matamedia vol. 2 nomor 1

9
PENDAPA I 1

Upload: iman-kurniadi

Post on 07-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Media dan Bencana

TRANSCRIPT

Page 1: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 1

Page 2: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 2 PENDAPA I 3

GununG Merapi yanG ber­ADA di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY, pada 26 Oktober 2010 meletus. Selama beberapa hari kemudian mengalami erupsi cu kup besar. Beberapa desa di lereng Merapi tertimbun la­har. Ribuan orang mengungsi, ti dak kurang 387 meninggal du­ni a. Sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan DIY, bahkan Jawa Barat terkena hujan debu se la­ma beberapa hari. Sampai a khir Januari 2011, banjir lahar di­ngin masih terjadi, terutama di wilayah perbatasan Sleman dan Magelang sebagai dampak ikut­an meletusnya Merapi. Kerugian material diperkirakan mencapai triliun rupiah.

Bagi kalangan media mas sa, ben cana Merapi 2010 mem be­rikan pelajaran yang sangat ber­harga. Profesionalis me jurnalis di per taruhkan. Da lam situasi ben cana, kapasitas masing­

masing media menjadi sangat nyata. Ada media yang kelihatan sangat kedodoran karena belum terbiasa meliput bencana, tetapi ada pula yang relatif siap. Namun hampir tidak ada satu pun media yang bebas dari kesalahan dalam memberitakan bencana.

Permasalahan yang banyak dite mukan dalam pemberitaan bencana antara lain menyangkut aspek sensasional, akurasi, obyektivitas, mistikisasi, perspek­tif, komprehensivitas, maupun aspek teknis. Aspek sensasional paling nyata diperlihatkan oleh kinerja televisi swasta. Program Acara Silet yang ditayangkan oleh RCTI menjadi contoh nyata bagaimana sensasional dalam pemberitaan bencana sering di­la kukan oleh media massa. Ber­un tung, warga masyarakat di seputar wilayah bencana sa ngat kritis sehingga dengan ce pat mereaksi infotaiment Silet yang

ke mudian dihentikan penayang­annya.

Pemberitaan media massa dalam bencana Merapi mem­be rikan banyak pelajaran bagi pu blik. Itulah sebabnya Mata Me dia kali menurunkan tema me dia dan bencana. Tulisan yang beragam dan serba singkat ini tidak lebih dari sebuah kro­nik a yang dimaksudkan un tuk menginspirasi sekaligus me nya­jikan data awal bagi siapa pun yang hendak melakukan stu di lanjut tentang media (ko mu­nikasi) bencana. Isu media dan ben ca na sangat penting bagi kita, mengingat sebagian besar wi la­yah Indonesia merupakan daerah ra wan bencana. Diharapkan, ki­ner ja media massa dalam mem­be ritakan bencana akan semakin pro fe si onal sehingga tidak justru mendatangkan masalah baru berupa bencana informasi. [+]

Penanggung JawabLukas S. IspandriantoPemimPin RedaksiDarmantowakil PimPinan RedaksiMasdukiRedaktuR Pelaksana/editoRSaiful BakhtiaranggotaArgianto Dihan, Bambang MBK, Darmanto, WidododesainFoto:Koleksi Relawan Jalin MerapiTata Letak:staff administRasi dan distRibusiWidodo Iman K.

Alamat Redaksi:Jl. Ontorejo Gg. Parikesit WB II/97 Wirobrajan Yogyakarta 55252Telp/Faks: (0274) 417982

Website:[email protected]

Page 3: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 4 PENDAPA I 5

ApA yAng dilAkukAn oleh RRi sAAt teR jAdi bencAnA MeRApi 2010? “Begitu diterima informasi bahwa Merapi meletus, kami memutuskan Programa I untuk siaran 24 jam,” kata Kepala Bidang Pem beritaan RRI Yogyakarta Chrispina, MS kepada Matamedia. Ba gi sebuah stasiun penyiaran publik seperti RRI, perpanjangan waktu siaran, apalagi menjadi 24 jam per hari menunjukkan ting­ginya komitmen terhadap per so­al an yang tengah terjadi.

Selain penambahan jam siaran, tang gal 26 Oktober 2010 malam, aca ra Aspirasi Merah Putih yang disiarkan secara sentral melalui Pro grama III awalnya mau diisi da ri Bogor terpaksa dibatalkan ka re na diisi pemberitaan tentang ben cana Merapi. Pagi harinya, RRI lalu membuka posko liputan di rumah penduduk dekat barak pe ng ungsian di Umbulharjo, Cang kringan. Akan tetapi de­ngan terjadinya erupsi pada 5 Nopember maka poskonya di­pin dah kan ke rumah Suroso di dusun Kedung, Pakem. Tak be­gi tu lama, posko terpaksa harus pin dah lagi di sebelah utara Kam pus UII Jl. Kaliurang Km 14. Namun, usia posko di situ ha nya dari sore hingga dini hari. “De­ngan diperluasnya daerah rawan ben cana oleh pihak BPPTK maka ka mi memindahkan posko ke

Kota baru ini,” kata Chrispina. Ketika Stadion Maguwo,

Sleman menjadi barak peng­ung sian, RRI memutuskan un­tuk membuka studio mini di sa na. Hal itu memungkinkan si ar an berlangsung dari lo ka si pengungsian sehingga infor ma­si nya bisa lebih dekat dengan kebu tuh an warga, terutama para kor ban bencana.

Keberadaan studio mini di barak pengungsian sangat mem­ban tu kelancaran arus informasi an ta ra korban bencana dengan pi hak lain. Siaran interaktif se­ring diselenggarakan di sana de ngan narasumber dari ber ba­gai latar belakang yang ter ka it dengan bencana Merapi. Presi­den Susilo Bambang Yudoyono dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sem pat mengunjungi Studio mi ni RRI di stadion Maguwo dan ber in ter­aktif dengan warga ma sya ra kat. RRI membuka posko di Maguwo selama 20 hari di bawah Koor­dinasi Bidang Siaran.

Setelah menyelenggarakan studio mini, RRI mendapat ke­per cayaan untuk menjadi ko or­di nator penyelenggaraan siaran ra dio Tanggap Merapi. Radio ini didirikan atas kerjasama RRI, Ke men trian Kominfo, Asosiasi Peng usaha Jasa Internet (APJI), Ja ring an Radio Komunitas Yog ya ­

kar ta, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) DIY, dan BPPTK Yogyakarta. Sesuai ren cana, radio Tanggap Merapi se harus­nya bersiaran selama e nam bulan, tetapi kenyataannya ber a­khir sebelum waktunya.

RRI Yogyakarta dengan 42 jur nalis sampai akhir Januari 2011 masih terus memberitakan se pu­tar bencana Merapi, meski se ka­rang fokusnya lebih banyak ke dam pak dan korban bencana. Jur nalis RRI yang banyak me la­ku kan liputan bencana Merapi 2010 antara lain Bambang Sulaksana, Sulastri, Atang Basuki, Prima, Fatmawati, Ernal Rosa, Kusdianto, dan Suryana.

Selain kiprahnya menyiarkan ber ita dan informasi, RRI juga me la kukan kegiatan off air yang ber upa penggalangan dana ma­u pun penyaluran sembako. RRI mendapat kepercayaan da ri Dompet Duafa untuk menya lur­kan beras kepada korban Merapi se ba nyak 10 ton. Adapun dana yang berhasil dihimpun dari ber­ba gai pihak, termasuk KORPRI RRI diseluruh Indonesia mencapai lebih dari 100 juta. Di samping itu, RRI juga menyelenggarakan pergelaran kethoprak di stadion Maguwo dengan maksud untuk menghibur para pengungsi. (Darmanto)

Kiprah Radio Publik di Kala Bencana Merapi

Erupsi MErapi 2010 MEM bE­Ri kAn bAnyAk pelAjARAn bA gi se MuA pihAk tAnpA teR kecuAli. Ada lah Jaringan Informasi Ling kar Merapi (JALIN MERAPI) pun merasakan banyaknya pelajaran yang mereka dapatkan pada erupsi 2010. JALIN MERAPI mel a kukan respon Merapi sejak erup si Merapi 2006. Tiga radio ko mu­nitas, K FM di Dukun Magelang, Lintas Merapi di Deles Klaten dan MMC FM Boyolali ber sama beberapa lembaga swa daya ma sya rakat melakukan koor­di nasi bersama dengan meng­gu nakan radio komunikasi (HT) da lam pemantuan bersama yang di siar kan ulang ke komunitas­nya masing­masing. Pada erupsi 2006 me reka menggunakan me ­di um radio komunikasi (HT) yang dipadukan dengan web site dan layanan pesan singkat (short mess age service/SMS) gateway un tuk memberikan informasi ke­luar. Dalam kurun waktu em pat ta hun proses komunikasi antar ke tiga radio komunitas masih te rus berlangsung dengan baik. Ker ja­kerja radio komunitas di ti­ap komunitasnya pun terus ber­lang sung.

Tahun 2010, periode erupsi

empat tahunan Merapi pun ter­ja di. Ketiga radio komunitas ber­sama beberapa lembaga swa­daya masyarakat pun segera ber benah untuk memberikan infor masi seputar perkembangan si tu asi Gunung Merapi dan ma­sya rakat sekitar khususnya di Ka wa san Resiko Bencana (KRB) Me rapi. Melihat pola erupsi Me­rapi yang berbeda dengan ta hun 2006, JALIN MERAPI pun ke mu­dian menyusun ulang ber ba gai medium yang mampu se ca ra cepat menyediakan data dan informasi sehingga bisa men ja di bahan untuk mengambil kepu­tusan dan tindakan yang tepat.

Pengembangan media on line pun dilakukan. JALIN MERAPI mengoptimalkan web si te yang te lah a da (www.merapi.combine.or.id) de ngan menam bah kan be be ra pa fitur baru se perti penggunaan jejaring sosial Twit ter (@jalinmerapi dan @jalinmerapi_eng) dan Facebook (JalinMerapi). Penambahan lain ada lah dengan membuka ru­ang interaksi publik yang ingin ter libat baik sebagai relawan (daf tar relawan), menyumbang de ngan online (donasi) sampai pada daftar kebutuhan dan sebaran peta pengungsi yang

semua dilakukan secara online.Akhmad Nasir, koordinator

pengelolaan media JALIN MERA­PI, mengatakan keberada an ba­nyak nya medium yang dipa kai dalam respon erupsi Merapi 2010 bukan tanpa pertimbangan. Me­n urutnya JALIN MERAPI ber u­saha agar informasi yang disa­ji kan langsung dari lapangan da pat diakses secara langsung oleh siapapun dimanapun dan melalui media apapun.

Peng gunaan berbagai medi­um ternyata berdampak nyata. Ribetnya alur distribusi logistik yang dikelola negara terpecahkan dengan adanya informasi lang­sung dari lapangan akan kebu­tuhan penyintas. Relawan di la­pang an selalu melakukan update perkembangan sehingga dalam wak tu cepat respon berbagai kon disi dan kebutuhan bisa dila­kukan.

Ikatan yang kuat antara radio komunitas sebagai medium in­for masi warga dengan jejaring me dium lain menjadikan dasar yang kuat untuk mendobrak ke­lam banan dan kekacauan sistem pe nge lolaan informasi dalam si­tu asi bencana yang dilakukan oleh negara dan media massa arus utama. [+]

JALIN MERAPI:Dari Merapi untuk Merapi

...INFORMASI YANG DISA JI KAN LANGSUNG DARI LAPANGAN DA PAT DIAKSES SECARA LANGSUNG OLEH SIAPAPUN DIMANAPUN DAN MELALUI MEDIA APAPUN.

Page 4: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 7

Banyaknya televisi di Indonesia menjadi TVRI harus terus berbenah. Pun dalam hal pemberitaan erupsi Merapi 2010. Hingar bingar media mela­ku kan liputan erupsi Merapi. Lalu apa yang dila­ku kan oleh TVRI khususnya TVRI Jogja dalam memberikan informasi pada publik Jogjakarta? Me nurut Bambang Satmoko, Kepala pemberitaan TVRI Jogjakarta, TVRI menyikapi erupsi merapi full bo dy contact, artinya TVRI menurunkan semua SDM yang ada bahkan tidak hanya TVRI Jogja sa­ja tapi juga diliput oleh TVRI Nasional dengan me­re ka menggunakan tenaga kerja yang memang ke cil, akhirnya mereka bergabung dengan teman­te man Jogja dan Semarang untuk meliput semua ke gi atan yang ada itu. Selain itu TVRI Jogja juga mem be ri kan kontribusi pada siaran TVRI Nasional, pas ti nya TVRI lokal Jogja maupun Semarang. Pem ­be ri taan erupsi Merapi oleh TVRI Jogjakarta se ca ra prosentase hampir pada mencapai 80 – 90 per sen. “Kita konsentrasi ke situ semua, bahkan e rup si pada tanggal 5 Desember 2010 (kalau gak sa lah) yang kedua itu luar biasa sehingga debu sam pai ke Jogja kita mengadakan siaran langsung pa da pagi hari dengan jangkauannya hanya TVRI Jog ja dan sekitarnya” tutur Bambang Satmoko.le bih lanjut Bambang Satmoko mengatakan se ba gai media publik, TVRI Jogja melihat dampak e rup si Merapi khususnya kondisi di Sleman Jogja be gi tu parahnya sehinggaTVRI Jogja melakukan ini si atif bagaimana

masyarakat lain melihat kon disi ini. Pemberitaan erupsi Merapi melibatkan TVRI

Semarang dan juga pusat bekerjasma dengan banyak pihak seperti KOPASUS. Sementara itu dari meja redaksi TVRI mempunya aturan yang ketat dalam pemberitaan di masa erupsi Merapi ini sehingga tidak menimbulakn bencana baru, kepanikan warga ketika menonton berita di TVRI. Paska erupsi Merapi, TVRI Jogja masih terus menyajikan pemberitaan perkembangan Merapi khususnya dampak lahar dingin yang ditimbulkan. Selain itu TVRI Jogja juga memberikan kabar kepada publik bahwa Jogja aman untuk dikunjungi.

pandangan warga terhadap tayangan Merapi di tVRi

Faridah Nurjannah, Pengasuh pondok pesan­tren. Pada saat erupsi Merapi 2010, saya banyak memantau media baik media cetak mapun elektronik seperti televisi. Banyak televisi yang melakukan liputan terkait kejadian Merapi ini. TVRI pun saya tonton untuk menambahkan info yang saya dapatkan dari media selain TVRI terlebih pada fase awal erpusi Merapi. Yang saya suka dan ini agak berbeda dengan televisi lain adalah dialog yang dilakukan oleh TVRI. Menghadirkan narasumber lokal yang paham situasi dan kondisi Merapi. Saran untuk TVRI adalah keberlanjutan memantau perkembangan Merapi paska erupsi.

tVRi Jogja:

media Publik Yang ditunggu PublikyAng sAyA sukA dAn ini AgAk beRbedA dengAn teleVisi lAin AdAlAh diAlog yAng dilAkukAn oleh tVRi. MenghAdiRkAn nARAsuMbeR lokAl yAng pAhAM situAsi dAn kondisi MeRApi.

PENDAPA I 6

Page 5: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 9

dAlAM kondisi noRMAl, Me Re kA tAnpA mengenal lelah mem berikan berbagi informasi pengurangan resiko bencana bagi warganya. Kini dalam kon disi erupsi peran­peran itu diuji kembali.

Radio komunitas K FM di Dukun Magelang saat erupsi Merapi 2010, dikomandani oleh Bayu. Anak muda ini melakukan peng organisasian warga ketika terjadi perpindahan besar­besar an. Dibantu relawan, radio komunitas K FM melakukan up date perkembangan informasi yang ada di wilayah Dukun khu sus nya dan Muntilan Magelang pada umumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sukiman, pegiat radio komunitas Lintas Merapi FM di Deles Klaten dan Sinam di MMC FM Selo Boyolali.

Sebagai simpul informasi war ga, mereka melakukan pe man ta uan perkembangan in for masi Merapi yang dise bar luaskan kembali ke war ga­nya. Dalam proses distribusi logistik, mereka pun menjadi simpul dis tri busi logistik. Simpul yang mam pu memutuskan ma ta ran tai keribetan birokrasi lo gistik ang dibangun oleh negara.

Kini aktifitas Merapi sejak 30 Desember 2010 berdasar data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) statusnya telah diturunkan menjadi waspada atau level II. Kendati demikian ancaman banjir lahar dingin masih tinggi. Kondisi inilah yang terus menjadi perhatian radio­radio komunitas di lingkar Merapi. Sukiman, pegiat radio komunitas Lintas Merapi FM di Sidorejo, Kemalang, Klaten, mengatakan para penggiat radio komunitas terus giat dan waspada dan mengabarkan setiap gerakan Merapi pada warganya. Insiatif warga yang sangat nyata dan akan terus abadi. [+]

Fungsi utama sebuah pemberitaan adalah memberitahu dan bukan memperingatkan ataupun membuat khalayak tercengang (Halsberstam 1992: 14), teori tersebut tentu tidak diindahkan oleh pemberitaan SILET yang tayang di RCTI tanggal 7 november 2010 terkait bencana merapi.

tayangan tak beretika:

menghadirkan bencana baru

Radio komunitas di lereng merapi:

Peran nyata untuk warga

Artinya TVRI sebagai media publik harus terus memberikan informasi bagi warga apa saja yang terjadi paska erupsi.

Sementara itu Junianto yang sehari­hari bekerja di sebuah puskesmas di Jogjakarta mengatakan selama erupsi Merapi dirinya selalu menyempatkan menonton tayangan televisi dari berbagai stasiun yang salah satunya TVRI. Junianto menilai tayangan erupsi Merapi di TVRI sudah cukup baik namun

dirinya berharap adanya perbaikan dalam hal teknis khususnya cara penyajian berita sehingga menjadi tayangan yang informatif sekaligus menarik. Junianto juga senada dengan Faridah yang mengharapkan TVRI sebagai media publik di Jogjakarta terus menerus melakukan up date informasi Merapi sehingga warga perkembangan demi perkembangan Merapi.[+]

Radio siaran dengan daya pan car rendah namun

me mi liki ke kuatan yaang besar bagi per se baran

informasi terkini Me rapi. Adalah radio k FM di du kun

Magelang, lintas Merapi FM di deles klaten dan

MMc FM di selo boyolali yang teruji telah me­

lakukan kerja­kerja nyata bag ko mu nitasnya.

Sebagai korban bencana Gunung Merapi khususnya masyarakat Yogyakarta sangat menyayangkan pemberitaan tersebut, selain menambah kepanikan warga, SILET telah mencederai hati masyarakat Yogyakarta dengan statement “Jogja Kota Malapetaka”

Terkait pemberitaan tersebut, Teguh ariffianto selaku anggota KpiD yogyakarta menuturkan pemberitaan tersebut tidak memperhatikan kondisi kejiwaan warga Yogya saat itu. Berikut petikan lengkapnya dengan MATAMEDIA

Pandangan KPID Yogyakarta terkait acara Silet tersebut?

Selain protes dari masyarakat ke KPID Yogyakarta yang terus mengalir, kami sendiri prihatin melihat tayangan seperti itu, melihat kondisi Jogja yang sedemikian rupa tidak selayaknya stasiun televisi dengan skala nasional

memberitakan hal demikian, dikarenakan yang pertama, SILET telah menciderai keprihatinan masyarakat Jogja, yang kedua tayangan SILET tidak memiliki Sense Of Social, sementara orang prihatin dengan keadaan kemudian ditakut­takuti dengan ramalan seperti itu. Yang kami sayangkan secara regulasi SILET tidak berbuat apa­apa hanya sekedar pemberitaan tampak memikirkan dampak sosialnya.

Apa dampak dari tayangan SILET?Terkait dampak sosial, Jogja menjadi terpuruk

dimata masyarakat luar Jogja dan banyak kerugian yang terjadi.

Berdasarkan data Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia(PHRI) setelah pemberitaan erupsi Merapi tingkat hunian menurun drastis sebesar 70%, demikian halnya dengan jumlah aktifitas mahasiswa dikampus menurun 70%.

Sanksi Terhadap acara SILET?

Page 6: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 11

Setelah melalui mekanisme yang menimbulkan impact sosial, melalui pendekatan KPID, KPI Pusat telah mengajukan gugatan kepada RCTI terkait pemberitaan SILET. Tiga gugatan yang harus disepakati oleh RCTI, pertama, penghentian tayangan SILET sampai batas waktu yang tidak ditentukan, kedua, permohonan maaf selama 7 hari berturut­turut melalui siaran RCTI , dan ketiga permohonan maaf kepada masyarakat khususnya Yogyakarta melalui satu media nasional dan dua media lokal.

Meskipun secara pribadi merasa tidak puas terhadap sanksi yang diberikan oleh KPI Pusat. Karena sanksi tersebut tidak berorientasi kepada masyarakat melainkan berorientasi kepada hukum yang tidak jelas.

Untuk Kedepannya, Saran KPID terkait pemberitaan Bencana kepada Media Massa?

tanggapan masyarakat

terkait acara

silet

MIRAN SAPUTRA (28), pedagang angkringan yang sehari­hari berjualan di jalan Solo ini menuturkan acara SILET telah menambah kepanikan warga. Dia hanya berharap media massa dalam menyampaikan pem­beritaan bencana bisa seobyektif mungkin tanpa menggunakan ramalan yang belum tentu kebenarannya. Harapan kepada KPID sebagai lembaga yang berwenang semoga lebih ketat lagi dalam mengawasi media massa terutama terkait pemberitaan bencana.

SIGIT HARYANTO (31) menurut penuturannya pria yang berprofesi dibidang keamanan ini sangat marah ketika mendengar kota kelahirannya disebut “Jogja kota malapetaka”. Meskipun sangat kecewa dengan pemberitaan tersebut alangkah baiknya sebuah pemberitaan tentang bencana di media massa mampu menjaga perasaan pemirsanya terutama korban bencana itu sendiri.

MARYUNI (41) ibu dua orang anak ini merasa takut setelah melihat tayangan SILET. Terlebih jika ramalan SILET benar­benar terjadi. Dia juga berharap tayangan itu hanya mengacau.

YULINGGAR ADI LAKSONO (20) Mahasiswa Komunikasi perguruan tinggi negeri ini menuturkan tidaklah etis sebuah pemberitaan di informasikan berdasarkan hasil ramalan, selain itu media massa sebaiknya tidak terlalu mengeksploitasi berlebihan terkait pemberitaan tentang bencana. Dia juga berharap KPI bertindak tegas terhadap tayangan­tayangan yang merugikan masyarakat.

NURANISAH (22) Alumni perguruan tinggi swasta di Yogykarta ini, menganggap tidak sepantasnya memberitakan sebuah bencana dikemas oleh ranah infotainment. Karena selama ini infotainment selalu bersumber kepada gosip yang berkembang.

Berdasarkan diskusi publik tanggal 15 Desember 2010, yang kami lakukan bersama lembaga penyiaran radio, TV, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya disimpulkan bahwa pemberitaan bencana menimbulkan dampak­dampak negatif yang lebih besar dibandingkan sisi positifnya.

Oleh karena itu, media harus mengikuti Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) sehingga diharapkan dampak negatif tersebut dapat dihindari.

Selain itu media diharuskan memiliki Sense of Social, karena selama ini temen­temen media tidak memikirkan impact apa yang dihasilkan

setelah berita mereka disampaikan.Selain dipercaya sebagai ketua Gabungan

Kelompok Perikanan (GAPOKKAN) Kabupaten Sleman bapak satu anak ini, berharap agar media tidak hanya berbicara self sensor tetapi lebih memikirkan dampak setelah pemberitaan bencana, karena bagaimanapun media bertanggung jawab secara sosial maupun psikologis tanpa menghalangi kebebasan mereka mengungkapkan sesuatu. Meskipun fungsi utama pemberitaan hanya sekadar memberitahu, sudah sepantasnya media massa saat ini berpikir bahwa sebuah berita mampu memberikan manfaat bagi penontonnya.[+]TEGUH ARIFFIANTO,

anggota KPID Yogyakarta

Page 7: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 12 PENDAPA I 13

Lihatlah sebuah pemberitaan yang diambil dalam sebuah website berikut ini. Sekilah apa yang anda perhatikan. Ya anda benar. Judul dan foto tidak nyambung. Kejadian semacam ini kerap kita jumpai di berbagai media. Uraian berikut menjadikan kita harus lebih kritis.

Dalam media massa cetak (majalah, koran, tabloid, dan online), sebuah foto jurnalistik dapat mempunyai dua kedudukan berbeda. Pertama, foto jurnalistik dapat berdiri sendiri. Artinya, foto karya jurnalis itu menjadi berita foto, tanpa ada berita yang mendukungnya. Cukup dengan caption, sebuah penjelasan singkat tentang peristiwa yang ‘dibekukan’ dalam foto itu.

Kedua, foto jurnalistik menjadi pelengkap sebuah berita. Dalam kedudukan ini, foto menjadi ilustrasi tentang sebuah narasi berita yang mengabarkan suatu peristiwa atau fakta. Tentu saja, foto ini harus berkaitan dengan fakta yang menjadi berita. Bila beritanya tentang demonstrasi masyarakat tentang kenaikan BBM, maka fotonya pun adalah masyarakat yang (ada dalam narasi berita) sedang mengacungkan poster yang berisikan keberatan kenaikan harga BBM. Bukannya foto tentang demonstrasi kenaikan harga sembako.

Bila ada sebuah narasi berita, tetapi didukung dengan ilustrasi foto yang menggambarkan fakta yang tidak sama, tentu saja itu tidak tepat. Sebab jurnalis harus mengabarkan fakta yang utuh. Jika foto menjadi ‘bukti’ tentang fakta yang terjadi sebagaimana yang dinarasikan maka fotonya harus dari peristiwa itu dan tidak bisa dari peristiwa lainnya.

Andai ada narasi berita dan diperkuat dengan ilustrasi foto juranilstik yang tidak relevan, maka ini dapat dikatakan sebagai pelanggaran kode etik jurnalitik, tepatnya pasal satu, yaitu soal akurasi.

melihat foto bencana dalam media

Gambar cuplikan berita online yang menggunakaan foto di luar isi berita dan pernyataan resmi tentang keberatan pemuatan foto yang tidak sesuai.

Page 8: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 14 PENDAPA I 15

Perlengkapan rumah tangga yang ditemukan pertama kali oleh John Logie Baird, yang kemudian disempurnakan oleh Vladimir Zworykin ini mempunyai efek yang luar biasa terhadap pola pikir maupun sikap masyarakat. Televisi bisa menghibur, bisa pula membuat sesuatu yang salah dianggap benar oleh publik. Ia bisa membunuh karakter seseorang atau sebuah objek, dapat pula membuat masyarakat bertambah pintar, kritis, atau malah justru menenggelamkan dalam pola pikir yang destruktif.

Sayangnya, dengan posisi televisi yang sedemikian vital, saat ini justru muncul kecenderungan banyak sekali stasiun televisi lebih sering menekankan aspek hiburan dan mengabaikan aspek edukasi. Banyak sekali tayangan yang kontraproduktif dengan realitas. Menjadi penonton televisi yang cerdas dan kritis, bukan penonton yang menelan bulat­bulat segala yang disuguhkan oleh televisi.

Setidaknya ada tiga jenis penonton televisis. Jenis yang pertama dominant code. Yakni penonton menerima segala muatan makna dan nilai dari tayangan sebagai makna yang benar dan layak. Lalu ada pula jenis penonton negotiated code, dalam jenis ini penonton menempatkan diri tak hanya sebagai penerima mutlak muatan yang disampaikan tayangan, tetapi melakukan

negosiasi dan adaptasi sesuai nilai­nilai yang dianutnya. Dan, yang ketiga oppositional code. Kelompok penonton ini menolak muatan dari tayangan yang ditontonnya.

Dari ketiga jenis penonton itu, masuk dalam jenis penonton apakah kita? Tentu akan menyedihkan bila menjadi kelompok pertama, sebagai dominant code. Namun kita bisa menjadi penonton yang cerdas dan kritis. Ada beberapa langkah untuk menjadi penonton yang kritis. Pertama, berikan teladan positif. Dalam menonton, sebaiknya orang tua lebih dahulu yang menentukan batasan bagi dirinya sendiri sebelum membuat batasan bagi anaknya. Ia tak boleh menerapkan standar ganda. Kedua, membuat jadwal menonton. Ketiga, jangan jadikan televisi sebagai “baby sitter”. Keempat, letakkan televisi pada posisi yang tidak nyaman.

Si kotak ajaib ini adalah benda yang kehadirannya sudah tidak mungkin untuk dihindari apalagi ditolak. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar benda ini tidak menjadi candu bagi kita dan keluarga. Kita perlu belajar lagi bagaimana agar kita bisa menaklukkan pesawat televisi kita dan bukannya justru kita yang ditaklukkan olehnya.

diolah dari:http://grelovejogja.wordpress.com/2007/08/15/menjadi­penikmat­televisi­yang­cerdas/http://www.bekasinews.com/berita/opini/310­penonton­cerdas.html

mari menjadi Penonton yang Cerdas!

Page 9: MATAMEDIA VOL. 2 NOMOR 1

PENDAPA I 16