medium (media inovasi perubahan masyarakat) edisi ii
TRANSCRIPT
MEDIUMMedia Inovasi Perubahan Masyarakat
BULETINEDISI II /SEPTEMBER 2015
YAYASAN SATUKARSA KARYA
(Manajemen Transparan Akuntabel Partisipatif)
02 Salam Redaksi03 Fokus Utama Perempuan dalam Politik Pembangunan Desa
07 Pendidikan PAUD Integrasi Budaya Lokal dalam Pendidikan Anak Usia Dini
09 Pendidikan - CBM BOSPengawasan Dana BOS oleh Masyarakat
11 Ekonomi KerakyatanKoperasi Perempuan: Harapan Di Tengah Keterbatasan
13 Jejak Program 14 Gagasan Perempuan! Hadapi Tantangan dan Raihlah Kesempatan Berpolitik
15 ProfilForum Srikandi Desa, Strategi Mengefektifkan Perjuangan Perempuan
17 Tips Sang InovatorKiat menjadi Fasilitator Kelas yang Sukses
18 Kabar Program20 Agenda Program
Pembaca yang Terhormat,
Keterbukaan informasi memberi peluang bagi rakyat
untuk berpartisipasi dalam berbagai kebijakan publik.
Kondisi ini sekaligus dapat mendorong terciptanya clean
and good governance karena pemerintah dan badan-badan
publik dituntut untuk menyediakan informasi yang
lengkap mengenai apa yang dikerjakannya secara terbuka,
transparan dan akuntabel.
Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
merupakan suatu keniscayaan apabila seluruh asas-asas
penyelenggaraan negara dapat dilaksanakan secara
profesional dan proporsional. Keterbukaan informasi
publik sebagai wujud good governance harus dilaksanakan
sebagaimana mestinya, sehingga perjalanan demokrasi
sebagai amanat reformasi dapat mengantarkan demokrasi
semu menjadi demokrasi yang hakiki.
Lahirnya UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik merupakan jawaban adanya
perlindungan hukum terselenggaranya transparansi dan
akuntabilitas pemerintah maupun badan publik terhadap
masyarakat sebagai pengguna kebijakan publik.
Bersamaan dengan momentum Hari Hak untuk Tahu pada
28 September 2015 lalu, MEDIUM Edisi II akan mengupas
mengenai praktik transparansi di PAUD, koperasi,
pemerintahan desa dan sekolah.
Semoga tulisan-tulisan di buletin ini dapat memberikan
kontribusi terhadap pelaksanaan keterbukaan informasi
dalam berbagai sektor. Selamat membaca! Semoga
bermanfaat.
Salam Redaksi,
DAFTAR ISI
Tim RedaksiPenanggungjawab : Kangsure SUROTO Pemimpin Redaksi : Amy Supadmi Dewan Redaksi : Ana Susi Yuniasri, Lusiningtias, Riyadh, Dewangga Saputra, Muhammad Histiraludin, Antonia Satrianti, Sri WahyuniEditor : Eko Bani Layout : Amy S. Distribusi : Divisi Pengelolaan Data & Informasi
Alamat RedaksiSingopuran Rt.04/Rw.02 Kartasura Sukoharjo 57164 - Jawa Tengah | Telp./Fax.: +62-271-784928 Email: [email protected] | Website: www.yskk.org
Buletin ini diterbitkan atas dukungan dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Isi buletin merupakan tanggungjawab YSKK dan tidak mencerminkan pandangan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.
YAYASAN SATUKARSA KARYA
Daftar Isi
02 Salam Redaksi03 Fokus Utama
Sekolah MANTAP
07 PAUD Membangun Keterbukaan,
Memperkuat Partisipasi
09 Kepemimpinan Perempuan
Keterbukaan Informasi Harus Dirancang Dalam RPJMDes
11 Ekonomi KerakyatanMewujudkan Koperasi yang
Transparan
13 Jejak Program 14 Gagasan
Maknai Keterbukaan Informasi dalam Konteks Luas
15 Profil SMPN 16 Bandar LampungKomitmen Berikan Layanan
Berkualitas
17 Tips Sang InovatorTips Mengakses Informasi di
Sekolah
18 Kabar Program 20 Agenda Program
Dok.YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 FOKUS UTAMA
3
Sekolah MANTAP
ekolah sebagai institusi penyedia layanan publik Sdalam sektor pendidikan
dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat—yang terus berkembang ditengah situasi yang sangat dinamis. Hal ini membutuhkan kemampuan manajemen sekolah yang baik, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar layanan yang diberikan oleh sekolah dapat berkualitas dan berkeadilan melalui manajemen yang efektif dan efisien.
Hal ini sejalan dengan mandat UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tentang MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Maksud dari MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam hal ini kepada sekolah/madrasah
Oleh: Kangsure SUROTO, Direktur YSKK
dalam mengelola kegiatan pendidikan. Paradigma MBS beranggapan bahwa, satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi dan akuntabilitas pengelolaan dan penyelenggaran pendidikan.
Seiring dengan semakin berkembangnya iklim demokrasi di Indonesia, gerakan reformasi yang sudah dimulai sejak tahun 1998, pada saat ini bergeser pada reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap
sistem penyelenggaraanpemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur”. Pada akhirnya keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan sangat
mendukung dalam penciptaan good governance, karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan good governance, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan public yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik tersebut dilakukan melalui berbagai langkah kebijakan. Kebijakan yang paling mendasar adalah mengubah mindset para birokrat dari bermental penguasa menjadi birokrat yang bermental pelayan masyarakat. Kebijakan lainnya adalah penataan kelembagaan pelayanan publik, penyederhanaan prosedur pelayanan, penerapan standar pelayanan minimal, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pelayanan, serta
Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 FOKUS UTAMA
4
penerapan sistem manajemen mutu dalam pelayanan publik, termasuk manajemen penanganan pengaduan masyarakat.
Untuk memperkuat landasan dalam memberikan jaminan pelayanan public yang berkualitas Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI. Selain itu, untuk memastikan masyarakat dapat memperoleh
besar unit pelayanan publik belum menerapkan standar pelayanan, yang secara jelas dan transparan memberitahukan hak dan kewajiban masyarakat sebagai penerima layanan publik. Di samping itu, sistem manajemen pelayanan publik belum banyak memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memberikan pelayanan publik yang cepat, murah, transparan, dan akuntabel. Sistem evaluasi kinerja pelayanan publik juga masih lemah dalam mendorong kinerja pelayanan.
saat ini pelayanan publik bidang pendidikan masih belum steril dari pengaduan masyarakat. Pun dalam akses informasi, hasil uji akses (transparansi dan akuntabilitas) terkait dengan pengelolaan dana BOS yang dilakukan YSKK dengan GEMA PENA (Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan) di 222 sekolah yang ada di 8 provinsi (Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Jawa Timur, Banten, NAD), hanya ada 13% sekolah yang bersedia membuka akses informasinya. Dalam kajian
informasi mengenai fungsi, peran, dan bekerjanya badan public, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Potret Layanan PendidikanNamun demikian, meskipun telah banyak dicapai dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, juga disadari bahwa pemerintah belum dapat menyediakan kualitas pelayanan publik sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Hasil survei integritas yang dilakukan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik Indonesia baru mencapai skor 6,84 dari skala 10 untuk instansi pusat, dan 6,69 untuk unit pelayanan publik di daerah. Skor integritas menunjukkan karakteristik kualitas dalam pelayanan publik, seperti ada tidaknya suap, ada tidaknya SOP, kesesuaian proses pemberian pelayanan dengan SOP yang ada, keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan dalam pemberian pelayanan serta kemudahan pengaduan masyarakat. Selain itu sebagian
Khusus di sector layanan pendidikan, data dari KPK tahun 2004-2011 mencatat ada 321 pengaduan. Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan DIY selama tahun 2013 juga mencatat dari 180 pengaduan masyarakat yang paling banyak adalah terkait pelayanan pendidikan. Di Jawa Tengah melalui layanan pengaduan online 'Lapor Gub' dalam 1 bulan terdapat 8 pengaduan terkait pelayanan pendidikan, dan masih banyak lagi data-data pengaduan masyarakat terkait pelayanan pendidikan. Data ini hanya ingin mengkonfirmasi bahwa sampai
akuntabilitas yang dilakukan, salah satunya ditemukan RKAS dan LPj penggunaan dana BOS yang tidak sinkron.
Menjadi sebuah fakta bahwa sampai saat ini masih belum semua sekolah dapat menjalankan tata kelola yang baik sesuai prinsip-prinsip MBS yaitu Transparan, Akuntabel dan Partisipatif tersebut. Misalnya saja terkait dengan pengelolaan program BOS yang masih terjadi persoalan di banyak daerah yang diberitakan oleh media masa maupun dari hasil penelitian YSKK dan GEMA PENA. Misalnya
saja di Kabupaten Bangka yang belum mempertanggungjawabkan Dana BOS tahun2013 sebesar 6 M karena banyak sekolah yang belum mempertanggungjawabkan kepada Dinas Pendidikan setempat. Kepala SDN 178223 Nadeak Bariba, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir diberitakan melakukan korupsi dana BOS periode Juli 2009-Desember 2010 senilai Rp 30,7 juta dan harus masuk penjara.Korupsi dana BOS di SMP Taman Budaya Kota Jambi 2009-2012 yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Bendahara BOS,dan masih banyak lagi kasus-kasus
Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 FOKUS UTAMA
5
penyelewengan yang terjadi.
Inisiasi “Sekolah MANTAP”Kasus-kasus tersebut tidak kemudian serta merta menjadi representasi dari wajah pengelolaan dana pendidikan di seluruh Indonesia. Masih cukup banyak sekolah-sekolah yang secara konsisten melakukan praktek-praktek baik pengelolaan dana BOS dan dana sekolah lainnya sesuai dengan prinsip Transparansi, Akuntabel dan Partisipatif. Sayangnya tidak banyak yang tertarik untuk mengangkat dan menyebarluaskan pengalaman (praktek baik) ini, sebagian besar lebih tertarik untuk mengangkat sisi negatif (kekurangan) dari praktek pengelolaan dana di sekolah.
Hal itulah yang melatarbelakangi YSKK bersama dengan tiga Dinas Pendidikan kabupaten/kota (kota Surakarta-Jawa Tengah, kabupaten Gunungkidul-DIY, kota Bandar Lampung-Lampung) dan didukung oleh USAID/ProRep menginisiasi Sekolah MANTAP. Ada 6 sekolah yang dipilih sebagai model, yaitu SDN Kleco 1, SMPN 8 Surakarta (Surakarta, Jawa Tengah), SDN Wonosari 1, SMPN 1 Wonosari 1 (Gunungkidul, DIY), SDN Rawa Laut, dan SMPN 16 Bandar Lampung (Bandar Lampung, Lampung). Tujuan utama dari insiasi tersebut adalah untuk memperkuat dan menyebarluaskan praktek-praktek baik tata kelola sekolah.
Sekolah “MANTAP” secara harfiah bermakna sekolah yang “tetap hati, kukuh, kuat”. Sedangkan secara bahasa sekolah “MANTAP” merupakan kepanjangan dari “Manejemen Transparan Akuntabel Partisipatif”. Prinsip transparansi yang ingin diperkuat dalam sekolah MANTAP mensyaratkan data dan informasi sekolah bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), Laporan pertanggungjawaban program dan anggaran menjadi informasi public yang bisa diakses oleh public bahkan harus disediakan secara serta merta.
Aspek akuntabilitas berarti semua yang dilakukan sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. Peran komite sekolah harus mendapatkan ruang yang cukup sebagai mitra strategis sekolah sebagai representasi orang tua/wali murid dan stakeholder pendidikan.
TantanganIsu transparansi, akuntabilitas dan partisipasi sebenarnya sudah menjadi “adigum” yang jamak dibahas diberbagai forum dan
bahan perbincangan masyarakat. Tetapi implementasi di lapangan masih banyak mengalami tantangan yang luar biasa. Pengalaman ini juga kita alami selama pendampingan Sekolah MANTAP tersebut. Tantangan paling utama yang dihadapi adalah “mengajak orang untuk berubah” yang masih sulit. Budaya patriarkhi yang masih kuat dan pardigma pelayan masyarakat yang masih belum banyak dipahami menjadi factor penghambat perubahan di sekolah. Hal ini berdampak terhambatnya bangunan relasi dan komunikasi yang lebih baik antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat.
Tantangan yang kedua adalah membangun kepedulian orang tua terhadap sekolah. Mayoritas orang tua menganggap bahwa bentuk kepeduliaan terhadap sekolah adalah berwujud material. Masih sangat jarang sekali orang tua yang mempertanyakan bagaimana kurikulum sekolah, rencana sekolah, capaian sekolah, pengelolaan anggaran, dll. Semestinya dengan adanya kebijakan pendidikan dasar yang biayanya ditanggung oleh negara,
Pelatihan optimalisasi media sosial yang diikuti perwakilan komite sekolah dan pengelola media sosial 6 sekolah MANTAP.
Dok.
YS
KK
MEDIUM Edisi II - September 2015 FOKUS UTAMA
6
tentang sistem transparansi
akuntabilitas serta mekanisme
pertanggungjawabannya. Kedua,
sekolah perlu menyusun
pendidikan. Kedelapan,
memperbaharui rencana kinerja
sebagai kesepakatan komitmen
pedoman
tingkah laku dan sistem
pemantauan kinerja
penyelenggara sekolah dilengkapi
sistem pengawasan dengan sanksi
jelas dan tegas. Ketiga, sekolah
menyusun rencana
pengembangan sekolah dan
menyampaikan kepada
publik/stakeholders di awal setiap
tahun ajaran/anggaran. Keempat,
menyusun indikator yang jelas
tentang pengukuran kinerja
sekolah dan disampaikan kepada
stakeholders. Kelima, melakukan
pengukuran pencapaian kinerja
pelayanan pendidikan dan
menyampaikan hasilnya kepada
publik/stakeholders di akhir
tahun. Keenam, memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan
dan pengaduan publik. Ketujuh,
menyediakan informasi kegiatan
sekolah kepada publik sebagai
penerima manfaat pelayanan
maka kewajiban orang tua tinggal mengawasinya.
Tantangan berikutnya adalah pemanfaatan tehnologi informasi yang masih terbatas di sekolah. Selain untuk mendukung pembelajaran, tehnologi informasi sebenarnya diciptakan untuk mendukung system tata kelola organisasi agar lebih baik (transparan, akuntabel, partisipatif) serta efektif dan efisien. Sayangnya, meski sekolah dan para gurunya seudah memiliki fasilitas tehnologi informasi yang memadai tetapi belum dimanfaatkan dengan baik.
Sebagai sebuah upaya, maka
berbagai inisiatif untuk
memperkuat tata kelola sekolah
yang transparan, akuntabel dan
partisipatif harus terus didorong
dan didukung. Dinamika sosial
dan budaya yang sangat tinggi
membutuhkan institusi pelayanan
public yang otonom termasuk
meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Pertama, sekolah
perlu menyusun aturan main
Strategi peningkatan
baru.
Strategi di atas bertumpu pada
kemampuan, niat baik, dan
kemauan sekolah untuk
mewujudkannya. Sekolah perlu
melibatkan stakeholders
pendidkan dalam menyusun dan
memperbaharui sistem yang
dianggap tidak dapat menjamin
terwujudnya transparansi-
akuntabilitas sekolah. Komite
sekolah, orang tua siswa,
kelompok profesi, dan pemerintah
dapat dilibatkan untuk
melaksanakannya. Sehingga
stakeholders sekolah sejak awal
tahu dan merasa memiliki akan
sistem yang ada. Beberapa
indikator keberhasilan
transparansi dan akuntabilitas
sekolah antara lain, meningkatnya
kepercayaan dan kepuasan publik
terhadap sekolah, tumbuhnya
kesadaran publik tentang hak
untuk menilai penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, dan
meningkatnya kesesuaian
kegiatan-kegiatan sekolah dengan
nilai dan norma yang berkembang
di masyarakat.
MEDIUM Edisi II - September 2015 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
7
Membangun Keterbukaan, Memperkuat Partisipasi
enomena menjamurnya Lembaga PAUD saat ini Fmenjadi angin segar bagi
stimulasi tumbuh kembang anak usia dini. Namun tak banyak lembaga PAUD tersebut yag mampu bertahan dan berkelanjutan. Hal ini dimungkinkan karena masih terlalu bergantungnya beberapa Lembaga PAUD terhadap bantuan dari pemerintah dan rendahnya pertisipasi dari masyarakat. Dukungan dari masyarakat menjadi hal yang perlu dibangun untuk menjaga kemanfaatan sebuah Lembaga PAUD berkelanjutan. Sehingga tidak hanya bergantung pada dana dari program-program pemerintah. Ketika program bantuan habis atau terhenti diharapkan Lembaga PAUD tetap dapat melayani anak-anak.
Dalam membangun partisipasi masyarakat salah satu kuncinya
Oleh: Dewangga Saputra, Pelaksana Program Pendidikan YSKK
terletak pada keterbukaan. Hal ini dirasakan betul oleh Taman Pintar (TP) Candi Asri di Sukoharjo yang sejak awal dikembangkan menjadi sebuah Lembaga PAUD yang Berbasis Masyarakat ini. PAUD menerapkan keterbukaan kepada masyarakat dalam proses pendirian maupun pengelolaannya. Sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian penting yang mengawal perkembangan TP Candi Asri.
Partisipasi dari masyarakat untuk mendukung Lembaga PAUD TP Candi Asri tergolong cukup tinggi. Hal ini terlihat dalam berbagai hal, mulai dari terlibatnya masyarakat sebagai pengurus maupun pendidik PAUD. Tempat pembelajaran pun menggunakan bekas TK Desa dan direnovasi bersama masyarakat. Perlengkapan belajar semisal meja dan kursi juga berasal dari sumbangan. Tokoh Agama, Bidan
Desa, Tokoh Masyarakat maupun orangtua secara sukarela menjadi narasumber dalam program Parenting Education. Dan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di TP Candi Asri pun cukup tinggi, total ada 129 anak yang bergabung sejak tahun 2010.
Partisipasi masyarakat terhadap keberlanjutan Lembaga PAUD di TP Candi Asri tentu tidak hadir begitu saja. Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari TP Candi Asri untuk menggalang partisipasi dari masyarakat.
Pelibatan masyarakat dalam membidani lahirnya TP Candi Asri tergambar dari ikut sertanya tokoh masyarakat, tokoh agama, kader-kader PKK dan Posyandu
Melibatkan Masyarakat Sejak Awal Pendirian
Kegiatan Parenting Education yang difasilitasi oleh orangtua anak didik.
Dok.
YS
KK
Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
8
serta pemerintah lokal setempat terlibat sejak proses perencanaan. Harapannya dengan pelibatan sejak awal akan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya sebuah Lembaga PAUD untuk memenuhi kebutuhan anak di usia emasnya. Pelibatan masyarakat dalam proses pendirian PAUD akan mendorong masyarakat untuk mengambil peran sesuai dengan kapasitasnya . Pada proses pendirian ini partisipasi masyarakat antara lain sebagai pengurus yang aktif mempersiapkan pendirian PAUD. Kader PKK atau Posyandu yang potensial dan memiliki komitmen dan kecintaan di dunia pendidikan dan anak bergabung melalui proses seleksi menjadi pendidik.
Membangun komunikasi yang intens dengan masyarakat perlu dilakukan untuk membangun partisipasi, termasuk pula dengan orangtua. Dalam mendidik anak tentu butuh komunikasi dan kerjasama yang baik antara orangtua dan pendidik. Komunikasi antara pendidik dan orangtua dapat terbangun dalam berbagai cara. Mulai dari komunikasi yang dijalin langsung dengan orangtua. Berbincang mengenai perkembangan anak hal apa yang sudah berkembang baik dan mana yang perlu mendapat perhatian lebih.
Komunikasi dalam sebuah pertemuan juga dilakukan, dengan memanfaatkan Parenting Education. Sebuah pertemuan bulanan orangtua untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh anak, yang berkembang menjadi sarana forum orangtua. Mulai dari sosialisasi peraturan di TP Candi Asri sampai menjadi sarana diskusi orangtua untuk menyampaikan pertanyaan, saran
Membangun Komunikasi dengan Orang Tua
maupun kritik kepada PAUD. Dari proses komunikasi inilah akan timbul keterbukaan antara kedua belah pihak sehingga jika ada kendala yang dihadapi maka akan dicari solusinya bersama-sama untuk kemajuan Lembaga PAUD.
Selain komunikasi langsung dan melalui forum pertemuan di TP Candi Asri juga dapat dilakukan melalui perwakilan orangtua. Perwakilan Orangtua dipilih melalui proses musyawarah di setiap awal tahun ajaran. Perwakilan orangtua ini berperan untuk mengkomunikasikan informasi dari orangtua ke PAUD atau sebaliknya dan berperan dalam mengkoordinir peran dari orangtua ketika berpartisipasi dalam kegiatan anak.
Menempatkan orangtua sebagai patner dalam menstimulus tumbuh kembang anak dapat membawa dampak positif. Orangtua anak didik yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan maupun pendidikan merupakan potensi bagi PAUD. Khususnya untuk dilibatkan dalam mendukung kegiatan untuk anak.
Orang tua sejak awal dapat dilibatkan secara aktif dan terbuka dalam merancang kegiatan untuk anak. Mulai dari pembahasan tujuan kegiatan untuk anak sampai masalah teknis kegiatan, pembagian peran dan kebutuhan dana yang diperlukan.
Kegiatan yang dirancang bersama orangtua antara lain yaitu Praktek Menyiapkan Makanan Sehat untuk Anak. Kegiatan ini pelatih/kokinya dari orangtua dan pendidik, peralatan dan bahan-bahannya yang dipersiapkan bersama. Atau kegiatan lain seperti Outing class, yang rencana awalnya hanya jalan-jalan untuk
Melibatkan Orang tua dalam kegiatan anak
pengenalan lingkungan, namun setelah dibahas bersama dengan orangtua disepakati menjadi kegiatan out bond.
Dalam sebuah kegiatan, pengelolaan dana adalah salah satu pertenggung jawaban dan perlu dilakukan secara terbuka. Hal ini tercermin dikala di TP Candi Asri, orangtua dilibatkan dalam pembahasan kebutuhan dana dan setelah kegiatanpun diinformasikan kepada orang tua.
Berkat pengelolaan yang terbuka dan komunikasi yang aktif kepada orangtua. Kepercayaan dan partisipasi orangtua kepada Lembaga PAUD mengalir dengan sukarela. Seperti adanya Donasi Beras dimana setiap orangtua dengan sukarela mendonaturkan segelas beras ke Taman Pintar Candi Asri.
Ketika partisipasi masyarakat telah terbangun maka harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan terbuka. Kualitas pembelajaran di Lembaga PAUD dan perhatian kepada anak pun menjadi hal yang perlu untuk senantiasa di tingkatkan. Hal ini menjadi bentuk tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dan orangtua.
“Setelah diskusi dengan orangtua disepakati
bersama kegiatannya outbond. Namun karena
alokasi dana dan peralatan bertambah, sedangkan dana
di Kas TP mepet, orangtuapun secara
sukarela menggalang iuran dan berbagi peran
membawa peralatan yang dibutuhkan secara
sukarela.” Rida Panca – Pendidik TP Candi Asri
Pengelolaan Dana yang Terbuka
MEDIUM Edisi II - September 2015 KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
9
umpan balik yang memadai adalah kondisi ideal yang butuh kita tuju bersama, sebagai jaminan minimum negara terhadap komunitas (perempuan), dan ini berdimensi perlakuan khusus (affirmative action) bagi perempuan.
Secara etimologi, kata “informasi” berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu informacion (tahun 1387) yang diserap dari bahasa Latin yaitu informationem yang berarti “konsep, ide atau garis besar,”. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas-aktifitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”.
Dalam tulisan ini, informasi kita definisikan sebagai gagasan, konsep, atau ide yang lahir dari pengalaman-pengalaman individu
Kita Butuh Konsep Ideal
dan kolektif sebagai bahan perumusan kebijakan dan aturan menuju peningkatan kualitas hidup bersama.
Konsep ideal sangat kita butuhkan saat ini, sebab kecenderungan yang terjadi selama ini adalah masyarakat (khususnya perempuan) hanya diberikan informasi yang berupa kebijakan-kebijakan satu arah.
Desa memiliki kewenangan mengelola rumah tangganya sendiri berdasarkan asas rekognisi (otonomi asli) dan subsidiaritas (kewenangan lokal berskala desa) yang disertai anggaran rata-rata Rp 1,3 miliar (di Kabupaten Gunungkidul, D.I.Y.) Kewenangan yang besar ini harus diikuti dengan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel dan partisipatif. Keterbukaan informasi publik (KIP) menjadi salah satu upaya dalam mewujudkannya.
Terbukanya informasi publik adalah salah satu bentuk terpenuhinya hak warga negara (masyarakat). Masyarakat berhak untuk mengetahui rencana perumusan kebijakan di desa, program kebijakan, dan proses pengambilan keputusan. Desa menjadi ujung pelayanan bagi masyarakat, sehingga KIP merupakan satu kesatuan dalam pelayanan oleh pemerintah desa kepada masyarakatnya.
KIP menuntut kesiapan dan kesediaan pemerintahan desa sebagai badan publik untuk membuka informasi seluas-luasnya bagi masyarakat sebab Desa mengelola uang negara. UU KIP sudah disahkan sejak 7 tahun
Perihal Keterbukaan Informasi Publik di Desa
“Masyarakat Desa berhak meminta dan mendapatkan
informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.”
(Pasal 68, UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa)
agi pemerintah
desa—atau unit-unit Bpemerintahan lainnya,
lebih luas lagi penyelenggara
negara—menyediakan dan
memberikan informasi perihal
perencanaan dan penganggaran
desa secara umum adalah perkara
gampang, namun menjamin
semua elemen masyarakat desa
(khususnya perempuan) memiliki
kapasitas untuk mengolah
informasi serta memberikan
Oleh: Ana Susi Yuniasri, Kepala Divisi Program YSKK
Dok.
YS
KK
Keterbukaan Informasi Harus Dirancang Dalam RPJMDes
Saya datang ke desa dan matur (berbicara) kepada
kepala desa. Kemudian saya matur (berbicara)
kepada kepala desa untuk meminta APBDes,
RPJMDes, RKP Desa. Kepala desa
menyampaikan semua dokumen yang njenengan (anda) minta kami saya
punya. Saya juga mengatakan kegunaan
dokumen tersebut untuk kebutuhan PKK. Pemerintah Desa
menanggapinya dengan baik dan salut dengan
upaya kami.
Murtini Kader Desa Kalitekuk
MEDIUM Edisi II - September 2015 KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
10
lalu, namun disamping pengetahuan Pemerintah Desa tentang KI masih minim, rata-rata desa di Kabupaten Gunungkidul belum memiliki rencana strategis implementasi KIP dalam dokumen perencanaan dan penganggarannya. Hal ini menjadi tantangan bagi terwujudnya KIP di Desa.
Untuk memiliki kapasitas mengolah informasi dan memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima, maka minimal ada tiga prakondisi yang harus diciptakan oleh Desa, yaitu program penguatan kapasitas yang tersistematis dan berkelanjutan bagi perempuan, tersedianya media-media alternatif, serta pembangunan Sistem Informasi Desa (SID).
Pertama, program penguatan kapasitas yang tersistematis dan berkelanjutan bagi perempuan. Hambatan paling besar dialami oleh perempuan tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri terhadap para pemegang otoritas desa untuk meminta informasi. Pemahaman yang masih minim mengenai manfaat mendapatkan informasi desa dan pengetahuan tentang mekanisme permohonan informasi menjadi salah dua dari tantangan yang dihadapi oleh perempuan. Respon yang diperoleh bisa saja pemerintah desa menolak memberikan informasi, menghindar memberikan informasi dengan berbagai alasan.
Butuh penguatan kapasitas bagi perempuan untuk melakukan pengawalan terhadap pemerintahan dan pembangunan desa melalui akses terhadap informasi publik. Hal inilah yang dilakukan oleh kader perempuan di delapan desa di Kabupaten Gunungkidul. Memperkuat pengetahuan bagimana cara mengakses informasi publik, informasi desa apa saja yang
Prakondisi Minimum
boleh diakses, dan bagaimana memanfaatkan informasi publik yang sudah diperoleh.
Salah satu aksi yang dilakukan adalah “studi kasus” permintaan informasi ke pemerintah desa masing-masing. Terdapat pembelajaran positif yang diambil sperti dalam proses permintaan informasi publik dibutuhkan komunikasi yang baik, ini akan membantu pemahaman yang sama antara masyarakat dengan pemerintah desa.
tahu, seperti melalui musyawarah desa dengan memperhatikan keterwakilan “kepentingan” yang ada desa, menempelkan pengumuman laporan pertanggungjawaban kepala desa – laporan pembangunan di papan informasi yang terjangkau oleh masyarakat, serta menyemarakkan forum-forum warga. Pemerintah desa juga bisa memanfaatkan website sebagai keterbukaan informasi penting desa.
Ketiga, pembangunan sistem Informasi Desa (SID). sistem informasi desa (SID) yang diamanatkan UU Desa membantu implementasi UU Desa sebagai momen yang tepat untuk memulai KI di tingkat desa sehingga pemerintahan desa semakin transparan, akuntabel dan partisipatif.
Kemudahan masyarakat mengakses informasi mendorong partisipasi, karena ditempatkan sebagai subyek yang menjadi agenda penting dalam proses pembangunan sehingga pembangunan berbasis data yang dibangun secara kolektif dalam SID.
Dan juga sangat penting adalah peningkatan kapasitas perempuan desa tentang teknologi informasi serta berbagai fasilitas yang memungkinkan bagi perempuan untuk terus belajar, seperti internet gratis di desa dan perangkat komputer untuk umum.
Kedua, tersedianya media-media alternatif. Guna mewujudkan KI, pemerintah desa dapat memulainya dengan menyediakan media yang efektif menjembatani kewajiban pemerintah desa dengan hak masyarakat untuk
“Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 EKONOMI KERAKYATAN
11
leh, dari dan untuk anggota. Ungkapan Osederhana tersebut sangat
pas untuk menggambarkan kegiatan koperasi. Karena seperti yang kita ketahui, koperasi dihidupkan dari iuran anggotanya, dan pada akhirnya akan menghidupkan anggotanya. Dalam istilah politik kita kenal dengan sebutan demokrasi.
Pencatatan dan pembukuan keuangan secara rutin dilakukan tiga koperasi perempuan di Kabupaten Gunungkidul.
dimana orang-orang berkumpul tidak untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan ekonomi; dan koperasi adalah perusahaan yang harus memberi pelayanan ekonomi kepada anggota. Selain itu Koperasi juga merupakan badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
akuntabel, pertanggungjawaban, kemandirian dan adil, dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Manfaat koperasi menerapkan
tata kelola yang baik antara lain
meningkatkan nilai koperasi
terutama kepentingan dan
perlindungan shareholders
(anggota koperasi sebagai pemilik
koperasi), sehingga terbangun
kepercayaan dan kredibilitas
koperasi di mata anggota, mitra
dan pihak berkepentingan
lainnya. Kedua, sumber daya
koperasi termanfaatkan secara
baik, tepat sasaran, tepat waktu,
tepat ukuran, minimalisasi
pemborosan dan penyimpangan
sehingga terwujud efisiensi dan
efektivitas organisasi.
Tuntutan untuk menjadi
organisasi koperasi yang
transparan, responsibel, mandiri
dan adil, maka perlu kelengkapan
aturan, ketentuan dan berbagai
hal yang mengatur internal
koperasi selengkap mungkin.
untuk itu, tidak menutup
kemungkinan banyak dilakukan
penataan kondisi internal
organisasi koperasi. Perubahan ini
hanya berjalan mulus jika ada
komitmen kuat para pengambil
keputusan di koperasi.
Tiga koperasi perempuan di
Kabupaten Gunungkidul yakni
Kopwan Mitra Usaha Perempuan,
Kopwan Sekar Arum, dan Kopwan
Karya Perempuan Mandiri
melakukan berbagai upaya agar
menjadi koperasi yang
transparan. Upaya yang dilakukan
koperasi antara lain pertama,
memperkuat kapasitas SDM
melalui berbagai pelatihan agar
mampu mengelola sistem
hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Koperasi sebagai organisasi dari dan untuk anggota, wajib menerapkan tata kelola yang baik. Menurut Syakhoza (2008) tata kelola perusahaan yang baik adalah suatu mekanisme tata kelola organisasi yang secara baik mengelola sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis dan produktif, memakai prinsip-prinsip terbuka,
Koperasi berasal dari kata cooperative, yang berarti usaha bersama. Dari berbagai definisi yang ada mengenai koperasi, terdapat hal-hal yang menyatukan pengertian koperasi, yaitu: koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mempunyai kebutuhan dan kepentingan ekonomi sama, yang ingin dipenuhi secara bersama melalui pembentukan perusahaan bersama yang dikelola dan diawasi secara demokratis; koperasi adalah perusahaan,
Mewujudkan Koperasi yang Transparan Oleh: Amy Supadmi
Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 EKONOMI KERAKYATAN
12
Dok. YSKK
bulan dan menempelkan laporan keuangan setiap bulannya. Selain itu untuk menjamin akuntabilitas, pengurus selalu memberikan kesempatan pada anggota dan pihak lain yang berkepentingan untuk mengakses catatan keuangan.
Tantangan atau kendala yang
dihadapi antara lain pertama,
penguasaan teknologi informasi
masih rendah terlebih para
anggota sehingga pemanfaatan
teknologi informasi yang
mendukung efektivitas dan
kinerja koperasi belum optimal.
Publikasi secara tidak terbatas
belum bisa dilakukan. Selain itu
baik anggota maupun pihak luar
yang ingin mengetahui koperasi
harus datang secara langsung ke
sekretariat koperasi. Kalau
mengacu pada pilar good
governance maka dukungan
teknologi informasi menjadi pilar
dasar selain transarapan,
akuntabel dan partisipatif dalam
mewujudkan tata kelola koperasi
yang baik.
Kedua, kesadaran anggota dalam
memanfaatkan informasi
administrasi dan keuangan. Targetnya mereka mampu mendokumentasikan setiap kejadian baik terkait keuangan maupun non keuangan, khusus keuangan mereka harus mampu menyusun laporan neraca rugi laba dengan baik karena basis koperasi adalah keuangan.
Kedua, disiplin melakukan
pencatatan dan penyusunan
laporan setiap bulan dalam
bentuk laporan neraca dan
keuangan. Pencatatan ini
dilakukan baik secara manual
maupun melalui komputerisasi.
Karena koperasi perempuan
mendapat dampingan dari
Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
maka mereka difasilitasi sistem
pencatatan akuntansi yang
terintegrasi dalam komputer. Hal
ini dirasa sangat membantu para
pengurus dalam melaksanakan
tugasnya. Sistem pencatatan
manual cukup melelahkan.
Ketiga, selalu melaporkan terkait
perkembangan organisasi dan
keuangan kepada seluruh anggota
dengan cara yang mereka
gunakan pertemuan rutin setiap
koperasi masih kurang. Sebagian masih cenderung berpikiran pragmatis pada informasi yang berhubungan dengan diri sendiri misalnya sisa hutang, jumlah pinjaman dan SHU. Sementara informasi lainnya yang sebenarnya penting sebagai dasar pengambilan kebijakan di koperasi masih minim memanfaatkan data dan informasi tersebut.
Basis utama kegiatan koperasi
adalah simpan pinjam. Produk
jasa yang selalu mengandalkan
dengan demikian kepercayaan
masyarakat dan anggota menjadi
keharusan. Transparansi menjadi
jaminan kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini menjadi penting
karena dengan kepercayaan
penuh anggota semakin banyak
orang yang bergabung dan
memanfaatkan akan menjadi
indikasi tingkat kepercayaan
masyarakat dan hal ini akan
berkontribusi terhadap
kemanfaatan yang akan diterima
oleh anggotanya. Selain itu akan
berkontribusi pada jumlah SHU
yang dihimpun koperasi.
Dok. YSKK
Dok.
YS
KK
MEDIUM Edisi II - September 2015 JEJAK LANGKAH
13
Peserta Pelatihan Optimalisasi Media Sosial untuk Transparansi & Akuntabilitas sekolah sedang
melakukan praktek akvitas blog, 28 - 30 Oktober 2014 di Hotel Grand Sae, Solo.
Awak media sedang mengikuti konferensi pers dalam Workshop Revitalisasi Komite Sekolah, di Hotel Lampion, 26 November 2014.
Inisiasi Sekolah MANTAP (Manajemen Transparan Akuntabel Partisipatif)
Peserta berdiskusi merumuskan komite sekolah impian dalam Lokalatih Optimalisasi Peran Komite Sekolah, 15 - 17 Juli 2014 di Hotel Aziza, Surakarta.
ekolah MANTAP (Manajemen Transparan Akuntabel Partisipatif) Sdiinisiasi Yayasan Satu Karsa Karya
(YSKK) bersama dengan 3 Dinas Pendidikan 3 kabupaten/kota. Ada 6 sekolah yang menjadi model sekolah MANTAP yakni SDN Kleco 1 & SMPN 8 Surakarta (Jawa Tengah), SDN 1 Wonosari & SMPN 1 Wonosari (D.I. Yogyakarta) serta SDN 1 Rawa Laut & SMPN 16 Bandar Lampung (Lampung). Pendampingan yang dilakukan YSKK untuk memperkuat 6 sekolah model tersebut diantaranya: Penyusunan perencanaan dan penganggaran sekolah yang partisipatif, memperkuat kelembgaan dan fungsi komite sekolah, optimalisasi media sosial, pengembangan standar pelayanan informasi dan pengaduan sekolah, kampanye sekolah MANTAP melalui media massa dan media sosial.
Peserta Pelatihan Perencanaan & Penganggaran Sekolah yang Partisipatif terlibat dalam diskusi kelompok, 26 - 28
Agustus 2014 di Hotel Aziza, Solo.
MEDIUM Edisi II - September 2015 GAGASAN
14
Maknai Keterbukaan Informasi dalam Konteks Luas
ndang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang UKeterbukaan Informasi
Publik merupakan bentuk transparansi dan tanggungjawab badan publik terhadap masyarakat sebagai pengguna informasi publik dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Aryo Widyandoko, transparansi harus dimaknai dalam konteks yang luas. “Transparan kan artinya keterbukaan. Transparansi di pengelolaan pendidikan berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan,” terangnya.
Ia mencontohkan transparansi secara umum adalah mensosialisasikan setiap program yang ada di Dinas Pendidikan ke masyarakat.
Di lembaga pendidikan, bidang pengelolaan keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggung jawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), misalnya dalam juknisnya sudah diatur bahwa setiap informasi terkait penggunaan BOS harus ditempel di papan informasi sekolah. “Tujuannya agar orang tua dapat melakukan pengawasan apakah dana BOS
digunakan tepat sasaran atau tidak,” ujar Aryo.
Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.
Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
“Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah ada informasi yang memang tidak dapat diakses oleh publik. Sekolah perlu mengelompokkan informasi mana yang dapat diakses oleh orang tua dan mana
mana yang dapat diakses oleh publik,” terangnya. Pemilahan ini untuk meminimalisir penyalahgunaan informasi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya.
Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah.
Bagaimana sekolah harus menerapkan keterbukaan informasi? Simak hasil wawancara MEDIUM dengan Aryo Widyandoko, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta di ruang kerjanya berikut:
MEDIUM Edisi II - September 2015 PROFIL
15
SMPN 16 Bandar Lampung
Komitmen Berikan Layanan Berkualitas
eterbukaan informasi melalui media sosial, Kmengapa tidak?
Mengoptimalkan penggunaan media sosial untuk mendukung keterbukaan informasi di sekolah merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan SMPN 16 Bandar Lampung.
Salah satu sekolah model MANTAP (Manajemen Transparan Akuntabel Partitisipatif) ini memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan yang berkualitas baik kepada anak didik maupun masyarakat luas. Perkembangan teknologi informasi yang ditandai dengan munculnya berbagai jenis media sosial membawa warna baru terhadap bentuk pelayanan informasi yang diberikan sekolah.
Menurut pengelola website SMPN 16 Bandar Lampung, Estiko, era media sosial ini membuat akses masyarakat terhadap sebuah informasi menjadi tidak terbatas dan dapat dilakukan dimana dan kapan saja. “Keterbukaan informasi perlu memanfaatkan media sosial ini,” tuturnya.
Maka sejak tahun 2012, SMPN 16 Bandar Lampung menggunakan blog untuk mempublikasikan nilai anak didik, kegiatan belajar mengajar, materi pembelajaran, dan informasi lainnya.
Sekolah sebagai badan publik wajib memberikan jaminan pelayanan publik yang berkualitas sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pelayanan
publik yang berkualitas memiliki karakteristik antara lain adanya SOP, kesesuaian proses pemberian pelayanan SOP yang ada, keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan dalam memberikan pelayanan, kemudahan pengaduan masyarakat, menerapkan standar pelayanan yang jelas dan transparan, memberitahukan hak dan kewajiban masyarakat sebagai penerima layanan publik, memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) dalam sistem
sosialisasi tentang layanan informasi dan pengaduan kepada komite sekolah, orang tua murid, dan masyarakat umum, sekolah membuat skema layanan infomasi dan pengaduan sekolah.
SMPN 16 Bandar Lampung sudah memiliki dokumen Standart Operasional Prosedur (SOP) pelayanan informasi pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID). Di dalamnya dijelaskan mengenai latar belakang, landasan hukum,
Mekanisme Standar Layanan Informasi Publik melalui Permohonan yang dipajang di salah satu sudut SMPN 16 Bandar Lampung.
Dok.
YS
KK
maksud dan tujuan, hakekat pelayanan informasi publik, azas pelayanan informasi publik, lingkup pelayanan informasi publik, standart operasional pelayanan informasi publik mengenai sistem pelayanan, waktu kerja pelayanan informasi, mekanisme permohonan informasi publik, jangka waktu penyelesaian, biaya atau tarif, konsultasi dan laporan, jenis
evaluasi kinerja pelayanan publik dalam mendorong kinerja pelayanan.
Selain memanfaatkan media sosial, SMPN 16 Bandar Lampung juga mengembangkan pelayanan informasi dan pengaduan yaitu membentuk PPID di tingkat sekolah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PPID, sekolah melakukan
Oleh: Antonia Satrianti, Staf Program Pendidikan YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015 PROFIL
18
keberatan pemohon atas pemberian informasi publik, kedudukan PPID SMPN 16 Bandar Lampung, tugas dan fungsi PPID SMPN 16 Bandar Lampung, pengumpulan informasi, mengklasifikasikan informasi yaitu informasi yang wajib dan informasi yang dikecualikan, serta penyelesaian sengketa informasi.
Sedangkan prosedur pelayanan permintaan informasi di SMPN 16 Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut :
1. Pemohon informasi
mengajukan permintaan
tertulis untuk mendapatkan
pelayanan informasi data
kepada petugas layanan
informasi.
2. Petugas layanan informasi
menerima, mencatat, dan
menyampaikan surat
permintaan data kepada
PPID.
3. Petugas Humas di bawah
PPID membuat memo kepada
petugas Data dan Sarana
Informasi, Arsip dan
Dokumentasi, Pengelola
Perpustakaan, atau
atau Koordinator Tim Penjamin Mutu Sekolah yang memiliki informasi.
4. Petugas layanan informasi menyampaikan surat permintaan data dan memo kepada unit kerja yang ditunjuk.
5. Pemberian keterangan tertulis yang ditandatangani PPID disampaikan kepada pemohon informasi apabila informasi belum dimiliki.
6. Petugas layanan informasi memantau penyiapan data sesuai dengan memo yang telah diajukan.
7. Petugas layanan informasi menerima data/informasi yang telah dipersiapkan unit kerja.
8. Petugas layanan informasi membuat tanda bukti pelayan informasi yang ditandatangani oleh PPID yang menyatakan bahwa permintaan data telah selesai dikerjakan.
9. Pemohon Informasi mengambil data/informasi dan menandatangani persetujuan penggunaan informasi yang telah disiapkan oleh petugas
layanan informasi.
Pihak SMPN 16 Bandar Lampung juga menyediakan form tanda bukti penerimaan permintaan informasi publik, tanda bukti penyerahan informasi publik, dan surat keterangan PPID SMPN 16 Bandar Lampung tentang penolakan permohonan informasi untuk informasi yang dikecualikan.
Selain itu, SMPN 16 Bandar Lampung juga berinisiatif untuk menyediakan 1 unit computer yang khusus digunakan untuk pelayanan informasi dan pengaduan sekolah, dan dapat diakses oleh siapa pun baik pihak sekolah maupun masyarakat termasuk orang tua murid.
Pengembangan standar ini sebagaimana telah dilakukan sebelumnya, selain karena tuntutan regulasi dan kebijakan, juga telah menjadi keniscayaan dalam sistem good governance dan open governance yang sedang dibangun di Indonesia.
Papan informasi keuangan yang berisikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS.
Secara prinsip, undang-undang ini mengakui beberapa hal terkait dengan keterbukaan informasi, yaitu antara lain:
1. Bahwa informasi adalah
kebutuhan pokok manusia;
2. Hak masyarakat untuk
memperoleh informasi
merupakan bagian dari Hak
Asasi Manusia;
3. Keterbukaan informasi
merupakan prasyarat bagi
negara demokrasi;
4. Keterbukaan informasi
merupakan sarana untuk
mengoptimalkan pengawasan
publik terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan (termasuk
badan publik) yang
demokratis; dan
5. Informasi harus dikelola
untuk mewujudkan
masyarakat informasi yang
demokratis.
Munculnya regulasi tersebut bisa
dimaknai bahwa informasi adalah
kebutuhan bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya
serta merupakan bagian penting
bagi ketahanan nasional. Meski
demikian, tentu apabila kita ingin
mengakses informasi seputar
kebijakan pendidikan atau hal-hal
yang berkaitan pendidikan di
sekolah tetap haruslah memegang
kaidah-kaidah umum. Tidak
mentang-mentang kita punya atau
tahu tentang UU KIP, kita kemudian
bebas menggunakannya. Disisi lain,
sekolah relative “sulit” memberikan
data dikarenakan data yang ada disalahgunakan. Misalnya tidak digunakan sebagai mana mestinya (memeras, memfitnah, menuduh dsb).
Lantas bagaimana trik untuk
mendapatkan informasi sekolah
terutama soal anggaran (BOS,
RAPBS, RKAS dll)?
1. Pastikan tujuan kita untuk apa
mengakses anggaran. Tentu
mengetahui perencanaan
kegiatan merupakan hak
apalagi bila anak kita
bersekolah disitu. Jangan
sampai sekolah memungut
atau mengalokasikan belanja
diluar yang dibutuhkan.
2. Informasi yang dibutuhkan
juga harus jelas tidak berupa
besaran. Misalnya mengenai
data keluarga guru, tentu
tidak relevan dengan kita
sebagai orang tua murid. Beda
dengan informasi rencana
induk pengembangan sekolah,
daftar guru pengajar, visi misi
sekolah dan hal lainnya.
3. Bicara atau buat surat dengan
tujuan dan data diri yang jelas.
Bila perlu dengan penjelasan
lisan sehingga pihak sekolah
yang menerima maksud kita
akan terbuka memberikan
data yang dibutuhkan.Bila
sejak awal ada kecurigaan
karena rencana anggaran
tidak sesuai dengan yang akan
dialokasikan, atur strategi
supaya akses informasi tetap
dialokasikan, atur strategi supaya akses informasi tetap terbuka bagi kita.
4. Ajak orang tua siswa lain untuk bersama-sama meminta informasi itu. Agar tidak dikesankan kita sendiri punya motif yang tidak baik. Atur juga siapa yang membuka bicara, memperkenalkan diri maupun menyatakan maksud kedatangan. Pembicaraan tidak boleh dimonopoli seseorang supaya pihak sekolah tahu bahwa informasi yang dibutuhkan adalah kebutuhan bersama.
5. Jaga komunikasi dengan pihak sekolah, baik pada saat kita butuh atau tidak. Karena barangkali saat ini kita belum butuh namun lain waktu bisa jadi kita membutuhkannya.
Apa konsekuensinya apabila pihak sekolah tidak melakukan sharing informasi kepada publik? Jawabnya ada pada pasal 52 undang-undang KIP yang menyatakan badan publik yang tidak memberikan informasi dapat dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000,00 ( lima juta rupiah).
Tips Mengakses Informasi di SekolahMuhammad Histiraludin - Koordinator Program Pendidikan YSKK
ransparansi dalam dunia pendidikan merupakan sebuah keniscayaan sebab pendidikan di Indonesia telah menjadi Tlayanan wajib bagi pemerintah. Indonesia sendiri telah
memiliki Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
MEDIUM Edisi II - September 2015 TIPS SANG INOVATOR
17
Penguatan Komite Sekolah Perlu Sinergi Berbagai Pihak
inergitas antara pihak sangat penting untuk Smenguatkan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut diungkapkan, Staf Ahli DPRD Kabupaten Gunungkidul Fransisca Andriyani, pada diskusi tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di Hotel Dwangsa HAP Solo, Senin (24/8).
“Pemerintah dan masyarakat sipil
harus bersinergi dalam
merumuskan kebijakan yang
menjawab kebutuhan penguatan
Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah,” ujar Fransisca. “Agar
tanggungjawab terhadap
pendidikan menjadi milik
pemerintah, orangtua dan
masyarakat,” imbuhnya.
Terkait tidak optimalnya bahkan tidak berjalannya peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, Konsultan Kemdikbud Suparlan, mengatakan semua pihak harus hati-hati dalam menyimpulkan persoalan terkait regulasi kedua badan mandiri tersebut.
“Persoalan ini harus dinilai dengan jernih, apakah persoalannya ada pada substansi regulasi, baik dalam PP 17/2010 maupun regulasi daerah, atau persoalannya hanya pada teknis implementasi, sehingga rumusan kita dapat menjawab persoalan,” terang Suparlan.
Desa Perlu Fasilitasi Penyelenggaraan PAUDatu tahun pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 Stentang Desa, berbagai
pengalaman komunitas, lembaga, dan pemerintah desa menorehkan catatan. Tak terkecuali lembaga PAUD di Kecamatan Weru, Sukoharjo menemukan jalan untuk membangun generasi.
“Terkait PAUD, kedepan perlu
dikawal bersama dengan BPD dan
seluruh elemen masyarakat agar
tahun-tahun yang akan datang
Desa dapat memfasilitasi
peningkatan kualitas
penyelenggaraan PAUD,” ungkap
Kepala Desa Alasombo Suwardi,
saat berdialog dengan perwakilan
Taman Pintar (TP) Nurul Ilmi,
Kamis (3/9) di Balai Desa
setempat.
Menanggapi hal itu, pendidik TP
Nurul Ilmu Winarsih, menyatakan
jika TP dan Pos PAUD bisa menjadi prakarsa masyarakat di bidang PAUD, maka akan dapat membantu meningkatkan kualitas penyelenggaraannya.
“Lembaga PAUD butuh dukungan dari berbagai pihak, khususnya
masyarakat dan pemerintah desa dengan adanya UU Desa ini kami berharap bisa lebih serius menyelenggarakan PAUD,” terang Winarsih. “Sejauh ini sudah ada program dan dana desa yang mendukung kami,” imbuhnya.
MEDIUM Edisi II - September 2015 KABAR PROGRAM
18
Perempuan Desa Tolak Politik Uang erempuan Gunungkidul menolak politik uang yang Pmarak jelang pemilihan
kepala daerah (pilkada). Perhelatan lima tahunan yang diharapkan membawa perubahan pada kesejahteraan rakyat ini seringkali ternodai dengan adanya politik uang.
Menurut kader PKK, Yohana, politik uang bukan hanya menodai demokrasi. “Money politic itu seperti menggadaikan lima tahun kepemimpinan seorang kepala daerah dengan uang yang besarnya tidak seberapa,” terangnya saat diskusi di Homestay Joglo Jawa, Gunungkidul, Sabtu, (11/9).
Lebih lanjut ia menjelaskan, perlu upaya serius agar masyarakat tidak terjebak. “Perlu memanfaatkan forum-forum yang
yang ada di desa misal arisan dan pertemuan PKK untuk mengajak masyarakat agar tidak terjebak politik uang,” katanya.
Menurut Koordinator Program Kepemimpinan Perempuan YSKK, Lusiningtias, upaya
mengkampanyekan demokrasi yang sehat harus dilakukan secara bertahap dan terus-menerus. “Kampanye seperti ini tidak bisa instan, butuh proses. Tapi bisa dimulai dari orang terdekat dulu,” tuturnya.
Pengelola Koperasi Harus Melek Teknologi Informasiemanfaatan teknologi informasi mutlak menjadi Pkebutuhan pengelola
koperasi perempuan untuk meningkatkan kinerja pencatatan keuangan dan media komunikasinya. Hal ini diungkapkan pendamping koperasi, Ana Susi Yuniasri, saat memfasilitasi pelatiha inputing data dan keuangan, Senin (31/8) di Sekretariat Kopwan Karya Perempuan Mandiri.
“Pemanfatan teknologi informasi oleh koperasi bisa meningkatkan kualitas pencatatan transaksi keuangannya,” ujar Susi. “Inputing data tidak lagi dilakukan secara manual sehingga lebih efisien,” imbuhnya.
Ia menambahkan, pemberlakuan Pasar Bebas ASEAN pada tahun 2015 ini membuka arus
persaingan bebas yang semakin tajam antar pelaku ekonomi termasuk koperasi. “Koperasi diharapkan menjadi pendorong sektor UMKM harus mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya, dan penguasaan teknologi informasi menjadi sebuah keharusan,” terangnya.
Menurut bendahara koperasi, Jumikem, pembukuan menggunakan komputer memudahkannya mengecek kesalahan. “Selain itu inventaris laptop koperasi juga termanfaatkan” ujarnya.
MEDIUM Edisi II - September 2015 KABAR PROGRAM
19
MEDIUM Edisi II - September 2015 AGENDA PROGRAM
20
Program Sekolah MANTAP
1) Pekan Suara Warga - Oktober 2015Kegiatan ini bertujuan mengukur pendapat masyarakat terkait tata kelola layanan pendidikan tingkat dasar dan menengah.
2) Diskusi Publik Mengenai Usulan Kebijakan Pendidikan - November 2015 Kegiatan ini bertujuan menguji dan mendapatkan masukan dari publik terkait naskah kebijakan untuk revisi PP nomor 17 tahun 2010, Perda pendidikan Kota Surakarta, dan Raperda pendidikan Kabupaten Gunungkidul, bagian/bab Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
3. Konsolidasi Masyarakat Sipil Peduli Pendidikan Gunungkidul - Oktober 2015 Tujuan mengidentifikasi aset jaringan masyarakat sipil dan merumuskan strategi untuk mengoptimalkan aset pada proses advokasi kebijakan pendidikan di Kabupaten Gunungkidul.
Agenda Kegiatan:
Program Kepemimpinan Perempuan
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Ekonomi Kerakyatan
Agenda Kegiatan:
Agenda Kegiatan:
Agenda Kegiatan:
1) FGD Kajian Integrasi PUG dalam Politik, Pemerintahan dan Pembangunan Desa - November 2015Tujuannya mengkaji sejauh mana konsep PUG sudah dan bisa terintegrasi dalam regulasi dan kebijakan politik pemerintahan dan pembangunan desa.
2) Pelatihan PUG (Pengarusutamaan Gender) dalam politik dan pembangunan desa - November 2015Tujuannya Meningkatkan Pengetahuan,Ketrampilan dan sikap para pihak terkait dengan integrasi PUG dalam politik dan pembangunan desa.
1) Workshop Perencanaan Strategis Taman Pintar dan Pos PAUD - Oktober 2015Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan rencana strategis Taman Pintar dan Pos PAUD tahun 2016/2018.
2) Talkshow Radio Pentingnya Budaya Lokal Anak di Zaman Global - November 2015Tujuan dari kegiatan ini menyebarluaskan pengalaman pengintegrasi budaya lokal di dalam kegiatan PAUD dan manfaatnya bagi anak usia dini.
1) Diskusi tentang Kebijakan Pengembangan UMKM Kabupaten Gunungkidul - November 2015Kegiatan ini bertujuan mendiskusikan arah kebijakan pembangunan UMKM di kabupaten Gunungkidul tahun 2016/2019.
2) Pendampingan Tehnis - Oktober 2015 Tujuannya untuk memberikan pendampingan kepada 3 koperasi perempuan di Kabupaten Gunungkidul dalam pengelolaan organisasi dan usahanya.