masyarakat majemuk

40
Kelompok 2 M.K P. Multikultuiral Dosen: Andioktamaya tenriawaru S.Pd,M.Si

Upload: ratna-yunita

Post on 14-Jun-2015

20.341 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masyarakat majemuk

Kelompok 2M.K P. Multikultuiral

Dosen: Andioktamaya tenriawaru S.Pd,M.Si

Page 2: Masyarakat majemuk

Kelompok 2Prodi Pend. Antropologi

NurmutiahRatna Yunita (1268041004)Sukmawati Ningsi (12680411007)

Zahnas Wulandari (12680411008)Febi Triyadi (12680411009) Nurul Fitriani

Mahraini KhoirunnisaNursyahdi Abdi (12680411003)Muhammad Zainullah

Page 3: Masyarakat majemuk

A. Sistem sosial Indonesia Heterogenitas dan

homogenitas masyarakat dan konsekuensi sosialnya.

Page 4: Masyarakat majemuk

Pengertian Kemajemukan Masyarakat Indonesia Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India: A Study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.

Page 5: Masyarakat majemuk

Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Keadaan geografib. Letak Indonesia diantara

Samudra Indonesia, Samudra Pasifik dan diantara Benua Asia dan Australia.

c. Iklim Dan struktur Tanah

Page 6: Masyarakat majemuk

Ciri-ciri Kemaajemukan Masyarakat

1.Segmentasi kedalam kelompok-kelompok

4. Integrasi sosial atas dasar

paksaan.

3. Sering mengalami konflik.

5. Dominasi suatu kelompok terhadap

kelompok lain

2. Kurang mengembangkan

konsensus.

Page 7: Masyarakat majemuk

Apa Pengertian Sistem sosial?

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.

Jadi, sistem sosial Indonesia adalah Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan Kontak, bergaul dengan manusia lainnya dalam pola tertentu yang berdasarkan adat kelakuan Indonesia dengan sifatnya yang Kongret.

Page 8: Masyarakat majemuk

a) Pengertian Masyarakat Homogenitas (Pedesaan)

Menurt Koentjaraningrat sutu masyarakat desa menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua macam prinsip:

prinsip hubungan kekerabatan (geneologis) prinsip hubungan tinggal dekat (teritorial)

Prinsip ini tidak lengkap yang mengikat adanya aktifitas tidak disertakan yaitu :

tujuan khusus yang ditentukan faktor ekologis prinsip yang datang dari atas oleh aturan undang-undang

Heterogenitas dan homogenitas masyarakat

dan konsekuensi

Page 9: Masyarakat majemuk

Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.

Masyarakat pedesaan mempunyai penilain yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi masyarakat pedesaan bukan masyarakat yang senang diam tanpa aktivitas. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja dengan keras tetapi para ahli lebih memberikan perangsang yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan, dan menjaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan mengisi waktu-waktu kosong bekerja karena keadaan musim/ iklim di indonesia)

Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu : Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah

sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan dsb.

Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna/ black magic.

Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila berhenti pada sifat iri.

Page 10: Masyarakat majemuk

Menurut Paul H. Landis desa adalah dengan ciri-ciri : Mempunyai pergaulan hidup yang saling

mengenal antara ribuan jiwa Ada pertalian perasaan yang sama tentang

kesukaan terhadap kebiasaan Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris,

yang dipengaruhi oleh iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedang pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sampingan.

Page 11: Masyarakat majemuk

CIRI – CIRI MASYARAKAT PEDESAANAdapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :

1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.

2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan

4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya

3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian

Page 12: Masyarakat majemuk

Dampak positif: Masih terjaga nya etika dan

moral masyarakat warga. Kehidupan yang lebih damai

karna kecilnya tindakan kerimnal mereka hidup dengan sederhana.

Dampak negatif: Cari berfikir masih primitif

karna mereka kurang nya wawasan ilmu, dan juga masih percaya dengan hal-hal mistis.

Jauh dari informasi kemajuan zaman, karna kurang nya sarana dan prasarana.

Dampak Positif dan negatif Masyarakat Homogenitas

Page 13: Masyarakat majemuk

b ). Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat Heterogenitas (Perkotaan)

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu : kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan

keagamaan di desa orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .

Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.

pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata

kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa

interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi

pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu

perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

 

Page 14: Masyarakat majemuk

Dampak positif:   Masyarakat lebih maju

dalam teknologi karna masyarakat akan selalu mengetahui adan mengikuti perkembangan zaman moderen.

Cara berfikir yang lebih terbuka karena banyak nya informasi yang didapatkan.

Dampak negatif: Rusaknya etika dan moral

masyarakat karna melihat dan meniru perilaku yang tidak sesuai dengan lingkungan mereka.

Banyak terjadi tindakan kriminal  terjadi karna masyarakat perkotaan memiliki biaya hidup yang tinggi.

Hilang nya adat istiadat yang dimiliki setiap daerah karna masyarakt lupa akan kebudayaan ssendiri, dengan kebudayaan negara lain.

Hilangnya rasa sosilaisi antar masyarakat.

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASYARAKAT PERKOTAAN

Page 15: Masyarakat majemuk

Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam,

Pekerjaan atau Mata Pencaharian

Ukuran Komunitas, Kepadatan Penduduk Homogenitas dan

Heterogenitas Diferensiasi Sosial Pelapisan Sosial

Perbedaan masyarakat Homogenitas dan

heterogenitas

Page 16: Masyarakat majemuk

B. Teori sistem dan strukturalis fungsional

Page 17: Masyarakat majemuk

a. Teori Sistem Sosial

Kejadian-Genesis

Differensiasi Chaos System

Page 18: Masyarakat majemuk

Teori Sistem Menurut Para Ahli

Niklas Luhman• “Krisis Teori” dalam sosiology diatasi Luhmann melalui teori sistem autopoiesis

(“menghasilkan dirinya sendiri”).• Luhmann mengatakan bahwa masyarakat bukanlah hasil interaksi sosial antar

individu, juga bukan teks, juga tidak ditopang oleh sebuah konsensus tertentu, melainkan sistem sistem sosial yang secara terus menerus menciptakan dirinya (self-creation) melalui komunikasi dengan lingkungan.

• Menganggap bhw fenomena masyarakat kontemporer (memusatkan diri pada gejala sosial tertentu misal: globalisasi, krisis kepercayaan, ketidakpastian, dsb.) harus menjadi undangan bagi sosiologi utk merumuskan sebuah teori yg bersifat universal, teori dpt menjelaskan seluruh kompleksitas yg ada dimasyarakat

• Teori tersebut dibangun dgn memanfaatkan perkembangan terbaru dari disiplin ilmu lain, terutama model sibernetik dan biologi sbg teori organisme

• Masyarakat hendaknya dijelaskan melalui bantuan ilmu ilmu lain itu tidak lagi dilihat secara ontologis atau esensialis (pengamat berada diluar masyarakat yg diobservasi)

Page 19: Masyarakat majemuk

Teori Sistem Talcott Parsons: Tatanan sosial bukanlah sebuah tatanan

koersif dan juga bukan produk transaksi para aktor strategis yg egosentris, melainkan merupakan hasil konsensus nilai nilai yang melibatkan 3 komponen sekaligus, yakni masyarakat, kebudayaan dan kepribadian

teori sistem struktural-fungsional, berpandangan bahwa masyarakat terdiri atas bagian bagian (e.g. polisi, rumah sakit, sekolah dll) dimana tiap tiap bagian tersebut memiliki fungsi nya masing masing.

Masyarakat sbg sebuah keseluruhan (whole) yg terdiri atas bagian-bagian (parts)

Page 20: Masyarakat majemuk

b. Teori Struktural Fungsional

Pengertian

Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. Selama beberapa darsawarsa, fungsionalisme struktural telah berkuasa sebagai suatu paradigma atau atau model teoritis yang dominan didalam sosiologi Amerika kontemporer.

Pemikiran struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup

Page 21: Masyarakat majemuk

a. Teori Emile DurkheimMenurut Emile Durkheim tentang Fungsional

Struktural ialah bila mana suatu Sistem mengalamai Fluktuasi yang keras misalnya saja ekonomi, maka hal itu akan berimbas pada seluruh sistem yang ada, misalnya saja Politik dan Sosial pun mengalami perubahan.

Menurut Emile Durkheim tentang Fungsional Struktural ialah bila mana suatu Sistem mengalamai Fluktuasi yang keras misalnya saja ekonomi, maka hal itu akan berimbas pada seluruh sistem yang ada, misalnya saja Politik dan Sosial pun mengalami perubahan.

Page 22: Masyarakat majemuk

b.Teori fungsional struktural Talcot Parsons

Suatu pendekatan yang menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi diatas dasar kesepakatan para anggotanya terhadap nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Pendekatan structural fungsional yang dikembangkan oleh Talcot Parsons dapat dikaji sebagai berikut :1. Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem2. Hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian tersebut

adalah beersifat ganda dan timbal balik3. Sistem sosial cenderung bergerak kea rah equilibrium yang bersifat

dinamis4. Disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan

yang terjadi akan teratasi melalui penyesuaian-penyesuaian dan institusionalisasi.

5. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada umumnya terjadi secara gradual

6. Perubahan sosial yang terjadi melalui : penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial terhadap perubahan yang dating dari luar (extra systemic change), pertumbuhan melalui proses diferensiasi structural dan fungsional dan penemuan-penemuan baru oleh anggota-anggota masyarakat.

7. Daya pengintegrasi suatu sistem sosial adalah konsensus diantara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.

Pendekatan fungsionalisme struktural terlalu menekankan anggapan-anggapam dasarnya pada peranan unsur-unsur normatif dari tingkah laku, khususnya pada proses-proses dengan hasrat-hasrat perseorangan diatur secara normatif untuk menjamin terjadinya stabilitas sosial.

Page 23: Masyarakat majemuk

Masalah Stratifikasi Fungsional Struktural

Masalah fungsionalnya ialah menempatkan setiap individu pada posisi yang tepat. Penempatan sosial dalam masyarakat menjadi masalah karena posisi tertentu akan terlihat lebih menyenangkan. Posisi tertentu lebih penting untuk menjaga keberlangsungan masyarakat. Setiap posisi memiliki kualifikasi dan bakat yang berbeda.

Jadi, dari penjelasan tersebut, kesimpulan tentang teori ini adalah;

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam ilmu sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan.

Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi, dan institusi.

Page 24: Masyarakat majemuk

C. Teori Konflik sebagai proses Social

Page 25: Masyarakat majemuk

Pengertian……..!!!!!Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.  Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara

sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

            Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Dalam sosiologi, kita mengenal adanya teori konflik yang berupaya memahami konflik dari sudut pandang ilmu sosial. Teori konflik adalah sebuah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori konflik lahir sebagai sebuah antitesis dari teori struktural fungsional yang memandang pentingnya keteraturan dalam masyarakat.

Page 26: Masyarakat majemuk

a. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser

Selama lebih dari dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Berbeda dengan beberapa ahli sosiologi yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan teori konflik), coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan kedua pendekatan tersebut.

            Katub penyelamat adalah mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mencegah kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katub penyelamat merupakan institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sistem atau struktur sosial. Coser membagi konflik menjadi dua yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis. Konflik realistis adalah konflik yang disebabkan tuntutan khusus yang dilakukan oleh partisipan terhadap objek yang dianggap mengecewakan. Contoh: demonstarsi menuntut agar dilakukan penurunan harga BBM. Konflik non-realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan khusus, melainkan untuk meredakan ketegangan salah satu pihak. Contoh: santet pada masyarakat tradisional dan pengkambinghitaman kelompok lain yang dilakukan oleh masyarakat modern.

Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik sosial, mereka melihatnya konflik sebagai penyakit bagi kelompok sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.

Page 27: Masyarakat majemuk

b. Teori Konflik George Simmel Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari

dalam masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.

Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.

George Simmel berangkat dari asumsinya yang bersifat realis dan interaksionalis. Bagi simmel ketika individu menjalani proses sosialisasi mereka pada dasarnya pasti mengalami konflik. Ketika terjadinya sosialisasi terdapat dua hal yang mungkin terjadi yaitu, sosialisasi yang menciptakan asosiasi ( individu berkumpul sebagai kesatuan kelompok) dan disosiasi (individu saling bermusuhan dalam satu kelompok). Simmel menyatakan bahwa unsur-unsur yang sesungguhnya dari disosiasi adalah sebab-sebab konflik.

Simmel berargumen ketika konflik menjadi bagian dari interaksi sosial, maka konflik menciptakan batas-batas antara kelompok dengan memperkuat kesadaran internal . Permusuhan timbal balik tersebut mengakibatkan terbentuk stratifikasi dan divisi-divisi sosial, yang pada akhirnya akan menyelamatkan dan memelihara sistem sosial.

Page 28: Masyarakat majemuk

c. Teori Konflik Karl Mark           

Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh Karl Mark, bagi Mark konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.

            Teori konflik yang terkenal adalah teori yang disampaikan oleh Karl Mark, bagi Mark konflik adalah sesuatu yang perlu karena merupakan sebab terciptanya perubahan. Teori konflik Mark yang terkenal adalah teori konflik kelas dimana dalam masyarakat terdapat dua kelas yaitu kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin (proletar). Kaum borjuis selalu mengeksploitasi kaum proleter dalam proses produksi. Eksploitasi yang dilakukan kaum borjuis terhadap kaum proletar secara terus menerus pada ahirnya akan membangkitkan kesadaran kaum proletar untuk bangkit melawan sehingga terjadilah perubahan sosial besar, yaitu revolusi sosial.

Page 29: Masyarakat majemuk

d. Teori Max Weber konflik timbul dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.

Setiap stratifikasi adalah posisi yang pantas diperjuangkan oleh manusia dan kelompoknya .Weber berpendapat bahwa relasi-relasi yang timbul adalah usaha-usaha untuk memperoleh posisi tinggi dalam masyarakat. Weber menekankan arti penting power (kekuasaan)  dalam setiap tipe hubungan sosial. Power (kekuasaan) merupakan generator dinamika sosial yang mana individu dan kelompok dimobilisasi atau memobilisasi. Pada saat bersamaan power (kekuasaan) menjadi sumber dari konflik, dan dalam kebanyakan kasus terjadi kombinasi kepentingan dari setiap struktur sosial sehingga menciptakan dinamika konflik.

Page 30: Masyarakat majemuk

Inti Pemikiran Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental

dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok.  Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.

Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang memepertahankan praktik- praktik ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan Israel.

Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur.

konflik pada dasarnya adalah sesuatu yang bukan saja tidak dapat dihindari tapi juga dibutuhkan oleh masyarakat, karena konflik mempertegas identitas-identitas dalam kelompok dan membentuk dasar stratifikasi sosial. Walaupun teori konflik klasik pada dasarnya sudak tidak dapat digunakan untuk menganalisis fenomena konflik kontemporer, karena teori ini diciptakan pada konteks kesejarahan yang berbeda dan perubahan struktur serta dinamika masyarakat telah diluar imajinasi para ilmuwan konflik klasik. Namun antara teori klasik dan teori kontemporer pada dasarnya sepakat bahwa konflik memainkan peran sentral dalam kehidupan karena mampu menjadi agen perubahan dan menjadi motor yang memobilisasi tindakan sosial.

Page 31: Masyarakat majemuk

D. Tipe-tipe masyarakat dalam konteks solidaritas mekanikal

dan organik

Page 32: Masyarakat majemuk

a. Tipe-tipe masyarakat dalam konteks solidaritas

Solidaritas berasal dari kata solidarity yang berarti kesetiakawan atau kekompakan. Sedangkan solid artinya kokoh dan kuat. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Johnson, 1988:181).

Koentjaraningrat (1990:164), menyatakan bahwa solidaritas adalah suatu bentuk kerjasama pada masyarakat yang meliputi aktivitas gotong royong, tolong menolong dan musyawarah. Selain rasa kepatuhan yang didasarkan kepada perasaan moral, masyarakat juga mengenal seperangkat nilai yang intinya memupuk rasa solidaritas atau disebut nilai yang mempersatukan (assosiatif) yang mempunyai butir-butir positif yaitu persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan dan kegotong-royongan.

Fungsi dari solidaritas mencerminkan rasa tanggungjawab secara bersama antara kelompok dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya wujud solidaritas kelompok tersebut dapat dilihat dalam berbagai bentuk peristiwa pada saat acara perkawinan, kematian dan peristiwa lain yang membutuhkan kerjasama saling tolong menolong dalam setiap etnik dalam satu lingkungan masyarakat.

Page 33: Masyarakat majemuk

Durkheim membagi solidaritas menjadi dua macam, yaitu

a. Solidaritas Mekanikalsolidaritas yang muncul pada masyarakat

yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok (Masyarakat Pedesaan).

Ciri solidaritas ini Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.

Page 34: Masyarakat majemuk

b. Solidaritas Organik

Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.

Ciri dari solidaritas ini Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat bersama. Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam unit keluarga suku atau kota relatif dapat berdiri sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.

Page 35: Masyarakat majemuk

Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik

Solidaritas mekanik Relatif berdiri sendiri (tidak

bergantung pada orang lain) dalam keefisienan kerja.

Terjadi di Masyarakat Sederhana.

Ciri dari Masyarakat Tradisional (Pedesaan)

Kerja tidak terorganisir Beban lebih berat Tidak bergantung dengan

orang lain

Solidaritas Organik

Saling Keterkaitan dan mempengaruhi dalam keefisienan kerja.

Dilangsungkan oleh Masyarakat yang kompleks.

Ciri dari Masyarakat Modern (Perkotaan).

Kerja terorganisir dengan baik.

Beban ringan. Banyak saling bergantungan

dengan yang lain.

Page 36: Masyarakat majemuk

Ancaman Terhadap SolidaritasPeralihan dari solidaritas mekanik ke yang

organik tidak selalu merupakan proses yang lancer dan penuh keseimbangan tanpa keteganga-ketegangan.

Karena ikatan sosial primordial yang lama dalam bidang agama, kekerabatan, dan komunitas dirusak oleh meningkatnya pembagian kerja, mungkin ada ikatan-ikatan sosial lainnya yang tidak berhasil menggantikannya.

Akibatnya masyarakat menjadi terpecah di mana individu terputus ikatan-ikatan sosialnya, dan di mana kelompok-kelompok yang menjadi perantara individu dengan masyarakat luas tidak berkembang dengan baik.

Page 37: Masyarakat majemuk

E. Masyarakat dan kemajemukan, ciri dan faktor

yang mengintegrasikan masyarakat

Page 38: Masyarakat majemuk

a. Ciri-ciri Masyarakat majemukan Indonesia

Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yang pluralistis diantaranya adalah keadaan geografis, letak Indonesia diantara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia dan perbedaan iklim dan struktur tanah. Piere L Van de Berghe menyebutkan sifat-sifat dasar dari masyarakat majemuk, sebagai berikut :1. Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-

kelompok.2. Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam

lembaga yang bersifat non komplementer.3. Kurang mengwmbangkan consensus.4. Sering terjadi konflik-konflik.5. Integrasi sosial tumbuh karena paksaan

(coercion).6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok

atas kelompok yang lain.Van de Berghe menganggap masyarakat majemuk tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis masyarakat menurut model analisis Emile Durkheim.

Page 39: Masyarakat majemuk

b. Faktor yang mengintegrasikan masyarakat

Integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat dan erat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat sehingga menjadi penyatuan hubungan yang diangap harmonis Faktor-faktor yang mendukung integrasi sosial di Indonesia:

a. adanya penggunaan bahasa Indonesiab. adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam satu bangsa, satu

bahasa, dan satu tanah airc. adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu

Pancasilad. adanya jiwa dan semangat gotong royong yang kuat serta rasa

solidaritas dan toleransi keagamaan yang tinggie. adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang lama

diderita oleh seluruh bangsa di IndonesiaIntegrasi Masyarakat Indonesia Yang Majemuk Masyarakat Indonesia yang

terdiri dari beragam suku bangsa, agama dan kebudayaan telah mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia bersifat majemuk. Perbedaaan-perbedaan yang ada merupakan kekayaan nasional yang semakin memperkaya kebudayaan Indonesia. Disamping itu strukur masyaraat Indonesia yang plural juga menimbulkan persoalan tentang bagaimana masyarakat Indonesia dapat terintegrasi secara nasional.

Page 40: Masyarakat majemuk

Terima Kasih