masukan naskah akademis untuk qanunxa.yimg.com/.../buku+naskah+akademis+ortala+(02-6-09).docx ·...

118
Naskah Ilmiah Pengembangan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum (2010-2025) Menuju Lembaga Litbang yang ”ELIT DAN MEMBANGGAKAN” 2009 1 Draft 2 Juni 2009

Upload: truongdan

Post on 25-Mar-2018

245 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Naskah Ilmiah

Pengembangan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

Pekerjaan Umum (2010-2025)

Menuju Lembaga Litbang yang

”ELIT DAN MEMBANGGAKAN”

2009

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (BALITBANG)DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

1

Draft 2 Juni 2009

2

Kata PengantarAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Penyusunan Naskah Ilmiah Pengembangan Organisasi dan Tata Kerja Badan Litbang PU Kedepan ini dilaksanakan untuk mengangtisipasi terbentuknya kabinet baru pada akhir tahun 2009. Selain itu, bertepatan pula dengan tahun terakhir pelaksanaan pembangunan jangka menengah periode 2005-2009. Pembuatan naskah ilmiah tersebut didasarkan pada Keputusan Kepala Balitbang PU nomor 12/KPTS/KL/2009 tanggal 30 Maret 2009 tentang Pembentukan Tim Perumus Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Departemen Pekerjaan Umum.Adapun ruang lingkup tugas pengembangan organisasi dan tata kerja Balitbang kedepan meliputi: 1. Melakukan koordinasi dengan Pusat Pusat Litbang2. Melakukan Survey Kolektif untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan3. Melakukan Kajian dan Evaluasi serta mengkaji referensi atau

peraturan tata kerja dilingkungan sebagian Sekretariat dan sebagian Pusat Pusat

4. Merumuskan Alternatif Draft Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Kedepan

5. Membuat Naskah Akademis Struktur Organisasi dan Tata KerjaNaskah ilmiah ini, pada dasarnya berisi telaah ilmiah terhadap aspek-aspek berikut; (i) peran IPTEK dalam pembangunan Inftsrastruktur, (ii) peraturan perundangan, (iii) kebutuhan pelanggan dan Area Litbang, (iv) kapabilitas Balitbang PU eksisting dan kaji banding lembaga litbang LPND, PPD, PT serta kajian lingkungan stratgis. Hasil telaahan ilmiah tersebut digunakan sebagai landasan untuk merumuskan langkah perbaikan struktur organisasi dan tata kerja Balitbang PU yang ada. Selain itu, kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan organisasi dan tata kerja Balitbang kedepan akan menjadi masukan pada perumusan dan penetapan rencana strategis Balitbang 2010-2014.Kami berharap semoga sistimatika maupun muatan materi naskah ilmiah ini telah memenuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Namun, kami menyadari bahwa kajian yang dilakukani mungkin masih banyak kelemahannya, baik cara menulis, kedalaman analisis maupun muatan informasinya. Oleh karena itu, saran dan masukan yang diterima, akan menjadi tambahan pelajaran dan pengetahuan baru untuk penmyempurnaannya. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juni 2009

i

Daftar Isi

HalKata PengantarDaftar Isi I

1 PENDAHULUAN 11.1 Latar belakang 11.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran 21.3 Litbang dan IPTEK1.4 Ruang Lingkup dan Metoda Pelaksanaan1.5 Sistimatika Kajian Akademis2 TELAAH ILMIAH 2.1 Penjelasan Umum2.2 Kajian Peran IPTEK dalam Pembangunan Infrastruktur2.3 Kajian Peraturan Perundangan

2.3.1 Kewenangan dan Kewajiban Pemerintah Pusat2.3.2 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang2.3.3 Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang2.4 Kajian Kebutuhan Pelanggan dan Pengenalan Area Litbang

Bidang Pekerjaan Umum2.4.1 Kebutuhan Pelanggan2.4.2 Menemukenali Area Litbang Bidang Pekerjaan Umum2.4.3 Menemukenali Area Litbang Bidang Panataan Ruang

2.5 Kapabilitas Organisasi Litbang PU2.5.1 Unsur unsur Organisasi2.5.2 SDM Balitbang PU2.5.3 Bentuk Organisasi Balitbang PU 2.5.4 Integrasi Kegiatan dan Produktifitas Organisasi2.5.5 Perkembangan Informasi Teknologi2.5.6 Profil Pelayanan Litbang PU Eksisting

2.6 Kaji Banding Lembaga Litbang2.6.1 Lembaga Litbang dilingkungan LPND2.6.2 Lembaga Litbang dilingkungan LPD

2.7 Kajian Lingkungan Strategis

2.7.1 Lingkungan Strategis Nasional2.7.2 Lingkungan Strategis Regional2.7.3 Lingkungan Strategis Global

2.8 Rangkuman Telaah Ilmiah3 STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA LITBANG

PU KEDEPAN3.1 Penjelasan Umum3.2 Infrastruktur PU 2025

3.2.1 Kuantitas Infrastruktur PU 20253.2.2 Kualitas Infrastruktur PU 2025

3.3 Paradigma Baru Birokrasi Pemerintahan3.3.1 Potret Birokrasi eksisting3.3.2 Birokrasi Litbang kedepan

3.4 Visi dan Misi 3.3.1 Visi dan Misi Departemen PU 20253.3.2 Visi dan Misi Organisasi Litbang 20253.3.3 Tujuan dan Sasaran Organisasi Litbang 2025

3.5 Rencana Strategis dan Renspons Stategis 3.5.1 Renstra 2005-2009 3.5.2 Renstra 2010-2014 3.5.3 Respons Strategis

3.6 Rancangan Struktur Organisasi Litbang PU3.6.1 Arah Organisasi Litbang PU 20253.6.2 Struktur Organisasi Litbang PU (Alternatif-1)3.6.3 Struktur Organisasi Litbang PU (Alternatif-2)3.6.4 Struktur Organisasi Litbang PU (Alternatif-3)

3.7 Tata Kerja Litbang3.7.1 Komite Riset 3.7.2 Tata Kerja Organisasi Kedepan

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

iii

Bab-1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangUndang undang nomor 32 tahun 2004 (UU-32/2004) tentang Pemerintahan Daerah, pada dasarnya telah memberi arah yang jelas tenhadap masa depan organisasi kementerian negara. Berdasarkan UU-32/2004 tersebut, urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat hanya terdiri dari 6 (enam) bidang yaitu (i) politik luar negeri, (ii) pertahanan, (iii) keamanan, (iv) yustisi, (v) moneter dan fiskal nasional; dan, (vi) agama (pasal 10 ayat 3). Hal itu berarti bahwa kewenangan dan/atau kewajiban diluar keenam bidang pemerintahan tersebut dilaksanakan bersama sama oleh pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pembagiannya didasarkan pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan dan terdiri dari urusan yang bersifat wajib maupun pilihan. Namun, pola penyelenggaraannya merupakan hubungan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.Departemen Pekerjaan Umum adalah salah satu penyelenggara urusan pemerintaan diluar keenam bidang yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Di era otonomi ini, peran Departemen Pekerjaan Umum sebagai penyedia infrastruktur bidang pekerjaan umum, sudah tidak dominan lagi karena sebagian besar telah menjadi kewenangan dan/atau kewajiban pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dengan adanya perubahan peran tersebut, maka Departemen Pekerjaan Umum sudah tidak mempunyai kantor wilayah lagi. Selain itu, penataan organisasi ditingkat pusat juga telah dilakukan. Namun, belum sesuai dengan visi yang tersirat dalam undang undang pemerintahan daerah. Kebutuhan otonomi, secara bertahap harus dipenuhi oleh Departemen Pekerjaan Umum beserta seluruh unit kerja didalamnya. Perubahan organisasi dan tata kerja, dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi dilapangan. Perubahan lapangan tersebut mencerminkan peningkatan kemampuan organisasi di daerah.Untuk acuan pengembangan organisasi dan tata kerja pasca 2009, kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah menerbitkan “Pedoman Umum Reformasi Birokrasi (PerMen PAN 15/2008). Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka memujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Didalam pedoman tersebut ditegaskan bahwa visi reformasi birokrasi adalah terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik tahun 2005. Untuk mencapai visi tersebut perlu dilakukan upaya pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan,

khususnya aspek aspek (i) kelembagaan, (ii) ketatalaksanaan, dan (iii) Sumberdaya Manusia.Atas dasar hal hal tersebut, bagian kepegawaian dan ortala sekretariat Balitbang Departemen Pekerjaan Umum berinisiatif untuk melakukan kegiatan pengembangan organisasi dan tata kerja Balitbang PU kedepan. Kegiatan ini merupakan awal dari serangkaian kegiatan reformasi birokrasi dilingkungan Balitbang PU yang akan dilaksanakan secara bertahap pada RPJM 2010-2014.

1.2 Maksud, Tujuan dan SasaranPenyusunan naskah akademis ini dimaksudkan untuk menyediakan telaah akademis yang mendasari upaya pengembangan Organisasi dan Tata Kerja Badan Litbang PU Kedepan. Tujuannya adalah untuk memperoleh rumusan struktur organisasi dan tata kerja Balitbang yang lebih sesuai dengan kebijakan Departemen Pekerjaan Umum maupun kebutuhan otonomi daerah.Adapun sasaran kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran akademis tentang aspek aspek berikut ini:a. Kebutuhan pelanggan Balitbang bidang pekerjaan umum b. Area Litbang dan profil pelayanan Balitbang c. Kapabilitas Organisasi Balitbang d. Alternatif rancangan struktur organisasi Balitbang Pekerjaan Umum

kedepanBahan bahan kajian tersebut, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkungan Balitbang PU pada pembangunan jangka menengah periode 2010-2014 yang akan datang.

1.3 Litbang dan IPTEK Berikut ini adalah pengertian dan luaran (output) kegiatan Penelitian, Pengembangan (Litbang).

a) Penelitian (Research) adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan (i) pemahaman, (ii) pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi, dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta (iii) menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Hasil atau luaran (output) dari kegiatan penelitian tersebut antara lain adalah (i) kriteria, (ii) rumus rumus matematis atau rumus empiris, (iii) grafik dan/atau nomogram, (iv) tabel dan/atau matrik, (v) peta peta berbasis sistem informasi geografis atau Geographical Information System (GIS), (vi) rancangan alat, (vii) rancangan benda uji, (viii) variabel dan parameter disain, (ix) variabel dan parameter dampak, (x) faktor penentu keberlanjutan dan (xi) output lain dari kegiatan penelitian.

2

Penelitian

Research

Pengembangan

Development

Perekayasaan

Engineering

Pengoperasian

Operation

Domain Perekayasa

Domain Peneliti

Mencari informasi , data atau keterangan untuk pembuktian kebenaran atau ketakbenaran suatu hipotesis yang bekaitan dengan subjek ilmu pengetahuan & teknologi melalui (1) eksplorasi (2) survey, (3) investigasi atau observasi,(4) eksperimen, (5) studi kelayakan, (6) studi banding

Mengembangkan kaidah dan teori yang sudah terbukti benar untuk meningkatkan pemanfaatannya bagi terciptanya suatu produk teknologi, melalui (1) Pengembangan parametric kajian teknologi, (2) pemodelan fisik dan non fisik, (3) pengembangan kebijakan

Merealisasikan hasil pengembangan dengan menciptakan nilai, produk atau proses produksi dengan mempertimbangkan semua aspek unsur teknologi, melalui (1) Desain Rinci, (2) Produksi, Konstruksi & Integrasi Prototip, (3)Sertifikasi Produksi, (4) Uji kinerja prototip, (5) Audit Teknologi, (6) Standardisasi

Sumber: UU-18/2002 (Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan & Teknologi)

Melaksanakan penerapan operasional produk perekayasaan kepada pelanggan melalui: (1) Uji Operasional & Evaluasi Produk(2) Modifikasi & Perawatan, (3) Layanan Teknologi & Keahlian, (4) Pelatihan bagi tenaga pelatih, (5) operasi rutin, (6) pemasaran dan penjualan

b) Pengembangan (Development) adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang terbukti kebenarannya untuk (i) meningkatkan fungsi, (ii) manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Hasil atau luaran (output) kegiatan pengembangan adalah (i) model model fisik yang siap diuji dilapangan atau prototip, (iii) model system kebijakan yang siap digunakan acuan oleh instansi yang berwenang dan (iv) rancangan standar, prosedur, manual dan kriteria (SPMK) yang meliputi spesifikasi, metoda uji dan tata cara.

Gambar-1 menjelaskan tahapan proses penelitian dan pengembangan (litbang) sampai pemanfaatannya oleh para penggunannya.

Gambar-1 Makna dan Ruang Lingkup kegiatan Litbang

Didalam pengertian tersebut, Litbang selalu dikaitkan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sementara itu, IPTEK juga dikaitkan dengan masyarakat dan kehidupannya. Berikut ini adalah pengertian IPTEK dan luaran (output) layanan jasa IPTEK. a) Ilmu pengetahuan adalah “rangkaian pengetahuan” yang digali,

disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif

3

BProses

IntegrasiKegiatan

Kebutuhan Pelanggan

LingkunganStrategis

Visi dan Misi

Rencana Strategis (Renstra)

Rens

pons

Stra

tegi

s

untuk menerangkan pembuktian gejala alam dan atau gejala kemasyarakatan tertentu.

b) Teknologi adalah “cara” atau “metode” serta “proses” atau “produk” yang dihasilkan dari penerapan atau pemanfatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia (UU 18/2002 Sisnas Iptek)

c) Pelayanan atau jasa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah kegiatan untuk memberi kemudahan dalam penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Layanan tersebut meiputi layanan keahlian dan layanan teknologi yang diberikan dalam bentuk pemberian advis (penasihatan) dan pelatihan untuk calon pelatih. Kedua jenis layanan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pemanfaatan hasil litbang oleh para calon penggunanya, tidak mengalami kesulitan.Berdasarkan penjelasan

1.4 Ruang Lingkup dan Metoda PelaksanaanArea atau aspek aspek perubahan dan hasil hasil yang diharapkan dalam reformasi birokrasi dibagi kedalam 6 (enam) aspek yaitu: a) Kelembagaan yang menghasilkan organisasi yang tepat fungsi ndan

tepat ukuran (right sizing)b) Ketatalaksanaan yang menghasilkan sistem, proses dan prosedur

kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip prisip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

c) Sumberdaya Manusia (SDM), yang menghasilkan SDM yang berintegritas, profesional , berkinerja tinggi dan sejahtera

d) Budaya Organisasi yang menghasilkan birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi

e) Regulasi-deregulasi Birokrasi yang menghasilkan regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif

Kegiatan pengembangan organisasi dan tata kerja litbang PU kedepan, dititikberatkan pada aspek pertama dan kedua. Kajian terhadap aspek kelembagaan dilakukan terhadap struktur organisasi yang ada dengan mempertimbangkan keseimbangan beban diantara unit kerja yang ada dilingkungan Balitbang PU. Kajian terhadap aspek tata laksana dilakukan terhadap hubungan kerja kedalam maupun keluar. Gambar-2 berikut ini adalah anatomi organisasi yang digunakan sebagai acuan melakukan kajian organisasi Balitbang kedepan. Dengan menggunakan anatomi ini, masalah yang dihadapi organisasi Balitbang, Pekerjaan Umum dalam melaksanakan misinya sebagai organisasi yang independen dan profesional akan dikenali dan dirumuskan cara penyelesaiannya.

4

Gambar-2 Anatomi OrganisasiAnatomi organisasi pada gambar-2 dapat dibagi kedalam 4 (empat) kelompok kajian yaitu:a) Kebutuhan pelanggan Balitbang PU. b) Kapabilitas organisasi.c) Lingkungan strategisd) Visi, Misi, Renstra dan Respons strategis. Kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan kapabilitas organisasi, memberi indikasi tentang adanya kebutuhan untuk memperbaiki organisasi termasuk sistem tata kerjanya. Lingkungan strategis memberi gambaran tentang besarnya peluang dan tantangan diluar organisasi yang memberi pengaruh terhadap besarnya kesenjangan yang ada. Visi, Misi, Renstra dan Respon Strategis adalah cerminan komitmen untuk melakukan pembaharuan dan perubahan organisasi dan tata kerja litbang kedepan. Pelanggan Balitbang PU dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok (Gambar-3) yaitu:a) unit unit kerja operasional dilingkungan Departemen PU misalnya

Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Sekretariat Jenderal. b) masyarakat pengguna litbang misalnya pemerintah daerah beserta

jajarannya, pengembang dan industri jasa konstruksi c) masyarakat profesional misalnya perguruan tinggi, assosiasi profesi,

dan lembaga tinggi non departemen

5

Gambar-3 Model Pelayanan PelangganBalitbang PU adalah salah satu unit kerja dilingkungan Departemen PU. Oleh karena itu, pelayanan kepada unit operasional ke-PU-an harus menjadi prioritas. Proporsinya juga harus lebih besar bila dibandingkan dengan pelanggan lainnya. Penerapan produk hasil litbang oleh masyarakat pengguna harus melalui dan/atau berkoordiinasi dengan unit operasional ke-PU-an yang dalam hal ini berperan sebagai pembina infrtastruktur. Kegiatan advisteknis dan pelatihan kepada masyarakat profesional, ditujukan untuk menambah tenaga pelatih yang mampu membantu dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat pengguna. Litbang dan pelatihan kepada masyarakat pengguna ditujukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menerapkan produk-produk litbang, sekaligus melakukan litbang untuk menggali inovasi baru yang diperlukan oleh masyarakat pengguna produk IPTEK hasil litbang.Pola pelayanan kepada pelanggan tersebut mengikuti kaidah birokrasi yang katalis, yaitu menganut prinsip “mengarahkan ketimbang mengayuh” yang dilakukan melalui kemitraan dengan pihak masyarakat dan swasta. Prinsip tersebut adalah bagian dari penerapan prinsip prinsip penyelenggaraan organisasi masa depan. Pinsip lainnya dalam rangka reformasi birokrasi adalah “Memberi Wewenang Ketimbang Melayani”; “Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan”, “ Pemerintahan yang digerakkan oleh misi dengan mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan”, “Pemerintahan yang berorientasi pada hasil bukan masukan”, “Pemerintah Wirausaha: Menghasilkan ketimbang membelanjakan”, “Pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati”, “Pemerintahan Desentralisasi: Hierarki menuju partisipasi dan tim Kerja”,” Pemerintahan berorientasi pasar; Mendongkrak perubahan melalui pasar.”. Kajian kebutuhan pelanggan meliputi kajian terhadap peraturan perundangan yang berhubungan dengan tugas, fungsi, kewenangan dan

6

Gambar-4 Question Research Kajian Organisasi dan Tata Kerja

kewajiban lembaga. Sementara itu, area atau bidang yang memerlukan penelitian meliputi bidang atau sektor keairan, ke bina margaan, kecipta karyaan dan penataan ruang. Kajian kapabilitas organisasi meliputi a) Perkembangan informasi dan teknologi dilingkungan balitbang, b) Proses integrasi kegiatan c) SDM & bentuk organisasi. Kedalam kajian kapabilitas organisasi, termasuk pula kapasitas pelayanan yang telah diberikan organisasi kepada para pelanggannya. Dalam melakukan kajian organisasi, digunakan pertanyaan penelitian (question research), yaitu:a. Apa yang seharusnya berubah?b. Mengapa harus dilakukan perubahan perubahan?c. Kapan harus dilakukan perubahan perubahan tersebut?d. Bagaimana cara melakukan perubahan perubahan yang diperlukan?Gambar-3 berikut ini adalah alur pikir dalam melakukan perumusan dan pengembangan oranisasi dan tata kerja Balitbang PU kedepan

Data primer untuk melakukan kajian pelayanan organisasi diperoleh melalui serangkaian diskusi dengan para pengelola litbang di Pusat-pusat litbang dilingkungan Balitbang PU. Data sekunder diperoleh dari database kepegawaian sekretariat Balitbang PU dan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) tahun 2005-2008. Data sekunder untuk keperluan kaji banding dengan organisasi balitbang Departemen lainnya, diperoleh dengan cara browsing di internet.

7

Analisis data, menggunakan metoda deskriptif dan analisis statistik sederhana serta analisis sistem dinamik. Matrik dan tabel digunakan sebagai alat bantu analisis dan perumusan masalah.

1.5 Sistimatika Naskah IlmiahSistimatika Naskah Akademis Pengembangan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum kedepan (2010-2025) dibagi 3 bab, yaitu (i) Pendahuluan, (ii) telaah akademis dan (iii) organisasi dan tata kerja litbang kedepan.Adapun pokok-pokok bahasan pada tiap bab adalah sebagai berikut:Bab PendahuluanBab ini membahas tentang latar belakang diperlukannya kegiatan pengembangan organisasi dan tata kerja litbang kedepan, maksud dan tujuan serta sasaran kegiatan yang hendak dicapai, pengertian dan ruang lingkup Litbang dan keterkaitannya dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), ruang lingkup dan metoda pelaksanaan kegiatan dan sistimatika penulisan naskah akademis pengembangan organisasi dan tata kerja litbang kedepan.Bab Telaah IlmiahBab ini membahas landasan peraturan perundangan, kebutuhan pelanggan dan area litbang yang mencerminkan beban tugas yang seharusnya dipenuhi oleh lembaga litbang. Bab ini juga membahas tentang kapabilitas organisasi litbang yang ada dan lingkungan strategis yang mempengaruhi kinerja litbang, kaji banding lembaga litbang LPND maupun LPD. Gambaran kesenjangan, peluang, tantangan yang dihasilkan dari kajian menjadi acuan untuk menjawab apa dan mengapa diperlukan perbaikan organisasi dan tata kerja. Bab Struktur Organisasi dan Tata Kerja Litbang kedepanBab ini membahas rancangan struktur organisasi dan tata kerja litbang kedepan. Pembahasan diawali dengan menjelaskan paradigma birokrasi yang dituju, profil infrastruktur 2025, baik kuantitas maupun kualitas, rumusan Visi dan Misi Litbang, rencana strategis untuk mewujudkan organisasi dan tata kerja kedepan serta respons strategis atau langkah langkah strategis yang diperlukan untuk cita-cita organisai dan tata kerja litbang kedepan.

8

Bab-2TELAAH ILMIAH

2.1 Penjelasan UmumTelaah Ilmiah pengembangan Organisasi dan tata kerja litbang kedepan dilakukan terhadap aspek-aspek berikut ini; (i) peran IPTEK dalam pembangunan Infrastruktur, (ii) peraturan perundangan, (iii) kebutuhan pelanggan dan Area Litbang, (iv) kapabilitas organisasi, (v) lingkungan strategis.Kajian IPTEK dan pembangunan infrastruktur ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang dukungan litbang terhadap penyelesaian permasalahan permasalahan infrastruktur. Kajian peraturan perundangan ditujukan untuk memahami tanggung jawab dan/atau kewajiban yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, khususnya Departemen Pekerjaan Umum dalam meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur. Kajian kebutuhan pelanggan dan area litbang, ditujukan untuk memahami kebutuhan infrastruktur oleh masyarakat dan mengenali area yang harus diteliti. Kajian kapabilitas organisasi litbang, diujukan untuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan sumberdaya litbang saat ini. Akhirnya, kajian lingkungan strategis ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang peluang dan tantangan litbang saat ini dan kedepan.Hasil kajian tersebut, digunakan sebagai landasan untuk menata kembali organisasi litbang yang ada, kemudian membangun organisasi litbang kedepan secara bertahap.

2.2 Peran IPTEK dalam Pembangunan InfrastrukturJawaharlal Nehru mengatakan bahwa hanya Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sajalah yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan kemiskinan, insanitasi dan buta aksara, takhayul dan hilangnya adat istiadat, habisnya sumber daya atau sebuah negeri kaya yang didiami penduduk miskin. Siapakah sesungguhnya yang sanggup mengabaikan IPTEK sekarang ini? Pada setiap kesempatan kita pasti membutuhkan bantuannya. Masa depan ditentukan oleh IPTEK dan orang-orang yang bersahabat dengannya. (dari India Perpectives, 2009 dikutip Koran Kompas tanggal 25 Februari 2009) Perkembangan IPTEK suatu bangsa tidak bisa lepas kaitannya dengan masalah kehidupan bangsa itu sendiri. Dalam dinamika kehidupan bangsa sangat sulit dijumpai adanya suatu kegiatan hidup manusia yang tidak ditopang dengan penggunaan IPTEK. Oleh karena itu, budaya, taraf hidup, kemandirian dan kesejahteraan suatu bangsa, biasanya diukur dengan seberapa besar kemampuan bangsa itu untuk melakukan Litbang termasuk penguasaan dan penerapan serta pengembangan IPTEK. Perkembangan IPTEK, juga erat kaitannya dengan kemajuan perekonomian suatu bangsa. Namun, IPTEK hasil litbang tidak akan dapat berkembang

9

menjadi produk inovasi teknologi apabila tidak diserap oleh industri yang mampu memproduksi barang dan jasa yang bernilai kompetitif serta didukung oleh adanya pasar yang loyal terhadap produksi bangsa sendiri.Inovasi teknologi banyak menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia. Untuk itu, inovasi teknologi harus selalu diberi ruang, didorong dan diberikan fasilitas serta bantuan agar selalu berkembang. Namun, dalam perjalanan sejarah sepanjang 20 hingga 30 tahun terakhir ini, tatanan hidup dunia ini ternyata belum benar-benar aman, adil dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh bangsa untuk tumbuh berkembang menjemput kemakmurannya, (SBY, 2008).Infrastruktur dapat didefinisikan dalam bentuk fasilitas fisik (jalan, bandara, sistem komunikasi, dll) dan jasa (air, sanitasi, energi, transportasi). Bank Dunia membagi infrastruktur menjadi tiga komponen, yaitu (i) infrastruktur ekonomi, (ii) infrastruktur sosial dan (iii) infrastruktur administrasi. Pertama, infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur yang ditujukan untuk menunjang aktivitas ekonomi. Infrastruktur ekonomi meliputi: public utilities (listrik, telekomunikasi, air, sanitasi, dan gas). Public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan rel, pelabuhan, lapangan terbang). Kedua, infrastruktur sosial yang diantaranya ialah pendidikan, kesehatan, perumahan. Ketiga, infrastruktur administrasi, misalnya penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi. Pembangunan infrastruktur adalah upaya sadar dan terencana untuk menyediakan, mengoperasikan dan memelihara serta mengembangkan fasilitas fisik dan jasa tersebut. Pembangunan infrastruktur, sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi dan daya saing bangsa (Tabel-1 ). Oleh karena itu, kemajuan dan/atau keberhasilan pembangunan infrastruktur sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Sebaliknya, kerusakan infrastruktur sering dikorelasikan dengan meningkatnya hambatan ekonomi dan bahkan menjadi penyebab kehancuran perekonomian suatu daerah.Tabel-1 Hubungan antara Input Infrastruktur, Pertumbuhan IPTEK dan Daya

Saing Dunia

Negara Input Infratruktur Sosio Ekonomi

Peringkat Pertumbuhan IPTEK

Peringkat Daya Saing Dunia

Singapura 84,2 12 4Malaysia 64,9 20 21Thailand 67,5 39 30Filipina 55,0 56 49Indonesia 39,1 78 57Korea 81,1 6 37Jepang 67,0 5 25China 55,0 65 29Sumber: Global Competitiveness Report 2003-2004, World Competitiveness Yearbook 2004, Indicators of Technological Based Competitiveness 2003.Sebagaimana tampak pada tabel tersebut bahwa, dengan input yang paling rendah diantara ke 8 (delapan) negara, peringkat Indonesia untuk pertumbuhan iIPTEK dan daya saing dunia juga paling rendah. Sebaliknya, Singapura yang input infrastruktur sosio ekonominya paling tinggi, meskipun peringkat pertumbuhan IPTEK nya berada pada peringkat ke tiga,

10

ternyata berhasil menempati peringkat ke-4 daya saing dunia atau peringkatnya paling tinggi diantara ke 8 (delapan) negara pada tabel tersebut.

2.3 Kajian Peraturan Perundangan2.3.1Kewenangan dan Kewajiban Pemerintah Pusat

Didalam undang undang nomor 32 tahun 2004 (UU-32/2004) tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa Pemerintahan Daerah (Pemda) menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan urusan (i) politik luar negeri; (ii) pertahanan; (iii) keamanan; (iv) yustisi; (v) moneter dan fiskal nasional; dan (vi) agama (Pasal-10 ayat 1 dan ayat 3). Selanjutnya, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah, Pemda menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan (pasal-10, ayat 2).

Catatan:

a. Otonomi adalah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal-1 ayat-5).

b. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal-1 ayat-6).

Hal itu berarti bahwa urusan pemerintahan diluar ke enam urusan tersebut, pada dasarnya menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Walaupun demikian, pemerintah pusat masih mempunyai kewajiban dalam melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan ususan pemerintahan daerah tersebut. Kewajiban tersebut tercermin pada pasal-11 yaitu bahwa:a) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan, yaitu: hubungan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan (Pasal-11 ayat 1 dan ayat 2).

b) Urusan pemerintahan daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan, dimana pelaksanaan urusan yang bersifat wajib harus berpedoman pada “Standar Pelayanan Minimal (SPM)”, yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah (pasal-11 ayat 3 dan ayat 4).

Ketentuan tersebut menegaskan bahwa meskipun urusan pemerintahan menjadi kewenangan pemerintahan daerah otonom, pemerintah pusat masih memiliki kewenangan dan kewajiban dalam menyelenggarakan

11

urusan pemerintahan diluar keenam urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat. Pelaksanaan pembagian kewenangan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 (PP-38/2007) tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pada pasal-2 PP-38/2007 ditegaskan bahwa terdapat 31 (tigapuluh satu) bidang urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.

Selain menyelenggarakan sebagian dari ke tigapuluh satu bidang urusan pemerintahan, pemerintah pusat juga wajib melaksanakan pembinaan (pasal 217) yang meliputi:a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan, yang

dilaksanakan secara berkala pada tingkat nasional, regional, atau provinsi.

b) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan yang mencakup aspek-aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, pendanaan, kualitas, pengendalian dan pengawasan pemerintahan;

c) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan urusan pemerintahan.

d) pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, dan kepala desa.

e) perencanaan, penelitian dan pengembangan (Litbang), pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilaksanakan secara berkala ataupun sewaktu-waktu dengan memperhatikan susunan pemerintahan.

Terkait dengan litbang, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian.

2.3.2 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Merujuk pada pasal 4 ayat (2a) dan pasal 5 ayat (2), UU RI No 39 tahun 2008 (UU-39/2008) tentang Kementerian Negara, Pekerjaan Umum merupakan urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945. Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang penataan ruang, memang tidak disebutkan didalam UU-39/2008 tersebut. Namun, didalam peraturan presiden nomor 10 tahun 2005 (PerPres-10/2005) tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, salah satu bidang tugas Departemen Pekerjaan Umum adalah penataan ruang. Pasal-8 ayat (1) UU-39/2008, menegaskan bahwa Departemen Pekerjaan Umum, menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan , penetapan dan pelaksana kebijakan di bidangnyab. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung

jawabnya

12

c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnyad. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian di daerah; dane. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Memperhatikan butir a, maka Departemen mempunyai tugas merumuskan berbagai kebijakan dibidang Pekerjaan Umum, baik yang bersifat teknis maupun umum.Sebagaimana ditegaskan didalam PP-38/2007, bidang Pekerjaan Umum terdiri dari 10 (sepuluh) sub bidang, yaitu (i) Sumberdaya Air, (ii) Bina Marga, (iii) Perkotaan & Perdesaan, (iv) Air Minum, (v) Air Limbah, (vi) Persampahan, (vii) Drainase, (viii) Permukiman, (ix) Bangunan Gedung dan Lingkungan, (x) Jasa konstruksi. Sementara itu, bidang penataan ruang terdiri dari sub bidang (i) perencanaan ruang, (ii) pemanfaatan ruang dan (iii) pengendalian pemanfaatan ruang. Masing-masing sub bidang terdiri dari 4 (empat) sub sub bidang, kecuali sub bidang jasa konstruksi yang hanya memiliki 3 (tiga) sub sub bidang. Sub sub bidang dimaksud adalah (i) Pengaturan, (ii) Pembinaan, (iii) Pembangunan dan Pengelolaan, (iv) Pengawasan dan Pengendalian. Pembagian bidang urusan pemerintahan menjadi sub bidang dan sub sub bidang, telah lebih memperjelas pembagian kewenangan dan kewajiban penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat.Sebagaimana tertera pada Tabel-2, kecuali sub bidang Sumberdaya Air dan sub bidang Bina Marga, Pemerintah Pusat cq Departemen Pekerjaan Umum, praktis sudah tidak memiliki kewenangan sebagai pembangun atau penyedia (provider) infrastruktur. Ketentuan peraturan perundangan tersebut, menjadi acuan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap struktur organisasi dan tata laksana Departemen Pekerjaan Umum kedepan. Selanjutnya, dengan memperhatikan fungsi Departemen Pekerjaan Umum pada butir c (fungsi pengawasan) dan d (fungsi bimbingan teknis dan supervisi), diperlukan instrumen yang berupa NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual). Oleh karena itu, NSPM harus selalu dimiliki oleh para penyelenggara urusan pemerintahan. Namun, instrumen NSPM tersebut bersifat dinamis dan perlu dievaluasi serta diperbaharui secara periodik.Pembangunan infrastruktur merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang mendukung seluruh kehidupan bangsa dan Negara serta Pembangunan Nasional. Proses pembangunan infrastruktur memilki hubungan timbal balik dengan peningkatan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan umum, dimana keduanya memerlukan dukungan IPTEK dalam bentuk NSPM.Tabel-2 Matrik Kewenangan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Pusat di

Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

No Bidang/Sub Bidang

Kewenangan Pusat (*) berdasarkan Sub sub Bidang Urusan Pemerintahan

Pengaturan Pembinaan Pembangunan dan Pengelolaan

Pengawasan dan Pengendalian

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Bidang Pekerjaan Umum

13

1Sub Bidang Sumberdaya Air

Penetapan: JakNas, pola pengelolaan, Dewan SDA-Nas, komisi irigasi, NSPK, Wilayah Sungai, Status daerah irigasi

Pemberian Ijin & Rekomendasi atas peruntukan, pengusahaan dan pembangunan, Bantek, Studi kelayakan, Fasilitasi, pemberdayaan kelembagaan

Konservasi & pendayagunaan SDA, pengendalian daya rusak air, Sis-Info, Konstr & OP Irigasi primer & sekunder > 3000 Ha

Monitoring, evaluasi dan pengendalian (Monevdal) terhadap Pengelolaan SDA pada sungai lintas propinsi, negara & strategis nasional

2 Sub Bidang Bina Marga

Penetapan: fungsi, status, pembiayaan, pengaturan jalan tol, umum & nasional dan NSPK

Pengembangan sistem, TTG, Diklat Bimbingan, penyuluhan, kajian & litbang, fasilitasi solusi sengketa, penyusunan SPM

Pembiayaan SIDLAKOM & pengembangan jalan nasional serta pengusahaan jalan tol

Monevdal Penyelenggaraan jalan tol, umum & nasional (fungsi, kinerja, manfaat dll)

3Sub Bidang Perkotaan & Perdesaan

Penetapan Jak-Nas, NSPK

Fasilitasi Peningkatan kapasitas Mgt PS, Litbang, pemberd masy & dunia usaha skala Nas

Fasilitasi: perenc & program, kerjasama & kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan skala nasional

Monevdal Pelaksanaan Program pembangunan & pengelolaan serta pelaksanaan NSPK,

4 Sub Bidang Air Minum

Penetapan: Jakstra Nas, pembentukan BPP-SPAM, BUMN, NSPK, SPM, Ijin PS AM Lintas propinsi, alokasi air baku

Fasilitasi: solusi masalah antar propinsi, peningkatan kapasitas teknis & MGT, studi kelayakan (FS), penetapan standar kompetensi ahli AM

Fasilitas i : penyusunan Master Plan, pemenuhan kebutuhan air baku, pemberian bantek, penyediaan PS, penanggulangan bencana

Monevdal Penyelenggaraan seluruh tahapan pengembangan SPAM, evaluasi pelayanan SPAM nasional, pelaksanaan NSPK

5 Sub Bidang Air Limbah

Penetapan: Jakstra-Nas, Pembentukan Lembaga pelayanan propinsi, NSPK, Ijin PS Limbah lintas propinsi, standar kompetensi teknis keahlian

Fasilitasi: Solusi masalah strategis antar propinsi, peran serta dunia usaha, penyelenggaraan bantek, FS

Fasilitasi: Pengembangan PS skala kota metro & besar, penyusunan rencana induk, penanggulangan bencana

Monevdal Penyelenggaraan PS, evaluasi kinerja pengelolaan PS pelaksanaan NSPK

6Sub Bidang Persampahan

Penetapan: Jakstra Nas, Pembentukan Lembaga penyelenggara tingkat nasional (bila perlu), NSPK, Ijin PS Limbah lintas propinsi

Fasilitasi: Solusi masalah antar propinsi, Bantek, Litbang, peningkatan kapst Mgt, kerjasama dengan dunia usaha

Fasilitasi: penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan PS lintas propinsi, penyusunan rencana induk

Monevdal Pengembangan penyelenggaraan PS, evaluasi kinerja, pelaksanaan NSPK

Catatan: (*) bersifat strategis nasional, lintas propinsi dan/atau lintas negara

Tabel-2 Matrik Kewenangan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Pusat di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Lanjutan)

No Bidang/Sub Bidang

Kewenangan Pusat (*) berdasarkan Sub sub Bidang Urusan Pemerintahan

Pengaturan Pembinaan Pembangunan dan Pengelolaan

Pengawasan dan Pengendalian

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Bidang Pekerjaan Umum (Lanjutan)7 Sub Bidang

Drainase (termasuk

Penetapan: Jakstra Nas dan NSPK

Fasilitasi: Bantuan teknis (bantek) pembangunan,

Fasilitasi: penyelenggaraan dan pembiayaan

Monitoring, evaluasi dan pengendalian (Monevdal)

14

pematusan genangan)

pemeliharaan dan pengelolaan, peningkatan kapasitan teknis dan manajemen

pembangunan PS lintas propinsi, penyusunan rencana induk, solusi masalah OP

terhadap Pengembangan penyelenggaraan PS dan pelaksanaan NSPK

8

Sub Bidang Permukiman (Kasiba, Lisiba, Permukiman Kumuh, Pengembangan kawasan)

Penetapan: Kebijakan teknis & kebijakan pembangunan, NSPK

Fasilitasi: Peningkatan kapasitas teknis & manajemen, solusi masalah, Litbang

Fasilitasi: Penyelenggaraan pembangunan (kasiba, lisiba, kws strategis nasional, Rusunawa), penanganan permukiman kumuh, kerjasama masy dan swasta,

Monevdal terhadap Pelaksanaan kebijakan nasional, dan pelaksanaan NSPK

9

Sub Bidang Bangunan Gedung dan Lingkungan

Penetapan: Jakstra-Nas, NSPK, penyelenggaraan IMB

Fasilitasi: Pemberdayaan Pemda, Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen

Fasilitasi: Bantuan teknis (bantek), pembangunan dan pengelolaan, penetapan status bangunan yang dilindungi.

Monevdal terhadap Pelaksanaan per-UU-an, NSPK, penertiban dan pemanfaatan bangunan khusus dan dilestarikan,

10Sub Bidang Jasa Konstruksi

Penetapan: Jak-Nas dan penerapannya, Fasilitasi: mendapatkan dukungan lembaga keuangan

Pemberdayaan: LPJKN beserta asosiasinya, kemampuan teknologi, Sis-info, Litbang, penerapan keahlian, perintisan Diklat tenaga trampil; Fasilitasi: sertifikasi tenaga trampil

Tidak ada Pembangunan

Monevdal terhadap Tertib usaha, persyaratan perijinan, pelaksanaan ketentuan teknik, K3, keselamatan umum, tata bangunan dan lingkungan dll

B Bidang Penataan RuangSub Bidang (1) perencanaan ruang (2), pemanfaatan ruang dan (3) pengendalian pemanfaatan ruang

Penetapan : Per-UU-an, RTRWN, NSPK, ruang perairan laut, kriteria perubahan ruang, Kws Stategis nasional, kws Andalan, SPM dll

Koord,, sosialisasi, bimbi & supervisi, konsultasi, Diklat, Litbang, sis-Infokom, fasilitasi penetapan RTRW Prop, Kab/kota

Pendampingan penyusunan, Integrasi program, peraturan zonasi TRWN, TRW, Kws Strategis & DTR Prop, Kab/kota

Monevdal terhadap Pelaksanaan RTRW Nasional, Propinsi, kabupaten/kota

Catatan: (*) bersifat strategis nasional, lintas propinsi dan/atau lintas negara

Memperhatikan Peraturan Pemerintah No 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), pasal 4, ayat (1), dinyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen menyusun SPM (Standar Pelayanan Minimal) sesuai ”urusan wajib” sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2), yaitu terkait pelayanan dasar. Kemudian pada Pasal 8 ayat (1) dinyatakan, bahwa untuk mendukung penerapan SPM, Menteri yang bersangkutan menyusun petunjuk teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

2.3.3 Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Bidang Pekerjaan Umum

15

Didalam konsideran Undang-undang nomor 18 tahun 2002 (UU-18/2008) tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan (SisNas-Litbang), dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) disebutkan bahwa:a) Alam semesta dan segala isinya, diciptakan Tuhan Yang Maha Esa

untuk kepentingan umat manusia yang dalam pengelolaan dan pendayagunaannya diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara bertanggung jawab;

b) Penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan IPTEK dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pencapaian tujuan negara sesuai dangan amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD-1945)

c) Didalam pembukaan UUD-1945 tersebut ditegaskan bahwa tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menyerasikan tata kehidupan manusia beserta kelestarian fungsi lingkungan hidupnya berdasarkan Pancasila;

d) untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), diperlukan sistem nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Atas dasar hal tersebut, maka Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IImu Pengetahuan dan Teknologi dikembangkan berdasarkan atas azas-azas, sebagai berikut; (i) iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (ii) tanggung jawab negara, (iii) kesisteman dan percepatan, (iv) kebenaran ilmiah, (v) kebebasan berpikir, (vi) kebebasan akademis, serta (vii) tanggung jawab akademis (pasal-3 UU-18/2002).Adapun fungsi dan peran pemerintah adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia (pasal-18 UU-18/2002).

Catatan:a) Kebebasan berpikir adalah kebebasan yang merupakan salah satu

hak asasi manusia yang dijamin oleh negara bagi setiap orang dalam mengungkapkan hasil pemikirannya untuk disumbangkan bagi penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan IPTEK

b) Kebebasan akademis adalah kebebasan yang dimiliki oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi seeara bertanggung jawab dan mandiri dalam melaksanakan kebebasan berpikir dan kegiatan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan IPTEK.

c) Tanggung jawab akademis adalah perwujudan akuntabilitas moral, legal, dan mental terhadap pelaksanaan kebebasan berpikir dan kebebasan akademis dalam rangka penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan IPTEK.

16

PP-38/2007, menempatkan kegiatan ”penelitian dan pengembangan (litbang)” pada ”sub sub bidang pembinaan”. Beberapa sub bidang seperti sub bidang Bina Marga, sub bidang jasa konstruksi dan sub bidang penataan ruang, secara eksplisit menyebutkan bahwa litbang menjadi bagian dari ruang lingkup pembinaan di sub bidangnya. Sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2005 (PerPres 10/2005) tentang unit organisasi dan tugas eselon I, Kementerian Negara Republik Indonesia, Badan Litbang PU adalah salah satu unit kerja dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan bidang Pekerjaan Umum. Untuk melaksanakan tugas tersebut, salah satu fungsi Balitbang PU adalah koordinasi perumusan kebijakan IPTEK dalam bentuk NSPM (al. Petunjuk Teknis) yang dihasilkan Pusat Litbang sebagai masukan kepada unsur Pengawas (ITJEN), unsur Pelaksana Teknis (DITJEN) unsur Penunjang (SETJEN, BPSDM) dan Pemerintah Daerah. Kegiatan Litbang bidang PU dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan mendayagunakan kemajuan IPTEK dalam rangka meningkatkan pemanfaatan, pengembangan prasarana dan sarana ke-PU-an yang berkualitas dan berkelanjutan, serta dalam rangka memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kegiatan Badan litbang PU dengan Pusat Litbangnya diharapkan dan harus mampu menyediakan Iptek yang benar-benar mendukung pembangunan infrastruktur bidang ke PU an yang efektif dan efisien dan humanis. Infrastruktur yang humanis adalah infrastruktur yang memperhatikan kebutuhan penggunanya. Oleh karena itu, aspek sosial ekonomi dan sosial budaya menjadi alat kendali dalam mengembangkan infrastruktur bidang pekerjaan umum. Memasukkan pertimbangan aspek sosial ekonomi dan sosial budaya tersebut ditujukan untuk meningkatkan kualitas (mutu) infrastruktur yang dibangun dan menjamin keberlanjutan (sustainability) dari pelayanannya. Hal tersebut sesuai dengan visi Departemen Pekerjaan Umum jangka panjang, yaitu “Menjamin Pelayanan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang baik dan layak untuk kehidupan yang produktif dan berkelanjutan”

17

2.4 Kajian Kebutuhan Pelanggan dan Menemukenali Area Litbang

2.4.1Kajian Kebutuhan Pelanggan

Berdasarkan kosakata (kamus) mutu yang bertumpu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) seri 9000, “pelanggan” di definisikan sebagai “The Next Processor (pemroses berikutnya)”. Sedangkan “mutu atau kualitas” didefinisikan sebagai sesuai dengan kebutuhan pelanggan.Artinya, Output Balitbang harus menjadi input siap pakai bagi para stakeholdernya. Dengan kata lain, input tersebut harus dapat diproses lebih lanjut oleh stakeholder Balitbang (Ditjen, Itjen, Setjen, Badan di lingkungan PU, masyarakat pengguna dan masyarakat profesional).Sebaliknya, output stakeholder Balitbang, juga harus dapat menjadi input siap pakai Balitbang. Output stakeholder dapat berupa pernyataan kebutuhan yang jelas, informasi tentang permasalahan yang memerlukan litbang dan informasi lainnya yang memerlukan dukungan litbang.Hubungan pelanggan adalah “hubungan dua arah”. Artinya, Balitbang tidak hanya melayani saja, tetapi juga dilayani oleh stakeholdernya. Besarnya bobot melayani dan dilayani, juga harus sama. Untuk itu, pengenalan dan pemahaman terhadap kebutuhan (Tusi dan/atau peran stakeholder) mutlak diperlukan.Idealnya, Balitbang PU menerima informasi yang jelas tentang permasalahan-permasalahan bidang PU yang harus diselesaikan dengan dukungan IPTEK. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahwa para stakeholder Balitbang PU juga belum mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi dan diselesaikan. Oleh karena itu, perkiraan kebutuhan stakeholder dijabarkan dari kewenangan dan/atau kewajiban yang ditetapkan dalam peraturan perundangan terkait.Sebagaimana telah disebutkan pada bab terdahulu, di era otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat di bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terfokus pada sub sub bidang pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Kewenangan pembangunan dan pengelolaan terbatas pada sub bidang Sumberdaya Air dan Bina Marga.Kata kunci pelaksanaan kewenangan pengaturan adalah “penetapan” terhadap (i) kebijakan dan strategi nasional (jakstra-Nas), (ii) NSPK, (iii) pola pengelolaan, (iv) pembentukan lembaga, (v) fungsi, status dan pembiayaan, (vi) pengembangan prasarana dan sarana lintas propinsi, untuk semua sub bidang Pekerjaan Umum. Khusus untuk sub bidang Penataan Ruang, kewenangan penetapan meliputi RTRW dan RDTR-Nas, Prop, Kab/Kota serta kawasan strategis dan SPM.Kata kunci untuk pelaksanaan kewenangan pembinaan, pembangunan dan pengelolaan adalah “fasilitasi” untuk (i) penyelesaian masalah antar propinsi, (ii) pemberian bantuan teknis, (iii) peningkatan kapasitas teknis dan manajemen, (iii) pengembangan sistem informasi dan komunikasi, (iv) bantuan litbang, layanan keahlian dan teknologi, (v) penyusunan rencana induk, (vi) pendampingan perencanaan dan pemrograman, (vii) SIDLAKOM termasuk pembiayaan pengembangan prasarana dan sarana dasar, (vii) dan fasilitasi kegiatan sub bidang lainnya.

18

Kata kunci untuk pelaksanaan kewenangan pengawasan dan pengendalian adalah “Monitoring, evaluasi dan pengendalian (Monevdal)” terhadap (i) pelaksanaan kebijakan nasional didaerah, (ii) penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana, (iii) pelaksanaan NSPK, (iv) tertib usaha dan perijinan, (v) keselamatan umum, (vi) pelaksanaan RTRW Nasional, propinsi, kabupaten/kota dan (vii) monitoring, evaluasi dan pengendalian kegiatan sub bidang yang mempengaruhi mutu (kualitas) dan keberlanjutan layanan prasarana dan sarana bidang pekerjaan umum. Berdasarkan hasil kajian tentang pembagian kewenangan dan tugas fungsi serta kewajiban departemen Pekerjaan Umum, maka dukungan terhadap tugas dan fungsi unit-unit operasional dilingkungan departemen PU adalah sebagaimana diindikasikan pada Tabel-3.Adapun mekanisme proses dan/atau pola pemberian dukungan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Litbang dilakukan secara terus menerus terhadap (i) permasalahan

dan penyebaran serta dampak dampak yang ditimbulkan, dan (ii) inovasi IPTEK untuk mengantisipasi kebutuhan IPTEK,

2. Hasil litbang dikemas menjadi modul modul yang siap dipakai unit operasional departemen PU untuk melaksanakan tugas dan fungsinya,

3. Standar, Pedoman, Manual dan Kriteria (SPMK) yang telah lolos uji, dilatihkan kepada para calon penggunannya,

4. Pendampingan dan/atau layanan penerapan IPTEK diberikan sesuai permintaan dan/atau berdasarkan tugas dan fungsi wajib yang harus dilaksanakan.

Permasalahan dan/atau inovasi IPTEK yang harus diteliti dan dikembangkan, pada dasarnya dapat dipelajari dan dijabarkan dari peraturan perundangan terkait dengan bidang/sub bidang atau sektor. Berdasarkan peraturan perundangan yang mengatur tentang kewenangan dan/atau kewajiban penyelenggaraan urusan pemerintahan (UU-32/2004 dan PP-38/2007) serta undang undang sektor beserta peraturan peraturan pelaksanaannya, maka bidang (area) litbang atau Riset, tidak hanya aspek fisik saja, melainkan juga aspek-aspek non fisik (Tabel-4). Sebagaimana tertera pada Tabel-4, area atau bidang litbang teridentifikasi sebanyal 9 (sembilan) bidang, yaitu: (i) bahan bangunan, (ii) teknologi, (iii) manajemen dan/atau kebijakan, (iv) keuangan atau pembiayaan,(v) kelembagaan atau organisasi, (vi) pelanggan atau konsumen, (vii) lahan atau pertanahan, (viii) ketenagakerjaan, dan (ix) sosial ekonomi dan budaya. Sementara itu, terdapat sekitar 32 (tiga puluh) kelompok jenis litbang yang perlu digali dan dilaksanakan. Area/bidang litbang yang perlu dilakukan tidak sama untuk setiap bidang dan sub bidang pelayanan pemerintahan (Ref angka pada sel sel matrik Tabel-4) misalnya litbang bahan bangunan hanya diperlukan untuk sub bidang Bina Marga dan Cipta Karya, litbang teknologi diperlukan untuk sub bidang Sumberdaya Air, Bina Marga, Cipta Karya, BPK-SDM (Jasa konstruksi) dan pengawasan.

19

Tabel-3 Identifikasi kebutuhan Pelanggan Internal Departemen PU

NO TUGAS FUNGSI DITJEN

DUKUNGAN BADAN LITBANGPus SDA

Pus Jatan

Pus Kim

Pus SEB Setba

A DITJEN SDA1 Perumusan kebijakan teknik sesuai perpu

2 Penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan

3 Pelaksanaan kebijakan di bid. SDA √ √4 Pelaksanaan pengaturan pengelolaan SDA √ √

5 Pembinaan dan bantuan teknis pengelolaan SDA dan evaluasi termasuk konservasi dan pemeliharaan √ √

6 Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi bid SDA √7 Penyusunan SPM √ √ √B DITJEN BINAMARGA1 Perumusan kebijakan teknik di bid. Binamarga sesuai perpu √

2 Penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan di bid. Binamarga

3 Pelaksanaan kebijakan teknik Jalan nasional (jalan umum, jalan bebas hambatan dan sebagian jalan kota) √

4 Pembinaan teknis penyelengaaraan jalan propinsi, kabupaten, kota √ √ √

5 Pengembangan sistem pembiayaan dan pola inventasi bid. Jalan √

6 Penyusunan NSPM di bidang Jalan √ √ √C DITJEN CIPTAKARYA

1 Penyusunan, kebijakan, program dan anggaran evaluasi kinerja pembangunan √

2 Pembinaan teknis dan penyusunan NSPM √ √ √

3 Fasilitasi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman kodes √ √

4 Pengembangan system pembiayaan dan pola infrastruktur permukiman kodes

5 Penyediaan infrastruktur PU bagi pengembangan Kawasan6 Fasilitasi pembangunan RUSUN dalam rangka peremajaan KWS √ √7 Penyediaan infrastruktur pemukiman bagi kawasan khusus √ √8 Penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin

9 Pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan gedung dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara √

10 Penangulangan darurat dan bencana √ √ √ √D DITJEN PENATAAN RUANG1 Perwujudan tarunas dan pembinaan perwujudan tata ruang daerah2 Penjabaran rumusan kebijkan departemen 3 Penyiapan Renc. Terpadu pengemb infrastruktur jangka menengah4 Perumusan NSPM √ √ 5 Penyelenggaraan penataan ruang wil nas & pulau 6 Pembinaan teknis dan bantuan teknis 7 Penyiapan dukungan pelaksn koordins penataan ruang Nasional √ √

Keterangan: Tanda (V) menandakan bahwa tugas dan fungsi tersebut memerlukan dukungan pusat pusat litbang bidang PU

Sumber: (*) Permen PU nomor 001/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan tata laksana Tabel-4 Matrik Identifikasi Area (ruang lingkup) Litbang ke-PU-an

20

No

Unit KerjaArea Riset SDA Bina

MargaCipta Karya

Tata Ruang BPSDM ITJEN SETJEN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Bahan Bangunan V V

2 Teknologi V V V V V

3 Manajemen (kebijakan) V V V V V V V

4 Keuangan (Pendanaan) V V V

5 Kelembagaan (Organisasi) V V V

6 Pelanggan (konsumen) V V V V

7 Lahan (Pertanahan) V V

8 Tenaga Kerja V V

9 Sosial Ekonomi Budaya V V V VKeterangan: Tanda (V) pada setiap sel matrik menandakan bahwa Area Riset

(litbang) diperlukan untuk untit kerja operasional departemen PU

2.4.2 Menemukenali Area (Ruang Lingkup) Riset (Litbang) Pengembangan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum

Undang undang sektor beserta peraturan pelaksanaannya, baik peraturan pemerintah maupun peraturan menteri, digunakan sebagai rujukan untuk menemukenali area (ruang Lingkup) litbang, terkait dengan pengembangan infrastruktur bidang pekerjaan umum (Tabel-5). Sebagaimana tertera pada Tabel-5 tersebut, aspek-aspek pengembangan infrstruktur bidang pekerjaan umum, berbeda dari sub bidang yang satu dengan sub bidang lainnya. Sub bidang SDA. Pengembangan infrstruktur SDA berhubungan dengan pendayagunaan air, konservasi sumber air dan pengendalian daya rusak air. Pengembangan infrastruktur kebinamargaan, berhubungan dengan perwujudan sistem jaringan jalan, pengusahaan jalan, tertib penyelenggaraan jalan, pembinaan peran penyelenggara jalan dan masyarakat. Pengembangan inftrstruktur bidang permukiman (perkotaan dan perdesaan, air minum, sanitasi, persampahan, drainase) berhubungan dengan kawasan, perlindungan air baku, minimasi bangkitan sampah, tarif, dan retribusi, dll. Pengembangan bangunan gedung berhubungan dengan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, pembongkaran. Penyelenggaraannya harus memenuhi persyaratan persyaratan misalnya persyaratan tata bangunan, AMDAL, arsitektur, peruntukan & intensitas bangunan, keselamatan, kesehatan, kemudahan. Pengembangan jasa konstruksi berhubungan dengan Usaha Konstruksi, Pengikatan Pekerjaan Konstruksi, Penyelenggaraan Konstruksi, Kegagalan Bangunan, Peran Masy Konstruksi, Pembinaan Jasa Konstruksi Atas dasar hal tersebut, maka ruang lingkup penelitian yang dibutuhkan untuk menunjang pengembangan infrastruktur bidang pekerjaan umum, tidak hanya teknologi yang berorientasi pada aspek bahan bangunan dan prototype atau model fisik saja, melainkan penelitian penelitian manajemen, kebijakan, kelembagaan , sosial ekonomi dan budaya, dan penelitian dan pengembangan (litbang) non fisik lainnya.

21

Tabel-5 Kajian Area Riset (Litbang) Pengembangan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum

NoSub Bidang (Ref Peraturan Perundangan)

Aspek Pengembangan Infrastruktur

Area (ruang lingkup) Litbang

(1) (2) (3) (4)

1Sumberdaya Air (UU-7/2004 & PP-42/2008)

1. Konservasi sumber air2. Pendayagunaan sumber air, 3. Pengendalian daya rusak air4. Pengembangan Sistem Informasi Keairan5. Pembinaan Peran Masyarakat,

Teknologi, Manajemen, kenijakan, Pembiayaan, Kelembagaan, Konsumen (pengguna), Sosial, ekonomi, budaya

2

Bina Marga(UU-38/2004; UU-14/1992; PP-34/2006)

1. Tertib Penyelenggaraan Jalan2. Pelayanan jalan3. Peran penyelenggara & Masy4. Perwujudan/pengembangan Jaringan

jalan (Umum, Tol dan khusus)5. Pengusahaan Jalan Tol

Bahan bangunan, Manajemen, kebijakan, Pembiayaan, Kelembagaan, Konsumen (pengguna), Sosial, ekonomi, budaya

3

Perkotaan & Perdesaan (UU-24/2007 & UU-4/1992)

1. Kawasan Perdesaan2. Kawasan Perkotaan3. Kawasan Metropolitan4. Kawasan Megapolitan

Teknologi , Manajemen, Kebijakan, Pembiayaan, Kelembagaan, Sosial, ekonomi, budaya

4

Air Minum & Air Limbah & Drainase(UU-7/2004 & PP-16/2005)

1. Sistem Penyediaan Air Minum2. Perlindumgam Air Baku (air limbah,

sampah)3. Pengembangan SPAM4. Badan Pendukung SPAM5. Tarif dan Retribusi

Bahan bangunan, Teknologi, Manajemen, Kebijakan, Pembiayaan, Kelembagaan, Konsumen (pengguna), Sosial, ekonomi, budaya

5Persampahan (UU-18/2008, UU-07/2004)

1. Pengurangan Sampah2. Penanganan Sampah (Sampah Rumah

Tangga, sejenis Sampah Rumah Tangga & Sampah spesifik)

Teknologi, Manajemen, Kebijakan, Kelembagaan, Konsumen (pengguna), Sosial, ekonomi, budaya

6Permukiman(UU-4/1992, UU-24/2007)

1. Kasiba dan Lisiba2. Permukiman Kumuh (perbaikan/

pemugaran, peremajaan, pengelolaan & pemeliharaan)

3. Pengembangan Kawasan

Teknologi, Pembiayaan, Pertanahan, Konsumen, Sosial, ekonomi, budaya

7 Bangunan Gedung(UU-28/2002)

1. Pembangunan2. Pemanfaatan3. Pelestarian4. Pembongkaran

Teknologi, Manajemen, Kebijakan, Pembiayaan, Konsumen (pengguna), Sosial, ekonomi, budaya

8 Jasa Konstruksi(UU-18/1999)

1. Usaha Konstruksi2. Pengikatan Pekerjaan Konstruksi3. Penyelenggaraan Konstruksi4. Kegagalan Bangunan5. Peran Masy Konstruksi6. Pembinaan Jasa Konstruksi

Manajemen, Kebijakan, Konsumen (pengguna jasa konstruksi), Ketenagakerjaan

Catatan:Sasaran kinerja pencapaiannya oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/kota & Masyarakat serta pihak pihak yang berkepentingan lainnya, mengikuti Pedoman Penentuan “Standar Pelayanan Minimal (SPM)” Penataan Ruang, Permukiman dan Pekerjaan Umum (KepMen Kimpraswil 534/KPTS/M/2001 tanggal 18 Desember 2001

22

2.4.3 Menemukenali Area Riset (Litbang) Pengembangan Infrastruktur Bidang Penataan Ruang

Bidang Penataan ruang, pada dasarnya adalah bidang lintas sektor karena berhubungan dengan semua kepentingan sektor seperti sektor kehutanan, sektor pertanian dan perkebunan, sektor penyiapan lahan transmigrasi, sektor pengendalian bencana, sektor infrastruktur dan transportasi, sektor pertambangan dan energi serta sektor lainnya yang memerlukan ruang (darat, laut, udara). Namun, untuk Departemen Pekerjaan Umum, difokuskan pada pengembangan Infrstruktur (Tabel-6)

Tabel-6 Kajian Area Riset (Litbang) Pengembangan Infrastruktur Bidang Penataan Ruang

NoSub Bidang (Ref Peraturan Perundangan)

Aspek Pengembangan Infrastruktur

Area (ruang lingkup) Litbang

(1) (2) (3) (4)

1Penataan RuangUU-24/2007 & PP-26/2008)

1. Perencanaan Ruang (Struktur dan Pola Ruang yang meliputi penyusunan & penetapan RTRW))Catatan: a. Struktur Ruang yaitu susunan pusat

pusat permukiman & sistem jaringan infrastruktur

b. Pola Ruang yaitu distribusi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya

2. Pemanfaatan Ruang (penyusunan dan pelaksanaan program serta pembiayaan untuk mewujudkan RTRW), terutama yang terkait dengan pengembangan pusat pusat permukiman dan sistem jaringan infrastruktur.

3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mewujudkan tertib tata ruang (pengaturan zonasi, perijinan, insentif, disinsentif, pemberian sangsi, terutama yang terkait dengan pengembangan pusat pusat permukiman dan sistem jaringan infrastruktur)

Kebijakan dan Manajemen serta kelembagaan dengan mempertimbangkan:

a. Kondisi fisik yang rentan terhadap bencana;

b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai satu kesatuan; dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Merujuk pada Tabel-6 tersebut, Infrastruktur (jalan,SDA, KIM) adalah Pembentuk Struktur Ruang. Hal itu berarti bahwa perwujudan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dipengaruhi oleh keberadaan infrastruktur tersebut. Infrastruktur, juga mempengaruhi pengembangan pusat pusat permukiman perkotaan dan perdesaan beserta aktifitas manusia didalamnya.Atas dasar hal tersebut, maka RTRW menjadi pedoman untuk (i) penyusunan RPJP, RPJM (ii) pengendalian pemanfaatan ruang (iii) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah serta antar sektor; (iv) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (v) penataan ruang kawasan strategis

23

2.5 Kajian Kapabilitas Organisasi Eksisting2.5.1 Unsur Unsur Organisasi

Unsur unsur organisasi yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian kapabilitas organisasi Balitbang PU meliputi (i) orang, (ii) kerjasama, (iii) tujuan bersama, (iv) peralatan, (v) lingkungan dan (vi) kekayaan alam. Orang (SDM) dalam kehidupan organisasi atau ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi. Kerjasama merupakan suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan. Peralatan atau equipment yang terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor). Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi. Termasuk dalam unsur lingkungan, antara lain: a. Kondisi atau situasi yang secara langsung maupun secara tidak

langsung berpengaruh terhadap daya gerak kehidupan organisasi, karena kondisi atau situasi akan selalu mengalami perubahan.

b. Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah komunikasi dan transportasi yang harus dilakukan oleh organisasi.

c. Wilayah operasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi yang dibedakan menjadi: c-1. Wilayah kegiatan, yang menyangkut jenis kegiatan atau

macam kegiatan apa saja yang boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi

c-2. Wilayah jangkauan, atau wilayah geografis atau wilayah teritorial, menyangkut wilayah atau daerah operasi organisasi.

c-3. Wilayah personil, menyangkut semua pihak (orang-orang, badan-badan) yang mempunyai hubungan dan kepentingan dengan organisasi.

c-4. Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua urusan, persoalan, kewajiban, tugas, tanggung jawab dan kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam batas-batas tertentu yang tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main

24

yang telah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kekayaan Alam, termasuk keadaan iklim, udara, air, cuaca (geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora dan fauna.

2.5.2 SDM Balitbang PU

Ditinjau dari jumlah SDM, Balitbang PU menempati urutan ke tiga terbesar dari 9 (sembilan) unit kerja eselon-1 setelah Ditjen Sumberdaya Air dan Ditjen Bina Marga.

Distribusi SDM Dep PU

1333

178

428

1339

512

5479

4989

1259

15517

0 5000 10000 15000 20000

Sek-Jen

It-Jen

BPK-SDM

Balitbang

Ditjen-Taru

Ditjen SDA

Ditjen Bina Marga

Ditjen CiptaKarya

Total Dep PU

Satm

inka

l Es-

1

Jumlah SDM

Gambar-5 Distribusi SDM dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum Dari sejumlah 1339 orang pegawai Balitbang PU, 680 orang diantaranya adalah tenaga inti. Oleh karena itu, setiap tenaga inti Balitbang PU dapat melayani 22.82 orang pegawai PU. Balitbang PU juga memiliki tenaga doktor sebanyak 23 orang dari total 49 tenaga doktor atau 46.94% dari jumlah tenaga Doktor yang dimiliki Departemen Pekerjaan Umum.Banyaknya tenaga inti dalam suatu unit kerja dapat memberi indikasi tentang tingkat kompetensi organisasi dalam melayani pelanggannya. Rasio

Sumber: Sekjen Dep PU 2008

25

antara tenaga inti dengan tenaga penunjang dan tenaga teknisi, selain mencerminkan sifat sifat pekerjaan yang harus ditangani, juga mencerminkan kemampuan SDM untuk bekerja lebih mandiri. Selain itu, disparitas tenaga inti, juga dapat mengindikasikan adanya kesenjangan dalam menuju organisasi yang lebih prosefional (Gambar-6 ).

Kesenjangan Tenaga Inti Di Dep PU

15.05

30.37

6.46

15.42

9.56

-3.99

-7.92

6.02

-15.00 -5.00 5.00 15.00 25.00 35.00

Sek-Jen

It-Jen

BPK-SDM

Balitbang

Ditjen-Taru

Ditjen SDA

Ditjen Bina Marga

Ditjen CiptaKarya

Satm

inka

l Es-

1

% Kesenjangan

Gambar-6 Kesenjangan Tenaga Inti dilingkungan Unit Eselon-1 Departemen Pekerjaan Umum

Kesenjangan tenaga inti, diukur terhadap rasio rata rata di Departemen PU yaitu 35,36 % (tenaga inti) dan 64,64% (tenaga penunjang). Pada Gambar-6, rasio tenaga inti Ditjen SDA dan Ditjen Bina Marga berada dibawah rata rata departemen, sedangkan unit kerja lainnya diatas rata rata departemen.Hal itu mengindikasikan bahwa Ditjen SDA dan Ditjen Bina Marga masih menangani kegiatan pembangunan yang bersifat fisik, sedangkan unit kerja lainnya lebih bersifat non fisik. Kegiatan Inspektorat Jenderal praktis tidak berhubungan dengan kegiatan fisik. Kesenjangan, juga mencerminkan kemandirian dan kesiapan reformasi birokrasi. Atas dasar hal tersebut, maka urutan kemandirian dan kesiapan reformasi birokrasi, berturut turut

Sumber: Sekjen Dep PU 2008

26

BALITBANG

SET BALITBANG

Perenc & Kerjasama

KEU & Umum

Kepeg & Ortala Standar

PUS SDA

StandisProker PKSK

TU

PUS JATAN PUS KIM PUS SEB

KJF

KJF

NPMdisProker Lit PK

TUKJFCatatan: Untuk Balai, ada PerMen tersendiri tentang struktur Organisasi Balai, sehingga produsen teknologi, terkesan hanya KJF Peneliti & Perekayasa saja .

adalah Inspektorat jenderal, Balitbang, Sekkjen, Ditjen Tata Ruang, BPK-SDM dan Ditjen Cipta Karya.

2.5.3 Bentuk Organisasi Balitbang PU

Ditinjau dari bentuknya, Organisasi Balitbang PU pada Gambar-7 dapat dikategorikan sebagai organisasi tunggal dan berbentuk organisasi “jalur” dan “fungsional” karena adanya hal hal berikut ini:a) Pucuk pimpinan ada ditangan seorang pejabat dari eselon-1 sampai

dengan eselon-4.b) Wewenang pucuk pimpinan dilimpahkan kepada pusat pusat litbang

yang membidangi aspek aspek (i) Sumberdaya Air, (ii) Jalan dan jembatan, (iii) Permukiman, dan (iv) Sosial Ekonomi dan Budaya.

c) Pimpinan pusat litbang berhak memerintah kepada semua pelaksana yang ada yaitu balai dan bidang serta bagian sepanjang menyangkut bidang kerjanya

d) Tiap tiap satuan pelaksana kebawah memiliki wewenang dalam semua bidang kerja

Gambar-7 Bentuk Struktur Organisasi Balitbang PU Eksisting (PerMen PU Nomor 01/PRT/M/2008)

Kelebihan bentuk organisasi demikian terletak pada sistem hirarkhi komando ke sistem unit-unit organisasi dibawahnya dengan tanggung jawab secara langsung pada atasan yang berada satu tingkat diatasnya. Bentuk organisasi demikian memiliki kecenderungan sistem organisasi yang baku, tetapi bersifat kaku dan birokratis, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan program litbang yang berfifat integratif dan lintas pusat.

27

Selain itu, terpisahnya peraturan menteri tentang organisasi tata laksana balai dengan pusat pusat litbang dilingkungan Balitbang PU, juga terkesan memisahkan unsur unsur organisasi dari sistem kelitbangannya. Ditinjau dari aspek perangkat Organisasi, masih terdapat disparitas pada aspek laboratorium (ketersediaan maupun keandalan) dan rasio rasio pejabat struktural, pejabat fungsional dan tenaga inti teknik maupun non teknik (Tabel-7).

Tabel-7 Perangkat Organisasi Balitbang PU

No Uraian Satuan Pus SDA

Pus Jatan

Pus Kim

Pus SEB Setba Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1 Balai di dalam Kampus Unit 3 4 5 2 - 142 Balai diluar Kampus Unit 5 - 2 2 - 93 Loka Unit 1 - 2 - - 3

4 Laboratorium (% Terakreditasi)

Unit 14 4 8 - - 26(%) 1,34 19,1 18,4 - - 0

5 KBK Unit 6 5 6 1 - 186 Pejabat Struktural (Es-III) Orang 12 8 11 7 4 427 Pejabat Struktural (Es-IV) Orang 27 16 26 17 12 988 Pejabat Fungsional Orang 106 100 80 4 9 2999 Total SDM Orang 410 348 251 102 82 1132

10 SDM Inti TeknikOrang 114 109 97 24 17 315

% 36,19 34,6 30,79 7,62 5,4 100

11 SDM Inti Non TeknikOrang 34 36 28 38 26 162

% 20,99 22,22 17,28 23,46 16,05 100

12 Total SDM Inti (Teknik dan Non Teknik)

Orang 148 145 125 62 43 477% 31,03 30,4 26,21 13 9,01 100

13 SDM PenunjangOrang 262 203 126 40 39 655

% 40 30,99 19,24 6,11 5,95 100

14 Rasio Pejabat Struktural

% Tot SDM 9,51 6,61 14,74 23,53 19,51 12,28

15 Rasio Pejabat Fungsional

% Total SDM 25,85 28,74 31,87 3,92 10,98 26,41

16 Rasio Tenaga Inti % Total SDM 36,1 41,67 49,8 60,78 52,44 42,14

Sumber: Bagian Kepegawaian & Ortala Setbalitbang (diolah)

Tampat pada tabel tersebut bahwa Pusat Litbang SDA memiliki jumlah laboratorium terbanyak, namun persentase akreditasinya paling kecil. Pusat litbang SDA dan Pusat litbang Jatan memiliki rasio pejabat struktural terkecil bila dibandingkan dengan unit kerja eselon-2 lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pejabat struktural di kedua pusat tersebut beban tugas manajerialnya lebih besar dibandingkan unit kerja lainnya. Rasio pejabat fungsional di Pus SEB (sebramas) paling kecil, namun rasio tenaga intinya paling besar. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga inti tersebut belum menjadi pejabat peneliti atau perekayasa.

Ditinjau dari aspek fungsi atau tujuan organisasi, masih terdapat fungsi fungsi yang belum dapat dilaksanakan secara optimal yaitu (i) fungsi pengkajian sosial, dan (ii) fungsi pembinaan pengelolaan lingkungan, serta (iii) pengembangan peran masyarakat (Tabel-8)

28

Tabel-8 Matrik Pelaksanaan Fungsi Balitbang PU

NO FUNGSI FUNGSI BALITBANG (*) PUS-SDA PUSJATAN PUSKIM PUS-SEB (SEBRANMAS) SETBA

1Perumusan kebijakan, perancanaan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan litbang √ √ √ √

2 Layanan teknologi terapan √ √ √ √

3Layanan keahlian bidang sumber daya air, jalan dan jembatan dan permukiman. √ √ √ √

4 Pengembangan Standarisasi √ √ √ √ √

5 Pelaksanaan Pengkajian Sosial √

6 Pembinaan pengelolaan lingkungan √

7 Pembinaan kemitraan √ √ √ √

8 Pengembangan Peran Masyarakat √

9 Layanan Informasi Public √ √ √ √Sumber: Hasil analisis Tim (Puri Avia)Catatan:

Fungsi yang belum dilaksanakan

Koordinator pelaksanaan Tugas dan Fungsi

(*) Berdasarkan pasal 812 PerMen PU Nomor 01/PRT/M/2008

Merujuk pada pasal 832 PerMen PU/2008, tugas dan fungsi koordinasi bina pengelolaan lingkungan hidup berada pada bagian standardisasi sekretariat Balitbang PU. Koordinsi tersebut mengandung pengertian koordinasi kedalam dan keluar Balitbang PU.

Saat ini, pelaksanaan fungsi pembinaan pengelolaan lingkungan masih terbatas pada fasilitasi pengaturan pengiriman tenaga penilai AMDAL bidang PU, apabila menerima undangan dari Komisi AMDAL kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Merujuk pada pasal 890 PerMen PU/2008, tugas dan fungsi koordinasi pelaksanaan litbang sosial ekonomi berada pada Pusat Litbang Sosial ekonomi, budaya dan Peran Masyarakat (Sebranmas). Tugas pengembangan peran masyarakat, tidak disebutkan pada pasal 890 tersebut, tetapi disebutkan pada pasal 901 sebagai tugas Bidang Penelitian dan Pengembangan keahlian Pusat litbang Sebranmas (pasal 901). Pada pasal berikutnya (pasal 902), fungsi pembinaan peran masyarakat tidak disebutkan. Hal ini tentunya menimbulkan kerancuan bagi para pelaksana tugas dan fungsi pembinaan peran masyarakat.

Ditinjau dari aspek kerjasama pelaksanaan tugas fungsi, masih terdapat fungsi fungsi yang pelaksanaannya berpotensi tumpang tindih (Tabel-9).

Tabel-9 Matrik Kerjasama Pelaksanaan Tugas Fungsi Balitbang PU

No Unit Kerja ES-III & ES-IV di Unit Kerja ES-III & ES-IV di PUSAT-PUSAT & BALAI (*)

29

SEKRETARIAT BADAN (*)Tata Usaha PROOKER STANDIS PKSK

BalaiKEU RT Prog Ker Sand Dis PK SK

A. Bagian Perenc & Kerjasama 1 Sub Bag Perencanaan √ √ 2 Sub Bag Kerjasama & Infotek √ √ 3 Sub Bag Evaluasi & Pelaporan √

B. Bagian Keuangan & Umum1 Sub Bag Perbendaharaan &

Anggaran √ √

2 Sub Bag Verifikasi & Akuntansi √ √

3 Sub Bag Tata Usaha & Rumah Tangga √ √ √ √

C Bagian Kepeg & Ortala1 Sub Bag TU Kepegawaian √

2 Sub Bag TU Kepegawaian Fungsional √

3 Sub Bag Pengembangan SDM dan Ortala √

D Bagian Standarisasi1 Sub Bag Penyusunan Standar √2 Sub Bag Pemasy Standar √ √ √

3 Sub Bag Monev Penerapan Standar √ √

Sumber: Hasil analisis Tim (Puri Avia)Catatan:

Fungsi Koordinasi dan Kerjasama antara Bagian bagian di Setbalitbang dengan Bagian dan/atau Bidang bidang di Pusat pusat Litbang

Pelaksanaan Fungsi yang berpotensi Tumpang Tindihi

(*) Unit kerja berdasarkan PerMenPU nomor 001/2008

Merujuk pada matrik tersebut, bagian umum & keuangan Setbalitbang bekerja sama dengan bagian Tata Usaha di pusat pusat litbang. Bagian Perencanaan dan Kerjasama setbalitbang dengan bidang program dan kerjasama pusat pusat litbang. Bagian Standardisasi Setbalitbang dengan bidang Standardisasi dan Diseminasi pusat pusat litbang. Bagian Kepegawaian dan Ortala Sewtbalitbang dengan Bidang Pengembangan Keahlian dan Sarana Kelitbangan (PKSK).Namun, terdapat fungsi fungsi yang lintas bidang sehingga berpotensi menimbulkan kerancuan dan bahkan gangguan gangguan dalam pelaksanaannya. Fungsi fungsi tersebut adalah sebagai berikut:a. Fungsi “Fasilitasi HAKI” adalah fungsi Bagian Umum dan Keuangan

Sebalitbang (pasal-824 ayat-3), sedangkan di Pusat pusat menjadi fungsi PKSK.

b. Fungsi “Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Kantor serta pengelolaan barang milik negara” adalah fungsi Bagian Umum dan keuangan setbalitbang (pasal-824 ayat-3).

c. Fungsi “Pengembangan Sarana Litbang dan Laboratorium Pengujian serta pengurusan Sertifikasi dan Akreditasi” adalah fungsi PKSK di pusat pusat.

30

d. Fungsi “koordinasi penyiapan akreditasi dan sertifikasi dalam rangka pembinaan laboratorium pengujian” adalah fungsi Bagian Standardisasi Setbalitbang (pasal 832, ayat-3).

e. Fungsi “Diseminasi dan fasilitasi penyebarluasan hasil litbang, Standar dan Standar”, adalah fungsi Bidang Standar dan Diseminasi Pusat pusat litbang (Pasal 847 (2), 566 (2), 885 (2), dan pasal 908 (2)).

Meskipun, telah diterbitkan surat edaran tentang pengaturan pelaksanaan fungsi fungsi yang berpotensi tumpang tindih, dalam praktek dilapangan masih terjadi ketidak selarasan pelaksanaan. Hal itu mengindikasikan bahwa sosialisasi tentang peraturan perundangan terkait dengan sistem ketatalaksanaan masih belum optimal.

2.5.4 Proses Integrasi Kegiatan dan Produktifitas Organisasi

Proses Integrasi Kegiatan Internal Balitbang PU: dilakukan dilakukan melalui mekanisme penyusunan rencana strategis (Renstra) dan rencana kerja (Renja) tahunan yang dikoordinasikan oleh Bagian perencanaan dan kerjasama sekretariat Balitbang.Ditingkat pusat, proses pengusulan kegiatan berasal dari (i) peneliti yang tergabung dalam kelompok kelompok bidang keahlian (KBK) yang disalurkan melalui balainya masing masing, (ii) bidang dan bagian dilingkungan pusat pusat. Bidang program dan kerjasama di masing masing pusat litbang, mengkoordinasikan proses pengusulan tersebut termasuk mengevaluasi kesesuaian usulan dengan kebijakan pusat.Ditingkat Balitbang, proses evaluasi, penajaman dan penyaringan terhadap usulan kegiatan, dikoordinasikan oleh bagian perencanaan dan kerjasama sekretariat Balitbang. Proses evaluasi tersebut ditujukan untuk menilai kesesuaian usulan kegiatan dengan kebijakan Balitbang dan Departemen Pekerjaan Umum.Bagian perencanaan dan kerjasama, juga melakukan koordinasi perencanaan kegiatan Litbang yang bersifat lintas sektor dan lintas pusat serta terintegrasi. Namun, dalam perjalanannya, masih terdapat kesulitan kesulitan karena keterbatasan SDM bagian perencanaan dan kerjasma tentang pengetahuan litbang itu sendiri.Oleh karena itu, pola dan mekanisme perencanaan kegiatan, belum sepenuhnya didasarkan pada hasil kajian kebutuhan litbang, melainkan berdasarkan alokasi dana perkapita. Tabel-10 berikut ini adalah distribusi kegiatan litbang berdasarkan alokasi dana dan jumlah produk yang dihasilkan.

Tabel-10 Distribusi Kegiatan Balitbang PU

No Kegiatan Satuan Pus SDA

Pus Jatan

Pus KIM

Pus Sosek

Set Balitbang Balitbang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

A Berbasis Produk1 Litbang 1) % Total 0 0 0 0.00 0 52 Advis Teknis % Total 21.87 5.86 8.89 58.95 0.37 0

3 Kapasitas Litbang2) % Total 18.34 18.38 54.50 18.05 72.43 0

B Berbasis Biaya1 Litbang1) % Total 87.15 89.97 90.70 32.28 11.85 0

31

2 Advis Teknis % Total 3.37 6.05 6.95 53.69 0 0

3 Kapasitas Litbang2) % Total 9.47 3.98 2.35 14.3 88.15 0

Catatan: 1) Termasuk NSPM 2) Termasuk Diseminasi, Sosialisasi dan Pelatihan Sumber: LAKIP (Diolah)

Berdasarkan jumlah tenaga inti dan atau tenaga fungsional peneliti/perekayasa di masing masing pusat, yang melakukan penelitian dan banyaknya produk yang dihasilkan, maka dapat diketahui produktifitas unit satuan organisasi per pakita pertahunnya (Gambar-8).

Kapasitas Produksi Litbang PU

2.2

2.0

3.0

2.8

0.7

1.4

0.6 0.

7

0.2

0.7

1.5

0.1

0.9

0.6 0.

7

1.5

0.5

1.0

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

Balitbang SDA Jatan Kim Sosek Setba

Unit Kerja Ese-II

Uni

t Pro

duk/

Kap

ita/T

ahun

Litbang

Advistek

KapLit

Gambar-8 Kapasitas Produksi LitbangTampak dari gambar tersebut bahwa produktifitas rata rata SDM perkapita dan pertahunnya adalah 2,2 unit produk litbang, 0,6 unit produk addvistek dan 0,9 unit produk diseminasi, sosialisasi dan pelatihan tentang penerapan NSPM (k). Namun, angka produktivitas tersebut, mungkin bukan angka yang sebenarnya mengingat, tidak semua usulan kegiatan dapat difasilitasi anggarannya.Proses Integrasi Kegiatan Internal dan Eksternal Balitbang PU, dilakukan terhadap pengembangan standardisasi (Tabel-11 )

Tabel-11 Matrik Koordinasi Pengembangan Standardisasi

NO DITJENBADAN LITBANG

Pus SDA

Pus Jatan

Pus Kim

Pus SEB SetBa

A DITJEN SDA 1 DIREKTORAT BINA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR √

Subdit Hidrologi dan kualitas air √ Subdit Kelembagan Sumber Daya Air √ Subdit Pengelolaan SDA √

32

Subdit Kemitraan dan Peran Masyarakat √ 2 DIREKTORAT BINA PROGRAM √ √

Subdit Kebijakan dan strategi √ 3 DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK √ √

Subdit Perencanaan Teknis √ 4 DIREKTORAT IRIGASI √

Subdit Perencanaan Teknis √ 5 DIREKTORAT RAWA DAN PANTAI √

Sub Direktorat Perencanaan Teknis √ B DITJEN BINAMARGA 1 DIREKTORAT BINA TEKNIK √

Subdit Penyiapan standar dan Pedoman √ √C DITJEN CIPTA KARYA √1 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PEMUKIMAN √ √

Subdit Perncnaan Teknis √ 2 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN √ √

Subdit Perencanaan teknis √ 3 DIREKTORAT PENGEMBANGAN AIR MINUM √ √ √ √

Subdit Perencanaan TEknis √ 4 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PLP √ √

Subdit Perencanaan TEknis √ DITJEN PENATAAN RUANG

A DIREKTORAT PENATAAN RUANG NASIONAL √ √Subdit Penataan Ruang √

Catatan

Badan Litbang mempunyai fungsi Pengembangan Standardisasi, sedangkan Ditjen-ditjen mempunyai fungsi penyusunan/perumusan NSPM di bidangnya masing-masing. Tabel diatas menunjukkan keterkaitan fungsi dalam standardisasi. Mengingat semua ditjen mempunyai fungsi dalam standardisasi, perlu ada yang mengatur (1 pintu) untuk menghindari duplikasi.

2.5.5 Perkembangan Informasi Teknologi

Bagian kepegawaian dan Ortala Balitbang, telah menggunakan software yang dibangun oleh Biro Kepegawaian dan Ortala Sekretariat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum. Software tersebut diberi nama SIM-K (Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian). SIM-K tersebut memiliki 16 (enam belas) menu dan masing masing menu akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka manajemen kepegawaian. Terkait dengan efektifitas SIM-K tersebut untuk keperluan pengambilan keputusan, beberapa fakta dilapangan berikut ini dapat digunakan sebagai indikatornya:1. Setiap kali diperlukan rencana kerja (renja) tahunan, SIM-K masih

belum mampu menyediakan informasi tentang kebutuhan kegiatan yang terkait dengan pengembangan organisasi dan tata kerja.

33

2. Usulan kegiatan pelatihan SDM, usulan rekruitmen SDM baru per unit kerja dilingkungan Balitbang, masih selalu dilempar ke pusat pusat litbang.

3. Rotasi pegawai sebagaimana diamantkan oleh Perapturan perundangan yang berlaku, belum terlaksana secara tersistem. Rotasi tersebut, pada dasarnya diperlukan untuk meningkatkan kompetensi pegawai.

4. Rotasi, sudah terjadi tetapi hanya terjadi pada beberapa personil tertentu saja dan itupun terbatas pada pejabat struktural. Seharusnya, rotasi pegawai dilakukan pula terhadap staff.

5. Pengusulan pengantian pejabat struktural, belum didasarkan pada penilaian kinerja sebagaimana diamantkan dalam peraturan pemerintah. Sampai saat ini, penilaian hanya didasarkan pada pengetahuan subjektif dan belum menggunakan informasi hasil analisis data yang terekan dalam SIM-K.

6. Pemutakhiran data, untuk SIM-K belum berjalan secara tersistem dan berkesinambungan. Artinya, secara berkala PKSK mengirim data terbaru tentang perubahan perubahan yang terjadi pada sertiap pegawai.

Hal hal tersebut mengindikasikan bahwa SIM-K belum menjadi suatem pendukung keputusan yang terkait dengan pengembangan SDM. Oleh karena itu, perkembangan informasi teknologi bidang SDM belum bertumbuh seperti yang dilakukan di bidang lain misalnya yang digunakan menyusun RKAKL dan pengendalian pelaksanaan kegiatan (E-Mon).Atas dasar hal tersebut, untuk pengembangan organisasi Balitbang PU kedepan, diperlukan kegiatan peningkatan keandalan SIM-K melalui “Elektronikasi Dokumentasi” SDM. Adapun luaran (output) kegiatan tersebut adalah perangkat lunak, perangkat keras, meningkatnya kompetensi SDM dalam mengoperasikan perangkat perangkat lunak “Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)” bidang SDM.

2.5.6 Profil Pelayanan Litbang PU Eksisting

Telaah terhadap pelayanan Litbang PU eksisting oleh masing masing pusat, dilakukan secara Kualitatif maupun kuantitatif. Telaah kualitatif didasarkan atas hasil diskusi dengan pejabat yang mewakili pusat litbang, sedangkan telaah kuantitatif didasarkan data sekunder yang diperoleh dari bagian perencanaan dan kerjasama sekretariat Balitbang PU.Sebagaimana telah dibahas pada bab-I, pembagian kelompok pelanggan Balitbang PU meliputi (i) pelanggan unit operasional dilingkungan Departemen PU, (ii) pelanggan masyarakat pengguna dan (iii) pelanggan masyarakat profesional.Kelompok unit operasional di lingkungan Departemen PU disebut pula sebagai “Pelanggan eksternal Balitbang PU”. Oleh karena itu, masyarakat pengguna dan masyarakat profesional disebut sebagai Pelanggan eksternal Departemen PU. Karena pusat pusat litbang dan setbalitbang juga memberi pelayanan satu dengan lainnya, maka ada

34

BSN, KLH, FKK, Dep Keu, BKN, LIPI, MenPAN, Pemda (Lab)

SetDitjen, Set Badan, Set Itjen PU

Semua PusatSetbalitbang

PemdaTata Ruang, Bina Marga, BPJT, Setjen

Semua PusatSebramas

Itwilda/Bawasda, Pemda, Universitas, Industri

Cipta Karya, Tata Ruang, Itjen, BPK-SDM, Pusditek

Setbalitbang, Pus SDA

Puskim

Depdagri, Kepolisian, Perhubungan, Pemda

Bina Marga, Tata Ruang, BPJT, Balai Besar

Setbalitbang, Puskim

Pusjatan

Deptan,KLH, Kelautan, PLN, Pemda, BMKG

Ditjen SDA, Balai Besar SDA, Ditjen CK

Setbalitbang, Puskim, PusJatan Pus SDA

Eksternal DPUInternal DPUInternal

BalitbangPelanggan

Unit Kerja

kelompok pelanggan lainnya yang disebut “Pelanggan internal Balitbang PU” (Tabel-12).

Tabel-12 Matrik Pelanggan Balitbang PU

Sumber: Hasil Diskusi dengan Pusat Pusat Litbang (14-29 April 2009)Tampak pada tabel tersebut bahwa masing masing pusat litbang telah mengidentifikasi para pelanggannya, baik dilingkungan internal Departemen PU, maupun dilingkungan eksternal Departemen PU. Selain itu, semua unit kerja eselon-2 dilingkungan Balitbang PU, juga telah mengenali para pelanggan internal dilingkungan Balitbang PU.Pertanyaannya adalah seberapa besar porsi pelayanan kepada masing masing pelanggan tersebut? Apakah sudah sesuai dengan kebijakan yang ada? Apakah mekanismenya sudah benar?Dari diskusi yang dilakukan dengan pusat pusat litbang dan sumber sumber direktorat jenderal, maka secara kualitatif pelayanan Balitbang kepada pelanggannya adalah sebagaimana disajikan pada Gambar-9 berikut ini.

35

Setbalitbang

Sebramas

Puskim

Pusjatan

Pus SDA

Eksternal DPUInternal DPUInternal

BalitbangPelanggan

Unit Kerja

Sumber: Hasil Dskusi dan Wawancana (Februari-April 2009)Gambar-9 Profil Pelayanan Eksisting Balitbang PU

Pelayanan oleh pusat pusat litbang, pada dasarnya tercermin dari pelayanan Balai balai yang terdapat di pusat pusat, baik balai yang berada di dalam kampus maupun balai diluar kampus.BalitbangBerikut ini adalah profil pelayanan oleh masing masing balai dilingkungan pusat litbang kepada para pelanggannya.

Profil Pelayanan Pusat Litbang SDA

Puslitbang SDA, memiliki 8 (delapan) balai yaitu (i) Balai Irigasi, (ii) Balai Sungai., (iii) Balai Sabo, (iv) Balai Rawa, (v) Balai Pantai, (vi) Balai Hidrologi dan Tata Air, (vii) Balai Bangunan Hidraulik Geoteknik Keairan (BHGK), dan (viii) Balai Lingkungan Keairan.

Litbang balai irigasi, sungai, rawa dan BGHK, berhubungan dengan pendayagunaan sumber sumber air. Litbang balai Sabo dan Pantai serta BGHK, berhubungan dengan pengendalian daya rusak air. Litbang balai sungai dan pantai, dalam hal hal tertentu, terkait pula dengan aspek konservasi sumber air. Litbang balai lingkungan keairan, memerlukan klarifikasi lebih lanjut, apakah berhubungan dengan aspek pendayagunaan sumber air, kon servasi air atau pengendalian daya rusak air atau hanya berhubungan dengan sistem informasi keairan. Berikut ini adalah gambaran kualitatif tentang pelayanan Balai balai di Puslitbang SDA kepada para pelanggannya.

36

Gambar-10 Profil Pelayanan Puslitbang SDA

Secara kuantitatif, gambaran pelayanan Pusat litbang SDA pada tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran 2008, disajikan pada Gambar-11, Gambar-12 dan Gambar-13 berikut ini.

Gambar-11 Profil Pelayanan Pusat Litbang SDA berdasarkan kategori pelanggan Internal Balitbang, Eksternal dan Internal Departemen PU

Sumber: Hasil Dskusi dan Wawancana (Februari-April 2009)

3.c Layanan Balai di Balitbang?(Puslitbang Sumberdaya Air)

----LK--BHGK

--Hidrol &TA---Pantai

--Rawa-Sabo

Sungai

---Irigasi

BinaRanmas

PengembSistem Info

Pdal DayaRusak Air

KonservAir

P.DayaGuna Air

Aspek(*)Balai

Utama Penunjang (*) Kebutuhan menurut UUCatatan:

Pelanggan Puslitbang SDA

37

Gambar-11 tersebut mempertegas bahwa pelayanan Puslitbang SDA kepada unit operasional Departemen PU masih lebih besar dari pelayanan eksternalnya.

Gambar-12 Profil Pusat Litbang SDA berdasarkan kategori kegiatan Litbang, Advis Teknis (CS) dan Diseminasi serta Pelatihan NSPK

Gambar-12 tersebut juga mempertegas bahwa kegiatan litbang (berdasarkan produk maupun biaya), juga masih lebih tinggi dari kategori kegiatan lainnya.

Jenis Layanan Puslitbang SDA

Aspek Layanan Puslitbang SDA

38

Gambar-13 Profil Pelayanan Pusat Litbang SDA berdasarkan aspek Penyelenggaraan Infrastruktur

Walaupun demikian, kegiatan advisteknis pada tahun anggaran 2006 dan tahun anggaran 2009, lebih tinggi dari kegiatan litbangnya.Ditinjau dari aspek kegiatan pengembangan SDA, kegiatan Pus SDA masih terfokus pada aspek pendayagunaan sumber air. Aspek konservasi masih relatif kecil bila dibandingkan dengan aspek lainnya.

Profil Pelayanan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Jatan)

Puslitbang Jatan, memiliki 4 (empat) balai yaitu (i) Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan, (ii) Balai Geoteknik Jalan, (iii) Balai Bahan dan Perkerasan Jalan, (iv) Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan

Gambar-14 Profil Kualitatif Pelayanan Pus JatanTampak pada gambar-14 bahwa litbang 3 (tiga) balai berorientasi pada pembangunan jalan dan satu balai lainnya berorientasi pada penyelenggaraan dan/atau pengusahaan jalan. Walaupun demikian, secara terbatas, semua balai juga telah memberikan pelayanan litbang pada aspek aspek yang berhubungan dengan pemeliharaan jalan.

Profil Pelayanan Pusat Litbang Permukiman (Pus Kim)

Puslitbang Permukiman, memiliki 7 (tujuh) balai dan 2 (dua) Loka. Balai balai yang berada di dalam kampus adalah (i) Balai Bahan Bangunan, Balai Struktur & Konstruksi, (iii) Balai Sains Bangunan, (iv) Balai Tata Ruang, Bangunan dan Kawasan, dan (v) Balai Lingkungan Perumahan dan Permukiman. Bali diluar kampus adalah Balai Teknologi Rumah Tradisionil yang berlokasi di Denpasar dan Makasar. Loka yang berada diluar kampus

Sumber: Hasil Dskusi dan Wawancana (Februari-April 2009)

3.d Layanan Balai di Balitbang? (Puslitbang Jalan & Jembatan)

Balai Teknik LaluLintas & LingkunganJalan

Balai Bahan & Perkerasan Jalan,

Balai GeoteknikJalan,

Balai Jembatan & BangunanPelengkap Jalan,

TertibPenyelenggaraan

Jalan

Pembangunan Jalan &

Jembatan

PreservasiJalan

Aspek(*)Balai

Utama Penunjang(*) Kebutuhan menurut UU

39

adalah loka Medan dan Loka Cilacap. Adapun gambaran pelayanan kualitatif dari balai balai tersebut, disajikan pada gambar- berikut.Tampak pada gambar tersebut bahwa pelayanan puslitbang permukiman lebih terkonsentrasi pada aspek bangunan publik dan prasarana, sarana serta utilitas. Pelayanan pada aspek perumahan dan penataan ruang, dnilai masih kurang. Hal tersebut terkait dengan jenis penelitian dan pengembangan (litbang) yang masih terfokus pada aspek fisik, sehingga litbang pada aspek non fisik (manajemen dan kebijakan) yang dibutihkan perumahan dan penataan ruang belum mendapat perhatian yang memadai.

Gambar-15 Profil Pelayanan Puslitbang PermukimanSecara kuantitatif, gambaran pelayanan Pusat litbang Permukiman pada tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran 2008, disajikan pada Gambar-16, Gambar-17 dan Gambar-18 berikut ini.Gambar-16, merupakan koreksi terhadap dugaan awal bahwa pelayanan Puslitbang Permukiman lebih banyak dialamatkan kepada pelanggan eksternal Departemen Pekerjaan Umum (Gambar-9). Hal tersebut memberi indikasi bahwa komunikasi dengan unit operasional departemen PU (Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Tata Ruang) harus lebih ditingkatkan lagi.Selain daripada itu, mekanisme pelayanan kepada pelanggan eksternal juga harus ditata ulang. Hal tersebut diperlukan untuk menghapus kesan bahwa pelayanan Puslitbang Permukiman kepada pemerintah daerah tidak melibatkan direktorat jenderal Cipta Karya. Pelayanan Puslitbang Permukiman melalui kegiatan litbang mulai tahun 2007 cenderung turun (Gambar-17) . Sebaliknya, kegiatan advisteknis cenderung naik, bahkan pada tahun anggaran 2006, seluruh kegiatan Puslitbang Permukiman, didominasi oleh kegiatan advisteknis.

Sumber: Hasil Dskusi dan Wawancana (Februari-April 2009)

3.e Layanan Balai di Balitbang?(Puslitbang Permukiman)

-

-

---

Prasarana, Sarana, Utilitas

-

-

-

---

PenataanRuang

-Loka (Medan & Cilacap)

-Balai TeknologiRumah Tradisionil

-Lingkungan Perkim

-Tata RuangBangunan Kawasan

-Sains Bangunan

-Struktur & Konstruksi

Bahan Bangunan

BangunanPublik

Perumahan (Pengadaan, Penyediaan Lahan,

Pembiayaan, Penataan Kws)

Aspek(*)

Balai/Loka

Utama Penunjang (*) Kebutuhan menurut UU

40

Gambar-16 Profil Pelayanan PusKim berdasarkan kategori pelanggan Internal Balitbang, Eksternal dan Internal Departemen PU

Gambar-17 Profil Pusat Litbang SDA berdasarkan kategori kegiatan Litbang, Advis Teknis (CS) dan Diseminasi serta Pelatihan NSPK

Pelayanan Puslitbang Permukiman melalui kegiatan diseminasi dan pelatihan, relatif kecil bila dibandingkan kegiatan lainnya. Hal tersebut perlu dilklarifikasi ulang, mengingat jumlah produk

Pelanggan Puslitbang Permukiman

Jenis Layanan Puslitbang Permukiman

41

pelatihan di Puslitbang Permukiman dilaporkan lebih dari 50% dari produk seluruhnya (Ref. Tabel-10).

Gambar-18 Profil Pelayanan Pusat Litbang SDA berdasarkan aspek

Penyelenggaraan Infrastruktur

Informasi tentang proporsi pelayanan Puslitbang Permukiman berdasarkan sub bidang Ke-Pu-an masih belum lengkap.

Profil Pelayanan Pusat Kajian Sosial Ekonomi

Pusat kajian sosial ekonomi, memiliki 3 (tiga) balai kajian sosial ekonomi dan pengembangan peran masyarakat yaitu yang membidangi (i) aspek SDA berlokasi di jakarta, (ii) aspek Perumahan dan Permukiman berlokasi di jokjakarta, dan (iii) aspek jalan berlokasi di surabaya.

- Permukiman ???- Bangunan Publik ???- Prasarana dan Sarana

Permukiman ???- Penataan RUang ???

Aspek Layanan Puslitbang Permukiman

42

Gambar-19 Profil Pelayanan Pusat Kajian Sosial eKONOMISecara kuantitatif, gambaran pelayanan Pusat litbang Permukiman pada tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran 2008, disajikan pada Gambar-20 dan Gambar-21 berikut ini.

Gambar-20 Profil Pelayanan Pusat Litbang SDA berdasarkan kategori pelanggan Internal Balitbang, Eksternal dan Internal Departemen PU

Pelayanan Pus SEB (Sebramas), pada awal pembentukannya, lebih besar ke internal Departemen PU(Gambar-20). Namun, sejak tahun 2006, pelayanan ke ekternal departemen PU lebih besar dari internal departemen dan internal balitbang PU. Mulai tahun anggaan 2009, pelayanan ke internal departemen dipebesar, meskipun belum siknifikan. Keadaan tersebut menimbulkan kesan bahwa puslitbang sebramas belum memberikan kontribusi yang memadai pada pelaksanaan tugas fungsi unit ioperasional dilingkungan Departemen PU maupun dilingkungan induknya yaitu Balitbang PU.

Sumber: Hasil Dskusi dan Wawancana (Februari-April 2009)

3.f Layanan Balai di Balitbang?(Puslitbang Sosial Ekonomi Budaya)

Tertib Penyelenggaraan JalanPenataan Ruang

Pembangunan JalanPreservasi JalanPrasarana, Sarana, UtilitasBangunan PublikPerumahanPengendalian Daya Rusak AirKonservasi SDAPendayagunaan SDA

SEB JalanSurabaya

SEB PerKimJogja

SEB SDA Jkt

BalaiAspek (*)

Utama Penunjang (*) Kebutuhan menurut UU

Pelanggan Puslitbang SEBRANMAS

43

Gambar-21 Profil Pusat Litbang SDA berdasarkan kategori kegiatan Litbang, Advis Teknis (CS) dan Diseminasi serta Pelatihan NSPK

Pada awal pembentukannya tahun 2005, pelayanan Pus Sebranmas, terfokus pada kegiatan litbang. Advisteknis mulai dilakukan pada tahun 2006, meningkat pada tahun 2007 dan menurun kembali pada tahun 2008 dan 2009.

2.6 Kaji Banding Organisasi Litbang Kaji banding organisasi litbang, dilakukan terhadap lembaga litbang dilingkungan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), Perguruan Tinggi (PT) dan Lembaga litbang di Departemen (LPD). Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2005 (PerPres 10/2005) tentang unit organisasi dan tugas eselon I kementerian negara republik indonesia digunakan acuan untuk melakukan kaji banding lembaga litbang Departemen, sedangkan Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2005 tentang perubahan kelima atas keputusan presiden nomor 103 tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan,susunan organisasi, dan tata kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Keputusan Rektor ITB nomor 007/SK/K01/OT/2003 tentang Restrukturisasi Pusat Pusat Penelitian digunakan acuan untuk melakukan kaji banding lembaga litbang Perguruan Tinggi (PT).

2.6.1 Lembaga Litbang dilingkungan LPND dan PT

Lembaga litbang yang berada dilingkungan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dan Perguruan Tinggi (PT) adalah sebagai berikut:a) Badan Standardisasi Nasional (BSN)b) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)c) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)d) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)e) Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)f) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

Jenis Layanan Puslitbang SEBRANMAS

44

Kepala Badan

InspektoratSekretaris Utama

Setingkat Eselon-2

Setingkat Eselon-1

Setingkat Menteri

Deputi Bidang

Pusat

Didalam melaksanakan tugasnya, ke enam lembaga litbang LPND tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (pasal 108 PerPres 11/2005). Kaji banding berikut ini dilakukan terhadap 3 (tiga) dari ke enam lembaga litbang LPND tersebut yaitu BSN, BPPT dan LIPI. Organisasi Litbang LPND tersebut termasuk kedalam organisasi tunggal dan berbentuk organisasi “jalur” dan “fungsional” (Gambar-22) dengan penjelasan sebagai berikut:a) Pimpinan tertinggi lembaga Litbang LPND setingkat Menteri. Pimpinan

dibawahnya setingkat eselon-1 dan disebut Deputi Bidang dan pimpinan setingkat eselon-2 disebut kepala pusat.

b) Hubungan antara pimpinan tertinggi dengan pimpinan dibawahnya mencerminkan jalur perintah dan pelaporan atas pelaksanaan tugas yang diperintahkan.

c) Nama bidang di kedeputian dan pusat pusat mencerminkan bidang penelitian dan pengembangan yang harus dilaksanakan

Organisasi litbang LPPM ITB adalah kombinasi “Jalur, Fungsional dan Matrik” (Gambar-23) dengan penjelasan sebagai berikut:a) Pimpinan tertinggi LPPM ITB adalah ketua LPPM yang membawahi

pusat pusat penelitianb) Hubungan antara pimpinan tertinggi dengan pimpinan dibawahnya

mencerminkan jalur perintah dan pelaporan pelaksanaan tugas.c) Nama pusat litbang mencerminkan bidang litbang, sedangkan pola

pelaksanaan kegiatan litbang secara matrik dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan integrasi litbang lintas pusat dan lintas fungsi.

Kaji banding terhadap 3 (tiga) lembaga Litbang LPND dan 1 (satu) litbang PT tersebut terkait dengan ruang lingkup litbang bidang pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yaitu (i) Standardisasi, (ii) Rancang Bangun dan Rekayasa, serta (iii) keilmuan (science).

Gambar-22 Model Struktur Organisasi Lembaga Litbang LPND

45

Dukungan Administrasi

Kepala LPPM

Sekretariat

PPP-1 PPP-2 PPP-3Tim Pelaksana Pemberdayaan Masyarakat

KPP

KPP

KPP

KPP

Program

PPP: Pusat LitbangKPP Kelompok Litbang

Gambar-23 Model Struktur Organisasi Lembaga Litbang Perguruan Tinggi

Badan Standardisasi Nasional (BSN)BSN bertugas “mengembangkan” dan “membina kegiatan standardisasi Nasional”. BSN digagi menjadi 3 (tiga) bidang kedeputian yaitu (i) Bidang Penelitian dan Kerjasama, (ii) Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, (iii) Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi dan membawahi pusat pusat berikut ini:a) Kedeputian Bidang Penelitian dan Kerjasama membawahi 3 (tiga)

pusat yaitu (i) Pusat Litbang Standardisasi, (ii) Pusat Perumusan Standar, dan (iii) Pusat Kerjasama Standardisasi

b) Kedeputian Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi membawahi 3 (tiga) pusat yaitu (i) Pusat Sistem Penerapan Standar, (ii) Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi, dan (iii) Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi

c) Kedeputian Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi membawahi 2 (dua) pusat yaitu (i) Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi, dan (ii) Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)BPPT bertugas melakukan pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BPPT dibagi menjadi 5 (lima) bidang kedeputian yaitu (i) Bidang Pengkajian kebijakan teknologi, (ii) Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, (iii) Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, (iv) Bidang Teknologi Informasi Energi dan Mineral dan (v) Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa. Setiap kedeputian dilingkungan BPPT membawahi 4 (empat) pusat sehingga di BPPT terdapat 20 (duapuluh) pusat yaitu:

46

a) Pusat pusat dikedeputian Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi adalah (i) Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, (ii) Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi, (iii) Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing dan (iv) Pusat Audit Teknologi

b) Pusat pusat di kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam adalah (i) Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam, (ii) Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Mineral, (iii) Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Wilayah dan Mitigasi, (iv) Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan

c) Pusat pusat di kedeputian Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi adalah (i) Pusat Teknologi Produksi Pertanian, (ii) Pusat Teknologi Agroindustri, (iii) Pusat Teknologi Bioindustri, (iv) Pusat Teknologi Farmasi dan Medika

d) Pusat pusat di kedeputian Bidang Teknologi Informasi Energi dan Mineral adalah (i) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, (ii) Pusat Teknologi konversi dan Konservasi energi, (iii) Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, (iv) Pusat Teknologi Mineral

e) Pusat pusat di kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa adalah (i) Pusat Teknologi Industri Proses, (ii) Pusat Teknologi Industri Infrastruktur, (iii) Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)LIPI bertugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan (litbang), membina perkembangan, memberikan jasa, memberikan saran kepada Pemerintah tentang kebijaksanaan nasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.LIPI dibagi menjadi 5 (lima) bidang kedeputian yaitu (i) Bidang Ilpu Pengetahuan Kebumian, (ii) Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, (iii) Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, (iv) Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, (v) Bidang Jasa Ilmiah.Jumlah pusat di LIPI tercatat sebanyak 21 (duapuluh satu) pusat, tetapi jumlahn ya disetiap bidang kedeputian tidak sama. Adapun nama pusat pusat di masing masing bidang kedeputian, adalah sebagai berikut:a) Pusat pusat di kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian adalah

(i) Pusat Penelitian Geoteknologi, (ii) Pusat Penelitian Oseonografi, (iii) Pusat PenelitianImnologi, (iv) Pusat Penelitian Metalurgi.

b) Pusat pusat di kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati adalah (i) Pusat Penelitian Biologi, (ii) Pusat Penelitian Bioteknologi, dan (iii) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.

c) Pusat pusat di kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik adalah (i) Pusat Penelitian Fisika, (ii) Pusat Penelitian Kimia, (iii) Pusat Penelitian Informatika, (iv) Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik, (v) Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi

d) Pusat pusat di kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan adalah (i) Pusat Penelitian Kemasyarakatan, (ii) Pusat

47

Penelitian Ekonomi, (iii) Pusat Penelitian Kependudukan, (iv) Pusat Penelitian Politik dan (vi) Pusat Penelitian Sumberdaya Regional

e) Pusat pusat di kedeputian bidang Jasa Ilmiah adalah (i) Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, (ii) Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian, (iii) Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah dan (iv) Pusat Inovasi.

Hal hal penting yang dapat dipelajari dari ketiga lembaga litbang LPND tersebut adalah sebagai berikut:a) Tugas pengembangan dan pembinaan standardisasi nasional

dilakukan oleh BSN b) Tugas penelitian dan pengembangan teknologi Industri dan

Rancang Bangun serta Rekayasa dilakukan oleh BPPTc) Tugas penelitian dan pengembangan (Litbang) dan pembinaan

jasa Ilmiah dilakukan oleh LIPI.d) Bentuk organisasi adalah tunggal dengan struktur yang

mengkombinasikan struktur lini dan fungsional.e) Masing masing kedeputian, mencerminkan bidang penelitian IPTEK

tertentu (struktur fungsional)f) Jumlah pusat pusat dikedeputian tidak harus sama, melainkan

disesuaikan kebutuhan.

2.6.2 Lembaga Litbang dilingkungan LPD

Berdasarkan Perpres 10/2005 unit organisasi dan tugas eselon I kementerian negara republik indonesia, terdapat 20 (duapuluh) Departemen. Sebanyak 15 (limabelas) dari jumlah tersebut memiliki Lembaga Litbang setingkat Eselon-1. Kaji banding berikut ini, dilakukan terhadap 7 (tujuan) lembaga litbang yang menangani infrastruktur dan/atau bidang terkait satu dengan infrastruktur yaitu (i) Depatemen Perhubungan, (ii) Departemen Perdagangan, (iii) Departemen Perindustrian, (iv) Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi, (v) Departemen Pertahanan, (vi) Departemen Kesehatan, (vii) Departemen Pertanian. Organisasi Litbang LPD tersebut termasuk kedalam organisasi tunggal dan berbentuk organisasi “jalur” dan “fungsional”. Berikut ini adalah uraian singkat tentang Ke-7 (tujuh) organisasi litbang LPD tersebut.1. Balitbang Departemen PerhubunganBalitbang Departemen Perhubungan membawahi 1 (satu) sekretariat Balitbang dan 4 (empat) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda, (ii) Puslitbang Perhubungan Darat, (iii) Puslitbang Perhubungan Laut, dan (iv) Puslitbang Perhubungan Udara (Gambar-24).

48

Gambar-24 Struktur Organisasi Balitbang Departemen PerhubunganSementara itu, Unit Operasional Departemen yang dilayaninya adalah (i) DitJen Perhubungan Darat, (ii) DitJen Perkeretaapian, (ii) DitJen Perhubungan Laut, dan (iv) Ditjen Perhubungan Udara. Hal itu berarti bahwa fungsi fungsi Dit-Jen digunakan dalam pemberian nama Puslitbang, terkecuali Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda.Sekretariat Balitbang membawahi 4 (empat) bagian yaitu (i) Bagian Perencanaan dan Evaluasi, (ii) Bagian Kepegawaian, (iii) Bagian Dokumentasi dan Kerjasama, serta (iv) Bagian Umum.Masing masing Puslitbang, membawahi 2 (tiga) bidang yaitu (i) Bidang Program dan Evaluasi, (ii) Bidang Pelayanan Administrasi dan Dokumentasi dtambah kelompok Jabatan Fungsional (KJF).2. Balitbang Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Nakertrans)Gambar- adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Nakertrans yang membawahi 1 (satu) sekretariat Balitbang dan 2 (dua) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Ketenagakerjaan, dan (ii) Puslitbang Ketransmigrasian, serta 2 (dua) Pusat Data dan Informasi yaitu (i) Pusdainfo Ketenagakerjaan, dan (ii) Pusdainfo Ketransmigrasian (Gambar-25)

BADAN LITBANGDEPARTEMEN

PERHUBUNGAN

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGManajemen

TransportasiMultimoda

PUSLITBANG Perhubungan

Darat

PUSLITBANG Perhubungan

Laut

PUSLITBANG Perhubungan

Udara

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN PERHUBUNGAN:1. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat2. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut3. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara4. Direktorat Jenderal Perkeretaapian

49

Gambar-25 Struktur Organisasi Balitbang Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Sementara itu, Unit Operasional Departemen yang dilayaninya adalah (i) DitJen Pembinaan & Pelatihan Produktifitas, (ii) DitJen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, (ii) DitJen Pembinaan Hubungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dan (iv) Ditjen Pembinaan Pengawasan Tenaga Kerja, (v) DitJen Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi, dan (vi) DitJen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi.Sekretariat Balitbang membawahi 4 (empat) bagian yaitu (i) Bagian Program, evaluasi & Pelaporan, (ii) Bagian Keuangan, (iii) Bagian Kepegawaian & Umum, serta (iv) Bagian Pengembangan Sistem dan Sumberdaya Informasi.Puslitbang dan Pusdainfo membawahi bidang bidang berikut ini:a) Puslitbang Ketenagakerjaan membawahi (i) Bidang Pelatihan dan

Penempatan Tenaga Kerja, dan (ii) Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan

b) Puslitbang Ketransmigrasian membawahi (i) Bidang Kawasan dan Penempatan, dan (ii) Bidang Pengembangan SDM dan Masyarakat

c) Pusdainfo Ketengakerjaan, membawahi (i) Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja, (ii) Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan, dan (iii) Bidang Promosi dan Publikasi

d) Pusdainfo Ketransmigrasian, membawahi (i) Bidang Perancangan dan Pengawasan Transmigrasi, dan (ii) Bidang Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi

3. Balitbang Departemen KesehatanGambar-26 adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Kesehatan yang membawahi 1 (satu) sekretariat Balitbang, 2 (dua) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Sistem & Kebijakan Kesehatan, dan (ii) Puslitbang Biomedis dan Farmasi, dan 2 (dua) Pusat Data dan Informasi yaitu (i) Pusdainfo Ekologi & Status Kesehatan, dan (ii) Pusdainfo Gizi dan Makanan, serta 2 (dua) Balai Besar yaitu (i0 Balai Besar Vektor & Reservoir Penyakit, (ii) Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisionil

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGKetenagakerjaan

PUSLITBANG Ketransmigrasian

PUSDAINFO Ketenagakerjaan

PUSDAINFO Ketransmigrasian

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN TENAGA KERJUA DAN TRANSMIGRASI:1. Ditjen Pembinaan Pelatihan Produktifitas2. Ditjen Pembinaan Penempatan Naker3. Ditjen Binhub Jamsostek4. Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan5. Ditjen Pembinaan Penyiapan Permukiman Dan Penempatan Transmigrasi6. Ditjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat Dan Kawasan Transmigrasi

BADAN LITBANGDEPANAKERTRANS

Kelompok Jabatan Fungsional (KJF)

50

Gambar-26 Struktur Organisasi Balitbang Departemen KesehatanSementara itu, unit operasional Departemen yang dilayaninya adalah (i) DitJen Bina Kesehatan Masyarakat, (ii) DitJen Bina Pelayanan Medik, (iii) DitJen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dan (iv) DitJen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Sekretariat Balitbang membawahi 4 (empat) bagian yaitu (i) Bagian Perencanaan dan Anggaran (ii) Bagian Hukum, Organisasi dan Kepegawaian, (iii) Bagian Jaringan INFO IPTEK & Promosi Penelitian, serta (iv) Bagian Umum & Keuangan.4. Balitbang Departemen PerdaganganGambar-27 berikut ini adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Perdagangan yang membawahi 1 (satu) sekretariat, 3 (dua) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Perdagangan Dalam Negeri, (ii) Puslitbang Perdagangan Luar Negeri, dan (iii) Puslitbang Iklim Usaha Perdagangan, serta 1 (satu) Pusat Data yaitu Pusat Data Perdagangan.

BADAN LITBANGDEPARTEMEN KESEHATAN

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGSistem & Kebijakan

Kesehatan

PUSLITBANG Biomedis &

Farmasi

PUSDAINFO Ekologi & Status

Kesehatan

PUSDAINFO Gizi danMakanan

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN:1. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat2. Dtjen Bina Pelayanan Medik3. Ditjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan4. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

BALAI BESAR Vektor & Reservoir Penyakit

BALAI BESAR Litbang TanamanObat & Obat Tradisional

• Balai Gangguan KekuranganYodium

• Balai Pengendalian PengakitBersumber Binatang

• Balai Biomedis Papua

51

Gambar-27 Struktur Organisasi Balitbang Departemen PerdaganganSementara itu, unit operasional Departemen yang dilayaninya adalah (i) DitJen Perdagangan Luar Negeri, (ii) DitJen Perdagangan Dalam Negeri, (iii) DitJen Kerjasama Perdagangan Internasional.5. Balitbang Departemen PerindustrianGambar-28 adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Perindustrian yang membawahi 1(satu) sekretariat Balitbang, dan 3 (tiga) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Ilmu Usaha dan Analisa Industri, (ii) Puslitbang Teknologi Industri, dan (iii) Puslitbang Sumberdaya Lingkungan Hidup dan Energi, serta 1 (satu) Pusat Standardisasi.

Gambar-28 Struktur Organisasi Balitbang Departemen PerindustrianDibawah unit struktural eselon-2 (Sekretariat Balitbang, Puslitbang, Pusdata) tidak ada unit struktural eselon-3, tetapi langsung membawahi kelompok jabatan fungsional (KJF).

BADAN LITBANGDEPAETEMEN

PERDAGANGAN

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGPERDAGANGAN DALAM NEGERI

PUSLITBANG PERDAGANGAN LUAR NEGERI

PUSLITBANG IKLIM USAHA

PERDAGANGAN

PUSAT DATA PERDAGANGAN

1. Ditjen Perdagangan Luar Negeri2. Ditjen Perdagangan DalamNegeri3. Ditjen Kerjasama Perdagangan

Internasional

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN:

BADAN LITBANGDEPARTEMEN

PERINDUSTRIAN

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGIKLIM USAHA &

ANALISA INDUSTRI

PUSAT STANDARDISASI

PUSLITBANG TEKNOLOGI

INDUSTRI

PUSLITBANG SUMBERDAYA LINGKUNGAN

HIDUP & ENERGIKJF KJF KJF

KJF

KJF

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN:1. Ditjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, Aneka2. Ditjen Industri Agro & Kimia3. Ditjen Industri Kecil & Menengah4. Ditjen Industri Transportasi & Telematika

52

Unit unit operasional departemen yang dilayani pusat pusat litbang dan pusdata adalah (i) Ditjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, Aneka, Ditjen Industri Agro & Kimia, Ditjen Industri Kecil & Menengah, dan Ditjen Industri Transportasi & Telematika6. Balitbang Departemen PertanianGambar-29 adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Pertanian yang membawahi 1(satu) sekretariat Balitbang, dan 4 (empat) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Tanaman Pangan, (ii) Puslitbang Hortikultura, (iii) Puslitbang Perkebunan, dan (iv) Puslitbang Peternakan. Unit kerja eselon-2 lainnya adalah (i) Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Petanian, (ii) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, serta (iii) Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Selain itu, terdapat pula 5 (lima) balai Besar setingkat eselon-2.

Gambar-29 Struktur Organisasi Balitbang Departemen PertanianPusat pusat litbang, masing masing membawahi 4 (empat) balai penelitian (Balit) setingkat eselon-III, terkait dengan sektornya. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) membawahi 4 (empat) pusat penelitian (Puslit) setingkat eselon-III yang terkait dengan sektornya. Khusus Balai Pengkajian Alih Teknologi Pertanian, pembinaannya berada dibawah sekretarian Balitbang.

7. Balitbang Departemen Pertahanan

Gambar-30 adalah struktur organisasi Balitbang Departemen Pertahanan yang membawahi 1(satu) sekretariat Balitbang, dan 4 (empat) Pusat Litbang yaitu (i) Puslitbang Strategi Pertahanan (Strahan), (ii) Puslitbang Sumberdaya Manusia SDM), (iii) Puslitbang Industri Pertahanan (INHAN), dan (iv) Puslitbang Ilmu Pengetahuan & Teknologi Pertahanan (IPTEKHAN)

BALITBANG DEPARTEMEN PETANIAN

SETBALITBANG

PUSLITBANGTanamanPangan

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN PERTANIAN:1. Diitjen Tanaman Pangan2. Diitjen Holtikultura3. Ditjen Peternakan4. Ditjen Perkebungan5. Ditjen Pengolahan Lahan dan Air6. Ditjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil

1. Badan Ketahanan Pangan2. Badan Karantina3. Badan Pengembangan SDM

PSEKP PUSTAKAPUSLITBANG Peternakan

PUSLITBANGHoltikultura

LRPIPUSLITBANGPerkebunan

BALAI BESAR

BB Litbang Sumberdaya LahanBB PangkajianBB Pengembangan Mekanisasi PertanianBB Pasca PanenBB Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya

Genetik Pertanian

Balai Pengkajian Alih Teknologi Pertanian

53

Gambar-30 Struktur Organisasi Balitbang Departemen PertahananSementara itu, unit operasional departemen yang dilayaninya adalah (i) Ditjen Strategi Pertahanan (Strahan), (ii) Ditjen Perencanaan Pertahanan, (iii) Ditjen Potensi Pertahanan, (iii) Ditjen Kekuatan Pertahanan, (iv) Ditjen Sarana Pertahanan

Hal hal penting yang dapat dipelajari dari ketujuh lembaga litbang LPD tersebut adalah sebagai berikut:a) Tidak ada pembatasan mengenai jumlah unit struktural pusat litbang

dalam lembaga litbang LPD.b) Dibawah pusat litbang, memungkinkan untuk membawahi langsung

KJF (kasus Balitbang Departemen Perdagangan)

c) Dibawah pusat litbang, memungkinkan untuk langsung membawahi balai balai (kasus Balitbang Departemen Pertanisan)

d) Dibawah pusat litbang, juga memungkinkan untuk membawahi bidang bidang sesuai dengan nama direktorat yang dilayaninya dan juga mencerminkan nama sektor (kasus Balitbang Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi)

e) Pusdata dan/atau Informasi (Pusdainfo), memungkinkan berada dibawah Balitbang (Kasus Balitbang Departemen Kesehatan, Departemen Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi)

f) Pusat kajian kebijakan, memungkinkan untuk digabung dengan pusat analisis Sosial Ekonomi Budaya (Kasus Balitbang Departemen Pertanian).

g) Pusat Standardisasi, memungkinkan untuk berada dibawah Balitbang (kasus Balitbang Departemen Perindustrian)

2.7 Kajian Lingkungan Strategis

BADAN LITBANGDEPARTEMENPERTAHANAN

SEKRETARIAT BALITBANG

PUSLITBANGSTRAHAN

PUSLITBANG SDM

PUSLITBANG INDHAN

PUSLITBANG IPTEKHAN

DITJEN DILINGKUNGAN DEPARTEMEN PERTAHANAN:1. Ditjen Strategi Pertahanan (Strahan)2. Ditjen Perencanaan Pertahanan3. Ditjen Potensi Pertahanan4. Ditjen Kekuatan Pertahanan5. Ditjen Sarana Pertahanan

54

2.7.1 Lingkungan Strategis Nasional:

Isu isu strategis ditingkat nasional dan didalam lingkungan Internal Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:a) Pelanggan Balitbang PU belum puas terhadap pelayanan dan kualitas

produk litbang, b) Adanya Isu isu untuk mengembalikan Pusat Litbang ke Direktorat

JenderalIsu isu strategis di tingkat nasional dan diluar lingkungan Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:a) Produk dinilai kurang aplied dan tidak terintegrasi, b) Pedoman bidang ke-PU-an yang dapat digunakan acuan

penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah masih kurang, c) Adanya kebijakan remunerasi dan makin besarnya tuntutan

profesionalisme, d) Semakin besarnya tuntutan peningkatan peran masyarakat, e) Adanya perubahan dan/atau penyederhanaan terhadap Arsitektur

Programf) Tuntutan Reformasi Birokrasi yang semakin besar Disisi lain, belanja Litbang Pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) masih relatif kecil yaitu 0,055 % PDB (2004), sementara itu belanja litbang negara tetangga kita seperti malaysia, singapura, filiphine dan thailand sudah lebih dari 1% PDB. Sumber dana litbang Sumberdana Litbang sebagian besar berasal dari APBN (95,1%) dan sisanya dari Swasta/industri (3%) dan kerjasama Luar Negari (1,9%)Dari anggaran litbang tersebut, distribusi penggunaannya adalah Belanja Modal (23%), Belanja Operasional 48%, dan Gaji Upah (29%). Ditinjau dari aspek SDM Litbang, kualitas SDM Departemen Pekerjaan Umum masih berada dibawah SDM rata rata Nasional. Walaupun demikian, SDM strata S-2 masih lebih tinggi dari rata rata nasional (Tabel-)

Tabel- Perbandingan SDM Balitbang PU dengan SDM Nasional .

Strata Dep PU Nasional Keterangan

S-3 2,39% 6,4% Ditalaah dari Lembaga lembaga Litbang LPND maupun LPD

S-2 19,03% 13,2%

S-1 20,58% 30,1%

Total 42,00% 50,4%

2.7.2Lingkungan Strategis Regional:

Ditingkat regional, intervensi teknologi dan proteksisme dari negara tetangga menjadi isu strategis pengembangan organisasi litbang kedepan.

55

Intervensi TeknologiMasuknya teknologi luar, banyak disalurkan melalui investasi modal asing, bahkan melalui mekanisme pinjaman lunak yang dikemas seolah olah bantuan. Lembaga lembaga penyandang dana pinjaman sering memasukkan persyaratan penggunaan konsultan expatriate sebagai pelaksana proyek. Selain itu, penggunaan produk produk negara asal dana pinjaman sering pula dimasukkan kedalam persyaratan perjanjian pinjaman. Dengan cara ini, semakin banyak produk luar negeri yang masuk ke pasar dalam negeri. Bahkan tidak jarang produk produk tersebut belum teruji keandalan dan kemamputerapannya di dalam negeri. Akibatnya adalah semakin tingginya ketergantungan kita pada suku cadang produk mereka sehingga semakin mempertinggi biaya pengoperasian dan pemeliharaan.Proteksi Produk dan StandardisasiProteksi produk, pada dasarnya dilakukan melalui mekanisme standardisasi produk yang diberlakukan di tingkat regional. Dengan cara demikian, maka produk yang dihasilkan dari proses inovasi IPTEK tetap terlindungi, bahkan pemasaran produknya semakin meluas.Atas dasar hal tersebut, maka semua inovasi IPTEK pada umumnya dan khususnya bidang PU harus segera diadministrasikan agar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari produk inovasi tersebut dapat terlindungi.Perlu dicatat bahwa inovasi IPTEK tidak hanya berupa karya yang kasat mata (tangible) tetapi juga inovasi IPTEK yang tidak kasat mata seperti inovasi manajemen dan kebijakan. (Ref definisi Teknologi). Untuk itu, struktur organisasi dan tata laksana serta SDM yang menangani aspek HAKI harus lebih diperkuat. Perkuatan struktur dan tata laksana akan meningkatkan pelayanan kepada para penghasil HAKI.

2.3.3Lingkungan Strategis Global:

Di tingkat global, perkembangan teknologi Informasi, perubahan iklim global dan pemanasan global menjadi isu strategis dalam pengembangan organisasi litbang kedepan.Informasi Teknologi:Perembangan informasi teknologi berpengaruh besar pada aliran informasi tentang inovasi IPTEK yang sedang dalam proses penelitian maupun yang telah selesai diteliti. Hal itu berarti bahwa keterlambatan proses HAKI berpotensi terjadinya pembajakan teknologi. Apabila hal ini terjadi, maka sia sialah pekerjaan penelitian yang telah dilakukan karena hasilnya diambil orang lain.Atas dasar hal tersebut, maka system informasi teknologi menjadi sarana kelitbangan yang harus dimiliki dan dikuasai penggunaannya oleh lembaga litbang.Perubahan Iklim dan Pemanasan GlobalIsu perubahan iklim, menjadi tantangan besar bagi para peneliti kita untuk mengantisipasinya. Teori teori yang telah dikembangkan, kemungkinan harus dikaji ulang karena kemungkinan penerapannya sudah tidak sesuai lagi dengan perubahan yang semakin dinamis.

56

Dampak nyata perubahan Iklim terhadap inftasruktur bidang PU adalah penyediaan air baku untuk keperluan irigasi, air minum, pembangkit listrik tenaga air. Penelitian dan pengembangan (litbang) terkait dengan penggunaan atau pemanfaatan air, penghematan (konsevasi) air, penanggulangan daya rusak air menjadi penting untuk dilakukan. Model model pengehatan air irigasi dan model penghematan air minum semakin penting untuk diteliti lebih lanjut Perubahan iklim yang sangat ekstrim juga berpotensi meningkatkan frekuensi banjir dimusim hukjan dan frekuensi kebakaran di musim kemarau. Keduanya akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan fungsi infrasruktur bidang PU yang telah ada. Oleh karena itu, penelitian penelitian untuk menghasilkan sistem peringatan dini menjadi kebutuhan. Isu pemanasan Global, terkait erat dengan semakin meningkatnya pencemaran udara yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya kegiatan manusia. Pencemaran udara berasal dari sumber bergerak (kendaraan) maupun sumber tetap (tempat pembuangan sampah, bangunan gedung, pabrik pabrik dll).Kontribusi bidang pekerjaan umum pada pemanasan global terkait dengan aspek ke binamaegaan, bangunan gedung, penanganan sampah, penataan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan tekologi, manajemen dan kebijakan adaptasi atau penyesuaian yang bersifat antisipasi menjadi area (ruang lingkup) penelitian penting dimasa datang. Penelitian dan pengembangan (litbang) yang terkait dengan pemanasan global tersebut, tentunya harus selasas dengan rencana aksi adaptasi jangka pendek maupun jangka panjang.Rencana aksi adaptasi tersebut ditujukan untuk mengantisipasi masalah masalah (i) kerawanan pangan, (ii) kerawanan pertanian dan ketahanan pangan, (iii) Kerawanan kesehatan manusia, dan (iv) kerawanan ekosistem kawasan pesisir dan bahariRencana aksi adaptasi jangka pendek, antara lain meliputi (i) proteksi sumber daya air tanah, (ii) memperbaiki manajemen dan pemeliharaan system penyediaan air eksisting, (iii) proteksi daerah resapan air, (iv) memperbaiki penyediaan air, (v) diversifikasi sistem sumber sumber air untuk meningkatkan hasil panen, (vi) memperbaiki kualitas permukiman dan penghidupan, (vii) proteksi terhadap prasarana yang bersifat ekonomi misalnya jalan, (viii) pembangunan waduk, (ix) pengendalian erosi, (x) pendidikan dan pencapaian program dalam konservasi dan manajemen air dan tanah dan (xi) membangun penahan gelombang dan pengaman pantai.Rencana Aksi Adaptasi jangka panjang, antara lain meliputi (i) manajemen terpadu kawasan pesisir, (ii) perencanaan dan zonasi yang lebih baik untuk kawasan pesisir, dan (iii) pembuatan undang-undang untuk perlindungan kawasan pesisir

2.8 Rangkuman Telaah Ilmiah

Hanya Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang dapat memecahkan masalah-masalah kelaparan dan kemiskinan, dan masalah lain terkait dengan kesejahteraan manusia. kemajuan dan/atau keberhasilan

57

pembangunan infrastruktur terkait dengan keberhasilan dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Namun, kerusakan infrastruktur juga terkait dengan meningkatnya hambatan ekonomi dan/atau penyebab kehancuran perekonomian suatu daerah.Di Era Otonomi (UU-32/2004), pelaksanaan urusan wajib pemerintahan daerah harus berpedoman pada “Standar Pelayanan Minimal (SPM)”, yang ditetapkan oleh Pemerintah PUSAT. Pemerintah pusat juga wajib melaksanakan pembinaan kepada pemerintahan daerah, termasuk Penelitian dan pengembangan (Litbang). Departemen PU melaksanakan 10 (sepuluh) sub bidang urusan pemerintahan (UU-39/2008) bidang pekerjaan umum yaitu (i) Sumberdaya Air, (ii) Bina Marga, (iii) Perkotaan & Perdesaan, (iv) Air Minum, (v) Air Limbah, (vi) Persampahan, (vii) Drainase, (viii) Permukiman, (ix) Bangunan Gedung dan Lingkungan, (x) Jasa konstruksi. Sementara itu, bidang penataan ruang terdiri dari sub bidang (i) perencanaan ruang, (ii) pemanfaatan ruang dan (iii) pengendalian pemanfaatan ruang. Masing masing sub bidang terdiri dari 4 (empat) sub sub bidang, (i) Pengaturan, (ii) Pembinaan, (iii) Pembangunan dan Pengelolaan, (iv) Pengawasan dan Pengendalian. NSPM (Norma, Standar, Pedoman dan Manual) adalah instrumen untuk melaksanakan fungsi bimbingan teknis dan fungsi pengawasan dimana NSPM atau SPM(K) tersebut adalah produk Litbang. Balitbang PU adalah lembaga pelaksana litbang LPD yang menganut asas asas (i) kebenaran ilmiah, (ii) kebebasan berpikir, (iii) kebebasan akademis, serta (iv) tanggung jawab akademis (UU-18/2002).Pelayanan Litbang, advistek dan pelatihan produk IPTEK, relatif proporsional dan sesuai dengan kebutuhan unit unit operasional Departemen PU. Namun, komunikasinya harus lebih ditingkatkan melalui perkuatan struktur organisasi yang telah dibangun tahun 2005. Kaji banding terhadap lembaga litbang LPND, PT dan LPD memberi inspirasi bahwa banyaknya organisasi tidak dibatasi, tetapi harus sesuai beban kebutuhan. Bentuk organisasi, umumnya tunggal, kombinasi jalur dan fungsional. Organisasi matrik yang dikombinasikan dengan bentuk jalur dan fungsional dapat mengatasi permasalahan litbang lintas sektor. Penamaan unit kerja dengan menggunakan nama sub bidang (sektor) urusan pemerintahan wajib mempertegas pelayanan yang harus dilakukan Balitbang.Isu buruknya mutu produk litbang, isu mengembalikan unit libang ke direktorat jenderal, isu keterbatasan alokasi dana litbang, isu isu pemanasan global dan perubahan iklim global, menjadi tantangan sekaligus peluang struktur organisasi dan tata kerja litbang kedepan.

58

Bab-3STRUKTUR ORGANISASI DAN

TATA KERJA LITBANG KEDEPAN

3.1 Penjelasan UmumStruktur Organisasi dan tata kerja Balitbahg kedepan, pada dasarnya harus dirancang sesuai dengan kebutuhan stakeholder yang dilayani dan kebijakan reformasi birokrasi. Kebutuhan stakeholder, baik dari unit unit organisasi operasional dilingkungan Departemen Pekerjaan Umum, masyarakat pengguna Iptek bidang PU dan masyarakat profesional, tercermin dari profil infrastruktur bidang PU 2025.Mengantisipasi beban tugas Departemen PU menuju infrastruktur PU 2025, memerlukan perubahan mendasar terhadap organisasi beserta tata kerjanya. Paradigma baru birokrasi pemerintahan menjadi persyaratan menuju pelayanan litbang yang lebih profesional dan tersistem. Hal itu akan tercermin dari Visi, Misi, tujuan dan sasaran organisasi litbang kedepan yang harus dicapai secara bertahap. Renstra dan respons strategis menjadi grand strategi pengembangan organisasi litbang kedepan. Selanjutnya, struktur organisasi litbang dirancang berdasarkan grand strategi tersebut.Alternatif struktur organisasi di rumuskan untuk mengantisipasi perubahan kebijakan terkait dengan reformasi birokrasi. Perubahan kebijakan, bisa mempercepat atau sebaliknya memperlambat perjalanan reformasi birokrasi. Akhirnya, tata kerja organisasi kedepan disusun untuk mengawal perubahan tatanan kelembagaan menuju struktur yang tepat ukuran (right sizing).

3.2 Infrastruktur PU 2025

3.2.1 Kuantitas Infrastruktur PU 20253.2.2 Kualitas Infrastruktur PU 2025

Bab ini masih dalam proses ......... landasannya adalah ......... misalnya Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penataan Ruang, Permukiman dan Pekerjaan Umum (KepMen Kimpraswil 534/KPTS/M/2001 tanggal 18 Desember 2001 dan proyeksi penduduk tahun 2025. Ini Terkait dengan Beban Tugas Litbang Kedepan ...............!

3.3 Paradigma Baru Birokrasi Pemerintahan3.3.1Potret Sekarang:

59

Kondisi yang diinginkan (Desire State)

UNFREEZING

REFREEZING

MOVEMENT

Driving Force(Kekuatan Penggerak)

Restraining Forces(Kekuatan Penahan)

Status Quo

Time (Waktu)

Birokrasi yang ada sekarang, dinilai resisten terhadap perubahan, lamban, tidak efisien & tidak efektif, cenderung ke pemekaran struktur dan bukan ke pengembangan fungsional

Dikaitkan dengan perubahan lingkungan global, maka ekonomi global berdampak terhadap pelanggan (customer), persaingan (competition), dan perubahan (change). Pelanggan menjadi penentu, pesaing semakin banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak orang yang suka (resisten) terhadap perubahan, namun perubahan tersebut tidak bisa dihindarkan, tetapi harus dihadapi. Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen terhadap perubahan yang terjadi agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif. (Mustaha Hasan, 2001)

Terkait dengan pengembangan organisasi, terdapat 3 (tiga) langkah pendekatan klasik yang dikemukaan oleh Kurt Lewin yaitu (i) UNFREEZING the status quo, lalu (ii) MOVEMENT to the new state, dan (iii) REFREEZING the new change to make it pemanent 1 (Gambar-31).

Gambar-31 Langkah Perubahan Paradigma Birokrasi OrganisasiTampak pada gambar tersebut bahwa selama proses perubahan terjadi terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung dan yang menolak . Melalui strategi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, kekuatan pendukung akan semakin banyak dan kekuatan penolak akan semakin sedikit.Unfreezing adalah upaya-upaya untuk mengatasi tekanan-tekanan dari kelompok penentang dan pendukung perubahan. Status quo dicairkan

1 Kurt Lewin, Field Theory in Social Science, 1951

60

dengan cara mengguncang kondisi yang sekarang berlangsung (status quo) sehingga orang merasa kurang nyaman.Movement adalah pergerakan bertahap (step by step) tapi pasti terhadap perubahan dilakukan. Jumlah penentang perubahan berkurang dan jumlah pendukung bertambah. Untuk mencapainya, hasil-hasil perubahan harus dapat segera dirasakan.Refreezing adalah upaya mengurangi guncangan yang dilakukan, apabila kondisi yang diinginkan telah tercapai. Kemudian dilakukan upaya stabilisasi melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, sedangkan jumlah pendudung perubahan akan semakin bertambah.

3.3.2Birokrasi Kedepan: Beberapa ciri cirri birokrasi kedepan yang diinginkan adalah birokrasi tersistem dan birokrasi modern. a) Birokrasi tersistem berhubungan dengan (1) fungsionalisasi, (2)

profesionalisme, (3) spesialisasi, (4) produktifitas, (5) koordinasi (6) manajemen berdasarkan sasaran dan kebutuhan pelanggan.

b) Birokrasi modern bercirikan (1) katalis, (2) milik rakyat, (3) kompetitif, (4) digerakkan oleh misi, (5) berorientasi hasil, (6) berorientasi pelanggan, (7) kewirausahaan, (8) antisipatif, (9) desentralisasi (9) berorientasi pada pasar dan (10) good governance.

Hal yang mendasari seluruh pemikiran dan dan tindakan dalam pengembangan organisasi birokrasi pemerintahan sebagai suatu system ialah keberhasilan birokrasi tersebut mengemban misi dan menyelenggarakan fungsinya

Keberhasilan tersebut, tidak tergantung pada kemampuan berbagai satuan kerja tertentu di dalamnya yang bekerja sendiri-sendiri, melainkan karena keberhasilan keseluruhan. Hal itu berarti bahwa birokrasi pemerintahan dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh yang di dalamnya diterapkan prinsip sinergi dan simbiosis. Yang penting mendapat perhatian mendpat perhatian ialah bahwa setiap satuan kerja yang ada merupakan bagian atau sub system yang mutlak berinteraksi, bekerja sama dan interdependen dengan semua satuan kerja lainnya.

Tiga teknik yang dapat digunakan dalam mewujudkan pendekatan kesisteman ialah fungsionalisasi, koordinasi dan manajemen berdasarkan sasaran yaitu:

a) Prinsip fungsionalisasi pada hakikatnya berarti bahwa seluruh jenis dan bentuk fungsi yang harus diselenggaran oleh birokrasi pemerintahan harus diindetifikasikan, diklasifikasi, dan dibagi habis.

b) Prinsip koordinasi dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa pendekatan kesisteman tidak akan mewujudkan kinerja yang optimal apabila tidak disertai oleh penerapan prinsip koordinasi. Alasan yang sangat mendasar untuk mengatakan demikian ialah bahwa tugas fungsional satu satuan kerja tidak akan terlaksana dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang tinggi apabila satuan

61

kerja yang besangkutan bekerja sendirian, meskipun para anggotanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam, serta dedikasi, loyalitas dan motivasi tinggi.

c) Prinsip manajemen berdasarkan sasaran yaitu, terlepas dari cara yang ditempuh untuk melakukan pembagain tugas di antara seluruh jajaran birokrasi, setiap satuan kerja di dalamnya bekerja dan menyelenggarakan fungsinya demi tercapai tujuan organisasi.

3.3.3 Rambu rambu Pengembangan Organisasi Kedepan

Bergulirnya reformasi dan lahirnya Undang Undang tentang Pemerintahan Daerah (UU No.32 dan 33 Tahun 2004), sistem organisasi birokrasi yang katalitik telah mulai dibangun. Intinya birokrasi model ini tidak lagi hanya bergantung pada pemerintahan pusat melainkan telah didesentralisasikan ke daerah. Dengan model ini maka birokrasi sebenarnya dapat lebih responsif, antisipatif dan memiliki pembagian kerja yang jauh lebih jelas, efektif dan efisien. Hanya saja di sini diperlukan kreativitas pengembangan dan perhatian dari para ahli dan para pelaku administrasi di Indonesia. Hal yang tak kalah pentingnya dalam kaitan ini adalah mengacu pula kepada model good governance dan clean government yang memang sangat dekat dengan implementasi konsep katalitik. Pada era reformasi ini tuntutan masyarakat terutama agar perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara jauh lebih demokratis, lebih transparan, dan lebih pasti menuju kesejahteraan nampak makin meningkat. Selain itu, hal yang cukup banyak mendapat sorotan di antaranya adalah birokrasi. Berkembang di masyarakat bahwa birokrasi dan institusi pemerintah yang selama ini ada belum sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat.

Besarnya kontribusi birokrasi sebagai salah satu organisasi yang paling dominan dalam pemerintahan, terutama di negara berkembang telah disinyalir oleh Max Weber (1994) dengan menyatakan bahwa organisasi birokrasi dengan segala kelebihan dan kemampuannya telah menjadi satu lembaga yang paling bertanggungjawab atas pengelolaan urusan negara dan pemerintahan. Bahkan Max Weber mengajukan konsep idealnya bahwa birokrasi dianggapnya sebagai suatu sistem yang paling efektif dan efisien dalam menjalankan sebuah Negara.

Birokrasi dirancang untuk menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme, spesialisasi, produktivitas, kontrol yang ketat, serta pemerataan pelayanan yang berkeadilan (equity) bagi seluruh masyarakat tanpa kecuali. Dikatakannya di negara-negara berkembang birokrasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya telah menjadi satu lembaga yang paling bertanggungjawab atas pengelolaan urusan negara dan pemerintahan. Weber mencatat di negara-negara yang mengaplikasikan sistem birokrasi yang efektif, efisien, professional, terspesialisasi, produksitivitas, kontrol yang ketat serta pemerataan pelayanan yang berkeadilan (equity) bagi seluruh masyarakat telah mendorong banyak kemajuan. Ia mencontohkan birokrasi seperti di Jepang, China, Amerika adalah contoh-contoh birokrasi yang baik tadi. Tetapi, dikhawatirkan juga oleh Weber, bahwa dengan demikian besar dan dominannya peran birokrasi itu menyebabkan birokrasi terkadang terjebak pada berbagai kasus penyimpangan seperti terjadinya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme. Birokrasi yang tidak siap seperti ini

62

terutama karena tidak didukung oleh SDM yang handal, sistem yang masih lemah serta kuatnya “kekuasaan/politik” pemerintah didalam mengendalikan birokrasi itu sendiri.

Gagasan akan perlunya efisiensi birokrasi dan profesionalisme aparatur ini jelas didasari oleh pemikiran bahwa pada masa yang akan datang, aparatur negara akan dihadapkan pada suatu kondisi obyektif yang menuntut daya saing (competitiveness) serta kecepatan dan keakuratan (effectiveness) penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. Terlebih lagi jika diingat bahwa sumber daya yang dimiliki oleh birokrasi tetap terbatas, sementara tuntutan masyarakat terhadap jasa pelayanan semakin meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut maka bagaimana membangun sebuah organisasi birokrasi yang lebih adaptif dan responsif terhadap perkembangan di luar dirinya adalah sebagai sebuah jawaban dan sekaligus harapan yang harus menjadi tujuan sebuah organisasi birokrasi.

Berikut ini akan mencoba menguraikan dan mengkonstruksi pemikiran dalam membangun dan mengubah sebuah birokrasi dengan mengikuti alur tuntutan masyarakat agar menjadi organisasi birokrasi yang adaptif dan efisien. 1. Reinventing Government Sebagai Teori Dasar

Dari berbagai kajian dan studi yang pernah dilakukan, muncul sebuah buku yang sangat fenomenal yang telah mewarnai perkembangan ilmu administrasi. Buku ini terbit pada tahun 1990 membahas seluk beluk birokrasi secara detail dan bagaimana mengembalikan citra positif birokrasi yang sudah terkena stigma negatif seperti birokrasi yang berjalan lamban, penuh dengan KKN dan dianggap tidak mampu lagi bangkit menjadi pionir dalam struktur masyarakat modern.

Buku tersebut berjudul Reinventing Government : How Entreprenneurial Spirit is Transforming the Public Sector karya David Osborne dan Ted Gaebler terbit tahun 1992. Melalui buku tersebut mereka mencoba mengelaborasi berbagai upaya strategi dan pendekatan yang telah dilakukan sektor publik di Amerika Serikat dalam melakukan reformasi, restrukturisasi ataupun revitalisasi praktik penyelenggaraan pemerintahan negara, daerah (lokal) maupun badan usaha milik negara dalam beberapa waktu yang silam hingga dewasa ini.

Keduanya menyebut keseluruhan upaya tersebut sebagai tindakan “Penemuan Kembali Praktik Pemerintahan (Reinventing Government)”. Osborne dan Gaebler meyakini bahwa proses “penemuan” tersebut dilandasi oleh semangat kewirausahaan yang melekat dalam diri aparatur pemerintah yang mendorong mereka untuk melakukan berbagai upaya perbaikan dan perubahan yang mendasar dalam praktik dan perubahan mendasar dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan. Buku tersebut akhirnya menyimpulkan adanya sepuluh prinsip yang mendasari proses transformasi birokrasi di Amerika Serikat,. Kesepuluh prinsip transformasi birokrasi tersebut merupakan kristalisasi dari berbagai cerita sukses organisasi pemerintahan di Amerika Serikat dalam melakukan berbagai perubahan dalam praktik penyelenggaraan tugas-tugas

63

pemerintahan. Namun perlu dipahami juga bahwa aparatur pemerintah di masing-masing negara/daerah memiliki spesifikasi-spesifikasi masing-masing yang secara kontekstual berbeda. Oleh karena itu, implementasi prinsip-prinsip kewirausahaan birokrasi harus dipahami bukan secara hitam putih, melainkan harus disikapi secara bijaksana. Artinya, tujuan hakiki program reformasi sesungguhnya adalah meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, bukan untuk mewirausahakan birokrasi semata-mata.

2. Perubahan Dalam Organisasi Birokrasi

Apa yang ditulis oleh David Osborne dan Ted Gaebler itu sebenarnya lahir dari rasa kegelisahan mereka melihat “bobroknya” kondisi birokrasi yang ada dan mereka berupaya memberikan “perspektif” berbeda agar birokrasi dapat berubah ke arah yang lebih baik. Dalam pandangan mereka aparat birokrasi sebenarnya mengerti penyakit yang dialami, namun tidak memiliki cukup konsep dan kekuatan untuk mengubahnya.

Melihat apa yang dilakukan oleh Osborn dan Gaebler ini, bagi orang-orang yang alergi terhadap perubahan tak pelak merupakan tindakan yang sangat berani bahkan ekstrim. Tetapi pilihan itu, tampaknya menjadi pilihan mutlak. Jika diperhatikan, kondisi birokrasi pemerintahan selama ini memang mengesankan ke dalam corak organisasi mekanik (mechanical paradigm) yang berasumsi bahwa organisasi adalah suatu mesin yang bekerja dengan suatu keteraturan dan keajegan tertentu yang menekankan adanya suatu tingkat produktivitas tertentu yang ingin mencapai taraf efisiensi tertentu pula, dan dikendalikan oleh suatu legitimasi otoritas pimpinan.

Paradigma mekanik ini pada kenyataannya sudah tidak relevan (out of date) dengan tuntutan kebutuhan di lapangan, sehingga diperlukan paradigma baru yaitu organisasi organik (organism paradigm). Paradigma ini memandang organisasi sebagai suatu sistem yang menekankan pada unsur manusia sebagai pelaku utama. Dalam model ini, efisiensi dan efektivitas bukan merupakan aspek utama dalam pencapaian tujuan organisasi, sebab produk (output) tidak dipandang sebagai hal yang utama. Aspek yang dianggap lebih penting dalam organisasi model organik ini adalah adanya keseimbangan antara faktor manusia dengan faktor lingkungan.

Dengan dilandasi oleh keinginan untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, Osborne dan Gaebler menawarkan sepuluh prinsip sebagai upaya reengineering pemerintahan yaitu: (1) Pemerintahan katalitik (catalytic government),(2) Pemerintahan milik rakyat (community owned government),(3) Pemerintahan yang kompetitif (competitive government),(4) Pemerintahan yang digerakkan oleh misi (mission driven

Government),(5) Pemerintahan berorientasi hasil (result oriented government),(6) Pemerintahan yang berorientasi pelanggan (custumer driven

Government)(7) Pemerintahan kewirausahaan (enterprising government),(8) Pemerintahan antisipatif (anticipatory government),(9) Pemerintahan desentralisasi (decentralization government),

64

(10) Pemerintahan yang berorientasi pasar (market oriented government).

Menurut Osborne dan Gaebler, perumusan kesepuluh prinsip di atas sangat penting untuk diimplementasikan dalam organisasi birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan, didasari oleh beberapa asumsi sebagai berikut: (1) Bahwa pemerintah merupakan mekanisme koordinasi dan

mekanisme pengambilan keputusan secara kolektif (state mechanism).

(2) Bahwa mekanisme masyarakat dan mekanisme pasar (market mechanism) tidak akan berfungsi secara efektif tanpa pemerintahan yang efektif pula.

(3) Bahwa yang menjadi masalah pokoknya bukan terletak kepada orang atau manusia yang bekerja pada pemerintahan melainkan pada sistem tempat mereka bekerja.

(4) Bahwa liberalism tradisional maupun konservativisme tradisional tidak banyak relevansinya dengan masalah yang dihadapi pemerintah saat ini. Artinya, upaya menciptakan birokrasi pemerintahan yang baru dan upaya swastanisasi birokrasi, bukan merupakan pilihan yang sifatnya “hitam putih” atau keharusan mutlak antara ya dan tidak. Akan tetapi makna yang tersirat dalam berbagai upaya tadi adalah bagaimana menata ulang pemerintah agar menjadi lebih efisien.

Motivasi kewirausahaan ke sektor publik yang disuntikkan Osborn dan Gaebler dalam bukunya itu sejatinya mengambil dasar konsepsional J.B.Stay (1800), yang menyatakan bahwa kewirausahaan (entrepeneurship) adalah pemindahan berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah dengan produktivitas rendah ke wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil yang lebih besar. Di sini esensi jiwa entrepreneur harus dioptimalkan dengan ciri-ciri seperti tertuang dalam kalimat mereka sebagai berikut (Winardi:1995):

Mereka mendefinisikan kembali makna klien mereka sebagai pelanggan dan menawarkan kepada mereka banyak pilihan. Mereka lebih suka mencegah masalah sebelum datang, ketimbang hanya memberi servis sesudah masalah itu timbul.

3 Pengembangan Kelembagaan

Pandangan tradisional tentang kelembagaan mengatakan bahwa organisasi berperan sebagai wadah tempat fungsi-fungsi berinduk. Dengan kata lain, dalam bagan organisasi tergambar kotak-kotak yang diisi dengan sumber daya manusia dengan berbagai eselon jabatan. Pndangan demikian yang sering disebut sebagai pendekatan structural tentunya tetap relevan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan dating. Rancang bangun organisasi juga harus memperhatikan berbagai aspek lain disamping aspek structural. Rancang bangun organisasi di lingkungan birokrasi memerlukan

65

pemahaman tentang tipologi organisasi dan faktor-faktor yang menyebabkan adanya berbagai perbedaan dalam struktur organisasi.

4 Pengenalan Tipologi Organisasi

Logika yang amat sederhana mengatakan bahwa makin kompleks suatu organisasi, makin rumit pula strukturnya.Kompleksitas suatu struktur dipengaruhi oleh diferensia yang terjadi. Pada umumnya diketahui terdapat tiga bentuk diferensiasi dalam suatu organisasi

Pertama, Diferensiasi yang bersifat horizontal. Dalam suatu organisasi yang besar, biasanya terdapat banyak jabatan yang dari segi hirarki organisasi diperlukan setingkat, tetapi dipangku oleh orang-orang yang dituntut memliki pengatahuan dan ketrampilan yang spesialistik. Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa kompleksitas yang bersifat horizontal menyebabakan proses dan jalur komunikasi makin rumit, demikian juga koordinasi. Salah satu factor penyebab sulitnya koordinasi ialah karena persepsi dan orientasi yang berbeda dari para tenaga spesialis dalam organisasi.

Kedua, Diferensiasi vertical. Telah umum diketahui bahwa dewasa ini struktur organisasi besar biasanya bersifat pyramidal. Artinya, terdapat berbagai lapisan kewenangan dalam organisasi dan biasanya, makin besar suatu organisasi makin banyak pula lapisan atau stratifikasi hirarki yang terdapat di dalamnya. Pengalaman menunjukkan bahwa tingkat-tingkat kewenangan itu diciptakan baik karena tuntutan pembagian tugas maupun karena penerapan prinsip organisasi yang disebut sebagai rentang kendali atau span of control. Yang sering menimbulkan masalah bukan bersifat teknis organisasi seperti pembagian tugas dan rentang kendali, melainkan budaya organisasi dan perilaku para penjabat pimpinan . Dua hal yang yang menonjol sebagai berikut:(1) Dengan berbagai kewenangan, cenderung terjadi distorsi dalam

proses komunikasi dan pelaporan karena terjadi penyaringan apabila mereka yang menduduki jabatan pimpinan dalam organisasi tidak senang menerima laporan yang factual dan obyektif.

(2) Jika dalam organisasi berkembang budaya yang disebut jarak kekuasaan atau power distance, tidak mustahil ada orang yang menduduki jabatan pimpinan yang menggunakan diferensial vertical itu sebagai wahana untuk memperbesar kekuasaannya.

Ketiga, Diferensiasi spasial. Yang dimaksud difernsiasi spasila ialah kantor dan pegawai organisasi tersebar di wilayah geografis. Konsekuensi yang sering harus dihadapi ialah sulitnya komunikasi tanpa distorsi, sulitnya koordinasi internal antara berbagai satuan kerja dalam satu instansi, dan makin rumit pengendalian dan pengawasan. Salah satu jalan keluarnya ialah penerapan prinsip desentralisasi pengambilan keputusan tanpa kehilangan kendali oleh kantor pusat.

Tipolgi organisasi, ada lima tipe organisasi yang lumrah dikenal dewasa ini yaitu, organisasi lini, organisasi lini dan staf, organisasi funsional, organisasi matrik dan kepanitaan. Masing-masing cirri organisasi mengandung keunggulan dan kelemahan seperti berikut.

66

Pertama, Organisasi lini atau yang disering dikenal dengan istilah organisasi sederhana. Bentuk organisasi ini tepat digunakan untuk:(1) Organisasi masih kecil(2) Jumlah karyawan sedikit (<100 orang)(3) Produk yang dihasilkan tidak bervariasi(4) Pengetahuan dan ketrampilan yang dituntut dari para anggotanya

dalam rangka penyelesaian tugas belum spesialistik dan masih(5) Dimungkinkan hubungan langsung antara pimpinan dengan semua

bawahannya.

Kedua, Organisasi lini dan staf. Organisasi ini sering pula dikenal dengan istilah birokrasi mesin. Ciri-ciri organisasi lini dan staf adalah kebalikan cirri-ciri organisasi lini. Tipe ini cocok digunakan untuk:(1) Organisasi besar(2) Jumlah karyawan banyak(3) Produk yang dihasilkan sangat bervariasi(4) Para anggota sudah dituntut memilki pengetahuan dan keterampilan

yang spesialistik, dan hubungan atasan dan bawahan sudah terstratifikasi

Tipe ini sering digunakan jika kompleksitas tugas tinggi, baik dalam arti diferensiasi horizontal , vertical dan spasial. Tingkat formalisasi pun pada umumnya tinggi yaitu makin banyak tugas pekerjaan yang dibakukan muatannya, deskripsinya dan cara pelaksanaanya. Tingkat sentralisasinya pun tinggi seperti lumrah terlihat pada perencanaan dan pengendalian secara terpusat. Ciri tambahan tipe ini ialah adanya delinasi yang tajam antara orang-orang lini dan orang-orang staf yang tidak jarang bersifat dikotomi.

Pada umumnya yang dimaksud dengan ornag-orang lini adalah para anggota organisasi yang melaksankan tugas pokok dan berinteraksi dengan berbagai pihak diluar organisasi, sedangkan orang-orang staf adalah mereka yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan interaksi pun sebatas pemberian pelayanan internal. Keunggulan inilah yang menyebabkan banyak organisasi di lingkungan pemerintahan yang didasarkan atas tipe ini.

Beberapa kelemahan tipe lini dan staf ini antara lain adalah:(1) Bentuk organisasi pyramidal dapat dikatakan sebagai kelemahan

karena adanya berbagai lapisan kewenangan atau kekuasaan. Bahkan tidak mustahil diupayakan sebanyak mungkin lapisan kewenangan tersebut, apalagi kalau didukung oleh budaya masyarakat yang menerima pandangan bahwa adanya jarak kekuasaan atau power distance merupakan sesuatu yang hal yang normal dan wajar.

(2) Sering timbul dikotomi persepsi yang membedakan mereka yang melakukan tugas pokok dengan mereka yang melaksanakan tugas penunjang. Para pelaksana tugas pokok merasa lebih penting ketimbang mereka yang melaksanakan tugas penunjang.

(3) Karena tingkat formalisasi yang tinggi, tidak banyak kesempatan bagi para manajer bawahan dan para pelaksana kegiaan teknis operasional untuk berprakarsa dan menunjukkan kreativitas dan inovasinya karena cara, waktu dan prosedur telah dibakukan.

67

(4) Kecenderungan menerapkan pola sentralistik dalam pengambilan keputusan.

Ketiga: Organisasi fungsional. Nama lain utnuk tipe ini ialah birokrasi professional atau teknokrasi. Timbulnya tipe ini merupakan relative baru. Faktor penyebabnya ialah karena tuntutan tugas yang makin spesialistik yang pada gilirannya memerlukan tenaga pelaksana yang memahami segi-segi teknologikal penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan untuk menghindari dikotomi tugas pokok dan tugas penunjang. Kekuatan tipe ini terletak pada tersedianya tenaga-tenaga berkemampuan teknologikal tinggi dalam pelaksanaan tugas berkat pendidikan dan pelatihan.

Kelemahan Organisasi fungsional diantaranya pertama, manajemen puncak sering tidak menyenangi karena merasa kehilangan kekuasaan pengendalian atau pengawasan. Hal ini disebut sebagai kelemahan bukan karena cirri yang melekat, tetapi karena persepsi para manajer puncak. Kelemahan kedua, kecenderungan timbulnya konflik atau ketidakserasian antar komponen organisasi. Dikatakan demikian, karena para pelaksana fungsi yang spesialistik itu kerap kali berpandangan sempit dengan hanya menonjolkan bidangnya sendiri dan melupakan pentingnya bidang lain.

Banyak organisasi menggunakan tipe ini, karena:(1) Dapat digunakan dalam organisasi yang besar(2) Para pelaksana mempunyai kebeinggibasan untuk menentukan cara

terbaik menyelesaikan pekerjaan.(3) Kesempatan luas untuk menampilkan kreativitas(4) Para pelaksana diberdayakan dalam kekaryaannya.(5) Kepuasan kerja para anggota umumnya meningkat.

Harus ditekankan bahwa struktur ini tidak tepat digunakan secara menyeluruh dalam lingkungan birokrasi. Yang tepat menggunakan struktur ini diantaranya ialah rumah sakit, perguruan tinggi, meseum dan organisasi penelitian dan pengembangan.

Keempat, Organisasi Matrik. Tipe ini banyak digunakan oleh berbagai jenis organisasi dewasa ini seperti lembaga antariksa, organisasi penelitian dan pengembangan, laboratorium. Ciri pokok tipe ini ialah penggabungan fungsi dan produk suatu organisasi.Keunggulan tipe ini ialah:(1) Penempatan tenaga-tenaga yang memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang spesialistik.(2) Dimungkinkan pemanfaatan bidang-bidang spesialisasi tertentu untuk

kepentingan lintas produk.(3) Mudah untuk melakukan koordinasi untuk kegiatan yang bersifat

kompleks dan interdependen.(4) Komunikasi biasanya berjalan lancar dan lebih lentur.(5) Pemamfaatan prinsip skala ekonomi mengakibatkan kegiatan dapat

berlangsung lebih efisien.(6) Pelaksana berwawasan luas dan responsive terhadap perubahan.

Kelemahan organisasi matriks bermula dari dilanggarnya salah satu prinsip organisasi, yaitu prinsip kesatuan komando. Dalam organisasi matrik setiap tenaga pelaksana selalu mempunyai dua atasan langsung, yaitu pimpinan

68

yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan tertentu dan pimpinan yang menangani produk organisasi.

Kelemahan tipe ini ialah:(1) Ketidak jelasan jalur pertanggungjawaban yang dapat mengarah

kepada kekaburan dan stress dalam pekerjaan(2) Kemungkinan terjadinya percaturan kekuasan yang tidak mustahil

menimbulkan konflik(3) Ketidakpastian yang menimbulkan frustasi dan tingkat kepuasaan

kerja yang rendah.

3.4 Visi dan Misi 3.4.1 Visi dan Misi Departemen PU

“Bekerja Keras, Bergerak Cepat dan Bertindak Tepat”

Adalah Jargon Departemen Pekerjaan UmumDi era otonomi, bekerja keras belum menjamin percepatan pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran. Oleh karena itu, paradigma bekerja keras diasumsikan akan berubah menjadi “Bekerja Pintar”. Artinya, dengan jumlah sumberdaya manusia (SDM) yang semakin berkurang, pembangunan infrastruktur yang tepat sasaran (tepat guna dan berhasil guna), masih dapat dipercepat. Hal tersebut hanya dapat terjadi apabila kompetensi SDM ditingkatkan dan ditunjang oleh struktur organisasi fungsional yang tepat ukuran (right sizing). Visi Departemen PU Jangka Panjang adalah ”Menjamin Pelayanan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang Baik dan Layak untuk Kehidupan yang Produktif dan Berkelanjutan”Catatan: Pada era otonomi, Departemen PU “bukan” lagi penyedia (provider) utama Infrastruktur, tetapi menjadi pemberdaya (enabler).

69

Provider utama infrastruktur adalah Pemerintah Daerah (Pemda) dan swasta. Namun, tanggung jawab manfaat dan dampak infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan, tetap berada di pundak Departemen PU. Oleh karena itu, pergeseran peran ini juga tercermin dalam Visi dan Misi pada setiap tahapan PJM. Departemen PU juga memiliki Visi jangka menengah yaitu Visi 2005-2009 dan Visi 2010-2014. Visi tersebut disesuaikan dengan tahapan RPJM. a) Visi 2004 – 2009 : “Menjamin Pelayanan Infrastruktur Bidang

Pekerjaan Umum yang “Baik dan Layak” untuk Kehidupan yang Produktif dan Berkelanjutan”

b) VISI 2010-2014 : Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang “Memadai” Berbasis WilayahCatatan:Pada VISI PU 2010-2014, tersirat adanya peningkatan kualitas yaitu dari infrastruktur yang baik dan layak menjadi infrastruktur yang memadai. Ditambah lagi, infrastruktur itu harus berbasis wilayah yang tentunya bukan hanya untuk kehidupan yang produktif dan berkelanjutan saja, tetapi kehidupan yang menyeluruh yaitu aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Selaras dengan Visinya, Departemen PU juga memiliki Misi jangka menengah yaitu misi 2005-2009 dan misi 2010-2014.

a). MISI Departemen PU (2004 – 2009) adalah “Memenuhi Kebutuhan dan Mengembangkan Infrastruktur bidang Pekerjaan Umum secara Profesional, Partisipatif dan Transparan guna Mewujudkan Ruang Nusantara yang Nyaman dan Berkualitas”.

b). MISI Departemen PU (2010-2014) adalah: “Membangun dan memantapkan kondisi infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dengan upaya maksimal berbasis penataan ruang”

Catatan:Penataan ruang adalah system proses yang meliputi (i) perencanaan ruang, (ii) pemanfaatan ruang dan (iii) pengendalian pemanfaatan ruang. Ketiga elemen system tersebut saling berinteraksi untuk mencapai suatu ”tujuan” yaitu ” mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan” (pasal-3 UU-26/2007).

3.4.2 Visi dan Misi Organisasi Litbang PU

”Elit dan Membanggakan”Adalah jargon Organisasi Litbang PU kedepan

Visi Balitbang PU:

70

Visi Balitbang Jangka Panjang (20-05-2025) adalah ”Menjadi lembaga terkemuka” dalam menyediakan jasa keahlian dan teknologi untuk mendukung tersedianya infrastruktur PU yang handal. Sesuai dengan jargon tersebut, yang dimaksud dengan lembaga terkemuka adalah lembaga ”Elit dan Membanggakan”. Lembaga ini, mampu menawarkan solusi solusi terhadap permasalahan yang berhubungan dengan infrastruktur. Menawarkan, mengandung pengertian proaktif, tanpa diminta. Hal itu berarti bahwa lembaga ini harus benar benar menguasai data dan informasi tentang infrastruktur bidang PU dan informasi terkait lainnya.

MISI Balitbang PU:

1. (Alt-1) ”Menyediakan” dukungan IPTEK untuk pengembangan infrastruktur yang berbasis penataan ruang atau

2. (Alt-2) ”Menjamin” tersedianya dukungan IPTEK untuk pengembangan infrastruktur yang berbasis penataan ruang.

Penggunaan kata ”menjamin” lebih berat daripada ”menyediakan”. Namun, lebih menantang. Penataan ruang adalah pedoman untuk RPJP dan RPJM pada umumnya, dan khususnya infrastruktur bidang Pekerjaan Umum. Infrastruktur PU harus menjadi integrator pembangunan dan menjadi pembentuk ruang wilayah menuju ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

MISI Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balitbang PU

Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut, diperlukan SDM yang kompeten dan profesional yang didukung sarana kelitbangan yang handal. Atas dasar hal tersebut, maka MISI Struktur Organisasi Blitbang PU kedepan adalah ”Menjamin tersedianya SDM yang profesional dan amanah serta Sarana Kelitbangan yang handal”

3.4.3Tujuan dan Sasaran Struktur Organisasi Balitbang PU: Tujuan Struktur Organisasi Balitbang PU (2010-2014):

1. Meningkatkan kompetensi SDM2. Meningkatkan keandalan Sarana Kelitbangan3. Meningkatkan sistem ketatalaksanaan

Sasaran Struktur Organisasi Balitbang PU (2010-2014):

1. Dicapainya rasio tenaga inti sebesar 55% dan tenaga penunjang sebesar 45% dari total SDM Balitbang PU

2. Dicapainya rasio tenaga fungsional untuk semua jabatan fungsional sebesar 90% dan tenaga non fungsional 10% dari total SDM Balitbang PU kedepan

3. Dicapainya rasio Doktor sebesar 10% dan Mater sebesar 40% dari tenaga Strata-1 Balitbang PU kedepan.

71

4. Terakreditasinya 25% laboratorium pengujian dan terkalibrasinya seluruh sarana kerja kelitbangan

5. Tersusun dan teraplikasikannya seluruh pedoman dan prosedur kerja yang diperlukan oleh setiap pelaksana tugas.

6. Terselenggaranya sistem tata laksana organisasi yang menganut prinsip prinsip perbaikan menerus (Continuous Improvement)

Penetapan sasaran tersebut menjadi acuan dalam melaksanakan reformasi birokrasi secara bertahap. Sementara itu, berdasarkan pedoman umum tentang reformasi birokrasi (Ref. PerMen PAN nomo:r PER/ 15 /M.PAN/7/2008), reformasi dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh aspek berikut ini: 1. Penataan sistem jabatan dan remunerasi2. Penataan Organisasi3. Penataan Tata Laksana4. Penataan Sistem Manajemen SDM5. Penguatan Unit Organisasi6. Penyusunan Peraturan Perundangan7. Penguatan Pengawasan Internal Reformasi terhadap aspek aspek tersebut harus dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.

3.5 Rencana Strategis dan Respons Strategis3.5.1 Renstra Pengembangan Organisasi 2005-2009:m

Pagu anggaran Balitbang PU pada RPJM 2005-2009 tercatat sebesar 1,361 Triliun. Dengan anggaran tersebut telah dihasilkan sebanyak 1934 (seribu Sembilan ratus tigapuluh empat) produk atau output kegiatan. Telah dibahas pada bab 2.5.4 bahwa proporsi kegiatan Balitbang PU tersebut adalah (i) Litbang 45 %, (ii) Advis Teknis (19%) dan Diseminasi yang dilanjutkan dengan Pelatihan sebesar 36%. Sementara itu, distribusi pembelanjaannya untuk kegiatan tersebut adalah (i) Litbang 62%, (ii) Advisteknis 14% dan (iii) Diseminasi termasuk pelatihan adalah sebesar 24%.Kedalam kegiatan litbang tersebut, telah termasuk kegiatan kegiatan yang terkait dengan pengembangan organisasi dan tata kerja yaitu:1. Pengembangan Struktur Organisasi Balitbang 2005 2. Pengembangan dan penerapan system manajemen mutu (SMM) di

Bagian Standardisasi Sekretariat Balitbang PU3. Penyusunan Analisis Jabatan (Anjab) untuk seluruh pejabat structural

dan para pelaksana tugas4. Penyusunan Pedoman Operasional Kegiatan (POK) 5. Penilaian Psycologis bagi tenaga baru6. Pelatihan ESQ

72

7. Kegiatan Apresiasi untuk tenaga baru 8. Pendidikan dan Pelatihan bagi calon peneliti

Hasil hasil nyata yang diperoleh dari kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:a). Penambahan satu pusat kajian Sosial Ekonomi dan Budaya serta

pengembangan peran masyarakat (Pus Sebramas) dalam struktur Organisasi Balitbang PU.

b). Dikembangkannya PKSK, Standis, Proker dalam struktur organisasi pusat pusat litbang

c). Tersedianya Analisis Jabatan bagi seluruh pelaksana tugas pelayanan administrasi dan manajemen kelitbangan

d). Tersedianya Pedoman Operasional Kerja (POK) bagi seluruh pelaksana tugas pelayanan administrasi dan manajemen kelitbangan

e). Profil psychologis SDM baru untuk landasan pembinaan karir pegawai oleh para pimpinan yang diberi amanah untuk membina SDM baru tersebut.

f). Legalisasi terhadap sebagian SDM baru untuk menjadi calon pejabat fungsional peneliti.

Namun, Kegiatan kegiatan tersebut belum terstruktur dan mengikuti kaidah kaidah perencanaan strategis. Oleh karena itu, pada RPJM periode 2010-2014, struktur programnya diperbaiki agar tepat sasaran.

3.5.2 Renstra Pengembangan Organisasi 2010-2014:

Proyeksi Anggaran Balitbang pada RPJM 2010-2014 adalah sekitar 1,497 Triliun (naik 10% karena inflasi). Dengan pagu anggaran tersebut, diperkirakan menghasilkan jumlah produk yang sama, tetapi dengan kualitas dan layanan yang lebih profesional.Renstra aspek kepegawaian dan ortala berikut ini, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari renstra sebelumnya. Namun lebih terstruktur sesuai dengan pedoman reformasi birokrasi dari MenPan.Adapun kegiatan kegiaan pokok aspek kepegawaian dan Ortala pada Renstra 2010-2014 adalah sebagai berikut:1. Penataan Struktur Organisasi yang meliputi (i) sistem jabatan, (ii)

penguatan Unit unit Organisasi, (iii) Penguatan SIM-K, dan (iii) Manajemen SDM)

2. Penataan Tata Laksana yang meliputi (i) legalisasi POK dan aplikasi POK, serta (ii) aplikasi Sistem Manajemen Kelitbangan yang berbasis SNI 19-9001.

3. Manajemen Perubahan yang meliputi (i) Apresiasi Reformasi Birokrasi, (ii) Penyegaran & Diklat Kompetensi, dan (iii) Pendidikan Pasca Sarjana

3.5.3 Renspons Strategis

73

Yang dimaksudkan dengan respons strategis adalah hal hal yang harus dilaksanakan dan/atau diwujudkan dalam rangka mewujudkan Visi Organisasi yang ”Elit dan Membanggakan.Respons Strategis bersifat “PRAKONDISI” yang harus dipenuhi agar tujuan dan sasaran pengembangan struktur organisasi dapat tercapai. Pra Kondisi yang diperlukan adalah sebagai berikut:1. Komitmen Pimpinan Puncak untuk menjalankan reformasi

birokrasi2. Komitmen semua pihak terkait untuk menggunakan data yang

objektif dalam pengambilan keputusan tentang pengembangan struktur organisasi.

3. Komitmen semua pejabat dan pegawai Balitbang PU untuk menjalankan semua kebijakan dan strategi reformasi yang telah disepakati.

4. Tersedianya dana yang memadai untuk mempercepat pencapaian sasaran struktur organisasi

5. Tersedianya Sarana Kerja yang memadai untuk menunjang pelaksanaan tugas tugas organisasi

6. Terciptanya iklim yang kondusif misalnya iklim kompetisi yang sehat untuk meningkatkan kinerja pegawai.

Catatan: 1. Penataan kembali sistem ke tatalaksanaan meliputi pengadaan

software, hardware) untuk optimasi SIM-K.2. Manajemen perubahan, yang meliputi kegiatan apresiasi kepada para

pegawai Balitbang tentang reformasi Birokrasi, penerapan remunerasi, persiapan SDM menghadapi perubahan dll.

3. Penetapan dan pemberlakukan peraturan perundangan yang terkait dengan implementasi dari reformasi di Balitbang PU (Surat Edaran, Surat Keputusan dari Kabalitbang untuk menerapkan sistem manajemen mutu berbasis SNI seri 9001).

4. Sistem manajemen mutu (SMM) yang sudah dikembangkan dan dijalankan oleh bagian standar setbalitbang, sebaiknya berlaku di seluruh Balitbang.

5. Penerapan SMM, tidak ditujukan untuk mendapatkan sertifikasi mutu, tetapi lebih difokuskan pada substansinya melalui pembagian tanggung jawab mutu misalnya: a). Penanggungawab pengendalian dokumen adalah ”bagian

kepegawaian dan ortala”, b). Penanggungjawab pengendalian rekaman mutu (bukti kerja)

adalah bagian ”Keuangan & Umum”. Rekaman mutu (bukti kerja) adalah semua dokumen yang dapat digunakan sebagai bukti bahwa pekerjaan yang diduga dapat mempengaruhi mutu, benar benar telah dilaksanakan.

c). Penanggungjawab pelaksaaan evaluasi terhadap pelaksanaan SOP yang sudah di SK kan oleh kabalitbang adalah ”bagian standar”. Dalam bahasa SNI 9001 adalah ”Audit Internal”.

74

d). Penanggung jawab pengendalian rapat koordinasi berkala (Rakorla), adalah bagian ”Perencanaan dan Kerjasama”.

6. Pedoman pedoman yang diperlukan dalam rangka penerapan SMM dan bersifat umum (dapat dipakai siapa saja), sudah tersedia di bagian standardisasi Sekretariat Balitbang PU.

7. Bagian Standardisasi Sekretariat Balitbang PU, saat ini telah menerapkan SMM beserta pedoman pedomanya, sehingga pengalaman dan pengetahuannya dapat ditularkan kepada bagian lainnya.

8. Pedoman yang bersifat khusus (operasional), juga sudah tersedia yaitu yang disebut ”Pedoman Operasional Kegiatan (POK)”

Hal itu berarti bahwa kelengkapan minimal infrstruktur ketatalaksanaan sudah tersedia. Oleh karena itu, langkah berikutnya adalah menerapkan POK yang telah dibuat dan mengintegrasikannya dengan penerapan prosedur standar sistem manajemen mutu (SMM).

Komitmen Pimpinan Puncak menjadi penentu keberhasilan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Balitbang PU.

75

3.6 Rancangan Struktur Organisasi3.6.1Arah dan Tahapan Pengembangan Organisasi Litbang PU

2010-2025

Prinsip dasar yang digunakan acuan untuk Pengembangan Organisasi Litbang 2025 adalah: “Menuju Birokrasi Interpreuneur” dengan kriteria sebagai berikut:a. Netral/independen b. Berfungsi sebagai clearing house atas data, informasi dan teknologi, c. Selaras dengan kebutuhan pelanggan dan diutamakan melayani

kebutuhan internal Departemen PU, d. Perbaikan difokuskan pada peningkatan fungsi organisasi yang ada

(tidak merombak) Perkembangan Organisasi Balitbang PU, pada dasarnya merupakan lanjutan dari proses sebelumnya (Tabel-13 )

Tabel- Matrik Perkembangan Organisasi Balitbang PU

UNSUR < 1984 1984-2009 KEDEPAN (2009-2025)

PEMBINA DITJEN MENTERI MENTERI

ESELON II I I

DANA APBN APBN,BLN, SWASTA, MASY

APBN, BLN, SWASTA, MASY (Industri konstr, asosiasi dll)

RUANG LINGKUP

PELAYANAN

Survey, Investigasi, rancang bangun & Rekayasa

Litbang teknologi & Manajemen, rancang bangun & rekayasa IPTEK, Layanan keahlian dan teknologi (Advistek), Pengembangan Standard dan diklat (TOT), sertfikasi Produk

Litbang teknologi, litbang Manajemen & Kebijakan, rekayasa & rancang bangun IPTEK, Layanan keahlian dan teknologi, (Advis Teknis), Pengembangan Standardisasi, Pelatihan untuk calon pelatih (TOT), Akreditasi & Sertifikasi Produk, Uji Mutu, Arbitrasi, Clearing House Data & IPTEK Bidang PU

USER Ditjen terkait

Internal PU Swasta, Masy,

Internal PU, Pemda, Swasta, Masy (pengembang, asosiasi dll)

SDM30% inti, 70% penunjang

42% inti (>D3), 58% penunjang (<SMU)

70% inti (40% S2/S3, 60% S1), 30% penunjang (D3)

Catatan: kalimat yang diberi tanda bold, perlu dikembangkan dan diperkuat.

Struktur antara untuk Organisasi Balitbang PU menuju organisasi masa depan, pada dasarnya adalah struktur 2005-2009 dengan perkuatan perkuatan pada unit unit kerja tertentu.

76

Identifikasi Kebutuhan Perbaikan …….

a. Fungsi Pusat SEB

b. Fungsi Balai PusKim & Pus SDA

c. Fungsi Balai/loka diluar kampus

d. Fungsi Bagian di Setbadan

e. Fungsi bagian/Bidang di Pusat

Adapun tujuan perbaikan dan/atau perkuatan fungsi fungsi Pusat Sebramas, Balai Puskim dan Pus SDA serta Fungsi balai/loka diluar kampus adalah agar selaras dengan kebutuhan Undang Undang Sektor yang dilayani

Perbaikan dan/atau perkuatan fungsi bagian di secretariat Balitbang dan fungsi bagian/bidang di pusat pusat adalah agar lebih profesional dalam memberi pelayanan kepada pelanggannya.

Catatan:Identifikasi tersebut, idealnya bersumber dari bab-2 (Telaah Ilmiah) misalnya aspek aspek:1. Kewenangan dan/atau kewajiban pemerintah pusat cq

Departemen PU) dibidang PU dan Penataan Ruang2. Kinerja litbang yang tentunya dipengaruhi oleh bentuk struktur

organisasi dan unsur unsur pembentuknya (SDM, tujuan, sarana kelitbangan, system manajemen, mekanisme perencanaan litbang, dll)

Hasil identifikasi tersebut, seyogyanya menjadi landasan untuk menilai usulan pengembangan dan/atau perubahan struktur organisasi kedepan.Setiap usulan alternative struktur organisasi pada bab selanjutnya, hendaknya dikaji keunggulan/kelebihan dan kelemahannya.Tentunya seraya memperhitungkan kondisi sumberdaya yang ada sekarang dan kesiapannya dalam menghadapi perubahan yang kita rencanakan. Pertimbangan tersebut diperlukan untuk mengatur strategi pencapaian sasaran pengembangan struktur organisasi dan tata kerja kedepan yang meliputi (i) perubahan rasio tenaga inti dengan tenaga penunjang, (ii) peningkatan jumlah doctor dan S2, (iii) peningkatan jumlah tenaga fungsional, (iv) terareditasinya 25% laboratorium, (iv) teraplikasikannya POK, (v) Terselenggaranya sistem tata laksana organisasi berbasis SNI seri 19-9001

77

3.6.2 Konsep Penataan Fungsi Organisasi

Penataan Fungsi Organisasi dibagi 2 (dua) kemungkinan yaitu (i) Perkuatan Struktur Organisasi yang ada (dibangun pada tahun 2005), dan (ii) Penambahan Struktur Organisasi

Gambar-32 Konsepsi Penataan Fungsi Organisasi Balitbang PU (Alternatif-1)

Pelaksana Litbang PSPU

Pelaksanalitbang SDA

Pelaksanalitbang Jatan

Pelaksanalitbang Perkim

Pelaksana litbangManajemen PSPU

1. Litbang PS SDA, 2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

1. Litbang PS Jatan2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

1. Litbang Perkim2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

1. Litbang Manajemen PSPU2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

Catatan: Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) meliputi jabatan jabatan (1) pranatakomputer, (2) pranata humas, (3) arsiparis (3) analisis kepegawaian, (4) Pustakawan, (5) Peneliti/KBK, (6) Perekayasa. Masing masing melaksanakan fungsi sesuai perundangan yang berlaku.

Pelayanan ADM & Manajemen + + + +

Adm Adm Adm

Dukungan OperasionalOperasional/ProduksiGaris Koordinasi/PembinaanGaris Perintah/Komando

Keterangan

KJF KJF KJF KJF

KJF

++++ SekretariatStandar, AMDAL & MitigasiDampak Climate Change

Adm

Pelaksanalitbang SDA

Pelaksanalitbang Jatan

Pelaksanalitbang Perkim

Pelaksana litbangManajemen PSPU

1. Litbang PS SDA, 2. IPTEK Terapan3. Advis Tektis4. Diklat SPMK

1. Litbang PS Jatan2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

1. Litbang Perkim2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

1. Litbang Mgt PSPU2. IPTEK Terapan3. Advis Teknis4. Diklat SPMK

Catatan: Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) meliputi jabatan jabatan (1) pranatakomputer, (2) pranata humas, (3) arsiparis (3) analisis kepegawaian, (4) Pustakawan, (5) Peneliti/KBK, (6) Perekayasa. Masing masing melaksanakan fungsi sesuai perundangan yang berlaku.

Adm Adm Adm

Dukungan OperasionalOperasional/ProduksiGaris Koordinasi/PembinaanGaris Perintah/Komando

Keterangan

KJF KJF KJF KJF

KJF+++ SekretariatAMDAL & MitigasiDampak Climate Change

Adm

PengelolaStandar, Data & Info PSPU

1. PengembanganStandar

2. Pengolahan Data PSPU3. Publikasi Infotek PSPU

KJF Adm

Pelayanan ADM & Manajemen + + + +

Pelaksana Litbang PSPU

78

Gambar-33 Konsepsi Penataan Fungsi Organisasi Balitbang PU (Alternatif-2)

3.6.3 Struktur Organisasi Litbang PU (Alternatif-1)

Alternatif ini adalah perkuatan struktur organisasi yang ada yaitu yang baru dibangun tahun 2005 (meneruskan reformasi organisasi yang telah dimulai sejak awal tahun 2005………….)

Gambar-34 Model-1 Struktur Organisasi Balitbang PU

Perubahan yang perlu dilakukan dan/atau diperkuat antara lain adalah:

1. Fungsi dan area kajian yang seharusnya dilakukan oleh pusat kajian social, ekonomi dan pengembangan peran serta masyarakat

2. Pelayanan Puskim terhadap unit operasional dilingkungan departemen pekerjaan umum, apakah tercermin dari struktur balai yang ada

3. Fungsi bagian standardisasi, dengan penambahan peran sebagai sekretariat fasilitasi AMDAL, koordinasi kegiatan terkait dengan penanganan dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

4. Fungsi bagian kepegawaian dan ortala yang seharusnya in-line dengan fungsi PKSK

5. Adanya tumpang tindih fungsi Standis dengan proker, khususnya sosialisasi hasil litbang (baru).

6. Fungsi balai dalam sistem organisasi balitbangCatatan:SOP yang telah dibuat untuk masing masing bagian di sekretariat balitbang,seyogyanya segera diimplementasikan, dimonitor,

Rancangan Struktur Organisasi (Alt-1)

BALITBANG

SET BALITBANG

PUS-1

TUKJF

KJF

Bag-1 Bag-2 Bag-3 Bag-4

Bid-3Bid-1 Bid-2

UPTUPTUPTBalai

PUS-2 PUS-3 PUS-4

Nama Balai disesuaikan dengan penamaan di UU terkait dan/atau namadirektorat jenderal, sehingga dukungan terhadap Tusi Stakeholder menjadi lebih jelas (Jumlah Balai ditinjau ulang berdasarkan beban tugas).

Fungsi pelayanan dari unit kerja di Pusat Pusat, harus sama denganSetbalitbang, sehingga pelaksanaan fungsi koordinasi, pengaturan danpembinaan administrasi dan manajemen ke Pusat Pusat meljadi lebih jelas

Perbaikan Struktur Organisasilebih dititikberatkan padapenataan kembali tugasFungsi (Tusi) dan Tata Kerja Ada tambahan fungsi

fasilitasi AMDAL & Mitigasi dampak Global Warming & PerubahanIklim Global

79

dievaluasi dan diperbaiki sambil berjalan (continuous improvement).

3.6.4 Struktur Organisasi Litbang (Alternatif-2)

Alternatif ini diilhami oleh keberadaan pusat pusat sandardisasi setingkat eselon-II di lembaga litbang LPD yaitu (i) Pusdainfo di balitbang Depattemen kesehatan, (ii) Pusdainfo di Departemen Transmigrasi dan Pusat Standardisasi di Balitbang Departemen Perindustrian).

Gambar-35 Model-2 Struktur Organisasi Balitbang PU

Usulan struktur organisasi ini, pada dasarnya adalah usulan alternative-1 plus. Konsekuensinya

adalah

hilangnya bagian

standardisasi sekretariat balitbang. Pertanyaannya: apakah fungsi fasilitasi AMDAL dan koordinasi penanganan kegiatan mitigasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim akan diambil alih oleh pusat standadisasi Balitbang PU? Apakah Pusat ini juga akan menangani juga aspek pengelolaan data dan informasi?

3.6.5 Struktur Organisasi Litbang PU (Alternatif-3)

Unuslan alternatif-3 ini adalah renspons atas keluhan Dirjen tentang tidak jelasnya keterkaitan antara tugas dan fungsi dirjen dengan Balitbang. Oleh karena itu, penamaan bidang bidang dibawah kapus, mengikuti nama direktorat dan/atau disesuaikan dengan penamaan (nomenklatur) bidang/sub bidang yang digunakan dalam peraturan perundangan.

Usulan struktur ini juga baik. Namun ada konsekuensinya yaitu bidang standis, proker dan PKSK yang baru dibangun tahun 2005 harus hilang dan digantikan eselon-4 yang ada di masing masing bidang.

80

Gambar-36 Model-3 Struktur Organisasi Balitbang PU

Ditinjau dari aspek peningkatan profesionalisme dan konsep right sizing, usulan ini juga sudah menuju kearah tersbut. Pembinaan oleh bagian bagian di sekretariat balitbang kepada pusat pusat, secara gafris komando lebih baik, karena eselon yang dibina (eselon-IV, satu tingkat dibawah pembinanya (eselon-III).Persoalannya adalah, apakah eselonisasi balai akan diturunkan ke eselon-IV atau tetap eselon-III, seperti balai balai di balitbang Deprtemen Pertanian?

Adakah alternative lain yang layak untuk diajukan dan dikaji bersama …………….?

Bagaimana Nama Nama unit kerja Bidang, Balai, Bagian .........? apakah ada pemikiran untuk dikaji bersama ...............?

Menurut pembaca, apa sudah teridentifikasi hal hal berikut ini:

1. Apa saja yang harus berubah dari struktur organisasi dan tata kerja yang ada........?,

2. Mengapa harus berubah ....... ?3. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan

perubahan yang diinginkan ...?4. Bagaimana cara melakukan perubahan agar

tidak terjadi gejolak yang menimbulkan demotivasi ... ?

Rancangan Struktur Organisasi (Alt-3)

BALITBANG

SET BALITBANG

PUS-1

Set PusKJF

KJF

Bag-1 Bag-2 Bag-3

Sub Bid-3Sub Bid-1 Sub Bid-2

PUS-2 PUS-3 PUS-4

Perbaikan Struktur Organisasimeliputi penambahan pusat, penataan struktur Balaiseraya menata kembali tugasFungsi (Tusi) dan Tata Kerja

Fungsi Standardisasiplus fasilitasi AMDAL & Mitigasi dampak Global Warming & PerubahanIklim Global

PUS-5 Standardisasi

BidangBidangBidangBidang

Sekretariat Pusat (Es-3), membawahi sub bag (Es-4) yang tugas fungsinya merupakan sub ordinatSetbalitbang

Bidang menggantikan Balai. Laboratorium, tetap dibawah pembinaan bidang. Nama Bidang disesuaikan dengan penamaan di UU terkait dan/atau namadirektorat jenderal, sehingga dukungan terhadap Tusi internal PU menjadi lebihjelas.

81

3.7 Tata Kerja Organisasi Kedepan3.7.1 Komite Riset

Salah satu kelemahan kita adalah ”tidak adanya system tata kerja” yang dapat mempertemukan antara produsen IPTEK bidang PU dengan calon pembeli dan/atau penggunannya, yang dalam hal ini adalah stakeholder utama Balitbang PU yaitu “semua unit operasional dilingkungan Departemen PU”.

Tata kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan akhir untuk semua usulan rencana strategis (renstra) ataupun rencana kerja (Renja) harus melalui proses integrasi dan/atau penyaringan komite ini.

2. Pada rapat komite, para calon pembeli harus mengemukakan secara jelas tentang apa yang dibutuhkan dan akan dibeli.

3. Sebaliknya, producen IPTEK juga harus memberi pandangan tentang kebutuhan yang sebaiknya dipenuhi atau perlu dibeli tersebut.

4. Tentunya opini dan/atau saran produsen IPTEK tersebut harus didasarkan pada hasil riset. (problem dan need análisis).

Komite Riset adalah “tata kerja” yang dimaksud. Tentunya, apabila tata kerja tersebut dapat menyelesaikan kesenjangan tersebut, maka perlu dikaji kembali siapa pelaksana dan/atau penanggungjawab dalam funsgi tersebut dalam struktur organisasi departemen.

Pertanyannya adalah:1. Struktur mana di departemen PU yang akan ditugasi

menjalankan fungsi sebagai Riset komite tersebut?

2. Struktur mana di Balitbang PU yang akan menjalankan fungsi sebagai komite Riset tersebut?

Untuk tingkat Departemen, fungsi tersebut seharusnya melekat di Biro Perencanaan Sekretariat jenderal Departemen PU. Atau mungkin dapat ditugaskan kepada staf ahli menteri atau pusat pusat yang langsung bertanggung jawab kepada menteri meskipun koordinasi pelaksanaannya berada pada sekretariat jenderal.

Untuk tingkat Balitbang, fungsi ini seharusnya juga melekat di bagian Perencanaan dan Kerjasama.

Jadi, tidak perlu membuat atau membuka struktur organisasi yang baru, tetapi difokuskan pada penyediaan perangkat hukumnya (mandatori) dan peningkatan kapasitas SDM.

3.7.2 Tata Kerja Organisasi Litbang Kedepan

82

Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa pada RPJM 2005-2009 yang akan berakhir bulan desember 2009 yang akan datang, telah banyak dilakukan kegiatan kegiatan yang terkait dengan pengembangan organisasi dan tata kerja.Kegiatan tersebut antara lain adalah:1. Penyusunan analisis jabatan (ANJAB)2. Penyusunan pedoman operasional kegiatan (POK) yang

analog dengan SPMK (Standar, Pedoman, Manual dan criteria) dibidang organisasi dan ketata laksanaan.

3. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) berbasis SNI seri 9000 di bagian standardisasi.

Sayangnya, asset mahal yang sudah kita miliki tersebut belum optimal penerapannya, bahkan ANJAB dan POK, sama sekali belum dipakai acuan bekerja. Didalam pendekatan sistem manajemen mutu, tata kerja kedepan adalah tata kerja yang sudah di uji cobakan dalam praktek, untuk mengawal pengembangan struktur organisasi yang telah dibangun sebelumnya.Oleh karena itu, sebelum mengganti dan/atau meniadakan beberapa kotak struktur organisasi, seyogyanya dijalankan dulu ANJAB dan POK yang telah ada teehadap struktur organisasi yang ada sekarang. Perbaikan POK dilakukan sambil berjalan. Demikian pula halnya dengan perbaikan dan/atau penggantian salah satu unit kerja (bilamana memang pada waktu yang ditetapkan memang benar benar tidak dapat memperbaiki diri. Penyusunan “Tata Kerja” Organisasi yang nantinya menjadi bagian dari PerMen PU tentang Organisasi dan Tata Laksana, sekurang kurangnya mencakup aspek aspek berikut ini:1. Ruang lingkup tanggungjawab pejabat structural2. Pola hubungan kerja antar pejabat struktural3. Pola hubungan kerja antara pejabat struktural dengan pejabat

fungsional 4. Pola perbaikan dokumen kerja dan pola pengendaliannya5. Bukti kerja (record) atas pelaksanaan tugas dan pola

pengendaliannya6. Pola Penilaian kesesuaian pelaksanaan tugas dengan POK yang

ditetapkan serta pencapaian sasaran kinerja7. Pola Rapat Koordinasi Berkala (Rakorla) yang efektif dan efisien serta

tata penyiapan maupun penulisan risalah rapatnya.

Daftar Pustaka

83

Anonim, Undang Undang RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Anonim, Undang-Undang RI nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara

Anonim, Undang Undang RI nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya AirAnonim, Undang-Undang RI nomor 38 tahun 2004 tentang JalanAnonim, Undang Undang RI nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan

GedungAnonim, Undang Undang RI nonor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan JalanAnonim, Undang Undang RI nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan

PermukimanAnonim, Undang Undang RI nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan RuangAnonim, Undang Undang RI nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan

SampahAnonim, Undang Undang RI nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional

Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Anonim, Undang Undang RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa KonstruksiAnonim, Undang Undang RI nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025Anonim, Undang Undang RI nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah SusunAnonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 20 tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta hasil kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 2006, tentang Perizinan melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 34 tahun 2006 tentang JalanAnonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 16 tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

84

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 30 tahun 2000 tentang penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi

Anonim, Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi

Anonin, Peraturan Pemerintah RI nomor 15 tahun 2005 tentang Jalan TolAnonim Peraturan Presiden RI nomor 16 tahun 2005 tentang Dewan Riset

NasionalAnonim, Peraturan Presiden RI nomor 11 tahun 2005 tentang Perubahan Kelima

atas Keputusan Presiden nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen

Anonim, Peraturan Presiden RI nomor 10 tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia

Anonim, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor : Per/ 15 /M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi

Anonim, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol

Anonim, Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor : kep/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dep Kimpraswil 2001, (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah), Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penataan Ruang, Permukiman dan Pekerjaan Umum (KepMen Kimpraswil 534/KPTS/M/2001 tanggal 18 Desember 2001

Depdagri, LAN 2007, Modul-1 Perumusan Kebijakan Pengembangan Organisasi, Diklat Teknis Pengembangan Organisasi Pemerintah Daerah

ITB 2003, Restrukturisasi Pusat-Pusat Penelitian, Institut Teknologi Bandung, http://www.lppm.itb.ac.id, Januari 2003

Kurt Lewin 1951, Field Theory in Social Science, 1951Nehru, Jawaharial -India Perpectives, 2009, Koran Kompas tanggal 25

Februari 2009

85