materi fisiopedi

10
CEREBRAL PALSY Definisi Cerebral Palsy (CP) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelumpuhan fungsi motorik yang terjadi akibat adanya kerusakan otak pada anak tanpa melihat penyebab ataupun akibat dari kerusakan tersebut pada anak. Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al, 2001 dalam Jan S, 2008). Cerebral palsy merupakan salah satu gangguan bawaan (yang ada sebelum atau saat kelahiran) yang paling umum terjadi pada masa kanak- kanak. Biasanya yang dijadikan acuan onset kejadiannya sebelum 3 tahun. Lesi saraf pada cerebral palsy tidak progresif, walaupun menjadi perubahan dan variasi dalam perjalanannya tergantung kelainan yang terlihat dan perkembangan pada tiap anak. Perubahan ini terjadi tergantung dari beberapa faktor yakni maturasi otak, pertumbuhan tubuh, keseimbangan otot, dan gerakan anak dan kecenderungan postur (Pamela, 1993). Patofisiologi Oleh karena kompleksitas dan kerentanan otak selama masa perkembangannya, menyebabkan otak sebagai subyek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral ischemia yang terjadi sebelum minggu ke–20 kehamilan dapat menyebabkan defisit migrasi neuronal, antara minggu ke–24 sampai ke–34 menyebabkan periventricular leucomalacia atau PVL dan antara minggu ke–34 sampai ke-40 menyebabkan focal atau multifocal cerebral injury. Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia jaringan otak terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan tergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat yang terkena. Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian cerebral palsy. Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter. Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau periventricular leucomalacia, yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik. Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas dari arterycerebral mayor, yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya koreoathetoid atau distonik. Kerusakan vaskular yang terjadi pada saat perawatan seringkali terjadi dalam distribusi artery cerebral bagian tengah, yang menyebabkan terjadinya fenotip spastik hemiplegia. Tidak ada hal-hal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi, dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan cerebral hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan vaskular regional dan faktor metabolik, serta distribusi regional dari rangsangan pembentukkan synaps. Antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang dekat dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia. Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiata, yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Etiologi Cerebral palsy dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetik (Soetjiningsih, 1995). Menurut Soetjiningsih, kerusakan pada otak dapat terjadi pada masa prenatal, natal dan postnatal. 1)Riwayat Prenatal a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom. b. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun c. Infeksi intrauterin : TORCH (Toxoplasma, Rubella atau campak Jerman, Cytomegalovirus, Herpes simplexvirus) dan sifilis. d. Radiasi saat masih dalam kandungan. e. Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain – lain). f. Keracunan saat kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol. g. Induksi konsepsi. h. Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati, riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan kelainan morotik, retardasi mental atau sensory deficit). i. Toksemia gravidarum, yaitu kumpulan gejala–gejala dalam Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Upload: qina-nugroho

Post on 28-Dec-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Materi fisiopedi, disusun oleh Syauqinaa Sabiilaa

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI FISIOPEDI

CEREBRAL PALSY

DefinisiCerebral Palsy (CP) merupakan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan kelumpuhan fungsi motorik yang terjadi akibat adanya kerusakan otak pada anak tanpa melihat penyebab ataupun akibat dari kerusakan tersebut pada anak. Cerebral Palsy adalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al, 2001 dalam Jan S, 2008).

Cerebral palsy merupakan salah satu gangguan bawaan (yang ada sebelum atau saat kelahiran) yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Biasanya yang dijadikan acuan onset kejadiannya sebelum 3 tahun. Lesi saraf pada cerebral palsy tidak progresif, walaupun menjadi perubahan dan variasi dalam perjalanannya tergantung kelainan yang terlihat dan perkembangan pada tiap anak. Perubahan ini terjadi tergantung dari beberapa faktor yakni maturasi otak, pertumbuhan tubuh, keseimbangan otot, dan gerakan anak dan kecenderungan postur (Pamela, 1993).

Patofisiologi Oleh karena kompleksitas dan

kerentanan otak selama masa perkembangannya, menyebabkan otak sebagai subyek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral ischemia yang terjadi sebelum minggu ke–20 kehamilan dapat menyebabkan defisit migrasi neuronal, antara minggu ke–24 sampai ke–34 menyebabkan periventricular leucomalacia atau PVL dan antara minggu ke–34 sampai ke-40 menyebabkan focal atau multifocal cerebral injury.

Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia jaringan otak terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan

tergantung pada berat ringannya asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi atrofi yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat yang terkena.

Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian cerebral palsy. Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter. Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau periventricular leucomalacia, yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik.

Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas dari arterycerebral mayor, yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya koreoathetoid atau distonik. Kerusakan vaskular yang terjadi pada saat perawatan seringkali terjadi dalam distribusi artery cerebral bagian tengah, yang menyebabkan terjadinya fenotip spastik hemiplegia.

Tidak ada hal-hal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi, dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan cerebral hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan vaskular regional dan faktor metabolik, serta distribusi regional dari rangsangan pembentukkan synaps.

Antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa kehamilan, area

periventricular white matter yang dekat dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia. Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiata, yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Etiologi

Cerebral palsy dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetik (Soetjiningsih, 1995). Menurut Soetjiningsih, kerusakan pada otak dapat terjadi pada masa prenatal, natal dan postnatal.1)Riwayat Prenatal

a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan kromosom.

b. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun

c. Infeksi intrauterin : TORCH (Toxoplasma, Rubella atau campak Jerman, Cytomegalovirus, Herpes simplexvirus) dan sifilis.

d. Radiasi saat masih dalam kandungan.e. Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta,

plasenta previa, anoksia maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan lain – lain).

f. Keracunan saat kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok dan alkohol.

g. Induksi konsepsi.h. Riwayat obstetrik (riwayat keguguran,

riwayat lahir mati, riwayat melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan kelainan morotik, retardasi mental atau sensory deficit).

i. Toksemia gravidarum, yaitu kumpulan gejala–gejala dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria dan Edema), yang kadang–kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang–kejang atau konvulsi dan koma). Patogenetik hubungan

antara toksemia pada kehamilan dengan kejadian cerebral palsy masih belum jelas. Namun, hal ini mungkin terjadi karena toksemia menyebabkan kerusakan otak pada janin.

j. Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena kematian prenatal pada salah satu bayi kembar.

2)Riwayat Natala. Anoksia/hipoksia

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa natal ialah cidera otak. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan alat tertentu dan lahir dengan seksio sesar.b. Perdarahan otak

Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan menyebabkan penyumbatan CSS atau cairan serebrospinalis sehingga mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.c. Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.d. Postmaturitase. Ikterus neonatorum

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan (Tjipta, 1994

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 2: MATERI FISIOPEDI

dalam Arif Mansjoer, 2008). Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.f. Kelahiran sungsangg. Bayi kembar

Ternyata bahwa makin canggih unit perawatan infeksi neonatal, makin tinggi angka kejadian cerebral palsy. Sehingga dikatakan bahwa cerebral palsy adalah produk sampah dari suatu kemajuan unit perawatan intensif neonatal. (Soetjiningsih, 1995)3)Riwayat Postnatal

a. Trauma kepalab. Meningitis / ensefalitis yang terjadi 6

bulan pertama kehidupanc. Racun berupa logam berat, COd. Luka parut pada otak paska bedah.

Manifestasi Klinis1. Terdapat spastisitas, terdapat gerakan-

gerakan involunter seperti atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.

2. Terdapat ataksia, gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun atau hipotonus, dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.

3. Menetapnya refleks primitif dan tidak timbulnya refleks-refleks yang lebih tinggi, seperti refleks landau atau parasut.

4. PenglihatanMasalah penglihatan yang biasanya muncul pada anak cerebral palsy adalah juling. Bila terjadi hal tersebut harus segera diperiksakan ke dokter karena dapat menyebabkan anak hanya dapat menggunakan satu matanya saja.

5. PendengaranKehilangan pendengaran berhubungan dengan mikrosefali, mikroftalmia dan penyakit jantung bawaan, dimana disarankan untuk memeriksa ada

tidaknya infeksi TORCH (toksoplasma, rubella, citomegalovirus dan herpes simpleks). Pada sebagian penderita diskinesia, kernikterus dapat menyebabkan ketulian sensorineural frekuensi tinggi. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan terjadinya gangguan bahasa atau komunikasi.

6. Kesulitan makan dan komunikasiKesulitan makan dan komunikasi ini kemungkinan disebabkan karena adanya air liur yang berlebihan akibat fungsi bulbar yang buruk, aspirasi pneumonia yang berulang dan terdapat kegagalan pertumbuhan paru-paru.Masalah kesulitan makan yang menetap dapat menjadi gejala awal dari kesulitan untuk mengekspresikan bahasa di masa yang akan datang. Penilaian awal kemampuan berkomunikasi dilakukan dengan bantuan ahli terapi bicara dan bahasa adalah penting dilakukan untuk mengetahui alat yang sesuai sebagai alternatif untuk membantu berkomunikasi. Hal ini penting dilakukan untuk memantau perkembangan kognitif anak.

7. PertumbuhanKesulitan makan dapat menyebabkan anak tidak tumbuh dengan semestinya. Anak tersebut dapat kekurangan berat badan.

8. Kesulitan belajarAnak dengan gangguan komunikasi akan sulit dalam menerima suatu pemahan, walau tidak semua anak dengan cerebral palsy mengalami hal tersebut.

9. Gangguan tingkah lakuAnak cerebral palsy mengalami kesulitan dalam komunikasi dan gerak, sehingga anak akan lebih mudah marah jika dia diajarkan sesuatu pelajaran atau hal baru akan mengalami kesulitan. Sehingga harus lebih sabar dalam menghadapinya.

PrognosisBeberapa faktor berpengaruh terhadap

prognosis penderita cerebral palsy seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek patologik dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan hemiplegi

sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut. Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu. Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling sering didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas. Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini (Steven et all, 2004).

Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck reflex, extensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun akan belajar berjalan (Steven et all, 2004).

Klasifikasi Cerebral Palsy berdasarkan Berdasarkan gejala dan tanda neurologis:1. Tipe Spastik

Spastik berarti kekakuan pada otot. Hal ini terjadi ketika kerusakan otak terjadi pada bagian cortex cerebri atau pada traktus piramidalis. Tipe ini merupakan tipe cerebral palsy yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 70 – 80 % dari penderita.

Pada penderita tipe spastik terjadi peningkatan tonus otot (hipertonus), hiperefleks dan keterbatasan ROM sendi akibat adanya kekakuan. Selain itu juga dapat mempengaruhi lidah, mulut dan faring sehingga menyebabkan gangguan berbicara, makan, bernapas dan menelan. Jika terus dibiarkan pederita cerebral palsy dapat mengalami dislokasi hip, skoliosis dan deformitas anggota badan.

Tipe spastik dapat diklasifikasikan berdasarkan topografinya, yaitu:a. Monoplegi Pada monoplegi, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik. Umumnya hal ini terjadi pada lengan atau anggota gerak atas. b. Diplegi Disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus corticospinalbillateral. Kekakuan terjadi pada dua anggota gerak, sedangkan sistem–sistem lain normal. Anggota gerak bawah biasanya lebih berat dibanding dengan anggota gerak atas.c. Triplegi Spastik pada triplegi menyerang tiga anggota gerak. Umumnya menyerang pada kedua anggota gerak atas dan satu anggota gerak bawah.d. Tetraplegi atau quadriplegi Ditandai dengan kekakuan pada keempat anggota gerak dan juga terjadi keterbatasan pada tungkai.2. Tipe Diskinetik

Merupakan tipe cerebral palsy dengan otot lengan, tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk. Gerakan akan menghilang jika anak tidur. Tipe ini dapat ditemukan pada 10 – 15 % kasus cerebral palsy.

Terdiri atas 2 tipe, yaitu :a. DistonikGerakan yang dihasilkan lambat dan berulang–ulang sehingga menyebabkan gerakan melilit atau meliuk-liuk dan postur yang abnormal.b. AthetoidMenghasilkan gerakan tambahan yang tidak dapat dikontrol, khususnya pada lengan, tangan dan kaki serta disekitar mulut.3. Tipe Ataksia

Pada tipe ini terjadi kerusakan pada cerebellum, sehingga mempengaruhi koordinasi gerakan, keseimbangan dan gangguan postur. Tipe ini merupakan tipe cerebral palsy yang paling sedikit ditemukan yaitu sekitar 5 – 10 % dari

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 3: MATERI FISIOPEDI

penderita. Pada penderita tipe ataxia terjadi penurunan tonus otot atau hipotonus, tremor, cara berjalan yang lebar akibat gangguan keseimbangan serta kontrol gerak motorik halus yang buruk karena lemahnya koordinasi.4. Tipe Campuran

Merupakan tipe cerebral palsy yang merupakan gabungan dari dua tipe cerebral palsy. Gabungan yang paling sering terjadi adalah antara spastic dan athetoid.

Klasifikasi cerebral palsy berdasarkan derajat keparahan fungsional: a. Cerebral Palsy ringan (10%), masih bisa

melakukan pekerjaan atau aktifitas sehari hari sehingga tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.

b. Cerebral Palsy sedang (30%), aktifitas sangat terbatas sekali sehingga membutuhkan bermacam bentuk bantuan pendidikan, fisioterapi, alat brace dan lain lain.

c. Cerebral Palsy berat (60%), penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik. Pada penderita ini sedikit sekali menunjukan kegunaan fisioterapi ataupun pendidikan yang diberikan. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.

AUTISME

Definisi Kata autis berasal dari bahasa Yunani

“auto” berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Autisme adalah gangguan perkembangan komplek yang biasanya mulai terlihat pada 3 tahun pertama usia bayi serta dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Autisme biasanya dijelaskan dengan beberapa tingkah laku tertentu.

Pada umumnya penyandang autis mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada

reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).

Etiologi Penyebab autis belum diketahui secara

pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis. Beberapa teori penyebab autis adalah : Genetik (heriditer), teori kelebihan Opioid, teori Gulten-Casein (celiac), kolokistokinin, teori oksitosin Dan Vasopressin, teori metilation, teori Imunitas, teori Autoimun dan Alergi makanan, teori Zat darah penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa vhal di antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk netalotianin.

Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autis telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika

bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.

Manifestasi Klinis1. Gangguan dalam komunikasi verbal

maupun nonverbal. Meliputi kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (“bahasa planet”). Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. nEkolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik datar.

2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh. Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

3. Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang,

memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.

4. Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

5. Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 4: MATERI FISIOPEDI

sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.

6. Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.

Deteksi autismeAmati gerak balita, sebab gejala

autisme muncul pada fase usia 0-3 tahun ada banyak gejala autisme. sekalipun ada kontak mata, jika anak menunjukkan gejala autisme lain, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter saraf anak atau ahli kejiwaan anak untuk memastikan diagnosa autisme. Diagnosa bisa dipercaya bila dokter melakukan test dengan kriteria DSM IV atau ICD-10.

Indikator perilaku autistik pada anak-anak bahasa dan komunikasi:1. Ekspresi wajah datar2. Tidak menggunakan bahasa atau

isyarat tubuh3. Jarang memulai komunikasi4. Tidak meniru aksi dan suara5. Bicara sedikit atau tidak ada6. Mengulangi atau membeo kata-kata,

kalimat-kalimat, atau nyanyian7. Mengucapkan intonasi atau ritme vokal

yang aneh

8. Tampak tidak mengerti arti kata. Kalau mengerti dan menggunakan kata secara terbatas

9. Hubungan dengan orang Tidak responsifa. Tidak ada senyum sosialb. Tidak berkomunikasi dengan matac. Kontak mata terbatasd. Tampak asyik bila dibiarkan sendiriane. Tidak melakukan permainan giliranf. Menggunakan tangan orang dewasa

sebagai alat untuk melakukan sesuatu10. Hubungan dengan lingkungan bermain

repetitif atau diulang-ulanga. Marah dan tidak menghendaki

perubahanb. Berkembangnya rutinitas yang kakuc. Memperlihatkan ketertarikan yang

sangat pada sesuatu dan tidak fleksibel

d. Respon terhadap rangsangan panik terhadap suara-suara tertentu

e. Sangat sensitif terhadap suaraf. Bermain dengan cahaya dan pantulang. Memainkan jari-jari di depan matah. Menarik diri ketika disentuhi. Sangat tidak suka dengan pakaian,

makanan, atau hal-hal tertentuj. Tertarik pada pola, tekstur, atau bau

tertentuk. Sangat inaktif atau hiperaktifl. Mungkin suka memutar-mutar

sesuatu, bermain berputar-putar, membentur-benturkan kepala, atau menggigit pergelangan

m. Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan tangan

n. Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri

o. Kesenjangan perkembangan perilaku kemampuan akan sesuatu mungkin sangat baik atau sangat terlambat

p. Mempelajari keterampilan di luar urutan normal. Misal : membaca tapi tidak mengerti arti

q. Menggambar secara rinci tapi tidak bisa mengancingkan baju

r. Pintar memainkan puzzle tapi amat sukar mengikuti perintah

s. Berjalan pada usia normal, tapi tidak bisa berkomunikasi

t. Lancar membeo bicara, tapi sulit memulai bicara dari diri sendiri (inisiatif komunikasi)

u. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi di lain waktu tidak

DOWN SYNDROMEDown syndrome adalah kelainan genetik

yang disebabkan karena adanya kelebihan kromosom pada kromosom 21 atau trisomi 21

Manusia normal mempunyai 23 pasang kromosom XX atau 23 pasang kromosom XY tetapi penyandang down syndrom kromosom ke 21 mereka ada 3

Ini bermakna mereka mempunyai 47 kromosom berbanding hanya 46 kromosom pada orang normal.

IMPAIRMENT- Hipotonus pada AGA dan AGB- Penurunan kekuatan otot- Instabilitas jointFUNCTIONAL LIMITATION- Px belum mampu untuk merangkak- Px belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiriDISABILITY- Px tidak mampu bermain dengan teman sebayanya karena diusianya yang hampir 2 th px belum mampu merangkak, berdiri dan berjalan secara mandiri serta belum mampu berbicara dengan tegas

Tujuan Fisioterapi- meningkatkan tonus otot AGA dan AGB- meningkatkan kekuatan otot- meningkatkan stabilitas sendi - meningkatkan kemampuan fungsional px

Ciri Khas DS:a. Satu garis ditapak tangan (garis simian)b. Lidah terjulur (disebabkan rongga mulut

kecil)c. Leher pendekd. Pada kaki jarak antara ibu jari kaki dan

telunjuk jauh

e. Rambut lebih lemas tipis, dan jarangf. Tangan lebih pendekg. Mental retardation : IQ rendah, rata-

rata 30-40%h. Physical retardation: pertumbuhan dan

perkembangan fisik terlambatcelah mata miring dengan kulit

epicanthic lipatan di sudut bagian dalam mata, hypotonia otot (tonus otot miskin), jembatan hidung datar, palmar tunggal kali lipat, lidah menonjol (karena rongga mulut kecil, dan lidah membesar dekat amandel ), leher pendek, bintik-bintik putih pada iris dikenal sebagai bintik-bintik Brushfield, kelemahan sendi yang berlebihan termasuk atlanto-aksial ketidakstabilan, cacat jantung bawaan, ruang yang berlebihan antara jari kaki besar dan kaki kedua, fleksi alur tunggal jari kelima, dan lebih tinggi jumlah loop ulna dermatoglyphs. Kebanyakan individu dengan sindrom Down memiliki keterbelakangan mental di ringan (IQ 50-70) sampai sedang (IQ 35-50) rentang, dengan individu yang memiliki Mosaic Down syndrome (dijelaskan di bawah) biasanya 10-30 poin lebih tinggi. Selain itu, individu dengan sindrom Down dapat memiliki kelainan serius yang mempengaruhi sistem tubuh. Mereka juga mungkin memiliki kepala yang luas dan wajah yang sangat bulat.

HIPOTONUSKualitas tonus otot lebih rendah dari normalDikelompokkan sebagai kelumpuhanPerasaan berat jika anggota digerakkan secara pasifUntuk menggerakkan tulang terhadap gravitasi, otot berkontraksiTingkat dari kontraksi otot diperlukan untuk stabilisasi dan menggerakkan tulangKontraksi otot yang diperlukan pada hipotonus tidak mencukupi

Hipotonus merupakan gambaran salahsatu karakteristik dari:-Gangguan :-Cerebral palsy-Down syndrome

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 5: MATERI FISIOPEDI

Keterlambatan perkembangan yang non-spesifikGangguan/ penyakit pada jaringan ikat dan metabolik, nutrisi, gangguan endokrinBeberapa sindrome lain

Masalah Utamaa. Kelelahan yang berlebihanb. Ketidak-aktifanc. Penguasaan kepala, leher dan dada

tidak cukup untuk mendukung gerakan fungsional

d. Kemampuan fisik yang terbatas, untuk menjaga keseimbangan tubuh sewaktu berinteraksi dengan lingkungan

e. Postural yang tidak stabilf. Anggota tubuh dan tubuh merosot

karena gravitasi, sehingga menyebabkan perubahan postur dikenal sebagai frog-leg position

g. Kesulitan menguasai mid-line positionh. Hipermobilitas i. Kemungkinan ada dislokasij. Gangguan respirasik. Masalah dengan oral motor functionl. Gangguan kepribadian

Tujuan Fisioterapia. Meningkatkan tonus posturalb. Meningkatkan head controlc. Meningkatkan trunk control dan

alignmentd. Memperbaiki atau menghilangkan

problem pada pernafasan dan kesulitan makan

e. Beri saran pada orangtua tentang penanganan di rumah

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 6: MATERI FISIOPEDI

MODALITAS FISIOTERAPI

Metode Sensomotor TactileDimulai dari : lurus – kanan – kiri – kiri – kanan – lingkar COG dengan teknik:1) Usapan 2) Gelombang 3) Contract – stretch 4) Figure eightMetode sensomotor ini dilakukan dengan posisi dibawah ini:1) Telentang

a) Tactile ( usapan, gelombang, contract – stretch)

b) Myofascial – Trigger Point – Tendon Guard

Dimulai dari ventral kemudian ekstremitas(1) Ventral Dilakukann pada area : Pectoralis kanan – Pectoralis kiri – Hanging costa kiri – Crista iliaca kiri – Crista iliaca kanan – Hanging costa kanan – Sternum-xypoideus – Clavicula – Rectus abdominis(2) Ekstremitas Atas

Lengan kanan : Picking up – Contract/stretch – Myofascial – Tendon guard Lengan kiri : Picking up – Contract/stretch – Myofascial – Tendon guardTungkai kiri : Picking up – Contract/stretch – Myofascial – Tendon guardTungkai kanan : Picking up – Contract/stretct – Myofascial – Tendon guard

c) Figure Eightd) Angka 1

2) Miring Kanan – Kiria)Usapan : dimulai dari COG ke atasb)Contract – Stretch c)Tendon GuardPada area : sepanjang trunk, inter costa, lingkar scapula, leher & trapezius.d)Mobilisasi ShoulderDengan gerakan : Elevasi – Retraksi-Protraksi – Circumductione)Rotasi Trunk

3) Tengkurap

a)Dorsal (1)Tactile (usapan – gelombang – contract/stretch)(2)Tendon guard : L5 – S1, Th12, Th7, Th3, C7, Otot – otot multifidus pada vertebra (33), Scapula dan Trapezius

b)Ekstremitas Bawah(1)Picking up(2)Contract – Stretch (3)Myofascial(4)Tendon Guard : Gluteus, Hamstring, Gastrocnemius, Achiles, Palmar (5)Figure Eight

Patterning – Repatterning1)Patterning

a)Rolling (Head – Neck to body – Body to body)b)On elbowc)On hand d)Quadripedal (Creeping – Crawling)e)Rockingf)Sitting g)Kneelingh)Half Kneelingi)Standing

2)Repatterning Diberikan untuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus atau anak yang sudah bisa jalan).

Ekspresi Wajah1)Sekitar mata : hitungan 1 – 72)Frontal : hitungan 1 – 7 3)Atas alis : hitungan 1 – 7 4)Garis rambut : hitungan 1 – 7 5)Tulang pipi : hitungan 1 – 7 6)Sekitar mulut : hitungan 1 – 7 7)Rahang bawah : hitungan 1 – 7 8)Telinga depan : hitungan 1 – 7 9)Telinga bawah : hitungan 1 – 7 10)Vibrasi bawah dagu dengan 2 jariGerakan diatas dilakukan sampai 3x pengulangan

Oral Tactile & Stimulasi 1)Bibir atas – bawah2)Gusi bawah – atas3)Pipi dalam kanan – kiri 4)Gusi rahang bawah – atas5)Lidah 6)Langit - langit

Brain GymDiberikan untuk mengenalkan center body/lateral1)Posisi telentang

Berikan traksi pada : lengan kanan – tungkai kanan, tungkai kiri – lengan kiri, lengan kanan – tungkai kiri, lengan kiri – tungkai kanan, lengan kanan & lengan kiri.

2)Gerakan leher Berikan traksi terlebih dahulu kemudian gerakan ke arah flexi – lateral – rotasi.

Gerakan tersebut dilakukan sebanyak 7 hitungan sampai 3x pengulangan.

NEURO DEVELOPMENT TREATMENTDefinisi

NDT atau Bobath yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak. Agar lebih efektif, penanganan harus dimulai secepatnya, sebaiknya sebelum anak berusia 6 bulan. Hal ini sesungguhnya masih efektif untuk anak pada usia yang lebih tua, namun ketidaknormalan akan semakin tampak seiring dengan bertambahnya usia anak dan biasanya membawa terapi pada kehidupan sehari-hari sangat sulit dicapai.

Metode ini dimulai dengan mula-mula menekankan reflek-reflek abnormal yang patologis menjadi penghambat terjadinya gerakan-gerakan normal. Anak harus ditempatkan dalam sikap tertentu yang dinamakan Reflek Inhibiting Posture (RIP) yang bertujuan untuk menghambat tonus otot yang abnormal.

Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus postural, mengatur koordinasi, menghinbisi pola abnormal, dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat dicegah sesaat setelah terlihat tanda-tandanya.

Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari proksimal ke distal/bergerak mulai dari kepala-leher-trunk-kaki dan jari kaki. Dengan bantuan

KPoC, pola inhibisi dapat dilakukan pada penderita dengan mengarahkan pada pola kebalikannya.

Metode NDT mempunyai beberapa teknik antara lain:a. Inhibisi dari postur yang abnormal dan

tonus otot yang dinamis,b. Stimulasi terhadap otot-otot yang

mengalami hypertonic,c. Fasilitasi pola gerak normal.

Adapun prinsip-prinsip dalam NDT antara lain:a. Kemampuan mekanik setelah

mengalami lesi atau dengan menggunakan penanganan yang tepat memungkinkan untuk diperbaiki.

b. Lesi pada susunan saraf pusat menyebabkan gangguan fungsi secara keseluruhan namun dalam NDT yang ditangani adalah motorik.

c. Spastisitas dalam NDT dipandang sebagai gangguan dari sikap yang normal dan kontrol gerakan.

d. Pembelajaran pada gerakan yang normal merupakan dasar gerakan dapat dilakukan jika tonus normal.

e. Mekanisme Postural Reflex yang normal merupakan dasar gerakan yang normal.

f. Otot tidak tahu fungsi masing-masing otot tapi pola geraknya.

g. Gerakan dicetuskan di sensoris dilaksanakan oleh motorik dan dikontrol oleh sensoris.

Tujuan konsep NDT adalah memperbaiki dan mencegah postur dan pola gerakan abnormal dan mengajarkan postur dan pola gerak yang normal. Prinsip terapi dan penanganan pasien yaitu:a. Simetris dalam sikap dan gerakanb. Seaktif mungkin mengikuti sertakan sisi

yang sakit pada segala kegiatan.c. Pemakaian gerakan-gerakan ADL dalam

terapi.d. Konsekuensi selama penanganan (ada

tahap-tahap dalam terapi).e. Pembelajaran bukan diarahkan pada

gerakannya, tetapi pada perasaan gerakan.

f. Terapi dilakukan secara individu

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 7: MATERI FISIOPEDI

Metode NDT mempunyai beberapa teknik yaitu:a. Inhibisi adalah suatu upaya untuk

menghambat dan menurunkan tonus otot. Tekniknya disebut Reflex Inhibitory Paternt. Perubahan tonus postural dan patern menyebabkan dapat bergerak lebih normal dengan menghambat pola gerak abnormal menjadi sikap tubuh yang normal dengan menggunakan teknik “Reflex Inhibitory Pattern”.

b. Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi-reaksi automatik dan gerak motorik yang sempurna pada tonus otot normal. Tekniknya disebut “Key Point of Control” yang bertujuan untuk:1) Untuk memperbaiki tonus postural

yang normal.2) Untuk memelihara dan

mengembalikan kualitas tonus normal.

3) Untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja, diperlukan dalam aktifitas sehari-hari.

c. Stimulasi yaitu upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot melalui proprioseptif dan taktil. Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara automatic. Tapping: ditujukan pada group otot antagonis dari otot yang spastic. Placcing dan Holding: Penempatan pegangan. Placcing Weight Bearing: Penumpuan berat badan.

Tahapan teknik dasar latihan gerak pada anak terdiri dari 4 tahapan yaitu sebagai berikut:a. Tahap I, merupakan latihan mengontrol

kepala dan tangan.Latihan mengontrol kepala dan

tangan sangat penting sebagai tahap awal dari latihan selanjutnya. Mengangkat dan menahan kepala serta badan melalui penumpuan tangan berguna untuk persiapan berguling, merangkak dan duduk.

b. Tahap II, merupakan latihan mengontrol badan untuk duduk.

Pada tahap ini, anak diajarkan untuk mempertahankan badannya tetap tegak sewaktu ia bergerak dari dan hendak bersandar pada tangannya. Posisi duduk akan membuat sang anak mampu melihat kedua tangannya dan mempergunakannya. Tujuan latihan pada tahap ini yaitu agar anak anak dapat beraktivitas ke segala arah pada saat duduk, mempersiapkan diri untuk berdiri dan jongkok dari posisi duduk, dan beraktivitas dari posisi duduk ke merangkak.

c. Tahap III, merupakan latihan untuk mengontrol tungkai untuk berdiri dan berjalan.

Tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini yaitu agar anak dapat mempersiapkan tungkainya dari duduk berlutut untuk selanjutnya berdiri.

d. Tahap IV, merupakan informasi umum untuk keluarga.

Yaitu dengan menginformasikan kepada keluarga untuk senantiasa melatih anak dengan teratur dan penuh kasih saying agar anak lebih cepat mandiri. Keluarga atau orang tua diajarkan untuk menggerakkan sendi secara penuh setiap hari sekitar 3 kali per sendi tanpa disertai dengan gerakan paksaan. Hal ini untuk memelihara jarak gerak sendi anak dan untuk mencegah kekakuan.

TEKNIK STIMULASI TUMBANG1. Tapping : Field, dkk (1986). BB bayi

prematur + 47%, Bayi > aktif, kemampuan motorik > matang.

2. Weightbearing Exc.: Bobath, 1976. tonus postural bertambah

3. Latihan gerak: Curtis, 1982. kekuatan otot bertambah

4. Aplikasi Reflex yg ada (bobath, 1976)5. Stimulus audio & visual6. Gunakan konsep bermain

ApproximationKomprensi sendi yang terputus-putus

ringan dan halus untuk memfasilitasi postural tonus melalui aktivitas sekitar sendi.Traction

Tarikan yang ringan pada anggota tubuh atau tulang belakang untuk meluruskan tulang dan meletakkan otot dalam posisi yang menguntungkan untuk bekerja aktifSustained Joint Compression

Untuk meningkatkan ko-aktivitas dari otot-otot postural oleh penguatan kesadaran anak pada sendi yang menunjang berat badan

Fungsi TappingMengaktifkan Sekelompok otot-otot lemah yang tidak dapat melakukan kontraksiMeningkatkan kemampuan sikap tubuh untuk melawan anti gravitasiMendapatkan dan merangsang reaksi keseimbanganMengaktifkan pola yang sinergi dari fungsi otot pada perangsangan sekelompok otot-otot tertentu

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”

Page 8: MATERI FISIOPEDI

Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!” Syauqinaa Sabiilaa “I have a dream, and I believe it!”