materi tvb & tma - aktifitas | student blogblog.ub.ac.id/fawzy/files/2013/04/tvb-tma.docx ·...

33
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesegaran ikan akan menurun sejalan dengan meningkatnya kandungan nitrogen yang mudah menguap. Larutan kalium sorbatdan larutan natrium klorida memperllihatkan pembentukan volatile base yang lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pemberian garam yang menekan aktivitas bakteru sehingga perombakan senyawa makromolekul menjadi senyawa- senyawa menguap lainnyadapat di tekan senyawa – senyawa yang dapat menguap (Hadiwiyanto, 1993 dalam Rudi et al; 2005) Senyawa kimia yang dihasilkan dalam dekompsisi bakterial dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kesegaran atau kebusukan ikan, diantaranya indol, hipoxantin, histamine, total volatile base (TVB), dan Trimethylamine (TMA) (Zaitzel et al ; 1969 dalam Subrata et al; 2001). Sedangakan menurut Jay (2000) dalam Yuliana (2007), TMA terbentuk dari penguraian senyawa lipoprotein menjadi kolin lalu diuraikan menjadi TMAO oleh enzim dehiddrogenase, kemudian direduksi menjadi TMA sebagai senyawa yang sebagian besar terdapat pada spesies ikan laut. 1.2 Maksud dan Tujuan

Upload: vuonghanh

Post on 17-Apr-2018

255 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesegaran ikan akan menurun sejalan dengan meningkatnya kandungan

nitrogen yang mudah menguap. Larutan kalium sorbatdan larutan natrium klorida

memperllihatkan pembentukan volatile base yang lebih rendah. Hal ini disebabkan

oleh pemberian garam yang menekan aktivitas bakteru sehingga perombakan

senyawa makromolekul menjadi senyawa- senyawa menguap lainnyadapat di

tekan senyawa – senyawa yang dapat menguap (Hadiwiyanto, 1993 dalam Rudi et

al; 2005)

Senyawa kimia yang dihasilkan dalam dekompsisi bakterial dapat dinyatakan

sebagai indikator tingkat kesegaran atau kebusukan ikan, diantaranya indol,

hipoxantin, histamine, total volatile base (TVB), dan Trimethylamine (TMA) (Zaitzel

et al ; 1969 dalam Subrata et al; 2001). Sedangakan menurut Jay (2000) dalam

Yuliana (2007), TMA terbentuk dari penguraian senyawa lipoprotein menjadi kolin

lalu diuraikan menjadi TMAO oleh enzim dehiddrogenase, kemudian direduksi

menjadi TMA sebagai senyawa yang sebagian besar terdapat pada spesies ikan

laut.

1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari Praktikum Teknologi dan Fisilologi Pssca Panen materi

TVB/TMA adalah agar para mahasiswa, khususnya praktikan dapat mengetahui

kadar TVB/TMA pada masing – masing perlakuan cara kematian ikan

Tujuan dari Praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen materi TVB/TMA

adalah agar praktikan dapat menganalisis TVB/TMA pada daging ikan.

1.3 Waktu dan TempatPada Praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen dengan materi

TVB/TMA dilaksanakan pada hari Rabo dan Kamis tanggal 4 - 5 April pukul 13.00-

selesai di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya, Malang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Karaktristik SampelMenurut Tim Lentera (2006), Klasifikasi ikan mas sebagai berikut :

Phylum : Chordota

Subphylum : Vertebrata

Superclass : Pisces

Class : Osteoichtyes

Subclass :Actinopterigii

Ordo : Cypinifois

Subordo : Cypriniidea

Family : Cypinidae

Subfamily : Cyprinus (Google image, 2012

Spesies : Cyprinus caupiol

Ciri – cirri morfologi adalah yang menunjukkan bentuk dan ukuran

organisme. Secara umum, karekteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh agak

memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed), sebagian tubuh ikan mas

ditutupi sisik kecuali strain yang memiliki sedikit sisisk (Gunawan, 1998).

Ikan mas dapt tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada

ketinggian antara 150 – 1000 meter, suhu air 20 – 250C, pH air 7,8 (Santoso,

1982). Sedangkan menurut Patriono et al; 2009 dalam Khielda( 2012), Ikan masa

merupakan sumber pprotein hewani bagi kebutuhan gizi yang aman bagi

kesehatan karena kandungan asam kemaknya sedikit sehingga mengurangi

peningkatan kolesterol dalam darah. Komposisi kimia daging ikan mas umumnya

tediri dari 15 – 24%, protein 66 – 84%, air 0,1 – 22%, lemak 1 – 3 %, karbohidrat

dan 0.8 – 2% bahan organik.

2.2 Devinisi TVB/TMA pada Bahan PanganMenurut Topatubun et al (2008), Total Volatile Base (TVB) dimaksudkan

untuk menganalisis basa – basa mudah menguap yang terbentuk pada

suatunproduk pangan sebagai akibat dari hasil penguraian komponen gizi oleh

aktivitas mikroorganisme. Penurunan nilai TVB presto pada penelitian ini terjadi

dengan seiring bertambahnya waktu pemanasan. Hal ini erat kaitannya dengan

akumulasi waktu pemanasan dan suhu yang dicapai selama proses pemanasan

ikan, terjadi komponen – komponen volatile.

Kandungan TMA pada ikan dapat juga berasal dari penggabugan asam

laktat dengan TMAO. Pada kecap atan penguraian makromolekul seperti peptide,

dipeptida, asam amino bebas, TMAO dan senyawa Nitrogen lain yang hasilnya

tampak selama monitoring basa volatile pada sapel ikan ( Yuliana, 2007).

Sedangkan menurut Soekarto (1990) dalam Vera (2009), komponen utama Total

Volatile Base (TVB) adalah NH3, TMA dan DMA. Beberapa spesies ikan

ditemukam mempunyai korelasi/ hubungan antara kandungan TVB dan penilaian

organoleptik. TVB dapat dijadikan sebagai indeks kesegaran ikan semenjak basa

volatile terakumulasi dalam daging ikan sampai tahap akhir pembusukan. Adapun

batas penerimaan ikan di tinjau dari kandungan TVB tergantung pada spesies ikan

tersebut, batas penerimaan pada ikan yaitu bila mempunyai TVB sebesar 20 –

30mg/100 gram.

2.3 Analisa TVB/TMA Daging IkanOksidasi TMA pada mamalia merupakan aktivitas mikroba dalam travtus

digentivus. Ada dua jalur oksidasi TMA, pertama berkaitan dengan oksidasi

oksigen dengan pembentukan TMAO dan demitilase TMA yang menghasilkan

DMA dan FA. Kedua, jalur non enzimatis yang mengangkat oksida N – demitilase

yang memghasilkan DMA dan FA secara langsung dari TMA. TMA

monooksigenase ditemuka dalam meningkatnya pseudononas, aminovonals

susinat hasil adaptasi pertambahan TMA (Mudjiharto, 2005)

Analisa mutu yang dilarutkan terhadap produk presto ikan adalah kadar air

(metode oven), kadar protein (metode keishdal), kadar lemak (metode

saxhlet),Total Volatile Base (TVB) (metode cawan Conway), Total Plate Count

(PLC) (metode hitung cawan). Data hasil analisa diolah secara statistic dengan

menggunakan design rancangan acak kelompok pada factorial dengan dua

perlakuan dan tiga kali ulangan, kemudian dilanjutkan dengan uji BNJ guna

mengetahui perbedaan masing – masing taraf perlakuan (Sastropadi, 2000).

Sedangkan menurut Indra (2006), Total Volatie Bsae (TVB) merupakan senyawa

basa menguap untuk menentukan perubahan penurunan mutu secara biokimia

yang secara enzimatik pada jaring tubuh ikan. Setelah ikan mati, seluruh sistem

tata tertib enzimatik yang tadinya mengatur ikan hidup segera berantakan,

kemunduran ikan patin berubah pesat pada jam ke 15, nilai TVB naik menjadi

14,28mg/100gr. Setelah 15 jam ikan patin terus membusuk dengan nilai TVB

semakin meningkat.

2.4 Hubungan TVB/TMA dengan Mutu IkanTingkat kesegaran hasil perikanan berdasarkan TVB-N dikelompokkkan

menjadi 4 (Farber, 1965 dalam Septiarini (2008), yaitu

Ikan sangat segar dengan kadar TVB-N 10mg/100gr atau lebih kecil

Ikan segar dengan kadar TVB- N sebesar 10-20mgN/100gr

Ikan berada pada garis batas kesegaran yang masihn dapat dikonsumsi

dengan kadar TVB-N 20-30mgn/100gr

Ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi dengan kadar TVB-N lebih besar dari

30mgN/100g

Sedangkan menurut Sunarman (2000) dalam Septiarini (2008), ikan di

tambah es atau dibekukan untuk menghambat perubahan TMAO, tetapi dengan es

aktivasi bakteri masih ada sehingga ikan umumnya hanya dapat disimpan dalam

es maksimal 16 hari tergantung jenis ikannya. Senyawa ini terbenuik selama

pembusukan ikan oleh bakteri terhadap TMAO. Ikan dikatakan busuk bisa

mempunyai kadar TMAO sebesar 2,7mg N/100gr.

Menurut Junianto (2003), selam penyimpanan pada suhu rendah, bakteri

pseudomonas,antromonas, miraxella dan acetobacter mengikat lebih cepat di

bandingkan dengan organisme lainnya. Pada tahap pembusukan bakteri yang

dipengaruhi oleh musim dan letak geografis secrara penangkapan dan

penangkapan kan. Senyawa yang dihasilkan dalam komposisi bacterial yang

dapat digunakan sebagai petunuk atau tingkat kesegaran ikan diantaranya H2S,

hipoxantin, histamine, Volatile Reading Substance (VRS), Total Volatile Base

(TVB) dan Trimethilamine (TMA).

TINJAUAN BAHAN

1. Analisis Larutan HClUntuk membuat 10 liter larutan HCl dalam berbagai normalitas dapat dilihat

pada daftar di bawah ini

Normalitas ml HCl pekat dilarutkan menjadi 10 liter

0,01 8,9

0,02 17,8

0,05 44,5

0,10 89,0

0,50 445,0

1,00 890,0

Sumber: Sudarmadji et al (2007)

Standarisasi larutan 0,1 NHClMenurut Sudarmadji et al; (2007), standarisasi larutan HCl dapat dilakukan

sebagai berikut:

Ukurlah dengan gelas ukur 35,6 ml HCl pekat dan encerkan dalam labu ukur 4

liter dengan aquades

Titrasilah 50ml larutan HCl ini dengan larutan NaOH yang yelah di standarisasi

(0,1N) menggunakan indikator penolphatalin 0,1% sampai terbentuk warna merah

muda

Normalitas larutan HCl

NHCl = ml NaOH x N NaOH

ml HCl

Simpan larutan HCl dalambotol tutup

2. Indikator Tashiro100 mg metal merah ± 30mg metilen biru dilarutkan dalam 60ml alcohol 95%.

Encerkan menjadi 100ml dengan aquades yang telah didihkan.

3. METODOLOGI

3.1 Alat dan FungsiAlat –alat yang digunkan dalampraktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen

materi menganalisa TVB/TMA yaitu:

Nampan : Untuk melakukan alat – alat percobaan dan

meletakkan ikan

Stpwatch : Untuk mengukur lamanya waktu setiap

perlakuan

Pisau : Untuk memotong dan menyayat daging ikan

Erlenmeyer : Untuk tempat filtrasi

Beakerglass : Untuk tempat sampel yang dicampur TCA 7%

Corong : Untuk mempermudah cairan filtrasi masuk

Erlenmeyer

Spatula : Untuk mengaduk sampel agar hydrogen

Mikrobiuret : Untuk tempat larrutan titrasi HCl

Mortal dan Alu : Untuk menghaluskan sampel

Cawan Conway : Untuk tempat menganalisa TVB/TMA

Timbangan digital : Untuk menimbang daging dengan dengan

ketelitian gram

Pipet Volume : Untuk mengambil larutan TCA 7%

Kayu : Untuk memiringkan cawan Conway

Telenan : Sebagai alas untuk mengiris daging

Bola hisap : Sebagai alat untuk membantu pipet volume

Inkubator : Sebagai alat untuk menginkubassi dan untuk

menumbuhkan bakteri dengan menguapkan basa- basa

volatile

3.2 Bahan dan Fungsi

Cawan conway

Dibasahi dengan tissue yang dibasahi alkohol

Diinkubasi dengan suhu 370C selama 30 menit

Diletakkan miring dengan tutup setengah terbuka

Sampel (post rogor)

Dihaluskan dan ditimbang sebanyak 3 gram

Dimasukkan kedalam beaker glass 100 ml

Ditambah TCA 7% sebanyak 9 ml

Dimasukkan dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml

Bahan – bahan yang di gunakan dalam Praktikum Teknilogi dan Fisiologi

Pasca Panen materi TVB/TMA adalah

Daging ikan nila (post rigor) : Sebagai bahan yang digunakan parameter

dalam penentuan kemunduran mutu ikan

Kertas Saring : Digunakan untuk menyaring larutan

Air : Sebagai media untuk membersihkan alat

yang telah

selesai digunakan

Tissue : Untuk mengeringkan alat – alat yang sudah

di cuci

Alkohol : Untuk membersihkan cawan Conway atau

aseptis

Vaselin : Untuk merekatkan cawan Conway dan

tutupnya

Kertas label : Untuk menandai sampel

TCA 7% : Untuk mengikat basa volatile atau melarutkan

basa

volatile

K2CO3 : Untuk membebaskan basa volatile yang di

larutkan TCA

HCl : Untuk menangkap basa volatile yang

menguap setelah

penambahan K2CO3

Formalin : Untk menangkap senyawa volatile kecuali

TMA

Inkubator toshiro : Untuk indikator perubahan warna

3.3. Skema kerja

4 PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Pengamatan TMA

kel Spesies ikan PerlakuanBerat

sampel (x)

Titrasi HCl

0,01 N (ml)

TVB

(mgN/100gr)

10 Ikan nilaDibiarkan

mati sendiri3 gram 0,20 0,16

11 Ikan masDibiarkan

mati sendiri3 gram 0,40 0,32

12 Ikan nilaDipukul

benda keras3 gram 0,40 0,32

13 Ikan masDipukul

benda keras3 gram 0,14 0,112

14 Ikan nila

Ditusuk

medula

oblongata

3 gram 0,40 0,32

15 Ikan mas

Ditusuk

medula

oblongata

3 gram 1,50 1,20

16 Ikan nila

Dipatahkan

tulang

belakang

3 gram — —

17 Ikan mas

Dipatahkan

tulang

belakang

3 gram 0,50 0,40

PENGAMATAN TVB

kel Spesies ikan PerlakuanBerat

sampel (x)

Titrasi HCl

0,01 N (ml)

TVB

(mgN/100gr)

10 Ikan nilaDibiarkan

mati sendiri3 gram — —

11 Ikan masDibiarkan

mati sendiri3 gram 3,4 2,72

12 Ikan nilaDipukul

benda keras3 gram 0,8 0,64

13 Ikan masDipukul

benda keras3 gram 0,8 0,64

14 Ikan nila

Ditusuk

medula

oblongata

3 gram — —

15 Ikan mas

Ditusuk

medula

oblongata

3 gram 0,1 0,08

16 Ikan nila

Dipatahkan

tulang

belakang

3 gram 1,1 0,88

17 Ikan mas

Dipatahkan

tulang

belakang

3 gram — —

4.2 Grafik Pengamatan

TMA (mgN/100 gr)

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Ikan Nila (Kel 10,12,14,16) Ikan Mas (Kel 11,13,15,17)

PERLAKUAN

TVB (mgN/100 gr)

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Ikan Nila (Kel 10,12,14,16)

Ikan Mas (Kel 11,13,15,17)

PERLAKUAN

4.3 Analisa ProsedurDalam praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang TVB dan

TMA yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Adapun alat – alat

yang digunakan antara lain nampan untuk meletakan lat dan bahan yang akan di

pakai ; stopwatch untuk mengamati waktu pada setiap fase pada ikan mas ; pisau

untuk menyayat atau memotong daging ikan mas ; beaker glass ( 100 ml ) sebagai

wadah sampel yang akan di campur TCA 7% ; spatula untuk menghomogenkan

larutan sampel ; mikrobiuret untuk tempat larutan titrasi ( HCl ) ; erlenmeyer untuk

wadah fitrat ; corong untuk mempermudah cairan fitrasi masuk kedalam erlenmeyer ;

mortar dan alu untuk menghalidkan daging ikan ; cawan conwey untuk menganalisa

TVB dan TMA ; timbangan digital untuk menimbang daging ikan dengan ketelitian

0,01 ; pipet volume 10 ml untuk mengambil larutan TCA 7% ; kayu untuk

memiringkan cawan conway ; wasing bottle sebagai wadah pada aquadest ; pipet

tetes untuk memebantu mengambil larutan berbahaya dengan bantuan pipet volume

; dan incubator untuk menginkubasi cawan conway pada suhu ruang.

Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum dan Fisiologi Pasca Panen

tentang TVB dan TMA yaitu TCA 7% untuk mendegradasi basa-basa volatile dan

jaringan sampel ; H2BO3 untuk menangkap basa-basa volatile kecuali TMA ; alkohol

untuk membersihkan cawan conway ; kertas saring untuk menyaring larutan sampel

sehingga diperoleh filtrasi ; tissue untuk membersihkan alat-alat yang sudah

dipakai ; kertas label untuk memberi tanda pada cawan conway ; air untuk mencuci

alat yang sudah digunakan ; vaselin untuk merekatkan cawan conway dengan

tutupnya ; HCl 0,01 N untuk mengkap basa-basa volatile dan indikator tashiro untuk

indikator perubaha warnasaat di uji HCl.

Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya sampel ikan dihaluskan dan

ditimbang 3 gram dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01,

kemudian dimasukan kedalam beaker glass 500 ml dan ditambah TCA 7%

sebanyak 9 ml. Selanjutnya sampel di saring dengan kertas saring dan dimasukan

kedalam erlenmeyer 250 ml kemudian di fitrat, sementara itu, pada caawan conway

dibersihkan dengan tissue yang sudah dibasahi alkohol, kemudian di incubasi

selama 30 menit agar cawan conway bersih, lalu di olesi vaselin bagian tepi dengan

vaselin fungsinya untuk meletakan cawan conway dengan cawan conway, setelah

itu cawan conway diletakan miring dengan tutup setengah terbuka agar uap air

cepat megering, setelah itu disiapkan sampel daging ikan fase post rigor lalu di

haluskan dengan morar dan alu ditimbanag sebanayak 3 gram dengan timbangan

analitik.

Setelah ditimbang sampel dimasukan kedalam beaker glass 100 ml dan

ditambah TCA 7% sebanyak 9 ml untuk mengikat dan mendegradasi basa-basa

volatile. Larutan di saring dengan kertas saring dan dimasukan ke dalam erlenmeyer

250 ml kemudian diperoleh filtrat. Setelah itu disiapkan 3 cawan conway untuk uji

TMA, TVB dan uji blanko. Untuk uji TMA daging ikan, cawan conway bagian tengah

diberi H3BO3 1 ml dan formalin 0,5 mk, fungsi formalin untuk mengikat basa-basa

volatile kecuali TMA. Dibagian kiri di beri K2CO3 1 ml untuk membebaskan basa-

basa volatile yang diikat TCA 7%. Kemudian untuk menguji TVB daging ikan, cawan

conway bagian-bagian di beri K2CO3 1 ml. Sedangkan untuk pembuatan blanko,

cawan conway bagian tengah di beri H3BO3 1 ml, di bagian kanan diberi TCA 7%

dan bagian kanan diberi K2CO3 1 ml.

Langkah selanjutnya cawan conway ditutup dan digoyangkan mengikuti

bentuk angka delapan. Kemudian di inkubasi pada suhu 370C selama 2 jam.

Kemudian setelah 2 jamcawan conway di keluarkan dari incubator dan di tetesi

indikator tashiro sebanyak 3 tetes sebagai indikator perubahan warna saat di uji

dengan HCl, lalu dititrasi dengan HCl 0,01 N sampai merah muda dan dihitung ml

titrasinya. Setelah itu di hitung kadar TVB dan TMA dengan rumus :

kadar TMA = ( ml titrasi – ml blanko ) × 80 mgN / 100 gr sampel

Kadar TVB = ( ml titrasi – ml blanko ) × 80 mgN / 100 gr sampel

4.4 Analisa HasilDalam praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen dengan materi TVB

dan TMA diperoleh sebagai berikut :

Pada kelompok 10 dengan perlakuan ikan nila dibiarkan mati sendiri untuk

berat sampel 3 gr, titrasi HCl 0,01 N tidak dihasilkan maka kadar TVB juga tidak

dihasilkan karena percobaan gagal.

Pada kelompok 11 dengan perlakuan ikan mas dibiarkan mati sendiri untuk

berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat

kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan

uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 3,4 ml diperoleh kadar TVB sebesar 2,72 mgN / 100gr.

Pada kelompok 12 dengan perlakuan ikan nila dipukul benda keras untuk

berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat

kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan

uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,8 ml diperoleh kadar TVB sebesar 0,64 mgN / 100gr.

Pada kelompok 13 dengan perlakuan ikan mas dipukul benda keras untuk

berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 0,40 ml di dapat

kadar TMA 0,32 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan

uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,8 ml diperoleh kadar TVB sebesar 0,64 mgN / 100gr.

Pada kelompok 14 dengan perlakuan ikan nila ditusuk medula oblangata

dengan berat sampel 3 gram dan nilai titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,40 ml diperoleh

kadar TMA 0,32 mgN / 100 gr. Sedangkan pada uji TVB tidak diperoleh hasil karena

tidak didapat hasil titrasi pada 0,01 N pada itu.

Pada kelompok 15 dengan perlakuan ikan mas ditusuk medula oblangata

untuk berat sampel uji TMA yaitu 3 gram, titrasi HCl 0,01 N diperoleh 1,50 ml di

dapat kadar TMA 1,20 mgN/100gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3

gr dan uji titrasi HCl 0,01 N sebesar 1,50 ml, diperoleh nilai TMA sebesar 1,20 mgN /

100 gr. Sedangkan pada uji TVB dengan berat sampel 3 gr dan hasil titrasi HCl 0,01

N sebesar 0,1 ml diperoleh nilai TVB sebesar 0,08 mgN / 100 gr.

Pada kelompok 16 dengan perlakuan ikan nila di patahkan tulang belakang,

pada uji TMA dengan berat sampel 3 gram dan hasil titrasi HCl 0,01 N. Tidak

dipeoleh maka nilai TMA juga tidak didapatkan. Sedangkan pada uji TVB dengan

berat sampel 3 gr dan hasil titrasi HCl 0,01 N sebesar 1,1 ml maka diperoleh hasil

TVB sebesar 0,88 mgN / 100 gr.

Pada kelompok 17 dengan ikan mas dipatahkan tulang belakang tidak

diperoler oleh nilai TVB karena titrasi HCl 0,01 N sebesar 0,50 ml, diperoleh nilai

TMA sebesar 0,40 mgN / 100 gr.

Pada ikan dengan kadar TMA sebesar 0,40 mgN / 100 gr, bau ikan segar

masih nyata, namun pada kadar TMA 4-6 mgN / 100 gr daging, bau ikan segar

sudah mulai hilang. TMA itu sendiri tidak memberikan bau ikan busuk.bau ikan rusak

akan timbul bila TMA bereaksi dengan lemak dalam tubuh ika sendiri. TMA tidak

selalau berkolerasi baik terhadap organoleptik. Hubungan ikan segra ( 10-1 ) yaitu

tersegar – terbusuk 6,20 – 1,46 indeks, dimana TMA indeks log ( 1 + kadar TMA ).

Kadar TMA dinyatakan dengan mg TMA N / 100 gr daging ikan kecepatan

pembusukan pada ikan air tawar sangat berbeda dengan pembusukan ikan air laut.

Pada ikan air tawar yang dari es, reaksi autolisis tampak lebih dominan dari pada

penguraian oleh bakteri ( suwetja, 2011 ).

Menurut Farber ( 1965 ) dalam Septian ( 2008 ), tingkat kesegaran hasil

perikanan berdasarkan TVBN dikelompokan menjadi 4 yaitu :

Ikan akan segar dengan kadar TVBN 10 mgN / 100 gr atau lebih kecil

Ikan yang berada pada garis batas kesegaran yang masih dapat di konsumsi

dengan kadar TVBN 20 – 30 mgN / 100 gr

Ikan busuk yang tidak dapat dikonsumsi dengan kadar TVBN lebih besar dari

30 mgN / 100 gr

Rumus : TVB danTMA=ml titrasi sampel−ml titrasi blanko×80mgN100gramberat sampel

LAMPIRAN

PERHITUNGAN TMA

Kelompok 10

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,20−0 )×80mgN

100 gram

= 16mgN100gr = 0,16 mgN / 100 gr

Kelompok 11

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,40−0 )×80mgN

100 gram

= 32mgN100gr = 0,32 mgN / 100 gr

Kelompok 12

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,40−0 )×80mgN

100 gram

= 32mgN100gr = 0,32 mgN / 100 gr

Kelompok 13

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,14−0 )×80mgN

100gram

= 11,2mgN100 gr = 0,112 mgN / 100 gr

Kelompok 14

TMA = (ml titrasi sampel−ml blanko )×80mg

100 gram

= (0,40−0 )×80mgN

100 gram

= 32mgN100gr = 0,32 mgN / 100 gr

Kelompok 15

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (1,5−0 )×80mgN

100 gram

= 120mgN100gr = 1,2 mgN / 100 gr

Kelompok 16

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= —

Kelompok 17

TMA = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,50−0 )×80mgN

100 gram

= 40mgN100gr = 0,4 mgN / 100 gr

Perhitungan TVB

Kelompok 10

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0−0 )×80mgN100 gram

= 0

Kelompok 11

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (3,4−0 )×80mgN

100 gram

= 272mgN100gr = 2,79 mgN / 100 gr

Kelompok 12

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,8−0 )×80mgN

100 gram

= 64mgN100gr = 0,64 mgN / 100 gr

Kelompok 13

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,8−0 )×80mgN

100 gram

= 64mgN100gr = 0,64 mgN / 100 gr

Kelompok 14

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0−0 )×80mgN100 gram

= 0

Kelompok 15

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0,1−0 )×80mgN

100 gram

= 8mgN100gr = 0,08 mgN / 100 gr

Kelompok 16

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (1,1−0 )×80mgN

100 gram

= 88mgN100gr = 0,88 mgN / 100 gr

Kelompok 17

TVB = (ml titrasi sampel−mlblanko )×80mg

100gram

= (0−0 )×80mgN100 gram

= 0

5. PENUTUP5.1 Kesimpulan

Dari praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang TVB/TMA dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

TVB adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan saat ini untuk

memperkirakan tingkat dekomposisi ikan

Makin tinggi kadar TVB/TMA makin jelek mutu ikan karena berhubungan dengan

aktivitas bakteri pembusuk pada daging ikan sebagai standar mutu dan tingkat

kesegaran ikan

Kadar TVB/TMA dapat I hitung dengan rumus:

TVB/TMA = ml titrasi sampel – ml blanko x 80mg

100 gram berat sampel

Trimetilamin dihasilkan oleh senyawa – senyawa lipida protein yang diuraikan

terlebih dahulu menjadi kolin

Dari hasil Praktikum diperoleh kadar TMA tertinggi terdapat pada ikan mas

dengan perlakuan dibiarkan mati sendiri yaitu sebesar 2,72mgN/100gr dan

terendah terdapat pada ikan mas yang ditusuk medulla oblongata sebesar

0,08mgN/100gr. Serta TMA terendah pada ikan mas yang dipukul benda keras

yaitu sebesar 0,112mgN/100gr.

5.2 SaranPada Praktikum Teknologi dan Fisiologi Pasca Panen tentang materi

TVB/TMA diharapkan para praktikan meakukan praktikum dengan sungguh –

sungguh agar hasil yang didapat sesuai dengan teori yang ada dan bagi praktikan

tanyakan semua materi yang masih belum belum kalian ketahui, sehingga dalam

preetes dan melaksanaka praktikum tidak terjadi kesalahan dan mengulang- ulang

kagi.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan. 1998. Analisis Pola Musim Penangkapan dan Tingkat Pemanfaatan Ikan

teri di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Skripsi. Bogor. IPB. FPIK.

Indra, Jaya dan Dewi Kartika Ramadhan. 2006. Aplikasi Metode Akuistik untuk uji

Kesegaran Ikan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan vol ix nomor. 2

Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta

Khielda. 2012. Gizi Seimbang sebagai Pengganti 4 Sehat 5 Sempurna hidarwweb.

blog.spot.com diakses tanggal 2 april 2012

Mudjiharto. 2005. Diklat Kuliah Biokimia Nutrisi Protein Ikan. Jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan. Fakultas perikanan. Universitas Brawijaya: Malang

Rudi, Hartono, Hikmawati Mas’ud, Sirojudin, Agustian Ipa. 2005. Pengaruh

Pemberian Kalium Sorbat dan Natrium Klorida dan Pembentukan Histamin Ikan

Cakalang. Jurnal Media Gizi dan Keluarga 29(1): 81-89

Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Lele Dumbo dan Lokal. Kanisus :

Yogyakarta

Santrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kansius:

Yogyakarta

Septiarini, Tri. 2008. Karakteristik Mutu Ikan Tengiri (Secemberemus commersil) di

Kecamatan Manggar, Kabupataen Belitung Timur. Skripsi. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB

Subrata.I, Dewa Made, Bustami Ibrahim, Anna C Erungan, Steven 6, Tunas. 2001.

Rancangan Prototipe Alat Pengukur Kesegaran Ikan Berdasarkan Tahanan

Listrik. Buletin Keteknikan Pertanian Bogor. Vol 15. No. 2

Sudarmadji, S, B, Haryono, Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan

dan Pertanian. Liberty: Jakarta

Topatubun,A. M, Nanloty, EEE.M, dan Louhenapesy. 2008. Efek Waktu pemanasan

Terhadap Mutu Beberapa Jenis Ikan Icthyos. 7 (2) 65 – 70

Tim Lentera dan Yusuf Bachtiar. 2006. Mencegah Mas Koki Mudah Mati.

Agromedia: Jakarta

Wangsadinata, Vera. 2009. Sistem Pengendalian Mutu Ikan Swanggi (Pranchatus

mocrancanthus). (Studi kasus di CV Bahari express, Pelabuhan Ratu,

Sukabumi). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. IPB.

Yuliana, Net. 2007. Profil Fermentasi “Rusip” yang dibuat dari Ikan Teri

(Stolephorus sp) Jurnal Agritech vol. 27. Nol. 1