kebutuhan manusia terhadap agama
TRANSCRIPT
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
Makalah ini isinya mengenai Pengertian Agama, Latar Belakang, Peranan Manusia
Terhadap Agama. Bahwa manusia itu memerlukan pondasi untuk hidup dikalangan
masyarakat terdapat kesan bahwa agama bersifat sempit. Kesan ini timbul dari
pengertian tentang hakekat agama. Kekeliruan paham ini bukan hanya dikalangan umat
bukan islam tapi juga dikalangan umat islam sendiri. Kekeliruan masalah itu terjadi
karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak di pakai di masyarakat
ditekankan kepada pengajaran fiqih, bahasan Arab dan Ibadat. Hal ini memberi
pengetahuan yang sempit tentang agama islam.
Dalam dasar agama sebenarnya terdapat aspek-aspek selain yang tersebut diatas,
seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral. Aspek ilmu pengetahuan, Aspek
hakekat, Aspek Falsafah dan Aspek Pemikiran serta usaha-usaha pembaharuan dalam
islam. Dan karena itu pula yang perlu kita bicarakan dalam makalah ini hanyalah
kesimpang siuran pengertian agama itu saja. Tetapi, barang kali uraian akan memakan
banyak tempat, sebab masalahnya cukup luas juga, dan sungguh pun makalah ini disusun
terutama untuk menyelesaikan tugas Metedologi Studi Islam sebagai bahan pelajaran
semester III (Tiga) Jurusan PHM (Perbandingan Hukum dan Mazhab). Mungkin juga
ada faedahnya bagi pembaca-pembaca diluar lingkungan semester III (Tiga) yang ingin
memperluas pengetahuannya tentang agama.
A. KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
1.Pengertian
Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama dikenal pula kata din ( ) dari
bahasa Arab dan dari kata religi dari bahasa Eropa satu pendapat menyatakan bahwa
agama itu tersusun dari dua kata, tidak dang am = pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat,
diwarisi turun-temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian, adalagi
pendapat yang menyatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agam
memang mempunyai kitab-kitab suci, selanjutnya dikatakan lagi bahwa gam berarti
tuntutan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi
penganutnya.
Din dalam bahasa semik berarti undang-undang atau hukum, dalam bahasa Arab
kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh
seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula
kepada paham batasan baik dari Tuhan yang tidak menjalankan kewajiban dan tidak
patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Adapun kata religi berasa dari bahasa latin menurut satu pendapat demikian
Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegre yang mengandung arti
mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga sejarah dengan isi agama
yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang berkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata
religere yang berarti mengikat ajaran-ajaran agama memang mengikat manusia dengan
Tuhan.
Dari beberapa defenisi tersebut, akhirnya Harun Nasution mengumpulkan bahwa
inti sari yang terkandung dalam istilah-istilah diatas ialah ikatan agama memang
mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia manusia. Ikatan ini
mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupannya sehari-hari. Ikatan itu berasal
dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, ikatan ghaib yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indra.
Adapun pengertian agaa segi istilah dikemukakan sebagai berikut Elizabet K.
Nottinghan dalam bukunya agama dan masyarakat berpendapat bahwa agama adalah
gesjala yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha
kita untuk menjual abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Noktingham mengatakan bahwa agama
berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna ari
keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama kerah menimbulkan
khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman orang
yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin
yang paling sempurna dan juga merasakan takut dan ngeri. Sementara itu Durkheim
mengatakan bahwa agama adalah patulan dari solidaritas sosial.
Sementara itu Elizabet K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak
menunjukkan pada realitas bahwa dia melihat pada dasarnya agama itu bertujuan untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara memberikan suasana batin yang
nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang disalah gunakan oleh penganutnya
untuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Misalnya, dengan cara memutar balikkan
interpretasi agama secara keliru dan berujung pada tercapainya tujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya karena demikian banyaknya defenisi sekarang agama yang demikian para
ahli. Harun Nasution mengatakan dapat diberi defenisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib
yang harus dipatruhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal di kekuatan
ghaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dan perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia.
8. Ajaran yang dianutnya Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa
agama adalah ajaran yang berasal dan Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi
kegenerasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsur emosional
dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan
yang baik dengan kekuatan ghaib tersebut.
B. LATAR BELAKANG PERLUNYA MANUSIA TERHADAP AGAMA
Sekurang-kurangnya ada alasan yang melatar belakangi perlunya manusia
terhadap agama. Alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Dalam bukunya berjudul prospektif manusia dan agama, Murthada Muthahhari
mengatakan bahwa disaat berbicara tentang para Nabi Imam Ali as. Menyebutkan bahwa
mereka diutus untuk mengingat manusia kepada manusia yang telah diikat oleh fitrah
manusia, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak
dicatat diatas kertas melainkan dengan pena ciptaan Allah dipermukaan terbesar dan
lubuk fitrah manusia, dan diatas permukaan hati nurani serta dikedalaman perasaan
batiniah.
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali
ditegaskan kepada agama islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia,
sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru dimasa akhir-akhir ini muncul
beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitri keagamaan yang ada
pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya manusia kepada agama, oleh
karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka
seruan tersebut memang amat sejalan dengan fitrahnya hal tersebut.
Dalam konteks ini kita misalnya membaca ayat yang berbunyi :
Artinya ; “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)
Setiap ciptaan Allah mempunyai fitrahnya sendiri-sendiri jangankan Allah sedang
manusia saya membuat sesuatu itu dengan fitrahnya sendiri-sendiri .
Kesimpulannya bahwa latar belakang perlunya manusia pada agama adalah karena dalam
diri manusia sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi yang beragama ini
memerlukan pembinasaan, pengarahan, pengambangan dan seterusnya dengan cara
mengenalkan agama kepadanya.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia.
Faktor lainnya yang melatar belakangi manusia memerlukan agama adalah karena
disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan .
Walaupun manusia itu dianggap sebagai makhluk yang terhebat dan tertinggi dari segala
makhluk yang ada di ala mini, akan tetapi mereka mempunyai kelemahan dan
kekurangan karena terbatasnya kemampuan M. abdul alim Shaddiqi dalam bukunya
“Quesk For True Happines” menyatakan bahwa keterbatasan manusia itu terletak pada
pengetahuannya hanyalah tentang apa yang terjadi sekarang dan sedikit tentang apa yang
telah izin.
Adapun tentang masa depan yang sama sekali tidak tahu, oleh sebab itu kata beliau
selanjutnya hukum apa sajapun yang dapat dibuat oleh manusia tentang kehidupan insani
adalah berdasarkan pengalaman masa lalu. Selanjutnya dikatakan disamping itu manusia
menjadi lemah karena di dalam dirinya ada hawa nafsu yang selain mengajak kepada
kejahatan, sesudah itu ada lagi iblis yang selain berusaha menyesatkan manusia dari
kebenaran dan kebaikan. Manusia hanya dapat melawan musuh-musuh ini ialah dengan
senjata agama.
Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia itu telah diciptakan-nya
dengan batas-batas tertenu dan dalam keadaan lemah.
Artinya :“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu (terasuk manusia) telah kami ciptakan
dengan ukuran (batas) tertentu (qS. Al-Qomar : 49)
Untuk mengatasi kelemahan-kelemana dirinya itu dan keluar dari kegagalan-
kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan wahyu akan agama .
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia
adalah karena manusia adalah dalam kehidupan senantiasa menghadapi berbagai
tantangan baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa
dorongan dari hawa nafsu dan bisikan syetan sedangkan tantangan dari luar dapat berupa
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupa ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan
pikiran yang dimanipestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang didalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari keluhan.
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka
gunakan agar orang mengikuti keininannya, berbagai bentuk budaya, hiburan, obat-
obatan terlarang dan sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu upaya untuk
mengatasinya dan membentengi manusia adalah dengan mengejar mereka agar taat
menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu saat ini semakin
meningkat sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting .
Mengapa manusia butuh agama ?
Adalah suatu pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Namun, kita melihat potensi-
potensi yang dimiliki manusia, maka kita akan menemukan beberapa jawaban terhadap
pertanyaan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan
makhluk yang yang lain; tetapi dibalik kelebihan yang banyak itu, manusia juga
tidak luput dari banyak kekurangan, kelemahan dan kemampuan yang terbatas.
Manusia terbatas pada alam sekitarnya, warisan keturunan dan latar belakang
kebudayannya/hidupnya,; yang menyebabkan adanya perbedaan pandangan
dalam menghadapi suatu masalah, bahkan seringkali bertentangan antara satu
dengan yang lainnya.
Pandangan yang simpang siur tersebut (subyektif) tidak akan dapat menimbulkan
keyakinan atas kebenaran, tetapi senantiasa diliputi oleh kabut keragu-raguan
(dzanny), sehingga manusia senantiasa gagal dalam menentukan kebenaran secara
mutlak, ia tidak sanggup menentukan kebaikan dan keburukan (haq dan batil), ia
tidak dapat menentukan nilai-nilai semua hal yang demikian itu adalah di luar
bidang ilmu pengetahuan manusia.
Untuk mengatasi ataupun memberikan solusi terhadap kegagalan manusia sebagai
akibat dari kelemahannya, itu maka diperlukan agama/wahyu yang berasal dari
luar manusia, yakni Allah swt. melalui para Nabi dan Rasul-Nya. Hal ini dapat
terjadi karena Allah swt. adalah Maha Sempurna, sehingga wahyu yang
diturunkan-Nya merupakan kebenaran mutlak dan bersifat universal yang tak
perlu diragukan lagi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah (2) : 147,ا
ت�ر�ين� م� ال�م م�ن� ت�كون�ن ال� ف� ب�ك� ر� م�ن� ق� ل�ح�
“Kebenaran itu adalah berasal dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
meragukannya”
2. Dalam diri manusia terhadap hawa nafsu, yang senantiasa mengajak manusia
kepada kejahatan, apalagi kalau hawa nafsu tersebut sudah dipengaruhi oleh
syaitan/iblis yang senantiasa menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Jika
manusia dapat mengalahkan pengaruh hawa nafsu dan syaitan tersebut, maka ia
akan lebih tinggi derajatnya daripada malaikat; tetapi, jika ia mengikuti ajakan
hawa nafsunya dan syaitan tersebut, maka ia akan turun derajatnya lebih rendah
daripada binatang.
Untuk mengatasi pengaruh hawa nafsu dan syaitan itu, manusia harus memakai
senjata agama (iman), karena hanya agama (imanlah) yang dapat mengatasi dan
mengendalikan hawa nafsu dan syaitan/iblis itu; sebab agama merupakan sumber
moral dan akhlak dalam Islam. Itulah sebabnya, missi utama manusia,
sebagaimana hadits beliau yang menyatakan: Hanya saja aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.
Melawan hawa nafsu dan syaitan adalah jihad akbar, sebagaimana dikatakan oleh
Nabi saw. sewaktu kembali dari perang Badar: Kita kembali dari jihad (perang)
yang paling kecil menuju jihad yang paling besar, para sahabat bertanya: adakah
perang yang lebih besar dari perang ini ya Rasulullah? Nabi menjawaab : ada,
yakni melawan hawa nafsu.
Di samping itu, ada hadits lain yang mengatakan: Tidak sempurna iman seseorang
di antara kamu sehingga hawa nafsunya semata-mata mengikuti agama Islam
yang kaubawa.
3. Manusia dengan akalnya semata, tidak mampu mengetahui alam metafisika, alam
akhirat yang merupakan alam gaib, dan berada di luar jangkauan akal manusia,
sebagaimana firmana Allah dalam Q.S. al-Nahl (27) : 65,
آلي�ة� ذ�ل�ك� ف�ي إ�ن ا ت�ه� و� م� ب�ع�د� ض� ر�ا�أل� ب�ه� ي�ا ح�
أ� ف� اء� م� اء� م� الس م�ن� ل� نز�أ� الل ه و�
عون� م� ي�س� و�م3 ل�ق�
“Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit dan dengan air itu dihidupkan-
Nya bumi yang tadinya sudah mati. Sungguh, pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
mendengarkan (pelajaran)“
Akal manusia mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, sehingga tidak boleh
melampaui batas dan wewenangnya. Oleh karena itu, banyak masalah yang tidak
mampu dipecahkan oleh akal manusia, terutama masalah alam gaib; dan di sinilah
perlunya agama/wahyu untuk meberikan jawaban terhadap segala masalah gaib
yang berada di luar jangkauan akal manusia. Di sinilah letak kebutuhan manusia
untuk mendapat bimbingan agama/wahyu, sehingga mampu mengatasi segala
persoalan hidupnya dengan baik dan menyakinkan
4. Para sainstis yang terlalu mendewakan ilmu pengetahuan –banyak yang
kehilangan idealisme sebagai tujuan hidupnya. Mereka dihinggapi penyakit risau
gelisah, hidupnya hambar dan hampa, karena dengan pengetahuan semata, mereka
tidak mampu memenuhi hajat hidupnya; sebab dengan bekal ilmu
pengetahuannya itu, tempat berpijaknya makin kabur, karena kebenaran yang
diperolehnya relatif dan temporer, sehingga rohaninya makin gersang,
sebagaimana bumi ditimpa kemarau, sehingga membutuhkan siraman yang dapat
menyejukkan. Di sinilah perlunya agama untuk memenuhi hajat rohani manusia,
agar ia tidak risau dan gelisah dalam menghadapi segala persoalan hidup ini.
5. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak memberikan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, dibalik semuanya itu,
kemajuan ilmu pengetahuann dan tehnologi pula yang banyak menimbulkan
kecemasan dan ancaman keselamatan bagi umat manusia. Berbagai konflik yang
maha dahsyat terjadi diberbagai belahan dunia dewasa ini merupakan dampak
negatif dari pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi itu, dengan ilmu dan
tehnologi, manusia memproduksi senjata, namun dengan senjata itu pula manusia
banyak menjadi korban. Di sinilah perlunya agama, karena hanya agama (iman)
lah yang dapat mencegah agar ilmu dan tekhnologi tersebut tidak berubah
menjadi senjata makan tuan/pagar makan tanaman. Agamalah yang mampu
menjinakkan hati manusia yang sesat, untuk berbuat baik kepada diri sendiri dan
kepada orang lain.
Fungsi Agama bagi Kehidupan
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :
Karena agama merupakan sumber moral
Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,
maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia
menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam
godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan
daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan
kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut
dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik
manusia kepada hidayah ataukebaikan.
Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada
kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia
kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.
Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya
memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui
inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama
Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap
manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak
terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat
menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk
menjawab soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah
kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama,
malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya.
Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial
Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang
bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang
bersifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative
factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama
sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran
agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial
didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin
adanya konsensus dalam masyarakat.
Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan,
mengikat, dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga
dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah
bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari
begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab
yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama
sudah sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan
benar serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan ketidakpahaman tujuan daripada agama-nya. memburukan serta
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama
Beberapa tujuan agama yaitu :
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa
(tahuit).
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik,
sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L
Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi
umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan
sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan
kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para
politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-
nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai
komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang
ekspansionis), banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau
menebarkan misi (baca, mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang
dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-
nyiakan peran signifikan dari negara sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka,
kloplah, politisasi agama menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk
kekuasaan dengan para elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih
lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil
(seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah
(misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah
politisasi agama.
Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing
ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang
mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan
umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai
kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya
Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah yang seyogianya
diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasi-organisasi Islam semacam
MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama karena Agama bukan benda
yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita
internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang
hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan
bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak,
rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan
kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi,
memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di
kibaran bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta
bagaimanakah saya berhubung dengan Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan
sebagai hablun minaLlah dan ia merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji
kesahihan kepercayaannya dalam menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya
sebutkan tadi. Perbincangan tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan,
Kenabian, Kesahihan Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang tidak terlibat di dalam dialog antara agama.
Pluralisma agama yang disebut beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK
bermaksud menyamaratakan semua agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama
rataan dibuat sedangkan sesiapa sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu
berbeza. Tidak mungkin semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah mendefinisikan siapakah saya dalam
konteks interpersonal iaitu bagaimanakah saya berhubung dengan manusia. Bagi
pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang memerintahkan manusia agar
saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13), perbezaan yang berlaku di antara manusia
bukan sahaja meliputi perbezaan kaum, malah agama dan kepercayaan. Fenomena
berbilang agama adalah seiring dengan perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu
semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk menjadikan perbedaan itu sebagai medan
kenal mengenal, dan bukannya gelanggang krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan seterusnya bekerjasama di antara satu sama
lain, mereka memerlukan beberapa perkara yang boleh dikongsi bersama untuk
menghasilkan persefahaman. Maka di sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue)
mengambil tempat. Dialog antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan
yang ada di antara agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
Kasus Penyalahgunaan Narkoba Khususnya pada Remaja
Sebagai peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa, masa remaja
merupakan masa yang penuh dengan kesulitan dan gejola, baik bagi remaja sendiri
maupun bagi orang tuanya. Seringkali karena ketidaktahuan dari orang tua mengenai
keadaan masa remaja tersebut ternyata mampu menimbulkan bentrokan dan
kesalahpahaman antara remaja dengan orang tua yakni dalam keluarga atau remaja
dengan lingkungannya.
Hal tersebut di atas tentunya tidak membantu si remaja untuk melewati masa ini
dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan tingkah laku
seperti penyalahgunaan zat, atau kenakalan remaja atau gangguan mental lainnya. Orang
tua seringkali dibuat bingung atau tidak berdaya dalam menghadapi perkembangan anak
remajanya dan ini menambah parahnya gangguan yang diderita oleh anak remajanya.
Untuk menghindari hal tersebut dan mampu menentukan sikap yang wajar dalam
menghadapi anak remaja, kita sekalian diharapkan memahami perkembangan remajanya
beserta ciri-ciri khas yang terdapat pada masa perkembangan tersebut. Dengan ini
diharapkan bahwa kita (yang telah dewasa) agar memahami atas perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri anak dan remaja pada saat ia memasuki masa remajanya. Begitu
pula dengan memahami dan membina anak/remaja agar menjadi individu yang sehat
dalam segi kejiwaan serta mencegah bentuk kenakalan remaja perlu memahami proses
tumbuh kembangnya dari anak sampai dewasa.
Beberapa Ciri Khas Masa Remaja
• Perubahan peranan
Perubahan dari masa anak ke masa remaja membawa perubahan pada diri seorang
individu. Kalau pada masa anak ia berperan sebagai seorang individu yang bertingkah
laku dan beraksi yang cenderung selalu bergantung dan dilindungi, maka pada masa
remaja ia diharapkan untuk mampu berdiri sendiri dan ia pun berkeinginan mandiri. Akan
tetapi sebenarnya ia masih membutuhkan perlindungan dan tempat bergantung dari orang
tuanya. Pertentangan antara keinginan untuk bersikap sebagai individu yang mampu
berdiri sendiri dengan keinginan untuk tetap bergantung dan dilindungi, akan
menimbulkan konflik pada diri remaja. Akibat konflik ini, dalam diri remaja timbul
kegelisahan dan kecemasan yang akan mewarnai sikap dan tingkah lakunya. Ia menjadi
mudah sekali tersinggung, marah, kecewa dan putus asa.
• Daya fantasi yang berlebihan
Keterbatasan kemampuan yang ada pada diri remaja menyebabkan ia tidak selalu
mampu untuk memenuhi berbagai macam dorongan kebutuhan dirinya.
• Ikatan kelompok yang kuat
Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala keinginan dirinya
menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk berkelompok. Dalam kelompok,
segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang
besar. Remaja akan merasa lebih aman dan terlindungi apabila ia berada di tengah-tengah
kelompoknya. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk dapat diakui oleh kelompoknya
dengan cara menyamakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada dalam kelompoknya.
Rasa setia kawan terjalin dengan erat dan kadang-kadang menjurus ke arah tindakan yang
membabi buta.
• Krisis identitas
Tujuan akhir dari suatu perkembangan remaja adalah terbentuknya identitas diri.
Dengan terbentuknya identitas diri, seorang individu sudah dapat memberi jawaban
terhadap pertanyaan: siapakah, apakah saya mampu dan dimanakah tempat saya
berperan. Ia telah dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan kelamahan dirinya
serta peranan dirinya dalam lingkungannya. Sebelum identitas diri terbentuk, pada
umumnya akan terjadi suatu krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati
krisisnya dan menemukan jatidirinya.
Berbagai Motivasi Dalam Penyalahgunaan Obat
• Motivasi dalam penyalahgunaan zat dan narkotika ternyata menyangkut motivasi yang
berhubungan dengan keadaan individu (motivasi individual) yang mengenai aspek fisik,
emosional, mental-intelektual dan interpersonal.
• Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu tindakan
penyalahgunaan zat, masih ada faktor lain yang mempunyai hubungan erat dengan
kondisi penyalahgunaan zat yaitu faktor sosiokultural seperti di bawah ini; dan ini
merupakan suasana hati menekan yang mendalam dalam diri remaja; antara lain:
a. Perpecahan unit keluarga misalnya perceraian, keluarga yang berpindah-
pindah, orang tua yang tidak ada/jarang di rumah dan sebagainya.
b. Pengaruh media massa misalnya iklan mengenai obat-obatan dan zat.
c. Perubahan teknologi yang cepat.
d. Kaburnya nilai-nilai dan sistem agama serta mencairnya standar moral;
(hal ini berarti perlu pembinaan Budi Pekerti – Akhlaq)
e. Meningkatnya waktu menganggur.
f. Ketidakseimbangan keadaan ekonomi misalnya kemiskinan, perbedaan
ekonomi etno-rasial, kemewahan yang membosankan dan sebagainya.
g. Menjadi manusia untuk orang lain.
Adanya faktor-faktor sosial kultural seperti yang dikemukakan di atas akan
mempengaruhi kehidupan manusia dan dapat menimbulkan motivasi tertentu untuk
mamakai zat. Pengaruh ini akan terasa lebih jelas pada golongan usia remaja, karena
ditinjau dari sudut perkembangan, remaja merupakan individu yang sangat peka terhadap
berbagai pengaruh, baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya atau lingkungan.
Upaya Pencegahan Masalah Penyalahgunaan Zat
Karakteristik psikologis yang khas pada remaja merupakan faktor yang
memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan zat.
Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang
memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor lingkungan
tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya motivasi untuk
menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah penyalahgunaan zat
dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan dan kondisi psikologis
remaja.
Di dalam upaya pencegahan, tindakan yang dijalankan dapat diarahkan pada dua
sasaran proses. Pertama diarahkan pada upaya untuk menghindarkan remaja dari
lingkungan yang tidak baik dan diarahkan ke suatu lingkungan yang lebih membantu
proses perkembangan jiwa remaja. Upaya kedua adalah membantu remaja dalam
mengembangkan dirinya dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses
pendampingan kepada si remaja, selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain
rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam 3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni
sekolah (guru), lingkungan pergaulan dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2
buah proses yakni menghindar dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si
remaja untuk mandiri dan menemukan jati dirinya.
Dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan remaja, tindakan
yang harus dan dapat dilakukan, secara garis besar akan diuraikan di bawah ini:
1. Sikap dan tingkah laku
Tujuan dari suatu perkembangan remaja secara umum adalah merubah sikap dan
tingkah lakunya, dari cara yang kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap
kekanak-kanakan seperti mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan
diri pada orang lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol
perbuatannya, harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri,
menyesuaikan keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya
sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk itu dibutuhkan perhatian dan
bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian,
memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan
dan hindarkan kritik dan celaan.
2. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan emosional, remaja mencoba merenggangkan
hubungan emosionalnya dengan orang tua; ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan
menentukan keputusannya sendiri. Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak
atau membangkang. Dalam hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak
melakukan tindakan yang bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya
secara bertahap. Udahakan jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang
kadang-kadang menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah
mempergunakan narkotika (menyalahgunakan obat).
3. Mental – intelektual
Dalam perkembangannya mental – intelektual diharapkan remaja dapat menerima
emosionalnya dengan memahami mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan
begitu ia dapat membedakan antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan
sesungguhnya. Pada mulanya daya pikir remaja banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan
dengan meningkatnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan
dan keputusasaan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam
menumbuhkan pemahaman diri tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai
macam harapan dan angan-angan yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
4. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan, remaja harus belajar bergaul dengan
semua orang, baik teman sebaya atau tidak sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan
jenis. Adanya hambatan dalam hal ini dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan
pergaulan saja misalnya suatu kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan
penyalahgunaan zat. Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya
ikatan yang erat dengan kelompoknya. Hal ini menimbulkan ide, bagaimana caranya agar
remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan loyalitas terhadap teman,
orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita sebagai orang tua dan guru, harus mampu
menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk
berbuat yang mulia dan menolong orang lain dan menjadi teladan yang baik.
5. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan remaja adalah pembentukan identitas diri.
Pada saat ini segala norma dan nilai sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar
dirinya dan harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian
dari dirinya dan merupakan pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi
dirinya. Untuk mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang
menurut penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya.
Orang tua memegang peranan penting dalam preoses identifikasi ini, karena
mereka dapat membantu remajanya dengan menjelaskan secara lebih mendalam
mengenai peranan agama dlam kehidupan dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan
arti yang baru pada keyakinan agama yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi
tokoh identifikasi, tokoh tersebut harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang
dibanggakan itu dapat saja berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat,
baik yang masih ada maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam upaya
pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Memahami sikap dan tingkah laku remaja dan menghadapinya dengan penuh
kasih sayang dan kesabaran.
Memberikan perhatian yang cukup baik dalam segi material, emosional,
intelektual, dan sosial.
Memberikan kebebasan dan keteraturan serta secara bersamaan pengarahan
terhadap sikap, perasaan dan pendapat remaja.
Menciptakan suasana rumah tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh
kehangatan bagi remaja.
Memberikan penghargaan yang layak terhadap pendapat dan prestasi yang baik.
Memberikan teladan yang baik kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.
Tidak mengharapkan remaja melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang
tua tidak melaksanakannya (panutan dan keteladanan).
Apa yang dikemukakan di atas hanyalah merupakan petikan secara umum dan dalam
penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada diri remaja maupun orang
tua dan guru. Dengan begitu maka setiap orang tua dan guru harus mampu untuk
menafsirkan apa yang dimaksud dan menerapkannya sesuai dengan apa yang
diharapkan.Yang paling penting adalah pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua
sebelum mereka mengharapkan remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang
diharapkan dari remaja harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru.