injil dalam masyarakat majemuk

38
INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Lesslie Newbigin 1. Dogma dan keraguan di dalam kebudayaan yang majemuk. Dogma berasal dari kata Yunani “Dokein” yang berarti ‘Mengira”. Kata ini dipergunakan untuk menunjukkan hal yang tampaknya baik bagi penguasa yang sah dan diumumkan kepada masyarakat. Kata seperti itu dipergunakan dalam keputusan rasul- rasul dalam persidangan di Yerusalem (Kis 16:4), dalam sejarah gereja kata itu dikluarkan oleh pihak yang berwenang dan harus diterima dalam Iman. Ada tiga pokok pendahuluan tentang dogma yaitu: a. Dogma bukanlah kekhususan yang unik dari gereja. Setiap pemikiran yang sistematis harus dimulai dari titik berangkat tertentu, dia harus mulai dengan menerima susuatu yang diangggap benar tanpa harus dipersoalkan lagi. Pemikiran Kristen harus sah dan logis, yaitu bahwa Allah sudah berbuat sesuatu untuk menyatakan dan dan memberlakukan maksud-Nya terhadap dunia dengan cara yang dapat diketahui dari Alkitab. b. Kita perlu memperhatikan apa yang sudah diajarkan kepada kita. Setiap masyarakat menggantungkan keutuhannya atas suatu perangkat yang disebut kemasuk-akalan, yaitu pola-pola kepercayaan, dan tingkah laku yang diterima didalam masyarakat tertentu, yang menentukan kepercayaan-kepercayaan mana yang masuk akal dan tidak

Upload: hery-lapuimakuni

Post on 19-Dec-2015

130 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

injil

TRANSCRIPT

Page 1: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

INJIL DALAM MASYARAKAT MAJEMUKLesslie Newbigin

1. Dogma dan keraguan di dalam kebudayaan yang majemuk.

Dogma berasal dari kata Yunani “Dokein” yang berarti ‘Mengira”. Kata ini dipergunakan

untuk menunjukkan hal yang tampaknya baik bagi penguasa yang sah dan diumumkan kepada

masyarakat. Kata seperti itu dipergunakan dalam keputusan rasul-rasul dalam persidangan di

Yerusalem (Kis 16:4), dalam sejarah gereja kata itu dikluarkan oleh pihak yang berwenang dan

harus diterima dalam Iman.

Ada tiga pokok pendahuluan tentang dogma yaitu:

a. Dogma bukanlah kekhususan yang unik dari gereja. Setiap pemikiran yang sistematis harus

dimulai dari titik berangkat tertentu, dia harus mulai dengan menerima susuatu yang diangggap

benar tanpa harus dipersoalkan lagi. Pemikiran Kristen harus sah dan logis, yaitu bahwa Allah

sudah berbuat sesuatu untuk menyatakan dan dan memberlakukan maksud-Nya terhadap dunia

dengan cara yang dapat diketahui dari Alkitab.

b. Kita perlu memperhatikan apa yang sudah diajarkan kepada kita. Setiap masyarakat

menggantungkan keutuhannya atas suatu perangkat yang disebut kemasuk-akalan, yaitu pola-

pola kepercayaan, dan tingkah laku yang diterima didalam masyarakat tertentu, yang

menentukan kepercayaan-kepercayaan mana yang masuk akal dan tidak masuk akal. Injil

memberikan kebangkita kepada suatu struktur kemasuk-akalan yang baru, suatu cara melihat

perkara-perkara yang secara radikal berbeda dari visi-visi yang membentuk semua kebudayaan

manusia yang terpisah dai Injil.

c. Ada suasana kerendahan hati yang patut dihargai tentang pernyataan kebenaran itu jauh lebih

besar daripada yang dapat ditangkap oleh satu orang atau oleh satu tradisi keagamaan.

Dogma sudah lama dikaitkan dengan pemaksaan, kekuasaan politis, penolakan atas

kebebasan berpikir dan suara hati. Sebetulnya hanya dogma hanya dogma yang dimengerti

secara benar yaitu Anugerah Allah yang Cuma-Cuma dalam Yesus Kristus yang dapat

memberikan dan menyokong kebebasan pikiran dan suara hati. Dogma sesuatu yang diberikan

Page 2: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

kepada kita untuk diterima dalam Iman, bukan auatu perangkat rumusan yang tidak dibatasi

waktu.

2. Akar-akar kemajemukan

Ada 5 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Perlu adanya kritik atas keraguan. Ketika kita berusaha meragukan suatu pernyataan, kita

melakukannya di atas dasar kepercayaan-kepercayaan tang tidak kita ragukan. Ada 2 bentuk

asumsi keraguan yaitu pernyataan anda tidak terbukti dan pernyataan anda tidak pernah dapat

dibuktikan atau tidak ada kirteria yang seperti itu. Hanya dapat meragukan karena ada hal-hal

yang dipercayai tanpa meragukannya.

b. Peran yang relatif dari Iman dan keraguan dalam usha untuk mengetahui. Pengetahuan harus

dimulai dengan tindakan Iman, kita harus mempercayai bukti yang kita lihat dan dengar, atau

kalau kita sedang mempelajari suatu bahasa, ilmu pengetahuan, sejarah, atau bidang pengetahuan

lainnya, kita harus mulai dengan mempercayai mereka yang melaksanakan pengajaran untuk

kita.

c. Karya para Filsuf dan ahli sejarah ilmu pengetahuan dalam abad ini sudah memperlihatkan

dengan jelas bahwa keseluruhan karya ilmu pengetahuan modern adalah berdasarkan komitmen-

komitmen iman, yang mana komitmen-komitmen ini pada dirinya sendiri tidak dapat

diperlihatkan oleh metode-metode ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan sudah

tidak akan mungkin tanpa adanya dua kepercayaan, yaitu bahwa alam semesta adalah rasional

dan bahwa dia adalah bergantung pada sesuatu.

d. Fakta bahwa semua pengetahuan kita adalah terbatas seharusnya tidak diperhunakan untuk

menolak pernyataan-pernyataan tentang apa yang dapat kita ketahui sebagaimana kita mampu

membuatnya. Setiap orang bebas untuk memahami sesuka hatinya, Ilah yang tidak diketahui

adalah obyek kepercayaan yang menyenangkan, karena sifat-sifatnya ditentukan oleh diri sendiri.

e. Penurunan nilai pernyataan-pernyataan kepercayaan sebagai pernyataan yang subyektif,

menyebabkan timbulnya kekaburan logis. Hal ini adanya pengetahuan yang obyektif terlepas

dari pengetahuan sebagaimana dipercayai kebenarannya oleh seseorang. Keobyektifan palsu

adalah kebenaran sebagai persesuaian antara kepercayaan-kepercayaan pribadi dengan fakta-

fakta yang actual.

Page 3: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

3. Tahu dan percaya

Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. mengamanti fakta-fakta yang penting. Bagi para ahli ilmu pengetahuan yang tertarik dalam

memecahkan persoalan, maka yang penting adalah fakta-fakta tujuan itu. Kalau ia hanya

memeriksa fakta-fakta secara acak, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dan menghabiskan

waktunya dengan sia-sia. Ahli ilmu pengetahuan harus mengidentifikasikan permasalahannya

dan kemudian menilai fakta-fakta mana yang penting dalam hubungannya dengan persoalna itu.

Itu adalah masalah penilaian dan tidak ada peraturan untuk menentukan hal itu, dan masalah itu

haruslah masalah yang baik, banyak waktu telah dibuang dalam usaha untuk memecahkan

masalah-masalah yang tidak bermakna.

b. Penyusunan suatu hipotesa. Tidak ada peraturan-peraturan untuk menyusun hipotesa itu lwbih

banyak merupakan masalah intuisi dan imajinasi. Beberapa teori baru yang paling penting sudah

datang dari suatu penglihatan atau angan-angan.

c. Verifikasi atas suatu hipotesis dengan eksperimen. Suatu hipotesis yang benar akan

membuktikan dirinya benar dalam segala macam cara yang tidak diduga, dan ilmuwan-ilmuwan

akan secara terus menerus mengujinya dalam situasi-situasi yang baru. Suatu teori dilepaskna

hanya kalau sudah dibuktikan bahwa ada teori lain yang secara intelektual dan estetis lebih

memuaskan dan dapat mempertanggung jawabkan lebih banyak fakta-fakta. Fakta-fakta itu

adalah bebas nilai yang darinya mereka adalah bagiannya, bukanlah hasil dari suatu tujuan

apapun, tetapi merupakan hasil operasi dari dua faktor kembar, yaitu: kesempatan dan sebab-

akibat.

4. Otoritas, otonomi, dan tradisi.

Kemenangan ilmu pengetahuan adalah sesuai sesuai untuk menggantikan akan

pengamatan dan penyimpulan sebagai kewibawaan. Setiap usaha untuk menghidupkan kembali

kewibawaan dalam hal-hal intelektual adalah suatu langkah mundur. Salah satu dari manfaat

yang besar yang diberikan oleh ilmu pengetahuan untuk mereka yang mengerti semangatnya

adalah bahwa dia memampukan mereka untuk hidup tanpa dukungan yang khayal dari

kewibawaan yang subyektif. Iman dipegang tidak sebagai pendapat pribadi tetapi sebagai

kebenaran yang adalah benar bagi semua, karena itu dia harus secara umum ditegaskan, dan

terbuka bagi penyelidikan umum dan perdebatan. Secara khusus, seperti yang diperintahkan

Page 4: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

Yesus kepada kita, iman itu harus diberitakan kepada semua bangsa, semua kelompok manusia

apapun, kepercayaan, dan kebudayaan. Integritas dan kemanfaatan pengajaran dan komunikasi

yang terus-menerus ini akan menuntut pengakuan dan penghargaan dari kewibawaan tradisi. Ada

kesejajaran yang erat antara cara-cara yang dalamnya kewibawaan tradisi berlaku didalam

masyarakan ilmu pengetahuan dan didalam persekutuan Kristen. Namun kesejajaran itu sama

sekali tidak berarti lengkap, tanpa adanya pelajaran, tulisan, dan ucapan manusia. Dalam

persekutuan Kristen tradisi adalah kesaksian tentang perbuatan Allah dalam sejarah, perbuatan

yang menyatakan dan memberlakukan tujuan dari sang Pencipta. Pemahaman Kristen tentang

dunia bukanlah hanya masalah suatau tradisii peringatan, pemahaman itu adalah masalah tinggal

didalam riwayat kegiatan Allah, kegiatan yang tetap terus sedang berlangsung. Pengetahuan

yang dicari oleh Iman Kristen adalah pengetahuan tentang Allah yang sudah bertindak dan

sedang bertindak.

5. Akal budi, penyataan, dan pengalaman

Ketika akal budi dan tradisi di pertentangkan sebagai kriteria kebenaran yang terpisah

atau bersaing, maka hakikat akal budi tergantung pada tradisi sosial dan linguistic dan karena itu

sesuatu yang mempnuyai sifat yang kebetulan atau tidak disengaja dari semua peristiwa sejarah.

Akal budi tidak beroperasi kecuali didalam tradisi sosial yang terus berlaku, dan tidak dapat

dimengerti sebagai operasi pikiran yang murni yang tidak berhubungan dengan pengalaman-

pengalaman yang terjadi dalam masyarakat yang meneruskan tradisi. Pengetahuan analitis,

psikologis, sosiologis, atau neurologi tentang cara bekerja nalar orang lain, sama sekali bukanlah

langkah menuju kepengenalan akan orang lain yang kita alami dalam kasih dan persahabatan.

Pengetahuan pribadi yang benar hanya menjadi suatu kemungkinan klaim tentang akal budi yang

berkuasa. Akal budi sudah menjadi pelayan dalam keterbukaan mendengarkan dan mempercayai,

daripada menjadi pelayan bagi otonomi yang berkuasa. Perbedaannya bukanlah antara

penggunaan akal budi dan penanggalannya, perbedaannya adalah antara dua cara dalam

memahami dunia, satu yang dalamnya diri orang itu berkuasa dan yang dalamnya hanya

memahami diri sendiri. Orang percaya mulai dari iman bahwa kenyataan adalah rasional, bahwa

suatu tujuan yang logis dapat dilihat dalam pengalaman. Perjuangannya adalah untuk

membuktikan bahwa iman adalah benar didalam keadaan-keadaan yang rupa-rupanya

meragukan/mempertanyakan. Usaha itu selalu merupakan usaha yang rasional, usaha untuk

Page 5: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

memperoleh arti yang rasional didalam peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak rasional

melalui pola yang diberikan dalam penyataan yang mula-mula. Dengan semikian tradisi itu

secara terus-menerus dibentuk kembali dan disesuaikan dalam perjuangan untuk menguasai

pengalaman yang berjalan terus.

6. Penyataan didalam sejarah

Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Sekelompok kesulitan pertama timbul dari kekuasaan yang disebut dunia ilmiah modern. Ilmu

pengetahuan dan kemanusiaan sudah berhasil dalam menyingkapkan mata rantai sebab-akibat

yang terletak dibelakang semua peristiwa sehingga kelihatannya tidak ada celah atau sela-sela

yang melaluinya tindakan ilahi dapat masuk kedalam peristiwa-peristiwa itu dan mempengaruhi.

2. Garis penalaran berlaku sepanjang salama ini dan juga membawa kepada kesulitan-kesulitan

yang lebih lanjut, tradisi Kristen menegaskan bahwa beberapa hal yang sudah terjadi menyatakan

pikiran Allah, tetapi tidak semua. Allah menyatakan diriNya dalam sejarah, kita akan

mengatakan demikian, tetapi tidak semua sejarah menyatakan Allah. Tradisi Kriaten menegaskan

bahwa Allah telah membuat pikiran-pikiran dan tujuanNya diketahui oleh beberapa orang

melalui peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang dipeliharan dalam tradisi Kristen.

3. Analogi pengkomunikasian diri pribadi manusia melalui tindakan-tindakan dan kata-kata dari

organism fisiknya adalah, bagaimanapun, hanya analogi yang tidak lengkap. Dunia ciptaan sudah

diberikan derajat otonomi, dan independen dari kehendak Allah yang secara jelas adalah lain

daripada hubungan yang ada antara pikiran manusia dan tubuhnya ketika keseluruhan tubuh

manusia itu dalam keadaan yang benar-benar sehat.

7. Logika pemilihan

Ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pemilihan adalah pemilihan untuk status dengan hak yang istimewa dihadapan Allah. Menjadi

umat pilihan Allah tidak berarti mempunyai hak yang istimewa, tetapi berarti penderitaan,

celaan, kerendah-hatian. Israel dipanggil untuk mewujud nyatakan dalam kehidupannya

penderitaan yang mendalam dari Allah karena ketidak-taatan dari d. unia milik-Nya. Dan dalam

Perjanjian Baru hal ini sampai pada perwujudannya yang final, bahwa seorang yang pilihan

Page 6: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

Allah dipanggil untuk menanggung penderitaan yang paling mendalam dan menentukan dari

kematian yang merupakan kutukan Allah atas nama semua bangsa.

b. Pemilihan tidak memberikan hak istimewa tetapi memberikan tanggung jawab yang besar.

Anugerah pemilihan Allah, pemilihannya atas beberapa orang untuk menjadi pengemban-

pengemban keselamatanNya kepada semua orang, adalah hal untuk takut dan kagum dan

bersyukur, manusia tidak dapat menjadi dasar yang membuat klaim terhadap Allah yang

menyingkirkan orang-orang lain, Anugerahnya adalah bebas dan berdaulat, dan tidak ada tempat

bagi klaim yang ekslusif atas anugerahNya.

c. mengambil titik berangkat dan sebagai kenyataan bahwa yang mengendalikan semua pikiran

manusia dan sudah benar-benar dilakukan adalah Yesus Kristus. Hal yang terjadi ketika Ia

mengambil hakikat manusiawi kita dan datang di antara kita sebagai seorang manusia membuat

jelas arti pemilihan Allah itu, bahwa Allah sudah menyerahkan semua kepada ketidak-taatan

sehingga Ia dapat mencurahkan kemurahanNya atas semua.

8. Alkitab sebagai sejarah universal

Ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Hidup mendiami suatu struktur kemasuk-akalan alternative daripada struktur yang dalamnya

masyarakat hidup, suatu struktur kemasuk-akalan bukanlah hanya merupakan sekumpulan ide,

tetapi harus diwujud-nyatakan dalam satu komunitas yang nyata.

b. Suatu sejarah yang nyata terbentuk dalam waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu yang

membentuk latar belakang Alkitab, memberikan petunjuk untuk memaahami sejarah masa kini.

Menghidupi Alkitab berarti hidup dengan suatu jawaban untuk untuk pertanyaan-pertanyaan

mengetahui siapakah saya dan siapakah yang Esa yang kepadaNya saya akhirnya dapat

bertanggung jawab.

c. Sifat yang dibawakan dalam cerita Alkitab adalah sifat dari Yang Esa yang sebagai Pencipta

dan Tuhan dari semuanya memanggil umatNya kedalam hubungan yang bertanggung jawab

dalam kasih dan kestiaan. Sifat-sifat yang dinyatakan dalam Alkitab bukanlah sifat-sifat yang

lebih sempurna daripada yang kita miliki.

d. Struktur kemasuk-akalan adalah kerangka sesorang untuk mengambil keputusan, orang itu

tidak mengambil keputusan mengenia sesuatu diatas dasar suatu kerangka kepercayaan yang

lebih denitif.

Page 7: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

e. Didalam masyarakat yang struktur kemasuk-akalannya dibentuk oleh cerita Alkitab ada visi

yang jelas tentang tujuan dari sejarah dan keyakinan bahwa tujuan ini akan tercapai.

f. Tindakan yang berpengharapan berarti mempunyai sesuatu yang kepadanya seseorang dapat

dengan yakin untuk memandang kedepan.

9. Kristus, petunjuk bagi sejarah

Ada 5 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Pemerintahan Allah sekarang sedang menghadapi sebagai kenyataan yang hadir, (Lukas 17:21,

Matius 12:28). Kerajaan Allah memang demikian karena dalam kenyataannya pemerintahan

Allah, kekuasaanNya sebagai raja, hadir dalam manusia Yesus.

b. Kristus sudah mati, secara definitive melucuti semua pemerintah dan kekuasaan.

c. Kristus sudah bangkit dan sekarang memerintah disebelah Bapa sampai semua musuhNya

menyerah

d. Kristus akan datang lagi, dan kemuliaan pemerintahanNya akan menjadi nyata kepada semua.

e. Iman memampukan kita pada saat yang sama menjadi realistis dan berpengharapan

10. Logika Misi

Logika misi adalah makna yang benar dari riwayat manusia yang disingkapkan. Karena

ini adalah kebenaran maka harus dibagikan secara universal dan tidak dapat berupa pendapat

pribadi. Ketika kita membagikannya secara bersama dengan semua orang, kita memberikan

kepada mereka kesempatan untuk mengetahui kebenaran tentang diri mereka sendiri, mengetahui

siapakah mereka karena mereka dapat mengethui cerita yang benar yang darinya kehidupan

mereka hanya sebagian. Kebenaran tentang riwayat manusia sudah disingkapkan dalam

peristiwa-peristiwa yang membentuk substansi Injil. Misi adalah pengungkapan dari

pengharapan manusia, mengungkapkan kepercayaan kita bahwa ada suatu masa depan yang riil

untuk manusia dan untuk dunia, dasar yang kuat dari pengungkapan misi adalah pengungkapkan

dari kasih. Misi hanyalah keinginan untuk berada bersama dengan Tuhan dan mempersembahkan

kehidupan kita kepada-Nya. Inti pokok dari misi adalah rasa syukur dan pujian. Kita

menyelewengkan permasalahan kalau kita membuat misi menjadi usaha dari kita sendiri dengan

pekerjaan-pekerjaan kita. Tujuan misi yang sebenatnya adalah bahwa Allah dapat dipermuliakan.

Page 8: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

11. Misi: perkataan, perbuatan, dan keberadaan baru

Ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Jelas bahwa menempatkan perkataan dan perbuataan, pemberitaan dan tindakan, berlawanan

satu dengan lain tidak dapat dibenarkan. Perkataan menerangkan perbuatan, dan perbuatan

mensahkan perkataan.

b. Perbuatan untuk keadilan dan perdamaian dunia adalah inti dari perkabaran Injil, bukan

sesuatu yang sekunder dan bagian dari pinggiran dari tugas pokok perkabaran Injil.

c. Kegiatan untuk keadilan dan perdamaian tidak dapat pernah mempunyai arti komitmen yang

total kepada suatu proyek yang khusus yang diidentifikasikan tanpa keragu-raguan sebagai

kehendak Allah.

d. Kebenaran yang fundamental dapat menjadi sumber kesalahan yang dapat membawa bencana

bila dipergunakan untuk menarik mundur orang-orang yang percaya kepada Injil dari keterikatan

tanggung jawabnya dalam kesegeraan, relativitas dari kehidupan politis dan kultur.

e. Peran utama Gereja dalam hubungannya dengan isu tentang keadilan dan perdamian tidak ada

dalam pengumuman yang formal, tetapi dalam pemberian dan pemeliharaan semangat dan

dukungan yang terus menerus kepada orang-orang yang bertindak secara bertanggung jawab

sebagai orang percaya dalam melakukan tugas mererka sebagai warga Negara.

f. Pemberitaan Injil tidak pernah dapat tidak menjadi relevan, Gereja harus menjalani secara

nyata kehidupan bersama yang sesuai dengan injil dan hidup dalam kehidupan bersama dengan

penguasa, menyatakan dalam kehidupannya kuasa dari Tuhan yang hidup karena tidak ada

batasnya bagi kekuatan Firman Tuhan.

12. Kontekstualisai yang benar dan yang salah

Konstektualisasi adalah pertanyaan tentang bagaimana Injil itu didalam konteks yang

khusus. Injil itu dialamatkan untuk manusia sebagi pribadi manusia dalam semua keadaanya

yang sulit yang tak dapat dihitung macamnya yang didalamnya manusia itu menemukan dirinya.

Injil itu mempunyai kedaulatannya sendiri dan tidak pernah menjadi satu alat dalam tangan

perkabaran Injil. Isi dari Injil adalah Yesus Kristus dalam kepenuhan pelayananNya,

kematiaanNya, dan kebangkitanNya. Kontekstualisasi yang benar terjadi kalau ada persekutuan

yang hidup dengan setia pada Injil dan dalam identifikasi yang sama mahalnya dengan orang-

Page 9: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

orang dalam situasi mereka yang nyata dalam pelayanan Yesus didunia. Ketika syarat-syarat atau

kondisi-kondisi ini dipenuhi, Roh Allah yang berdaulat melakukan pekerjaanNya sendiri

13. Tidak ada nama lain

Orang Kristen adalah orang yang mencari, dan percaya bahwa petunjuk yang menentukan

jalan yang benar dan hidup sudah diberikan didalam Yesus Kristus, suatu pencarian bersama.

Menunjuk kepada Yesus sebagai petujuk utama dalam pencarian bersama dalam umat manusia

akan keselamatan dan mengundang orang-orang yang lain untuk mengikutinya. Inti yang

sebenarnya dari berita Kristen seperti yang dinyatakan dalam Injil Yohanes adalah bahwa

riwayat hidup yang khusus yang diceritakan adalah manifestasi yang menentukan didalam

sejarah tentang seseorang yang menjadi sumber dan tujuan bagi orang Kristen. Hubungan yang

benar dengan Allah tidak dapat lepas dari hubungan kita dengan orang-orang lain, dan kesetiaan

kepada Kristus harus dinyatakan dalam hubungan dengan orang-orang yang mengambil bagian

bersama dalam kesetiaan itu. Kriteria Yesus Kristus ditemukan dalam nilai permanen yang kekal

seperti keadilan, kesetiakawanan, kasih dan kemurahan. Kebenaran bukanlah suatu doktrin,

kebenaran tidak ditemukan dengan mengulang kata-kata benda abstrak, kebenaran adalah

manusia Yesus Kristus yang dalamnya Allah sedang memperdamaikan dunia. Kebenaran itu

adalah pribadi, konkrit, dan historis. Dengan menerima iman bahwa Kristus dalah sungguh-

sungguh Tuhan dan Juruselamat yang unik, kita akan mengambil pengakuan bahwa tidak ada

nama lain didunia ini selain nama Yesus Kristus.

14. Injil dan agama-agama

a. Mengharap, mencari, dan menyambut semua tanda anugerah Allah yang ada, didalam

kehidupan orang-orang yang tidak mengenal Yesus sebagai Tuhan. Perbuatan yang kita lakukan

dengan orang-orang yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan adalah mencari dan menerima

dengan senang semua refleksi tentang terang yang benar didalam kehidupan orang-orang yang

kita temui.

b. Orang Kristen akan bersemangat untuk bekerja sama dengan orang-orang dari semua iman dan

ideologi dalam semua proyek yang sejalan dengan pemahaman Kristen tentang tujuan Allah di

dalam sejarah. Pengendalian adalah dibawah Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus yang

kesabaranNya tidak terbatas dalam setiap hari dari kehidupan kita.

Page 10: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

c. Komitemen bersama untuk pekerjaan dunia memberikan konteks untuk dialog bersama yang

menimbulkan kerjasama dari berbagai jenis agama mengenai isu-isu yang nyata, dialog tersebut

akan menjadi dialog tentang arti dan riwayat manusia.

15. Injil dan kebudayaan-kebudayaan

Kebudayaan manusia adalah hanya merupakan cara yang didalamnya masyarakat-

masyarakat manusia mengatur kehidupan bersama, dan hal seperti itu dirusak oleh dosa. Orang

Kristen memahami penyataan Allah didalam Kristus dan dalam keseluruhan cerita Alkitab akan

dibentuk oleh kebudayaan yang melaluinya individu itu dibentuk. Kebutuhan Injil dengan

kebudayaan manusia harus menjadi sesuatu yang praktis dan tidak hanya sesuatu yang teoritis.

Hanya dengan menjadi partisipan yang setia didalam keluarga gereja uang supranasional dan

suprakultural, kita dapat menemukan sumber-sumber, untuk pada saat yang sama menjadi

pemelihara dan pendukung yang setia kepada kebudayaan kita masing-masing dan juga member

kritik yang membangun keatas kebudayaan-kebudayaan kita. Injil mensahkan keaneka ragaman

yang sangat luas diantara kebudayaan-kebudayaan manusia tetapi tidak mensahkan relativisme

yag total. Ada hal yang baik dan hal yang buruk dalam setiap kebudayaan dan ada perkembangan

yang secara terus-menerus berlangsung dalam setiap kebudayaan yang kreatif dan destruktif,

atau sejalan dengan tujuan Allah seperti yang dinyatakan dalam Kristus untuk semua umat

manusia atau sebaliknya.

16. Pemerintahan, kekuasaan, dan rakyat.

Pemerintah-pemerintah dan kekuasaan-kekuasaan adalah kenyataan. Kita tidak dapat

mwnvisualisasikan mereka, menempatkan mereka, atau mengatakan apa mereka itu sebenarnya,

kita tidak bisa berpura-pura mengakui kalau mereka tidak ada. Seseorang tidak dapat membaca

Injil tanpa mengakui pelayanan Yesus mulai dari awal sampai akhir adalah suatu pertempuran

spiritual yang hebat melawan kekuasaan yang bukan hanya kelemahan manusia, kesalahan,

penyakit, atau dosa. Alkitab sebagi petunjuk manusia untuk memahami dan menguasai berita

yang sentral tenang Yesus Ktristus, manusia juga akan mengetahui arti peperangan melawan

daging, darah, pemerintahan-pemerintahan yang tidak kelihatan, dan manusia akan mempelajari

ari keseluruhan perlengkapan Allah dalam peperangan.

Page 11: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

17. Mitos masyarakat sekuler

Ciri-ciri masyarakat sekuler:

a. Tidak mempunyai komitemen kepada pandangan tertentu apapun tentang alam semesta dan

tempat manusia didalamnya.

b. Suatu masyarakat majemuk, tidak hanya majemuk dalam kenyataan, tetapi majemuk juga

dalam prinsipnya.

c. Suatu masyarakat toleran, yang toleransinya dibatasi hanya oleh kebutuhan menentang

kegiatan-kegiatan yang diarahkan melawan kebijaksanaan dari masyarakat.

d. mempunyai tujuan bersama yang untuknya warga masyarakat dapat bekerja bersama.

e. Memecahkan masalah dengan menyisihkan emosi dan dorongan yang irrasional, akan bekerja

memastikan fakta dari situasi sehingga masyarakat dapat diatur untuk memampukan warganya

mencapai tujuan yang actual.

f. Ada tanpa gambaran yang resmi, tipe ideal, atau model yang diperlihatkan supaya ditiru.

Gereja adalah suatu kesatuan yang sudah hidup lebih lama daripada banyak Negara,

bangsa, dan kerajaan dan akan hidup lebih lama daripada yang sekarang ada. Gereja adalah

kenyataan yang besar dinyatakan dengan kenyataan bahwa bangsa-bangsa, kerajaaan-kerajaan,

dan peradaban-peradaban dunia femomena yang akan berlalu. Gereja tidak pernah dapat tenang

untuk menjadi perkumpulan sukarela yang hanya memperhatikan masalah pribadi dan

masyarakat. Masalah yang menentang nama Tuhan yang esa, ideology, mitos, asumsi, dan

pandangan dunia yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan. Kalau itu melibatkan konflik,

kesulitan, dan penolakan, maka kita mempunyai contoh Yesus Kristus didepan kita dan

peringatanNya bahwa seorang hamba tidaklah lebih besar dari tuannya.

18. Jemaat sebagai Hermeneutik Injil

Persekutuan jemaat mempunyai 6 karakter, yaitu:

a. Menjadi suatu persekutuan yang memuji, itu adalah mungkin, karakternya yang paling yang

menonjol. Memuji adalah suatu kegiatan yang hampir sama sekali tidak ada didalam kehidupan

masyarakat modern.

b. Jemaat Kristen akan menjadi suau persekutuan kebenaran.

c. Jemaat Kristen adalah suatu persekutuan yang tidak hidup untuk dirinya sendiri tetapi yang

secara mendalam terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan dari sesamanya.

Page 12: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

d. Jemmat Kristen adalah persekutuan dimana orang-orang laki-laki dan perempuan dipersiapkan

dan didukung dalam melaksanakan keimamannya di dalam dunia.

e. Jemaat Kristen adalah persekutuan yang saling bertanggung jawab.

f. Jemaat Kristen adalah persekutuan pengharapan.

19. Kepemimpinan pelayanan untuk jemaat missioner

Tugas kepemimpinan secara tepat adalah untuk memampukan, mendorong, dan

mendukung kegiatan dari semua anggota. Injil adalah kabar baik tentang pemerintahan Allah

atas seluruh kehidupan, baik kehidupan umum maupun pribadi, Gereja dipanggil untuk menyapa

seluruh kehidupan umum dari masyarakat. Kepemimpinan pelayanan bagi jemaat missioner akan

menuntut bahwa pendeta secara langsung terikat dalam peperangan kerajaan itu melawan

kekuasaan diluar kerajaan. Pendeta tidak dapat secara langsung terlibat dalam setiap bidang

khusus dari kehidupan sekuler yang didalamnya anggota-anggota jemaat yang memerangi

pertempuran mereka. Akan ada situasi dimana pendeta harus mewakili keseluruhan gereja dalam

menentang penyalah gunaan kekuasaan, korupsi, dan keserakahan didalam kehidupan umum dan

menerima pukulan-pukulan yang mengikutinya. Pendeta akan memberikan semangat kepada

seluruh persekutuan dengan keberanian, dengan menghadapi musuhnya. Kepemimpinan pendeta

jemaat dalam misinya kepada dunia akan menjadi pertama dan paling utama dalam bidang

kemuridannya sendiri, dalam kehidupan doa dan pengabdian sehari-hari yang tetap tersembunyi

dari dunia tetapi yang adalah tempat dimana pertempuran yang sangat penting untuk

dimenangkan. Pribadi pelayanan missioner tercermin melalui pribadi Petrus, Petrus dihadirkan

sebagai seorang pekabar Injill, semua dia adalah seorang nelayan yang tidak ada apa-apanya dan

tidak menangkap apa-apa sampai ia tunduk pada perintah tuanNya. Ketika ia melakukan

perintahNya ada tangkapan yang luar biasa banyaknya yang dibawanya, dengan jala yang utuh

dan sebagai buah hasil pekerjaan, satu panenan yang utuh bagi Yesus. Kemudian, Petrus menjadi

seorang gembala yang kepadanya Yesus mempercayakan domba-dombaNya. Yesus

mempercayai Petrus karena Ia mengasihiNya lebih daripada semua, tetapi kemudian akhirnya,

gambaran Petrus berubah lagi dia seorang murid yang harus pergi mengikuti jalan yang

Page 13: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

ditempuh tuanNya, memandang hanya hanya ke satu jalan, kepada Tuan yang berjalan

didepannya. Kepemimpinan pelayanan adalah pertama dan terakhir dan kemuridan.

20. Yakin akan Injil

Kepercayaan Injil adalah kepercayaan yang paling mendalam dan menentukan maka

tidak dapat disahkan oleh sesuatu yang lebih mendalam dan menentukan kehidupan orang

Kristen. Orang Kristen menyambut baik pluralitas dan menyambut baik suatu masyarakat yang

majemuk karena memberikan suatu jangkauan pengalaman dan keberagaman yang lebih luas

dari tanggapan manusia terhadap pengalaman dan kesempatan yang lebih kaya untuk untuk

menguji kecukupan iman. Gereja bertumbuh melalui kedatangan orang yang datang dari banyak

tradisi kebudayaan serta keagamaan yang berbeda-beda untuk beriman kepada Kristus, kita

dimampukan untuk lebih mempelajari betapa panjang dan lebarnya dan tingginya, dan dalamnya

kasih Allah (Efesus 3:14-19). Di dalam masyarakat majemuk selalu ada godaan untuk menilai

kepentingan dari suatu pernyataan tentang kebenaran untuk tujuan praktis, yang dipercayai

banyak orang dan membuat orang Kristen jatuh kedalam jebakan tersebut. Sebagai orang Kristen

kita harus yakin akan janji Yesus Kristus yang menjamin kita, membuat komitmen yang baru,

tidak membuat kita kuatir, karena Dia adalah yang setia, Ia akan menyempurnakan apa yang

sudah dimulaiNya.

Page 14: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

Keunggulan buku ini adalah bahwa buku ini membantu orang Kristen untuk mengkaji

dan membandingkan agama Kristen dengan ajaran-ajaran agama lainnya, membandingkan Injil

dengan kebudayaan-kebudayaan dan tradisi, mengetahui peranan orang Kristen didalam

masyarakat yang majemuk. Ditengah keragaman yang terjadi dimasyarakat, Injil diperlukan

untuk menjangkau keragaman tersebut yang sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. Didalam buku

ini menjelaskan bahwa orang Kristen juga harus hidup didalam pluralitas kemajemukan

masyrakat, namun juga harus membatasi diri dengan menolak kepercayaan, kebudayaan, ajaran

yang bertentangan dengan Injil. Buku ini bermanfaat bagi misionaris yang ingin melakukan

pengkabaran Injil kedaerah yang memiliki kebudayaan yang beragam. Penulis juga

menggunakan contoh-contoh untuk mempermudah pembaca untuk mengerti, penulis juga

mengemukakan pendapatnya sendiri terhadap beberapan pandangan dari beberapa ahli sesuai

dengan pengalaman dan kemampuan yang dia miliki yang tidak perlu diragukan lagi. Yang

menjadi kelemahan dari buku ini bahwa bahasa yang digunakan oleh penulis tidak mudah untuk

dipahami, karena buku ini adalah buku terjemahan dari bahasa Inggris, ada banyak kata yang

diterjemahkan tidak sesuai dengan arti yang sebenarnya, sehingga membuat pembaca untuk

membaca buku ini lebih dari satu kali. Perlu adanya pengeditan bahasa kembali dari buku ini

sehingga bahasa yang digunakan mudah dimengerti pembaca, pembaca mungkin akan sedikit

kesulitan untuk memahami contoh kasus yang diberikan oleh penulis karena penulis lebih

banyak menggunakan contoh kasus kebudayaan di Negara barat yang berbanding terbalik

dengan kebudayaan di Negara timur, itu membuat pembaca untuk terlebih dahulu mengetahui

latar belakang kebudayaan tersebut dengan menggunakan n=buku pedoman yang lain.

Page 15: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

GOD AND CULTURAL

Bab. I

”Dunia Dipentaskan dengan Baik? Teologi, Kebudayaan dan Hermeneutik”

Kevin J. Vanhoozer

Halaman 1-34

Seiiring dengan berkembangnya zaman, pemahaman injil telah berkembang namun juga

harus berhadapan dengan kebudayaan yang tidak hanya menjadi terkotak-kotak, tetpai juga telah

kehilangan kontak dengan warisan budaya Yahudi-Kristen. Pemahaman injili sendiri pun telah

berubah; tidak hanya menjadi terkotak-kotak, namun juga membantu banyak visi eksklusif

Teologi, Kebudayaan dan Hermeneutika”, Kevin memaparkan keadaan zaman ini mengenai

kebudayaan, dimana masyarakat dalam masa kebudayaan modern sekarang ini mempercayai

mitos ciptaan sendiri atau setidaknya menganggap mitos tersebut suatu khalayan yang

diperlukan, tak menyusahkan dan bernilai pragmatis. Kita harus memilih, percaya bahwa nilai-

nilai dan kepercayaan kita yang tertinggi itu benar, atau hanya merupakan suatu khalayan yang

berguna. Banyak pemikir kontemporer Barat yang mengatakan bahwa kepercayaan hanyalah

hasil dari mitos buatan manusia. Hilangnya kepercayaan terhadap kemutlakan dan sudut pandang

(Allah) yang mutlak membuat para pemikir lebih senang berbicara tentang interpretasi daripada

Page 16: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

tentang pengetahuan, khususnya pengetahuan yang mutlak. Lebih dari abad sebelumnya, abad ini

adalah abad interpretasi. Pandangan yang diterima adalah secara luas adalah bahwa manusia

tidak berada dalam posisi mengetahui.

Kevin J. Van Hoozer berpendapat bahwa kebudayaan kontemporer barat adalah

kebudayaan yang menempatkan hermeneutika sebagai salah satu nilai tertinggi, melihat situasi

postmodern saat ini, interpreatsi yang kreatif diterima sebagai salah satu kebajikan tertinggi. Saat

ini paling dibutuhkan peranan teolog sebagai penafsir dan kritikus kebudayaan kontemporer,

sekaligus sebagai pelopor suatu budaya tandingan yang diwujudkan dalam eksistensi gereja.

Hanya dengan menafsirkan Kitab Suci -dengan pertolongan Roh Kudus tentunya - kita dapat

membangun kebudayaan tandingan yang efektif; dan kebudayaan inilah yang akan menjadi kritik

paling efektif terhadap kebudayaan dominan. Pada akhirnya interpretasi terpenting adalah

”penampilan” Alkitab dalam hidup seseorang. Sebagai pemeran dan penafsir kebudayaan, teolog

dan umat percaya bertindak sebagai ahli teori dan sekaligus pelaku kebudayaan. Inilah peran

yang dipercayakan kepada murid-murid Kristus – yaitu komunitas yang bersekutu untuk

”melakukan” Firman. Menurut Kevin, kebudayaan merupakan suatu obyektivitas, suatu ekspresi

dalam bentuk perkataan dan pekerjaan, dari ”roh” masyarakat yang hidup dalam ruang dan

waktu tertentu. Roh atau semangat zaman (Zeitgeist) tidak tampak tetapi selalu diekspresikan

dalam bentuk nyata-nyata. Kebudayaan adalah usaha roh manusia untuk mengekspresikan diri

dengan cara mewujudkan kepercayaan dan nilai-nilai dalam bentuk-bentuk yang nyata. Menurut

Raymond Williams, kebudayaan adalah sistem yang menghasilkan dan mengkomunikasi tatanan

sosial melalui berbagai praktek bermakna yang mencakup seni, filsafat, jurnalisme, iklan, mode

dsb. Kita berusaha mengekspresikan siapa diri kita dan mengapa kita berharga melalui karya

kita: melalui lukisan, monumen, simfoni. Hermeneutika kebudayaan memepelajari bagaimana

dan apa arti ekspresi tersebut sebenarnya. Melalui interpretasi kebudayaan kita berusaha

menemukan roh dari suatu budaya. Pada abad 20 interpretasi kebudayaan Agustinus diwakili

oleh teologi Reformed Belanda-Amerika. Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip Calvin

mengenai kedaulatan Allah dalam seluruh aspek kehidupan, mengakui bahwa Kristus adalah

Tuhan atas kebudayaan. Dunia dan cara pandang kristen harus masuk ke seluruh kebudayaan.

Kebudayaan bukan merupakan aktivitas netral non-teologi, melainkan aktvitas yang secara

intrinsik bersifat religius. Semua hasil seni pahat, film, novel bangunan dan semua ekspresi

Page 17: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

kebebasan manusia mempresaposisikan wawasan dunia tertentu, sekumpulan ide dan keyakinan

akan realita dan kebaikan tertinggi.

Menurut Kuyper, walaupun Calvin tak memiliki kecenderungan artistik, prinsip

teologinya mengenai Ketuhanan Kristus menempatkan seni sebagai anugerah ilahi. Seni bukan

imitasi alam belaka, melainkan cara pengungkapkan realita yang lebih tinggi dari dunia kita yang

sudah jatuh ini. Seni memungkinkan kita mencicipi penciptaan dan pemulihan keindahan yang

sejak semula ada dalam rencana Allah bagi dunia. Jadi seni yang merefleksikan penciptaan dan

penebusan adalah seni yang lebih sejati daripada seni yang hanya meniru keadaan sekarang yang

sudah jatuh dalam dosa. Nilai-nilai yang terkandung dalam seni pasti bersifat religius; seni

membuatan pernyataan teologi.

Apa yang oleh para pemikir lain disebut “semangat” jaman, Dooyeweerd sebut sebagai

semangat religius, yaitu semangat yang menerima atau menolak Ketuhanan Allah atas ciptaan

dan kebudayaan. Menurutnya, motif dasar Kristen adalah penciptaan-kejatuhan-penebusan.

Kejatuhan berarti kebudayaan manusia yang terbaik sekalipun pun hanya “dalam perjalanan”.

Penebusan berarti kebudayaan manusia harus secara aktif dan dalam kuasa Roh mengakui

hukum Tuhan atas seluruh ciptaan. Dalam skema Dooyeweerd, kebudayaan modern berakar

pada motif dasar “alam dan kebebasan” Kant, yaitu motif yang menolak aspek religius dalam

hidup dan pikiran kita. Bukannya menyadari otoritas Allah atas semua aspek pemikiran dan

kehidupan, kebudayaan modern yang dihidupkan oleh motif dasar religius kebebasan dan alam

justru memproklamirkan otonominya. Panggung dunia hanya diisi oleh alam dengan fakta-

faktanya di satu sisi dan di sisi lainnya oleh manusia bebas dengan nilai-nilai buatan sendiri.

Manusia modern adalah hukum bagi dirinya sendiri. Kebudayaan modern mengekspresilan motif

dasar ini.

Para teolog yang disebutkan dalam bab ini percaya bahwa kebudayaan adalah bentuk

agama yang dihidupi. Kita mempelajari kepercayaan dan nilai-nilai suatu bangsa dengan cara

menafsir karya seni dan bentuk kehidupan bangsa tersebut. ”dari buahnya kita mengenal mereka

(Mat 7:20). Kebudayaan adalah buah suatu teologi atau pandangan dunia, sebuah worldview,

berasal dari apa yang kita percayai. Dan apa jadinya dengan kebudayaan bila dunia sedang

Page 18: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

mengumumkan kelumpuhan Tuhan bahkan mati? Akhirnya seperti kata Dostoyevski, jika tidak

ada Allah segala sesuatu diperbolehkan.

Dalam budaya Hermeneutika, berkaitan dengan makna dan teks, Nietzsche maupun

Barthez percaya bahwa kita bersifat paling manusiawi ketika menciptakan makna dan nilai kita

sendiri. Barthes harus melepaskan istilah pengarang agar dapat mencapai kebebebasan

interpretasi total. Menurut Barthes pengarang harus mati agar pembaca dapat hidup. Apa arti

hidup? Jika tidak ada Pencipta, tidak ada otoritas, lalu siapa yang memerintah? Jika kita

mengabaikan keberadaan makna yang pasti dan interpretasi yang tepat maka segala sesuatu

dihalakan dalam interpretasi. Dengan demikian kematian Allah akan menuju kepada mistik

Hermes.

Disinilah Postmodern muncul sebagai nama yang diberikan pada budaya hermeneutika

saat ini. Untuk dapat menjawab pertanyaan utama mengenai kehidupan, kita harus memiliki

”satu perspektif sejati”, yaitu satu interpretasi yang benar ataas buku kehidupan. Dan inilah yang

ditentang oleh kaum postmodern. Postmodern sendiri merasa bahwa manusia modernisme yang

merupakan subyek yang bersifat rasional dan menggapai pengetahuan dan kebenaran harus

mengakui keterbatasan perspektif pengetahuan manusia. Karena itu kita sendiri harus

menginterpretasi karena ketidakjelasan dan pluralitas dalam bahasa dan sejarah manusia. Hal ini

mengancam kekristenan karena para tokoh postmodern seperti Don Cuppit, sendiri menganggap

bahwa postmodernisme adalah berhenti mempercayai adanya permulaan atau akhir yang mutlak,

dasar atau kehadiran yang mutlak. Berakhirnya pandangan mengenai hal yang tetap dan

dimulainya era arbiter yang berarti manusia bebas berkreasi: bahayanya bila muncul ”terserah

pada kita bagaimana mengimajinasikan Kekristenan atau bagaimana menemuka kembali iman

untuk zaman kita.”

Keyakinan Cupitt mengenai kebudayaan justru menuju kepada penihilan kebudayaan itu

sendiri, dan dengan terpaksa dia sendiri pun menyimpulkan bahwa tak ada yang layak

dilestarikan. Apa pun yang permanen akan menjadi kekangan terhadap kebebasan untuk

menciptakan dunia tepian. Budaya hermeneutika adalah kebebasan untuk menjungkirbalikkan

segala sesuatu ke segala arah. Pengikut ajaran Hermes akhirnya menjalani hidup yang

Page 19: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

merupakan permainan interpretasi yang kacau; mereka tidak menyembah dalam Roh atau dalam

kebenaran, melainkan dalam kesembarangan suatu karnaval.

Melihat ancaman seperti ini, bagaimana kebudayaan demikian dapat dikritiki atau

diperbaharui? Julian Hart meratapi hilangnya suara kenabian gereja: ”Kekristenan populer

melaju cepat ke arah homogenisasi yang sempurna Kekristenan populer adalah agama, bukan

iman; keceriaan bukan kasih; keinginan bukan pengharapan; pendapat bukan kebenaran.” kritik

Kristen terhadap kebudayaan massa harus dimulai di gereja, di rumah orang beriman.

Gereja masa kini justru paling membutuhkan teologi. Teologi harus terlibat dalam

rekonstruksi kebudayaan. Dalam reruntuhan zaman ini, interpretasi Alkitabiah merupakan alat

terbaik untuk membangun kembali kebudayaan yang pada awalnya memang dibangun di atas

Alkitab. Gereja merupakan komunitas hermeneutika, komunitas penafsir yang dibentuk oleh

Firman Tuhan dan dihidupkan oleh Roh, yaitu Roh yang memberi kuasa dalam pelayanan

Firman dan menjadikannya efektif. Hermeneutika bukan hanya melibatkan penjelasan arti yang

tertulis, tetapi juga pendistribusian arti tersebut. makna harus diaplikasikan di dalam gereja,

dunia dan diri sendiri. Hermeneutika dalam arti luas tidak hanya berhubungan dengan

”mendengar” tetapi juga melakukan.

Cara hidup kita adalah interpretasi Alkitab yang terpenting. Kita menghidupkan makna

sebuah teks ke dalam hidup kita dengan cara melaksanakan apa yang tertulis. Sebagai seni dan

sains untuk mengaplikasikan dan juga menginterpretasikan teks, Hermeneutika memegang

peranan penting dalam pembentukan kebudayaan. Ricoeur menamakannya hidup dalam ”dunia”

teks. Jika kita tinggal cukup lama dalam dunia teks, maka nilai dan visi kita akan dibentuk oleh

teks itu. Ini juga salah satu dungsi kebudayaan – yaitu dunia makna. Komunitas penafsir Alkitab

masuk ke dalam teks oleh iman; Rohlah yang memampukan dunia Firman menumbuhkan

gambar Allah yang ada di dalam diri kita. Menghasilkan interpretasi yang setia pada Alkitab

adalah tujuan gereja. Hukum interpretasi Alkitab Agustinus dapat diperluas dengan pelaksanaan

interpretatif gereja: jika menghadapi terlalu kemungkinan makna, pilihlah interpretasi yang

menumbuhkan kasih kepada Tuhan dan pada sesama. Interpretasi ”sejati” Alkitab adalah hidup

dalam kasih dan pelayanan pada Tuhan, pada gereja sebagai umat Allah dan pada dunia. Dan

kita hanya dapat sungguh-sungguh memahami kisah Tuhan Yesus jika kita mempraktekkannya.

Page 20: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

Memperaktekkan kisah Tuhan Yesus membawa kita kepada hidup yang bersifat interpretasi,

yang menantang kecenderungan kebudayaan yang dominan. Mendengarkan dan melakukan

kisah Yesus menghasilkan gaya hidup yang diwarnai kerendahan, pelayanan dan kasih.

Kevin dalam bab ini memberikan poin penting bagi gereja. Ada dua kriteria yang dapat

menolong kita mengetahui komunitas mana yang paling tepat membaca atau melaksanakan

Alkitab, yaitu:

1. Teks itu sendiri, yaitu titik yang tetap dimana berbagai interpretasi dapat diselidiki. Teks dapat

dipakai melawan komunitas penafsiranya, seperti yang Luther lakukan di masa Reformasi.

2. Interpretasi atau pelaksanaan teks yang satu dapat terlihat lebih ”berbuah” daripada yang lain.

Arti berbuah dalam hermeneutika alkitab berarti pembacaan yang lebih banyak menerangkan

teks dan menunjukkan lebih banyak koherensi internal. Kedua, interpretasi dapat juga dianggap

berbauh jika menyebarkan kekayaan teks bagi pembacanya. Yesus mengatakan bahwa kita akan

mengenal murid-Nya melalui kasih mereka. Bukankah seharusnya kita memilih pembacaan yang

menghasilkan cara hidup yang paling mirip hidup Yesus sendiri, sang pemberita Kerajaan Allah?

Kehidpan yang benar adalah tanda kehadiran Roh yang menghidupkan Firman. Kebudayaan

kristen bukan sekedar alat untuk mengabarkan injil, tetapi sekaligus alat bagi kita untuk mengerti

injil dan mengetahui maknanya.

Donald Bloesch berbicara mengenai Allah Pembentuk Peradaban. Menurutnya

kebudayaan adalah pemberian ilahi dan pencapaian manusia. Gereja harus berperan sebagai

terang bagi negara dan sebagai model pemakaian kebebasan manusia secara benar; greja

seharusnya menjadi standar kesempurnaan bagi masyarakat beradab. Komunitas kaum beriman

seharusnya mewujudkan kebudayaan kenabian yang menentang para dewa dan mitos zaman ini

agar pandangan hidup dan dunia memenuhi kemanusiaan. Gereja harus menjadi inkarnasi

budaya dari kasih Allah dalam Kristus. Bloesch menyatakan bahwa gereja tidak boleh menjadi

tuan atas kebudayaan sekuler karena ketaatan gereja terhadap kitab Suci juga harus dievaluasi.

Kaum beriman ’membaca’ dunia ini dalam terang Firman Tuhan. Dengan kata lain, gereja

menafsirkan dunia dan kebudaayaan sekitarnya melalui kaca mata Allah. Gereja tidak cukup

hanya mendengar dan mengerti; gereja harus mencocokkan makna teks dan ’melakukannya’.

memahami Alkitab dengan benar.

Page 21: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

Dunia adalah panggung perbuatan umat Tuhan, bukan rumah mereka. Kebudayaan yang

murni menerima Injil sebagai sumber kehidupan dan sumber inteligensi, imajinasi dan praktek.

Suatu kebudayaan disebut injili jika menerima wahyu Allah dan keselamatan Allah dalam

Kristus. Kebudayaan injili adalah respon eucharistis terhadap karunia kebebasan Kristen. Seperti

yang telah kita ketahui, kebudayaan adalah ruang dimana kebebasan memanifestasikan diri.

Memupuk kebebasan yang diberikan oleh Roh mungkin merupakan kesempatan istimewa

terbesar bagi kita; namun sudah pasti hal itu juga merupakan tanggung jawab terbesar kita.

Dalam hal ini lah, tugas penafsiran gereja yang terpenting adalah menghasilkan kebudayaan injili

dan echaristic dimana kebebasan Kristen diwujudkan dalam bentuk ketaatan pada Tuhan

berorientasi pada kemuliaan Tuhan. Namun, dalam terang Alkitab, kita perlu sadar bahwa

kebebasan dalam kebudayaan kontemporer bersifat menyesatkan. Kebebasan yang tidak

membawa pada pemenuhan manusiawi dan justru membawa pada keputusasaan sama sekali,

bukan kebebasan. Kita yang tinggal di dunia ini tidak mempunyai pengetahuan absolut maupun

kebaikan mutlak; dengan demikian hermeneutika merupakan tugas kita bersama sebagai

manusia, hak istimewa dan sekaligus tanggung jawab kita. Interpretasi dan pelaksanaan orang

berdosa maupun orang kudus pasti dan selalu tidak cukup baik. Tetapi melalui Kristus

kebudayaan baru telah memasuki dunia, yaitu kebudayaan yang ditimbulkan oleh Firman Tuhan

dan ditumbuhkan oleh Roh yang mampu menyembuhkan kemanusiaan.

Topik mengenai sastra di dalam buku ditulis oleh Leland Ryken. Sastra sebagai salah satu

perwujudan dari kebudayaan, dari masa ke masa telah menjadi hal yang dikesampingkan oleh

gereja. Sastra tidak pernah dianggap sebagai hal yang begitu krusial bagi kebanyakan orang

awam dan gerejawan, atau bahkan bagi kebanyakan kaum intelektual kristen. Konsep awal

mengenai sastra Kristen diawali dengan membiarkan sastra tetap menjadi sastra. Seperti aspek-

aspek ciptaan Allah yang lain, sastra juga memiliki integritasnya sendiri. Dan yang menjadi ciri

sastra yang pertama sekali adalah kata-kata, bukan ide-ide seperti yang dikira oleh banyak orang

Kristen mengenai sastra. Sikap hormat yang layak terhadap bahasa merupakan prasyarat untuk

menghasilkan dan memahami sastra, dan Kekristenan sendiri menodorong kita ke arah sikap

hormat itu. Wawasan dunia Kristen menurut Ryken menyatakan suatu tatanan yang bermakna

bagi alam semesta dan bagi kemampuan manusia untuk memahami dan mengkomunikasikan

makna tersebut dalam bahasa, bagaimanapun tidak sempurnanya. Tentu saja, kejatuhan manusia

ke dalam dosa juga mempengaruhi bahasa dan berbagai perubahan penafsiran tetap merupakan

Page 22: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

satu fakta penafsiran sastra dalam Alkitab. Namun hal ini berbeda dengan sikap skeptis total

terhadap kemampuan bahasa untuk mengkomunikasikan makna yang terpahami. Langkah awal

untuk menjadikan sastra tetap menjadi sastra dapat menjadi hambatan yang lebih besar di antara

orang-orang Kristen karena hal ini merupakan suatu keyakinan yang naif bahwa sastra

merupakan suatu penerjemah langsung dari realita. Sastra selalu mengandung jarak seni dan

imajinasi, suatu ciri yang diakui teori sastra klasik yang memandang sastra sebagai suatu imitasi

(mimesis) kehidupan. Dunia sastra merupakan satu bangunan imajinas, yang melekat pada

kaidah sampai taraf tertentu tidak pernah mirip dengan kehidupan dan sering kali bersifat begitu

fantastik. Sastra juga menonjolkan pengalaman yang melampaui apa yang kita dapatkan dalam

kehidupan nyata. C.S. Lewis dan J.R.R. Tolkien dalam buku ini dengan tegas dikatakan bahwa

walaupun sastra merupakan dunia rekaan tapi mengingatkan kita akan kehidupan nyata dan

menjelaskannya bagi kita. Samuel Johnson mencatat bahwa imitasi sastra ”jangan dikacaukan

dengan realita tetapi.. mengingatkan kita kepada realita-realita tersebut.”. Northrop Frye juga

mengklaim bahwa ”konstruksi imajinasi membeitahu kita hal-hal yang tentang kehidupan

manusia yang tak bisa kita dapatkan melalui cara lain.

Kita dapat memahami bahwa sastra Kristen adalah suatu sikap hormat kepada

kemampuan imajinasi untuk memberikan bentuk bagi kebenaran – bahkan imajinasi yang

fantastik, seperti yang dilakukan oleh kedua pengarang buku di atas. Biografi, sejarah, surat

kabar menjelaskan mengenai apa yang telah tejadi, sementara sastra menjelaskan apa yang

sedang terjadi, dan keduanya merupakan bentuk kebenaran. Francis Schaffer pernah menulis

bahwa ”Para seniman Kristen tak perlu merasa terancam oleh fantasi dan imajinasi.

Alkitab yang merupakan sentral untuk merumuskan suatu pendekatan sastra Kristen, juga

mengekspresikan kebenaran dengan cara kisah, puisi, dan penglihatan – yang semuanya

merupakan bentuk-bentuk sastra dan produk imajinasi (walaupun tidak berati merupakan

imajinasi fiktif). Di dalam quotes Abraham Kuyper, ”sebagai penyandang gambar Allah,

manusia memiliki kemungkinan untuk menciptakan sesuatu yang indah dan untuk

menikmatinya.” Itulah natur dalam diri manusia. Kita menyadari ketika Allah memberikan

manusia kemampuan berimajinasi pun untuk hal yang baik, memberitakan keagungan dan untuk

hal yang benar, namun ketika manusia jatuh dalam dosa, benih jahat itu tinggal dan menjadi

natur yang jahat dan mencemari imajinasi kita. Iblis menipu dan membawa kita menuju

kebinasaan dengan menggunakan imajinasi kita. Apalagi hidup dalam zaman kebudayaan yang

Page 23: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

mengagungkan interpretasi, setiap orang bebas berkreasi, termasuk bebas berpikir, bebas

menginterpretasi, bebas berimajinasi. Dunia semakin sarat dengan tipuan iblis tapi bagaimana

kita yang telah dibangkitkan oleh kuasa Allah peka dan berjuang melawan situasi ini.

Kita tidak bisa melupakan bahwa sastra tidak selamanya diukur dengan manfaat. Karena

jika demikian, berarti kita tidak memperhatikan alasan mengapa orang pertama-tama sekali harus

menghampiri sastra. Suatu pendekatan sastra Kristen seharusnya tidak merendahkan atau

mengabaikan bentuk sastra demi mempertimbangkan isinya, melainkan juga harus membela

kreativitas manusia, keindahan, dan kesenangan. Hal ini bisa dilihat ketika Allah menciptakan

alam semesta, bumi dan isinya. Allah sendiri merupakan Pencipta, dan dunia yang Ia ciptakan ini

bersifat utilitarian dan sekaligus indah. Allah yang kreatif ini membuat umat-Nya sesuai dengan

gambar-Nya, memiliki kapasitas untuk kreatif dan membuat keindahan. Dan setelah Allah

menciptakan sesuatu, dia selalu mengatakan bahwa hal itu sangat baik, menunjukkan kepuasan

dari Allah yang menikmati apa yang Dia ciptakan.

Ketika Allah memberikan mandat bagi manusia untuk mengusahakan bumi ini, saya

percaya di dalamnya juga termasuk mandat kebudayaan, ketika Allah lebih dulu memperlihatkan

keindahan yang tidak tercemar kepada manusia pertama, Dia ingin mereka dapat menikmati

karyanya (Kej 2:9) dan terus meneruskan karya penciptaan yang didelegasikan. Allah tidak

bermain-main ketika Dia mengatakan kepada manusia ”berkuasalah”, di dalamnya pasti

terkandung makna yang mendalam. Apa yang kita lakukan untuk meneruskan karya penciptaan

yang diidelegasikan itu seharusnya terus membuat kita menikmati akan ciptaanNya, mengingat

kebesaranNya dan semakin mencintai Dia.

Kita memiliki natur untuk memiliki sesuatu yang indah dan tidak pernah kita

sembunyikan, tapi kita juga ingin agar orang lain dapat menikmatinya. Karena hidup ini

berbicara mengenai Allah, berarti kita harus sadar bahwa ketika kita memperlihatkan keindahan,

yang kita tampilkan adalah supaya dinikmati Pengalaman indah yang kita miliki bersama Allah

tidak hanya untuk dinikmati sendiri, tapi akan secara otomotis membuat kita menyaksikannya

kepada orang lain. supaya membuat Allah makin dicintai. Allah yang kita cintai juga dicintai

oleh orang lain. Allah menciptakan kita sebagai manusia yang tidak hanya memiliki rasio, akal

budi tapi juga emosi, perasaan, jiwa, dan hal-hal tersebut tidak selamanya dapat dijawab dengan

kegunaan praktis. Allah telah lebih dulu menciptakan sebuah ruang kosong dalam hati kita

Page 24: Injil Dalam Masyarakat Majemuk

supaya hal itu yang hanya dapat diisi oleh pengalaman keindahan bersama Allah, yang membuat

seluruh diri kita merasa dipuaskan, hanya di dalam hadiratNya kita dipuaskan. Hal ini juga dapat

kita lihat dari para penulis Alkitab yang tidak hanya menganggap bahwa pesan Alkitab

merupakan satu-satunya hal yang penting, karena dengan demikian apa perlunya para penulis

puisi di Alkitab menuangkan ucapan-ucapan mereka dalam bentuk puisi yang berpola begitu

rumit atau untuk apakah para penutur kisah alkitab menyusun kisah-kisahnya dengan begitu

ringkas dan terdesain rapi. Dalam pengaturan Allah, para penulis alkitab memakai waktu dan

kemampuan mereka untuk menjadi artistik bagi kemuliaan Allah.

Hidup di zaman penuh interpretasi ini memang mengancam kebenaran. Ketika sastra

maupun lukisan diinterpretasikan oleh masing-masing orang, pengaruh yang dapat mereka

terima pun berbeda-beda. Semuanya hanya dikatakan kembali pada pribadi masing-masing.

Bahayanya, dasar untuk mengambil keputusan apakah hal ini benar atau tidak-berguna atau tidak

adalah dengan melihat bahwa hal itu juga disepakati oleh banyak orang (mayoritas). Hal ini

menjadi tuntutan bagi umat percaya bagaimana tetap mempertahankan kebenaran mutlak

sekalipun menjadi kaum minoritas.

. Dalam buku ini, J.I. Packer menguraikan kebenaran Alkitab mengenai penggunaan

waktu, khususnya waktu luang sebagai berikut:

(1) Tugas istirahat yang banyak dibahas dalam kitab Kejadian maupun keluaran,

(2) Kebaikan kesenangan (Pkh 8:15),

(3) Kebenaran perayaan. Dalam seluruh Alkitab, meja perjamuan merupakan lambang dan

tempat penyegaran, berupa persekutuan dalam perayaan dan

(4) Kenyataan Penatalayanan. Kita adalah pengelola waktu, kemampuan dan talenta serta

kesempatan yang Tuhan berikat, pengurus tubuh kita dan dunia ini.

Sebagai orang percaya kita tidak boleh membiarkan hal-hal yang biasa-biasa saja

menghalangi hal-hal yang baik dalam aktivitas waktu luang juga tidak boleh membiarkan hal-hal

yang baik menghalangi hal-hal yang terbaik. Inilah gaya hidup yang seharusnya dimiliki oleh

murid, disiplin. Namun demikian, kita tidak bisa melupakan bahwa yang menjangkau jiwa

adalah melalui kesaksian penuh kasih dan pribadi akan Injil Kristus. Itulah semangatnya.