mekanisme kerja

1

Upload: veysusan

Post on 11-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vhjvhjb

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme kerja

Mekanisme kerjaArtemisinin termasuk dalam kelompok senyawa seskuiterpen lakton, bukan alkaloid atau amina seperti pada kuinin. Struktur molekul artemisinin mengandung jembatan peroksida. Struktur jembatan peroksida ini dipercaya ampuh dalam kerja obat.Parasit malaria (P falciparum dan P vivax) adalah sel-sel protozoa kecil yang masuk ke dalam inang manusia melalui gigitan nyamuk. Pertama-tama, parasit ini menyerang hati dan beranak pinak di sana selama dua minggu sebelum memulai siklus serangan sel darah merah. Perkembangan dan penggandaan parasit, serta penghancuran sel darah merah kemudian memunculkan gejala penyakit. Obat artemisinin diketahui bekerja secara spesifik selama tahap darah ini.Struktur jembatan peroksida pada molekul artemisinin diputus oleh ion Fe2+ (ion besi II) menjadi radikal bebas yang sangat reaktif. Radikal-radikal artemisinin ini kemudian menghambat dan memodifikasi berbagai macam molekul dalam parasit yang mengakibatkan parasit tersebut mati.Seperti diketahui bahwa sumber ion besi II intrasel adalah hem (komponen penting dalam hemoglobin). Oleh karena itu bisa ditebak bahwa Fe2+-hem bertanggung jawab untuk mengaktifkan artemisinin membunuh parasit. Ini dapat dibuktikan dari percobaan pembentukan komplek hem-artemisinin di dalam tabung reaksi.Fenomena ini menarik peneliti malaria karena menjelaskan kespesifikan obat dalam konteks metabolisme parasit. Selama pertumbuhan dan penggandaannya dalam sel darah merah, parasit memakan dan menghancurkan sampai 80 persen sel hemoglobin inang dalam bagian ruang yang dinamakan vakuola makanan. Ini akan melepaskan Fe2+-hem, teroksidasi menjadi Fe3+-hematin, dan kemudian mengendap dalam vakuola makanan membentuk pigmen kristal disebut hemozoin.Efek antimalaria dari artemisinin disebabkan oleh masuknya molekul ini ke dalam vakuola makanan parasit dan kemudian berinteraksi dengan Fe2+-hem. Interaksi menghasilkan "bom" radikal bebas yang menghancurkan komponen vital parasit sehingga dia mati.Mekanisme baruAkan tetapi, apa yang telah diyakini tersebut perlu dikaji ulang. Krishna beserta timnya di St George’s Hospital School, Cranmer Terrace, London, Inggris, mengungkapkan bahwa artemisinin tidak terlokalisasi dalam membran vakuola makanan. Ini dilaporkan dalam publikasi ilmiah di Nature edisi 21 Agustus 2003.Penggunaan artemisinin yang dilabel dengan molekul pendar hijau menunjukkan bahwa molekul artemisinin tersebar ke seluruh bagian sel parasit dan tidak terlokalisasi dalam vakuola makanan. Selain itu, tidak seperti obat antimalaria yang telah dikenal-seperti klorokuinin yang bekerja melalui pengikatan hem-aktivitas artemisinin tidak memerlukan hem.Lalu, bagaimana kerja artemisinin dalam menghambat degradasi hemoglobin?Menurut Krishna, artemisinin bekerja melalui penghambatan enzim ATPase bergantung kalsium (PfATP6). PfATP6 mirip dengan ATPase mamalia (disebut SERCA) yang terletak dalam kompartemen intrasel terbungkus membran yang disebut retikulum endoplasma/sarco. Pada parasit, kompartemen ini tersebar luas dalam sitoplasma di luar vakuola makanan parasit.Artemisinin yang terbungkus di dalam gelembung membran diangkut dari sel darah merah ke dalam parasit. Sekali di dalam parasit, artemisinin diaktifkan oleh ion besi bebas atau proses-proses yang bergantung besi lain dekat dengan PFATP6 dalam retikulum endoplasma.Radikal bebas yang dihasilkan artemisinin mengikat dan menghambat PFATP6 secara ireversibel dan spesifik. Kemungkinan besar radikal bebas artemisinin memodifikasi berbagai sisi pada satu target tunggal dan juga dapat mengikat beberapa jenis protein-protein parasit lain.Fungsi ATPase pada sistem kompleks pompa ion Na+/K+ adalah mengatur kadar ion di dalam sel. Kegagalan fungsi PfATP6 mengakibatkan penurunan drastis ion kalium dalam sel yang sangat mematikan parasit. Ini mirip dengan mekanisme yang terjadi pada penderita anemia sel sabit yang tahan terhadap malaria.Apa pun mekanisme kerja artemisinin, yang jelas molekul ini terbukti efektif membunuh parasit malaria dan telah dipakai untuk mengganti obat antimalaria lama yang mulai kurang mujarab. Sampai saat ini belum ada laporan kasus malaria tahan artemisinin.Malaria mungkin akan menjadi persoalan abadi bangsa Indonesia. Secara iklim, negeri ini adalah tempat yang sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan nyamuk penyebar parasit malaria. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi, ada baiknya pemerintah lewat Departemen Pertanian yang mengelola perkebunan sinkona untuk bahan baku kina mulai memikirkan mengganti sebagian tanaman tua dengan tanaman A annua atau kalau perlu membuat perkebunan baru.

ELYZANA DEWI PUTRIANTI Guru Biokimia Jurusan Kimia Universitas Sriwijaya, Palembang. Sedang meneliti skrining obat antimalaria di Departemen Parasitologi, Universitas Heidelberg, Jerman