megacolon_referat

Upload: yovan-prakosa

Post on 07-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    1/7

    DIAGNOSIS

    Diagnosis penyakit Hirschsprung harus dapat ditegakkan sedini mungkin mengingat

    berbagai komplikasi yang dapat terjadi dan sangat membahayakan jiwa pasien seperti

    enterokolitis, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi, dan septikimia yang dapat

    menyebabkan kematian. Enterokolitis merupakan komplikasi yang amat berbahaya sehingga

    mortalitasnya mencapai 30% apabila tidak ditangani dengan sempurna. Diagnosis penyakit ini

    dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan rontgen dengan enema

    barium, pemeriksaan manometri, serta pemeriksaan patologi anatomi. (Wyllie, 2000).

    Penyakit Hirschsprung harus dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan dengan berat

    lahir = 3 kg (penyakit ini tidak bisa terjadi pada bayi kurang bulan) yang terlambat mengeluarkan

    tinja (Wyllie, 2000; Mansjoer, 2000). Trias klasik gambaran klinis pada neonatus adalah

    pengeluaran mekonium yang terlambat, yaitu lebih dari 24 jam pertama, muntah hijau, dan perut

    membuncit keseluruhan (Pieter, 2005).

    ANAMNESIS

    1. Adanya keterlambatan pengeluaran mekonium yang pertama, biasanya keluar >24 jam.

    2. Adanya muntah berwarna hijau.

    3. Adanya obstipasi masa neonatus, jika terjadi pada anak yang lebih besar obstipasi

    semakin sering, perut kembung, dan pertumbuhan terhambat.

    4. Adanya riwayat keluarga sebelumnya yang pernah menderita keluhan serupa, misalnya

    anak laki-laki terdahulu meninggal sebelum usia 2 minggu dengan riwayat tidak dapat

    defekasi (Lee, 2009).

    Pada anak:

    1. Failure to thrive (gagal tumbuh)

    2. Nafsu makan tidak ada (anoreksia)

    3. Rektum yang kosong melalui perbaan jari tangan4. Kolon yang teraba

    5. Hipoalbuminemia, kasus lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis di kemudian

    hari.

    Pada anak yang lebih besar, gejalanya adalah sembelit menahun, perut menggembung dan

    gangguan pertumbuhan.

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    2/7

    5.

    MANIFESTASI KLINIS

    Gambaran klinis penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia, dan gejala

    klinis yang mulai terlihat pada :

    1. Periode Neonatal

    Manifestasi penyakit Hirschsprung yang khas biasanya terjadi pada neonatus cukup

    bulan. Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran mekonium yang

    terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih

    dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang signifikans. Pada lebih dari 90% bayi

    normal, mekonium pertama keluar dalam usia 24 jam pertama, namun pada lebih dari 90%

    kasus penyakit Hirschsprung mekonium keluar setelah 24 jam. Mekonium normal berwarna

    hitam kehijauan, sedikit lengket dan dalam jumlah yang cukup. Swenson (1973) mencatat

    angka 94% dari pengamatan terhadap 501 kasus sedangkan Kartono mencatat angka 93,5%

    untuk waktu 24 jam dan 72,4% untuk waktu 48 jam setelah lahir. Muntah hijau dan distensi

    abdomen biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera. Distensi

    abdomen merupakan manifestasi obstruksi usus letak rendah dan dapat disebabkan oleh

    kelainan lain, seperti atresia ileum dan lain-lain. Muntah yang berwarna hijau disebabkan

    oleh obstruksi usus, yang dapat pula terjadi pada kelainan lain dengan gangguan pasase usus,

    seperti pada atresia ileum, enterokolitis netrotikans neonatal, atau peritonitis intrauterine.

    Tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan khususnya di sekitar umbilicus, punggung,

    dan di sekitar genitalia ditemukan bila telah terdapat komplikasi peritonitis. Sedangkan

    enterokolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi penderita penyakit

    Hirschsprung ini, yang dapat menyerang pada usia kapan saja, namun paling tinggi saat usia

    2-4 minggu, meskipun sudah dapat dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diarrhea,

    distensi abdomen, feces berbau busuk dan disertai demam. Swenson mencatat hampir 1/3

    kasus Hirschsprung datang dengan manifestasi klinis enterokolitis, bahkan dapat pula terjadi

    meski telah dilakukan kolostomi (Kartono, 2004; Wyllie 2000; Pieter 2005; Irwan, 2003).

    (ii).Anak Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis

    dan gizi buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding

    abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot,

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    3/7

    konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak

    teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi. (Kartono, 2004; Wyllie,

    2000; Pieter, 2005; Irwan 2003).

    2. Anak

    Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis dan gizi

    buruk (failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding abdomen.

    Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot,

    konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak

    teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Pada neonatus biasa ditemukan perut kembung karena mengalami obstipasi

    Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan

    menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan kemudian tampak perut anak sudah

    kempes lagi (Lee, 2009).

    PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung.

    Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi

    sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Pemeriksaan yang merupakan standard

    dalam menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda

    khas:

    1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi.

    2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi.

    3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi.

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    4/7

    Gambar 3. Terlihat gambar barium enema penderitaHirschsprung. Tampak rektum yang

    mengalami penyempitan,dilatasi sigmoid dan daerah transisi yang melebar. Apabila

    dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka

    dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium

    dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium

    yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon. Sedangkan pada penderita

    yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium

    terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid (Kartono,2004; Lee, 2009,

    Wyllie, 2000)

    Pemeriksaan patologi Anatomi

    Diagnosa histopatologi penyakit Hirschsprung didasarkan atas absennya sel ganglion pada

    pleksus mienterik(Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner). Disamping itu akan terlihat

    dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf (parasimpatis). Akurasi pemeriksaan akan

    semakin tinggi jika menggunakan pengecatan immunohistokimia asetilkolinesterase, suatu

    enzim yang banyak ditemukan pada serabut syaraf parasimpatis, dibandingkan dengan

    pengecatan konvensional dengan haematoxylin eosin. Disamping memakai asetilkolinesterase,

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    5/7

    juga digunakan pewarnaan protein S-100, metode peroksidase-antiperoksidase dan pewarnaan

    enolase. Hanya saja pengecatan immunohistokimia memerlukan ahli patologi anatomi yang

    berpengalaman, sebab beberapa keadaan dapat memberikan interpretasi yang berbeda seperti

    dengan adanya perdarahan (Kartono, 2004; Lee, 2009).

    Biasanya biopsi hisap dilakukan pada 3 tempat : 2, 3, dan 5 cm proksimal dari anal verge.

    Apabila hasil biopsi hisap meragukan, barulah dilakukan biopsi eksisi otot rektum untuk menilai

    pleksus Auerbach. Dalam laporannya, Polley (1986) melakukan 309 kasus biopsi hisap rektum

    tanpa ada hasil negatif palsu dan komplikasi (Kartono,2004)

    Manometri Anorektal

    Pemeriksaan manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan objektif mempelajari fungsi

    fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan spinkter anorektal. Dalam prakteknya,

    manometri anorektal dilaksanakan apabila hasil pemeriksaan klinis, radiologis dan histologis

    meragukan. Pada dasarnya, alat ini memiliki 2 komponen dasar : transduser yang sensitif

    terhadap tekanan seperti balon mikro dan kateter mikro, serta sisitem pencatat seperti poligraph

    atau computer (NASPGHAN & APGNN, 2006).

    Beberapa hasil manometri anorektal yang spesifik bagi penyakit Hirschsprung adalah :

    1. Hiperaktivitas pada segmen yang dilatasi;

    2. Tidak dijumpai kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus aganglionik;

    3. Sampling reflex tidak berkembang. Tidak dijumpai relaksasi spinkter interna setelah distensi

    rektum akibat desakan feces. Tidak dijumpai relaksasi spontan (Kartono,2004; Lee 2009)

    Bayi 1 minggu, tidak bisa BAB, perut kembung, muntah (+)

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    6/7

    Irwan, Budi, 2003. Pengamatan fungsi anorektal pada penderita penyakit Hirschsprung pasca

    operasi pull-through. Available From: USU digital library.

    Kartono, Darmawan, 2004. Penyakit Hirschsprung.. Jakarta : Sagung Seto, 3-82

    Lee, Steven L, 2009. Hirschsprung disease. Available From : http:

    //www.emedicine.com/med/topic

    Mansjoer Arief, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, Wardhani Wahyu Ika, Setiowulan Wiwiek,

    2000. Penyakit Hirschsprung. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta :

    Penerbit Media Aesculapius FK UI, 380-381.

    NASPGHAN (The North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and

    Nutrition) dan APGNN (The Association of Pediatric Gastroenterology and Nutrition

    Nurses) 2006. Hirschsprungs Disease. Available from: www.naspghan.org

    Pieter, John, 2005. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum.

    Sjamsuhidajat.R, De Jong,Wim. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC, 646-647.

    Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2005. Penyakit Hirschsprung. Dalam: Buku Ajar

  • 8/6/2019 megacolon_referat

    7/7

    Ilmu Kesehatan Anak. Jilid III. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1134-1135.

    Wyllie, Robert, 2000. Megakolon Aganglionik Bawaan (Penyakit Hirschsprung) .Behrmann,

    Kliegman, Arvin. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Jilid II. Jakarta: EGC,

    1316-1319.