manusia dan agama
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan
sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang
kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan
keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai
‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan;
orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan
yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai
makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa
Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,
mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut
memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih
merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata
basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis.
Begitu juga dengan kata-kata lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah :
1. Bagaimanakah cara pandang Islam mengenai manusia ?
2. Hal-hal apa sajakah yang ada dalam manusia itu sendiri ditinjau
dalam sisi agama Islam?
3. Apakah kedudukan manusia dalam Islam dan Fungsi Pencipta?
1
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,makalah ini disusun dengan
tujuan untuk :
1. Memahami bahwa keberagamaan merupakan kebutuhan fitri
2. Menjelaskan sebab-sebab manusia perlu memeluk agama
3. Menguraikan mengapa Islam merupakan agama yang sesuai dengan
fitrah kemanusiaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia dan Alam Semesta
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam
semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan
serasi. Pertama, berupa keteraturan, kerapian dan keserasian dalam hubungan
alamiah antara bagian0bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi
dan mendukung. Misalnya, matahari berfungsi sebagai penerang di waktu
siang, matahari juga berfungsi sebagai salah satu sumber eneri di kehiduan.
Kedua, keteraturan yang ditugasjan kepada malaikat untuk menjaga dan
melaksanakannya (Basofi Soedirmaan,1995:1)
Kedua hal itulah yang kemudian membuat berbagai keserasian,
kerapian dan keteraturan yang kita yakini sebagai Sunnatullah, yakni
ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah. Melalui Sunnatullah inilah,
bumi dan alam semesta dapat bekerja secara sistematik (menurut suatu cara
yang teratur dan rapi) dan berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap
saling berhubungan, berketergantungan dan sekaligus secara dinamis saling
melengkapi.
Dari satu bagian tata surya dapatdilihat bagaimana luar biasanya
keteratura kerapian keserasian dan keseimbangan yang diciptakan Allah.
Tanpa hal itu mustahil bumi sebagai sistem bagian tata surya dapat
mendukung kehidupan dengan kesimbangan yang serasi. Sistem kerja seperti
inilah yang membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai
peristiwa alam seperti gerhana matahari dan ulan, pergantian musim, curah
hujan, dan lain-lain.
3
Dalam lingkup yang lain dapat dilihat pula bagaimana Sunnatulah
berlaku pada benda atau makhluk lain yang sepintas dianggap tidak berguna.
Contohnya, kotoran sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Ada tiga sifat Sunnatullah yang disinggung dalam Al-Quran yang
dapat ditemukan oleh ahli ilmu pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu
adalah :
1. Pasti. Disebut pada ujung ayat 2 Al-Quran surat 25 (Al-Furqan)
ا ْق�ِد�يًر� َت ُه� َفْقِد�َر ْي�ٍء� َش �َّل� ُك َلَق َوَخyang terjemahannya lebih kurang) berbunyi sebagai berikut, ...”Dia
telah menciptakan sesuatu, dan Dia (pula yang) memastikan
(menentukan) ukurannya dengan sangat rapi.”
Di penghujung ayat 3 surat 65 (At-Talaq) Allah berfirman,
�ُه� َجَعَّل َقِد� �َّل الَل �ُك ٍء� ل ْي� ا َش َقِد�َر� terjemahannya (lebih kurang), ...”Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan (kepastian) bagi tiap sesuatu.”
2. Tetap (tidak berubah-ubah). Sifat ini terdapat pada ayat 115 surat Al-
An’Am (6) yang terjemahannya (lebih kurang) sebagai berikut, ...”
Tidak ada yang sanggup mengubah kalimat-kalimat Allah.” Dalam ayat
77 surat Al-Isra (17) Allah menyatakan sebagai berikut, terjemahannya
(lebih kurang), ...”Dan engkau tidak akan menemui perubahan dalam
Sunnah Kami.”
3. Objektif. Sifat ini dijelaskan dalam Al-Quran ayat 105 surat Al-Anbiya
(21) terjemahannya (lebih kurang), ...”bahwasannya dunia ini kan
diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”
Alam semesta yang mengandung dan patuh sepenuhnya kepada
Sunnatullahberasal dari suatu masa yang kemudian berdiferensial menjadi
benda-benda langit.
Benda-benda langit itu membentuk kelompok seperti gugus
Bimasakti. Gerakan benda-benda langit itu, baik sendiri-sendiri maupun
4
berkelompok sangat teratur, arahnya tetap, kecepatnnya pun tetap pula.
“Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan dan tidak dapat pula malam
mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” Demikian
lebih kurang terjemahan dari ayat 40 surat Yasin (36).
Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-huum
yang berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia
untuk dikelola dan dimanfaatkan. Manusia yang diberi “wewenang”
mengelola dan memanfaatkan alam semesta diberi kedudukan “istimewa”
sebagai khalifah. Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil.
Menurut ajaran Islam, manusia, slain sebagai abdi diberi kedudukansebagai
khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta terutama mengurus
bumi ini.
Dengan akal dan ilmu yang diberikan oleh Allah SWT, manusia akan
mampu menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan
memanfaatkan alam semesta serta mengurus bui ini untuk kepentingan hidup
dan kehidupan manusia serta makhluk lain di lingkungan.
B. Manusia Menurut Agama Islam
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia
telah menjadi sasaran studi sejak dahulu. Ini terbukti dari bayaknya penamaan
manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economicus
(manusia ekoomi), dan kadangkala disebut economic animal (binatang
ekonomi), dan sebagainya. Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia kedalam
kelompok binatang selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia
Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia tidak mempergunakan akal dan
berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya, ia
menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti yang dinyatakan Allah
di dalam Al-Qur’an srat al-A’raf (7): 179 yang maknanya (lebih kurang)
sebagai berikut….”mereka (maksudnya manusia) punya hati tetapi tidak
dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang
5
seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari
binatang.”
Di dalam l-Qur’an manusia disebut antara lain dengan bani adam (QS.
Al Isra(17):70), basyar (QS. Al Kahfi (18):110) , al Insan (QS.al Insan
(76):1). Menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain,
mempunyai berbagai cirri, antara lain iri utamanya adalah :
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan
Tuhan yang paling sempurna. “Sesungguhnya kami telaah menjadikan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS. At Tiin(95): 4).
Karena itu pula keunikannya dapat dilihat pada bebtuk dan struktur
tubuuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang
terjadi pada setiap organ tubuhnya. Proses pertumbuhannya melalui
tahap-tahap tertentu. Hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungan hidupnya., ketergantunganny pada sesuatu, menunjukan
adanya kekuasaan yang berada di luar manusia itu sendiri.
2. Manusia emiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan)
Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di
alam gaib itu ditanyai Allah, apakah mereka mengakui Allah sebagai
tuhan mereka (“Alastu bi robbikum?: apakah kalian mengakui Aku
sebagai Tuhan mereka (“Bala Syahidna: ya kami akui (kami saksikan)
Engkau adalah tuhan kami”). (QS. Al-A’raf(7):172). Dengan pengakuan
itu , sesungguhnya sejak awal, dari tempat asalnya manusia telah
mengikuti Tuhan, telah bertuhan, berketuhanan. Ini bermakna pula
bahwa secara potensial manusia percaya atau beriman kepada ajaran
agam yang diciptakan Allah yang maha kuasa.
3. Manusia diciptakan Allah ntuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia
untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam al-
Qur’an sura az-Zariyat (51):56. Terjemahannya (lebih kurang) sebagai
berikut,”Tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi
kepada-Ku.
6
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu
dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat Al Baqarah (2): 3
dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di
bumi. Perkataan “manjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandug
makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang
kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang
diridhai-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang
diridhai-Nya di muka bumi ini.
5. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan
kemauan atau kehendak. Dengan akhlak dan kehendaknya manusia akan
tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim,tetapi dengan akal dan
kehedaknya juga manusia dapat tidak dipercaya,tidak tuduk, tidak patuh,
bahkan mengingkari-Nya.
6. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya yang kini dapat dibaca dalam al-
qur’an surat At Thur (52) ujung ayat 21 yang terjemahannya berbunyi
(kurang lebih) sebagai berikut : …” Setiap orang (manusia) terikat
(dalam arti bertanggungjawab) terhadap apa yang dilakukannya.
7. Berakhlak. Berakhlak adalah cirri utama manusia dibandingkan dengan
makhluk lain. Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah
kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam
islam kedudukan akhlak sangat penting, menjadi komponen ketiga agama
islam. Butir-butir akhlak banyak sekali terdapat dalam al-qur’an.
Asal-usul manusia
Pada beberapa tempat di dalam al-qur’an , Tuhan menyebut dari apa
manusia diciptakan , dari bahan apa manusia berasal. Manusia berasal dari
tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal dari saripati
makanan yang tumbuh diatas tanah. Ini merujuk pada penciptaan manusia
sesudah Adam, sebab adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah
langsung dari tanah.
7
Selain dari air mani, komponen pembentukan manusia adalah ruh
(ciptaan Allah). Tentang ruh (ciptaan Allah) yang ditiupkanke dalam rahim
wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati tanah itu, hanya
sedikit pengetahuan manusia, sedikit juga keterangan tentang makhluk gaib itu
diberikan Tuhan dalam al-qur’an. Dalam hubungan dengan masalah ruh ini
Tuhan berfirman dalam surat Al Isra (17) :85 yang terjemahannya (lebih
kurang) sebagai berikut “…Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
ruh. Katakanlah kepada mereka bahwa ruh itu adalah urusan Tuhanku dan
kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.” (Mahmud Syaltut,
1980:116)
Manusia menurut agama islam terdiri dari dua unsure yaitu unsure
materi dan unsure immateri. Unsur materi adalah tubuh yang berasal dari air
dan tanah. Unsur immateri adalah ruh yang berasal dari alam gaib. Proses
kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam al qur’an dan al-hadits yang
telah dibuktikan kebenarannya secara terjemahan H.M. Rasjidi (19780. Al-
Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat
di dalam surat al-mu’minun (23) ayat 12-14, yang maknanya lebih kurang
sebagai berikut, “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari saripati
tanah (12), kemudian saripati tanah itu Kami jadikan menjadi air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh atau rahim (13). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu (segumpal darah itu ) Kami jadikan menjadi
segumpal daging. Segumpal daging itu Kami jadikan (menjadi) tulang
belulang, lalu (tulang belulang itu) Kami bungkus dengan daging pula.
Kemudian, Kami jadikan dia menjadi makhluk yang (berbentuk) lain. Maha
Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (14). Dalam surat al-sajdah (32) ayat
7,8,9, Allah berfirman yang artinya (lebih kurang) sebagai berikut, “Dialah
yang membuat segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-baiknya yang
memulia penciptaan manusia dari tanah (7). Kemudian Dia jadikan
keturunanya dari saripati air yang hina (air mani) (8). Kemudian Dia
menyempurnakan ciptaan-Nya itu dan Dia tiupkan kedalam (tubuh) nya ruh
8
(ciptaan) Nya. Lalu Dia jadikan pendengaran, penglihatan dan hati”…(9).
Demikian ungkapan al-qur’an mengenai proses kejadian manusia. Melalui
sunahnya , Nabi Muhammad menjelaskan proses kejadian manusia , antara lain
dalam hadits yang (terjemahannya) sebagai berikut, “Sesungguhnya , setiap
manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh
hari sebagai nuthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal
darah), selama itu pula sebagai mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh atau
janin manusia yang berada dalan rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).
Ali Syari’ati memberikan rumusan tentang filsafat manusia, sebagai
berikut :
1. Manusia tidak saja sama, tetapi bersaudara
2. Terdapat persamaan antara pria dan wanita, karena mereka berasal dari
sumber asal yang sama yakni dari Tuhan , kendatipun dalam beberapa
aspek terdapat perbedaan-perbedaan (karena kodratnya atau karena
bawaan sejak lahir).
3. Manusia mempunyai derajat lebih tinggi dibandingkan, dengan malaikat
karena pengetahuan yang dimilikinya.
4. Manusia mempunyai fenomena dualistis : tediri dari tanah dan ruh
(ciptaan) Tuhan.
Perjalanan hidup manusia yang dimulai dari-Nya dan pasti kembali
kepada-Nya.
Tahap-tahap perjalanan hidup manusia , sebagai berikut :
1. Manusia hidup dan berada di alam gaib
2. Kehidupan manusia sudah dapat diketahui dengan pasti yakni dalam
kandungan seorang wanita.
3. Kehidupan manusia
9
Dan sampai setelah wktunya, ruh (ciptaan) Allah yang merupakan
hakikat manusia itu dipisahkan malaikat izrail (malaikat maut) dari tubuh
manusia erjadilah kematian. Kematan pada hakikatnya adalah erpiahan ruh
dengan jasad yang bersatu pada diri manusia Selma waktu tertentu. Setelah ruh
berpisah dengan tubuh, jasad manusia yang berpish dari tanah dibesarkan
dengna makanan yang tumbuh dari tanah, dikuburkan dalam tanah, sedang ruh
ciptaan Allah ditempatkan dialam barzah. Masuklah kehidupan ruh mnusia ke
kehidupan keempat. Di ala mini ruh menunggu sampai dunia kiamat (berakhir).
Setelah itu semua manuia yang pernah hidup didunia dibangkitkan untuk
dihisab segala amal perbuatanya selama kehidupan ketiga, disuatu tempat yang
disebut padang mahsyar. Berdasarkan amal saleh dimasukan kedalam jannah
yang disebut surga dan apabila yang tidak beriman dimsukan kedalam neraka.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah
mahluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh
ciptaan Allah.
Dari kelima tahap kehidupan manusia itu tahap kehidupan ketiga
yakni tahap kehidupan didunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan
nasib manusia pada tahap tahap selanjutnya diakhiratnya nanti.
Namun sebelum membicarakan soal agama sebagai kesimpulan
mengenai manusia menurut agama islam ini adalah baik kalau kita ikut
penjelasan Prof Quraish Shihab tentang manusia yang beliau angkat langsung
dari Al Quran yang menjadi sumber utama agama isla walaupun apa yang
beliau tulis sudah didpan mata.
Tidak sedikit ayat Al Quran yang berbicara tentang manusia bahkan
manusia adalah mahluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian wahyu
pertama.
Namun disisi lain manusi juga mendapat celaan tuhan, amat aniaya
dan mengingkari nikmat, sangat banyak membantah dan kelemahan lain yang
telah disebut didepan.
10
Al Quran tlah disebut dimuka menjelaskan bahwa manusia diciptakan
dari tanah kemudian setelah kesempurnaan kejadianya. Dengan ruh (ciptaan)
manusia ia diantar kearah tujuan non materi yang tidak berbobot, tidak
bersubtansi dan tidak dapat diukur di laboratorium, tiak dikenal oleh alam
materi.
Dimeni spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung
kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan sebagainya. Ia
mengantarkan manusia kesuatu realitas yang Maha Sempurna, tanpa cacat,
tanpa batas, dan tanpa akhir.
Dengan berpegang kepada pandangan ini, manusia akan berada dalam
satu alam yang hidup, bermakna, serta tak terbatas, yang dimensinya melebar
keluar meampaui dimensi “tanah” yang material tu.
Al Quran tidak memandang manusia sebagai mahluk yang tercipta
secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi diciptakan setelah
sebelumnya direncanakan untuk mengemban tugas mengabdi dan menjadi
kalifah yang telah disebutkan diatas.
C. Agama : Arti dan Ruang Lingkupnya
Mengenai agama perlu dijelaskanlebih dahulu beberapa hal berikut.
Perkataan agama berasal dari bahasa sansekerta yang erat hubunganya engan
agama hindu dan budha. Dalam kepustakaan dapat dijumpai uraian tentang
perkataan ini. Karena itu ada bermacam teori mengenai kata agama. Salah satu
diantaranya mengatakan, akar kata agama adalah gam yang mendpat awalan a
sehingga menjadi a-ga-ma.
Salah satu diantaranya tradisi atau kebiasaan. Yang dimaksud adalah
tradisi atau kebiasaan dalam agama hindu dan budha. Setelah gama islam
datang ke nusantara masyarakat nusantara yang berbahasa melayu
mempergunakan kata agama juga untuk menunjukan ajaran yang dibawa islam.
11
Dari uraian diatas jelas bahwa ada masalah mengenai makna
perkataan agama di tanah air kita. Permasalahanya adalah, dilihat dari sudut
ilmu pengetahuan keagamaan terdapat kerancuan dalam pemakaian kata
agama, karena ipakai untuk agama agama yang berbeda system dan ruang
lingkupnya. Sistem da ruang lingkup nasrani, hanya mengatur hubungan
dengan tuhan saja, sedang system islam melingkupi hubungan dengan Allah,
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia, termasuk dirinya
sendiri serta lingkungan hidupnya.
Namun, segera harus dikemukakan bahwa perbedaan itu tidak boleh
dipergunakan untuk menyerang dan merendahkan agama lain, karena kedua
agama yang dibandingkan itu sama-sama berasal dari Allah. Kita harus saling
menghormati pemeluk agama lain yang sistem, ruang lingkup agama berbeda
dengan agama yang kita peluk. Namun, perlu segera ditegaskan pula bahwa
persamaan istilah untuk menyebut agama yang berbeda sistem dan ruang
lingkupnya itu, tidak boleh dipahami atau dijdikan alasan untuk mengatakan
bahwa semua agama sama. Tidak. Agama-agama tidak sama karena berbeda
sistem, ruang lingkup dan klasifikasinya. Yang tersebut terakhir ini akan
dijelaskan kemudian.
Adalah agama “the problem of ultimate concern” : masalah yang
mengenai kepentingan mutlak setiap orang. Oleh karena itu, menurut Paul
Tillich, setiap orang yang beragama selalu berbeda dalam keadaan
involved(terlibat) dengan agama yang dianutnya. Memang, kata Profesor
Rasjidi , manusia yang beragama itu “aneh”. Ia melibatkan diri dengan agama
yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi, bersamaan
dengan itu ia merasa bebas , karena bebas menjalankan segala sesuatu menurut
keyakinan. Ia tunduk kepada Yang Maha Kuasa, tetapi (bersama dengan itu) ia
merasa dirinya terangkat, karena merasa mendapat keselamatan.
Keselamatanlah yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan
keselamatan itu akan diperolehnya melalui pelaksanaan keyakinan agama yang
ia peluk.(H.M. Rasjidi, Kuliah Hukum Islam,1976).
12
Karena agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap
orang yang beragam terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah
mudah membuat sebuah definisi yang mencangkup semua agama.
Kesulitannya adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami
menurut ajaran agamanya sendiri. Hal ini ditambah lagi dengan fakta bahwa
dalam kenyataan agama di dunia ini amat beragam. Namun, karena ada segi-
segi agama yang sama , suatu rumusan umum (sebagai definisi kerja) mungkin
dapat dikemukakan. Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan
dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyenbah dan
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan
ajaran agama itu. Disamping segi-segi persamaan, antara agam yang yang
beragam itu terdapat persamaan, antara agama yang beragam itu terdapat juga
perbedaan-perbedaan, seperti telah disebut diatas. Dalam menghadapi
perbedaan-perbedaan itu di dalam masyarakat majemuk karena beragamnya
agama di tanah air kita sikap yang perlu ditegakkan oleh pemeluk agama
adalah “agree in disagreement, sikap setuju (hidup bersama) dalam perbedaan.”
D. Hubungan Manusia dengan Agama
Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan
berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia,tetapi tidak dipahami
oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukan kedalam kategori gaib.
Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, mereka
merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan kegaiban. Menghadapi
peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan diri,
mereka mencari perindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka
menguasai alam gaib yaitu Dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka
dengan para Dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan
Dewa-dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan : sosial,
ekonomi, kesenian dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan manusia
dengan para Dewa atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, kerena itu,
13
dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama.
Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju,
masyarakat yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui
ilmu pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai
alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di beberapa
bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia terhadap diri
dan alam sekiranya menjadi berubah. Timbullah berbagai teori mengenai
hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya. Salah satu teori(pedapat
yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa) yang banyak
mempengaruhi perkembangaan ilm pengatahuan, khususnya ilmu pengatahuan
sosial, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang masyhur :
Course de la Philosophie Positive(1842). Dalam buku yang terdiri dari enam
jilid itu, August Comte menyebutkan tiga tahap perkembangan pemikiran
manusia de lois des etat(terjemahan bebasnya, lebih kurang tiga hukum
perkembangan). Menurut August Comte dalam bukunya itu, sepanjang sejarah,
sejak dahulu sampai sekarang, pemikiran manusia berkembang melalui tiga
tahap, yaitu (1) tahap teologik (2) tahap metafisik (3)tahap positif. Kerangka
berpikir ini melahirkan filsafat positivisme di abaad XIX, yang seperti telah
disebut di atas, mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora(ilmu
pengetahuan yang bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam
pengertian membuat manusialebih berbudaya, dengan teologi, filsafat,hukum,
sejarah, bahasa, kasusasteraan,dan kesenian)di seluruh dunia, terutama social
sciences. Menurut Comte, yang gaung pemikirannya sangat bergema dalam
ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, perkembangan pemikiran manusia
selalu berangkat dari tahap yang paling rendah ke tahap yang paing tinggi atau
kompleks.
Menurut dia tahap pemikiran yang paling rendah ialah (a) tahap
pemikiran teologik yaitu tahap pemikira manusia yang percaya kepada Tuhan ,
percaya kepada ajaran agama. Menurut Comte, dalam pemikiran teologik ini
14
manusia belum tahu yang terjadi di sekitarnya. Karena itu ia selalu hidup
dalam ketakutan terhadap, misalnya, bencana alam seperti banjir, gunung
meletus dan sebagainya.untuk menghindari ketakutan itu, manusia lalu
melindungkan dirinya pada Tuhan atau Dewa.menyerahkan dirinya pada yang
maha kuasa. Tahap inilah tahap yang paling bawah dalam tingkat pemikiran
manusia. Oleh karena itu, katanya lebiih lanjut, bila pemikiran manusia
berkembang, karena pertambahan pengalaman dan pengetahuan,manusia akan
meninggalkantahap teologik atau tahap percaya terhadap ajaran agama yang
melindunginya, pindah ke tahap yang lebih tinggi yaitu (b) tahap
metafisik( tahap percaya pada kekuatan atau hal-hal non fisik, yang tidak
kelihatan). Untuk keselamatan dirinya , dalam tahap ini manusia berusaha
menjinakkan kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila
pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih lanjut,
tahap pemikirannyapun meningkat ketingkat yang lebih tinggi. Pada tingkat
atau tahapan ini seperti jaman modern sekarang, manusia telah mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya sendiri. Manusia telah
mengetahui hukum-hukum alam,telah mampu memanfaatkan bahkan
‘menundukannya’ alam atau kepentingan manusia.dari ajaran ini, lahirlah
filsafat positivisme (aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan
semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti) seperti telah
disebut di atas, yang mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi zaman
sekarang.
Teori tentang hukum tiga tingkat atau tiga tahap perkembangan
pemikiran ini dapat dibaca dengan jelas berdasarkan contoh-contohnya dalam
buku Prof. H. M. Rasjidi berjudul Empat Kuliah Agama Islam di Perguruan
Tinggi(1980). Namun, perlu segera dikemukakan bahwa teori August Comte
itu tidak benar, sebab perkembangan pemikitan manusia tidaklah demikian.
Dalam tahap ketiga, diperiode positif di zaman (modern) sekarang ini,manusia
masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan di Eropa dan Amerika
cenderung kembali pada Tuhan atau ajaran agama(yang disebut spiritualisme)
15
di penghujung abad XX yang akan datang. Sekularisme yang berasal dari
Inggris, menyeberang ke Eropa dan Amerika serta menjalar ke seluruh dunia,
menopang teori August Comte.
Sejarah umat manusia di barat menunjukan kepada kita bahwa dengan
mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-
mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-
galanya(anthropocentrisme yaitu yang menjadikan manusia menjadi pusat),
telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena pengalaman
itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di seuruh dunia kembali
kepada agama,. Ini disebabkan karena beberapa hal. Diantaranya adalah (1)
para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling pada
agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) karena harapan
manusia kepada otak manusia untuk memecahkan segala masalah yang
dihadapinya pada abad-abad yang lalu, ternyata tidak terwujud. Beberapa
paham ( isme isme ) atau aliran filsafat yang dilahirkan oleh otak manusia
diabad yang lampau, seperti teori comte diatas, perkembangan sains dan
teknologi diabad ini, ternyata tidak mampu memecahkan berbagai masalah
asasi manusia dan kemanusiaan. Akibatnya, orang menjadi ragu atau tidak
sepenuhnya lagi percaya kepada kemampuan manusia untuk membentuk
kehidupan yang bahagia tanpa agama. Memang, sains dan teknologi telah
memudahkan dan menyenangkan kehidupan manusia, namun bersamaan
dengan itu teknologi itu sendiri telah mengancam kehidupaan manusia yang
membuatnya. Sains dan teknologi manusia memang kehidupan mnusia menjadi
senang, tetapi perkembangan sains dan teknologi, terutama teknologi perang
yang menyebabkan kehidupan manusia seluruhnya menjadi tidak tenang.
Perang dunia pertama dan kedua yang terjadi diabad ini telah membuktikan
bahwa teknologi (perang) uyang amat maju dengan mudah memusnahkan
kehidupaan manusia dan kemanusiaan untuk mengendalikan teknologi yang
maju itulah, ini manusia memerlukan kembali lebih dari dimasa yang lampa
pedoman dan pegangan hidup yang sejati yaitu agama yang mampu
16
mengendalikan dan mengarahkan penggunaan teknologi untuk kepentingan
umat manusia secara keseluruhan. Dengan panduan agama, terutama agama
yang berasal dari agama Allah SWT, teknologi dapat dikembangkan dan
diarahkan untuk tujuan tujuan yang bermanfaat nbagi kehidupan, membawa
keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Dari uraian diatas dapat disimpullkan bahwa sangat perlu bagi
manusia terutama bagi orang yang berilmu, apapun disiplin ilmunya. Sebab
karena dengan agama ilmunya akan lebih bermakna bagi umat islam, agama
yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama islam.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah i muka bumi.
Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil. Menurut ajaran Islam,
manusia, slain sebagai abdi diberi kedudukansebagai khalifah mengelola
dan memanfaatkan alam semesta terutama mengurus bumi ini.
2. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna yang
mempunyai beberapa ciri utama, yaitu :
a. Manusia adalah makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang
baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
b. Manusia emiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah.
c. Manusia diciptakan Allah ntuk mengabdi kepada-Nya.
d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.
e. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan
kemauan atau kehendak.
f. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
g. Manusia adalah makhluk yang berakhlak.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://mysephias.wordpress.com/2009/09/24/al-qur%E2%80%99an-surah-al-
furqon-ayat-1-34-qs-25-1-34-2/
19