media publikasi ilmiah ilmuwan dan praktisi rimbawaneprints.ulm.ac.id/4248/1/jhtb september...

14

Upload: others

Post on 28-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Media Publikasi Ilmiah Ilmuwan dan Praktisi Rimbawan

DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Terbit Secara Berkala Setiap Bulan: Maret, September Penanggungjawab : Dekan Fakultas Kehutanan Unlam Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ruslan, M.S (Unlam) 2. Prof. Dr. Ir. M. Arief Soendjoto, M.Sc (Unlam) 3. Prof. Dr. Ir. Sipon Muladi (Unmul) 4. Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Sc (IPB) 5. Dr. Ir. Sofyan Warsito (UGM) 6. Prof. H. Hasanu Simon (UGM) 7. Dr. Ir. Bahruni, M.S (IPB) 8. H. Udiansyah, Ph.D (Unlam) 9. Dr.rer.nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, M.P (Unlam) 10. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (Unlam) Dewan Redaksi : Hamdani Fauzi, Hafizianor, Kissinger, Adi Rahmadi, Rosidah Muis Rusdal, Khairun Nisa, Siti Hamidah, Badaruddin, Yusanto Nugroho, Arfa Agustina Rezekiah, Dina Naemah, Rina Muhayah Administrasi & Keuangan : M. Napiah, Basuki Rahmat, Amino Natalina, Dwi Lestari Alamat Redaksi: Fakultas Kehutanan UNLAM Jl. A. Yani KM 36 Kotak Pos 19 Banjarbaru - Kalimantan Selatan Telp./Fax. (0511)4772290 E-mail: [email protected]

JURNAL HUTAN TROPIS BORNEO adalah wadah informasi

bidang kehutanan berupa hasil penelitian, studi pustaka, maupun tulisan ilmiah.

Media Publikasi Ilmiah Ilmuwan dan Praktisi Rimbawan

KADAR EKSTRAKTIF BATANG BROTOWALI (Tinospore crispa) YANG TUMBUH DIDAERAH RAWA DAN DAERAH BUKIT DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARADiana Ulfah & Rudy Fitrajaya

KETEGUHAN PATAH PAPAN LAMINA Acacia mangium Willd DENGAN SAMBUNGANMENJARI DAN LIDAH ALURMuhammad Faisal Mahdie

BUDIDAYA TABAT BARITO (Ficus deltoidea JACK) SECARA STUMP DENGAN VARIASIPERLAKUAN MEDIA TANAM DAN PUPUK ORGANIK NASAYudi Firmanul Arifin, Eny Dwi Pujawati, Muhammad Aqla

KADAR TANIN BIJI PINANG (Areca catechu L.) DARI PLEIHARITrisnu Satriadi

RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH (Pogostemon cablin BENTH) DI WILAYAHKECAMATAN BUKIT BATU, KOTA PALANGKA RAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAHViolet & Nuwa

KAJIAN POTENSI KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAISEBELIMBING KABUPATEN KOTABARUKarta Sirang

SIFAT FISIKA PAPAN SEMEN PARTIKEL PELEPAH RUMBIA (Metroxylon sagus Rottb)Gt. A. R. Thamrin

ANALISIS PENGERINGAN TIGA JENIS KAYU TERHADAP PENYUSUTAN VOLUMETRISSORTIMEN BOARD DAN SQUARESHenni Aryati

RENDEMEN TEPUNG BUAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) BERDASARKAN JARAKTEMPAT TUMBUHFatriani, Noor Mirad Sari & M. Noor Mashudi

109

117

125

132

136

150

156

166

171

DAFTAR ISI

VOLUME 11 NOMOR 30 EDISI SEPTEMBER 2010 TAHUN XI ISSN 1412-4645

PERFORMANSI SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL DI DESA TELAGA LANGSAT,KABUPATEN BANJARAdistina Fitriani & Hamdani Fauzi

ANALISIS SIFAT FISIK DAN KIMIA BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU GALAM(Melaleuca leucadendron Linn) DAN TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites moluceana Wild)Lusyiani

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PETERNAKAN LEBAH MADU TERHADAPPENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA MUARA PAMANGKIH KAB. HULU SUNGAITENGAHRosidah R Radam

KONTRIBUSI SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL DALAM MENDUKUNGEKSISTENSI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA (Studi di Desa Sungai Langsat,Kabupaten Banjar)Asysyifa

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADASEKRETARIAT DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN, DEPARTEMENKEHUTANANTitien Maryati

175

186

195

201

210

KATA PENGANTAR

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Borneo Nomor 32 Edisi September 2011 kali ini menyajikan 15 buahartikel ilmiah hasil penelitian di bidang teknologi hasil hutan, manajemen hutan dan budidaya hutan.

Diana Ulfah & Rudy Fitrajaya meneliti kandungan ekstraktif Batang Brotowali berdasarkan letakbatang (pangkal, diantara pangkal dengan tengah, tengah, diantara tengah dengan ujung, dan ujung)yang tumbuh di daerah rawa dan daerah bukit.

Muhammad Faisal Mahdie menemukan bahwa nilai Keteguhan patah (MoR) papan lamina Aca-cia mangium Willd perlakuan sambungan menjari lebih baik daripada pola sambungan lidah alur,dengan nilai rata-rata 155,730 kg/cm2. Sedangkan nilai MoR rata-rata untuk papan sambunganlidah alur adalah 82,947 kg/cm2. Nilai MoE dipengaruhi oleh kadar air dan luas bidang perekatan.

Hasil penelitian Yudi Firmanul Arifin, Eny Dwi Pujawati, dan Muhammad Aqla terhadap budidayacabutan anak alam Tabat barito (Ficus deltoidea Jack) yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuanmedia top soil lebih baik dibandingkan dengan media pasir pada parameter tinggi dan jumlah daun.Perlakuan pemberian pupuk organik cair NASA hanya dapat meningkatkan pertambahan jumlahdaun.

Ekstraksi untuk mendapatkan tanin dilakukan oleh Trisnu Satriadi dengan menggunakan duamacam pelarut yaitu air dan aseton. Kadar tanin dengan pelarut air adalah 17,97% dan asetonadalah 19,04%. Tingginya kadar tanin ini merupakan potensi untuk dimanfaatkan menjadi produkseperti perekat kayu.

Adistina Fitriani meneliti sistem agroforestri di desa Sungai Langsat terdiri dari satu sistemagroforestri, yaitu sistem agrisilvikultur dengan dua sub sistem, yakni sub sistem agroforestri kebunkaret dan kebun buah campuran. Sementara itu Asysyifa meneliti dari aspek ekonomi ternyatakontribusi yang diberikan kebun agroforestri yang terdapat di Desa Sungai Langsat terhadappendapatan masyarakat cukup besar, yaitu rata-rata 53,31%.

Rosidah meneliti produktivitas lebah madu di Desa Muara Pamangkih Kecamatan Labuan AmasUtara rata-rata sebesar 5,32 botol/sarang dengan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat petanipenuai sebesar 83%.

Lusyiani meneliti pengaruh komposisi campuran kayu galam dengan tempurung kemiri terhadapbriket arang yang dihasilkan mempunyai sifat fisik dan kimia sebagai berikut : rata-rata kadar air7,949%, rata-rata kadar abu 2,855%, rata-rata kadar zat terbang 29,510%, rata-rata karbon sisa67,652%, rata-rata kerapatan 0,779 gram/cm3, dan rata-rata nilai kalor 6202,6594 cal/gram.

Rendemen minyak nilam yang dihasilkan dari daun dan tangkai nilam pada beberapa lamawaktu pengeringanginan, serta mengetahui mutu minyak nilam yang dihasilkan dari daun dan tangkainilam yang dikembangkan petani di wilayah Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Provinsi

Kalimantan Tengah diteliti oleh Violet dan Nuwa

Di akhir tulisan, Titien Maryati meneliti pengaruh kecerdasan emosi baik secara parsial maupunsimultan terhadap kinerja pegawai pada Sekretariat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan, yangternyata berpengaruh nyata.

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi input yang bermanfaat bagi pembaca untukdikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca

Banjarbaru, September 2011 Redaksi,

109

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 12 No. 32 September 2011 ISSN 1412-4645

KADAR EKSTRAKTIF BATANG BROTOWALI (Tinospore crispa)YANG TUMBUH DI DAERAH RAWA DAN DAERAH BUKIT

DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARATHE LEVEL OF EKSTRAKTIVE BROTOWALI (Tinospore crispa )WHICH GROW IN THE SWAMP LOWLAND AND HILL ON HULU

SUNGAI UTARA REGENCY

DIANA ULFAH1) & RUDY FITRAJAYA1)

1)Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas KehutananUniversitas Lambung Mangkurat

Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

ABSTRACT. This research is aimed to identify an extractive content based on the stem brotowalibased on stem between the base of the with the middle, the middle, between the middle and the end,and growing in the end) and the swamp lowlands. The benefits of this research is to provide usefulinformation on society in General and the Agency in particular, about the levels of extractive on thestem so that it can be utilized in caulis extract optimal. The hypothesis of this research is differencesin levels of extractive of layout part of the stem. Increasingly toward the tip of the stem then the layoutsubstance levels declined, instead extractive increasingly toward the base of the stalk then extractivesubstances levels increasing. The result showed that average value of an extractive substance withthe methods of extracting hot water and treatment of different instructions this shows a range between23,80 % to with 56,00 %. The average percentage of ektraksi substances levels by using the highesthot water treatment occurs at A1B2 (swamp area with treatment taking positions between the base ofthe rod with the middle of Caulis extract rod) that is as much as 41.83% and the percentage levels ofsubstances extraction by using the lowest hot water in the swamp area treatment A1B3 (with rodmaking positions (in the middle of the stem) Caulis extract as much 31.00%. And the average valuefor percentage levels of substances extraction with method of cold water extraction and treatment vary,this indicates the range between 19.50% up to 41.00%. The average percentage of substance levelsof extraction by using cold water occurs in treatment A2B5 (Hill area with treatment taking positions onstem tip) which is as much as 33.67% and the percentage levels of substances extraction by usingcold water on the lowest A2B1 (treatment of the hill with the rod at the base position retrieval) of 28.00%.

Keywords: Extractive, Swamp, Hill

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ekstraktif Batang Brotowaliberdasarkan letak batang (pangkal, diantara pangkal dengan tengah, tengah, diantara tengah denganujung, dan ujung) yang tumbuh di daerah rawa dan daerah bukit. Manfaat dari penelitian ini adalahmemberikan informasi yang berguna pada masyarakat pada umumnya dan instansi pada khususnya,tentang kadar ekstraktif pada bagian batang Brotowali sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.Hipotesis dari penelitian ini adalah kadar ekstraktif memiliki perbedaan terhadap letak bagian batang.Semakin ke arah ujung letak bagian batang maka kadar zat ekstraktif semakin menurun, sebaliknyasemakin ke arah pangkal bagian batang maka kadar zat ekstraktif semakin meningkat. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai rata-rata zat ekstraktif dengan metode ekstraksi air panas dan perlakuanyang berbeda-beda ini menunjukkan kisaran antara 23,80% sampai dengan 56,00%. Rata-ratapersentase kadar zat ektraksi dengan menggunakan air panas tertinggi terjadi pada perlakuan A1B2

(perlakuan daerah rawa dengan posisi pengambilan batang brotowali diantara pangkal dengan tengah

110

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 12 No. 32, Edisi September 2011

batang) yaitu sebanyak 41,83% dan persentase kadar zat ekstraksi dengan menggunakan air panasterendah pada A1B3 (perlakuan daerah rawa dengan posisi pengambilan batang Brotowali (ditengahbatang) sebanyak 31,00%. Dan untuk nilai rata-rata persentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air dingin dan perlakuan yang berbeda-beda, ini menunjukkan kisaran antara 19,50% sampaidengan 41,00%. Rata-rata persentase kadar zat ekstraksi dengan menggunakan air dingin terjadipada perlakuan A2B5 (perlakuan daerah bukit dengan posisi pengambilan batang pada ujung) yaitusebanyak 33,67% dan persentase kadar zat ekstraksi dengan menggunakan air dingin terendah padaA2B1 (perlakuan daerah bukit dengan posisi pengambilan batang di pangkal) sebesar 28,00%.

Kata kunci:Ekstraktif, Rawa, Bukit

Penulis untuk korespondensi:e-mail [email protected]

PENDAHULUAN

Potensi sumber daya alam Indonesia yangberasal dari hutan masih tersedia, baik hasil hutanberupa kayu maupun non kayu. Hasil hutan nonkayu yang bisa diambil dari hutan seperti rotan,bambu, getah, hewan dan tumbuh-tumbuhan yangberguna sebagai obat tradisional.

Tumbuhan obat saat ini banyak dimanfaatkanoleh masyarakat karena memiliki kelebihan sepertiberbahan alami (tidak menggunakan pengawet),bisa ditanam dan dipelihara, kemudian tidakmempunyai efek samping sehingga amandikonsumsi oleh masyarakat. Dengan semakinberkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,penggunaan tanaman obat berkembang termasukpemanfaatan brotowali dalam dunia pengobatan.Pada awal abad ke-20, diketahui bahwa ekstrakbrotowali, terutama bagian batangnya, mengan-dung suatu senyawa kimia yang berkhasiatmenurunkan kadar gula darah. Sejak saat itulah,brotowali banyak dicari untuk dimanfaatkan dalampengobatan diabetes mellitus.

Tumbuhan Brotowali sebetulnya bagian daritanaman perdu dan tumbuhnya liar dan bernamailmiah Tinospora crispa. Bentuk batangnyasebesar kelingking, berbintil-bintil rapat dantumbuh liar di hutan, ladang atau ditanamdihalaman dekat pagar sebagai tanaman obat.Tumbuhan ini hidup menjalar pada pohon ataupagar.

Bagian brotowali yang biasa dipakai masya-rakat adalah bagian batang karena bisa dipakai

sebagai obat dalam maupun obat luar. Khasiattanaman obat antara lain untuk mengobatireumatik, demam, kencing manis, dan jugameningkatkan nafsu makan.Untuk pemakaian luarBrotowali juga berfungsi mengobati penyakit kudis.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulistertarik untuk meneliti tentang kadar ekstraktif padabatang brotowali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menge-tahui kandungan ekstraktif Brotowali berdasarkanletak batang (pangkal, diantara pangkal dengantengah, tengah, diantara tengah dengan ujung, danujung) yang tumbuh di daerah rawa dan daerahbukit.

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikaninformasi yang berguna pada masyarakat padaumumnya dan instansi terkait pada khusunya,tentang kadar ekstraktif pada bagian batangBrotowali sehingga dapat dimanfaatkan secaraoptimal.

Kadar ekstraktif memiliki perbedaan terhadapletak bagian batang. Semakin kearah ujung letakbagian batang maka kadar zat ekstraktif semakinmenurun, sebaliknya semakin kearah pangkalbagian batang maka kadar zat ekstraktif semakinmeningkat.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengambilan dan Pembuatan Sampel Uji

Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumTeknologi Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan NonKayu Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

111

Ulfah: Kadar Ekstraktif Batang ..... (32): 109-116

Adapun tanaman Brotowali yang diteliti berasal daridaerah rawa dan daerah bukit di Hulu Sungai Utara.Pelaksanaan penelitian yang meliputi persiapanbahan dan peralatan, proses ekstraksi, pengo-lahan data dan pengetikan hasil penelitian ini dilak-sanakan selama ± 3 bulan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah batang Brotowali, aquades. Peralatan yangdigunakan dalam penelitian adalah meteran untukmengukur, ayakan 40 Mesh dan 60 Mesh sebagaialat penyaring, alat pembungkus plastik untukmenyimpan sampel, botol timbang untuk menyim-pan sampel yang akan ditimbang, corong untukmemindahkan larutan, desikator untuk menjagakelembaban contoh uji, hot plate unyuk mediapemanasan contoh uji, stir untuk mengadukcontoh uji, kertas saring untuk media penyaring,labu erlenmeyer untuk menyimpan larutan, gelaspiala untuk mengukur larutan dalam jumlahtertentu, neraca analitik untuk menimbang contohuji, waterbath untuk media pemanasan contoh uji,kompor listrik untuk media pemanasan contoh uji,oven untuk media pengeringan contoh uji, blenderuntuk menggiling sampel, sprayer untuk menyem-prot contoh uji, gunting ranting untuk pengambilansampel di lapangan, kamera foto untuk doku-mentasi penelitian, kalkulator dan alat tulis menulis.

Batang brotowali yang digunakan dalampenelitian ini diambil 3 batang di daerah rawa dan3 batang di daerah bukit dimana masing-masingbatang diambil menjadi 5 bagian yaitu pangkal,diantara pangkal dengan tengah, tengah, diantaratengah dengan ujung, dan ujung. Jadi jumlahsampelnya 30 buah.

Bagian-bagian batang Brotowali diiris tipisdianginkan sekitar (3-4 jam) dan dijemur sehinggamempunyai kadar air kering udara kemudiandigiling dengan menggunakan blender sampaimenjadi serbuk. Agar serbuk yang dihasilkanseragam maka dilakukan penyaringan denganmenggunakan saringan 40 mesh dan 60 mesh,selanjutnya serbuk dimasukkan ke dalam kantongplastik tertutup dan diberi kode, selanjutnya diukurkadar air atau Moisture Factor (MF).

Penetapan Kadar AirMenimbang botol timbangan yang telah

dikeringkan dalam oven, kemudian diisi dengansampel uji serbuk sesuai dengan berat 2 gramkering tanur. Sampel uji tersebut kemudian dike-ringkan dalam oven dengan temperatur 1000Csampai beratnya konstan. Kemudian dilakukanpenimbangan (sampel uji sebelumnya telah di-dinginkan dalam desikator).

Kadar air dapat ditentukan melalui perban-dingan antara pengurangan serbuk awal dan beratkering tanur. Menurut Dumanauw (1982), rumusperhitungan kadar air sebagai berikut :

Penetapan kadar air bertujuan untuk menge-tahui berat serbuk yang akan diekstraksi. Beratserbuk yang akan diekstraksi didapatkan dari :

Berat serbuk = Berat Kering Tanur (1 + %KA/100)

Prosedur Analisis

Analisis kandungan kimia ekstraksi yangdilakukan dalam penelitian adalah :

Ekstraksi Air Dingin

2 gram sampel uji yang telah kering dima-sukkan dalam gelas piala dan menambahkan 300ml aquades, melakukan ekstraksi kurang lebihselama 48 jam dengan suhu kurang lebih 230Cdan diaduk, serbuk tersebut disaring yang sudahdiketahui beratnya dan ampas dicuci denganaquades (lampiran 10), serbuk yang terdapatdalam kertas saring dikeringkan dengan ovendengan suhu kurang lebih 1020C sampai beratnyakonstan, sebelumnya didinginkan dengan desikatorselama 5 menit.

Ekstraksi Air Panas

2 gram sampel uji yang telah kering dimasuk-kan dalam gelas piala dan menambahkan 300 mlaquades, menambahkan 100 ml aquades panasdan dimasukkan ke dalam waterbath yang airnyatelah mendidih selama 3 jam. Permukaan airdalam waterbath harus diatas permukaan air didalam labu erlenmeyer, pada waktu tertentu harus

112

Jurnal Hutan Tropis Bornoe Volume 12 No. 32, Edisi September 2011

dilakukan pengadukan dengan cara digoyangsecara perlahan-lahan, menyaring isi labuerlenmeyer ke dalam kertas saring yang sudahdiketahui beratnya, membilas ampas serbukdengan 200 ml aquades panas, kemudian dike-ringkan dalam oven dengan suhu kurang lebih1020C sampai beratnya konstan, sebelumnyaserbuk didinginkan dengan desikator selama 5menit, serbuk yang terdapat dalam kertas saringdikeringkan dengan oven dengan suhu kurang lebih1020C sampai beratnya konstan, sebelumnya di-dinginkan dengan desikator selama 5 menit.

Untuk mengetahui kandungan ekstraktif (%),digunakan rumus :

Rancangan Penelitian

Rancangan yang dipakai dalam penelitian iniadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) denganpercobaan faktorial dengan perbedaan tempattumbuh dan bagian-bagian batang pada masing-masing tempat tumbuh diambil 3 pohon yangdimana setiap pohon diambil bagian pangkal, dian-tara pangkal dengan tengah, tengah, diantaratengah dengan ujung, dan ujung sebagai contohuji.

Faktor-faktor dalam rancangan ini adalahsebagai berikut :1. Faktor A (daerah tumbuh) terdiri dari 2 taraf :

A1 = Daerah RawaA2 = Daerah Bukit

2. Faktor B (bagian batang) terdiri 5 taraf, yaitu:B1 = Pangkal batangB2 = Diantara pangkal dengan tengah

batangB3 = Tengah batangB4 = Diantara batang dengan ujung batangB5 = Ujung batangModel umum rancangan penelitian ini adalah:

Keterangan :Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-I,

kelompok j dan ulangan ke-kμ = Nilai tengah umum

ái= Pengaruh dari taraf ke-i faktor Aâ j = Pengaruh dari taraf ke-j faktor B(áâ)ij= Pengaruh interaksi faktor A dan B

pada perlakuan ke-I dan ke-j•ijk = Kesalahan percobaan pada perlakuan

ke-i, kelompok ke-j, dan ulangan ke-kUntuk memudahkan dalam pengolahan data,

maka nilai yang diperoleh dimasukkan dalamrancangan percobaan berupa tabel rancanganacak lengkap faktorial.

Analisis Data

Sebelum data diolah terlebih dahulu data diujikenormalannya dengan menggunakan uji Lilieforsdan untuk kehomogenan ragamnya dengan ujiBartlett (Hanafiah, 1993). Untuk mengetahuipengaruh perlakuan terhadap respon yang diamatidigunakan Tabel uji sidik keragaman seperti padaTabel 1.

Tabel 1. Analisis sidik ragam(Table 1. Analysis of Varians)

Hasil uji F ini menunjukkan derajat pengaruhperlakuan (dalam hal ini posisi serat pada batang)terhadap data hasil percobaan sebagai berikut :1. Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap

respon yang diamati, dimana F hitung <Ftabel (pada taraf nyata 1% dan 5%)

2. Perlakuan pengaruh nyata atau sangat nyataterhadap respon yang diamati, dimana Fhitung >F tabel.Hanafiah (1993), penentuan uji lanjutan dida-

sarkan atas nilai koefisien keragaman yang dinya-takan sebagai rerata umum sebagai berikut :

Dimana :KK = Koefisien keragamanKT galat = Kuadrat tengah galat = Rerata seluruh data percobaan

113

Ulfah: Kadar Ekstraktif Batang ..... (32): 109-116

Jika dihubungkan dengan derajat ketelitian hasiluji beda pengaruh-pengaruh perlakuan terhadapdata percobaan, maka dibuat hubungan nilai ko-efisien keragaman (KK) dan macam uji beda yangsebaiknya dipakai yaitu :1. Jika KK besar (minimal 10% pada kondisi

homogen atau minimal 20% pada kondisiheterogen), uji lanjutan yang sebaiknya digu-nakan adalah uji Duncan, karena uji ini dapatdikatakan yang paling teliti.

2. Jika KK sedang (antara 5-10%) pada kondisihomogen atau antara 10-20% pada kondisiheterogen), sebaiknya dipakai uji BNT (BedaNyata Terkecil) karena uji ini dapat dikatakanjuga berketelitian sedang, dan

3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi ho-mogen atau maksimal 10% pada kondisiheterogen), sebaiknya dipakai uji BNJ (BedaNyata Jujur) karena uji ini tergolong kurangteliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Kadar Zat Ekstraksi denganMetode Ekstraksi Air Panas

Hasil pengamatan dan pengukuran ekstraksiair panas dapat direkapitulasikan seperti terlihatpada Tabel 2.

Tabel 2. Data hasil rekapitulasi persentase kadarzat ekstraksi dengan metode ekstraksiair panas

(Table 2. Data recapitulation the percentage of thesubstance extraction with extractionmethods hot water)

Keterangan :A1 = Daerah rawaA2 = Daerah bukitB1 = Pangkal batangB2 = Diantara pangkal dengan tengah batang

B3 = Tengah batangB4 = Diantara tengah dengan ujung batangB5 = Ujung batang

Nilai rata-rata ekstraksi air panas dengan ber-bagai perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Nilairata-rata persentase kadar zat ekstraksi denganmetode ekstraksi air panas dan perlakuan yangberbeda-beda ini menunjukkan kisaran antara28,00% sampai dengan 56,00%. Rata-rata persen-tase kadar zat ekstraksi dengan metode ekstraksiair panas tertinggi terjadi pada perlakuan A1B2

(perlakuan daerah rawa dengan posisi pengam-bilan batang Brotowali diantara pangkal dengantengah batang) yaitu sebanyak 41,83% dan per-sentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air panas terendah pada A1B3 (perlakuandaerah rawa dengan posisi pengambilan batangBrotowali di tengah batang) sebanyak 31,00%.

Pengaruh perbedaan perlakuan terhadappersentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air panas secara statistik dapat diketahuidengan cara melakukan uji F atau analisa kera-gaman. Uji pendahuluan yaitu uji normalitas danuji homogenitas terhadap data persentase kadarzat ekstraksi dengan metode ekstraksi air panasdan berbagai perlakuan yang berbeda terlebihdahulu dilakukan sebelum melakukan uji F. Hasilanalisis keragaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis keragaman data persentasekadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air panas

(Table 3.Analysis of the diversity of data the per-centage levels of substances extractionwith hot water extraction method)

Keterangan : ts = tidak berpengaruh signifikan KK = 18,03%

Tabel 3 menyajikan tentang analisis kera-gaman untuk data persentase kadar zat ektraksi

114

Jurnal Hutan Tropis Bornoe Volume 12 No. 32, Edisi September 2011

dengan metode ektraksi air panas. Tabel tersebutmemperlihatkan bahwa pengaruh A, perlakuan Bdan interaksi AB tidak menunjukkan adanya penga-ruh yang signifikan terhadap persentase kadar zatekstraksi dengan metode ekstraksi air panas padataraf 5% dan 1% hal ini terlihat dari nilai Fhitung d”Ftabel.

Pengaruh perlakuan A, perlakuan B daninteraksi Ab tidak menunjukkan adanya pengaruhyang signifikan terhadap persentase kadar zatekstraksi dengan metode ekstraksi air panas,maka dengan nilai koefisien keragaman (KK)18,03% tidak dilakukan uji lanjutan Duncan ter-hadap nilai rata-rata persentase kadar zat ekstrak-si dengan metode ekstraksi air panas untukmengetahui perbedaan pengaruh masing-masingperlakuan.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwapengaruh perlakuan A (daerah tumbuh) dan B(bagian batang) tidak signifikan. Artinya perlakuandaerah tumbuh dan bagian batang tidak menen-tukan adanya variasi persentase kadar zatekstraksi dengan metode ekstraksi air panas. Halini dikarenakan ada faktor lain yang lebih menen-tukan terhadap nilai persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air panas tersebutseperti metode ekstraksi yang digunakan. Pen-dapat ini diperkuat oleh Pari (1990), bahwa adabeberapa faktor dalam ekstraksi yang dapatmempengaruhi mutu kadar ekstraktif, antara lainsuhu ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan untukpartikel kulit kayu, jumlah tahapan ekstraksi,lamanya ekstraksi dan perbandingan berat pelarutterhadap berat kulit kayu.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwapersentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air panas dibagian bukit lebih besar dari-pada di daerah rawa. Selain itu, data hasil pene-litian juga menunjukkan bahwa pada bagian posisibatang kayu Brotowali menghasilkan persentasekadar zat ekstraksi dengan metode ekstraksi airpanas yang tidak jauh berbeda (relatif sama), baikdi rawa maupun di bukit. Hal ini dikarenakan kan-dungan ekstraktif lebih ditekankan berada di bagianrongga sel-sel kayunya yang tersebar di dalam

kayu daripada bagian posisi kayu. Hal ini didukungpula oleh pendapat dari Soenardi (1976), bahwaekstraktif tidak merupakan bagian struktur dindingsel, tetapi dalam rongga sel. Fengel dan Wagener(1995), yang menambahkan bahwa kandungandan komposisi ekstraktif berubah-ubah diantaraspesies kayu. Selain itu, juga terdapat variasi yangtergantung pada tapak topografi dan musim.Ekstraktif terkonsentrasi dalam saluran resin dansel-sel parenkim jari-jari, jumlah yang rendah jugaterdapat dalam lamela tengah, interseluler dandinding sel trakeid serta serabut libriform.

Persentase Kadar Zat Ekstraksi denganMetode Ekstraksi Air Dingin

Hasil pengamatan dan pengukuran ekstraksiair dingin dapat direkapitulasikan seperti terlihatpada Tabel 4.

Tabel 4. Data hasil rekapitulasi persentase kadarzat ekstraksi dengan metode ekstraksiair dingin

(Table 4. Data recapitulation percentage levelssubstance extraction with extractionmethods cold water)

Keterangan :A1 = Daerah rawa; A2 = Daerah bukit; B1 = Pangkalbatang; B2 = Diantara pangkal dengan tengahbatang; B3 = Tengah batang; B4 = Diantara tengahdengan ujung batang; B5 = Ujung batang

Nilai rata-rata persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air dingin dan berbagaiperlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai rata-ratapersentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air dingin dan perlakuan yang berbeda-beda ini menunjukkan kisaran antara 19,50% sam-pai dengan 41,00%. Rata-rata persentase kadarzat ekstraksi dengan metode ekstraksi air dingin

115

Ulfah: Kadar Ekstraktif Batang ..... (32): 109-116

tertinggi terjadi pada perlakuan A2B5 (perlakuandaerah bukit dengan posisi pengambilan batangBrotowali di ujung batang) yaitu sebanyak 33,67%dan persentase kadar zat ekstraksi denganmetode ektraksi air dingin terendah pada A2B1

(perlakuan daerah bukit dengan posisipengambilan batang Brotowali di pangkal batang)sebesar 28%.

Pengaruh perbedaan perlakuan terhadappersentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air dingin secara statistik dapat diketahuidengan cara melakukan uji F atau analisa kera-gaman. Uji pendahuluan yaitu uji normalitas danuji homogenitas terhadap data persentase kadarzat ekstraksi dengan metode ekstraksi air dingindengan berbagai perlakuan yang berbeda terlebihdahulu dilakukan sebelum melakukan uji F. Hasilanalisis keragaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis keragaman untuk data persentasekadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air dingin

(Table 5. Analysis of varians for data percentagelevels substance extraction with extrac-tion methods cold water)

Keterangan : ts = tidak berpengaruh signifikan KK = 14,53%

Tabel 5 menyajikan tentang analisis kera-gaman untuk data persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air dingin. Tabel tersebutmemperlihatkan bahwa pengaruh perlakuan A,perlakuan B dan interaksi Ab tidak menunjukkanadanya pengaruh yang signifikan terhadap persen-tase kadar zat ekstraksi dengan metode ekstraksiair dingin pada taraf 5% dan 1%, hal ini terlihatdari nilai Fhitung d” Ftabel.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwapengaruh perlakuan A (daerah tumbuh) dan B(bagian batang) tidak signifikan. Artinya perlakuandaerah tumbuh dan bagian batang tidak menen-tukan adanya variasi persentase kadar zat

ekstraksi dengan metode ekstraksi air dingin. Halini dikarenakan ada faktor lain yang lebih menen-tukan terhadap nilai persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air dingin tersebut sepertimetode ekstraksi yang digunakan. Pendapat inidiperkuat oleh Pari (1990), bahwa ada beberapafaktor dalam ekstraksi yang dapat mempengaruhimutu kadar ekstraktif, antara lain suhu ekstraksi,jenis pelarut yang digunakan untuk partikel kulitkayu, jumlah tahapan ekstraksi, lamanya ekstraksidan perbandingan berat pelarut terhadap berat kulitkayu.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwapersentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air dingin dibagian bukit lebih besardaripada di daerah rawa. Selain itu, data hasilpenelitian juga menunjukkan bahwa pada bagianposisi batang kayu Brotowali menghasilkan per-sentase kadar zat ekstraksi dengan metodeekstraksi air panas yang tidak jauh berbeda (relatifsama), baik di rawa maupun di bukit. Hal ini dika-renakan kandungan ekstraktif lebih ditekankanberada di bagian rongga sel-sel kayunya yang ter-sebar di dalam kayu daripada bagian posisi kayu.

Data hasil persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air dingin ini lebih besarjika dibandingkan dengan persentase kadar zatekstraksi dengan metode ekstraksii air panas.Dengan demikian, persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air panas lebih banyakterekstraksi keluar. Pendapat ini didukung olehGuenther (1987) dalam Haygreen dan Bowyer(1989), bahwa faktor yang paling menentukan ber-hasilnya proses ekstraksi adalah mutu dari pelarutyang dipakai, disamping itu harga pelarut yangdigunakan harus serendah mungkin sehinggadapat meningkatkan efisiensi biaya produksi yangdihasilkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Rata-rata persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air panas tertingi terjadipada perlakuan A1B2 (perlakuan daerah rawa

116

Jurnal Hutan Tropis Bornoe Volume 12 No. 32, Edisi September 2011

dengan posisi pengambilan batang Brotowalidiantara pangkal dengan ujung tengah batang)yaitu sebanyak 41,83% dan terendah pada A1B3

(perlakuan daerah rawa dengan posisi pengam-bilan batang Brotowali di tengah batang) sebanyak31,00%.

Rata-rata persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air dingin tertinggi terjadipada perlakuan A2B5 (perlakuan daerah bukitdengan posisi pengambilan batang Brotowali diujung batang) yaitu sebanyak 33,67% dan terendahpada A2B1 (perlakuan daerah bukit dengan posisipengambilan batang Brotowali di pangkal batang)sebesar 28%.

Analisis keragaman menunjukkan bahwapengaruh perlakuan A, perlakuan B dan interaksiAB tidak menunjukkan adanya pengaruh yangsignifikan terhadap persentase kadar zat ekstraksidengan metode ekstraksi air panas dan dingin.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan untukmelakukan penelitian lanjutan dengan melakukanmetode ekstraksi yang lain. Selain itu, semua per-lakuan yang dilakukan dapat dipakai/direkomen-dasikan untuk perlakuan ekstraksi Brotowali.

DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw. 1982. Mengenal Kayu. PT. Gramedia,Jakarta.

Fengel dan Wagener, 1995. Kayu Kimia. GadjahMada University Press, Yogyakarta.

Hanafiah, K. A. 1993. Rancangan Percobaan Teoridan Aplikasi. Penerbit Rajawali, Jakarta.

Haygreen dan Bowyer, 1989. Hasil Hutan dan IlmuKayu. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Pari, G. 1990. Beberapa Sifat Fisis dan KimiaEkstraktif Tanin. Jurnal Penelitian Hasil HutanVolume 6. No-8. PP. hal 482-489. InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Soenardi. 1976. Sifat-sifat Kimia Kayu. YayasanPembina Fakultas Kehutanan UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta.