masalah 1
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
Masalah 1
3. Bagaimana histologi traktus urinarius? arrasy, rabecca
Ginjal
Organ ekskresi yang berperan untuk ekskresi urin adalah ginjal. Dari ginjal keluar saluran
yang dinamakan ureter, selanjutnya urin disimpan di kandung kemih dan dikeluarkan melalui
urethra.
Ginjal berbentuk seperti buncis, yang dibungkus oleh kapsul ginjal yang terdiri atas jaringan
ikat padat. Bagian hilus ginjal merupakan saluran besar yang dinamakan pelvis ginjal dan
selanjutnya dari pelvis keluar beberapa saluran yang dinamakan kaliks mayor dan dari kaliks
mayor bercabang-cabang membentuk kaliks minor. Ginjal terbagi atas bagian korteks dan
medulla. Pada medulla ginjal terdapat 10-18 struktur seperti piramid. Puncak piramid menonjol
dalam kaliks minor. Di antara 2 piramid merupakan jaringan korteks yang dinamakan kolum
Bertini ginjal.
Korteks ginjal terutama terdiri atas nefron. Tiap-tiap ginjal terdiri atas 1-4 juta unit filtrasi
fungsional yang dinamakan nefron. Tiap-tiap nefron terdiri atas badan malphigi, tubulus
kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal. Selanjutnya tubulus kontortus
distal bermuara pada duktus koligens yang asal embriologinya berbeda dari nefron.
Badan malphigi terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman. Glomerulus merupakan
berkas-berkas kapiler darah. Kapiler-kapiler dilingkupi oleh lapisanviseral dan kapsula Bowman
merupakan lapisan parietal.
Lapisan parietal kapsula Bowman terdisi dari epitel selapis gepeng yang terletak di atas
lamina basalis. Lapisan viseral mempunyai sel yang disebut podosit, dimana dari badan selnya
keluar beberapa tonjolan primer dan dari tonjolan primer keluar banyak tonjolan sekunder.
Arteriol afferen masuk kedalam badan malphigi dan arteriol efferen keluar dari badan malphigi.
Dari arteriol afferen bercabang menjadi banyak kapiler. Antara lapisan viseral dan lapisan
parietal terdapat ruang kosong yang berisi cairan, dan selanjutnya cairan itu dikeluarkan melalui
tubulus kontortus proksimal.
Tubulus Kontortus Proksimal, Lengkung Henle dan Tubulus Kontortus Distal
Tubulus kontortus proksimal keluar dari badan malphigi, dibatasi oleh sel epitel selapis
kubus. Lumennya kecil. Apeks sel yang menghadap lumen mempunyai banyak mikrofili yang
panjangnya sekitar 1 um yang membentuk brush border, sitoplasma sel granular dan sel sangat
terwarnai oleh eosin.
Tubulus kontortus distal mempunyai perbedaan-perbedaan dibandingkan tubulus kontortus
proksimal. Perbedaan-perbedaannya dalam hal :
1. Ukuran lumen (T. distal lebih besar dibandingkan T. proksimal)
2. Ukuran sel (T. distal lebih kecil dibandingkan T. proksimal)
3. Ada tidaknya brush border pada selnya (T distal tidak ada)
4. Sel.-sel T. distal kurang asidofil dibandingkan sel-sel T. proksimal (kurang terwarnai oleh
eosin)
Lengkung Henle berbentuk huruf U dan mempunyai segmen yang tipis dan diikuti dengan
segmen yang tebal. Bagian tipis lengkung Henle merupakan lanjutan dari tubulus kontortus
proksimal yang mempunyaigaristengah 12 um, tetapi lumennya lebar karena dindingnya terdiri
dari sel epitel gepeng yang intinya menonjol ke dalam lumen. Lengkung Henle yang tebal
mempunyai struktur histologis seperti tubulus kontortus distal.
Tubulus koligens
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens. Tubulus koligens dibatasi
oleh epitel kubus dan bergaris tengah sekitar 40 um. Ketika menembus medulla, sel-sel
epitelnya menjadi lebih tinggi dan akhirnya menjadi silindris. Garis tengah tubulus koligens
yang mendekati papilla mencapai 200 um. Tubulus koligens terdiri dari sel-sel yang berwarna
merah muda dengan pewarnaan biasa. Batas antar sel jelas terlihat dengan mikroskop cahaya.
Ureter
Ureter merupakan saluran yang lumennya berlekuk-lekuk akibat lipatan mukosa. Dinding
ureter terdiri dari lapisan mukosa, muskularis dan adventisia atau fibrosa.
Lapisan mukosa terdiri dari epitel berlapis transisional dengan lamina propria yang lebar.
Epitel di bagian yang berhubungan dengan lumen berbentukkubusataubulat, epitel yang di
tengahberbentuksepertibuah per danepitel yang di basal berbentukkolumnarataukubus.
Lamina propria terdiri dari jaringan ikat fibroelastis, lebih padat dan lebih banyak fibroblast
di bawah epitel dan biasanya lebih longgar di dekat lapisan muskularis. Jaringan limfa tersebar
dan kadang-kadang terdapat nodulus limfa.
Lapisan muskularis terdiri dari lapisan otot polos yang tersusun longitudinal di bagian dalam
dan sirkuler di bagian luar. Pada ureter yang menjauhi ginjal, lapisan longitudinal juga ada di
bagian luarnya.
Lapisan adventisia tersusun atas jaringan ikat fibroelastin dan lemak dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah.
Kandung Kemih
Lapisan pada dinding kandung kemih sama dengan ureter, tetapi lapisan muskularnya lebih
tebal dan tersusun tidak teratur.
Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel epitel berlapis transisional seperti ureter. Epitel di dekat
lumen berbentuk antara kubus pendek. Epitel di dekat lamina propria berbentuk kubus panjang
atau silindris.
Urethra
Urethra pada pria terdiri dari 4 bagian : part prostatika, pars membranosa, pars bulbaris dan
pars pendulosa.
Bagian permulaan urethra menembus prostat disebut pars protatika. Selanjutnya dinamakan
pars membranosa panjangnya hanya 1 cm dan dibatasi oleh epitel berlapis semu silindris.
Sekitar bagian urethra ini terdapat sphinkter otot lurik yang dinamakan sphinkter eksternus
urethra. Urethra pars bulbaris dan pendulosa terletak dalam korpus spongiosum penis. Lapisan
epitel pada bagian ini adalah epitel berlapis semua silindris dengan lamina propria yang tipis dan
di sekeliling lamina propria adalah korpus spongiosum. Korpus spongiosum terdiri dari
trabekula yang merupakan gabungan otot polos dan jaringan ikat terdapat di antara vena.
Urethra padawanitamerupakan tabung yang panjangnya 4-5 cm, dibatasi oleh epitel berlapis
gepeng. Bagian tengah urehtra dikelilingi oleh sphinkter eksternus yang terdiri dari otot lurik.
Masalah 3
3. Bagaimana perjalanan penyakit pada kasus ini? arrasy, okta
3 bulan yang lalu sudah terjadi nefrolitiasis (batu pada ginjal) yang menyebabkan terjadinya
nyeri kolik. batu ini lama kelamaan menjadi semakin besar yang membuat batu ini
menyangkut di ureter. Terjadilah obstruksi pada saluran kemih menyebabkan retensi urin
sehingga mekanisme wash out terganggu. Batu yang semakin lama mengikis mukosa ureter
juga membuat mukosa menjadi robek dan terjadilah perdarahan pada saluran kemih.
Obstruksi ini juga menyebabkan stasis kuman, kemudian endotoksin bakteri menginfeksi
yang ditandai dengan demam.
Masalah 8
7. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi pada kasus ini? Uty, arrasy
Patofisiologi Batu Saluran Kemih (BSK)
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu :
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika
maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor
fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu:
Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar
terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu
produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga
menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan yang
dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan
terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak
hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh
kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.
Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel
tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat
akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga
terbentuk batu. Benang seperti labalaba terdiri dari protein 65%, heksana 10%,
heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel kristal batu yang seiring waktu
batu akan
Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat
bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam
sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat
adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling
kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium
oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membaran tubulus.
Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal
tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi
pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi
supersanturasi.
Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda
sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut
nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium
oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.
Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa
teori yang ada.
Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu.
Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit
dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis ammonium dengan
molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat
(batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease.
Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer
yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan
sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras
membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu,
kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan
membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria.
b. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang
tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :
Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang
yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini
disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180˚ dan aliran darah berubah
dari aliran lamine r menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbelen
tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranall’s plaque)
disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu.
Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus
ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan
merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga
terbentuk batu yang bermanifestasi klinis(teori epitaksi).
Menurut Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat
dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang
menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan
kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat
Patogenesis Batu Saluran Kemih (BSK)
Faktor resiko pekerjaan yang banyak duduk
Retensi urin Gerak peristaltik ureter ↑
Obstruksi ureter
proksimal
Infeksi bakteri
Batu saluran kemih
Bising usus ↓
Demam, takipneu, takikardi,
leukositosis
Urosepsis Hipoperfusi
Aktivitas sitokin ↑
Pengeluaran endotoksin
bakteriLesi ureterNyeri kolik
HidroureterHidronefrosis
hematuriaMual dan muntah
Learning issue
5. Urolithiasis uty, arrasy, ahaw
1. Urolithiasis
Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu
di dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua,
karena ditemukan batu di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16
tahun. Mummi ini diperkirakan sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan
penemuan batu kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai
hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai
berkembang terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak. Di
negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu yang relative rendah, baik dari batu
saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di Negara yang
telah berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan
orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih sangat jarang,
misalnya suku bangsa Bantu di Afrika selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang
ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang
sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu
kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand,
India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung
kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk langsung di dalam
kandung kemih tanpa sebab yang jelas.
Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder
karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi
prostate.
a. Komposisi dan Pembentukan Batu
Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu
dipakai sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu
dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik
dan autoanalisis. Cara lain ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan
mikroskop petrografik. Juga cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi
infra merah, termoanalitik dan mikroskopi elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara
yang dianggap paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat,
fosfat, sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu
campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan
sindroma alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada
infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi
alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika.
Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah.
Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor
predisposisi berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan
faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus
visiosus.
Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah
menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.
Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di
negara yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan
gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi
asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera
dengan fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan
peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada
sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi
kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria,
artritis urika dan sistinuria.
b. Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria,
baik hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih
dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lain.
Berdasarkan jenisnya dibagi dalam :
Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian
pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang
menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi.
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus
menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin
terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang
terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat
menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak
memberikan kelainan fisik.
Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu
ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang
hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas.
Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu
bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus
menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila
keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa
hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi
umum.
Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka
aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak
jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi
maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila
selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik.
Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke
dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya
batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air
kemih.
Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang
oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak
lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan
tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan
terasa nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena
obstruksi urin.
c. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan
penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan
gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang
dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang
batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena
itu, foto polos perlu sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut
foto BNO-IVP.
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan
kastor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi
daerah ginjal. Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk
mengetahui fungsi ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak
diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya
penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat,
tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray
(Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin
60% atau 76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan.
Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan
kontras, pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan
dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-
posterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera
setelah pasien disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian
bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan
dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12
dan 24 jam.
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya
defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang
kosong.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde
atau anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter
ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh
seorang ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu
memasukkan kontras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau
televise. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung
jodium disuntikkan, dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus
dicegah pengisian yang berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau
intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat
menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik.
Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada
obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang akan adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
sebab terjadinya batu.
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada
batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan
ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak
bedah pada ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung
kepada radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran
kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan
untuk mencegah tertinggalnya batu.
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan
dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat
bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu.
d. Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi
usus dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun
ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna,
kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan
kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa
nyeri. Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya
tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan
hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ureter, walaupun tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor
kandung kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.
Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang
khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok
dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup
banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu
perlu dilakukan biopsi prostat.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan
batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit
disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala
penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi
yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan
bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi
gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu
ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut.
Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya
nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang
dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan
keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu.
f. Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang
ada dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian
yang sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya
batu residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung
pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat.
Pencegahannya adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum
dapat diberikan alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat,
yaitu tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat
akan berada di atas daerah lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling
sering ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium
oksalat tidak berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan
saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih
besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk
menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah
ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari makanan,
tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling
banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah
oksalat merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat.