memahami perilaku generasi z sebagai dasar …

9
165 Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk. Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Pembelajaran daring merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan jaringan internet bagi para pesertanya dengan akses yang dapat dilakukan pada teritori dan waktu yang fleksibel. Selain itu pembelajaran daring dapat dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka dalam bentuk pembelajaran campuran (blended learning). Namun penerapan pembelajaran daring berdampak pada perubahan dalam budaya pembelajaran. Posisi siswa dituntut menjadi lebih individual dalam mengatur pembelajarannya. Kemajuan teknologi informasi digi- tal menyebabkan multiplisitas layar digital. Dengan semakin portabelnya berbagai gawai, memberi kemudahan bagi penggunanya untuk bergerak dari satu gawai ke gawai yang lain dalam mengakses berbagai informasi. Seseorang dapat melakukan berbagai tugas secara bersamaan (multitasking) dan mempunyai kecende-rungan terdistraksi. Multitasking secara negatif mempengaruhi konsentrasi, keterlibatan dan efisiensi kinerja dalam pengerjaan tugas. Fenomena multitasking dan distraksi tersebut berpengaruh pada pembelajaran daring. Terbukti dari rendahnya keterlibatan siswa dalam mengikuti materi pembelajaran daring. Beberapa penelitian menunjukkan tingginya tingkat drop out dalam mengikuti materi daring dibandingkan perkuliahan tatap MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN DARING Andreas Rio Adriyanto 1) , Imam Santosa 2) , dan Achmad Syarief 3) 1 Institut Teknologi Bandung email: [email protected] 2 Institut Teknologi Bandung 3 Institut Teknologi Bandung ABSTRACT Virtualization in learning provides a barrier between students and lectures. The existence of a digital partition creating a boundary that gives freedom of students to collect data and information. Previous studies have shown the low engagement on students in completing online learning courses. Although there are still weak- nesses, the implementation of online learning is a necessity. Students who will use this online learning are generation Z. They were born in the period of 1997-2012 when computer technology and the internet had developed. They are more familiar with the concept of digital information technology before getting to know the concept of school. This generation is also referred to as digital natives. This research uses literature studies and surveys on digital generation in relation to their digital activities. The results of this study are expected to be one source of understanding the behavior of Generation Z as the basis of developing online learning materials. Keywords: Generation Z, digital activites, online learning. muka (Levy, 2007). Pada pembelajaran daring dari MIT, Stanford dan UC Berkley terdapat 80% sampai 90% angka drop out. Dan hanya 7% dari 50.000 peserta kuliah daring yang lulus (Meyer, 2012). Rata-rata yang menyelesaikan kuliah daring sekitar 10% (Liyanagunawardena dkk., 2013). Pada materi Bioelec- tricity di pembelajaran daring Duke University, tingkat drop out-nya berkisar 94%. Pada 50.000 pendaftaran di 50 perkuliahan Massive Open Online Course (MOOC), rata-rata kelulusan di bawah 10% (Jordan, 2013). Beberapa penelitian yang mengkaji penyebabnya antara lain karena perkuliahan daring ini tidak dirancang baik (Gutl dkk., 2014), ketidakcocokan dalam gaya pembelajaran (O’Connor dkk. 2003), konten video yang panjang menurunkan keterlibatan siswa, pengajar yang tidak berbicara secara antusias dan memperlihatkan sisi personalnya (Guo dkk., 2014). Penelitian lainnya menyatakan bahwa konten video menjadi faktor penentu dalam memprediksi kondisi drop out tersebut (Feng dkk., 2019). Pembelajaran daring yang dikenal dengan istilah Massive Open Online Course ( MOOC) berkembang pesat sejak diperkenalkan pada tahun 2008 sampai sekarang (Siemens, 2005). Konten materi di berbagai penyedia MOOC lebih banyak menampilkan materi berbasis video. Penelitian yang dilakukan Breslow dkk. (2013) dan Seaton dkk. (2013)

Upload: others

Post on 12-Nov-2021

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

165

Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran daring merupakan suatumetode pembelajaran yang menggunakan jaringaninternet bagi para pesertanya dengan akses yang dapatdilakukan pada teritori dan waktu yang fleksibel. Selainitu pembelajaran daring dapat dikombinasikan denganpembelajaran tatap muka dalam bentuk pembelajarancampuran (blended learning). Namun penerapanpembelajaran daring berdampak pada perubahandalam budaya pembelajaran. Posisi siswa dituntutmenjadi lebih indiv idual dalam mengaturpembelajarannya. Kemajuan teknologi informasi digi-tal menyebabkan multiplisitas layar digital. Dengansemakin portabelnya berbagai gawai, memberikemudahan bagi penggunanya untuk bergerak darisatu gawai ke gawai yang lain dalam mengaksesberbagai informasi. Seseorang dapat melakukanberbagai tugas secara bersamaan (multitasking) danmempunyai kecende-rungan terdistraksi. Multitaskingsecara negatif mempengaruhi konsentrasi, keterlibatandan efisiensi kinerja dalam pengerjaan tugas.

Fenomena multitasking dan distraksi tersebutberpengaruh pada pembelajaran daring. Terbukti darirendahnya keterlibatan siswa dalam mengikuti materipembelajaran daring. Beberapa penelit ianmenunjukkan tingginya tingkat drop out dalammengikuti materi daring dibandingkan perkuliahan tatap

MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR PENGEMBANGANMATERI PEMBELAJARAN DARING

Andreas Rio Adriyanto1), Imam Santosa2), dan Achmad Syarief3)

1Institut Teknologi Bandungemail: [email protected]

2 Institut Teknologi Bandung3 Institut Teknologi Bandung

ABSTRACT

Virtualization in learning provides a barrier between students and lectures. The existence of a digital partitioncreating a boundary that gives freedom of students to collect data and information. Previous studies haveshown the low engagement on students in completing online learning courses. Although there are still weak-nesses, the implementation of online learning is a necessity. Students who will use this online learning aregeneration Z. They were born in the period of 1997-2012 when computer technology and the internet haddeveloped. They are more familiar with the concept of digital information technology before getting to know theconcept of school. This generation is also referred to as digital natives. This research uses literature studiesand surveys on digital generation in relation to their digital activities. The results of this study are expected tobe one source of understanding the behavior of Generation Z as the basis of developing online learningmaterials.

Keywords: Generation Z, digital activites, online learning.

muka (Levy, 2007). Pada pembelajaran daring dari MIT,Stanford dan UC Berkley terdapat 80% sampai 90%angka drop out. Dan hanya 7% dari 50.000 pesertakuliah daring yang lulus (Meyer, 2012). Rata-rata yangmenyelesaikan kuliah daring sekitar 10%(Liyanagunawardena dkk., 2013). Pada materi Bioelec-tricity di pembelajaran daring Duke University, tingkatdrop out-nya berkisar 94%. Pada 50.000 pendaftarandi 50 perkuliahan Massive Open Online Course(MOOC), rata-rata kelulusan di bawah 10% (Jordan,2013). Beberapa penelit ian yang mengkajipenyebabnya antara lain karena perkuliahan daringini t idak dirancang baik (Gutl dkk., 2014),ketidakcocokan dalam gaya pembelajaran (O’Connordkk. 2003), konten video yang panjang menurunkanketerlibatan siswa, pengajar yang tidak berbicarasecara antusias dan memperlihatkan sisi personalnya(Guo dkk., 2014). Penelitian lainnya menyatakanbahwa konten video menjadi faktor penentu dalammemprediksi kondisi drop out tersebut (Feng dkk.,2019).

Pembelajaran daring yang dikenal denganistilah Massive Open Online Course (MOOC)berkembang pesat sejak diperkenalkan pada tahun2008 sampai sekarang (Siemens, 2005). Kontenmateri di berbagai penyedia MOOC lebih banyakmenampilkan materi berbasis video. Penelitian yangdilakukan Breslow dkk. (2013) dan Seaton dkk. (2013)

Page 2: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

166

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

pada edX ditemukan bahwa siswa lebih banyakmenghabiskan waktunya menonton materi video.Begitu juga pada Coursera, siswa lebih banyakmenghabiskan waktunya pada video (Kizilcec, 2013).Kelemahan materi video yaitu siswa cenderungmenerima informasi secara pasif dan kurangnyaketerlibatan siswa secara aktif dengan materi(Koedinger dkk., 2015). Permasalahan lain untukmateri video yaitu dari sisi kualitas serta kuantitasmateri dan cara penyampaian yang menyebabkansiswa cenderung melewatkan bagian tertentu darimateri video bila merasa sudah memahami materi.(Kim dkk., 2014 dan Guo dkk., 2014).

Dengan berbagai kekurangan yang ada,penerapan pembelajaran daring merupakan suatukeniscayaan. Terdapat beberapa alasan yangmelatarbelakangi teknologi informasi digital dapatdimanfaatkan secara optimal dalam peningkatan bobotpembelajaran serta pengelolaan pendidikan (Indrajit,2016). Alasan pertama berkaitan dengan sumber dayapembelajaran yang mengalami evolusi bentuk.Terdapat empat kali revolusi dalam dunia pembelajaranakibat adanya teknologi dan konsep komunikasi.Revolusi pertama yaitu penemuan konsep bahasa.Keter-batasannya ketika orang yang inginmendapatkan pengetahuan harus bertemu fisik danberkomunikasi dengan sang guru. Kemudianmemunculkan revolusi yang kedua denganditemukannya tulisan. Tulisan tangan diterapkan padabatu, kayu, lontar, papirus, dan kertas.Permasalahannya yaitu karena keterbatasan jumlahdokumen dan menjadi rebutan banyak pihak. Revolusiketiga dengan ditemukannya mesin cetak Guttenbergyang dapat memperbanyak dokumen dalam waktuyang lebih cepat. Permasalahannya lebih banyak kemasalah distribusi, seperti biaya kirim yang mahal danterlambatnya informasi tersebut. Revolusi yangterakhir yang sekarang terjadi yaitu penemuanteknologi digital dan internet. Berkas-berkas yangsemula diproduksi secara cetak dapat diproduksidalam bentuk file-file digital. Proses penggandaan danpenyebarannya dapat dilakukan dengan super cepatdengan terkoneksinya dunia lewat jaringan internet.Seseorang dapat melakukan proses pembelajarantanpa terikat lokasi dan waktu (pembelajaran sesuaipermintaan).

Alasan kedua yaitu faktor manusia yangmemiliki keterbatasan fisik dan inderawi. Karenakemampuan fisik manusia terbatas maka manusiaperlu dibantu oleh teknologi. Teknologi berfungsi untukmemperkuat keadaan fisik manusia sehingga dapatberlangsung lebih lama, lebih luas, dan lebih konsisten.

Karena selain adanya keterbatasan fisik terdapat pulaketerbatasan lain seperti keterbatasan ingatan,konsistensi, jumlah, lokasi, jumlah dan akses. Alasanketiga karena setiap individu memiliki kecerdasan dangaya belajar yang beragam. Tiap individu dikaruniaikeunikan dan kemampuan yang beragam. Mengingatperbedaan ini, maka gaya belajar pun berbeda-beda.Pendekatan dalam pembelajaran pun akan berbeda-beda. Teknologi informasi digital dan komunikasi dapatmemberikan solusi atas permasalahan perbedaantersebut. Alasan keempat untuk efisiensi dankeefektifan penyelenggaraan dan pengelolaanpendidikan. Terkait dengan kinerja sumber daya dalampenyelenggaran pendidikan, teknologi informasi digi-tal diperlukan untuk menjalankan fungsi pencapaiandan pengawasan. Teknologi informasi dapatdioptimalkan untuk mempermudah proses pekerjaan,kecepatan kerja, pengurangan biaya dan keunggulan..

Selain alasan-alasan pemanfaatan teknologiinformasi digital yang telah dikemukakan tersebut,terdapat faktor-faktor lain yang dapat menjadipenggerak pengembangan pembelajaran daring untukpendidikan tinggi di Indonesia. Fenomena biayaperkuliahan yang semakin mahal (Litbang Kompas,2017), jumlah dosen yang terbatas dan jumlahmahasiswa yang semakin bertambah. Kemudian faktabahwa daya saing sumber daya manusia peringkatIndonesia berada pada level 36 dari total 137 negara(Schwab, 2017), bila dibanding dengan negara-negaratetangga di Asia Tenggara seperti Singapura padaperingkat 3, Malaysia pada peringkat 23 dan Thailandpada peringkat 32. Data dari Biro Pusat Statistik (2018)menyatakan bahwa terdapat 5,89% atau sekitar350.000 pengangguran pendidikan tinggi.Pembelajaran yang berkelanjutan (life long learning)menjadi hal yang penting untuk meningkatkan dayasaing sumber daya manusia Indonesia. Di sisi regulasipemerintah sudah membuat aturan hukum mengenaipendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauhmempunyai tujuan dalam perluasan akses dankemudahan layanan pendidikan tinggi. denganberbagai bentuk media komunikasi seperti yangtercantum dalam Pasal 31 Undang Undang Nomor 12Tahun 2012 (Republik Indonesia, 2012).Pelaksanaannya kemudian diperkuat oleh PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109 Tahun2013 tentang penyelenggaraan pendidikan jarak jauhpada pendidikan tinggi (Menteri Pendidikan danKebudayaan Republik Indonesia, 2013).

Menurut Indrajit (2016), generasi yang lahir diatas tahun 1990 terbiasa melihat teknologi informasidigital dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Page 3: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

167

Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Mereka berada dalam empat ranah dalam memperolehpendidikan. Pertama, generasi ini mendapatkanpendidikan melalui interak-tifitas dalam keluargamereka, kedua melalui aktivitas pendidikan di sekolahformal, ketiga melalui kegiatan dan hubungan denganrekan di dalam publik dan keempat melalui proseseksplorasi ranah digital. Dan kecenderungan untukberinteraksi di dunia digital menunjukkan peningkatan.Generasi yang dilahirkan setelah tahun 2000mempunyai konsep berbasis teknologi sebelum yangbersangkutan mengenal konsep sekolah. Publikasi inibertujuan untuk melihat fenomena mahasiswakhususnya generasi Z dan bagaimana preferensimereka terhadap dunia digital. Hal dapat dijadikanlandasan awal untuk perancangan pembelajaran dar-ing bagi generasi digital.

II. KAJIAN LITERATUR

Generasi digital yang mendominasipenggunaan produk teknologi informasi digital olehPrensky (2001) disebut sebagai digital native, ataupenduduk asli digital, adapun di sisi lainnya terdapatdigital immigrant. Digital native merupakan merekayang dari masa kecil dibesarkan dalam lingkunganyang terkait dengan teknologi informasi digital. Di sisilain digital immigrant merupakan golongan generasisebelumnya, yang pernah mengalami masa-masaevolusi mekanik dan elektronik analog, sehinggamereka menjadi pendatang atau imigran dalammasyarakat jejaring digital. Generasi Y (millennial) dangenerasi Z termasuk dalam digital native. Generasidigital yang sekarang menjadi mahasiswa dalampendidikan tinggi termasuk dalam generasi Z.Beberapa penggolongan generasi Z menurut beberapapenelitian antara lain Pew Research pada generasikelahiran 1997 dan McCrindle pada generasi kelahiran1995-2009.

Dalam penelitian terhadap responden yangberusia 8 sampai 18 tahun, Rideout dkk. (2010)menemukan bahwa partisipan menggunakan dua ataulebih media secara bersamaan. Penelitian Park (2013)menemukan bahwa tiga perempat respondenmenggunakan media digital lain (tablet, smartphone,laptop) ketika mereka menonton televisi. Penelitianpada remaja dan orang dewasa di Belandamenunjukkan bahwa 22% waktu yang dihabiskandalam penggunaan media dilakukan pada dua ataulebih media secara bersamaan (Voorveld dan van derGoot, 2013). Fenomena multitasking banyak terjadipada generasi muda dengan potensi efek kognitif(Prensky, 2001) (Richtel. 2010). Penelitian Zwarun dan

Hall (2014) menegaskan bahwa multitasking lebihbanyak terjadi generasi muda. Hampir 52% dariresponden berusia 18-24 tahun melakukan aktivitaslain ketika diadakan survei tersebut.

Beberapa penelitian tentang generasi digitaljuga dilakukan di Indonesia. Menurut Ali (2017) yangmeneliti tentang millennial nusantara menyatakanbahwa konsumsi internet generasi ini lebih tinggidibanding generasi sebelumnya. Mereka menyukaisitus dan media sosial yang bersifat hiburan sepertiYoutube dan Instagram, dibandingkan generasisebelumnya yang lebih banyak mengakses Facebookdan Twitter. Meski sangat aktif di internet namunmereka tidak aktif dalam menyuarakan opini di mediasosial yang sifatnya publik, namun lebih yang bersifatpersonal seperti Snapchat, Whatsapp, dan Line. Faisal(2017) menyebut generasi ini sebagai generasi Phiyang rentang tahun kelahirannya antara 1989-2000,sedikit beririsan dengan generasi Z secara umum.Dalam kajian mengenai generasi, perlu dilihatperbedaan kultural dari suatu tempat generasi ituberada. Kultur kedaerahan di Indonesia sangatlah kuat,sehingga tidak bisa menyamakan karakter darigenerasi tersebut. Studi etnografi yang dilakukanmenunjukkan bahwa identitas sosial generasi tersebutberbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.Ada lima aspek dari generasi digital yang pentingdipahami. Pertama, generasi digital mempunyai sifatkomunal. Kedua, cenderung menyukaikesederhanaan. Ketiga, memiliki personalitas yangramah. Keempat, berpegang pada ni lai-ni laikebijaksanaan. Kelima, generasi digital memegangkuat rasa kekeluargaan.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode surveidalam kaitannya untuk melihat aktivitas generasi Zterutama yang berkaitan dengan aktivitas digital.Pengumpulan data dilakukan dengan cara membuatsurvei berupa kuesioner yang didistribusikan secaraonline pada pada tanggal 1 Mei 2019 sampai 7 Mei2019 dengan jumlah responden sebanyak 141 orang.Kuesioner ini disebarkan kepada mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di kota Bandung dan Jakarta.Alasan dipilih kedua kota tersebut karena jumlah danragam perguruan tinggi yang terdapat di kedua kotatersebut diharapkan dapat mewakili kondisi perguruantinggi di Indonesia. Penjelasan secara deskriptif hasilsurvei tersebut untuk memberikan gambaran terhadapaktivitas digital generasi Z di kota-kota tersebut.

Page 4: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

168

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari survei tersebut dapat dianalisissebagai berikut. Dominasi mahasiswa yang berasaldari provinsi Jawa Barat dan mahasiswa luar pulauJawa. Kemudian diikuti oleh mahasiswa yang berasaldari DKI Jakarta dan Jawa Tengah (Gambar 1).Keseluruhan mahasiswa yang mengikuti surveimempunyai tahun kelahiran antara tahun 1995 sampai2002. Hal ini sesuai dan mendekati denganpenggolongan generasi Z oleh Pew Research danMcCrindle.

Analisis berlanjut untuk melihat perilakumahasiswa generasi digital ini. Ketika tidak melakukansuatu kegiatan, mereka cenderung untuk membukasmartphone mereka (Gambar 2). Hal ini memangmenjadi fenomena yang terlihat di mana-mana, yangtidak saja generasi digital yang merupakan digitalnative namun juga generasi sebelumnya yangmerupakan digital immigrant.

Gambar 1: Asal daerah respondenSumber: Adriyanto, 2019

Hanya 11 orang saja dari 141 orang yangdisurvei melakukan kegiatan lain di luar membukagawai mereka. Kondisi ini kemudian diperkuat denganfrekuensi dalam berhubungan dengan gawai. Hampir64% mahasiswa selalu mengecek smartphone-nyasetiap setengah jam yang berarti 88 mahasiswa dari141 responden melakukannya setiap kali. Dan bahkanhal ini mempengaruhi keseharian mereka. Sebelumtidur pun, aktivitas untuk mengecek smartphonedilakukan oleh 90% dari responden (Gambar 3)

Gambar 2: Perilaku dengan gawai digitalSumber: Adriyanto, 2019

Gambar 3: Aktivitas dengan gawai digitalSumber: Adriyanto, 2019

Berkaitan dengan media lain, generasi inisudah jarang untuk menonton televisi. Bahkan 50 or-ang dari 141 responden tidak menonton televisi samasekali. Hal ini sesuai dengan perubahan paradigmakomunikasi global. Menurut Orihuela (2003) saat initerjadi pergeseran paradigma dalam komunikasi daribudaya visual menuju ke budaya hiper yang merupakangabungan antara budaya lisan, tulisan dan visual.Salah satu indikatornya yaitu pusat informasi berubahdari yang berpusat pada tontonan (media televisi)menjadi berpusat pada pengguna. Bahkan aktivitasketika menonton televisi dan menggunakan komputerpun sambil memeriksa gawai lain seperti smartphonedan tablet. 62% dan 77% mahasiswa melakukanaktivitas multitasking ini (Gambar 4). Hal ini sesuaidengan penelitian sebelumnya dilakukan Prensky(2001), Richtel (2010), Park (2013), Zwarun dan Hall(2014). Bahkan dalam melakukan pengisian surveiinipun, 30% responden mengisi survei sambilmelakukan beraktivitas digital lainnya.

Gambar 4: Aktivitas multitaskingSumber: Adriyanto, 2019

Fenomena lainnya yaitu aktivitas online yangdilakukan generasi ini setiap harinya. Durasi waktuyang dihabiskan untuk beraktivitas secara online baiksecara mobile dan desktop rata-rata lebih dari limajam sehari. 46% atau 64 mahasiswa dari 141

Page 5: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

169

Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

responden menghabiskan lebih dari lima jam sehari.33% menghabiskan waktu online sebanyak tigasampai lima jam sehari (Gambar 5).

Gambar 5: Waktu yang dihabiskan secara daringSumber: Adriyanto, 2019

Aktivitas di media sosial menjadi porsi aktivitaspaling dominan dalam berinternet, setelah itu baruaktivitas dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah. Porsimengerjakan tugas kuliah hampir seimbang denganaktiv itas bermain game. Sedangkan aktiv itasmemperoleh informasi seperti membaca berita danartikel hanya dilakukan 11% responden (Gambar 6).

Gambar 6: Aktivitas digital secara daringSumber: Adriyanto, 2019

Berkaitan dengan tingkat literasi, generasi digi-tal ini mengalami lompatan budaya. Setelah melewatibudaya lisan, budaya tulisan dan budaya visual,kemudian masuk di era digital yang menggabungkanbudaya lisan, tulisan dan visual menjadi kesatuandalam budaya hiper. Proses pemahaman budayatulisan sendiri cenderung dilewati. Hal ini dibuktikandengan survei pada generasi ini yang hanya kadang-kadang membaca buku cetak, bahkan 10 persenresponden sama sekali tidak pernah membaca bukucetak (Gambar 7). Budaya tulisan ini berfokus padapenalaran pembacanya dan membutuhkan kesendirianyang reflektif.

Gambar 7: Aktivitas membaca bukuSumber: Adriyanto, 2019

Dominasi buku yang sering dibaca olehgenerasi Z ini merupakan buku-buku fiksi seperti novel,cerpen, sedangkan buku-buku yang bersifat akademishanya dibaca oleh 33% atau 46 dari 141 responden(Gambar 8). Hasil ini sesuai dengan penelitian yangsudah dilakukan oleh Central Connecticut State Uni-versity yang mengkaji tingkat literasi 61 negara (Millerdan McKenna, 2016). Riset ini memposisikan Indo-nesia pada level 60 dari 61 negara. Peringkat terbaikdi dunia ditempati negara-negara Scandinavia yaituberturut-turut dari peringkat satu sampai lima;Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark dan Swedia.

Gambar 8: Jenis buku yang dibacaSumber: Adriyanto, 2019

Bukti lain generasi ini secara kuantitas kurangdalam membaca dapat dilihat dari survei. Generasi Zini umumnya membaca satu buku atau kurang dalamsatu bulan. Walau demikian generasi ini umumnyamasih menyukai membaca buku fisik dibandingkanmembaca buku digital (Gambar 9 dan Gambar 10).

Gambar 9: Frekuensi membacaSumber: Adriyanto, 2019

Page 6: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

170

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 10: Media buku yang disukaiSumber: Adriyanto, 2019

Selanjutnya berkaitan dengan bagaimanagenerasi Z mengelola informasi di internet. Perilakugenerasi ini dominan untuk membaca secara cepat,mencari yang penting dan kemudian dipahami lebihdalam. Sedangkan hanya 22% yang membaca secaraperlahan untuk kemudian dipahami (Gambar 11).

Gambar 11: Perilaku membaca informasiSumber: Adriyanto, 2019

Kaitannya dengan aktivitas ini, bahwa merekacenderung untuk menerima informasi secara instan,cepat dan ada kemungkinan tidak reflektif dibandingkandengan membaca buku cetak secara individual.Berkaitan dengan tugas-tugas akademis, generasi inisudah terbiasa mencari tulisan-tulisan di jurnal untukdijadikan referensi dalam tulisan ilmiah mereka.Wikipedia dan buku digital masih menjadi acuan utamadalam mencari referensi, walaupun ada menggunakanreferensi dari blog dan video untuk referensi tersebut(Gambar 12).

Gambar 12: Sumber referensiSumber: Adriyanto, 2019

Dalam kaitannya dengan multitasking, dalammencari referensi tugas akademik, mahasiswagenerasi Z cenderung sambil melakukan aktivitasdigital lain (Gambar 13). Aktivitas utama yangdilakukan sambil membaca media sosial dan melihatvideo yang menarik. Sedangkan yang hanya fokuspada pencarian referensi tugas akademis hanya 14%atau 19 orang dari 141 responden.

Gambar 13: Perilaku multitaskingSumber: Adriyanto, 2019

Cara umum yang dilakukan mahasiswagenerasi Z dalam mengolah informasi dari internetsebagian besar masih melakukan copy-paste sumberuntuk kemudian dimodifikasi. Separuh dari respondenmemahami informasi terlebih dahulu kemudian ditulisulang dengan bahasa mereka sendiri. Namun separuhlagi menggunakan cara instan dengan melakukancopy-paste sambil dimodifikasi (Gambar 14). Hal inimenunjukkan literasi menulis pun masih belummenjadi perilaku yang utama pada generasi Z ini.

Gambar 14: Perilaku mengelola informasi daringSumber: Adriyanto, 2019

Dalam kondisi multitasking, mahasiswakadang-kadang tidak fokus dalam mengolah informasi.24% responden yang dapat fokus dalam keadaanmultitasking. Sisanya tidak fokus dan kadang-kadangsaja mengalami fokus (Gambar 15). Hal inimenunjukkan mudahnya generasi ini teralihkan olehaktivitas digital lain dan melupakan aktivitas utamanya.Perancangan materi informasi yang baik dapatbertujuan untuk menarik generasi ini mengikuti danmemahami informasi yang disampaikan.

Page 7: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

171

Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 15: Tingkat fokus dalam multitaskingSumber: Adriyanto, 2019

Pengaturan informasi dalam materi digitalharuslah dikombinasikan unsur teks dan gambardengan komposisi yang baik. Hasil dari surveimenunjukkan generasi ini lebih menyukai informasiyang merupakan kombinasi gambar dan teks. 19%atau 26 responden dari 141 orang menyukainyainformasi yang berupa visual dan hanya 9% yang lebihtertarik informasi berupa teks (Gambar 16). Hal inimenunjukkan kurang minatnya membaca teks secaralangsung di layar komputer, terlebih bila jumlah teksyang panjang.

Gambar 16: Jenis informasi daringSumber: Adriyanto, 2019

Dalam kaitannya dengan perkuliahan daring,ternyata sebagian besar responden belum pernahsama sekali mengikuti perkuliahan secara daring.Hanya sejumlah kecil responden yang pernahmengikuti perkuliahan daring (Gambar 17).

Gambar 17: Jenis informasi daringSumber: Adriyanto, 2019

Hal ini yang kemudian akan dijadikanpertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjutterkait dengan pengalaman pengguna khususnyamahasiswa yang pernah menggunakan pembelajarandaring. Tujuannya untuk mendapatkan pandangan darigenerasi Z yang dapat dijadikan salah satu fitur atauelemen dalam perancangan pembelajaran daring.

V. KESIMPULAN

Penelitian ini merupakan penelitian awal untukmemahami perilaku generasi Z Indonesia berkaitandengan aktivitas digital mereka. Data sementara inidapat dijadikan masukan awal dan pertimbangandalam perancangan pembelajaran daring. Penelitianlebih lanjut dan mendalam akan dilakukan penelitianfenomenologi mahasiswa generasi Z dalamberinteraksi dengan media pembelajaran daring.

Berdasarkan survei aktivitas digital dapatdisimpulkan bahwa generasi Z ini terbiasa dalamaktivitas digital yang terkait teknologi informasi.Mereka sudah terbiasa menggu-nakan berbagaiaplikasi yang terkoneksi internet. Dapat disimpulkanbahwa penggunaan jaringan internet dalammenyampaikan materi pembelajaran merupakan suatuhal yang wajar karena generasi ini sudah terbiasadengan aktivitas secara daring. Walau demikian adakecenderungan untuk melakukan multitasking dandapat mengakibatkan distraksi dalam menerimainformasi. Perancangan materi pembelajaran daringyang memberikan kenyamanan bagi mahasiswa danmemberikan keterikatan yang tinggi menjadipertimbangan dalam perancangan. Rendahnya literasimembaca dan menulis menjadi bahan pertimbanganbagaimana merancang pembelajaran daring yangefektif. Pengaturan komposisi elemen teks dan visualmenjadi kemungkinan salah satu pertimbangan dalamperancangan materi daring.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. dan Purwandi L. (2017): Millennial Nusantara.PT Gramedia Pustaka Utama

Biro Pusat Statistik. (2018): Tingkat pengangguranterbuka. Data diperoleh melalui situsinternet: https:// www.bps .go.id/pressrelease/2018/11/05/1485/agustus-2018—tingkat-pengangguran-terbuka—tpt—sebesar-5-34-persen.html. Diunduh padatanggal 21 April 2019.

Page 8: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

172

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Breslow, L., Pritchard, D.E., DeBoer, J., Stump, G.S.,Ho, A.D., dan Seaton, D.T. (2013): Study-ing learning in the worldwide classroom:Research into edX’s first MOOC. Researchand Practice in Assessment, Vol 8.

Faisal, M. (2017): Generasi Phi. Memahami MilenialPengubah Indonesia. Republika Penerbit,Jakarta.

Feng, W., Tang, J., dan Liu, T.X. (2019): Understand-ing dropouts in MOOCs. Association for theAdvancement of Artificial Intelligence.

Guo, P. J., Kim, J., Rubin, R. (2014): How video pro-duction affects student engagement: an em-pirical study of MOOC videos. L@S ’14 Pro-ceedings of the first ACM conference onLearning @ scale conference Pages 41-50.Atlanta, Georgia, USA — March 04 - 05,2014

Gütl, C., Rizzardini, R.H., Chang, V., dan Morales,M. (2014): Attrition in MOOC: lessonslearned from drop-out students. LearningTechnology for Education in Cloud. MOOCand Big Data, Third International Workshop,LTEC 2014 Santiago, Chile, September 2–5, 2014 Proceedings. P.38-48

Indrajit, R.E. (2016): E-learning dan sistem informasipendidikan. Modul pembelajaran berbasisstandar kompetensi dan kualifikasi kerja,Preinexus, Yogyakarta.

Jordan, K. (2013): MOOC completion rates: The data,data diperoleh melalui situs internet: http://www.katyjordan.com/MOOCproject.htmlDiunduh pada tanggal 24 Oktober 2019

Kim, J., Guo, P., Seaton, D.T., Mitros, P., Gajos, K.Z.,dan Miller, R.C. (2014): Understanding in-video dropouts and interaction peaks inonline lecture videos. In Proceedings of theFirst ACM Conference on Learning @ ScaleConference (L@S ’14), Atlanta, GA, March4-5, 31 – 40.

Kizilcec, R. F., Piech, C., dan Schneider, E. (2013):Deconstructing disengagement: analyzinglearner subpopulations in massive openonline courses. In Proceedings of the Third

International Conference on LearningAnalytics and Knowledge, ACM, New York,NY, USA, 170 – 179.

Koedinger, K.R., Kim, J., Jia, J.Z., McLaughlin, E.A.,dan Bier, N.L. (2015): Learning is Not a Spec-tator Sport: Doing is Better than Watchingfor Learning from a MOOC, In Proceedingsof the Second ACM Conference on Learn-ing @ Scale Conference (L@S 2-15), March14-18, Vancouver BC, Canada.

Levy, Y. (2007): Comparing dropouts and persistencein e-learning courses. Computers & Educa-tion, 48 (2), 185-204.

Litbang Kompas. (2017): Jajak Pendapat MenimbangBiaya Kuliah. Data diperoleh melalui situsinternet: https://kompas.id/baca/muda/2017/12/15/jajak-pendapat-menimbang-biaya-kuliah/. Diunduh pada tanggal 21 April2019.

Liyanagunawardena, T.R., Adams, A.A., dan Williams,S.A. (2013): MOOCs: a systematic studyof the published literature 2008-2012, Inter-national Review of Research in Open andDistance Learning, 14 (3) 202-227.

McCrindle (2019): Understanding Gen Z Recruiting,Training And Leading The Next Generation.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indo-nesia. (2013): Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Nomor 109 Tahun 2013tentang Penyelenggaraan Pendidikan JarakJauh pada Pendidikan Tinggi. KementerianPendidikan dan Kebudayaan Republik Indo-nesia. Jakarta

Meyer, R. (2012): What it’s like to teach a MOOC(and what the heck’s a MOOC?), The Atlan-tic, data diperoleh melalui situs internet:http://tinyurl.com/cdfvvqy Diunduh padatanggal 24 Oktober 2019

Miller, J.W. dan McKenna, M.C. (2016): World literacyhow countries rank and why it matters, 1stEdition Routledge

O’Connor, C., Sceiford, E., Wang, G., Foucar-Szocki,D., Griffin, O. (2003): Departure, abandon-

Page 9: MEMAHAMI PERILAKU GENERASI Z SEBAGAI DASAR …

173

Memahami Perilaku Generasi Z sebagai Dasar Pengembangan... - Andreas Rio Adriyanto, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

ment, and aropout of e-learning: dilemmaand solutions. Masie Center E-LearningConsortium. James Madison University

Orihuelae, J.L. (2003): Communication: The 10 Para-digms of Media in the Digital Age. II A20COST Conference Towards New Media Para-digms

Park, Y. (2013): Changes in TV viewing habits: Anempirical analysis of second screen usage.Asian Journal of Information and Commu-nications, 5, 33–44

Pew Research. (2018): Defining generations: wheremillennials end and post-millennials begin.Data diperoleh melalui situs internet: http://www.pewresearch.org/fact-tank/2018/03/01/defining-generations-where-millennials-end-and-post-millennials-begin/ Diunduhpada tanggal 11-10-2018.

Prensky, M. (2001): On the horizon. MCB UniversityPress, Vol. 9 No. 5, October 2001

Republik Indonesia. (2012): Undang-Undang No. 12Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.Lembaran Negara RI Tahun 2012, No. 158.Sekretariat Negara. Jakarta.

Richtel, M. (2010): Growing up digital, wired for dis-traction. The New York Times (pp. A1, A20).Data diperoleh melalui situs internet: https:/

/www. nytimes.com /2010/11/21/technol-ogy/21brain.html?_r=1&ref=educationDiunduh pada tanggal 21 April 2019.

Rideout, V.J., Foehr, U.G., dan Roberts, D.F. (2010):Generation M2: Media in the life of 8- to 18year-olds. The Henry J. Kaiser Family Foun-dation.

Schwab, K. (2017): The Global Competitiveness Re-port 2017-2018, World Economic Forum.

Seaton, D. T., Bergner, Y., Chuang, I., Mitros, P., danPritchard, D.E. (2013): Who does what in amassive open online course? Communica-tions of the ACM, 57, 58 – 65.

Siemens, G. (2005): Connectivism: A learning theoryfor the digital age. International Journal ofInstructional Technology & Distance Learn-ing, Volume 2, Number 1, pp. 3–10.

Voorveld, H. A. M., dan van der Goot, M. (2013): Agedifferences in media multitasking: A diarystudy. Journal of Broadcasting and Elec-tronic Media, 57, 392–408.

Zwarun, L. dan Hall, A. (2014): What’s going on? Age,distraction, and multitasking during onlinesurvey taking. Computer in HumanBehaviour