matoa edisi 3 x4 edit -...

24
2334 - 2334 ISSN 2324-9968 TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN | NOT FOR SALE Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari MATOA MATOA Warta Warta Tanaman Sagu di Petak Tanam Koyani Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi” Sagu Diantara Bahan Pangan Dan Energi Terbarukan Sepenggal Cerita Dari Balik Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Lanjutan 2017 Pendidikan Alam Terbuka di BP2LHK Manokwari Peringatan Hari Habitat Sedunia di Manokwari “Mengintip” Rantai Pemasaran Sagu Seget Peningkatan Kinerja Individu dan Organisasi Sebuah Keniscayaan Abraham Kabes “Sang Mayor Pelopor Pengusahaan Masoi di Kampung US Teluk Paitipi” Geliat Masoi di Kampung US Teluk Patipi Kabupaten Fak-fak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi http://www.balithutmanokwari.or.id http://www.menlhk.bli.manokwari.go.id [email protected] Volume IV No. 3 Desember 2017

Upload: vuongcong

Post on 03-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

2 3 3 4 - 2 3 3 4

ISSN 2324-9968

TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN |NOT FOR SALE

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari

MATOAMATOAWartaWarta

Tanaman Sagu di Petak Tanam Koyani

Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari

Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi”

Sagu Diantara Bahan Pangan Dan Energi Terbarukan

Sepenggal Cerita Dari Balik Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Lanjutan 2017

Pendidikan Alam Terbuka di BP2LHK Manokwari

Peringatan Hari Habitat Sedunia di Manokwari

“Mengintip” Rantai Pemasaran Sagu Seget

Peningkatan Kinerja Individu dan Organisasi Sebuah Keniscayaan

Abraham Kabes “Sang Mayor Pelopor Pengusahaan Masoi di Kampung US Teluk

Paitipi”

Geliat Masoi di Kampung US Teluk Patipi Kabupaten Fak-fak

Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananBadan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi

http://www.balithutmanokwari.or.idhttp://www.menlhk.bli.manokwari.go.id

[email protected]

Volume IV No. 3Desember 2017

Page 2: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Salam Hormat,

enghujung waktu 2017 sudah tiba, begitu pula dengan kehadiran Warta Matoa Volume ke-P 4 ini tak terasa bisa bertahan sampai sejauh ini. Kami tak lupa berterima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca setia dan para kontributor artikel Warta Matoa

Volume ke-4 ini. Di penghujung tahun ini kami menyajikan beberapa reportase mengenai peringatan hari habitat sedunia di Manokwari, peningkatan kinerja individu dan organisasi pegawai BP2LHK Manokwari, pendidikan alam terbuka pelajar di lingkungan BP2LHK Manokwari, dan juga penyerahan DIPA 2018 kepada satker pemerintah di Papua Barat. Selain itu kita juga menyajikan artikel mengenai Sagu dari mata rantai perdagangan hingga peanfaatannya sebagai sumber pangan maupun energi alternatif.Disela-sela artikel maupun liputan, kami menyajikan profil Srikandi BP2LHK Manokwari yang memasuki masa Purna Tugasnya.

Semoga artikel maupun ulasan dari redaksi Warta Matoa dapat sedikit memberi hiburan bagi pembaca semuanya. Kami selaku redaksi Warta Matoa mengucapkan selamat membaca dan menikmati.

Salam

PENGANTAR REDAKSI

DAFTAR ISI

PROFIL

merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah populer Balai Penelitian dan Pengembangan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari (BP2LHK Manokwari) yang diterbitkan 3 kali dalam setahun

yaitu bulan April, Agustus dan Desember yang berisikan tentang informasi seputar kehutanan

maupun managemen yang berkaitan dengan KLHK.

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari

MATOAMATOAWartaWarta

Penanggung Jawab :Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Manokwari(Dana Apriyanto)

Dewan Redaksi:Pudja Mardi Utomo

Redaksi Pelaksana :Kepala Seksi Data, Informasi,

Sarana dan Prasarana Penelitian

Anggota :Sarah Yuliana

Yobo Endra PranantaFreddy Jontara Hutapea

Kesekretariatan :Muthmainnah Syarifuddin

Melky B Panie

Penerbit :Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan

Hidup dan kehutanan ManokwariJalan Inamberi - Susweni Po Box 159

Manokwari - Papua Barat 98313e-mail : [email protected]

www.balithutmanokwari.or.idwww.menlhk.bli.manokwari.go.id

desain, layout dan cover by yobo

Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari

Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi”

Sagu Diantara Bahan Pangan Dan Energi Terbarukan

Sepenggal Cerita Dari Balik Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Lanjutan 2017

Peringatan Hari Habitat Sedunia di Manokwari

“Mengintip” Rantai Pemasaran Sagu Seget

Peningkatan Kinerja Individu dan Organisasi Sebuah Keniscayaan

Abraham Kabes “Sang Mayor Pelopor Pengusahaan Masoi di Kampung US

Teluk Paitipi”

4

3

5

8

13

12

15

16

Kami menerima Artikel sesuai tema yang terkait. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah isi materi tulisan. Kami juga akan memberikan honorarium sesuai dengan

alokasi dana yang tersedia. Materi Tulisan dapat dikirim melalui e-mail : [email protected]

epat pada tanggal 1 November

T 2017 ini, BP2LHK Manokwari kembali akan ditinggalkan

salah satu pegawai terbaiknya, Ir. Regina Rusmina Maai, yang memasuki masa pensiun. Setelah berkarir selama kurang lebih 28 tahun, srikandi Papua ini resmi meletakkan jabatannya dan mengakhiri masa pengabdiannya sebagai pegawai di BP2LHK Manokwari.

Perjalanan karir Ir. Regina Rusmina Maai di BP2LHK Manokwari dimulai pada tanggal 1 Maret 1989, dengan jabatan sebagai Calon Peneliti. Pada tanggal 10 September 1995, istri Yoseph Lekitoo (alm.) ini menjabat sebagai Asisten Peneliti Muda, dengan bidang keahlian silvikultur. Tiga tahun kemudian (1 September 1998), jabatannya meningkat menjadi Asisten Peneliti Madya. Pada tanggal 1 Agustus 2002, perempuan yang lahir di Serui 58 tahun silam ini resmi menjabat sebagai Ajun Peneliti Muda. Selama menjabat sebagai Peneliti, ibu 5 orang anak ini terl ibat dalam beberapa kegiatan penelitian dan menerbitkan beberapa karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 orang cucu ini diangkat menjadi Kepala Seksi Publikasi dan Diseminasi. Alumni Faperta Uncen tahun 1980 ini kemudian dipercaya menjabat sebagai Kasubbag Tata Usaha dari tahun 2007 sampai 2017.

Bagi penggemar olah raga basket ini, BP2LHK Manokwari merupakan rumah kedua dan tempat melupakan sejenak persoalan kehidupan rumah tangga. Kantor juga merupakan wahana untuk bertemu, bersosialisasi, dan bersenda gurau bersama pegawai yang lain. Dalam

menjalani hidup ini, sosok yang hobi makan papeda ini memiliki prinsip “Hidup untuk berbuat baik terhadap sesama tanpa membeda-bedakan suku agama dan ras”.

Pasca pensiun, Ibu kita ini berencana membuka usaha kuliner kecil-kecilan. Disamping menjalankan usahanya ini, sosok yang rajin melemparkan senyum ini nantinya akan memanfaatkan masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta.

Perempuan yang juga memiliki hobi memasak ini mengharapkan pegawai BP2LHK Manokwari tetap kerja dari hati (rajin dan disiplin), dan saling mengisi satu dengan yang lain baik antara peneliti dengan teknisi maupun manajemen dengan peneliti.

Regina Rusmina Maai

Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari

Pendidikan Alam Terbuka di BP2LHK Manokwari 8 Geliat Masoi di Kampung US Teluk

Patipi Kabupaten Fak-fak18

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 3

Page 3: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Salam Hormat,

enghujung waktu 2017 sudah tiba, begitu pula dengan kehadiran Warta Matoa Volume ke-P 4 ini tak terasa bisa bertahan sampai sejauh ini. Kami tak lupa berterima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca setia dan para kontributor artikel Warta Matoa

Volume ke-4 ini. Di penghujung tahun ini kami menyajikan beberapa reportase mengenai peringatan hari habitat sedunia di Manokwari, peningkatan kinerja individu dan organisasi pegawai BP2LHK Manokwari, pendidikan alam terbuka pelajar di lingkungan BP2LHK Manokwari, dan juga penyerahan DIPA 2018 kepada satker pemerintah di Papua Barat. Selain itu kita juga menyajikan artikel mengenai Sagu dari mata rantai perdagangan hingga peanfaatannya sebagai sumber pangan maupun energi alternatif.Disela-sela artikel maupun liputan, kami menyajikan profil Srikandi BP2LHK Manokwari yang memasuki masa Purna Tugasnya.

Semoga artikel maupun ulasan dari redaksi Warta Matoa dapat sedikit memberi hiburan bagi pembaca semuanya. Kami selaku redaksi Warta Matoa mengucapkan selamat membaca dan menikmati.

Salam

PENGANTAR REDAKSI

DAFTAR ISI

PROFIL

merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah populer Balai Penelitian dan Pengembangan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari (BP2LHK Manokwari) yang diterbitkan 3 kali dalam setahun

yaitu bulan April, Agustus dan Desember yang berisikan tentang informasi seputar kehutanan

maupun managemen yang berkaitan dengan KLHK.

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari

MATOAMATOAWartaWarta

Penanggung Jawab :Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Manokwari(Dana Apriyanto)

Dewan Redaksi:Pudja Mardi Utomo

Redaksi Pelaksana :Kepala Seksi Data, Informasi,

Sarana dan Prasarana Penelitian

Anggota :Sarah Yuliana

Yobo Endra PranantaFreddy Jontara Hutapea

Kesekretariatan :Muthmainnah Syarifuddin

Melky B Panie

Penerbit :Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan

Hidup dan kehutanan ManokwariJalan Inamberi - Susweni Po Box 159

Manokwari - Papua Barat 98313e-mail : [email protected]

www.balithutmanokwari.or.idwww.menlhk.bli.manokwari.go.id

desain, layout dan cover by yobo

Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari

Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi”

Sagu Diantara Bahan Pangan Dan Energi Terbarukan

Sepenggal Cerita Dari Balik Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Lanjutan 2017

Peringatan Hari Habitat Sedunia di Manokwari

“Mengintip” Rantai Pemasaran Sagu Seget

Peningkatan Kinerja Individu dan Organisasi Sebuah Keniscayaan

Abraham Kabes “Sang Mayor Pelopor Pengusahaan Masoi di Kampung US

Teluk Paitipi”

4

3

5

8

13

12

15

16

Kami menerima Artikel sesuai tema yang terkait. Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah isi materi tulisan. Kami juga akan memberikan honorarium sesuai dengan

alokasi dana yang tersedia. Materi Tulisan dapat dikirim melalui e-mail : [email protected]

epat pada tanggal 1 November

T 2017 ini, BP2LHK Manokwari kembali akan ditinggalkan

salah satu pegawai terbaiknya, Ir. Regina Rusmina Maai, yang memasuki masa pensiun. Setelah berkarir selama kurang lebih 28 tahun, srikandi Papua ini resmi meletakkan jabatannya dan mengakhiri masa pengabdiannya sebagai pegawai di BP2LHK Manokwari.

Perjalanan karir Ir. Regina Rusmina Maai di BP2LHK Manokwari dimulai pada tanggal 1 Maret 1989, dengan jabatan sebagai Calon Peneliti. Pada tanggal 10 September 1995, istri Yoseph Lekitoo (alm.) ini menjabat sebagai Asisten Peneliti Muda, dengan bidang keahlian silvikultur. Tiga tahun kemudian (1 September 1998), jabatannya meningkat menjadi Asisten Peneliti Madya. Pada tanggal 1 Agustus 2002, perempuan yang lahir di Serui 58 tahun silam ini resmi menjabat sebagai Ajun Peneliti Muda. Selama menjabat sebagai Peneliti, ibu 5 orang anak ini terl ibat dalam beberapa kegiatan penelitian dan menerbitkan beberapa karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 orang cucu ini diangkat menjadi Kepala Seksi Publikasi dan Diseminasi. Alumni Faperta Uncen tahun 1980 ini kemudian dipercaya menjabat sebagai Kasubbag Tata Usaha dari tahun 2007 sampai 2017.

Bagi penggemar olah raga basket ini, BP2LHK Manokwari merupakan rumah kedua dan tempat melupakan sejenak persoalan kehidupan rumah tangga. Kantor juga merupakan wahana untuk bertemu, bersosialisasi, dan bersenda gurau bersama pegawai yang lain. Dalam

menjalani hidup ini, sosok yang hobi makan papeda ini memiliki prinsip “Hidup untuk berbuat baik terhadap sesama tanpa membeda-bedakan suku agama dan ras”.

Pasca pensiun, Ibu kita ini berencana membuka usaha kuliner kecil-kecilan. Disamping menjalankan usahanya ini, sosok yang rajin melemparkan senyum ini nantinya akan memanfaatkan masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta.

Perempuan yang juga memiliki hobi memasak ini mengharapkan pegawai BP2LHK Manokwari tetap kerja dari hati (rajin dan disiplin), dan saling mengisi satu dengan yang lain baik antara peneliti dengan teknisi maupun manajemen dengan peneliti.

Regina Rusmina Maai

Pengabdian Srikandi “Ir. Regina Rusmina Maai” BP2LHK Manokwari

Pendidikan Alam Terbuka di BP2LHK Manokwari 8 Geliat Masoi di Kampung US Teluk

Patipi Kabupaten Fak-fak18

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 3

Page 4: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi”

4

SAGU DIANTARA BAHAN PANGAN DAN

ENERGI TERBARUKANFreddy J Hutapea

Pendahuluan

Energi memiliki peran yang vital dalam kehidupan manusia. Selama ini, sumber utama energi berasal dari bahan bakar fosil yang tidak terbarukan (non-renewable energy) dan kurang ramah lingkungan. Tingginya konsumsi energi tidak terbarukan mengakibatkan ketersediaan bahan bakar fosil semakin menipis. Akibatnya, berbagai usaha diperlukan untuk mencari energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan. Energi terbarukan ini bisa menjadi solusi efektif mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil (Alam et al., 2012; Azad et al., 2015).

Biofuel merupakan salah satu energi terbarukan yang sedang dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar ini diperoleh dari produk biomassa, dan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi bioetanol dan biodiesel . Berdasarkan teknologi konversinya, biofuel dapat diklasifikasikan menjadi biofuel generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat (first, second, third and fourth-generation biofuel) (Azad et al., 2015).

Sagu merupakan tanaman yang dikaji sebagai bahan baku biofuel. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan baku biofuel (Komarayati et al., 2011; Rhee et al., 1984). Akan tetapi, pengembangan biofuel dari tanaman sagu juga memiliki kontroversi yang dapat menghambat pengembangannya sebagai bahan baku biofuel. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan pengembangan biofuel dari sagu dan kontroversinya sebagai

bahan baku biofuel.

Sagu dan kontroversinya sebagai bahan baku biofuel

Sagu merupakan tanaman pangan yang melimpah di Indonesia. Luas hutan sagu Indonesia diperkirakan mencapai 1,25 juta hektar (ha), sebagian besar (lebih dari 90%) berada di Papua. Luasan ini merupakan yang terbesar di dunia (Flach, 1997).

Sagu juga memiliki produktivitas pati yang tinggi. Hutan sagu mampu menghasilkan sebanyak 25 ton pati sagu per hektar per tahun (Komarayati et al., 2011; Sumaryono, 2007). Secara keseluruhan, hutan sagu Indonesia mampu menghasilkan ± 31 juta ton pati sagu per tahun. Akan tetapi, produktivitas hutan sagu Indonesia masih belum bisa maksimal karena pengelolaannya yang belum optimal (Tirta et al., 2013). Berbagai usaha masih diperlukan untuk mengoptimalkan potensi sagu.

Selain kawasannya yang luas, sagu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kandungan karbohidrat sagu lebih tinggi daripada beras dan jagung (Gambar 2). Dengan kondisi ini, sagu akan memiliki produktivitas biofuel yang tinggi daripada bahan pangan lainnya. Sagu mampu menghasilkan biofuel ± 12,2 kiloliter per hektar, sedangkan jagung dan tebu hanya sekitar 3 dan 6,4 kiloliter per hektar (Ishizaki, 2007 dalam Syakir & Karmawati, 2013). Hal ini membuat sagu berada dalam urutan pertama daftar bahan baku penghasil bioetanol (Komarayati et al., 2011).

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Yobo Endra Prananta

5

Dalam rangka memperingati hari habitat internasional, pada tanggal 07

Oktober 2017 Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Papua Barat Wilayah II di Manokwari melepasliarkan seekor buaya muara didaerah Arouni Distrik Sidey Manokwari Papua Barat. Upaya pelepas liaran ini merupakan wujud nyata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjaga ekosistem di lingkungan melalui Unit Pelaksana Teknis di daerah.

Buaya ini telah berada di kandang penangkaran satwa BP2LHK Manokwari selama kurang lebih 3 tahun. Buaya ini ditemukan oleh alm. Yan Baransano (mantan teknisi BP2LHK Manokwari) di pemukiman warga yang jauh dari habitat aslinya. Panjang tubuh buaya ini pertama kali ditemukan adalah sekitar 30 cm. Penemuan buaya ini sebelumnya telah dilaporkan ke kantor bidang BBKSDA Papua

Barat di Manokwari. Pada saat itu, BBKSDA Papua Barat memutuskan untuk menitipkan satwa ini di kandang penangkaran BP2LHK Manokwari sampai buaya ini memenuhi standar untuk dilepasliarkan.

ADB Kasantaro, salah satu polisi hutan senior BBKSDA Papua Barat, mengatakan bahwa “buaya muara ini sangat agresif dan liar walaupun ukuran tubuhnya kecil”. Oleh sebab itu, petugas harus hati-hati dalam mengeluarkannya dari kandang dilepaskan ke habitatnya.

Page 5: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Pelepas Liaran Satwa “Wujud Nyata Litbang Mendukung Konservasi”

4

SAGU DIANTARA BAHAN PANGAN DAN

ENERGI TERBARUKANFreddy J Hutapea

Pendahuluan

Energi memiliki peran yang vital dalam kehidupan manusia. Selama ini, sumber utama energi berasal dari bahan bakar fosil yang tidak terbarukan (non-renewable energy) dan kurang ramah lingkungan. Tingginya konsumsi energi tidak terbarukan mengakibatkan ketersediaan bahan bakar fosil semakin menipis. Akibatnya, berbagai usaha diperlukan untuk mencari energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan. Energi terbarukan ini bisa menjadi solusi efektif mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil (Alam et al., 2012; Azad et al., 2015).

Biofuel merupakan salah satu energi terbarukan yang sedang dikembangkan menjadi bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar ini diperoleh dari produk biomassa, dan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi bioetanol dan biodiesel . Berdasarkan teknologi konversinya, biofuel dapat diklasifikasikan menjadi biofuel generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat (first, second, third and fourth-generation biofuel) (Azad et al., 2015).

Sagu merupakan tanaman yang dikaji sebagai bahan baku biofuel. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan baku biofuel (Komarayati et al., 2011; Rhee et al., 1984). Akan tetapi, pengembangan biofuel dari tanaman sagu juga memiliki kontroversi yang dapat menghambat pengembangannya sebagai bahan baku biofuel. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan pengembangan biofuel dari sagu dan kontroversinya sebagai

bahan baku biofuel.

Sagu dan kontroversinya sebagai bahan baku biofuel

Sagu merupakan tanaman pangan yang melimpah di Indonesia. Luas hutan sagu Indonesia diperkirakan mencapai 1,25 juta hektar (ha), sebagian besar (lebih dari 90%) berada di Papua. Luasan ini merupakan yang terbesar di dunia (Flach, 1997).

Sagu juga memiliki produktivitas pati yang tinggi. Hutan sagu mampu menghasilkan sebanyak 25 ton pati sagu per hektar per tahun (Komarayati et al., 2011; Sumaryono, 2007). Secara keseluruhan, hutan sagu Indonesia mampu menghasilkan ± 31 juta ton pati sagu per tahun. Akan tetapi, produktivitas hutan sagu Indonesia masih belum bisa maksimal karena pengelolaannya yang belum optimal (Tirta et al., 2013). Berbagai usaha masih diperlukan untuk mengoptimalkan potensi sagu.

Selain kawasannya yang luas, sagu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kandungan karbohidrat sagu lebih tinggi daripada beras dan jagung (Gambar 2). Dengan kondisi ini, sagu akan memiliki produktivitas biofuel yang tinggi daripada bahan pangan lainnya. Sagu mampu menghasilkan biofuel ± 12,2 kiloliter per hektar, sedangkan jagung dan tebu hanya sekitar 3 dan 6,4 kiloliter per hektar (Ishizaki, 2007 dalam Syakir & Karmawati, 2013). Hal ini membuat sagu berada dalam urutan pertama daftar bahan baku penghasil bioetanol (Komarayati et al., 2011).

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Yobo Endra Prananta

5

Dalam rangka memperingati hari habitat internasional, pada tanggal 07

Oktober 2017 Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Papua Barat Wilayah II di Manokwari melepasliarkan seekor buaya muara didaerah Arouni Distrik Sidey Manokwari Papua Barat. Upaya pelepas liaran ini merupakan wujud nyata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjaga ekosistem di lingkungan melalui Unit Pelaksana Teknis di daerah.

Buaya ini telah berada di kandang penangkaran satwa BP2LHK Manokwari selama kurang lebih 3 tahun. Buaya ini ditemukan oleh alm. Yan Baransano (mantan teknisi BP2LHK Manokwari) di pemukiman warga yang jauh dari habitat aslinya. Panjang tubuh buaya ini pertama kali ditemukan adalah sekitar 30 cm. Penemuan buaya ini sebelumnya telah dilaporkan ke kantor bidang BBKSDA Papua

Barat di Manokwari. Pada saat itu, BBKSDA Papua Barat memutuskan untuk menitipkan satwa ini di kandang penangkaran BP2LHK Manokwari sampai buaya ini memenuhi standar untuk dilepasliarkan.

ADB Kasantaro, salah satu polisi hutan senior BBKSDA Papua Barat, mengatakan bahwa “buaya muara ini sangat agresif dan liar walaupun ukuran tubuhnya kecil”. Oleh sebab itu, petugas harus hati-hati dalam mengeluarkannya dari kandang dilepaskan ke habitatnya.

Page 6: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

6 7

Meskipun memiliki keunggulan, pengembangan biofuel berbahan baku sagu juga memiliki kelemahan karena berpeluang menciptakan konflik antara bahan pangan dan energi. Sebelum dikembangkan sebagai bahan baku energi, sagu merupakan makanan pokok bagi beberapa suku di Indonesia seperti Maluku dan Papua. Sagu juga merupakan tanaman yang dikaji untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional (Tirta et al., 2013). Pengembangan biofuel berbahan baku sagu di Indonesia dikhawatirkan akan

menghasilkan masalah serupa seperti di negara lainnya. Di Cina, produksi bietanol berbahan baku jagung pada periode 2002-2006 sukses menghasilkan kompetisi antara bahan pangan dan energi. Implikasinya, ketersediaan jagung untuk bahan pangan semakin berkurang dan harga jagung semakin tinggi (Koizumi, 2014). Kondisi yang sama juga diperkirakan akan terjadi di Indonesia apabila pengembangan biofuel berbahan sagu dilakukan dalam skala besar.

Gambar 1. Pohon sagu (kiri) dan pemanenan sagu (kanan). Foto: Anonim (2015) & Jubi (2016).

Gambar 2. Kandungan karbohidrat beberapa bahan pangan (Kam, 1992 dalam Tirta et al., 2013).

M e s k i p u n S u m a r y o n o ( 2 0 0 7 ) berpendapat bahwa pengembangan biofuel berbahan baku sagu tidak akan mengganggu ketahanan pangan karena tidak mengganggu tanaman pangan lainnya, namun fungsi utama sagu sebagai bahan pangan akan terganggu. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pemakaian sagu dari bahan pangan menjadi bahan energi, dan lebih lanjut akan meningkatkan ketergantungan terhadap beras.

Apabi la pengembangan biofue l berbahan baku sagu ingin dilanjutkan, kebijakan yang mengatur distribusi

penggunaan sagu sangat diperlukan. Kebi jakan in i d iharapkan mampu mengurangi konflik yang diakibatkan oleh b i o f u e l . P a d a s a a t m e m u l a i p e n g e m b a n g a n b i o f u e l , C i n a m e n e r a p k a n k e b i j a k a n b e r u p a pembatasan bahan baku biofuel . Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi konflik antara bahan pangan dan energi. Pemerintah Cina melarang penggunaan jagung berkualitas bagus sebagai bahan baku biofuel, dan hanya mengijinkan jagung berkualitas rendah (inferior corn). Kebijakan ini mampu berjalan dengan baik hingga kebijakan baru pada tahun 2001 yang mengurangi ketersediaan bahan pangan berkualitas rendah mengancam pasokan jagung inferior untuk biofuel (Koizumi, 2014).

Penutup

Sagu memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi biofuel. Selain karena tingginya kandungan karbohidrat yang merupakan bahan utama untuk menghasilkan biofuel, pengembangan biofuel dari sagu juga didukung oleh keberadaan kawasan hutan yang luas di Indonesia. Akan tetapi, pengembangan biofuel berbahan baku sagu juga dapat berimplikasi kepada konflik antara bahan

pangan dan energi. Berbagai kasus menunjukkan bahwa pengembangan biofuel berbahan baku bahan pangan mengakibatkan kompetisi antara bahan pangan dan energi. Oleh karena itu, kebijakan yang mengatur penggunaan sagu sebagai bahan pangan dan energi sangat dibutuhkan untuk meminimalisir konflik diantara keduanya.

Daftar Pustaka

Alam, F., Date, A., Rasjidin, R., Mobin, S., Moria, H., & Baqui, A. (2012). Biofuel from algae – Is it a viable alternative?. Procedia Engineering, 42, 221-227.

Azad, A. K., Rasul, M., Khan, M. M. K., Sharma, S. C., & Hazrat, M. (2015). Prospect of biofuels as an alternative transport fuel in Australia. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 43, 331-351.

Flach, M. (1997). Sago palm – metroxylon sagu Rottb.. Rome, Italy: International Plant Genetic Resources Institute.

Koizumi, T. (2014). Biofuels and food security – biofuel impact on food security in Brazil, Asia and major producing countries. New York: Springer.

Komarayati, S., Winarni, I., & Djarwanto. (2011). Pembuatan bioetanol dari empulur sagu (Metroxylon spp.) dengan menggunakan enzyme. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(1), 20-32.

Rhee, S. K., Lee, G. M., Han, Y. T., Yusof, Z. A. M., Han, M. H., & Lee, K. J. (1984). Ethanol production from cassava and sago starch using Zymomonas mobilis. Biotechnology Letters, 6(9), 615-620.

Sumaryono. (2007). Tanaman sagu sebagai sumber energi alternatif. Warta Penelitian dan Pengembangan, 29(4), 3-4.

Syakir, M., & Karmawati, E. (2013). Potensi tanaman sagu (Metroxylon spp.) sebagai bahan baku bioenergy. Perspektif, 12(2), 57-64.

Tirta, P. W. W. K., Indrianti, N., & Ekafitri, R. (2013). Potensi tanaman sagu (Metroxylon sp.) dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Pangan, 22(1), 61-76.

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Page 7: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

6 7

Meskipun memiliki keunggulan, pengembangan biofuel berbahan baku sagu juga memiliki kelemahan karena berpeluang menciptakan konflik antara bahan pangan dan energi. Sebelum dikembangkan sebagai bahan baku energi, sagu merupakan makanan pokok bagi beberapa suku di Indonesia seperti Maluku dan Papua. Sagu juga merupakan tanaman yang dikaji untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional (Tirta et al., 2013). Pengembangan biofuel berbahan baku sagu di Indonesia dikhawatirkan akan

menghasilkan masalah serupa seperti di negara lainnya. Di Cina, produksi bietanol berbahan baku jagung pada periode 2002-2006 sukses menghasilkan kompetisi antara bahan pangan dan energi. Implikasinya, ketersediaan jagung untuk bahan pangan semakin berkurang dan harga jagung semakin tinggi (Koizumi, 2014). Kondisi yang sama juga diperkirakan akan terjadi di Indonesia apabila pengembangan biofuel berbahan sagu dilakukan dalam skala besar.

Gambar 1. Pohon sagu (kiri) dan pemanenan sagu (kanan). Foto: Anonim (2015) & Jubi (2016).

Gambar 2. Kandungan karbohidrat beberapa bahan pangan (Kam, 1992 dalam Tirta et al., 2013).

M e s k i p u n S u m a r y o n o ( 2 0 0 7 ) berpendapat bahwa pengembangan biofuel berbahan baku sagu tidak akan mengganggu ketahanan pangan karena tidak mengganggu tanaman pangan lainnya, namun fungsi utama sagu sebagai bahan pangan akan terganggu. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pemakaian sagu dari bahan pangan menjadi bahan energi, dan lebih lanjut akan meningkatkan ketergantungan terhadap beras.

Apabi la pengembangan biofue l berbahan baku sagu ingin dilanjutkan, kebijakan yang mengatur distribusi

penggunaan sagu sangat diperlukan. Kebi jakan in i d iharapkan mampu mengurangi konflik yang diakibatkan oleh b i o f u e l . P a d a s a a t m e m u l a i p e n g e m b a n g a n b i o f u e l , C i n a m e n e r a p k a n k e b i j a k a n b e r u p a pembatasan bahan baku biofuel . Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi konflik antara bahan pangan dan energi. Pemerintah Cina melarang penggunaan jagung berkualitas bagus sebagai bahan baku biofuel, dan hanya mengijinkan jagung berkualitas rendah (inferior corn). Kebijakan ini mampu berjalan dengan baik hingga kebijakan baru pada tahun 2001 yang mengurangi ketersediaan bahan pangan berkualitas rendah mengancam pasokan jagung inferior untuk biofuel (Koizumi, 2014).

Penutup

Sagu memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi biofuel. Selain karena tingginya kandungan karbohidrat yang merupakan bahan utama untuk menghasilkan biofuel, pengembangan biofuel dari sagu juga didukung oleh keberadaan kawasan hutan yang luas di Indonesia. Akan tetapi, pengembangan biofuel berbahan baku sagu juga dapat berimplikasi kepada konflik antara bahan

pangan dan energi. Berbagai kasus menunjukkan bahwa pengembangan biofuel berbahan baku bahan pangan mengakibatkan kompetisi antara bahan pangan dan energi. Oleh karena itu, kebijakan yang mengatur penggunaan sagu sebagai bahan pangan dan energi sangat dibutuhkan untuk meminimalisir konflik diantara keduanya.

Daftar Pustaka

Alam, F., Date, A., Rasjidin, R., Mobin, S., Moria, H., & Baqui, A. (2012). Biofuel from algae – Is it a viable alternative?. Procedia Engineering, 42, 221-227.

Azad, A. K., Rasul, M., Khan, M. M. K., Sharma, S. C., & Hazrat, M. (2015). Prospect of biofuels as an alternative transport fuel in Australia. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 43, 331-351.

Flach, M. (1997). Sago palm – metroxylon sagu Rottb.. Rome, Italy: International Plant Genetic Resources Institute.

Koizumi, T. (2014). Biofuels and food security – biofuel impact on food security in Brazil, Asia and major producing countries. New York: Springer.

Komarayati, S., Winarni, I., & Djarwanto. (2011). Pembuatan bioetanol dari empulur sagu (Metroxylon spp.) dengan menggunakan enzyme. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(1), 20-32.

Rhee, S. K., Lee, G. M., Han, Y. T., Yusof, Z. A. M., Han, M. H., & Lee, K. J. (1984). Ethanol production from cassava and sago starch using Zymomonas mobilis. Biotechnology Letters, 6(9), 615-620.

Sumaryono. (2007). Tanaman sagu sebagai sumber energi alternatif. Warta Penelitian dan Pengembangan, 29(4), 3-4.

Syakir, M., & Karmawati, E. (2013). Potensi tanaman sagu (Metroxylon spp.) sebagai bahan baku bioenergy. Perspektif, 12(2), 57-64.

Tirta, P. W. W. K., Indrianti, N., & Ekafitri, R. (2013). Potensi tanaman sagu (Metroxylon sp.) dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Pangan, 22(1), 61-76.

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Page 8: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

DJFP Tingkat Lanjutan Gelombang VII tahun 2017 ini berlangsung selama 80 (delapan puluh) jam pelajaran atau 10 hari, kelompok pertama berlangsung tanggal 20-29 Agustus 2017 dan untuk kelompok berikutnya tanggal 5-14 Oktober 2017 di Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI di Cibinong, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh para pejabat fungsional peneliti berjumlah 30 (tiga puluh) orang dari berbagai instansi antara lain Pusat Penelitian dan Pengkajian Data DPR RI, Kementerian Kesehatan RI, K e m e n t e r i a n D a l a m N e g e r i R I , Kementerian LHK RI, dan Kementerian Pertanian RI.

Kegiatan pemberian materi dalam proses diklat ini meliputi beberapa metode yaitu pemaparan atau diskusi, brainstorming atau studi kasus, praktikum atau penulisan draf, penugasan individu dan kelompok serta Presentasi hasil diskusi. Materi dan mata diklat yang diberikan meliputi Strategi Publikasi Ilmiah Terindeks Global dan Penulisan Buku Berbasis Riset, Kerja Sama Riset Multidisiplin, Hasil Penelitian dan Kebijakan, Diseminasi dan Pemanfaatan Hasi l Penelit ian, serta Manajemen Penelitian dan Pengembangan. Materi-materi lainnya yang berkaitan dengan pengembangan kualitas PNS Peneliti adalah Etika Keilmuan dan Penelitian, serta Pengembangan Karir PNS Peneliti. Selain itu LIPI juga menyajikan pandangan menyangkut Kebijakan Program Penelitian dan Iptek

Dalam materi Evaluasi, dilakukan evaluasi t e r h a d a p p e s e r t a , m a t e r i , widyaiswara/fasilitator dan pembimbing serta penyelenggara. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui pengamatan d a n p e n i l a i a n t e r h a d a p p r o s e s pembelajaran yang meliputi pemahaman materi serta penyelesaian tugas-tugas mata diklat yang diberikan dalam pembelajaran. Evaluasi pada peserta ini

dilakukan dengan performance task (Penugasan) baik secara individu maupun kelompok yang meliputi Penugasan Mata Diklat, Self Assessment Karya Tulis Ilmiah/KTI untuk disimulasikan dalam publikasi di jurnal global, Penyusunan Draf/Konsep Kebijakan Hasil Penelitian dalam bentuk policy brief, Penyusunan Draf/Konsep Kerja Sama Penelitian.

Selain tugas-tugas dan bahan evaluasi tersebut, para peneliti pada akhirnya membawa pulang dokumen portofolio masing-masing. Dokumen penting ini memuat seluruh riwayat pendidikan dan pekerjaan, bidang minat, kepakaran, keahlian, ketrampilan dan capaian setiap peneliti yang dapat dipakai untuk menunjukkan kompetensi dan daya saing penelit i selajutnya. Terlepas dari keterbatasan waktu kegiatan yang menyebabkan padatnya acara, secara keseluruhan, pelaksanaan DJFP Tingkat Lanjut ini diharapkan dapat memberikan kemajuan dan peningkatan kualitas tenaga peneliti yang mengikutinya.

8 9

eningkatan kapasitas tenaga

Pfungsional peneliti dalam lembaga penelitian dan pengembangan

dapat ditempuh melalui beragam upaya, antara lain melalui pendidikan formal, penyegaran-penyegaran, diklat bidang teknis tertentu, ataupun diklat yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selepas pertengahan tahun 2017 ini, empat tenaga Peneliti Muda dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari berkesempatan mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan (DJFP) yang diselenggarakan oleh LIPI. DJFP L a n j u t a n i n i d i m a k s u d k a n u n t u k mempersiapkan peneliti agar mampu bekerja sesuai dengan tuhgas dan fungsi yang diembannya pada jabatan fungsional peneliti madya sampai dengan peneliti utama. Kompetensi yang dibutuhkan obagi peneliti di sini mengacu pada kompetensi sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Aturan pendukung tersebut adalah Pasal 20 Keputusan

Bersama Kepala LIPI Nomor 3719/D/2004 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 60 Tahun 2004, yang telah diubah dengan Peraturan Bersama Kepala LIPI Nomor 12 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya.

D J F P T i n g k a t L a n j u t a n s a a t i n i diselenggarakan dengan metode yang telah melalui evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian. Dengan perubahan metode penyelenggaraan, kurikulum dan sistem evaluasi diharapkan mampu memenuhi kompetensi jabatan fungsional peneliti yang telah ditetapkan. Hal tersebut sejalan dengan amanah Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) agar pejabat fungsional harus memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan dan mampu berkompetisi. Sesuai dengan UU ASN, kompetensi yang harus dipenuhi oleh setiap ASN terdiri dari tiga hal, yaitu teknis, manajerial, dan sosiokultural.

SEPENGGAL CERITA DARI BALIK DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI LANJUTAN 2017Sarah Yuliana

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

“... ujung tombak suatu badan penelitian tak lain adalah

peneliti”

http://lipi.go.id/lipimedia/-jumlah-penelitian-di-indonesia-dinilai-masih-rendah-/18883https://penonapillow.wordpress.com/2013/01/18/sebuah-impian-dan-cita-cita/

Page 9: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

DJFP Tingkat Lanjutan Gelombang VII tahun 2017 ini berlangsung selama 80 (delapan puluh) jam pelajaran atau 10 hari, kelompok pertama berlangsung tanggal 20-29 Agustus 2017 dan untuk kelompok berikutnya tanggal 5-14 Oktober 2017 di Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Peneliti LIPI di Cibinong, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti oleh para pejabat fungsional peneliti berjumlah 30 (tiga puluh) orang dari berbagai instansi antara lain Pusat Penelitian dan Pengkajian Data DPR RI, Kementerian Kesehatan RI, K e m e n t e r i a n D a l a m N e g e r i R I , Kementerian LHK RI, dan Kementerian Pertanian RI.

Kegiatan pemberian materi dalam proses diklat ini meliputi beberapa metode yaitu pemaparan atau diskusi, brainstorming atau studi kasus, praktikum atau penulisan draf, penugasan individu dan kelompok serta Presentasi hasil diskusi. Materi dan mata diklat yang diberikan meliputi Strategi Publikasi Ilmiah Terindeks Global dan Penulisan Buku Berbasis Riset, Kerja Sama Riset Multidisiplin, Hasil Penelitian dan Kebijakan, Diseminasi dan Pemanfaatan Hasi l Penelit ian, serta Manajemen Penelitian dan Pengembangan. Materi-materi lainnya yang berkaitan dengan pengembangan kualitas PNS Peneliti adalah Etika Keilmuan dan Penelitian, serta Pengembangan Karir PNS Peneliti. Selain itu LIPI juga menyajikan pandangan menyangkut Kebijakan Program Penelitian dan Iptek

Dalam materi Evaluasi, dilakukan evaluasi t e r h a d a p p e s e r t a , m a t e r i , widyaiswara/fasilitator dan pembimbing serta penyelenggara. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui pengamatan d a n p e n i l a i a n t e r h a d a p p r o s e s pembelajaran yang meliputi pemahaman materi serta penyelesaian tugas-tugas mata diklat yang diberikan dalam pembelajaran. Evaluasi pada peserta ini

dilakukan dengan performance task (Penugasan) baik secara individu maupun kelompok yang meliputi Penugasan Mata Diklat, Self Assessment Karya Tulis Ilmiah/KTI untuk disimulasikan dalam publikasi di jurnal global, Penyusunan Draf/Konsep Kebijakan Hasil Penelitian dalam bentuk policy brief, Penyusunan Draf/Konsep Kerja Sama Penelitian.

Selain tugas-tugas dan bahan evaluasi tersebut, para peneliti pada akhirnya membawa pulang dokumen portofolio masing-masing. Dokumen penting ini memuat seluruh riwayat pendidikan dan pekerjaan, bidang minat, kepakaran, keahlian, ketrampilan dan capaian setiap peneliti yang dapat dipakai untuk menunjukkan kompetensi dan daya saing penelit i selajutnya. Terlepas dari keterbatasan waktu kegiatan yang menyebabkan padatnya acara, secara keseluruhan, pelaksanaan DJFP Tingkat Lanjut ini diharapkan dapat memberikan kemajuan dan peningkatan kualitas tenaga peneliti yang mengikutinya.

8 9

eningkatan kapasitas tenaga

Pfungsional peneliti dalam lembaga penelitian dan pengembangan

dapat ditempuh melalui beragam upaya, antara lain melalui pendidikan formal, penyegaran-penyegaran, diklat bidang teknis tertentu, ataupun diklat yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selepas pertengahan tahun 2017 ini, empat tenaga Peneliti Muda dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari berkesempatan mengikuti Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan (DJFP) yang diselenggarakan oleh LIPI. DJFP L a n j u t a n i n i d i m a k s u d k a n u n t u k mempersiapkan peneliti agar mampu bekerja sesuai dengan tuhgas dan fungsi yang diembannya pada jabatan fungsional peneliti madya sampai dengan peneliti utama. Kompetensi yang dibutuhkan obagi peneliti di sini mengacu pada kompetensi sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Aturan pendukung tersebut adalah Pasal 20 Keputusan

Bersama Kepala LIPI Nomor 3719/D/2004 dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 60 Tahun 2004, yang telah diubah dengan Peraturan Bersama Kepala LIPI Nomor 12 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya.

D J F P T i n g k a t L a n j u t a n s a a t i n i diselenggarakan dengan metode yang telah melalui evaluasi dan penyesuaian-penyesuaian. Dengan perubahan metode penyelenggaraan, kurikulum dan sistem evaluasi diharapkan mampu memenuhi kompetensi jabatan fungsional peneliti yang telah ditetapkan. Hal tersebut sejalan dengan amanah Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) agar pejabat fungsional harus memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan dan mampu berkompetisi. Sesuai dengan UU ASN, kompetensi yang harus dipenuhi oleh setiap ASN terdiri dari tiga hal, yaitu teknis, manajerial, dan sosiokultural.

SEPENGGAL CERITA DARI BALIK DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI LANJUTAN 2017Sarah Yuliana

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

“... ujung tombak suatu badan penelitian tak lain adalah

peneliti”

http://lipi.go.id/lipimedia/-jumlah-penelitian-di-indonesia-dinilai-masih-rendah-/18883https://penonapillow.wordpress.com/2013/01/18/sebuah-impian-dan-cita-cita/

Page 10: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

elompok Studi Remaja Islam

K(KESTURI) sebagai salah satu wadah pelajar Manokwari yang intens

terhadap masalah pengembangan kompetensi, emosional dan spiritual pelajar. KESTURI merasa perlu memfasilitasi tentang persiapan yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan dunia ke depan sekaligus merajut cita-cita yang lebih baik.

Dalam rangka mengisi waktu luang selepas Ujian Akhir smester (UAS), menyegarkan pikiran, serta memperbaiki kualitas diri para pelajar, pengurus KESTURI menyelenggarakan kegiatan “Games Outbound, Training Remaja Islam Kreatif (GO TRIK)”. Kegiatan ini melibatkan siswa - siswi SMA dan sekolah se derajat di Kabupaten Manokwari. Tujuan dari kegiatan ini adalah menanamkan akhlak mulia, menumbuhkembangkan sikap disiplin dan kerja sama, serta memberikan suntikan motivasi bagi pelajar SMP dan SMA/SMK/Sederajat di Manokwari.

Kegiatan Go TRIK melibatkan 50 siswa yang berasal dari tujuh sekolah di Manokwari, yaitu SMAN 1 Manokwari, SMAN 2 Manokwari, SMKN 3 Manokwari, SMPN 1 Manokwari, SMAN 1 Prafi, MAN 1 Prafi dan SMPN 7 Prafi. Acara ini

berlangsung pada tanggal 10 Desember 2017 bertempat di BP2LHK Manokwari. Pertimbangan terhadap pemilihan lokasi Go TRIK didasarkan pada luas areal BP2LHK Manokwar i yang mas ih banyak pepohonan yang ada di lokasi, sehingga m e m u n g k i n k a n p e s e r t a melakukanberbagai aktifitas outbond sekaligus mendukung mereka untuk mengenal berbagai koleksi tumbuhan dan satwa dikompleks BP2LHK Manokwari.

Ketua Yayasan KESTURI, Imam Setyo Hartanto, menyampaikan bahwa Go Trik a d a l a h k e g i a t a n u n t u k mengembangkan kreativitas dan karakter remaja serta pemuda di Manokwari. “Kita bersyukur bahwa Papua Barat memiliki generasi muslim seperti adik-adik. Yaitu generasi terpilih yang berkeinginan untuk belajar mencari ilmu dan pengalaman. Insya Allah melalui even ini adik-adik akan mendapatkan banyak wawasan, mengasah skill dan kerjasama serta menjalin persahabatan baru yang harapannya kita semua akan menjadi sosok pribadi yang lebih baik di masa datang,” ujarnya.

Pada har i kedua mereka d iu j i kemampuan kerjasama kelompok dan

berpikir kreatifnya melalui akitivitas melalui Games outbond, yaitu dengan berkompetisi pada tujuh jenis permainan luar ruangan dan mencari harta karun. Sebelum Games outbond dimulai peserta diajak melakukan pemanasan terlebih daulu dengan melakukan senam bersama. Selanjutnya diadakan sarapan p a g i u n t u k m e n g i s i k e b u t u h a n jasmani para p e s e r t a s e b e l u m m e l a k u k a n a k t i v i t a s . Secara umum, G a m e s outbond kali ini terbagi ke dalam tujuh ( 7 ) p o s d i m a n a m a s i n g -masing pos memiliki games dan tantangan yang berbeda-beda. Salah satu peserta dari SMAN 1 Manokwari, Naser, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan. Ia bahkan mendapatkan teman-teman baru dari Prafi yang ternyata asyik dan gaul. Hal senada diungkapkan

Wanda dari SMAN 1 Prafi. Ia belajar hal-hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya. Ia juga berharap agar tahun depan dapat kembali mengikuti Go Trik.

Even Go Trik akhirnya ditutup pada hari Minggu (10/12) di sore hari. Para peserta dari beberapa sekolah berbeda ini seperti berat hati berpisah dengan

teman-teman yang baru d i k e n a l n y a . Meski terbilang s i n g k a t , n a m u n a k t i v i t a s s e l a m a kurang lebih d u a h a r i meninggalkan k e s a n m e n d a l a m . P a d a kesempatan terpisah, Ketua

KESTURI mengucapkan terima kasih atas bantuan dan sarana yang telah diberikan oleh BP2LHK Manokwari selama kegiatan dan berharap agar kerjasama ini tetap terjalin baik antara Yayasan KESTURI dan BP2LHK Manokwari.

PENDIDIKAN ALAM TERBUKA DI BP2LHK MANOKWARIDana Apriyanto

10 11MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Page 11: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

elompok Studi Remaja Islam

K(KESTURI) sebagai salah satu wadah pelajar Manokwari yang intens

terhadap masalah pengembangan kompetensi, emosional dan spiritual pelajar. KESTURI merasa perlu memfasilitasi tentang persiapan yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan dunia ke depan sekaligus merajut cita-cita yang lebih baik.

Dalam rangka mengisi waktu luang selepas Ujian Akhir smester (UAS), menyegarkan pikiran, serta memperbaiki kualitas diri para pelajar, pengurus KESTURI menyelenggarakan kegiatan “Games Outbound, Training Remaja Islam Kreatif (GO TRIK)”. Kegiatan ini melibatkan siswa - siswi SMA dan sekolah se derajat di Kabupaten Manokwari. Tujuan dari kegiatan ini adalah menanamkan akhlak mulia, menumbuhkembangkan sikap disiplin dan kerja sama, serta memberikan suntikan motivasi bagi pelajar SMP dan SMA/SMK/Sederajat di Manokwari.

Kegiatan Go TRIK melibatkan 50 siswa yang berasal dari tujuh sekolah di Manokwari, yaitu SMAN 1 Manokwari, SMAN 2 Manokwari, SMKN 3 Manokwari, SMPN 1 Manokwari, SMAN 1 Prafi, MAN 1 Prafi dan SMPN 7 Prafi. Acara ini

berlangsung pada tanggal 10 Desember 2017 bertempat di BP2LHK Manokwari. Pertimbangan terhadap pemilihan lokasi Go TRIK didasarkan pada luas areal BP2LHK Manokwar i yang mas ih banyak pepohonan yang ada di lokasi, sehingga m e m u n g k i n k a n p e s e r t a melakukanberbagai aktifitas outbond sekaligus mendukung mereka untuk mengenal berbagai koleksi tumbuhan dan satwa dikompleks BP2LHK Manokwari.

Ketua Yayasan KESTURI, Imam Setyo Hartanto, menyampaikan bahwa Go Trik a d a l a h k e g i a t a n u n t u k mengembangkan kreativitas dan karakter remaja serta pemuda di Manokwari. “Kita bersyukur bahwa Papua Barat memiliki generasi muslim seperti adik-adik. Yaitu generasi terpilih yang berkeinginan untuk belajar mencari ilmu dan pengalaman. Insya Allah melalui even ini adik-adik akan mendapatkan banyak wawasan, mengasah skill dan kerjasama serta menjalin persahabatan baru yang harapannya kita semua akan menjadi sosok pribadi yang lebih baik di masa datang,” ujarnya.

Pada har i kedua mereka d iu j i kemampuan kerjasama kelompok dan

berpikir kreatifnya melalui akitivitas melalui Games outbond, yaitu dengan berkompetisi pada tujuh jenis permainan luar ruangan dan mencari harta karun. Sebelum Games outbond dimulai peserta diajak melakukan pemanasan terlebih daulu dengan melakukan senam bersama. Selanjutnya diadakan sarapan p a g i u n t u k m e n g i s i k e b u t u h a n jasmani para p e s e r t a s e b e l u m m e l a k u k a n a k t i v i t a s . Secara umum, G a m e s outbond kali ini terbagi ke dalam tujuh ( 7 ) p o s d i m a n a m a s i n g -masing pos memiliki games dan tantangan yang berbeda-beda. Salah satu peserta dari SMAN 1 Manokwari, Naser, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan. Ia bahkan mendapatkan teman-teman baru dari Prafi yang ternyata asyik dan gaul. Hal senada diungkapkan

Wanda dari SMAN 1 Prafi. Ia belajar hal-hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya. Ia juga berharap agar tahun depan dapat kembali mengikuti Go Trik.

Even Go Trik akhirnya ditutup pada hari Minggu (10/12) di sore hari. Para peserta dari beberapa sekolah berbeda ini seperti berat hati berpisah dengan

teman-teman yang baru d i k e n a l n y a . Meski terbilang s i n g k a t , n a m u n a k t i v i t a s s e l a m a kurang lebih d u a h a r i meninggalkan k e s a n m e n d a l a m . P a d a kesempatan terpisah, Ketua

KESTURI mengucapkan terima kasih atas bantuan dan sarana yang telah diberikan oleh BP2LHK Manokwari selama kegiatan dan berharap agar kerjasama ini tetap terjalin baik antara Yayasan KESTURI dan BP2LHK Manokwari.

PENDIDIKAN ALAM TERBUKA DI BP2LHK MANOKWARIDana Apriyanto

10 11MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Page 12: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Pada 6 Oktober 2017 UNIPA dan LSM Komari melaksanakan kegiatan untuk memperingati hari habitat sedunia di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari. Peringatan bertajuk “Konser Hijau dan Pameran Potensi TWA Gunung Meja”. Kegiatan ini diharapkan dapat m e n g i n g a t k a n masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian dan keasrian TWA Gunung Meja. Kegiatan ini juga dihadiri beberapa unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang ada di Manokwari seperti BP2LHK Manokwari dan BBKSDA Papua Barat.

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Papua Barat di Manokwari Glen Eric Kangiras, S.Hut., M.Si mengapresiasi LSM Komari dan mahasiswa UNIPA yang telah mengampanyekan TWA Gunung Meja melaluai slogan “Save Gunung Meja”, yang secara tidak langsung membantu

meringankan beban kerja B B K S D A Papua Barat. G l e n j u g a menyampaika n b a h w a “ B B K S D A Papua Barat

pada prinsipnya mendukung penuh kegiatan alam bebas di TWA Gunung Meja, asa lkan kegiatan ter sebut m e m p e r h a t i k a n k e l e s t a r i a n d a n kebersihannya”.

Bupati Manokkwari, melalui staf ahli bidang kemasyarakatan, menyampaikan

bahwa peringatan hari habitat sedunia ini p e n t i n g u n t u k d i p e r i n g a t i g u n a

mengingatkan pelestarian habitat. Kegiatan ini juga dapat dipandang sebagai wujud nyata kepedulian masyarakat Manokwari kepada a lam sek i ta r khususnya TWA Gunung Meja, karena TWA ini m e r u p a k a n k a w a s a n penyangga ekosistem Kota

Manokwari dan kawasan penyangga air bersih Kota Manokwari.

Dalam kegiatan ini, BP2LHK Manokwari t u r u t b e r p a r t i s i p a s i d e n g a n mensosialisasikan hasil penelitian seputar TWA Gunung Meja dan beberapa publikasi tentang TWA Gunung Meja seperti buku “Buah-buahan yang Dapat Dimakan di TWA Gunung Meja”, dan “Potensi Biofisik Gunung Meja”. BP2LHK Manokwari juga mensosialisasikan beberapa poster dan publikasi yang berkaitan dengan Gunung Meja lainnya.

Ketua panitia sangat mengapresiasi keterlibatan BP2LHK Manokwari dalam mendukung mahasiswa UNIPA melakukan penelitian maupun kegiatan eksplorasi tumbuhan/flora TWA Gunung Meja. Bupati m a n o k w a r i j u g a m e n y a m p a i k a n apresiasinya kepada BP2LHK Manokwari sebagai institusi penelitian yang selalu bekerjasama dengan UNIPA dan instansi pemerintah daerah terkait dengan k e g i a t a n p e n e l i t i a n m e n g e n a i TWA Gunung Meja.

1312

Sagu (Metroxylon sago) adalah salah satu jenis tumbuhan hutan paling dikenal di Papua. Hal ini tidak terlepas dari peran nyata sagu dalam tata kehidupan masyarakat Papua mencakup aspek social, ekonomi, budaya dan ekologi. Keterikatan masyarakat Papua dengan sagu telah berlangsung lama secara turun temurun. Metroxylon sp tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan dari kandungan tepung sagu (aci) di bagian batangnya, namun hampir seluruh bagian tegakan dapat digunakan sebagai bahan bangunan, seperti daun untuk atap, sedangkan dinding dan lantai menggunakan kulit batang. Selain itu peran sagu antara lain digunakan sebagai media memperkuat ikatan social antar individu atau kelompok masyarakat, penciri kemapanan, sebagai sumber pendapatan ekonomi, atau penciri kondisi ekologis di suatu wilayah.

Salah satu Distrik penghasil sagu yang cukup dikenal di Papua adalah Distrik Seget Kabupaten Sorong Papua Barat. Sagu Seget dikenal di kalangan penikmat sagu Papua terutama di Sorong karena

rasanya yang dianggap lebih enak, teksturnya pun lebih getas dan berwarna putih bersih. Kondisi ini menyebabkan permintaan sagu Seget cukup tinggi, bahkan petani masih belum mampu memenuhi jumlah permintaan sagu oleh pedagang pengumpul yang datang ke Seget. Hal ini disebabkan karena orientasi pemungutan lebih banyak bersifat subsisten seperti dalam pemenuhan k e b u t u h a n p a n g a n d a n s u m b e r pendapatan ekonomi dalam keluarga, keperluan marga, suku maupun gereja.

Pemungut sagu pun hanya dilakukan oleh masyarakat pemilik, yaitu anggota masyarakat yang masih memiliki pertalian hubungan secara sosial budaya dengan tanahulayat suku Malamoi. Pertalian hubungan yang dimaksud adalah orang yang karena faktor keturunannya atau perkawinan dengan anggota masyarakat suku Malamoi.

Rantai Pemasaran Sagu Seget

Terdapat tiga pola pemasaran sagu Seget, yaitu:

PERINGATAN HARI HABITAT SEDUNIA DI MANOKWARI

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Papua Barat

htt

p:/

/ww

w.ja

lan

jala

ny

uk

.co

m/t

ag

/pa

pu

a/

“MENGINTIP” RANTAI PEMASARAN

SAGU SEGETIga Nurapriyanto

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Yobo Endra Prananta

Page 13: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Pada 6 Oktober 2017 UNIPA dan LSM Komari melaksanakan kegiatan untuk memperingati hari habitat sedunia di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari. Peringatan bertajuk “Konser Hijau dan Pameran Potensi TWA Gunung Meja”. Kegiatan ini diharapkan dapat m e n g i n g a t k a n masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian dan keasrian TWA Gunung Meja. Kegiatan ini juga dihadiri beberapa unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang ada di Manokwari seperti BP2LHK Manokwari dan BBKSDA Papua Barat.

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Papua Barat di Manokwari Glen Eric Kangiras, S.Hut., M.Si mengapresiasi LSM Komari dan mahasiswa UNIPA yang telah mengampanyekan TWA Gunung Meja melaluai slogan “Save Gunung Meja”, yang secara tidak langsung membantu

meringankan beban kerja B B K S D A Papua Barat. G l e n j u g a menyampaika n b a h w a “ B B K S D A Papua Barat

pada prinsipnya mendukung penuh kegiatan alam bebas di TWA Gunung Meja, asa lkan kegiatan ter sebut m e m p e r h a t i k a n k e l e s t a r i a n d a n kebersihannya”.

Bupati Manokkwari, melalui staf ahli bidang kemasyarakatan, menyampaikan

bahwa peringatan hari habitat sedunia ini p e n t i n g u n t u k d i p e r i n g a t i g u n a

mengingatkan pelestarian habitat. Kegiatan ini juga dapat dipandang sebagai wujud nyata kepedulian masyarakat Manokwari kepada a lam sek i ta r khususnya TWA Gunung Meja, karena TWA ini m e r u p a k a n k a w a s a n penyangga ekosistem Kota

Manokwari dan kawasan penyangga air bersih Kota Manokwari.

Dalam kegiatan ini, BP2LHK Manokwari t u r u t b e r p a r t i s i p a s i d e n g a n mensosialisasikan hasil penelitian seputar TWA Gunung Meja dan beberapa publikasi tentang TWA Gunung Meja seperti buku “Buah-buahan yang Dapat Dimakan di TWA Gunung Meja”, dan “Potensi Biofisik Gunung Meja”. BP2LHK Manokwari juga mensosialisasikan beberapa poster dan publikasi yang berkaitan dengan Gunung Meja lainnya.

Ketua panitia sangat mengapresiasi keterlibatan BP2LHK Manokwari dalam mendukung mahasiswa UNIPA melakukan penelitian maupun kegiatan eksplorasi tumbuhan/flora TWA Gunung Meja. Bupati m a n o k w a r i j u g a m e n y a m p a i k a n apresiasinya kepada BP2LHK Manokwari sebagai institusi penelitian yang selalu bekerjasama dengan UNIPA dan instansi pemerintah daerah terkait dengan k e g i a t a n p e n e l i t i a n m e n g e n a i TWA Gunung Meja.

1312

Sagu (Metroxylon sago) adalah salah satu jenis tumbuhan hutan paling dikenal di Papua. Hal ini tidak terlepas dari peran nyata sagu dalam tata kehidupan masyarakat Papua mencakup aspek social, ekonomi, budaya dan ekologi. Keterikatan masyarakat Papua dengan sagu telah berlangsung lama secara turun temurun. Metroxylon sp tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan dari kandungan tepung sagu (aci) di bagian batangnya, namun hampir seluruh bagian tegakan dapat digunakan sebagai bahan bangunan, seperti daun untuk atap, sedangkan dinding dan lantai menggunakan kulit batang. Selain itu peran sagu antara lain digunakan sebagai media memperkuat ikatan social antar individu atau kelompok masyarakat, penciri kemapanan, sebagai sumber pendapatan ekonomi, atau penciri kondisi ekologis di suatu wilayah.

Salah satu Distrik penghasil sagu yang cukup dikenal di Papua adalah Distrik Seget Kabupaten Sorong Papua Barat. Sagu Seget dikenal di kalangan penikmat sagu Papua terutama di Sorong karena

rasanya yang dianggap lebih enak, teksturnya pun lebih getas dan berwarna putih bersih. Kondisi ini menyebabkan permintaan sagu Seget cukup tinggi, bahkan petani masih belum mampu memenuhi jumlah permintaan sagu oleh pedagang pengumpul yang datang ke Seget. Hal ini disebabkan karena orientasi pemungutan lebih banyak bersifat subsisten seperti dalam pemenuhan k e b u t u h a n p a n g a n d a n s u m b e r pendapatan ekonomi dalam keluarga, keperluan marga, suku maupun gereja.

Pemungut sagu pun hanya dilakukan oleh masyarakat pemilik, yaitu anggota masyarakat yang masih memiliki pertalian hubungan secara sosial budaya dengan tanahulayat suku Malamoi. Pertalian hubungan yang dimaksud adalah orang yang karena faktor keturunannya atau perkawinan dengan anggota masyarakat suku Malamoi.

Rantai Pemasaran Sagu Seget

Terdapat tiga pola pemasaran sagu Seget, yaitu:

PERINGATAN HARI HABITAT SEDUNIA DI MANOKWARI

Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Papua Barat

htt

p:/

/ww

w.ja

lan

jala

ny

uk

.co

m/t

ag

/pa

pu

a/

“MENGINTIP” RANTAI PEMASARAN

SAGU SEGETIga Nurapriyanto

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Yobo Endra Prananta

Page 14: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

14 15

(1). Petani sagu–konsumen akhir (Pola 1);(2). Petani sagu–pedagang

pengecer–konsumen akhir (Pola 2); dan

(3). Petani sagu–pedagang pengumpul–pedagang pengecer–Konsumen akhir (Pola 3).

Pemasaran menggunakan Pola 1 umumnya dilakukan oleh petani sagu di Seget. Petani dapat menjual sagu ke masyarakat Seget yang bertindak sebagai konsumen akhir. Konsumen sagu di Distrik Seget tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki lahan sagu atau

y a n g b e r a s a l dari suku Moi saja, n a m u n juga oleh masyaraka t pendatang lainnya di Seget. H a l i n i disebabkan karena D i s t r i k S e g e t d i h u n i o l e h

berbagai suku, di samping masyarakat asli pemil ik ulayat, juga didiami oleh masyarakat pendatang yang berasal dari wilayah Maluku dan Sulawesi. Mereka umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Harga jual sagu di Seget adalah Rp. 25.000/tumang.

Sagu Seget selain dipasarkan di dalam wilayah Distrik Seget, dapat juga dijual ke Kota So rong dengan ha rga Rp . 35.000/tumang. Distribusi sagu termasuk lancar. Sarana umum transportasi seperti bis Damri atau kendaraan umum roda

empat lainnya rutin setiap hari melayani jalur Kota Sorong–Distrik Seget. Sagu yang dijual umumnya dibeli oleh pedagang pengecer yang dijual kembali ke konsumen akhir di Kota Sorong (Pola 2). Cara ini lebih sering dilakukan mengingat (a). Petani sagu tidak memiliki lokasi jual di los pasar di Kota Sorong, dan (b). Waktu yang dicurahkan untuk menjual sagu lebih cepat. Selanjutnya pada pola pemasaran ketiga melibatkan empat lembaga tataniaga (petani sagu, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen).

Pemasaran sagu oleh petani sagu di Seget lebih banyak dilakukan di dalam wilayah Distrik Seget. Petani Seget hanya menunggu secara pasif datangnya pedagang pengumpul dari Kota Sorong untuk membeli hasil produksi mereka karena dianggap lebih efisien dan efektif.

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Setiap individu pegawai harus berupaya meningkatkan kinerja masing-masing. Peningkatan kinerja pegawai akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kinerja instansi. Sebagai upaya peningkatan kinerja pegawai, bertempat di Ruang Rapat Matoa, Balai Penelitian dan engembangan Lingkungan H i d u p d a n K e h u t a n a n ( B P 2 L H K ) Manokwari, pada tanggal 18 Desember 2017 dilaksanakan pembinaan pegawai yang mencakup materi penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), penerapan aplikasi e-kinerja dan fungsional peneliti. Betindak sebagai narasumber yaitu Yadi Mulyadi S.Hut, Kasubbag Kepegawaian, Bagian Hukum, Kepegawaian Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Badan Litbang dan Inovasi dan Dr. Ir. Made Hesti Lestari Tata, anggota TP2I dan Koordinator RPPI dari Pusat Litbang Hutan.

Dalam pembukaannya, Kepala Balai menyampaikan bahwa reformasi birokrasi merupakan keharusan yang didukung adanya tuntutan dari masyarakat luas maupun dari lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menghendaki agar performa ASN menjadi lebih baik. Sebagai upaya mewujudkan Reformasi Birokrasi (RB), maka sosialisasi e-kinerja ini akan dilaksanakan terus menerus dalam rangka persiapan menuju fase implementasi e kinerja dan diharapkan seluruh pegawai dapat memanfaatkan kehadiran narasumber u n t u k m e n g g a l i i n f o r m a s i d a n meningkatkan pemahaman dalam rangka meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

Yadi Mulyadi menyampaikan perlunya penyusunan SKP yang merupakan kewajiban individu PNS. SKP harus disusun

secermat mungkin sesuai tugas-fungsi dan target yang telah ditetapkan. SKP akan menjadi dasar dalam penyusunan dan pengisian aplikasi e-kinerja. Untuk jabatan fungsional peneliti, peraturan Kepala LIPI telah menentukan pengelompokan kegiatan yang harus dilakukan disetiap jenjang jabatan peneliti sehingga sangat membantu peneliti dalam penyusunan SKP. SKP juga merupakan instrumen untuk menghindari kemungkinan penalti bagi fungsional tertentu (peneliti dan teknisi) karena dalam SKP memuat kontrak kerja yang harus dilakukan dalam 1 tahun. Revisi SKP sangat mungkin dilakukan jika kondisi yang mengharuskan dengan persetujuan atasan langsung.

Dr Hesti dalam kesempatan ini menjelaskan 3 hal yaitu pengusulan angka kredit sesuai Peraturan Kepala LIPI, e-peneliti dan etika peneliti. Dalam hal pengusulan angka kredit, Sistem e-peneliti pada dasarnya merupakan upaya untuk mempercepat layanan sehingga semua dilaksanakan online. Nilai angka kredit menjadi salah satu bahasan menarik bagi peneliti sesuai Perka LIPI yang baru. Perbedaaan pemahaman mengenai klasif ikasi publikasi sering menjadi penyebab perbedaaan nilai yang diperoleh. Standar penilaian publikasi semakin tinggi dan ketat sehingga peneliti dituntut lebih cermat untuk mengikutinya. Etika peneliti meliputi etika penelitian, etika perilaku dan etika publikasi Untuk menghindari plagiarisme, TP2I telah melakukan klarifikasi kepada peneliti t e r u t a m a u n t u k p u b l i k a s i y a n g diindikasikan terjadi pelanggaran etika. Pelanggaran etika tersebut tidak hanya memiliki konsekuensi kepada penulis tapi juga kepada instansi.

Proses Pengepakan Sagu

Proses Peremasan Sagu

“...sagu, cadangan sumber pangan bangsa..”

Dana Apriyanto

PENINGKATAN KINERJA INDIVIDU DAN ORGANISASI SEBUAH KENISCAYAAN

Page 15: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

14 15

(1). Petani sagu–konsumen akhir (Pola 1);(2). Petani sagu–pedagang

pengecer–konsumen akhir (Pola 2); dan

(3). Petani sagu–pedagang pengumpul–pedagang pengecer–Konsumen akhir (Pola 3).

Pemasaran menggunakan Pola 1 umumnya dilakukan oleh petani sagu di Seget. Petani dapat menjual sagu ke masyarakat Seget yang bertindak sebagai konsumen akhir. Konsumen sagu di Distrik Seget tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki lahan sagu atau

y a n g b e r a s a l dari suku Moi saja, n a m u n juga oleh masyaraka t pendatang lainnya di Seget. H a l i n i disebabkan karena D i s t r i k S e g e t d i h u n i o l e h

berbagai suku, di samping masyarakat asli pemil ik ulayat, juga didiami oleh masyarakat pendatang yang berasal dari wilayah Maluku dan Sulawesi. Mereka umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Harga jual sagu di Seget adalah Rp. 25.000/tumang.

Sagu Seget selain dipasarkan di dalam wilayah Distrik Seget, dapat juga dijual ke Kota So rong dengan ha rga Rp . 35.000/tumang. Distribusi sagu termasuk lancar. Sarana umum transportasi seperti bis Damri atau kendaraan umum roda

empat lainnya rutin setiap hari melayani jalur Kota Sorong–Distrik Seget. Sagu yang dijual umumnya dibeli oleh pedagang pengecer yang dijual kembali ke konsumen akhir di Kota Sorong (Pola 2). Cara ini lebih sering dilakukan mengingat (a). Petani sagu tidak memiliki lokasi jual di los pasar di Kota Sorong, dan (b). Waktu yang dicurahkan untuk menjual sagu lebih cepat. Selanjutnya pada pola pemasaran ketiga melibatkan empat lembaga tataniaga (petani sagu, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen).

Pemasaran sagu oleh petani sagu di Seget lebih banyak dilakukan di dalam wilayah Distrik Seget. Petani Seget hanya menunggu secara pasif datangnya pedagang pengumpul dari Kota Sorong untuk membeli hasil produksi mereka karena dianggap lebih efisien dan efektif.

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Setiap individu pegawai harus berupaya meningkatkan kinerja masing-masing. Peningkatan kinerja pegawai akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi kinerja instansi. Sebagai upaya peningkatan kinerja pegawai, bertempat di Ruang Rapat Matoa, Balai Penelitian dan engembangan Lingkungan H i d u p d a n K e h u t a n a n ( B P 2 L H K ) Manokwari, pada tanggal 18 Desember 2017 dilaksanakan pembinaan pegawai yang mencakup materi penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), penerapan aplikasi e-kinerja dan fungsional peneliti. Betindak sebagai narasumber yaitu Yadi Mulyadi S.Hut, Kasubbag Kepegawaian, Bagian Hukum, Kepegawaian Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Badan Litbang dan Inovasi dan Dr. Ir. Made Hesti Lestari Tata, anggota TP2I dan Koordinator RPPI dari Pusat Litbang Hutan.

Dalam pembukaannya, Kepala Balai menyampaikan bahwa reformasi birokrasi merupakan keharusan yang didukung adanya tuntutan dari masyarakat luas maupun dari lingkup Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menghendaki agar performa ASN menjadi lebih baik. Sebagai upaya mewujudkan Reformasi Birokrasi (RB), maka sosialisasi e-kinerja ini akan dilaksanakan terus menerus dalam rangka persiapan menuju fase implementasi e kinerja dan diharapkan seluruh pegawai dapat memanfaatkan kehadiran narasumber u n t u k m e n g g a l i i n f o r m a s i d a n meningkatkan pemahaman dalam rangka meningkatkan kinerja individu dan organisasi.

Yadi Mulyadi menyampaikan perlunya penyusunan SKP yang merupakan kewajiban individu PNS. SKP harus disusun

secermat mungkin sesuai tugas-fungsi dan target yang telah ditetapkan. SKP akan menjadi dasar dalam penyusunan dan pengisian aplikasi e-kinerja. Untuk jabatan fungsional peneliti, peraturan Kepala LIPI telah menentukan pengelompokan kegiatan yang harus dilakukan disetiap jenjang jabatan peneliti sehingga sangat membantu peneliti dalam penyusunan SKP. SKP juga merupakan instrumen untuk menghindari kemungkinan penalti bagi fungsional tertentu (peneliti dan teknisi) karena dalam SKP memuat kontrak kerja yang harus dilakukan dalam 1 tahun. Revisi SKP sangat mungkin dilakukan jika kondisi yang mengharuskan dengan persetujuan atasan langsung.

Dr Hesti dalam kesempatan ini menjelaskan 3 hal yaitu pengusulan angka kredit sesuai Peraturan Kepala LIPI, e-peneliti dan etika peneliti. Dalam hal pengusulan angka kredit, Sistem e-peneliti pada dasarnya merupakan upaya untuk mempercepat layanan sehingga semua dilaksanakan online. Nilai angka kredit menjadi salah satu bahasan menarik bagi peneliti sesuai Perka LIPI yang baru. Perbedaaan pemahaman mengenai klasif ikasi publikasi sering menjadi penyebab perbedaaan nilai yang diperoleh. Standar penilaian publikasi semakin tinggi dan ketat sehingga peneliti dituntut lebih cermat untuk mengikutinya. Etika peneliti meliputi etika penelitian, etika perilaku dan etika publikasi Untuk menghindari plagiarisme, TP2I telah melakukan klarifikasi kepada peneliti t e r u t a m a u n t u k p u b l i k a s i y a n g diindikasikan terjadi pelanggaran etika. Pelanggaran etika tersebut tidak hanya memiliki konsekuensi kepada penulis tapi juga kepada instansi.

Proses Pengepakan Sagu

Proses Peremasan Sagu

“...sagu, cadangan sumber pangan bangsa..”

Dana Apriyanto

PENINGKATAN KINERJA INDIVIDU DAN ORGANISASI SEBUAH KENISCAYAAN

Page 16: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

16 17

Abraham Kabes memulai menanam masoi saat berumur kurang lebih 42 tahun (tahun 1999). Penanaman masoi pertama kali dilakukan menggunakan bibit cabutan dari hutan. Bibit yang ditemukan di hutan ini kemudian dicabut dan ditanam di lahan miliknya. Pada kesempatan ini, pria berumur 61 tahun juga mengajak beberapa keluarga dan kerabat dekat seperti Antonius Tuturop, Melky Kabes, dan N i k o l a u s K a b e s u n t u k m e n g i k u t i langkahnya. Bersama dengan ketiga sahabatnya ini, ayah 5 orang anak ini memelopori pengusahaan masoi di kampung Us Teluk Patipi.

Dalam kesehariannya, keempat kerabat ini menanam masoi bersamaan dengan pala dan tanaman lainnya. Pada saat baru membuka lahan, mereka menanam tanaman lain terlebih dahulu. Setelah tanaman ini tumbuh dan agak tinggi, baru mereka mulai menanam masoi. Hal ini dilakukan karena masoi merupakan t u m b u h a n s e m i t o l e r a n y a n g membutuhkan sedikit naungan untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik.

Pada awalnya, sumber bibit masoi ini diperoleh dari hutan berupa bibit cabutan. Seiring dengan semakin sulitnya pasokan bibit cabutan ini di hutan, mereka mencoba memproduksi bibit masoi dari biji masoi. Biji masoi ini dipanen terlebih

dahulu, kemudian disemaikan di persemaian. Setelah tumbuh d i per semaian , b ib i t i n i k e m u d i a n d i p i n d a h k a n kedalam polybag. Beberapa saat kemudian, bibit dalam polybag in i dibawa dan ditanam di lahan yang tersedia.

Saat ini, biji masoi yang dipanen tidak hanya digunakan untuk keperluan sendiri. Mereka juga sudah menjual biji masoi saat ada permintaan dari pasar. Pada umumnya, mereka menjual biji masoi dengan

harga sekitar Rp. 100.000/kg. Tidak hanya biji, mereka juga menjual bibit masoi dengan harga mencapai Rp. 7000/bibit. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat yang pernah menolak ajakan sang Mayor menyesal. Kini, sebagian diantaranya mulai mengikuti jejak sang Mayor dalam mengusahakan masoi.

Dalam perjalananya, sang Mayor telah beberapa kali mengajak masyarakat s e k i t a r u n t u k m e n a n a m d a n mengusahakan masoi. Sosok pendiam ini tercatat pernah menyumbangkan 300 bibit masoi ke tiga gereja yang ada di Teluk Patipi (GKI, GPI, dan Gereja Katolik). Namun demikian, hanya GKI yang menanam b ib i t i n i dan berhas i l mengusaahakannya dengan baik. Sang Mayor juga pernah membujuk kakak iparnya untuk mengusahakan masoi, namun iparnya lebih tertarik dengan pala dan kelapa.

Saat ini, jejak sang Mayor telah diikuti oleh anak-anaknya. Salah satu anaknya bahkan telah berprofesi sebagai pengumpul masoi di Kampung Us. Masoi kini menjadi sumber daya yang sangat berharga dalam menunjang kehidupan sang Mayor dan keluarga. Semoga banyak yang mengikuti teladan mu Mayor Abraham Kabes…....

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

ABRAHAM KABES: SANG MAYOR PELOPOR PENGUSAHAAN MASOI DI KAMPUNG US TELUK PATIPIFreddy J Hutapea & Pudja Mardi Utomo

“Generasi saat ini adalah generasi penghubung kehidupan masa lampau dengan kehidupan masa depan. Oleh sebab itu, warisan yang kita t e r i m a b e r u p a k e k a y a a n a l a m yang luar biasa ini h a r u s d i k e l o l a d e n g a n b a i k s u p a y a d a p a t d i w a r i s k a n kembali kepada anak cucu k i ta kelak”.

Kalimat ini adalah sedikit deskripsi yang mungkin dapat menggambarkan prinsip Abraham Kabes, sang Mayor Kampung Us Teluk Patipi Kabupaten Fakfak, dalam

mengelola sumber daya alam yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

M e s k i p u n s e b a g i a n b e s a r masyarakat di Kampung Us lebih memilih membudidayakan pala,

namun Abraham Kabes tetap teguh menjalankan nasihat leluhurnya untuk

menanam masoi. Sosok yang akrab dipanggil Pak Mayor ini tetap gigih

menjalankan usahanya meskipun masoi saat itu belum memiliki nilai ekonomi

seper t i seka rang. Ak ibatnya , masyarakat sering menganggap

sang Mayor ini orang aneh karena mengusahakan sesuatu yang tidak bernilai. Namun, s a n g M a y o r t i d a k menghiraukan anggapan miring ini dan lebih memilih berfokus mengembangkan masoi. Bagi sang Mayor, sesuatu yang tidak ada nilainya saat ini memiliki

peluang untuk memiliki nilai di masa mendatang. Terbukti benar, usaha yang dilakukan s e l a m a i n i a k h i r n y a membawa hasil, sehingga mampu menepis anggapan miring yang selama ini disematkan kepadanya.

Abraham Kabes

Page 17: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

16 17

Abraham Kabes memulai menanam masoi saat berumur kurang lebih 42 tahun (tahun 1999). Penanaman masoi pertama kali dilakukan menggunakan bibit cabutan dari hutan. Bibit yang ditemukan di hutan ini kemudian dicabut dan ditanam di lahan miliknya. Pada kesempatan ini, pria berumur 61 tahun juga mengajak beberapa keluarga dan kerabat dekat seperti Antonius Tuturop, Melky Kabes, dan N i k o l a u s K a b e s u n t u k m e n g i k u t i langkahnya. Bersama dengan ketiga sahabatnya ini, ayah 5 orang anak ini memelopori pengusahaan masoi di kampung Us Teluk Patipi.

Dalam kesehariannya, keempat kerabat ini menanam masoi bersamaan dengan pala dan tanaman lainnya. Pada saat baru membuka lahan, mereka menanam tanaman lain terlebih dahulu. Setelah tanaman ini tumbuh dan agak tinggi, baru mereka mulai menanam masoi. Hal ini dilakukan karena masoi merupakan t u m b u h a n s e m i t o l e r a n y a n g membutuhkan sedikit naungan untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik.

Pada awalnya, sumber bibit masoi ini diperoleh dari hutan berupa bibit cabutan. Seiring dengan semakin sulitnya pasokan bibit cabutan ini di hutan, mereka mencoba memproduksi bibit masoi dari biji masoi. Biji masoi ini dipanen terlebih

dahulu, kemudian disemaikan di persemaian. Setelah tumbuh d i per semaian , b ib i t i n i k e m u d i a n d i p i n d a h k a n kedalam polybag. Beberapa saat kemudian, bibit dalam polybag in i dibawa dan ditanam di lahan yang tersedia.

Saat ini, biji masoi yang dipanen tidak hanya digunakan untuk keperluan sendiri. Mereka juga sudah menjual biji masoi saat ada permintaan dari pasar. Pada umumnya, mereka menjual biji masoi dengan

harga sekitar Rp. 100.000/kg. Tidak hanya biji, mereka juga menjual bibit masoi dengan harga mencapai Rp. 7000/bibit. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat yang pernah menolak ajakan sang Mayor menyesal. Kini, sebagian diantaranya mulai mengikuti jejak sang Mayor dalam mengusahakan masoi.

Dalam perjalananya, sang Mayor telah beberapa kali mengajak masyarakat s e k i t a r u n t u k m e n a n a m d a n mengusahakan masoi. Sosok pendiam ini tercatat pernah menyumbangkan 300 bibit masoi ke tiga gereja yang ada di Teluk Patipi (GKI, GPI, dan Gereja Katolik). Namun demikian, hanya GKI yang menanam b ib i t i n i dan berhas i l mengusaahakannya dengan baik. Sang Mayor juga pernah membujuk kakak iparnya untuk mengusahakan masoi, namun iparnya lebih tertarik dengan pala dan kelapa.

Saat ini, jejak sang Mayor telah diikuti oleh anak-anaknya. Salah satu anaknya bahkan telah berprofesi sebagai pengumpul masoi di Kampung Us. Masoi kini menjadi sumber daya yang sangat berharga dalam menunjang kehidupan sang Mayor dan keluarga. Semoga banyak yang mengikuti teladan mu Mayor Abraham Kabes…....

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

ABRAHAM KABES: SANG MAYOR PELOPOR PENGUSAHAAN MASOI DI KAMPUNG US TELUK PATIPIFreddy J Hutapea & Pudja Mardi Utomo

“Generasi saat ini adalah generasi penghubung kehidupan masa lampau dengan kehidupan masa depan. Oleh sebab itu, warisan yang kita t e r i m a b e r u p a k e k a y a a n a l a m yang luar biasa ini h a r u s d i k e l o l a d e n g a n b a i k s u p a y a d a p a t d i w a r i s k a n kembali kepada anak cucu k i ta kelak”.

Kalimat ini adalah sedikit deskripsi yang mungkin dapat menggambarkan prinsip Abraham Kabes, sang Mayor Kampung Us Teluk Patipi Kabupaten Fakfak, dalam

mengelola sumber daya alam yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

M e s k i p u n s e b a g i a n b e s a r masyarakat di Kampung Us lebih memilih membudidayakan pala,

namun Abraham Kabes tetap teguh menjalankan nasihat leluhurnya untuk

menanam masoi. Sosok yang akrab dipanggil Pak Mayor ini tetap gigih

menjalankan usahanya meskipun masoi saat itu belum memiliki nilai ekonomi

seper t i seka rang. Ak ibatnya , masyarakat sering menganggap

sang Mayor ini orang aneh karena mengusahakan sesuatu yang tidak bernilai. Namun, s a n g M a y o r t i d a k menghiraukan anggapan miring ini dan lebih memilih berfokus mengembangkan masoi. Bagi sang Mayor, sesuatu yang tidak ada nilainya saat ini memiliki

peluang untuk memiliki nilai di masa mendatang. Terbukti benar, usaha yang dilakukan s e l a m a i n i a k h i r n y a membawa hasil, sehingga mampu menepis anggapan miring yang selama ini disematkan kepadanya.

Abraham Kabes

Page 18: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

18

tinggi. Sementara masoi, belum memiliki nilai ekonomi saat itu. Masyarakat baru menyadari pentingnya menanam masoi setelah masoi memiliki nilai jual yang tinggi. Saat ini, masyarakat mulai menanam masoi di lahan milik mereka.

Menurut Melky Kabes (salah satu tokoh yang memelopori pengusahaan masoi di Kampung Us), petani masoi di Kampung Us dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: Baru Usaha, Setengah Usaha, dan Penuh. Kategori Baru Usaha adalah petani yang baru mulai menanam atau mengusahakan masoi. Kategori ini adalah petani masoi dari Marga Ihah, yang memiliki tanah dari sebelah selatan ke

barat Kampung Us. Kategori Setengah Usaha merupakan masyarakat yang sudah menanam atau mengusahakan masoi, namun belum menikmati hasilnya. Kategori ini terdapat pada Marga Hindom yang memiliki lahan dari sebelah barat ke utara Kampung Us. Kategori Penuh adalah masyarakat yang pertama kali menanam atau mengusahakan masoi dan telah menikmati hasilnya. Kategori ini adalah petani yang berasal dari Marga Kabes dan Tuturop yang memiliki lahan dari sebelah utara ke selatan Kampung Us.

Masyarakat Kampung Us hanya menerapkan manajemen pemeliharaan sederhana berupa pembersihan gulma secara manual. Masyarakat t idak melakukan kegiatan pemupukan dan maupun manajemen hama dan penyakit menggunakan pestisida dan herbisida. D i samping members ihkan gu lma, masyarakat juga biasanya menumpuk kayu busuk pada batang pohon masoi untuk menjaga kelembaban tanah.

Pemanenan Kulit Masoi

U m u m n y a p e m a n e n a n m a s o i dilakukan saat ada kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan anak sekolah. Masyarakat akan menebang dan memanen ku l i t maso i , mesk ipun diameternya masih kecil. Hal ini menjadi salah satu catatan negatif karena produktivitas kulit yang dihasilkan pohon masoi yang masih muda (berdiameter kecil) sangat rendah, dan akan membawa kerugian bagi petani masoi itu sendiri.

Terdapat tradisi unik pada masyarakat di Kampung Us dalam penebangan masoi. Tradisi ini merupakan bagian dari budaya yang diwariskan secara turun temurun. Penebangan masoi diawali dengan sebuah ritual pembacaan mantra di minyak. Minyak ini kemudian dioleskan ke bagian batang pohon yang akan ditebang, alat yang digunakan untuk

19

ampung Us merupakan satu dari

K b e b e r a p a k a m p u n g d i Kabupaten Fakfak Provinsi Papua

Barat yang mengusahakan masoi (Cryptocarya massoia (Oken) Kosterm,). Secara administratif, kampung ini berada di Distrik Teluk Patipi. Luas Kampung ini

2diperkirakan mencapai 60 km , dengan jumlah penduduk mencapai 223 jiwa (BPS Kabupaten Fakfak, 2016). Kampung ini terdiri dari 4 marga: Iha, Hindom, Kabes, dan Tuturop. Sama seperti kampung lainnya di Kabupaten Fakfak, mata pencaharian utama masyarakat kampung ini adalah petani pala.

Sebenarnya komoditi utama di

Kampung Us adalah pala, namun masyarakatnya memiliki hubungan yang erat dengan masoi. Masyarakat percaya bahwa masoi merupakan berkat Tuhan bagi mereka. Mereka juga percaya bahwa masoi dan manusia telah ada bersama-sama sejak dahulu. Oleh sebab itu, leluhur mereka mendorong mereka untuk menanam tumbuhan ini.

Meskipun leluhur telah menghimbau untuk menanam masoi, masyarakat kampung ini tidak secara langsung melaksanakan himbauan ini. Masyarakat lebih senang mengusahakan pala karena pala memiliki nilai ekonomi yang lebih

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Kampung Us di Teluk Patipi

GELIAT MASOI DI KAMPUNG US TELUK PATIPI KABUPATEN FAKFAK

Freddy J Hutapea & Pudja Mardi Utomo

Page 19: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

18

tinggi. Sementara masoi, belum memiliki nilai ekonomi saat itu. Masyarakat baru menyadari pentingnya menanam masoi setelah masoi memiliki nilai jual yang tinggi. Saat ini, masyarakat mulai menanam masoi di lahan milik mereka.

Menurut Melky Kabes (salah satu tokoh yang memelopori pengusahaan masoi di Kampung Us), petani masoi di Kampung Us dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori: Baru Usaha, Setengah Usaha, dan Penuh. Kategori Baru Usaha adalah petani yang baru mulai menanam atau mengusahakan masoi. Kategori ini adalah petani masoi dari Marga Ihah, yang memiliki tanah dari sebelah selatan ke

barat Kampung Us. Kategori Setengah Usaha merupakan masyarakat yang sudah menanam atau mengusahakan masoi, namun belum menikmati hasilnya. Kategori ini terdapat pada Marga Hindom yang memiliki lahan dari sebelah barat ke utara Kampung Us. Kategori Penuh adalah masyarakat yang pertama kali menanam atau mengusahakan masoi dan telah menikmati hasilnya. Kategori ini adalah petani yang berasal dari Marga Kabes dan Tuturop yang memiliki lahan dari sebelah utara ke selatan Kampung Us.

Masyarakat Kampung Us hanya menerapkan manajemen pemeliharaan sederhana berupa pembersihan gulma secara manual. Masyarakat t idak melakukan kegiatan pemupukan dan maupun manajemen hama dan penyakit menggunakan pestisida dan herbisida. D i samping members ihkan gu lma, masyarakat juga biasanya menumpuk kayu busuk pada batang pohon masoi untuk menjaga kelembaban tanah.

Pemanenan Kulit Masoi

U m u m n y a p e m a n e n a n m a s o i dilakukan saat ada kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan anak sekolah. Masyarakat akan menebang dan memanen ku l i t maso i , mesk ipun diameternya masih kecil. Hal ini menjadi salah satu catatan negatif karena produktivitas kulit yang dihasilkan pohon masoi yang masih muda (berdiameter kecil) sangat rendah, dan akan membawa kerugian bagi petani masoi itu sendiri.

Terdapat tradisi unik pada masyarakat di Kampung Us dalam penebangan masoi. Tradisi ini merupakan bagian dari budaya yang diwariskan secara turun temurun. Penebangan masoi diawali dengan sebuah ritual pembacaan mantra di minyak. Minyak ini kemudian dioleskan ke bagian batang pohon yang akan ditebang, alat yang digunakan untuk

19

ampung Us merupakan satu dari

K b e b e r a p a k a m p u n g d i Kabupaten Fakfak Provinsi Papua

Barat yang mengusahakan masoi (Cryptocarya massoia (Oken) Kosterm,). Secara administratif, kampung ini berada di Distrik Teluk Patipi. Luas Kampung ini

2diperkirakan mencapai 60 km , dengan jumlah penduduk mencapai 223 jiwa (BPS Kabupaten Fakfak, 2016). Kampung ini terdiri dari 4 marga: Iha, Hindom, Kabes, dan Tuturop. Sama seperti kampung lainnya di Kabupaten Fakfak, mata pencaharian utama masyarakat kampung ini adalah petani pala.

Sebenarnya komoditi utama di

Kampung Us adalah pala, namun masyarakatnya memiliki hubungan yang erat dengan masoi. Masyarakat percaya bahwa masoi merupakan berkat Tuhan bagi mereka. Mereka juga percaya bahwa masoi dan manusia telah ada bersama-sama sejak dahulu. Oleh sebab itu, leluhur mereka mendorong mereka untuk menanam tumbuhan ini.

Meskipun leluhur telah menghimbau untuk menanam masoi, masyarakat kampung ini tidak secara langsung melaksanakan himbauan ini. Masyarakat lebih senang mengusahakan pala karena pala memiliki nilai ekonomi yang lebih

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Kampung Us di Teluk Patipi

GELIAT MASOI DI KAMPUNG US TELUK PATIPI KABUPATEN FAKFAK

Freddy J Hutapea & Pudja Mardi Utomo

Page 20: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

20 21MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

membutuhkan waktu sekitar 3 hari.

Pemasaran Kulit Masoi

Rantai pemasaran kulit masoi di Kampung Us terdiri dari petani masoi, pengumpul, dan penyuling masoi.

Pengumpul masoi di kampung ini bersifat perorangan. Saat ini, Kampung Us hanya memiliki satu pengumpul. Masoi yang dikumpulkan pengumpul kemudian dikirimkan ke penyuling masoi di Jakarta. Kulit masoi yang diperoleh dari petani masoi dihargai sekitar Rp. 60.000/kg.

Pasca PenebanganSetelah melakukan penebangan,

masyarakat umumnya tidak melakukan penanaman kembali. Masyarakat hanya berharap pada terubusan yang tumbuh s e t e l a h p e n e b a n g a n . M e n u r u t

p e n g a l a m a n m a s y a r a k a t , p e r t u m b u h a n terubusan ini jauh l e b i h b a g u s daripada masoi yang berasal dari bibit . Sebagai c o n t o h , terubusan masoi y a n g t e r l i h a t pada gambar memiliki diameter 2,5 cm dan tinggi >4 m.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Fakfak. (2016). Distrik Teluk Patipi dalam angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak.

menebang (kapak, parang, atau chain saw), dan

tangan penebang. Setiap orang yang terlibat dalam proses pemanenan kulit masoi ini juga harus diolesi minyak ini.

Penebangan masoi diawali dengan pemanenan kulit bagian bawah, lokasi dilakukannya penebangan Lebar kulit yang dikuliti berkisar antara 10 sampai 20 cm. Hal ini dilakukan untuk menghormati maso i . Masyarakat meyakini jika ritual tidak d i l a k u k a n sebagaimana mestinya m e r e k a a k a n mendapatkan dampak buruk dimana badan mereka akan terkunci d a n t i d a k d a p a t bergerak.

S e t e l a h p e n e b a n g a n ,

masyarakat melakukan pemanenan kulit. Pemanenan kulit harus dilakukan saat

pohon masih dalam keadaan segar. H a l i n i d i l a k u k a n u n t u k

memudahkan pemanenan kulit. Kulit masoi dipanen

dari bagian batang d a n r a n t i n g . Setelah semua kulit di panen, bagian daun, ranting, dan b a t a n g m a s o i ditumpuk di suatu tempat, dan tidak

boleh dibakar. Hal ini juga dilakukan untuk

menghormati pohon masoi.

K u l i t m a s o i y a n g d i p a n e n k e m u d i a n dikeringkan di bawah sinar

matahari. Kulit masoi ini dikeringkan sampai benar-benar kering

( k u l i t m e l e n g k u n g d a n m u d a h dipatahkan). Karena pengeringan masih bersifat konvensional, lama pengeringan kulit masoi sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca (sinar matahari). Saat cuaca kurang bagus, pengeringan kulit masoi bisa mencapai 1 minggu.Namun saat cuaca bagus,pengeringan kulit masoi hanya

Proses pemanenan kulit batang masoi

terubusan masoi pasca penebangan

Proses pemanenan kulit batang masoi

Page 21: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

20 21MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

membutuhkan waktu sekitar 3 hari.

Pemasaran Kulit Masoi

Rantai pemasaran kulit masoi di Kampung Us terdiri dari petani masoi, pengumpul, dan penyuling masoi.

Pengumpul masoi di kampung ini bersifat perorangan. Saat ini, Kampung Us hanya memiliki satu pengumpul. Masoi yang dikumpulkan pengumpul kemudian dikirimkan ke penyuling masoi di Jakarta. Kulit masoi yang diperoleh dari petani masoi dihargai sekitar Rp. 60.000/kg.

Pasca PenebanganSetelah melakukan penebangan,

masyarakat umumnya tidak melakukan penanaman kembali. Masyarakat hanya berharap pada terubusan yang tumbuh s e t e l a h p e n e b a n g a n . M e n u r u t

p e n g a l a m a n m a s y a r a k a t , p e r t u m b u h a n terubusan ini jauh l e b i h b a g u s daripada masoi yang berasal dari bibit . Sebagai c o n t o h , terubusan masoi y a n g t e r l i h a t pada gambar memiliki diameter 2,5 cm dan tinggi >4 m.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Fakfak. (2016). Distrik Teluk Patipi dalam angka 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Fakfak.

menebang (kapak, parang, atau chain saw), dan

tangan penebang. Setiap orang yang terlibat dalam proses pemanenan kulit masoi ini juga harus diolesi minyak ini.

Penebangan masoi diawali dengan pemanenan kulit bagian bawah, lokasi dilakukannya penebangan Lebar kulit yang dikuliti berkisar antara 10 sampai 20 cm. Hal ini dilakukan untuk menghormati maso i . Masyarakat meyakini jika ritual tidak d i l a k u k a n sebagaimana mestinya m e r e k a a k a n mendapatkan dampak buruk dimana badan mereka akan terkunci d a n t i d a k d a p a t bergerak.

S e t e l a h p e n e b a n g a n ,

masyarakat melakukan pemanenan kulit. Pemanenan kulit harus dilakukan saat

pohon masih dalam keadaan segar. H a l i n i d i l a k u k a n u n t u k

memudahkan pemanenan kulit. Kulit masoi dipanen

dari bagian batang d a n r a n t i n g . Setelah semua kulit di panen, bagian daun, ranting, dan b a t a n g m a s o i ditumpuk di suatu tempat, dan tidak

boleh dibakar. Hal ini juga dilakukan untuk

menghormati pohon masoi.

K u l i t m a s o i y a n g d i p a n e n k e m u d i a n dikeringkan di bawah sinar

matahari. Kulit masoi ini dikeringkan sampai benar-benar kering

( k u l i t m e l e n g k u n g d a n m u d a h dipatahkan). Karena pengeringan masih bersifat konvensional, lama pengeringan kulit masoi sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca (sinar matahari). Saat cuaca kurang bagus, pengeringan kulit masoi bisa mencapai 1 minggu.Namun saat cuaca bagus,pengeringan kulit masoi hanya

Proses pemanenan kulit batang masoi

terubusan masoi pasca penebangan

Proses pemanenan kulit batang masoi

Page 22: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

22

https://c1.staticflickr.com/6/5084/5259835319_9af7c85679_b.jpg

23

Balai Penelitian dan Pengembangan L ingkuhan H idup dan Kehutanan Manokwari bersama dengan Balai Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram (BTHHBK Mataram) dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang (BP2LHK Kupang) melakukan inisisasi kerjasama dalam penerbitan jurnal. Jurnal yang diterbitkan dari inisiasi 3 Balai tersebut bernama FALOAK yang terbit perdana bulan November 2016.

Jurnal Faloak merupakan jurnal elektronik/online berbasis Open Journal System (OJS) yang semua alur produksi dari hulu hingga ke hilir dilakukan secara online melalui jaringan internet.

Jurnal Faloak juga merupkan salah satu dari 17 jurnal online yang dimiliki Badan Litbang dan Inovasi (BLI) yang dapat diakses melalui portal Publikasi BLI di

www.ejournal.forda-mof.org .

Ruang lingkup Jurnal Faloak adalah bidang si lvikultur, jasa l ingkungan, biometrik, pengolahan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu, perlindungan, konservasi, social ekonomi, ekologi tumbuhan, mikrobiologi, bioteknologi, hidrologi, sifat dasar kayu dan konservasi tanah.

Untuk dapat mengakses dan berkontribusi agar tulisan ilmiah dapat dimuat pada Jurnal Faloak, terlebih dahulu m e l a k u k a n r e g i s t r a s i d i p o r t a l http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPKF/user/register.

Semoga dengan kehadiran Jurnal Faloak berbasis online dapat memfasilitasi penulis dalam menyalurkan hobinya.

JURNAL PENELITIAN KEHUTANAN

FALOAK

INFO

RM

ASI

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Bertempat di Balai Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu

KLHK Mataram Nusa Tenggara Barat,

dilaksanakan pertemuan rutin tahunan

pengelolaan Jurnal Faloak. Pertemuan

rutin ini dihadiri para Kepala Balai dari

Manokwari, Kupang dan tuan rumah

Mataram. Pertemuan kali ini membahas

tentang langkah kedepan nasib Jurnal

Faloak, karena jurnal elektronik yang

diprakarsai oleh 3 Balai sejak tahun 2016

harus megalami peningkatan tiap

tahunnya.

Seperti diutarakan Dana Apriyanto selaku

Kepala Balai Litbang LHK Manokwari

bahwa tahun 2019 e-Jurnal Faloak harus

terakreditasi LIPI. Usulan yang disampaikan

beliau bukanlah isapan jempol belaka,

melainkan sebuah tantangan untuk

kemajuan bersama Jurnal Faloak

kedepannya. Dari hasil diskusi ini dihasilkan

beberapa poin penting seperti :

¬ Menargetkan Jurnal Faloak akan

terkareditasi pada tahun 2019

¬ Akan melakukan pertemuan

pengelola dan dewan redaksi

sekaligus dengan LIPI pada awal

tahun 2018 untuk pers iapan

akreditasi Jurnal Faloak

Penggantian dan Penambahan Mitra

bestari maupun dewan redaksi untuk

memperkuat penge lo laan Ju rna l

Faloak.***

MENUJU AKREDITASI JURNAL FALOAK

KAMI KELUARGA BESARBALAI LITBANG LHK MANOKWARI

MENGUCAPKAN SELAMAT HARI NATAL 25 DESEMBER 2017

DAN TAHUN BARU 2018

Yobo Endra Prananta

Page 23: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

22

https://c1.staticflickr.com/6/5084/5259835319_9af7c85679_b.jpg

23

Balai Penelitian dan Pengembangan L ingkuhan H idup dan Kehutanan Manokwari bersama dengan Balai Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram (BTHHBK Mataram) dan Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang (BP2LHK Kupang) melakukan inisisasi kerjasama dalam penerbitan jurnal. Jurnal yang diterbitkan dari inisiasi 3 Balai tersebut bernama FALOAK yang terbit perdana bulan November 2016.

Jurnal Faloak merupakan jurnal elektronik/online berbasis Open Journal System (OJS) yang semua alur produksi dari hulu hingga ke hilir dilakukan secara online melalui jaringan internet.

Jurnal Faloak juga merupkan salah satu dari 17 jurnal online yang dimiliki Badan Litbang dan Inovasi (BLI) yang dapat diakses melalui portal Publikasi BLI di

www.ejournal.forda-mof.org .

Ruang lingkup Jurnal Faloak adalah bidang si lvikultur, jasa l ingkungan, biometrik, pengolahan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu, perlindungan, konservasi, social ekonomi, ekologi tumbuhan, mikrobiologi, bioteknologi, hidrologi, sifat dasar kayu dan konservasi tanah.

Untuk dapat mengakses dan berkontribusi agar tulisan ilmiah dapat dimuat pada Jurnal Faloak, terlebih dahulu m e l a k u k a n r e g i s t r a s i d i p o r t a l http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPKF/user/register.

Semoga dengan kehadiran Jurnal Faloak berbasis online dapat memfasilitasi penulis dalam menyalurkan hobinya.

JURNAL PENELITIAN KEHUTANAN

FALOAK

INFO

RM

ASI

MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017 MATOAWarta

Warta MATOA Vol. IV No. 3, Desember 2017

Bertempat di Balai Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu

KLHK Mataram Nusa Tenggara Barat,

dilaksanakan pertemuan rutin tahunan

pengelolaan Jurnal Faloak. Pertemuan

rutin ini dihadiri para Kepala Balai dari

Manokwari, Kupang dan tuan rumah

Mataram. Pertemuan kali ini membahas

tentang langkah kedepan nasib Jurnal

Faloak, karena jurnal elektronik yang

diprakarsai oleh 3 Balai sejak tahun 2016

harus megalami peningkatan tiap

tahunnya.

Seperti diutarakan Dana Apriyanto selaku

Kepala Balai Litbang LHK Manokwari

bahwa tahun 2019 e-Jurnal Faloak harus

terakreditasi LIPI. Usulan yang disampaikan

beliau bukanlah isapan jempol belaka,

melainkan sebuah tantangan untuk

kemajuan bersama Jurnal Faloak

kedepannya. Dari hasil diskusi ini dihasilkan

beberapa poin penting seperti :

¬ Menargetkan Jurnal Faloak akan

terkareditasi pada tahun 2019

¬ Akan melakukan pertemuan

pengelola dan dewan redaksi

sekaligus dengan LIPI pada awal

tahun 2018 untuk pers iapan

akreditasi Jurnal Faloak

Penggantian dan Penambahan Mitra

bestari maupun dewan redaksi untuk

memperkuat penge lo laan Ju rna l

Faloak.***

MENUJU AKREDITASI JURNAL FALOAK

KAMI KELUARGA BESARBALAI LITBANG LHK MANOKWARI

MENGUCAPKAN SELAMAT HARI NATAL 25 DESEMBER 2017

DAN TAHUN BARU 2018

Yobo Endra Prananta

Page 24: matoa Edisi 3 X4 edit - balithutmanokwari.or.idbalithutmanokwari.or.id/wp-content/uploads/2018/06/matoa-2017_3... · karya tulis ilmiah. Pada tahun 2005, nenek 5 ... (Tirta et al.,

Canna indica, LDikenal secara lokal sebagai bunga tasbih

atau ganyong. Jenis ini merupakan salah satu

jenis tumbuhan invasif yang berasal dari

Amerika, banyak dijumpai tumbuh di

Arboretum Inamberi BP2LHK Manokwari. Umbi

tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai

bahan makanan karena mengandung

tepung, sementara bagian lainnya diketahui

memiliki khasiat obat.