manusia, agama dan islam

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting, karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai spiritual yang sesuai dengan agama- agama samawi (agama yang datang dari langit ataua gama wahyu). Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesat. Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang individu- individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong menolong. 1

Upload: mayora-ulfa

Post on 10-Apr-2016

75 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Manusia, Agama Dan Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia, Agama Dan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting,

karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang

akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-

nilai spiritual yang sesuai dengan agama-agama samawi (agama yang datang

dari langit ataua gama wahyu).

Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu

dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya. Agama akan memelihara

manusia dari penyimpangan, kesalahan dan menjauhkannya dari tingkah laku

yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi jernih halus

dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan benteng pertahanan bagi

generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai aliran sesat.

Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah dan

akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat yang

individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong

menolong.

Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang

melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan manusia?

2. Apa yang di maksud dengan agama?

3. Apa yang di maksud dengan Islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan manusia

2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan agama

3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Islam

1

Page 2: Manusia, Agama Dan Islam

BAB II

PEMBAHASAAN

A. Manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut

biologis,rohani dan istilah kebudayaan, atau secara campuran .Secara biologis,

manusia diklasifikasikan sebagai Homosapiens (BahasaLatin untuk manusia)

sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak

berkemampuan tinggi.Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan

konsep jiwa yang bervariasi dimana, dalam agama, dimengerti dalam

hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.

Menurut agama Islam itu sendiri ,manusia adalah makhluk ciptaan Allah

yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nyayang lain,yang dipercaya

untuk menjadi khalifah dimukabumi. DalamAl-qur’an,ada tiga kata yang

digunakan untuk menunjukan kepada manusia. Kata yang digunakan adalah

basyar, insane atau nasdanbani Adam. Kata basyar diambil dari kata yang

berarti` penampakan sesuatu dengan baik dan indah’ .Dari kata basyarah yang

artinya` kulit’ .Jadi, manusia disebut dengan basyar karena kulit nyata

memperjelaskan dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia secara bahasa

disebut juga insane yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasi

yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak .

Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat

lupa dan jika artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang

baru disekitarnya.

1. Latar belakang Fitra manusia

Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali

ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri

manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di

masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan

mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah

yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karenanya,

ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka

2

Page 3: Manusia, Agama Dan Islam

seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya itu. Dalam ajaran

Islam dijelaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Dalam

Surat al-Rum, 30: 30

عليها اس الن فطر تي ال ه الل فطرة حنيفا للدين وجهك فأقم“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu”

Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia

tersebut dapat pula dianalisis dari istilah insan yang digunakan al-Qur’an

untuk menunjukkan manusia. Menurut Musa Asy’ari, bahwa manusia

insane adalah manusia yang menerima pelajaran dari tentang apa yang

tidak diketahuinya

Adanya perjanjian manusia dengan Allah yang telah diikat oleh

fitrah mereka. Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut

diatas, buat pertama kalinya ditegaskan dalam ajaran Islam Yakni bahwa

agama adalah kebutuhan fitrah manusia.

Informasi mengenai potensi beragama dimiliki manusia itu dapat

dijumpai pada ayat al-Qur'an (surat al-A'raf ayat 172)

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap

jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Berdasarkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa

manusia secara fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk

beragama. Hal demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu

hadisnya yang mengatakan bawha setiap anak yang dilahirkan memiliki

fitrah (potensi beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan

anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. 

3

Page 4: Manusia, Agama Dan Islam

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi

beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui

bukti-bukti historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia

primitif yang kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan,

ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang

mereka percayai itu terbatas pada daya khayalnya. Misalnya saja, mereka

mempertuhankan benda-benda alam yang menimbulkan kesan misterius

dan mengagumkan serta memiliki kekuatan yang selanjutnya mereka

jadikan Tuhan, kemudian kepercayaan ini disebut dengan dinamisme.

Selanjutnya, kekuatan misterius tersebut mereka ganti istilahnya dengan

ruh atau jiwa yang memiliki karakter dan kecenderungan baik dan buruk

yang selanjutnya mereka beri nama agama animisme. Roh dan jiwa itu

selanjutnya mereka personifikasikan dalam bentuk dewa yang jumlahnya

banyak dan selanjutnya disebut agama politeisme. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi bertuhan. Namun karena

potensi tersebut tidak diarahkan, maka mengambil bentuk bermacam-

macam yang keadaanya serba relatif. Dalam keadaan demikian itulah para

nabi diutus kepada mereka untuk menginformasikan bahwa Tuhan yang

mereka cari itu adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana juga

dinyatakan dalam agama yang disampaikan para nabi. Dengan demikian,

sebutan Allah bagi Tuhan bukanlah hasil khayalan manusia dan bukan

pula hasil seminar, penelitian, dan sebagainya. Sebutan atau nama Allah

bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri. 

Ketika kita mengkaji paham hulul dari Al-Hallaj (858-922 M).

Misalnya kita jumpai pendapatnya bahwa pada diri manusia terdapat sifat

dasar ke-Tuhanan yang disebut lahut, dan sifat dasar kemanusiaan yang

disebut nasut. Demikian pula pada diri Tuhan pun terdapat sifat lahut dan

nasut. Sifat lahut Tuhan mengacu pada dzat-Nya, sedangkan sifat nasut

Tuhan mengacu pada sifat-Nya. Sementara itu sifat nasut manusia

mengacu kepada unsur lahiriah dan fisik manusia, sedangkan sifat lahut

manusia mengacu kepada unsur batiniah dan Ilahiah. Jika manusia mampu

4

Page 5: Manusia, Agama Dan Islam

meredam sifat nasutnya maka yang tampak adalah sifat lahutnya. Dalam

keadaan demikian terjadilah pertemuan anatara nasut Tuhan dengan lahut

manusia, dan inilah yang dinamakan hulul.

2. kelemahan dan kekuarangan manusia

Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adala

karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga

memiliki kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata an-nafs.

Menurut Quraish Shihab, bahwa dalam pandangan al-qur’an, nafs

diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang  berfungsi menampung

serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu

sisi dalam manusia inilah yang oleh al-qur’an dianjurkan untuk diberi

perhatian lebih besar. Seperti yang tertera dalam al-qur’an surat Al-Syams

ayat 7-8:

”dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),  maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-

Syams, 91:7-8)

Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi

agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat

mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Tetapi kata

nafs dalam pandangan kaum sufi merupakan sesuatu yang melahirkan sifat

tercela dan periaku buruk. Pengertian kaum sufi tentang nafs  ini sama

dengan yag terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa yang antara

lain menjelaskan bahwa nafs adalah dorongan hati yang kuat untuk

berbuat yang kurang baik. Selanjutnya, Quraish Shihab mengatakan,

walaupun al-qur’an menegaskan bahwa nafs berpotensi positif dan negatif,

namun doperoleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif

manusia lebih kuat daripada daya tarik negatifnya, hanya aja daya tarik

keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Untuk menjaga

kesucian nafs ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan

dengan bimbingan agama, dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia

terhadap agama.

5

Page 6: Manusia, Agama Dan Islam

B. Agama

Agama menurut bahasa sansekerta, agama berarti tidak kacau (a=tidak

gama=kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat

membebaskan manusia dari kekacauan. Didunia baratter dapat suatu istilah

umum untuk pengertian agama ini, yaitu: religi, religie, religion, yang berarti

melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-

matian ,perbuatan ini berupa usaha atau sejenis per ibadatan yang dilakukan

secara berulang ulang.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah system yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang

Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia

dan manusia serta lingkungan nya.

Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang

berarti: hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan

pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin”

merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada

Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai

manifestasi ketaat anter sebut (Moh.Syafaat,1965).

Dan secara umum, Agama adalah suatu system ajaran tentang Tuhan,

dimana penganut-penganut nya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral

atau social atas dasar aturan-aturan-Nya.Oleh karena itu suatu agama

mencakup aspek-aspek sebagai berikut

1. Aspek kredial, yaitu ajaran tentang doktrin-doktrin ketuhanan yang harus

diyakini.

2. Aspekritual, yaitu tentang tata cara berhubungan dengan Tuhan, untuk

minta perlindungan dan pertolongan-Nya atau untuk menunjuk kan

kesetiaan dan penghambaan

3. Aspek moral ,yaitu ajaran tentang aturan berperilaku dan bertindak yang

benar dan baik bagi individu dalam kehidupan.

4. .Aspeksosial, yaitu ajaran tentang aturan hidup bermasyarakat.

6

Page 7: Manusia, Agama Dan Islam

Asal-usul terbentuk dan berkembangnya suatu agama dapat dikategorikan

kedalam tiga jenis , yaitu:

1. Agama yang muncul dan berkembang dari perkembangan budaya suatu

masyarakat disebut dengan Agama Budaya atau Agama Bumi (dalam

bahasa Arab disebut Ardli) , seperti Hindu, Shinto, atau agama-agama

primitive dan tradisional.

2. Agama yang disampaikan oleh orang-orang yang mengaku mendapat

wahyu dari Tuhan disebut agama wahyu atau agama langit( dalam bahasa

Arab langit disebut samawi) ,seperti Yahudi, Nasrani danI slam.

3. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar.

Dia memiliki pemikiran-pemikiran yang mengagumkan tentang konsep-

konsep kehidupan sehingga banyak orang yang mengikuti pandangan hidup

nya dan kemudian

Melembaga sehingga menjadi kepercayaan dan ideology bersama suatu

masyarakat. Agama semacam ini dinamakan sebagai agama filsafat, seperti

Konfusianisme (Konghucu), Taoisme, Zoroaster atau Budha.

C. Islam

Islam secara etimologis (lughawy) berasal dari tiga akar kata salam yang

artinya damai atau kedamaian, salamah yang artinya keselamatan, aslama

yang artinya berserah diri atau tunduk patuh. Sementara agama Islam dapat di

definisikan sebagai suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah swt,

yang diturunkan kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan

Nabi Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi

peraturan perintah dan larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di

dunia dan di akhirat kelak.

Manusia sebagai Kebutuhan Fitri Manusia terdiri dari dimensi fisik dan

non fisik. Dimensi non fisik, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa

(sense). Rasa yang dimaksud adalah kesadaran manusia akan kepatuhan

(senseofethic), keindahan (senseofaesthetic), dan kebertuhanan

(senseoftheistic). Rasa kebertuhanan (senseoftheistic) adalah perasaan pada

7

Page 8: Manusia, Agama Dan Islam

diri seseorang yang menimbulkan keyakinan akan adanya sesuatu yang maha

kuasa di luar dirinya (transcendence) yang menentukan segala nasib yang ada.

Keyakinan akan adanya Tuhan di capai oleh manusia melalui tiga pendekatan,

yaitu:

1. Material experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui

kajian terhadap fenomena alam semesta.

2. Inner experien ceofhumanity. Membuktikan adanya Tuhan melalui

kesadaran bathiniyyah dirinya.

3. Spiritual experien ceofhumanity. Membuktikan Tuhan di dasarkan pada

wahyu yang di turunkan oleh Tuhan melalui Rasul-Nya.

Sebab-sebab manusia perlu memeluk agama Manusia perlu memelukan

agama sebab di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan, manusia

juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain di gunakan oleh kata Al-Nafs

menurut Quraish Shihab. Bahwa dalam pandangan Al-Qur’an Nafs di ciptakan

Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong

manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia

inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk di beri perhatian lebih besar.

Sebagai mana firman Allah swt. Yang Artinya: “Demina serta demi

penyempurna ciptaan, Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan

ketaqwaan”. (QS.Al-Syams:78) Faktor lain yang menyebabkan manusia

memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa

menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari luar maupun yang

datang dari dalam. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan

bisikan setan. Sedangkan yang datang dari luar dapat berupa rekayasa dan

upaya-upaya yang di lakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin

memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluar kabiaya,

tenaga dan fikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan

yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Allah

berfirman dalam Al-Qr’ an SuratAl-Anfal: 36 Yang artinya: “sesungguh ya

orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi

(orang) dari jalan Allah”. (QS.Al-Anfal:36) Orang-orang kafir itu sengaja

8

Page 9: Manusia, Agama Dan Islam

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka gunakan agar orang-

orang mengikuti keinginannya. Barbagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat

terlarang dan lain sebaginya di buat dengan sengaja. Untuk itu, upaya

membatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar

taat menjalankan agama

Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini meningkat, sehingga

uapaya mengagamakan masyarakat menjadi penting

Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah kemanusian Islam adalah

suatu system ajaran ketuhanan yang berasal dari Allah SWT, di turunkan

kepada ummat manusia dengan wahyu melalui perantaraan Nabi Muhammad

saw. Sebagai agama yang datang dari Tuhan yang menciptakan manusia sudah

tentua jaran Islam akan selaras dengan fitrah kejadian manusia. Fitrah dalam

arti pembawaan asal manusia secara umum sejak kelahiran (bahkan sejak awal

penciptaan) dengan segala karakteristiknya yang masih bersifat potensial atau

masih berupa kekuatan tersembunyi yang masih perlu di kembangkan dan di

arahkan oleh ikhtiar manusia baik fitrah yang berkaitan dengan dimensifisik

atau non fisik, yaitu akal, nafsu, perasaan dan kesadaran (qalb) dan ruh.

Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat

pertamakali ditegaskan dalam ajaran Islam. Yakni bahwa agama adalah

kebutuhan fitrah manusia sebelumnya. Manusia belum mengenal kenyataaan

ini. Baru masa ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan

mempopulerkannya dalam keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah

yang melatarbelakangi perlunya manusia memeluk agama.

Sebagai mana firman Allah yang Artinya: “Hadapkanlah wajahmu dengan

lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan

manusia sesuai dngan fitrah itu”. (QS.Ar-Rum:30). Adanya potensi fitrah

agama yang terdapat pada manusia tersebut dapat pula di analisis melalui

istilah Ihsan yang di gunakan Al-Qur’ an untuk menunjukan manusia.

Mengacu kepada informasi yang di berikan Al-Qur’an, Musa Asy’ ari sampai

pada suatu kesimpulan, bahwa manusia Ihsan adalah manusia yang menerima

pelajaran dari tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya. Melalui uraian

9

Page 10: Manusia, Agama Dan Islam

tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam diri manusia sudah terdapat

potensi untuk beragama. Potensi beragama ini memerlukan pembinaan,

pengarahan, dan seterusnya dengan mengenal agama kepadanya. Dengan

arahan ajaran Islam, fitrah kemanusia anakan membawa manusia ke arah

kebaikan dan ke selamatan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Islam Sebagai Agama yang Lurus Islam merupakan agama yang lurus

karena islam sebagai hidayah (petunjuk) dalam kehidupan umat manusia

sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 38) “Nanti akan Aku

berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa yang

mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa

khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati ”. (Q.SAl-

Baqarah:38)

Hidayah Allah untuk manusia Hidayah secara istilah Islam berarti

‘Petunjuk yang di berikan oleh Allah pada makhluk hidup agar mereka

sanggup menghadapi tantangan kehidupan dan menemukan solusi

(pemecahan)‘ bagi persoalan hidup yang di hadapinya’. Oleh karena itu

hidayah merupakan alat bantu yang di berikan oleh Allah kepada makhluk

hidup untuk mempermudah menjalani kehidupannya Ada 4 tingkat hidayah

yang di berikan oleh Allah swt. Kepada manusia, yaitu:

1. Hidayah ghariziyah (bersifat instinktif), yaitu petunjuk untuk kehidupan

yang di berikan oleh Allah swt. Bersamaan dengan kelahiran berupa

kemampuan untuk menghadapi kehidupan, sehingga sanggup untuk

bertahapan hidup (fungsi survival).

2. Hidayah hissiyyah (bersifat indrawi), yaitu petunjuk berupa kemampuan

indera dalam menangkap citra lingkungan hidup, sehingga ia dapat

menentukan lingkungan mana yang sesuai dengannya sehingga

menemukan kenyamanan dalam menjalani kehidupan secara fisikal (fungsi

adaptif).

3. Hidayah aqliyyah (bersifat intelektual) yaitu petunjuk yang di berikan oleh

Allah swt. Berupa kemampuan berfikir dan menalar, yaitu mengolah

segala informasi yang di tangkap melalui indera. Dengan kemampuan ini

10

Page 11: Manusia, Agama Dan Islam

manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan

sehingga dapat memanipulasi dan mereka yang salingkungan untuk

menciptakan kemudahan, kesejahteraan dan kenyamanan hidupnya (fungsi

developmental atau pengembangan hidup).

4. Hidayah diniyyah (berupa ajaran agama) yaitu petunjuk yang di berikan

Allah swt. Kepada manusia berupa ajaran-ajaran praktis untuk di terapkan

dalam meniti kehidupan secara individual dan menata kehidupan secara

komunal, bersama-sama orang lain, sehingga manusia mendapatkan

kebahagiaan dan kenikmatan hakiki dan ketenangan batin dalam menjalani

kehidupannNYA.

Hidayah ketiga dan ke empat ini hanya di berikan kepada umat manusia

dengan kedua jenis hidayah inilah manusia berbeda dengan makhluk hidup

lainnya. Dengan hidayah aqliyyah (kemampuan intelektual), manusia menjadi

berbeda secara signifikan bila di bandingkan dengan binatang (demikian juga

dengan jin dan malaikat). Dan dengan hidayah diniyyah (petunjuk agama),

manusia dapat meningkatkan spirituallitasnya dan mencapai ketingkat yang

lebih tinggi dari malaikat sekali pun

Untuk membimbing manusia dalam meniti dan menata kehidupan, Allah

menurunkan agamanya sebagai pedoman yang harus dijadikan referensi dalam

menetapkan setiap keputusan, dengan jaminan ia akan terbebas dari segala

kebingungan dan kesesatan. Firman Allah yang terjemahannya: “Nanti akan

Aku berikan kepadamu petunjuk (dalam menempuh kehidupan). Barang siapa

yang mengikuti petunjuk-Ku tersebut, niscaya mereka tidak akan di timpa rasa

khawatir dan takut (dalam kehidupan) dan tidak akan bersedih hati”.(Q.SAl-

Baqarah:38). Dan Allah swt. Menegaskan bahwa satu-satunya hidayah yang

benar yang Iaridhoi itu adalah agama islam.“Sesungguhnya agama disisi Allah

hanyalah ISLAM”.“ Pada hari ini Aku lengkapkan bagimu agama mu dan Aku

sempurnakann hikmat-Ku kepadamu. Dan Aku ridhoi Islam sebagai

agamamu.

Agama islam, dapat berperan dan berfungsi bagi manusia yang dapat

dikembangkan oleh setiap individu, sebagai berikut:

11

Page 12: Manusia, Agama Dan Islam

1. Pemberi makna bagi perbuatan manusia.

2. Alat control bagi perasaan dan emosi.

3. Pengendali bagi hawa nafsu yang terus berkembang.

4. Pemberi reinfor cement (dorongan penguat) terhadap kecenderungan

berbuat baik pada manusia.

5. Penyeimbang bagi kondisi psikis yang berkembang

12

Page 13: Manusia, Agama Dan Islam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat di simpulkan bahwa agama sangat di perlukan oleh manusia sebagai

pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal

ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia

untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunn atu llah)

yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayatqur’aniyah yang terdapat dalam

Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu

kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan

lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna

dan bahagia.

B. Saran

Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumber-

sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita

hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad

yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya

dalam kehidupan kita sehari-hari.

13

Page 14: Manusia, Agama Dan Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah

memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, 2015

Penyusun

14

i

Page 15: Manusia, Agama Dan Islam

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFATR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................1

C. Tujuan .................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Manusia ................................................................................................2

B. Agama .................................................................................................6

C. Islam .................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................13

B. Kritik dan Saran ...................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................iii

15ii

Page 16: Manusia, Agama Dan Islam

MAKALAHMAKALAHAGAMAAGAMA

Manusia, Agama dan IslamManusia, Agama dan Islam

Disusun Oleh : Nur Apriansyah

15190041

Dosen Pembimbing :Sukirdi, M. Pd

JURUSAN PENJASKES DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DEHASEN (UNIVED) BENGKULU

2015

16

Page 17: Manusia, Agama Dan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin,  Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers. 2010

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UPI, 2009, Islam Tuntunan dan Pedoman

Hidup, Value Press, Bandung

Amin, Syukur, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun, 2010

Ahmad, Supadie Didiek,  dkk. Pengantar Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers,

2011

J, Hasse, Pemetaan Teori Sosial dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah

pada Pelatihan Metodologi Penelitian Islam Keagamaan, STAIN Zawiyah

Cot Kala Langsa, Tanggal. 26 September 2013

Miftah, Fathoni Ahmad, Pengantar Studi Islam,  Semarang: Gunung Jati, 2001

Muhaiman Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994

17iii