya selada kriting diantaranya penyiraman, pemupukan dan penyiangan. Penyiraman dilakukan sesuai dengan cuaca yang ada. Jika tidak ada hujan lakukan 2 kali penyiraman dalam satu hari setiap pagi dan sore. Penyiraman bisa dilakukan pada siang hari namun dengan intensitas air yang cukup banyak untuk menghindari layu mendadak pada tanaman.

Setelah bibit yang ditanam berumur 2 minggu, apabila tanaman kurang subur yang ditandai dengan warna hijau yang pudar, berikan tambahan pupuk kandang sebanyak 2 ton per hektar. Pupuk kandang yang digunakan hendaknya yang mengandung unsur nitrogen tinggi seperti kotoran ayam. Pada umur tanaman mencapai 20 hari sejak semprotkan pupuk cair organik dengan dosis 3 liter per hektar.

Meskipun siklus panennya cepat, penyiangan tetap diperlukan karena tanaman selada kriting ini memiliki akar yang dangkal sehingga daya saingnya sangat rendah

dibanding tanaman pengganggu. Untuk itu perlu ada penyiangan yang teratur dengan cara mencabut tanaman pengganggu. Dalam budidaya selada keriting biasanya diperlukan minimal satu kali penyiangan gulma selama masa budidaya.

Cara penyiangan gulma sedkit berbeda pada musim kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau gulma dicabut atau dipotong, kemudian dibiarkan di permukaan tanah. Gunanya sebagai tambahan pupuk hijau dan membentuk mulsa untuk mengurangi penguapan. Sehingga air untuk penyiraman bisa dihemat. Pada musim hujan, gulma harus dicabut dan bedengan harus bersih dari hijauan. Hal ini untuk menghindari tumbuhnya jamuir dan penyakit di sekitar tanaman selada akibat kelembaban yang tinggi.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang biasa menyerang budidaya selada keriting adalah sebagai berikut: • Jangel (Bradybaena similaris ferussac),

bentuknya seperti siput berukuran 2 cm. Hama ini menyerang tanaman di segala umur. Biasa bersembunyi pada pangkal daun bagian dalam. Serangan hama ini membuat daun berlubang.

• Tangek (Parmalion pupilaris humb), bentuknya mirip dengan jangel namun tidak memiliki siput. Akibat serangannya sama membuat lubang pada daun. Hama ini lebih banyak menyerang di musim kemarau dibanding musim hujan.

• Busuk lunak (soft rot), penyebabnya bakteri Erwinia Carotovora. Penyakit ini menyerang bagian daun. Serangan dimulai dari tepi daun, warna daun menjadi coklat kemudian layu. Selain bisa menyerang tanaman yang masih ditanam, penyakit ini juga bisa menyerang selada yang siap diangkut ke pasar.

• Busuk pangkal daun, penyebabnya Felicularia Filamentosa. Penyakit ini

19

Page 20: Meminimalisir Residu Pestisida pada Buah dan Sayur

menyerang pangkal daun, serangan biasa terjadi menjelang panen.

Dalam budidaya selada keriting organik, tidak diperbolehkan menyemprot hama dan penyakit dengan pestisida sintetis. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan pemupukan, kebersihan kebun, rotasi tanaman dan kalau terpaksa lakukan penyemprotan dengan pestisida nabati.

Penyiraman teratur dan pemupukan yang tepat terbukti efektif mengendalikan hama. Namun, pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan melakukan budidaya tanaman sehat, mengatur kebersihan lingkungan seperti menjaga irigasi dan drainase serta menjamin kecukupan nustrisi bagi tanaman terutama untuk kekebalan tubuh tanaman itu sendiri seperti unsur kalium. Unsur kalium bisa didapatkan dengan menambahkan bahan-bahan daun bambu pada saat pembuatan kompos.

Panen Budidaya Selada

Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit ditanam. Jadi, bila dihitung mulai dari penyemaian sampai panen, kira-kira dibutuhkan 40-60 hari.

Produktiivitas tanaman selada keriting bisa mencapai 15-20 ton per hektar.

Panen dilakukan dengan mencabut tanaman sampai keakar-akarnya.

Setelah dipanen, bagian akar selada kriting

dicuci dan daun-daun yang rusak

dibuang. Kelompokkan daun selada

keriting berdasarkan

ukuran. Pengerjaan

pasca panen harus

dilakukan dengan cepat

dan segera karena tanaman selada

keriting tak tahan panas dan penguapan.

Apabila pengangkutan ke pasar ada jeda waktu yang lama, simpanlah sayuran tersebut di tempat yang lembab dekat dengan air atau secara rutin diciprati air.

Cara memproduksi sayuran organik di atas bisa diaplikasikan oleh siapa saja. Nah, daripada membeli sayuran organik dengan harga cukup mahal, mengapa tak memproduksi sendiri dengan membudidayakannya? Bila hasilnya bagus, kita bahkan bisa membuka bisnis sayuran organik ini. Menyenangkan bukan. Kini, tak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak mengonsumsi sayuran organik karena ternyata kita bisa menanamnya sendiri di rumah seperti yang sudah ditulis pada cara- cara memproduksi sayuran organik di atas. (Dyah Sulistyowati, Penyuluh Ahli Madya)

20