mbtp1
DESCRIPTION
motor bakarTRANSCRIPT
-
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Traktor
Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan
pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,
sementara itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun
1800. Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun
belum ada yang memuaskan. Baeu de roches Insyiniur Prancis memberikan
sumbangan yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang.
Selanjutnya pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insyiniur Jerman berhasil
membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus (Daywin,dkk, 1976).
Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula
tebu di Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun
1946 pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran
Sekom Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha
mencetak kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan
pertama Fatemeta IPB (Daywin,dkk, 1976).
Klasifikasi traktor
Menurut Daywin dkk (1976) Penggolongan traktor belum diperoleh
keseragaman karena umumnya didasarkan menurut selera dan kepentingan
masing-masing. Pada umumnya traktor digolongkan menurut daya yang tersedia
pada motor penggerak traktor, maka klasifikasi traktor menjadi berkembang.
4
Universitas Sumatera Utara
-
Klasifikasi traktor yang digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat
didasarkan pada :
1. Menurut besar tenaganya :
a. Traktor Besar ( diatas 15 HP )
b. Traktor Kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP )
2. Menurut bahan bakar :
a. Traktor Diesel
b. Traktor Kerosine
3. Menurut bentuk dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda:
a. Traktor Roda Ban
- Traktor dengan roda satu
- Traktor dengan roda dua
- Traktor dengan roda tiga
- Traktor dengan roda empat
b. Traktor Roda Rantai
c. Traktor Beroda kombinasi roda ban dan rantai.
( Yunus, 2004 ).
Menurut Hardjosentono dkk (2000) berdasarkan cara penggandengan
peralatannya traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok :
5
Universitas Sumatera Utara
-
1. Tipe unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang
peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan gigi
transmisi.
2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor dengan pen
(pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju kedepan dari traktor.
3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara tipe
gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain) sebagai
penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu berputar (rotari
tiller).
Tanah dan Air
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun dari empat bahan
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun
tanah tersebut berbeda komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan
perlakuan terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat berubah
keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya yang meliputi sifat fisik,
kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan lingkungan yang keseluruhannya
menentukan produktifitas tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang
terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja pada tanah,
dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati adalah perubahan tingkat
kepadatan tanah (Yunus, 2004).
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pada
saat kandungan air tanah relatif sedikit (pF 3,5) tahanan tanah meningkat,
6
Universitas Sumatera Utara
-
sehingga mengurangi daya penetrasi alat pengolahan tanah untuk menembus
lapisan tanah serta memperbesar tenaga untuk menarik alat (Djoyowasito, 2002).
Tujuan Pengolahan Tanah
Tujuan pengolahan tanah dengan traktor adalah untuk menciptakan
keadaan fisik tanah yang sesuai, untuk pertumbuhan tanaman yaitu memanfaatkan
peralatan yang bekerja secara mekanis dan dengan kapasitas yang besar.
Sedangkan pengolahan tanah pertama (primary tillage) adalah suatu tahap
pengolahan tanah dalam mempersiapkan tanah untuk pertanaman dan
membersihkan tumbuhan pengganggu, dimana pada tahap ini tanah dipotong,
dilonggarkan dan dibalik, alat yang digunakan adalah bajak piring atau bajak
singkal (Yunus, 2004).
Macam-macam Alat Pengolahan Tanah Primer
Peralatan yang digunakan traktor dalam mengolah tanah sangat beragam.
Dalam pemilihan peralatan untuk pengolahan tanah harus diperhatikan hubungan
karakteristik peralatan dengan tanah lahan yang akan diolah (Yunus, 2004).
a. Bajak Singkal
Bajak Singkal adalah alat pengolah tanah pertanian yang dihubungkan
dengan traktor pertanian dan berfungsi untuk memotong dan membalikkan tanah,
dimana sudut vertikal bajak menentukan kedalaman pembajakan dan jumlah mata
bajak serta lebar mata bajak menentukan lebar kerja pembajakan (Hendriadi,
2002).
7
Universitas Sumatera Utara
-
b. Bajak Piring
Seperti halnya bajak singkal, bajak piring juga dipergunakan untuk
mengolah tanah. Tanah/lahan yang umumnya menggunakan bajak piring adalah
tanah plastis, berbatu, berakar alang-alang, keras, kasar dan lain-lain sebagainya
(Yunus, 2004).
Bajak piring berbentuk piringan yaitu bulat dan cekung serupa dengan alat
penggorengan dengan garis tengah berkisar antara 60-80 cm. Bajak jenis ini hanya
untuk yang ditarik traktor besar roda empat. Jumlahnya antara dua sampai delapan
bajak piring tergantung pada tenaga traktor (Pranoto, dkk, 1983).
c. Bajak Rotari
Bajak rotari ini ditarik kedepan oleh traktor, namun mempunyai pisau
pemotong yang digerakkan oleh mesin pembantu yang dipasang pada rangka
bajak tersebut. Tipe bajak ini dibuat dalam ukuran 4,5,6 inchi dan memerlukan
daya sebesar 90 daya kuda (Smith dan Wilkes, 1990).
Kedalaman Olah Tanah
Bajak pada prinsipnya mempunyai fungsi yang sama dengan cangkul.
Bajak berguna untuk memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah.
Dalam pembajakan tanah biasanya ditentukan oleh jenis tanaman dan ketebalan
lapisan tanah atas. Kedalaman lapisan olah tanah untuk tanaman padi lebih kurang
18 cm (IRRI) bahkan ada tanah yang harus dibajak lebih dalam lagi sekitar 20 cm
(AKK, 1990).
Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah menggunakan traktor tangan
merupakan salah satu alternatif yang bisa dikembangkan. Hasil penelitian
8
Universitas Sumatera Utara
-
menunjukkan bahwa penyiapan lahan dengan mengolah tanah menggunakan
traktor tangan dapat dilakukan dengan kedalaman olah kurang dari 20 cm untuk
menghindari terkupasnya lapisan pirit. Pengolahan tanah dengan traktor tangan
dapat menekan kebutuhan waktu kerja dari 142 jam/ha menjadi 17 jam/ha dengan
hasil padi yang relatif sama (Rachman, 2000).
Kapasitas Pengolahan tanah
Kapasitas lapang suatu alat/mesin dibagi menjadi dua yaitu kapasitas
lapang teoritis atau kemampuan kerja suatu alat di dalam sebidang tanah jika
berjalan maju sepenuhnya, waktunya 100 % dan alat tersebut bekerja dalam lebar
maksimum (100%) serta kapasitas lapang efektif yaitu rata-rata kerja dari alat di
lapangan untuk menyelesaikan suatu bidang tanah dengan luas lahan yang diolah
dengan waktu kerja total (Darun, 1990).
Hasil pengumpulan data-data lapang di empat lokasi daerah pertanian padi
sawah di Kabupaten Karawang pada tahun 1998 hingga tahun 2000 yaitu di Desa
Bayur Kidul (1998), Desa Cadas Kertajaya (1999), Desa Lemah Mulya (2000)
dan Desa Teluk Buyung (2000) diperoleh kapasitas lapang pengolahan
menggunakan traktor roda dua dan bajak singkal berkisar antara 0,109 ha/jam
hingga 0,13 ha/jam atau 7,70 jam/ha hingga 9,10 jam/ha (Pramuhadi, 2004).
Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas lapang
adalah sebagai berikut :
KLT = W . V ...........................................................................................(1)
dimana :
KLT = kapasitas lapang teoritis (ha/jam)
9
Universitas Sumatera Utara
-
W = lebar kerja alat (m)
V = kecepatan (m/jam)
KLE =TL ..............................................................................................(2)
dimana :
KLE = kapasitas lapang efektif (ha/jam)
L = luas lahan (ha)
T = total waktu tempuh (jam)
(Yunus, 2004).
Kecepatan kerja
Kecepatan maju merupakan salah satu metode untuk meningkatkan
kapasitas kerja alat pertanian yaitu dengan menambah kecepatan maju berarti
meningkatkan kapasitas kerja alat pengolah tanah tanpa harus menambah berat
dan jumlah unit tenaga penggerak yang membebani tanah (Yunus, 2004).
Menurut Djoyowasito (2002) mengatakan bahwa semakin dalam
kedalaman olah tanah kecepatan kerjanya semakin rendah. Fenomena ini terjadi
karena selip roda sangat tinggi pada waktu alat bekerja dan juga banyaknya gulma
yang terpotong serta bongkahan tanah yang terolah besar, sehingga waktu untuk
menempuh jarak yang ditentukan menjadi lama.
Hasil uji lapang prototipe menunjukkan bahwa pada lahan sayuran dataran
tinggi dengan hasil rata-rata uji lapang pada rata-rata kedalaman olah 10 cm
kecepatan kerja sebesar 3,5 km/jam (Harjono dkk, 2000).
10
Universitas Sumatera Utara
-
Efisiensi Pengolahan Tanah
Efisiensi suatu traktor tergantung dari kapasitas lapang teoritis dan
kapasitas lapang efektif. Karena efisiensi merupakan perbandingan antara
kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam
bentuk (%). Persamaan yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pengolahan
tanah adalah sebagai berikut :
Efisiensi = % 100KLTKLE
..........................................................................(3)
dimana :
KLE = kapasitas lapang efektif
KLT = kapasitas lapang teoritis
(Yunus, 2004).
Pada saat mengolah tanah menggunakan traktor dan alat bajak maka akan
diperoleh tanah terolah dengan luas tertentu dan selesai ditempuh dalam waktu
tertentu, sehingga kemampuan kerja lapang mengolah tanah tersebut, atau yang
dapat dinyatakan dalam satuan luas tanah terolah persatuan waktu. Semakin luas
tanah yang diselesaikan dalam waktu yang semakin singkat maka dikatakan
bahwa pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi
(Yunus, 2004).
Dalam pengolahan lahan sampai lahan tersebut siap untuk ditanami
mengalami beberapa proses. Tergantung jenis lahan yang mau diolah. Ada dua
jenis lahan yang dapat diolah menggunakan traktor roda dua yaitu lahan
basah/sawah dan lahan kering atau lahan yang biasa ditanami sayur-sayuran. Pada
11
Universitas Sumatera Utara
-
lahan sawah memerlukan tiga tahapan proses perlakuan dengan menggunakan
implemen traktor roda dua hingga lahan siap untuk ditanami. Tahapan itu adalah
pembajakan, pengglebekan, dan penggaruan. Sementara pada lahan kering hanya
memerlukan dua tahapan yaitu pembajakan dan penggaruan atau pengglebekan
tergantung jenis tanah pada lahan kering tersebut dan kebiasaan masyarakat
sekitar (Yunus, 2004).
Hasil uji lapang prototipe menunjukkan bahwa untuk pengolahan tahap
pertama efisiensi pengolahan tanah tahap pertama sebesar 78,2 % (Yunus, 2004).
12
Universitas Sumatera Utara