manusia dan agama

28
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain- lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia 1

Upload: hariyatunnisa-ahmad

Post on 29-Jul-2015

34 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia dan Agama

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan

sesuatu yang sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang

kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara tentang kita sendiri dan

keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai

‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan;

orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan

yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai

makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa

Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,

mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut

memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih

merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata

basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis.

Begitu juga dengan kata-kata lainnya.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini permasalahan yang kami tinjau adalah :

1. Bagaimanakah cara pandang Islam mengenai manusia ?

2. Hal-hal apa sajakah yang ada dalam manusia itu sendiri ditinjau

dalam sisi agama Islam?

3. Apakah kedudukan manusia dalam Islam dan Fungsi Pencipta?

1

Page 2: Manusia dan Agama

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas,makalah ini disusun dengan

tujuan untuk :

1. Memahami bahwa keberagamaan merupakan kebutuhan fitri

2. Menjelaskan sebab-sebab manusia perlu memeluk agama

3. Menguraikan mengapa Islam merupakan agama yang sesuai dengan

fitrah kemanusiaan

2

Page 3: Manusia dan Agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dan Alam Semesta

Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam

semesta telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan

serasi. Pertama, berupa keteraturan, kerapian dan keserasian dalam hubungan

alamiah antara bagian0bagian di dalamnya dengan pola saling melengkapi

dan mendukung. Misalnya, matahari berfungsi sebagai penerang di waktu

siang, matahari juga berfungsi sebagai salah satu sumber eneri di kehiduan.

Kedua, keteraturan yang ditugasjan kepada malaikat untuk menjaga dan

melaksanakannya (Basofi Soedirmaan,1995:1)

Kedua hal itulah yang kemudian membuat berbagai keserasian,

kerapian dan keteraturan yang kita yakini sebagai Sunnatullah, yakni

ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah. Melalui Sunnatullah inilah,

bumi dan alam semesta dapat bekerja secara sistematik (menurut suatu cara

yang teratur dan rapi) dan berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap

saling berhubungan, berketergantungan dan sekaligus secara dinamis saling

melengkapi.

Dari satu bagian tata surya dapatdilihat bagaimana luar biasanya

keteratura kerapian keserasian dan keseimbangan yang diciptakan Allah.

Tanpa hal itu mustahil bumi sebagai sistem bagian tata surya dapat

mendukung kehidupan dengan kesimbangan yang serasi. Sistem kerja seperti

inilah yang membuat para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai

peristiwa alam seperti gerhana matahari dan ulan, pergantian musim, curah

hujan, dan lain-lain.

3

Page 4: Manusia dan Agama

Dalam lingkup yang lain dapat dilihat pula bagaimana Sunnatulah

berlaku pada benda atau makhluk lain yang sepintas dianggap tidak berguna.

Contohnya, kotoran sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

Ada tiga sifat Sunnatullah yang disinggung dalam Al-Quran yang

dapat ditemukan oleh ahli ilmu pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu

adalah :

1. Pasti. Disebut pada ujung ayat 2 Al-Quran surat 25 (Al-Furqan)

ا ْق�ِد�يًر� َت ُه� َفْقِد�َر ْي�ٍء� َش �َّل� ُك َلَق َوَخyang terjemahannya lebih kurang) berbunyi sebagai berikut, ...”Dia

telah menciptakan sesuatu, dan Dia (pula yang) memastikan

(menentukan) ukurannya dengan sangat rapi.”

Di penghujung ayat 3 surat 65 (At-Talaq) Allah berfirman,

�ُه� َجَعَّل َقِد� �َّل الَل �ُك ٍء� ل ْي� ا َش َقِد�َر� terjemahannya (lebih kurang), ...”Sesungguhnya Allah telah

mengadakan ketentuan (kepastian) bagi tiap sesuatu.”

2. Tetap (tidak berubah-ubah). Sifat ini terdapat pada ayat 115 surat Al-

An’Am (6) yang terjemahannya (lebih kurang) sebagai berikut, ...”

Tidak ada yang sanggup mengubah kalimat-kalimat Allah.” Dalam ayat

77 surat Al-Isra (17) Allah menyatakan sebagai berikut, terjemahannya

(lebih kurang), ...”Dan engkau tidak akan menemui perubahan dalam

Sunnah Kami.”

3. Objektif. Sifat ini dijelaskan dalam Al-Quran ayat 105 surat Al-Anbiya

(21) terjemahannya (lebih kurang), ...”bahwasannya dunia ini kan

diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”

Alam semesta yang mengandung dan patuh sepenuhnya kepada

Sunnatullahberasal dari suatu masa yang kemudian berdiferensial menjadi

benda-benda langit.

Benda-benda langit itu membentuk kelompok seperti gugus

Bimasakti. Gerakan benda-benda langit itu, baik sendiri-sendiri maupun

4

Page 5: Manusia dan Agama

berkelompok sangat teratur, arahnya tetap, kecepatnnya pun tetap pula.

“Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan dan tidak dapat pula malam

mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” Demikian

lebih kurang terjemahan dari ayat 40 surat Yasin (36).

Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-huum

yang berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia

untuk dikelola dan dimanfaatkan. Manusia yang diberi “wewenang”

mengelola dan memanfaatkan alam semesta diberi kedudukan “istimewa”

sebagai khalifah. Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil.

Menurut ajaran Islam, manusia, slain sebagai abdi diberi kedudukansebagai

khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta terutama mengurus

bumi ini.

Dengan akal dan ilmu yang diberikan oleh Allah SWT, manusia akan

mampu menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan

memanfaatkan alam semesta serta mengurus bui ini untuk kepentingan hidup

dan kehidupan manusia serta makhluk lain di lingkungan.

B. Manusia Menurut Agama Islam

Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu ia

telah menjadi sasaran studi sejak dahulu. Ini terbukti dari bayaknya penamaan

manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economicus

(manusia ekoomi), dan kadangkala disebut economic animal (binatang

ekonomi), dan sebagainya. Al-Qur’an tidak menggolongkan manusia kedalam

kelompok binatang selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia

Tuhan lainnya. Namun, kalau manusia tidak mempergunakan akal dan

berbagai potensi pemberian Tuhan yang sangat tinggi nilainya, ia

menurunkan derajatnya sendiri menjadi hewan seperti yang dinyatakan Allah

di dalam Al-Qur’an srat al-A’raf (7): 179 yang maknanya (lebih kurang)

sebagai berikut….”mereka (maksudnya manusia) punya hati tetapi tidak

dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang

5

Page 6: Manusia dan Agama

seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari

binatang.”

Di dalam l-Qur’an manusia disebut antara lain dengan bani adam (QS.

Al Isra(17):70), basyar (QS. Al Kahfi (18):110) , al Insan (QS.al Insan

(76):1). Menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain,

mempunyai berbagai cirri, antara lain iri utamanya adalah :

1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan

Tuhan yang paling sempurna. “Sesungguhnya kami telaah menjadikan

manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS. At Tiin(95): 4).

Karena itu pula keunikannya dapat dilihat pada bebtuk dan struktur

tubuuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya, mekanisme yang

terjadi pada setiap organ tubuhnya. Proses pertumbuhannya melalui

tahap-tahap tertentu. Hubungan timbal balik antara manusia dengan

lingkungan hidupnya., ketergantunganny pada sesuatu, menunjukan

adanya kekuasaan yang berada di luar manusia itu sendiri.

2. Manusia emiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin

dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan)

Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di

alam gaib itu ditanyai Allah, apakah mereka mengakui Allah sebagai

tuhan mereka (“Alastu bi robbikum?: apakah kalian mengakui Aku

sebagai Tuhan mereka (“Bala Syahidna: ya kami akui (kami saksikan)

Engkau adalah tuhan kami”). (QS. Al-A’raf(7):172). Dengan pengakuan

itu , sesungguhnya sejak awal, dari tempat asalnya manusia telah

mengikuti Tuhan, telah bertuhan, berketuhanan. Ini bermakna pula

bahwa secara potensial manusia percaya atau beriman kepada ajaran

agam yang diciptakan Allah yang maha kuasa.

3. Manusia diciptakan Allah ntuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia

untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam al-

Qur’an sura az-Zariyat (51):56. Terjemahannya (lebih kurang) sebagai

berikut,”Tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi

kepada-Ku.

6

Page 7: Manusia dan Agama

4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu

dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat Al Baqarah (2): 3

dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di

bumi. Perkataan “manjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandug

makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang

kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang

diridhai-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang

diridhai-Nya di muka bumi ini.

5. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan

kemauan atau kehendak. Dengan akhlak dan kehendaknya manusia akan

tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim,tetapi dengan akal dan

kehedaknya juga manusia dapat tidak dipercaya,tidak tuduk, tidak patuh,

bahkan mengingkari-Nya.

6. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.

Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya yang kini dapat dibaca dalam al-

qur’an surat At Thur (52) ujung ayat 21 yang terjemahannya berbunyi

(kurang lebih) sebagai berikut : …” Setiap orang (manusia) terikat

(dalam arti bertanggungjawab) terhadap apa yang dilakukannya.

7. Berakhlak. Berakhlak adalah cirri utama manusia dibandingkan dengan

makhluk lain. Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah

kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam

islam kedudukan akhlak sangat penting, menjadi komponen ketiga agama

islam. Butir-butir akhlak banyak sekali terdapat dalam al-qur’an.

Asal-usul manusia

Pada beberapa tempat di dalam al-qur’an , Tuhan menyebut dari apa

manusia diciptakan , dari bahan apa manusia berasal. Manusia berasal dari

tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang berasal dari saripati

makanan yang tumbuh diatas tanah. Ini merujuk pada penciptaan manusia

sesudah Adam, sebab adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah

langsung dari tanah.

7

Page 8: Manusia dan Agama

Selain dari air mani, komponen pembentukan manusia adalah ruh

(ciptaan Allah). Tentang ruh (ciptaan Allah) yang ditiupkanke dalam rahim

wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati tanah itu, hanya

sedikit pengetahuan manusia, sedikit juga keterangan tentang makhluk gaib itu

diberikan Tuhan dalam al-qur’an. Dalam hubungan dengan masalah ruh ini

Tuhan berfirman dalam surat Al Isra (17) :85 yang terjemahannya (lebih

kurang) sebagai berikut “…Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang

ruh. Katakanlah kepada mereka bahwa ruh itu adalah urusan Tuhanku dan

kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.” (Mahmud Syaltut,

1980:116)

Manusia menurut agama islam terdiri dari dua unsure yaitu unsure

materi dan unsure immateri. Unsur materi adalah tubuh yang berasal dari air

dan tanah. Unsur immateri adalah ruh yang berasal dari alam gaib. Proses

kejadian manusia itu secara jelas disebutkan dalam al qur’an dan al-hadits yang

telah dibuktikan kebenarannya secara terjemahan H.M. Rasjidi (19780. Al-

Qur’an yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat

di dalam surat al-mu’minun (23) ayat 12-14, yang maknanya lebih kurang

sebagai berikut, “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari saripati

tanah (12), kemudian saripati tanah itu Kami jadikan menjadi air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh atau rahim (13). Kemudian air mani itu

Kami jadikan segumpal darah, lalu (segumpal darah itu ) Kami jadikan menjadi

segumpal daging. Segumpal daging itu Kami jadikan (menjadi) tulang

belulang, lalu (tulang belulang itu) Kami bungkus dengan daging pula.

Kemudian, Kami jadikan dia menjadi makhluk yang (berbentuk) lain. Maha

Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (14). Dalam surat al-sajdah (32) ayat

7,8,9, Allah berfirman yang artinya (lebih kurang) sebagai berikut, “Dialah

yang membuat segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-baiknya yang

memulia penciptaan manusia dari tanah (7). Kemudian Dia jadikan

keturunanya dari saripati air yang hina (air mani) (8). Kemudian Dia

menyempurnakan ciptaan-Nya itu dan Dia tiupkan kedalam (tubuh) nya ruh

8

Page 9: Manusia dan Agama

(ciptaan) Nya. Lalu Dia jadikan pendengaran, penglihatan dan hati”…(9).

Demikian ungkapan al-qur’an mengenai proses kejadian manusia. Melalui

sunahnya , Nabi Muhammad menjelaskan proses kejadian manusia , antara lain

dalam hadits yang (terjemahannya) sebagai berikut, “Sesungguhnya , setiap

manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh

hari sebagai nuthfah (air mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal

darah), selama itu pula sebagai mudhgah (segumpal daging). Kemudian Allah

mengutus malaikat untuk meniupkan ruh (ciptaan) Allah ke dalam tubuh atau

janin manusia yang berada dalan rahim itu (H.R. Bukhari dan Muslim).

Ali Syari’ati memberikan rumusan tentang filsafat manusia, sebagai

berikut :

1. Manusia tidak saja sama, tetapi bersaudara

2. Terdapat persamaan antara pria dan wanita, karena mereka berasal dari

sumber asal yang sama yakni dari Tuhan , kendatipun dalam beberapa

aspek terdapat perbedaan-perbedaan (karena kodratnya atau karena

bawaan sejak lahir).

3. Manusia mempunyai derajat lebih tinggi dibandingkan, dengan malaikat

karena pengetahuan yang dimilikinya.

4. Manusia mempunyai fenomena dualistis : tediri dari tanah dan ruh

(ciptaan) Tuhan.

Perjalanan hidup manusia yang dimulai dari-Nya dan pasti kembali

kepada-Nya.

Tahap-tahap perjalanan hidup manusia , sebagai berikut :

1. Manusia hidup dan berada di alam gaib

2. Kehidupan manusia sudah dapat diketahui dengan pasti yakni dalam

kandungan seorang wanita.

3. Kehidupan manusia

9

Page 10: Manusia dan Agama

Dan sampai setelah wktunya, ruh (ciptaan) Allah yang merupakan

hakikat manusia itu dipisahkan malaikat izrail (malaikat maut) dari tubuh

manusia erjadilah kematian. Kematan pada hakikatnya adalah erpiahan ruh

dengan jasad yang bersatu pada diri manusia Selma waktu tertentu. Setelah ruh

berpisah dengan tubuh, jasad manusia yang berpish dari tanah dibesarkan

dengna makanan yang tumbuh dari tanah, dikuburkan dalam tanah, sedang ruh

ciptaan Allah ditempatkan dialam barzah. Masuklah kehidupan ruh mnusia ke

kehidupan keempat. Di ala mini ruh menunggu sampai dunia kiamat (berakhir).

Setelah itu semua manuia yang pernah hidup didunia dibangkitkan untuk

dihisab segala amal perbuatanya selama kehidupan ketiga, disuatu tempat yang

disebut padang mahsyar. Berdasarkan amal saleh dimasukan kedalam jannah

yang disebut surga dan apabila yang tidak beriman dimsukan kedalam neraka.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah

mahluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik dan ruh

ciptaan Allah.

Dari kelima tahap kehidupan manusia itu tahap kehidupan ketiga

yakni tahap kehidupan didunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan

nasib manusia pada tahap tahap selanjutnya diakhiratnya nanti.

Namun sebelum membicarakan soal agama sebagai kesimpulan

mengenai manusia menurut agama islam ini adalah baik kalau kita ikut

penjelasan Prof Quraish Shihab tentang manusia yang beliau angkat langsung

dari Al Quran yang menjadi sumber utama agama isla walaupun apa yang

beliau tulis sudah didpan mata.

Tidak sedikit ayat Al Quran yang berbicara tentang manusia bahkan

manusia adalah mahluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian wahyu

pertama.

Namun disisi lain manusi juga mendapat celaan tuhan, amat aniaya

dan mengingkari nikmat, sangat banyak membantah dan kelemahan lain yang

telah disebut didepan.

10

Page 11: Manusia dan Agama

Al Quran tlah disebut dimuka menjelaskan bahwa manusia diciptakan

dari tanah kemudian setelah kesempurnaan kejadianya. Dengan ruh (ciptaan)

manusia ia diantar kearah tujuan non materi yang tidak berbobot, tidak

bersubtansi dan tidak dapat diukur di laboratorium, tiak dikenal oleh alam

materi.

Dimeni spiritual inilah yang mengantar manusia untuk cenderung

kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan sebagainya. Ia

mengantarkan manusia kesuatu realitas yang Maha Sempurna, tanpa cacat,

tanpa batas, dan tanpa akhir.

Dengan berpegang kepada pandangan ini, manusia akan berada dalam

satu alam yang hidup, bermakna, serta tak terbatas, yang dimensinya melebar

keluar meampaui dimensi “tanah” yang material tu.

Al Quran tidak memandang manusia sebagai mahluk yang tercipta

secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi diciptakan setelah

sebelumnya direncanakan untuk mengemban tugas mengabdi dan menjadi

kalifah yang telah disebutkan diatas.

C. Agama : Arti dan Ruang Lingkupnya

Mengenai agama perlu dijelaskanlebih dahulu beberapa hal berikut.

Perkataan agama berasal dari bahasa sansekerta yang erat hubunganya engan

agama hindu dan budha. Dalam kepustakaan dapat dijumpai uraian tentang

perkataan ini. Karena itu ada bermacam teori mengenai kata agama. Salah satu

diantaranya mengatakan, akar kata agama adalah gam yang mendpat awalan a

sehingga menjadi a-ga-ma.

Salah satu diantaranya tradisi atau kebiasaan. Yang dimaksud adalah

tradisi atau kebiasaan dalam agama hindu dan budha. Setelah gama islam

datang ke nusantara masyarakat nusantara yang berbahasa melayu

mempergunakan kata agama juga untuk menunjukan ajaran yang dibawa islam.

11

Page 12: Manusia dan Agama

Dari uraian diatas jelas bahwa ada masalah mengenai makna

perkataan agama di tanah air kita. Permasalahanya adalah, dilihat dari sudut

ilmu pengetahuan keagamaan terdapat kerancuan dalam pemakaian kata

agama, karena ipakai untuk agama agama yang berbeda system dan ruang

lingkupnya. Sistem da ruang lingkup nasrani, hanya mengatur hubungan

dengan tuhan saja, sedang system islam melingkupi hubungan dengan Allah,

tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia, termasuk dirinya

sendiri serta lingkungan hidupnya.

Namun, segera harus dikemukakan bahwa perbedaan itu tidak boleh

dipergunakan untuk menyerang dan merendahkan agama lain, karena kedua

agama yang dibandingkan itu sama-sama berasal dari Allah. Kita harus saling

menghormati pemeluk agama lain yang sistem, ruang lingkup agama berbeda

dengan agama yang kita peluk. Namun, perlu segera ditegaskan pula bahwa

persamaan istilah untuk menyebut agama yang berbeda sistem dan ruang

lingkupnya itu, tidak boleh dipahami atau dijdikan alasan untuk mengatakan

bahwa semua agama sama. Tidak. Agama-agama tidak sama karena berbeda

sistem, ruang lingkup dan klasifikasinya. Yang tersebut terakhir ini akan

dijelaskan kemudian.

Adalah agama “the problem of ultimate concern” : masalah yang

mengenai kepentingan mutlak setiap orang. Oleh karena itu, menurut Paul

Tillich, setiap orang yang beragama selalu berbeda dalam keadaan

involved(terlibat) dengan agama yang dianutnya. Memang, kata Profesor

Rasjidi , manusia yang beragama itu “aneh”. Ia melibatkan diri dengan agama

yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi, bersamaan

dengan itu ia merasa bebas , karena bebas menjalankan segala sesuatu menurut

keyakinan. Ia tunduk kepada Yang Maha Kuasa, tetapi (bersama dengan itu) ia

merasa dirinya terangkat, karena merasa mendapat keselamatan.

Keselamatanlah yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan

keselamatan itu akan diperolehnya melalui pelaksanaan keyakinan agama yang

ia peluk.(H.M. Rasjidi, Kuliah Hukum Islam,1976).

12

Page 13: Manusia dan Agama

Karena agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap

orang yang beragam terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah

mudah membuat sebuah definisi yang mencangkup semua agama.

Kesulitannya adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami

menurut ajaran agamanya sendiri. Hal ini ditambah lagi dengan fakta bahwa

dalam kenyataan agama di dunia ini amat beragam. Namun, karena ada segi-

segi agama yang sama , suatu rumusan umum (sebagai definisi kerja) mungkin

dapat dikemukakan. Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan

dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyenbah dan

permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan

ajaran agama itu. Disamping segi-segi persamaan, antara agam yang yang

beragam itu terdapat persamaan, antara agama yang beragam itu terdapat juga

perbedaan-perbedaan, seperti telah disebut diatas. Dalam menghadapi

perbedaan-perbedaan itu di dalam masyarakat majemuk karena beragamnya

agama di tanah air kita sikap yang perlu ditegakkan oleh pemeluk agama

adalah “agree in disagreement, sikap setuju (hidup bersama) dalam perbedaan.”

D. Hubungan Manusia dengan Agama

Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan

berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia,tetapi tidak dipahami

oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukan kedalam kategori gaib.

Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, mereka

merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan kegaiban. Menghadapi

peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan diri,

mereka mencari perindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka

menguasai alam gaib yaitu Dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka

dengan para Dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan

Dewa-dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan : sosial,

ekonomi, kesenian dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan manusia

dengan para Dewa atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, kerena itu,

13

Page 14: Manusia dan Agama

dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama.

Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.

Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju,

masyarakat yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui

ilmu pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai

alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di beberapa

bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia terhadap diri

dan alam sekiranya menjadi berubah. Timbullah berbagai teori mengenai

hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya. Salah satu teori(pedapat

yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa) yang banyak

mempengaruhi perkembangaan ilm pengatahuan, khususnya ilmu pengatahuan

sosial, adalah teori August Comte yang terdapat dalam bukunya yang masyhur :

Course de la Philosophie Positive(1842). Dalam buku yang terdiri dari enam

jilid itu, August Comte menyebutkan tiga tahap perkembangan pemikiran

manusia de lois des etat(terjemahan bebasnya, lebih kurang tiga hukum

perkembangan). Menurut August Comte dalam bukunya itu, sepanjang sejarah,

sejak dahulu sampai sekarang, pemikiran manusia berkembang melalui tiga

tahap, yaitu (1) tahap teologik (2) tahap metafisik (3)tahap positif. Kerangka

berpikir ini melahirkan filsafat positivisme di abaad XIX, yang seperti telah

disebut di atas, mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora(ilmu

pengetahuan yang bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam

pengertian membuat manusialebih berbudaya, dengan teologi, filsafat,hukum,

sejarah, bahasa, kasusasteraan,dan kesenian)di seluruh dunia, terutama social

sciences. Menurut Comte, yang gaung pemikirannya sangat bergema dalam

ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, perkembangan pemikiran manusia

selalu berangkat dari tahap yang paling rendah ke tahap yang paing tinggi atau

kompleks.

Menurut dia tahap pemikiran yang paling rendah ialah (a) tahap

pemikiran teologik yaitu tahap pemikira manusia yang percaya kepada Tuhan ,

percaya kepada ajaran agama. Menurut Comte, dalam pemikiran teologik ini

14

Page 15: Manusia dan Agama

manusia belum tahu yang terjadi di sekitarnya. Karena itu ia selalu hidup

dalam ketakutan terhadap, misalnya, bencana alam seperti banjir, gunung

meletus dan sebagainya.untuk menghindari ketakutan itu, manusia lalu

melindungkan dirinya pada Tuhan atau Dewa.menyerahkan dirinya pada yang

maha kuasa. Tahap inilah tahap yang paling bawah dalam tingkat pemikiran

manusia. Oleh karena itu, katanya lebiih lanjut, bila pemikiran manusia

berkembang, karena pertambahan pengalaman dan pengetahuan,manusia akan

meninggalkantahap teologik atau tahap percaya terhadap ajaran agama yang

melindunginya, pindah ke tahap yang lebih tinggi yaitu (b) tahap

metafisik( tahap percaya pada kekuatan atau hal-hal non fisik, yang tidak

kelihatan). Untuk keselamatan dirinya , dalam tahap ini manusia berusaha

menjinakkan kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila

pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih lanjut,

tahap pemikirannyapun meningkat ketingkat yang lebih tinggi. Pada tingkat

atau tahapan ini seperti jaman modern sekarang, manusia telah mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang alam dan dirinya sendiri. Manusia telah

mengetahui hukum-hukum alam,telah mampu memanfaatkan bahkan

‘menundukannya’ alam atau kepentingan manusia.dari ajaran ini, lahirlah

filsafat positivisme (aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan

semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti) seperti telah

disebut di atas, yang mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi zaman

sekarang.

Teori tentang hukum tiga tingkat atau tiga tahap perkembangan

pemikiran ini dapat dibaca dengan jelas berdasarkan contoh-contohnya dalam

buku Prof. H. M. Rasjidi berjudul Empat Kuliah Agama Islam di Perguruan

Tinggi(1980). Namun, perlu segera dikemukakan bahwa teori August Comte

itu tidak benar, sebab perkembangan pemikitan manusia tidaklah demikian.

Dalam tahap ketiga, diperiode positif di zaman (modern) sekarang ini,manusia

masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan di Eropa dan Amerika

cenderung kembali pada Tuhan atau ajaran agama(yang disebut spiritualisme)

15

Page 16: Manusia dan Agama

di penghujung abad XX yang akan datang. Sekularisme yang berasal dari

Inggris, menyeberang ke Eropa dan Amerika serta menjalar ke seluruh dunia,

menopang teori August Comte.

Sejarah umat manusia di barat menunjukan kepada kita bahwa dengan

mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-

mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-

galanya(anthropocentrisme yaitu yang menjadikan manusia menjadi pusat),

telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena pengalaman

itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di seuruh dunia kembali

kepada agama,. Ini disebabkan karena beberapa hal. Diantaranya adalah (1)

para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling pada

agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) karena harapan

manusia kepada otak manusia untuk memecahkan segala masalah yang

dihadapinya pada abad-abad yang lalu, ternyata tidak terwujud. Beberapa

paham ( isme isme ) atau aliran filsafat yang dilahirkan oleh otak manusia

diabad yang lampau, seperti teori comte diatas, perkembangan sains dan

teknologi diabad ini, ternyata tidak mampu memecahkan berbagai masalah

asasi manusia dan kemanusiaan. Akibatnya, orang menjadi ragu atau tidak

sepenuhnya lagi percaya kepada kemampuan manusia untuk membentuk

kehidupan yang bahagia tanpa agama. Memang, sains dan teknologi telah

memudahkan dan menyenangkan kehidupan manusia, namun bersamaan

dengan itu teknologi itu sendiri telah mengancam kehidupaan manusia yang

membuatnya. Sains dan teknologi manusia memang kehidupan mnusia menjadi

senang, tetapi perkembangan sains dan teknologi, terutama teknologi perang

yang menyebabkan kehidupan manusia seluruhnya menjadi tidak tenang.

Perang dunia pertama dan kedua yang terjadi diabad ini telah membuktikan

bahwa teknologi (perang) uyang amat maju dengan mudah memusnahkan

kehidupaan manusia dan kemanusiaan untuk mengendalikan teknologi yang

maju itulah, ini manusia memerlukan kembali lebih dari dimasa yang lampa

pedoman dan pegangan hidup yang sejati yaitu agama yang mampu

16

Page 17: Manusia dan Agama

mengendalikan dan mengarahkan penggunaan teknologi untuk kepentingan

umat manusia secara keseluruhan. Dengan panduan agama, terutama agama

yang berasal dari agama Allah SWT, teknologi dapat dikembangkan dan

diarahkan untuk tujuan tujuan yang bermanfaat nbagi kehidupan, membawa

keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.

Dari uraian diatas dapat disimpullkan bahwa sangat perlu bagi

manusia terutama bagi orang yang berilmu, apapun disiplin ilmunya. Sebab

karena dengan agama ilmunya akan lebih bermakna bagi umat islam, agama

yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama islam.

17

Page 18: Manusia dan Agama

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah i muka bumi.

Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil. Menurut ajaran Islam,

manusia, slain sebagai abdi diberi kedudukansebagai khalifah mengelola

dan memanfaatkan alam semesta terutama mengurus bumi ini.

2. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna yang

mempunyai beberapa ciri utama, yaitu :

a. Manusia adalah makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang

baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

b. Manusia emiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin

dikembangkan) beriman kepada Allah.

c. Manusia diciptakan Allah ntuk mengabdi kepada-Nya.

d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi.

e. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan

kemauan atau kehendak.

f. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala perbuatannya.

g. Manusia adalah makhluk yang berakhlak.

18

Page 19: Manusia dan Agama

DAFTAR PUSTAKA

http://mysephias.wordpress.com/2009/09/24/al-qur%E2%80%99an-surah-al-

furqon-ayat-1-34-qs-25-1-34-2/

19