materi app ii

5
Restrukturisasi dan Privatisasi Kedua kata di atas sering kali kita dengar pada tahun-tahun belakangan ini. Apalagi privatisasi hal ini dikarenakan beberapa kebijakan privatisasi BUMN menjadi pro-kontra dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagian mendukung dan sebagian lagi menolak. Beberapa pakar ekonom tidak mendukung karena menurut mereka hanya akan merugikan negara. Tetapi disisi lain privatisasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja BUMN dan menutup defisit dari APBN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pro-kontra yang ada, kita akan membahas terlebih dahulu definisi dan tujuan dari restrukturisasi dan privatisasi. A. Pengertian dan Tujuan Restrukturisasi Restrukturisasi BUMN adalah upaya peningkatan kesehatan BUMN / perusahaan dan pengembangan kinerja usaha melalui sistem baku yang biasa berlaku dalam dunia korporasi: Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 ayat 13 : Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. B. Tujuan Restrukturisasi BUMN : 1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara langsung (control by process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by result). Pengontrolan atas BUMN tidak perlu lagi melalui berbagai formalitas aturan, petunjuk, perijinan dan lain-lain, akan tetapi melalui penentuan target-target kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh manajemen BUMN, seperti ROE (Return On Asset), ROI (Return On Investment) tertentu dan lain-lain. 2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris 3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN dalam rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO) melalui proses penyehatan , konsolidasi, penggabungan (merger), pemisahan, likuidasi dan pembentukan holding company secara selektif.

Upload: virmannsyah

Post on 20-Feb-2017

94 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi app ii

Restrukturisasi dan Privatisasi

Kedua kata di atas sering kali kita dengar pada tahun-tahun belakangan ini. Apalagi

privatisasi hal ini dikarenakan beberapa kebijakan privatisasi BUMN menjadi pro-kontra

dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagian mendukung dan sebagian lagi menolak. Beberapa

pakar ekonom tidak mendukung karena menurut mereka hanya akan merugikan negara. Tetapi

disisi lain privatisasi diperlukan untuk meningkatkan kinerja BUMN dan menutup defisit dari

APBN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pro-kontra yang ada, kita akan membahas

terlebih dahulu definisi dan tujuan dari restrukturisasi dan privatisasi.

A. Pengertian dan Tujuan Restrukturisasi

Restrukturisasi BUMN adalah upaya peningkatan kesehatan BUMN / perusahaan dan

pengembangan kinerja usaha melalui sistem baku yang biasa berlaku dalam dunia korporasi:

Menurut UU No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 ayat 13 :

Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan

salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki

kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.

B. Tujuan Restrukturisasi BUMN :

1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara langsung (control by

process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by result). Pengontrolan atas BUMN

tidak perlu lagi melalui berbagai formalitas aturan, petunjuk, perijinan dan lain-lain, akan

tetapi melalui penentuan target-target kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh

manajemen BUMN, seperti ROE (Return On Asset), ROI (Return On Investment) tertentu

dan lain-lain.

2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan

profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris

3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN dalam

rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO) melalui proses penyehatan ,

konsolidasi, penggabungan (merger), pemisahan, likuidasi dan pembentukan holding

company secara selektif.

Page 2: Materi app ii

4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, antara lain penerapan

sistem manajemen korporasi yang seragam (tetap memperhatikan ciri-ciri spesifik masing-

masing BUMN), pengkajian ulang atas sistem penggajian (remunerasi), penghargaan dan

sanksi (reward & punishment).

C. Pengertian dan Manfaat serta Hambatan Privatisasi

Privatisasi merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain

selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien, serta menyadari bahwa sebagian

besar kegiatan pembangunan ekonomi dilaksanakan selama ini seharusnya diserahkan kepada

sektor swasta. Asumsi penyerahan pengelolaan pelayanan publik ke sektor swasta adalah

peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya yang dapat dicapai. Heald mengemukakan

“Terminologi Privatisasi”, pada dasarnya terdiri dari empat aktivitas yang dijabarkan secara

terpisah:

1. Privatisasi Keuangan merupakan suatu jasa berkelanjutan yang diproduksi oleh sektor

publik.

2. Privatisasi Produksi Jasa yang dibiayai oleh sektor publik yaitu kontrak, bidang

pendidikan dan berupa vouchers.

3. Adanya “Dis-nasionalisasi dan Penghapusan”, yang diartikan sebagai penjualan

perusahaan publik dan pemindahan fungsi pengelolaan perusahaan dari negara ke sektor

swasta.

4. Adanya “Pembebasan” yang diartikan sebagai pelonggaran terhadap “Status Monopoli”

atau pengaturan terhadap lisensi yang menghambat sektor swasta dalam memasuki pasar

yang di suplai sektor publik. (Indra, 2002)

Berbagai terminologi privatisasi telah ditelusuri pada beberapa sumber pustaka yang ada.

Data pustaka maupun media yang diperoleh ternyata memberikan kontribusi penting pada

berbagai tahap perkembangan teori privatisasi. Sejumlah sumber pustaka bahakn telah

mengarahakan langsung ke kemungkinan alternatif perspektif privatisasi. Di Inggris, sebagai

negara pencetus gerakan global privatisasi, akibat tidak adanya dokmen resmi tentang

“Privatisasi”, maka beberapa sumber formal pemerintah dieksplorasi untuk mendapatkan

konsepsi yang relevan (Indra, 2002).

Page 3: Materi app ii

Transkrip pidato John Moore (Menteri Muda BUMN—Inggris: 1980-1988) pada berbagai

kesempatan mengemukakan bahwa privatisasi yang sering dikonotasikan sebagai:

a. Pengembalian perusahaan negara kepada sektor swasta

b. Kontrak jasa kepada sektor swasta

c. Pembebasan (dalam arti kompleks)

d. Deregulasi

(Indra Bastian, 2002)

Dalam salah satu kertas kerja pemerintahan Inggris, dibahas mengenai “Privatisation of

the Water Authorities in England and Wales”, dimana privatisasi disetarakan dengan kata

penjualan. Interpretasi ini selaras dengan kertas kerja lainnya mengenai “Kebijakan Lapangan

Udara pada Juni1985”, dan kemudian dilanjutkan lebih tegas lagi dalam kertas kerja

Privatisation British Airports Authority. Dalam laporan tahunan British Treasury- The

Government’s Expenditure Plans, pelaporan penghasilan Program Privatisasi hanya merupakan

bagian kecil pos “Penjualan Khusus Aktiva”. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa kata

“Privatisasi” memang tidak dijelaskan secara eksplisit dalam undang-undang maupun peraturan

yang terkait. Berbagai investigasi iklan prospektus terhadap penjualan saham dan memorandum

perusahaan yang diprivatisasi ternyata juga menunjukkan hal yang sama.

Manfaat Privatisasi BUMN :

1. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktek KKN.

2. Manajemen BUMN menjadi lebih independen, termasuk bebas dari intervensi birokrasi.

3. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar domestik.

4. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga

pengembangan usaha menjadi lebih cepat.

5. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses produksi.

6. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban, menjadi

budaya korporasi yang lincah.

7. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk menambah kas

APBN.

8. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional / keuangan, karena pengelolaan

perusahaan lebih efisien.

Page 4: Materi app ii

Hambatan Privatisasi :

1. Privatisasi harus memperhatikan Kondisi Pasar. Karena kalau tidak harganya bisa jatuh.

Kondisi pasar bisa menjadi magnit bagi pelaku pasar untuk membeli saham.

2. Menyangkut kultur dalam BUMN itu sendiri. Hampir di semua lini dan level dalam

BUMN, mulai dari tingkat menteri hingga jajaran direksi berperilaku sebagai pemegang

saham di samping fungsi-fungsi lain yang dimiliki pemerintah sebagai regulator

3. BUMN terlalu banyak menggunakan tenaga konsultan yang tidak jelas peranan dan

fungsinya.

E. Pro Kontra Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN

Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu

dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Dengan adanya

privatisasi diharapkan BUMNakan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya,

dengan privatisasi di atas 50%, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser

dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru tentu akan

berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang optimal, mampu

menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan kontribusi yang lebih baik

kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian dividen.

Pihak yang tidak setuju dengan privatisasi berargumentasi bahwa apabila privatisasi

tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di tangan pemerintah. Dengan demikian

segala keuntungan maupun kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka

berargumentasi bahwa devisit anggaran harus ditutup dengan sumber lain, bukandari hasil

penjualan BUMN. Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada tahun-tahun

mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup defisit APBN, suatu ketika

BUMN akan habis terjual dan defisit APBN pada tahun-tahun mendatang tetap akanterjadi.

Kontroversi privatisasi BUMN juga timbul dari pengertian privatisasi dalam Pasal 1 (12)

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :

Page 5: Materi app ii

“Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak

lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara

dan masyarakat, serta memperluas akses publik terhadap BUMN.

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa privatisasi yaitu penjualan saham sebagian dan

seluruhnya, kata seluruhnya inilah yang mengandung kontroversi bagi masayarakat karena

apabila dijual saham seuruhnya kepemilkan pemerintah terhadap BUMN tersebut sudah hilang

beralih menjadi milik swasta dan beralih, namanya bukan BUMN lagi tetapi perusahaan swasta

sehingga ditakutkan pelayan publik ke masyarakatakan ditinggalkan apabila dikelola oleh pihak

swasta dan apabila diprivatisasi hendaknya hanya sebagaian maksimal 49% dan pemerintah

harus tetap sebagai pemegang saham mayoritas agar aset BUMN tidak hilang dan beralih ke

swasta dan BUMN sebagai pelayan publik tetap diperankan oleh pemerintah

Sementara itu, pemerintah sendiri terdesak untuk melakukan privatisasi guna menutup

defisit anggaran. Defisit anggaran selain ditutup melalui utang luar negeri juga ditutup melalui

hasil privatisasi dan setoran BPPN. Dengan demikian, seolah-olah privatisasi hanya memenuhi

tujuan jangka pendek (menutup defisit anggaran) dan bukan untuk maksimalisasi nilai dalam

jangka panjang. Jika pemerintah sudah mengambil langkah kebijakan melakukan privatisasi,

secara teknis keterlibatan negara di bidang industri strategis juga sudah tidak ada lagi dan

pemerintah hanya mengawasi melalui aturan main serta etika usahayang dibuat. Secara kongkret

pemerintah harus memisahkan fungsi-fungsi lembaga negara dan fungsi bidang usaha yang

kadang-kadang memang masih tumpang tindih dan selanjutnya pengelolaannya diserahkan

kepada swasta.

Fakta memang menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya

secara umum lebih efisien. Berdasarkan pengalaman negara lain menunjukkan bahwa negara

lebih baik tidak langsung menjalankan operasi suatu industri, tetapi cukup sebagai regulatoryang

menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menikmati hasil melalui penerimaan pajak.

Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi

penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya

menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial.

Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa

diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan

gejolak.