media baru, masyarakat sosial baru dan budaya baru

21
Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan Masyarakat Ayu Astria R A (208 0000 33) Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Kebudayaan Baru (New Media, New Social Society, and New Culture) “Komunikasi dapat digambarkan sebagai lalu lintas yang tidak ada hentinya dan tanpa tanpa ada ujung.” (Steve Jones) Komputer yang merupakan penemuan paling mutakhir, ia adalah teknologi yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia saat ini. Dari komputerlah dikenal jaringan yang dapat menghubungkan seluruh komputer yang ada didunia ini. Jangan pernah kita melupakan sejarah ini. Computer Mediated Communication (CMC) dan Internet adalah dua hal yang kini menjadi sorotan dalam setiap tulisan tentang komunikasi, terutama tentang media baru (new media) karena dari kedua hal inilah media baru dianggap muncul. Dan sebenarnya penurunan penggunaan old media telah dapat diprediksi sebelumnya oleh para pemikir dan peneliti komunikasi. New media Saat internet muncul pada penghujung abad 21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentifikasikan internet sebagai perkembangan teknologi komputer semata atau “internet is tools not medium” . Anggapan ini tidak hilang ketika fasilitas dan fitur internet (e-mail, chatting dan browser atau web) digunakan oleh banyak orang untuk berkomunikasi. 1

Upload: ayu-astria-r-a

Post on 19-Jun-2015

2.986 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sedikit pembahasan mengenai media baru dengan segala karakteristiknya yang ada dan pengaruhnya terhadap masyarakat sosial juga terhadap pembentukan budaya bayu. Berawal untuk pemenuhan tugas akhir namun akan berlanjut untuk memperkaya kekayaan pemikiran kritis kita pada media.

TRANSCRIPT

Page 1: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Kebudayaan Baru

(New Media, New Social Society, and New Culture)

“Komunikasi dapat digambarkan sebagai lalu lintas yang tidak ada hentinya dan

tanpa tanpa ada ujung.” (Steve Jones)

Komputer yang merupakan penemuan paling mutakhir, ia adalah teknologi yang

paling berpengaruh dalam kehidupan manusia saat ini. Dari komputerlah dikenal

jaringan yang dapat menghubungkan seluruh komputer yang ada didunia ini.

Jangan pernah kita melupakan sejarah ini.

Computer Mediated Communication (CMC) dan Internet adalah dua hal yang kini

menjadi sorotan dalam setiap tulisan tentang komunikasi, terutama tentang media

baru (new media) karena dari kedua hal inilah media baru dianggap muncul. Dan

sebenarnya penurunan penggunaan old media telah dapat diprediksi sebelumnya

oleh para pemikir dan peneliti komunikasi.

New media

Saat internet muncul pada penghujung abad 21, pengguna internet dan

masyarakat luas masih mengidentifikasikan internet sebagai perkembangan

teknologi komputer semata atau “internet is tools not medium”. Anggapan ini tidak

hilang ketika fasilitas dan fitur internet (e-mail, chatting dan browser atau web)

digunakan oleh banyak orang untuk berkomunikasi.

Internet jika dapat digambarkan dengan mudah, yakni dimana computer dengan

computer yang lain dapat terhubung melewati sebuah jaringan, yang mengijinkan

mereka untuk berkomunikasi, berinteraksi, bertukar data dan lain-lain.. New

media berawal dari bentuk komunikasi bermedia computer atau computer-

mediated communication (CMC) ini. Dalam buku Media Now, disebutkan beberapa

fitur atau fasilitas yang terdapat dalam internet yakni elektronic publishing

(penerbitan elektronik), entertainment (hiburan), communities (komunitas), blog,

search engine, dan beragam fitur lainnya termasuk download dan upload data.

1

Page 2: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena dianggap telah

menjadi bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi. Hal ini lah yang menjadi

jawaban keinginan dan mimpi manusia untuk dapat “bersentuhan” dengan sesama

secara lebih luas, meng-global, cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi

sebuah bentuk baru media, bentuk baru komunikasi, media baru.

Sudah jelaslah bahwa new media adalah media yang berbasis teknologi komputer,

kemajuan teknologinya baik dari segi hardware dan software membuat internet

semakin mutakhir saja. Para peneliti komunikasi dan media mulai tertarik dengan

penelitian-penelitian mengenai perbedaan antara old media dan new media.

Daya tarik new media dirasa sangat hebat, tawaran-tawaran seperti kecepatan,

interaktifitas, jaringan luas dan akses yang lebih bersifat pribadi membuatnya

dapat berkembang dengan cepat. Perbandingan antara new media dapat dilihat

dari menurunnya angka data-data survey beberapa negara tentang penggunaan

atau penjualan old media.

Dalam tulisan Des Freedman, terdapat beberapa prediksi adanya perubahan akibat

dari new media. Diantaranya adalah yang pertama adanya perubahan kekuatan

birokrasi media menuju kekuatan jaringan digital. Kekuatan media dari media

yang konvensional tidak lagi sekuat dulu, karena media baru ini telah memberi

ruang untuk kekuatan yang baru berbasis digital dan berjaringan. Yang kedua

yakni berpindahnya otoritas elit menjadi otoritas individu, dimana tiap individu

memiliki kesempatan yang sama untuk berubah atau melakukan perubahan baik

benar ataupun tidak.

Indikasi lainnya adalah adanya kecenderungan manusia menjadi cybernetic

organism. Individu akan menjadi makhluk yang terhubung dalam dunia cyber

dengan segala konsekuensinya. Misal perkembangan agen elektronik/avatar,

perubahan-perubahan evolusioner dalam games hingga adanya dunia virtual.

Individu dapat pula memiliki kehidupan lain selain di dunia nyata dengan identitas

baru hasil dari bentukan dirinya sendiri. Akibat dari kebebasan individu yang ada

dalam dunia baru, new media.

2

Page 3: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Karakteristik New Media

Penjelasan karakteristik dari new media dari tulisan Sarah Kember dapat

digambarkan dengan hal-hal berikut: digital, interaktifitas, hipertekstual, dispersal,

dan virtualitas. Digital dimaksudkan bagaimana bentuk data digital ini dapat

menjadi lebih baik penggunaannya dari data analog dalam segi kecepatan dan ke-

real-annya. Dan sudah jelas bahwa new media yang berbasis digital hanya dapat

dilakukan dengan media komputer. Meski saat ini new media juga sudah dapat

diakses dengan teknologi mobile seperti smartphone.

Karakteristik interaktifitas kemudian menjadi karakterisik favorit. Interaktif dapat

memotong waktu, secara langsung dapat kita kendalikan dan komunikasi dua arah

dapat terjadi hanya dengan media komputer saja. Pengaturan informasi yang

kreatif dari karakter inilah yang juga menjadi pilihan pengguna dalam teknologi

media ini. Meski sebenarnya interaksi tersebut terjadi antara manusia dan

komputer.

Hypertextual, mungkin karakter ini agak sulit dijelaskan. Namun sebenarnya

hypertextual adalah teks yang dapat mengijinkan kita mengakses teks-teks lain.

Dengan hanya meng-klik satu teks saja yang sudah terdapat link didalamnya maka

kita dapat terhubung dengan halaman lain dengan isi teks yang berbeda.

New media bersifat dispersal. Maksudnya adalah menyebar, dimana produksi,

distribusi dan konsumsi tidak terpusat. Karena setiap pengguna internet dapat

sesuka hati menajdi produsen, distributor atau hanya sekedar konsumen (personal

freedom). Inilah yang dinilai new media merupakan media yang lebih bersifat

pribadi (individually). Hingga dapat menjadi hal biasa dalam kehidupan sehari-

hari penggunanya.

Virtuality, karekter unik yang dimiliki new media. Ini adalah persepsi kita

terhadap objek-objek immaterial. Karena new media juga memiliki unsur presence

atau kehadiran meski tidak secara fisik, seing kita menyebutnya dunia maya.

Karakter ini juga yang mendorong terbentuknya salah satu budaya baru yakni

budaya virtual.

3

Page 4: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Sedangkan Des Freedman dalam buku yang sama, menambahkan karakteristik

diatas dengan non-linearity, percepatan waktu dan pemampatan jarak, modularity,

re-mediasi, demasiffikasi, asynchronicity, dan konvergensi. Non-linearity terjadi

karena memang terdapat komunikasi dua arah atau lebih dalam new media.

Kecepatan waktu dan jarak sudah serin gmenjadi buah bibir dari pengguna new

media sejak awal kemunculannya.

Modularity adalah kemampuan new media mngumpulkan berbagai ciri khas dari

objek media yang menjadikannya sebuah wilayah permanen yang terus berubah.

Re-mediasi merupakan peninjauan ulang dan pembentukan kembali bentuk-

bentuk media terdahulu. Demassifikasi ini dimaksudkan karena adanya trend new

media kearah individualisasi, penyesuaian, personalisasi dan desentralisasi dari

model old media. Bentuk ini kemudian dikenal dengan adanya bentuk-bentuk one-

to-many atau many-to-many juga one-to-one communication yang dapat dipilih

pengguna new media. Berbeda dengan bentuk media lama yakni few-to-many.

New media mengijinkan penggunanya tetap berkomunikasi walaupun para

penggunanya tidak dalam waktu yang sama. Misalkan email, pesan tetap dapat

sampai tujuan meski tujuan tidak dalam keadaan online. Inilah yang disebut

dengan asynchronicity. Dan yang terakhir adalah konvergensi, dimana bentuk

teknologi cenderung dapat diintegrasikan kedalam satu bentuk teknologi saja.

Namun sebenarnya komunikasi dalam new media juga dapat menjadi synchronous.

Ketika kedua penyampai dan penerima pesan dalam posisi waktu dan tempat yang

sama. Tempat disini dimaksudkan adalah media yang sama, mereka terhubung

dalam satu alamat atau sosial media yang terhubung. Misal saja Internet Relay Chat

(IRC), kedua user yang ingin melakukan percakapan harus dalam keadaan online.

New media juga memiliki penekanan karakteristik pada personal freedom atau

individualitas seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kebebasan individu ini dapat

kita rincikan diantaranya dengan menjelaskan adanya kebebasan ekspresi pribadi.

Dengan kemudahan penyesuaian terhadap penggunanya maka ekspresi dalam

bentuk apapun dapat dengan mudah di publish. Individualitas juga diperluas

4

Page 5: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

dengan adanya fitur conversation atau chat room dalam new media, komunikasi

interpersonal tetap dapat terjadi.

(New) Social Media

Sosial media muncul dalam new media dan selalu mendapat sambutuan yang

hangat dari pengguna internet. Sosial media ini mengijinkan kita untuk dapat

bertukar informasi dengan semua orang yang merupakan sesama pengguna media

tersebut. Dalam sosial media setiap individu dapat melakukan hal-hal dibawah ini

(Wright dan Hinson, 2009):

- Menerbitkan atau menunjukkan konten-konten digital kreatif, isi dari akun

atau halaman pribadi kita dapat ditentukan oleh kita sendiri. Apakah itu

buatan sendiri ataupun orang lain .

- Menyediakan dan memiliki fitur online yang realtime, dimana kita dapat

melakukan dialog dalam bentuk percakapan langsung atau komentar

dengan pengguna lain

- Dapat melakukan perubahan atau perbaikan sendiri sesuai keinginan kita

hingga dapat kita klaim sebagai konten yang sebenarnya

Hal ini sesuai dengan personal freedom dari karakterisik new media. Hingga istilah

consumer-generated media atau user-generated media muncul. Karena memang

konten media ini dapat disusun dan dibuat sedemikian rupa sesuai dengen

kehendak pemiliki akun atau halaman tersebut.

Sistem bermedia inilah yang berbeda dengan sistem media lama sebelumnya.

Ketika proses produksi pesan, distribusi dan konsumsinya dapat dilakukan begitu

mudah dan cepat tanpa pertimbangan atau halangan yang berarti. Apalagi

sekarang ditambah dengan kemudahan akses bagi semua orang, tak perlu lagi

menggunakan seperangkat komputer yang lengkap tiap individu sudah dapat

mengakses media sosial yang luas ini dimanapun, kapanpun dengan biaya yang

cukup murah.

5

Page 6: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Aplikasi sosial media tidak perlu kita bingungkan lagi, Facebook, friendster dan

Twitter telah menjadi contoh yang nyata untuk kita. Isi akun pribadi kita dapat kita

isi dengan apa saja yang kita inginkan. Bahkan tanpa rasa takut, melainkan dengan

yakin dan percaya diri kita sengaja meng-upload data kita yang mungkin orang lain

tidak mengetahuinya.

New Media and Society

Post-modern society

Posmodern sendiri merupakan usaha untuk dapat memahami masyarakat yang

sudah dipenuhi dengan media. Opini pertama mengenai masyarakat dan budaya

sendiri adalah bagaimana masyarakat muncul ketika media dan budaya populer

menjadi institusi yang penting dan kuat. Sehingga dapat mengatur dan membentuk

hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Media mengatur bagaimana kita

memandang realita dan bagaimana kita memandang diri kita sendiri, juga dunia

kita.

Menurut pandangan posmodernitas new media telah mengubah bentuk

masyarakat. Dari buku Media Now, digambarkan bagaimana media, internet dan

pengaruhnya pada apa yang kita mengerti dan ceritakan tentang diri kita sendiri.

Banyak yang mengira bahwa masyarakat telah menjadi masyarakat yang post-

modern. Pandangan inipun tidak sembarangan dan tiba-tiba muncul.

Salah satu alasan penting yang membuat pendapat ini mencuat adalah masyarakat

posmodern secara berangsur-angsur kehilangan atau melupakan cerita-cerita

besar yang hampir diketahui oleh hampir semua orang. Pemikir posmo

menyebutnya meta-narrative. Kehilangan cerita besar disini dapat digambarkan

dengan bagaimana masyarakat sekarang sering kali tidak tahu atau sengaja tidak

ingin tahu dengan sejarah atau nilai-nilai yang telah ada di dalam lingkungannya

terutama lingkungan sosial. Mereka mengetahui banyak hal tapi sebenarnya

semua hanya sebagian saja, hanya kulitnya belum sampai pada daging.

6

Page 7: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Cerita-cerita besar ini biasanya didapatkan dari institusi-institusi sosial yang ada

di sekitar. Misal orang tua, keluarga, atau sekolah. Media-media tradisional juga

ternyata dapat menyampaikan cerita-cerita besar ini kepada masyarakat.

Selain itu, internet juga telah membuat masyarakat menjadi terfragmentasi.

Namun bukan masyarakat yang sebenarnya melainkan pengalaman masyarakat

dengan media. Mengapa terjadi demikian? Karena media berkembang biak dengan

cepat, ditambah dengan kehadiran new media seperti yang dirasakan saat ini.

Cepatnya perkembangbiakan media tersbut membuat masyarakat memiliki

banyak pilihan dalam menggunakan media. Karena masyarakat sendiri telah

merekam bagaimana pengalamannya dalam menggunakan masing-masing media.

Hal ini membuat masyarakat dapat menyentuh media yang benar-benar ia

inginkan, mana radio yang ia dengarkan, mana koran yang ia beli, mana alamat

website yang ia akses untuk mendapat informasi. Masyarakat takkan bisa dipaksa

untuk dapat mengakses satu alamat web saja ketika keingintahuannya memang

sangat besar. Atau masayarakat tidak dapat dipaksa untuk menyetujui satu opini

publik saja yang menurut pengalamannya tidak sesuai. Meskipun hal ini terjadi

juga sebelum internet ditemukan namun semakin diperkuat ketika internet lahir.

New media telah membuat hubungan-hubungan sosial menjadi dangkal, seperti

dalam sosial media. Informasi hanya didapat dari pertukaran lewat akun dengan

akun yang lain, sedangkan sudah jelas isi didalamnya juga belum tentu merupakan

sebuah fakta yang sesuai dengan realitas didunia nyata. Karena kita sendiri selaku

pengguna tidak dapat secara langsung membuktikan semua data yang kita lihat

atau dapatkan dalam sosial media tersebut.

Komunikasi virtual, budaya virtual dan cyberspace

Dengan adanya new media maka muncul budaya baru, yakni budaya virtual yang

merupakan hasil dari komunikasi virtual. Maka ruang-ruang social yang dapat kita

lihat didunia nyata, dapat kita temukan dalam dunia virtual. Ruang-ruang tersebut

merupakan simulasi sosial dari ruang nyata didunia, yang kemudian disebut

sebagai ruang-ruang sosial cyberspace. Mengapa cyberspace? Karena sudah jelas

7

Page 8: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

komunikasi bermedia komputer adalah komunikasi berjaringan, tanpa jaringan

global ini kita tak dapat berkomunikasi dan menemukan karakteristik seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa komunikasi new media khususnya dalam

social media dapat berbentuk one-to-one communication atau one-to-many

communication atau many-tomany communication. Terdapat tiga pilihan bentuk

komunikasi dalam new media yang dapat kita pilih.

Inilah jenis baru dari komunikasi bermedia hasil dari new media. Tidak dapat

ditentukan apakah jenis komunikasi ini walaupun diatas banyak yang

menggambarkan bahwa komunikasi ini bersifat sangat pribadi (interpersonal),

namun tetap saja dapat dimodifikasi atau dimanipulasi dengan sengaja secara

mantap dengan adanya potensi interaksi. Inilah yang menjadikan virtual

communication dianggap merupakan tipe hubungan komunikasi yang baru. Akibat

dari perkembangan ini, terkadang definisi komunikasi yang dulu kita pahami

seperti hilang dan bergeser. Kita kadang merasa perlu mendefinisikan ulang apa

itu komunikasi yang relevan dengan perkembangan dunia komunikasi sekarang.

Budaya virtual muncul karena media baru dan munculnya tipe hubungan

komunikasi baru yaitu, komunikasi virtual. Kini manusia menyenangi

berhubungan dan berkomunikasi dengan sesamanya secara virtual lewat sosial

media yang mereka miliki. Dengan menggunakan teknologi yang ada kini seperi

smart phone dan gadget lainnya, mereka akan dengan mudah menulis wall,

message atau comment bahkan on-line di chat room untuk hanya sekedar

menghubungi temannya. Padahal mereka hanya sekedar janjian bertemu untuk

jalan atau hang-out saja malah sebagian dari yang membagi cerita pribadinya di

wall.

Dilihat dari karakteristik new media diatas, tentunya komunikasi virtual dapat

dengan mudah terjadi. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan membuat

manusia berkeinginan untuk dapat lebih memanfaatkannya. Kemudahan salah

satunya adalah adanya istilah anything goes dalam dunia maya.

8

Page 9: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Sebenarnya new media dalam dunia virtualnya menawarkan adanya ruang privat

dan ruang publik. Namun semuanya diputuskan oleh individu sendiri (individual

choice) sebagai pengguna apakah ingin menggunakan media ini untuk keprivatan

identitasnya ataukah ia ingin benar-benar go public. Dalam ruang publik yang

memang virtual bentuk komunikasi berlangsung secara argumentatif dan dialogis.

Hal ini masih dalam bentuk komunikasi yang rasional.

Dalam new media disediakan ketersediaan ruang public yang dapat dikatakan

bebas. Setiap individu merasa tidak awasi atau di intervensi oleh siapapun

termasuk pemerintah. Karena itulah individu dapat dengan mudah mengubah

identitas atau membuat informasi tentang dirinya sesuai dengan keinginannya

tanpa merasa bersalah atau disalahkan. Hampir tidak mungkin tiap pengguna

mendapatkan intervensi dan pengaturan secara khusus dari pihak lain.

Memang fakta bahwa kini seorang individu secara bebas telah dapat membuat

informasi yang benar-benar baru mengenai dirinya di halamannya sendiri. Dengan

demikian satu individu sudah dapat membuat identitas baru tentang dirinya

kepada dunia baru juga. Identitas tersebut tentunya sulit untuk dibuktikan

kenyataannya. Bisa saja semua informasi yang ia masukkan dalam akunnya adalah

fiktif atau bisa juga fakta, tidak ada yang tahu kecuali jika kita memang

mengenalnya dekat didunia nyata.

Hal-hal itu yang menimbulkan kompleksitas hubungan sosial dalam komunikasi

virtual dan dangkalnya sifat konten informasi dalam new media dan sosial media.

Walaupun akses internet, atau handphone sebagai media aksesnya adalah

peralatan yang personal tapi mereka dapat diberdayakan melebihi kebutuhan

personal. Dikatakan kompleks adalah ketika hubungan yang sebenarnya dangkal,

yang hanya didapatkan dan terbentuk dari pertukaran informasi seadanya dalam

new media kemudian di interpretasikan lebih oleh individu-individunya. Atau

ketika sebuah teks yang di publish dalam new media dapat di interpretasikan

berbeda oleh akun lain, padahal akun pembuat tidak bermaksud membuat

interpretasi tersebut.

9

Page 10: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Sekarang ini kita sepertinya mudah saja menerima apa yang terdapat dalam dunia

virtual. Seperti contoh informasi dan isi akun tadi. Kita belum tentu mengetahui

keaslian dan kenyataan dari apa yang kita kenali dalam dunia virtual pada new

media. Tapi kita dengan sengaja tidak mempedulikannya baik secara sadar

ataupun tidak dan malah tetap menikmati bentuk komunikasi seperti itu.

Didalam cyberspace tetap tersedia ruang-ruang sosial seperti terdapat dunia

nyata. Ruang-ruang tersebut merupakan simulasi dari ruang sosial yang kita miliki

didunia nyata. Namun memang kedua ruang sosial tersebut memiliki karkteristik

yang berbeda. Dalam ruang sosial dunia nyata kita akan memiliki kebersamaan

yang bersifat sosial, solidaritas sosial dalam sebuah ruang atau tempat seperti

kampung, dan didalamnya kita selalu dimungkinkan umtuk dapat berkomunikasi

secara face to face atau langsung tatap muka. Sebaliknya, dalam ruang sosial

simulasi kita tidak akan merasakan hal-hal tadi. Kita hanya memerlukan imajinasi

kolektif didalam sebuah tempat yang imajiner jugayakni aliran bit-bit data dalam

jaringan komputer.

Ruang sosial dalam cyberspace merupakan simulasi dari ruang sosial dunia nyata.

Dan yang membuat kita tidak sadar adalah ruang-ruang dalam dunia cyber ini

malah mempengaruh ruang sosial didunia nyata kita.

Menurtu Yasraf dalam ruang sosial ini individu dapat saja memiliki peran sosial

yang berbeda-beda. Dalam hal ini pemahaman kita sendiri mengenai identitas

mesti diperkuat. Karena kekaburan dari identitas ini maka batas-batas

keidentitasan kitapun dapat dikatakan lenyap. Alhasil, akan terjadi kekacauan

persepsi mengenai identitas yang akhirny akan mempengaruhi gaya hidup, pikiran

dan kepribadian seseorang. Jika identitas saja sudah kabur karena kebebasan

penggunaannya maka dapat dikatakan identitas sendiri sudah hilang. Identitas

yang dapat berubah-ubah seperti ini merupakan tanda hilangnya identitas. Karena

ciri utama identitas adalah konsistensi.

Dalam cyberspace, dapat terjadi permainan identitas didalamnya. Tiap pribadi

dimungkinkan untuk memiliki identitas baru, identitas palsu, identitas ganda yang

10

Page 11: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

semuanya merupakan bagian dari identitas budaya cyberspace. Bahkan individu

yang memiliki identitas ganda dapat dikatakan telah membelah dirinya, membelah

pribadinya.

Bahkan dalam buku New Media terdapat identitas online yang dapat di buat oleh

manusia didalam dunia virtual. Identitas ini digunakan hanya ketika ia sedang

dalam keadaan online dalam ruang cyber. Dalam dunia yang lain masih

dimungkinakn ia memiliki identitas yang berbeda. Tidak adanya konsistensi ini

salah satu bentuk hilangnya identitas diri manusia.

Selain itu, dalam tingkat individu cyberspace dapat menimbulkan sifat

ketergantungan. Khususnya adalah kecanduan dalam berkomunikasi di dunia

cyber. Bukan hanya intensitas dalam berkomunikasi di cyberspace tapi juga

frekuensinya.

Tingkat sebelumnya ini masih dalam tingkat individu, terdapat tingkat selanjutnya

yakni tingkat antar individu. Ruang sosial dunia nyata dapat kita cari bentuknya

dalam dunia baru ini. Begitu pula dengan hubungan sosial dunia nyata juga dapat

terjadi disini. Teman, sahabat, pacar ataupun musuh dapat terjadi. Dengan

demikian hal ini mengindikasikan adanya deteritorialisasi sosial, ketika hubungan-

hubungan sosial tidak lagi membutuhkan ruang dan bentuk yang nyata

(konvensional). Konsekuensinya yakni istilah “mendekatkan yang jauh dan

menjauhkan yang dekat”.

Tingkat terakhir yakni tingkat komunitas yang juga merupakan akumulasi dati

tingkat sebelumnya. Konon cyberspace telah dapat menciptakan komunitas yang

terbuka dan demokratik yang disebut komunitas imajiner. Berbeda dengan

komunitas konvensional yang membutuhkan ruang dan waktu yang nyata.

Komunitas imajiner tidak membutuhkan itu semua, ia hanya membutuhkan aliran

bit-bit (data digital) dalam komputer.

Komunitas dalam cyberspace tidak sama dengan komunitas sebenarnya.

Komunitas virtual memiliki perbedaan pada bentuk, struktur dan sistemnya

dibandingkan dengan komunitas konvensional yang ada. Jika komunitas

11

Page 12: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

konvensional biasanya memiliki struktur kepemimpinan, struktur normatif seperti

adat atau hukum, lembaga normatif seperti pengadilan yang memiliki mekanisme

kontrol sosial. Maka dalam komunitas virtual kesemuanya hampir tidak ada.

Karena setiap individu seakan-akan menjadi peran-peran tadi seperti pemimpin,

pengontrol dan penilai dirinya sendiri.

Budaya virtual ini dianggap sebagai budaya ekstrem atau radikal, karena segalanya

dapat dilakukan dengan bebas dan tanpa batas. Misal demokrasi dalam dunia baru

ini dikatakan posdemokrasi akibat dari tidak adanya kontrol, aturan atau

intervensi dari siapapun dalam penyampaian pendapat dan keinginan.

Masyarakat dan budaya virtual dalam cyberspace

Budaya virtual tentunya tidak akan begitu saja terjadi tanpa mempengaruhi

kehidupan kita yang lain. Budaya virtual pasti akan dapat mempengaruhi

kehidupan sosial kita. Karena budaya virtual muncul akibat dari pola dan bentuk

komunikasi kita yang juga berubah. Perubahan akibat dari sebuah inovasi dalam

teknologi komunikasi bermedia.

Perubahan tersebut dapat terlihat dari perubahan pola komunikasi yang bersifat

virtual. Atau terbentuknya masyarakat virtual dalam dunia cyber. Masyarakat

cenderung menyenangi memiliki hubungan sosial yang terjadi dalam dunia virtual.

Bentuk komunikasi yang kerap dilakukan langsung, kini berubah. Pola komunkasi

yang cepat, instan, efisien dan murah ini menjadi favorit dibandingkan dengan

bertatap muka dalam sebuah ruangan.

Selain itu kebebasan yang kin tersedia dalam ruang virtual juga merubah

masyarakat. Mulai dari kebebasan dalam memilih media yang digunakan hingga

berpengaruh kedalam kebebasan dalam membuat dan menyampaikan pesan. Yang

pada akhirnya berdampak pada identitas dan inilah yang menimbulkan adanya

masyarakat posmodern. Posmodern yang metanaratif yang kehilangan identitas-

identitas dan nilai yang sebelumnya ada dalam diri dan lingkungan sosialnya.

Hubungan sosial dalam masyarakat posmo akan terasa dangkal dan kompleks,

akibat dari kebebasan ini juga.

12

Page 13: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

Dampak lain dari kebebasan ini adalah kini masyarakat tidak dapat membedakan

mana yang seharusnya menjadi ruang publik dan mana yang menjadi ruang privat.

Ekspresi dan pendapat yang bersifat pribadi dimungkinkan untuk disebarkan.

Ruang-ruang ini kemudian bergeser.

Bukan hanya itu, ruang sosial juga kemungkinan lama kelamaan akan bergeser dan

berpindah. Dengan adanya fenomena yang telah disebutkan diatas bukan tidak

mungkin hal ini dapat terjadi.

Dan sebenarnya new media dan budaya virtual bukan merupakan ancaman dan

berdampak buruk. Kedua hal ini telah memberikan kemajuan dan perkembangan

bagi kehidupan manusia. Kebutuhan akan akses dan koneksi yang lebih cepat dan

murah sudah tidak perlu dicari lagi.

Keluasan jaringan dari new media dan keluasan dari pergaulan akan mengijinkan

manusia untuk dapat terhubung dengan komunitas atau masyarakat lain yang

berbeda. Hal ini akan membuka pikiran dan pengetahuan masayarakat. Ditambah

dengan hypertextual dari new media yang akan memperluas jendela informasi

terhadap masyarakat.

Selain itu, masyarakat akan lebih dituntut untuk aktif mencari dan

mengembangkan diri. Tanpa adanya kekangan dan tekanan diharapkan hal ini

dapat meningkatkan perilaku persaingan dan pendidikan yang sportif. Tuntutan

seperti ini diharapkan menjadi sebuah perubahan yang baik juga dalam

masyarakat.

Masyarakat yang sebelumnya memegang keterikatan secar fisik dalam ruang dan

waktu yang nyata kini pelan-pelan berubah. Keterikatan tersebut dalam terjadi

dalam dunia cyber. Dan semua itu dianggap sebagai realita yang dapat diterima

oleh individu didalamnya.

Namun jangan terlalu khawatir dengan perubahan yang akan terjadi secara radikal

dan revolutif. Dalam konteks ini pengguna yang berbeda latarbelakang tempat dan

budaya juga dapat menyeimbangkan perubahan-perubahan yang akan terjadi

13

Page 14: Media Baru, Masyarakat Sosial Baru dan Budaya Baru

Makalah Akhir Mata Kuliah Media, Budaya dan MasyarakatAyu Astria R A (208 0000 33)

nantinya. Seperti dalam konteks di Indonesia, dampak dari perkembangan

teknologi ini belum sepenuhnya dialami oleh seluruh lapisan masyarakat. Meski

perubahan begitu terasa bagi masyarakat yang berada di kota besar, namun hal ini

belum begitu besar mempengaruhi daerah-daerah lain yang belum terjamah oleh

teknologi mutakhir.

Media, budaya dan masyarakat sampai kapanpun akan selalu terhubungan dan

saling mempengaruhi. Karena media dan budaya merupakan bagian dari

masyarakat.

Referensi :

- Amir Piliang, Yasraf. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era

Posmetafisika. 2004. Yogyakarta: Jalasutra

- . Dunia yang Berlari: Mencari “Tuhan-tuhan” Digital.

2004. Jakarta: Grasindo

- Curran, James. Media and Cultural Theory. 2006. New York : Routlegde

- Flew, Terry. New Media An Introduction 2nd Edition. 2005. UK : Oxford

- Jones, Steve. Virtual Culture: Introduction. 1997. London: Sage

Publication

- Straubhar and LaRose. Media Now. 2008.USA: Thompson Wadsworth

- Strinati, Dominic. An Introduction to The Theories of Popular Culture.

2004. USA : Routlegde

14