perbedaan keanekaragaman dan kerapatan jenis

35
PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS DEKAPODA PADA KARANG MATI ANTARA Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA PRAKAS SANTOSO DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Upload: truongdieu

Post on 19-Jan-2017

254 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

i

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS DEKAPODA PADA KARANG MATI ANTARA

Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

PRAKAS SANTOSO

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Page 2: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

ii

Page 3: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta” adalah benar karya saya dengan arahan dan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor,September 2013

Prakas Santoso NIM C54080059

Page 4: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

iv

ABSTRAK PRAKAS SANTOSO. Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN,dan HAWIS H. MADDUPPA.

Karang mati mempunyai proporsi yang besar pada substrat terumbu karang dimana celah atau ruang yang terdapat pada karang mati dapat dimanfaatkan oleh berbagai biota asosiasi sebagai tempat tinggal. Namun fungsi dari karang mati tersebut belum banyak terkaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman dan kerapatan jenis dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix. Sebanyak 235 individu dekapoda ditemukan pada Pocillopora verrucosa yang terdiri dari 7 famili, 11 genus, dan 35 spesies. Pada Seriatopora histrix ditemukan 74 individu yang terdiri dari 5 famili, 6 genus, dan 11 spesies. Indeks keanekaragaman biota dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa memiliki nilai keanekaragaman sedang. Pada karang mati Seriatopora histrix memiliki nilai keanekaragaman rendah. Nilai indeks keseragaman di kedua jenis karang mati relatif mantap. Indeks dominasi dari kedua karang mati menjelaskan bahwa hampir tidak ada individu yang mendominasi. Kerapatan jenis Pocillopora verucosa sebesar 25 ± 11,34 ind/l, dan pada Seriatopora histrix sebesar 8 ± 1,9 ind/l. Hal ini menjelaskan kerumitan pada celah karang mati berpotensi dihuni lebih banyak biota. Kata kunci : dekapoda, kerapatan jenis, keanekaragaman, karang mati

ABSTRACT PRAKAS SANTOSO. Differences in Diversity and Density of Species Dekapoda On Dead Coral Pocillopora verrucosa and Between Seriatopora histrix Pari Island, thousand islands, DKI Jakarta. Guided by the BEGINER SUBHAN, and HAWIS H. MADDUPPA.

Dead coral has a large proportion of the substrate on coral reefs where gaps or spaces found on the dead coral can be utilized by a wide range of associated organisms as a place to live. However, study on the function of the dead corals is lack. This research aimed to know the difference between diversity and density of species of decapode in the dead coral Pocillopora verrucosa and Seriatopora histrix. A total of 235 Pocillopora verrucosa individuals consisting of 7 families, 11 genera and 35 species was observed. While in Seriatopora histrix, a total of 74 individuals consisting of 5 families, 6 genera and 11 species was recorded. The diversity index of dekapode biota on dead coral Pocillopora verrucosa was categorised as medium, while on Seriatopora histrix was categorized as low diversity. Uniformity index value in both types of dead coral was relatively steady. Index of domination of both dead corals explained that almost no individual dominating. The spesies density on Pocillopora verucosa was 25 ± 11.34 ind/l, while on Seriatopora histrix was 8 ±1.9 ind/l. This is explain the complexity of gaps or space on the dead coral seem potentially inhabited by more organisms. Keywords: decapod, species density, diversity, dead coral

Page 5: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

v

PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS DEKAPODA PADA KARANG MATI ANTARA

Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix DI PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

PRAKAS SANTOSO

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Kelautan pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 6: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

vi

Page 7: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

Judul Skripsi : Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Nama : Prakas Santoso NIM : C54080059 Program Studi : llmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh,

Beginer Subhan. S.PL M.Si Dr. Hawis Madduppa S.PL M. Si Pembimbing I Pembimbing IT

Diketahui oleh

Dr. Ir I Wayan Nurjaya M. Sc Ketua Departemen

Tanggal Lulus : 13 September 2013

Page 8: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

vii

Judul Skripsi :Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Nama :Prakas Santoso NIM :C54080059 Program Studi :Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh,

Beginer Subhan, S.Pi, M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hawis Madduppa, S.Pi, M.Si

Diketahui oleh

Ketua Departemen Dr. Ir I Wayan Nurjaya, M.Sc

Tanggal Lulus : 13 September 2013

Page 9: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

viii

PRAKATA

Puji Syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta merupakan tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas bimbingan, dorongan, bantuan dan doa dari berbagai pihak terutama kepada : 1. Bapak Beginer Subhan, S.Pi, M.Si dan Dr. Hawis Madduppa, S.Pi, M.Si.

selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahannya yang diberikan kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani, M.Sc selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Staf Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB yang telah membantu dalam menyelesaikan administrasi.

4. Kedua orang tua tercinta Bapak Suparno dan Ibu Karsini, adik tersayang Pradhitio Anggoro dan Prayogi Gustianto, yang telah memberikan kasih saying, doa, dan motivasi yang tiada batas kepada penulis.

5. Pradhita Ulfah yang selalu setia mendukung, menemani, dan memberikan semangat kepada penulis.

6. Keluarga besar Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, khususnya teman teman ITK 45 yang telah memberikan dukungan dan memberikan semangat kepada penulis.

7. Temen-temen Asisten Ekologi Laut Tropis Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah membantu penulis.

8. Keluarga besar Marine Camp : Cuplis, Dewa, Kijah, Anstayn, Ridho, Nanda, Acu, Erik, Bere, Conde yang memberikan kenyamanan dalam sebuah keluarga.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan nama satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, September 2013

Prakas Santoso

Page 10: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x PENDAHULUAN .................................................................................. 1

Latar Belakang .............................................................................. 1 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2

METODOLOGI ...................................................................................... 2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 2 Prosedur penelitian ....................................................................... 2

Analisis data ........................................................................ 3 Analisis Komunitas.............................................................. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4 Struktur Komunitas Dekapoda ..................................................... 4

Komposisi Famili .................................................................. 5 Kekayaan Genus.................................................................... 5 Kekayaan Spesies .................................................................. 6

Indeks Komunitas Dekapoda ........................................................ 7 Kerapatan Jenis ............................................................................. 8

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 10 Kesimpulan ................................................................................... 10 Saran ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11 LAMPIRAN ............................................................................................ 13 RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 22

Page 11: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

x

DAFTAR TABEL

1. Komposisi Famili Yang Ditemukan Di Pocillopora verrucosa dan Serriatopora histrix ........................................................................... 5

2. Dekapoda Yang Belum Teridentifikasi ............................................. 7 3. Komposisi dan Kerapatan Jenis (ind/l) Setiap Jenis Dekapoda ........ 9

DAFTAR GAMBAR

1. Lokasi Pengambilan Karang Mati Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu 2 2. Karang Mati Pocillopora verrucosa dan Karang Mati Serriatopora histrix 3 3. Kekayaan Spesies Dekapoda Pada Karang mati Pocillopora verrucosa dan

Seriatopora histrix ............................................................................ 6 4. Nilai Rata-Rata Indeks Komunitas ................................................... 7 5. Kerapatan Jenis Rata-Rata Pada Jenis Karang Mati Pocillopora verucosa dan

Seriatopora histrix ............................................................................ 8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Uji Anova Kekayaan Famili .................................................... 13 2. Hasil Uji Anova Kekayaan Genus .................................................... 14 3. Hasil Uji Anova Kekayaan Spesies................................................... 15 4. Hasil Uji Anova Kerapatan Jenis ...................................................... 16 5. Foto Spesies Dekapoda Yang Terdapat Pada Karang Mati .............. 17

Page 12: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

ABSTRACT PRAKAS SANTOSO. Differences in Diversity and Density of Species Dekapoda On Dead Coral Pocillopora verrucosa and Between Seriatopora histrix Pari Island, thousand islands, DKI Jakarta. Guided by the BEGINER SUBHAN, and HAWIS H. MADDUPPA.

Dead coral has a large proportion of the substrate on coral reefs where gaps or spaces found on the dead coral can be utilized by a wide range of associated organisms as a place to live. However, study on the function of the dead corals is lack. This research aimed to know the difference between diversity and density of species of decapode in the dead coral Pocillopora verrucosa and Seriatopora histrix. A total of 235 Pocillopora verrucosa individuals consisting of 7 families, 11 genera and 35 species was observed. While in Seriatopora histrix, a total of 74 individuals consisting of 5 families, 6 genera and 11 species was recorded. The diversity index of dekapode biota on dead coral Pocillopora verrucosa was categorised as medium, while on Seriatopora histrix was categorized as low diversity. Uniformity index value in both types of dead coral was relatively steady. Index of domination of both dead corals explained that almost no individual dominating. The spesies density on Pocillopora verucosa was 25 ± 11.34 ind/l, while on Seriatopora histrix was 8 ±1.9 ind/l. This is explain the complexity of gaps or space on the dead coral seem potentially inhabited by more organisms. Keywords: decapod, species density,

diversity, dead coral

Page 13: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

ABSTRAK

PRAKAS SANTOSO. Perbedaan Keanekaragaman dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN,dan HAWIS H. MADDUPPA.

Karang mati mempunyai proporsi yang besar pada substrat terumbu karang dimana celah atau ruang yang terdapat pada karang mati dapat dimanfaatkan oleh berbagai biota asosiasi sebagai tempat tinggal. Namun fungsi dari karang mati tersebut belum banyak terkaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman dan kerapatan jenis dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix. Sebanyak 235 individu dekapoda ditemukan pada Pocillopora verrucosa yang terdiri dari 7 famili, 11 genus, dan 35 spesies. Pada Seriatopora histrix ditemukan 74 individu yang terdiri dari 5 famili, 6 genus, dan 11 spesies. Indeks keanekaragaman biota dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa memiliki nilai keanekaragaman sedang. Pada karang mati Seriatopora histrix memiliki nilai keanekaragaman rendah. Nilai indeks keseragaman di kedua jenis karang mati relatif mantap. Indeks dominasi dari kedua karang mati menjelaskan bahwa hampir tidak ada individu yang mendominasi. Kerapatan jenis Pocillopora verucosa sebesar 25 ± 11,34 ind/l, dan pada Seriatopora histrix sebesar 8 ± 1,9 ind/l. Hal ini menjelaskan kerumitan pada celah karang mati berpotensi dihuni lebih banyak biota. Kata kunci : dekapoda, kerapatan jenis, keanekaragaman, karang mati

Page 14: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karang hidup dan mati memberikan kondisi yang sangat berbeda untuk biota asosiasi. Karang hidup menyediakan berbagai sumber makanan potensial untuk biota yang berukuran besar. Namun, karang mati dapat memberikan keragaman yang lebih besar dari sumber daya makanan daripada karang hidup seperti, sesil tumbuhan (misalnya, crustose berkapur dan lumut, lamun) dan fauna (misalnya, bryozoa, spons, dan foraminiferan) (Alldredge & King, 1977; Enochs & Hockensmith 2008). Karang mati mempunyai proporsi yang besar pada substrat terumbu karang dimana celah atau ruang yang terdapat pada karang mati dapat dimanfaatkan oleh berbagai biota asosiasi sebagai tempat tinggal. Namun fungsi dari karang mati tersebut belum banyak terkaji. Ketika sebuah koloni karang yang telah mati, maka kerangka kapurnya penuh dengan retakan, gua-gua kecil dan terowongan, dan dapat menjadi habitat sempurna untuk spesies invertebrata. Enochs dan Hockensmith (2008) melaporkan rata-rata jumlah individu cryptofauna pada karang mati Pocillopora damicornis sebanyak 135,4 individu dan pada karang hidup Pocillopora damicornis sebanyak 72,8 individu. Maka dari itu bisa diasumsikan bahwa keanekaragaman hayati akan lebih banyak ditemukan pada karang mati dibandingkan karang yang masih hidup.

Dekapoda atau hewan berkaki sepuluh (udang, kepiting, dan lobster) merupakan salah satu hewan cryptofauna dimana beberapa spesies dekapoda ditemukan pada celah-celah karang baik karang mati maupun karang hidup. Cryptofauna adalah invertebrata makro dan beberapa ikan yang menggunakan rongga di substrat baik sementara atau permanen. Beberapa dapat menciptakan rongga mereka sendiri pada terumbu karang, sedangkan yang lain merupakan penjajah oportunistik ruang yang ada (Hutchings, 1983). Para cryptofauna merupakan bagian penting dari jaring makanan pada ekosistem terumbu karang. Organisme cryptofauna merupakan sumber makanan penting untuk karnivora karang tertentu, termasuk ikan, gastropoda, moluska dan gurita.

Spesies koral mempunyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda, spesies Pocillopora verrucosa memiliki rakteristik koloni dapat mencapai ukuran besar dengan percabangan yang agak tegak ke atas, gemuk pada pangkal dan agak melebar di bagian atas dengan percabangan menimbulkan kesan teratur dan memiliki verrucosae yang tersebar merata dengan ukuran yang tidak seragam (Veron, 2000).

Dekapoda adalah makroinvertebrata paling melimpah yang mendiami percabangan karang Pocillopora spp (Patton, 1974; Abele dan Patton, 1976; dan Reed et al, 1982) . Dekapoda yang berasosiasi pada Pocillopora sp lebih melimpah dimana pengaruh ikan predator berkurang (Gotelli et al, 1985).

Spesies Seriatopora histrix memiliki karakteristik septa slope mengarah ke atas dari columella ke dinding coralite yang tidak jelas dan costae slope menurun ke arah luar, pusat sekunder kokoh dengan gigi tumpul yang besar. Adanyaperbedaan karakteristik pada dua jenis spesies karang ini diduga memiliki perbedaan keanekaragaman dan kerapatan jenis.

Studi lain menemukan lebih dari 107 spesies yang hidup dalam koloni tunggal Pocillopora damicornis (Grassle, 1973).

Page 15: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

2

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman dan

kerapatan jenis dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix.

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23-24 Desember 2012, pengambilan karang mati dilakukan di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta(Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi pengambilan karang mati di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel karang mati di alam menggunakan metode yang mengacu pada Plainsance et al. (2009). Secara umum prosedur kegiatan yang akan dilakukan terdiri dari persiapan alat dan bahan, pengambilan sample karang mati, koleksi dan sortir biota (sekaligus pemingsanan), pengambilan data (foto biota), pengolahan data (identifikasi biota), analisis data. Pengambilan sampel karang mati Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix di alam menggunakan peralatan selam, pahat, palu, ember,dan kantong plastik. Pahat dan palu digunakan untuk melepaskan karang dari substrat, kemudian karang mati dibungkus dengan kantong plastik agar biota yang terdapat pada sampel tidak keluar pada saat dipindahkan ke ember.

Sampel karang mati yang diambil terdiri dari 3 karang mati Pocillopora verrucosa dan 3 karang mati Seriatopora histrix, karang mati yang telah dibawa ke darat harus segera diberi airasi guna mencegah kematian biota yang terdapat pada karang mati tersebut.

Page 16: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

3

Tahap selanjutnya adalah pengukuran volume karang mati. Volume karang mati di ukur dengan menggunakan wadah ember dan gelas ukur, dimana volume karang mati sama dengan volume air yang tumpah apabila karang dimasukan. Volume rata-rata karang mati Pocilllopora verrucosa 3.11 ± 0.05 liter dan pada karang mati Seriatopora histrix 3.07 ± 0.03 liter

Tahap selanjutnya adalah pemecahan sampel karang mati untuk mempermudah pengambilan biota yang kemudian disortir dengan menggunakan cup plastik per individu dan diberikan label dengan menggunakan kertas karkil pada setiap cup plastik. Selanjutnya, dilakukan identifikasi sampai pada taksa famili dengan menggunakan buku identifikasi Crustacean Guide Of The World (Debelius, 2001).

Tahap selanjunya adalah pemingsanan biota dengan menggunakan minyak cengkeh. Biota yang sudah di sortir dan dipingsankan akan kita letakan pada cawan petri yang telah diisi air dan didasari oleh kain hitam supaya mendapatkan foto dengan kualitas warna yang kontras.

Selanjutnya akan dilakukan pengambilan data menggunakan Kamera Nikon DSLR dengan Lensa Camera AF micro Nikkor 60mm 1:2.8D dan Mikroskop Motic, K-Series 700L Zoom Microscope serta didukung dengan Software Camera Control Pro (Gambar 2). Tahap akhir adalah koleksi biota dimana pada tahap ini biota yang telah melewati tahap dokumentasi akan dimasukan kedalam tube atau botol sampel yang berisi ethanol 96%, yang disimpan di ruang koleksi Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematik Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Identifikasi lanjutan dengan melihat foto dan sampel sampai pada tingkat spesies dengan menggunakan buku identifikasi Crustacean Guide Of The World (Debelius, 2001).

Gambar 2. A. Karang mati Pocillopora verrucosa, B. Karang mati Seriatopora histrix

Analisis Data Analisis Komunitas

Perhitungan keanekaragaman jenis ini dilakukan dengan menggunakan indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener. Kriteria indeks keanekaragaman dibagi menjadi 3 H` < 1 keanekaragaman jenis rendah, 1 < H` < 3 keanekaragaman jenis sedang,dan H` > 3 keanekaragaman jenis tinggi (Wilhm, 1975 dalam Muchammad M. U et al, 2012).

H’ = - ………..(1)

(A) (B)

Page 17: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

4

Dimana indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’), Pi adalah Jumlah individujenis ke-i (ni) dibagi dengan jumlah total individu seluruh jenis (N).

Nilai indeks keseragaman digunakan untuk menggambarkan komposisi individu setipa spesies yang terdapat dalam satu komunitas, yang dihitung dengan menggunakan petunjuk (Krebs, 1989), sebagai berikut :

E= ……………………(2)

Menurut Odum (1993), besarnya Indeks Keseragaman jenis berkisar antara 0-1. Indeks keseragaman mendekati nol, berarti dalam ekosistem tersebut ada kencenderungan terjadi dominasi spesies yang disebabkan oleh adanya ketidakstabilan faktor-faktor lingkungan dan populasi. Bila indeks keseragaman mendekati 1, maka ekosistem tersebut dalam kondisi yang relatif mantap, yaitu jumlah individu tiap spesies relatif sama (Bower dan Zar, 1977 dalam Hartati dan Wahyuni 2003).

Nilai indeks dominasi digunakan untuk menggambarkan ada tidaknya dominansi suatu jenis dalam satu komunitas, yang dihitung dengan menggunakan Indeks dominansi Simpson (Magguran, 1988), sebagai berikut :

C = ………………..(3) Menurut Odum (1971) nilai indeks dominasi berkisar antara 0-1. Apabila

nilai indeks indeks dominasi mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi dan biasanya diikuti dengan nilai indeks keseragaman yang besar. Jika nilai indeks dominasi mendekati 1, berarti ada salah satu spesies yang mendominasi dan diikuti oleh nilai indeks keseragaman yang semakin kecil.

Kerapatan jenis (Xi) adalah jumlah total individu (ni) dalam suatu unit area atau volume (V) yang dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut:

Xi = …………………….(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Komunitas Dekapoda

Ditemukan 235 individu dekapoda pada Pocillopora verrucosa yang terdiri dari 7 famili (Hippolytidae, Palaemonidae, Porcellanidae, Pilumnidae, Galatheidae, Alpheidae, dan Trapeziidae), 11 genus, dan 35 spesies. Pada Seriatopora histrix ditemukan 74 individu yang terdiri dari 5 famili (Palaemonidae, Pilumnidae, Porcellanidae, Alpheidae, dan Hippolytidae), 6 genus, dan 11 spesies. Pada Pocillopora verrucosa biota dekapoda yang ditemukan sangat banyak dibandingkan pada Seriatopora histrix hal ini terjadi karena pada karang mati Pocillopora verrucosa dengan bentuk pertumbuhan submasive yang menyediakan ruang kosong yang sangat banyak karena ruang kosong yang disediakan sangat banyak maka biota dekapoda akan berdatangan untuk menempati ruang tersebut. Pada Seriatopora histrix dengan bentuk lifeform brancing yang menyediakan ruang yang sempit sehingga menyebabkan biota dekapoda yang terdapat pada tersebut sangat sedikit. Castro (1978) menemukan Pocillopora sp berasosiasi dengan Trapeziidae yang membatasi distribusi dari biota-biota dekapoda dibawah tekanan predasi yang tinggi dan menunjukan bahwa

Page 18: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

5

ikan-ikan predator berperan dalam mengurangi biota dekapoda yang terdapat pada karang mati tersebut.

Komposisi Famili Dekapoda yang di temukan pada karang mati Pocillopora verrucosa

adalah 7 famili. dekapoda yang di temukan pada Seriatopora histrix adalah 5 famili. Kekayaan famili tertinggi di temukan pada Pocillopora verrucosa dengan rata-rata 6 ± 0,33 famili pada setiap. Kekayaan famili yang ditemukan pada Seriatopora histrix dengan rata-rata 4 famili. Berdasarkan hasil uji statistic (Lampiran 1) berbeda nyata dimana nilai F (49) lebih besar dibandingkan Fcrit (7.7).

Komposisi famili tebesar yang terdapat pada Pocillopora verrucosa adalah Hippolytidae sebesar 27,78% dan terkecil adalah Trapeziidae dengan nilai komposisi 0,85%. Pada Serriatopora histrix komposisi terbesar dimiliki oleh famili Pilumnidae yaitu sebesar 33,78% dan terkecil adalah Alpheidae dengan nilai komposisi 9,46% (Tabel 1).

Tabel 1. Komposisi famili yang ditemukan di Pocillopora verrucosa dan Serriatopora histrix

FAMILI Pocillopora verrucosa Serriatopora histrix Hippolytidae 27.78% 10.80% Palaemonidae 18.37% 31.08% Porcellanidae 18.80% 14.80% Pilumnidae 11.97% 33.78% Galatheidae 10.68% - Alpheidae 11.54% 9.46% Trapeziidae 0.85% -

Kekayaan Genus

Kekayaan dekapoda yang ditemukan pada tingkat genus pada Pocillopora verrucosa terdiri dari 11 genus, yaitu Petrolistes, Lebbeus, Galathea, Saron, Periclimenes, Palaemon, Chlorodiella, Alpheus, Synalpheus, Trapezia, dan Hyastenus. Pada Seriatopora histrix terdiri dari 6 genus, yaitu Chlorodiella, Periclimenes, Petrolistes, Palaemon, Saron, dan Alpheus. Keanekaragaman pada tingkat genus tertinggi di temukan pada Pocillopora verrucosa dengan rata-rata 9 ± 1,15 genus. Pada Seriatopora histrix dengan rata-rata 5 ± 0,3 genus. Berdasarkan hasil uji statistik keanekragaman genus berbeda nyata dimana nilai F (9.3) lebih besar dibandingkan Fcrit (7.7) (Lampiran 2).

Kekayaan Spesies Kekayaan dekapoda pada tingkat spesies tertinggi di temukan pada

Pocillopora verrucosa dengan rata-rata 16 ± 4,37 spesies. Pada Seriatopora histrix dengan rata-rata 7 ± 0,33 spesies. Pada pulau Northern Line ditemukan 110 spesies dekapoda dari 22 karang mati Pocillopora spp (Plainsance et al, 2009)(Gambar 3).

Page 19: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

6

Gambar 3. Kekayaan spesies dekapoda pada karang mati Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix

Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diataranya ketersediaan ruang kosong dan sumber daya makanan seperti, sesil tumbuhan (misalnya, crustose berkapur dan lumut lamun) dan fauna (misalnya, bryozoa, spons, dan foraminiferans) (Alldredge & King 1977; Enochs & Hockensmith 2008). Berdasarkan hasil uji statistik jumlah keanekragaman spesies tidak berbeda nyata dimana nilai F (4.2) lebih kecil dibandingkan Fcrit (7.7) (Lampiran 3).

Kekayaan dekapoda pada tingkat spesies yang ditemukan pada karang mati Pocillopora verrucosa terdapat 35 spesies dimana 16 spesies yang teridentifikasi dan 19 spesies (Tabel 2) yang belum teridentifikasi sampai dengan tingkat spesies. Pada Seriatopora histrix terdapat 11 spesies yang terdiri dari 4 spesies yang teridentifikasi dan 7 spesies yang belum teridentifikasi sampai dengan tingkat spesies. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang identifikasi biota dekapoda.

Tabel 2. Biota dekapoda yang belum teridentifikasi sampai tingkat spesies FAMILI/SPESIES Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

1 2 3 1 2 3 PORCELLANIDAE

Petrolistes sp 19 16 4 4 2 2 Petrolistes sp2 1 - - - - 3 Petrolistes sp3 1 - - - - - Petrolistes sp4 1 - - - - - Petrolistes sp5 2 - - - - - GALATHEIDAE

Galathea sp 4 - 2 - - - HIPPOLYTIDAE

Saron sp 1 - - - - - Saron sp2 11 5

3 5 -

Saron sp3 1 - 4 - - - Lebbeus sp 4 - - - - - ALPHEIDAE

Alpheus sp - 7 2 - - - Alpheus sp2 - 4 - - 2 2 Synalpheus sp - - 6 - - - PALAEMONIDAE

Palaemon sp 6 - - 5 2 2 Periclimenes sp 19 2 - 6 - 1 Periclimenes sp2 - - 4 - - - PILUMNIDAE

Chlorodiella sp 1 - 3 1 - - Chlorodiella sp2 6 - 3 - - -

JUMLAH INDIVIDU 77 34 28 19 11 10

0

5

10

15

20

25

Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

Jum

lah

spes

ies

Page 20: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

7

Indeks Komunitas Dekapoda Indeks keanekaragaman dekapoda pada karang mati Pocillopora

verrucosa memiliki nilai keanekaragaman (1.03) dan termasuk dalam kategori sedang, hal ini terjadi karena jumlah jenis dari biota dekapoda yang relatif sedang dan proporsi jumlah kepadatan sedang yang menyusun komunitas. Nilai keanekaragaman biota dekapoda pada Seriatopora histrix memiliki nilai keanekaragaman (0.75) dan termasuk pada kategori rendah. Hal ini terjadi karena jumlah jenis dari dekapoda yang sedikit dan jumlah kepadatan yang sedikit yang menyusun komunitas. Indeks keanekaragaman dekapoda yang terdapat pada Pocillopora verrucosa berkisar antara 0,85 – 1,15, sedangkan pada Seriatopora histrix berkisar antara 0,72 – 0,78. Tinggi rendahnya indeks keanekaragaman menunjukan bahwa dalam suatu komunitas terjadi interaksi antar setiap jenisnya. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks(Setyawan et al, 2011).

Nilai rata-rata indeks keseragaman pada Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix adalah 0,56 ± 0,04 dan 0,55 ± 0,05, hal ini menyatakan bahwa nilai indeks keseragaman mendekati 1 dan menjelaskan bahwa ekosistem tersebut dalam kondisi yang relatif mantap, yaitu jumlah individu tiap spesies relatif sama (Bower dan Zar, 1977 dalam Hartati dan Wahyuni 2003). dengan demikian apabila dilihat nilai indeks keseragaman pada kedua jenis karang mati relatif stabil(Gambar 4).

Gambar 4. Nilai rata-rata indeks komunitas Nilai rata-rata indeks dominansi pada Pocillopora verrucosa dan

Seriatopora histrix adalah 0,13 ± 0,03 dan 0,22 ± 0,02, hal ini menyatakan bahwa nilai indeks keseragaman mendekati 0 dan menyatakan bahwa di kedua karang mati hampir tidak ada individu yang mendominasi (Odum, 1971)

Kerapatan Jenis Kerapatan jenis rata-rata dekapoda pada Pocillopora verucosa memiliki

nilai rata-rata 25 ± 11.34 ind/l, dan Seriatopora histrix memiliki nilai 8 ± 1.9 ind/l (Gambar 5).

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Pocillopora verrucosa Seriatopora histrix

Indeks Keanekaragaman ( H' )

Indeks Keseragaman ( E )

Indeks Dominansi ( C )

Page 21: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

8

Gambar 5. Kerapatan jenis rata-rata (ind/l) pada jenis karang mati Pocillopora verucosa dan Seriatopora histrix.

Kerapatan jenis dekapoda disebabkan oleh ketersediaan ruang-ruang kosong pada karang mati Pocillopora verucosa yang sangat banyak. Dimana setiap jenis karang memiliki bentuk pertumbuhan yang berbeda-beda sehingga menyebabkan ketersedian ruang untuk hewan dekapoda sangat terbatas, karena keterbatasan ruang pada karang mati dapat menimbulkan pertarungan antar biota dekapoda untuk mendapatkan ruang untuk berlindung dari para pemangsa, selain itu efek dari predasi pada biota yang tinggal pada karang mati telah tereksploitasi dibeberapa rongga-rongga karang sehingga menekan kerapatan jenis dan distribusi dari cryptofauna(dekapoda) (Richter et al. 2001). Berdasarkan dari uji statistik kerapatan jenis dekapoda tidak berbeda nyata dimana nilai F(2,3) lebih kecil dibandingkan nilai Fcrit(7,7) (Lampiran 4), dikarenakan volume yang dimiliki kedua karang mati tidak jauh berbeda.

Kerapatan jenis dekapoda (Tabel 3) pada setiap spesies memiliki nilai rata-rata 0.68 ± 0.22 pada Pocillopora verrucosa dan Serriatopora histrix 0.50 ± 0.11. Kerapatan jenis tertinggi di jumpai pada Pocillopora verrucosa adalah spesies Petrolistes sp dan Serriatopora histrix adalah Chlorodiella nigra. Kerapatan jenis yang dimiliki pada setiap spesies terjadi karena beberapa faktor, diataranya ketersediaan ruang kosong dan sumber daya makanan seperti, sesil tumbuhan (misalnya, crustose berkapur dan lumut lamun) dan fauna (misalnya, bryozoa, spons, dan foraminiferans) (Alldredge & King 1977; Enochs & Hockensmith 2008).

05

10152025303540

Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

Ker

apat

an je

nis (

ind/

l)

Page 22: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

9

Tabel 3. Komposisi dan kerapatan jenis (ind/l) setiap jenis dekapoda

FAMILI/SPESIES

Pocillopora verucosa (n=3) Seriatopora histrix (n=3) ind/l ind/l

TRAPEZIIDAE Trapezia lutea 0.12 ± 0.12 -

Trapezia cymodoce

0.12 ± 0.12

- PORCELLANIDAE

Petrolistes sp

4.22 ± 1.50 0.87 ± 0.21 Petrolistes sp2

0.12 ± 0.12 0.32 ± 0.32

Petrolistes sp3

0.12 ± 0.12

- Petrolistes sp4

0.12 ± 0.12

-

Petrolistes sp5

0.21 ± 0.21

- GALATHEIDAE

Galathea sp

0.64 ± 0.37

- Galathea platycheles

0.65 ± 0.37

-

Galathea balssi

0.75 ± 0.75

- Galathea aegyptiaca

0.42 ± 0.42

-

Galathea pilosa

0.12 ± 0.12

- Galathea bonimensis

0.12 ± 0.12

-

HIPPOLYTIDAE Lebbeus polaris

3.31 ± 3.11

-

Saron marmoratus

0.86 ± 0.70

- Saron sp

0.12 ± 0.12

-

Saron sp2

1.73 ± 1.02 0.87 ± 0.48 Saron sp3

0.52 ± 0.35

-

Lebbeus sp

0.43 ± 0.43

- ALPHEIDAE

Alpheus sp

0.98 ± 0.69

- Alpheus sp2

0.44 ± 0.44 0.44 ± 0.21

Alpheus pacificus

-

0.22 ± 0.11 Alpheus pavirostris -

0.11 ± 0.11

Alpheus malleodigitus

0.22 ± 0.22

- Alpheus rostratus

0.31 ± 0.31

-

Synalpheus sp

0.63 ± 0.63

- Alpheus lottini

0.33 ± 0.20

-

PALAEMONIDAE

Palaemon serenus

1.07 ± 1.07

-

Periclimenes cf. grandis

0.21 ± 0.21 0.75 ± 0.28 Palaemon sp

0.64 ± 0.64 0.97 ± 0.32

Periclimenes sp

2.25 ± 1.92 0.75 ± 0.60 Periclimenes sp2

0.42 ± 0.42

-

PILUMNIDAE

Chlorodiella sp

0.42 ± 0.28

Chlorodiella sp2

0.95 ± 0.55

- Chlorodiella nigra

1.38 ± 0.56 2.57 ± 1.30

Chlorodiella xishaensis

0.10 ± 0.10

- Hyastenus planasius

0.11 ± 0.11

-

JUMLAH RATA - RATA

0.68 ± 0.22 0.50 ± 0.11

Page 23: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

10

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan adanya perbedaan keanekaragaman dekapoda pada kedua jenis karang mati, namun tidak di temukan perbedaan pada kerapatan jenis.

Saran Perlunya analisis DNA untuk mempermudah identifikasi biota dekapoda dan perlunya pengembangan metode dalam pengukuran volume karang mati untuk mengurangi besarnya galat dalam pengukuran volume.

Page 24: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

11

DAFTAR PUSTAKA

Abele, L. G, Patton, W. K. (1976). The size of coral heads and the community biology of associated decapod crustaceans. J. Biogeogr. 3: 35-47.

Alldredge, A.L dan King, J.M .1977. Distribution, abundance, and substrate preferences of demersal reef zooplankton at Lizard Island Lagoon, Great Barrier Reef. Mar Biol 41:317-333.

Castro P . 1978. Movements between coral colonies in Trapezia ferruginea (Crustacea:Brachyura), an obligate symbiont of scleractinian corals. Mar Biol 46:237-245.

Debelius H. 2001. Crustacea Guide of The Wolrd. Frankfurt. English, S.C. Wilkinson dan V. Baker, 1994. Survey Manual for Tropical Marine

Recourses. Australian Institute of Marine Science. Townsville. 390 h. Enochc, I. J dan G. Hockensmith. 2008. Effects of coral mortality on the

community composition of cryptic metazoans associated with Pocillopora damicornis. University of Miami. RSMAS. 4600 Rickenbacker Cswy. Miami.

Gotelli, N. J. Gilchrist, S. L, Abele, L. G . 1985. Population biology of Trapezia spp. and other coral-associated decapods. Mar Ecol Prog Ser 21:89-98.

Grassle, J. F. 1973. Variety in coral reef communities. In: Jones OA, Edean R (eds) Biology and geology of coral reefs vol. 2. Academic Press. New York. pp 237-270.

Hartati, S.T. dan Indar, S. W. 2003. Kepadatan, Keanekaragaman, dan Lingkungan Teripang di Gugusan Pulau Kelapa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol 9 No. 7. 49 - 57 .

Hutchings, P. A. 1983. Cryptofaunal communities of coral reefs. In: Barnes DJ (ed) Perspectives on coral reefs. Australian Institute of Marine Science. Townsville. Australia. pp 200-208.

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York: 654 h.

Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and Its Measurement. Pricetown Press. New Jersey: 185 h.

Muchammad, M. U. Widaningsih. Retno, H. 2012. Komposisi dan Kelimpahan Makrozoobenthos Krustasea di Kawasan Vegetasi Mangrove Kel. Tugurejo, Kec. Tugu, Kota Semarang. Journal Of Marine Research. Vol 1 No. 2. 243-251.

Odum, E. P. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Gramedia. Jakarta. 697 hlm. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Sounders Company,

Philadelpia. 574 pp. Patton, W. K.1974. Community structure among the animals inhabiting the coral

Pocillopora damicomis at Heron Island, Australia. In: Vernberg, W. B. (ed.) Symbiosis inthe sea. University of South Carolina Press, Columbia, p. 219-243.

Page 25: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

12

Plaisance L, Knowlton N, Paulay G, Meyer C. 2009. Reef-Associated Crustacean Fauna: Biodeversity Estimates Using Semi-quatitative Sampling And DNA Barcoding. Coral Reefs (2009) 28:977–986

Reed, J. K, Gore, R. H, Scotto, L. E, Wilson, K. A. 1982. Community composition, structure, area1 and trophic relationships of decapods assoc~atedw ith shallow- and deepwater Omlina varicosa coral reefs: studies on the decapods crustacea from the Indian River region of Florida, XXIV. Bull. mar. Sci. 32: 761-786

Richter C, Wunsch M, Rasheed M, Kötter I, Badran M. I. 2001. Endoscopic exploration of Red Sea coral reefs reveals dense populations of cavity-dwelling sponges. Nature. 413:726-730.

Setyawan Edy, Yusri Safran, Timotius Silvianita. 2011. Laporan Pengamatan Jangka Panjang Terumbu karang Jakarta. Terangi. Jakarta.

Veron J. 2000. Coral Of The World. Australia : Science and CRR Qld Pty Ltd.

Page 26: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

13

Lampiran 1. Hasil uji anova kekayaan famili

Dimana :

F < F crit = Tidak ada perbedaan

F > F crit = Ada perbedaan

Famili Ulangan Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

1 7 4 2 6 4 3 6 4

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 3 19 6.333333 0.333333

Column 2 3 12 4 0

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 8.166667 1 8.166667 49 0.002192 7.708647

Within Groups 0.666667 4 0.166667

Total 8.833333 5

Page 27: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

14

Lampiran 2. Hasil uji annova kekayaan genus

Dimana :

F < F crit = tidak ada perbedaan

F > F crit = Ada perbedaan

Genus Ulangan Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

1 11 6 2 7 5 3 9 5

Anova: Single Factor

SUMMARY Groups Count Sum Average Variance

Column 1 3 27 9 4 Column 2 3 16 5.333333 0.333333

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 20.16667 1 20.16667 9.307692 0.037997 7.708647 Within Groups 8.666667 4 2.166667

Total 28.83333 5

Page 28: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

15

Lampiran 3. Hasil uji anova kekayaan spesies

Dimana :

F < F crit = tidak ada perbedaan

F > F crit = Ada perbedaan

Spesies Ulangan Pocillopora verucosa Seriatopora histrix

1 25 7 2 11 7 3 13 8

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Column 1 3 49 16.33333 57.33333 Column 2 3 22 7.333333 0.333333

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 121.5 1 121.5 4.213873 0.109346 7.708647 Within Groups 115.3333 4 28.83333

Total 236.8333 5

Page 29: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

16

Lampiran 4. Hasil uji anova kerapatan jenis (ind/l)

Dimana :

F < F crit = tidak ada perbedaan

F > F crit = Ada perbedaan

Ulangan Pocillopora verrucosa Seriatopora histrix 1 47.75641026 11.61290323 2 14.33333333 5 3 13.125 7.36

Anova: Single Factor

SUMMARY Groups Count Sum Average Variance

Column 1 3 75.21474 25.07158 386.3161 Column 2 3 23.9729 7.990968 11.23121

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 437.621 1 437.621 2.201605 0.212025 7.708647 Within Groups 795.0947 4 198.7737

Total 1232.716 5

Page 30: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

17

Lampiran 5. Biota dekapoda yang terdapat di kedua jenis karang mati

TRAPEZIIDAE

PORCELLANIDAE

Trapezia lutea Trapezia cymodoce

Petrolistes sp Petrolistes sp2

Petrolistes sp3 Petrolistes sp4

Petrolistes sp5

1 cm

1 cm 1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

Page 31: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

18

Lampiran 5. (Lanjutan)

GALATHEIDAE

HIPPOLYTIDAE

Galathea platycheles

Galathea sp

Galathea balssi

Galathea aegyptiaca

Galathea pilosa

Galathea bonimensis

Lebbeus polaris

Saron marmoratus

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

Page 32: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

19

Lampiran 5. (lanjutan)

ALPHEIDAE

Saron sp2

Saron sp

Lebbeus sp

Saron sp3

Alpheus sp

Alpheus pacificus

Alpheus sp2

Alpheus pavirostris

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

Page 33: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

20

Lampiran 5. (Lanjutan)

PALAEMONIDAE

Alpheus rostratus

Synalpheus sp

Alpheus lottini

Palaemon serenus

Periclimenes cf. grandis

Palaemon sp

Periclimenes sp

Alpheus malleodigitus

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

Page 34: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

21

Lampiran 5. (Lanjutan)

PILUMNIDAE

Periclimenes sp2

Chlorodiella sp

Chlorodiella sp2

Chlorodiella nigra

Chlorodiella xishaensis

Hyastenus planasius

1 cm

1 cm 1 cm

1 cm 1 cm

1 cm

Page 35: PERBEDAAN KEANEKARAGAMAN DAN KERAPATAN JENIS

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanggerang pada tanggal 16 Januari 1991 dari ayah yang bernama Suparno dan ibu Karsin. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis menyelesaikan Sekolah Tingkat Atas Negeri 1 Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur undangan saringan masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Selam Ilmiah pada tahun 2011/2012 dan 2012/2013, serta asisten Ekologi Laut Tropis pada tahun ajaran 2012/2013. Dalam rangka penyelesaian studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Perbedaan Keanekaragaman Dan Kerapatan Jenis Dekapoda Pada Karang Mati Antara Pocillopora verrucosa dan Seriatopora histrix Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta”.