manajemen risiko pembiayaan...

141
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH, LEUWILIANG-BOGOR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh: RISA SAFARIYANI NIM : 107046101817 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011

Upload: duongnhu

Post on 19-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„

PADA BPRS AMANAH UMMAH, LEUWILIANG-BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

RISA SAFARIYANI

NIM : 107046101817

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011

Page 2: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANIITIA UJIAN

Page 3: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Page 4: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 23 Juni 2011 M

21 Rajab 1432 H

Risa Safariyani

Page 5: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

v

ABSTRAK

Risa Safariyani, 107046101817, “Manajemen Risiko Pembiayaan Al-

Istishnâ„ Pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor”. Skripsi Strata satu

(S1) Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2011, xiii + 113 + 35 halaman.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui mekanisme pembiayaan

Al-Istishnâ„ serta manfaat dan jenis risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah

Ummah. Selanjutnya tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui praktek

manajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah dalam akad Al-

Istishnâ„.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat

deskriptif dengan menggambarkan permasalahan yang didasari dengan data yang

didapat dari hasil survei, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka.

Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode induktif, yaitu dari data yang

diperoleh kemudian dikumpulkan, dikelompokkan dan dirumuskan hasil penelitian

dan dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko pada

pembiayaan Al-Istishnâ„ disesuaikan pada sumber datangnya risiko, karena pada

pembiayaan Al-Istishnâ„ terdapat 3 pihak yang terlibat yaitu pihak nasabah, pihak

bank, dan pihak developer. Dari proses manajemen risiko tersebut, BPRS Amanah

Ummah telah mampu untuk meminimalisir dampak dari risiko pembiayaan Al-

Istishnâ„.

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Al-Istishnâ„, BPRS Amanah Ummah.

Pembimbing : 1. Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.

2. Erika Amelia, SE., M.Si.

Daftar Pustaka : Tahun 1995 sampai dengan tahun 2010.

Page 6: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang senantiasa memberikan pertolongan dan petunjuk yang tiada

batasnya kepada seluruh ummatnya, termasuk kepada saya hingga akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya yang telah senantiasa setia dan

taat kepadanya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur setelah proses yang panjang dan melelahkan yang sarat

akan gangguan dan hambatan, akhirnya dengan limpahan kasih dan sayang-Nya,

penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko

Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor”.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun

tidak langsung dalam peyusunan skripsi ini. karena berkat bantuan mereka jugalah

skripsi ini dapat terselesaikan.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak dapat terlukiskan, izinkanlah penulis

menuangkan dalam bentuk capan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA.MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

Page 7: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

vii

mencurahkan baktinnya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Mukmin Rauf

M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan

dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Bpk Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA., dan Ibu Erika Amalia, SE.,M.Si selaku

pembimbing skripsi yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya

kepada penulis selama di bangku kuliah.

5. Seluruh staf dan pihak lainnya dari perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum

serta Peupustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membatu

dan memberikan fasilitas kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Pihak BPRS Amanah Ummah, khususnya Bpk. Dwi Mulyadi, SE., yang telah

berkenan untuk melaksanakan wawancara, dan Ibu Dian yang telah banyak

membantu penulis dan memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Rasa Ta‟zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku

tercinta Apa H. Aliyuddin dan Mamah A. Nurhayati yang tak kenal lelah berjuang

dan berkorban untuk memberikan yang terbaik, perhatian serta cinta dan kasih

Page 8: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

viii

sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian do‟a yang beliau panjatkan

merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai

masa depan.

8. Tak lupa pula untuk keluargaku dan saudaraku tercinta, Aa Opik, adikku Meli,

Ibrahim dan dede Sabila yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan selalu

menjadi inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Tempat curahan hatiku Mas Deny Arius yang selalu sabar menghadapi keluh

kesah penulis, dan selalu memberikan semangat serta dukungan kepada penulis.

*Semoga Allah mendengar dan mengabulkan doa-doa kita.

10. Teman, sekaligus sahabat terbaikku “The Kaspersky” Mbak Atik yang telah setia

menemaniku 3 tahun tinggal bersama, Ismi sebagai teman pertamaku di UIN yang

selalu hadir dengan keceriaan dan senyuman, Tiwi yang selalu perhatian dan

bikin kita penasaran, Oka yang selalu punya cerita banyak dan seru yang sayang

kalau terlewatkan, dan ayuk Elda Wediana yang selalu memberikan saran dan

terus mendorong untuk tetap menjadi orang yang berguna dan bermanfaat.

Terimakasih kepada sahabat yang selalu siap sedia menemani penulis dalam suka

maupun duka, membantu penulis ketika dalam kesulitan, dan tempat berbagi

cerita dan keceriaan selama penulis tinggal di Ciputat, sampai akhirnya dapat

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan selama

ini. Hidup di Ciputat tanpa kalian semua seperti malam tak berbintang. Keep our

friendship forever and ever.

Page 9: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

ix

11. Juga ucapan terimakasihku kepada, Bang Ipul, Joni, Pajri, yang telah memberikan

bantuan dan fasilitas kepada penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Dan

tak lupa kepada teman-teman seperjuanganku kelas PS D angkatan 2007 yang

telah memberikan do‟a serta dukungannya kepada penulis. Semoga kisah

persahabatan kita tetap terukir sepanjang masa.

12. Tanpa mengurangi rasa hormat, kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, atas semua bantuan dan dukungannya, penulis ucapkan

terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan pahala yang

berlipat ganda. Amin.

Ciputat, 09 Juni 2011 M

07 Rajab 1432 H

Risa Safariyani

Page 10: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 8

D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ................................................ 10

E. Review Studi Terdahulu ....................................................................... 11

F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

Page 11: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

xi

BAB II. TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN PEMBIAYAAN

AL-ISTISHN„

A. KONSEP RISIKO ................................................................................ 19

1. Pengertian Risiko............................................................................. 19

2. Peristiwa yang Menyebabkan Timbulnya Risiko ............................ 20

3. Risiko Perbankan dan Jenis-Jenis Risiko Perbankan ...................... 22

B. KONSEP MANAJEMEN .................................................................... 25

1. Pengertian Manajemen ................................................................... 25

2. Konsep Manajmen Dalam Islam .................................................... 26

C. MANAJEMEN RISIKO ...................................................................... 27

1. Pengertian Manajemen Risiko ......................................................... 27

2. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko .................................................. 29

3. Tujuan Manajemen Risiko .............................................................. 30

4. Proses Manajemen Risiko ............................................................... 31

D. KONSEP PEMBIAYAAN ................................................................... 33

1. Pengertian Pembiayaan ................................................................... 33

2. Fungsi Pembiayaan ......................................................................... 36

3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah .......... 37

E. KONSEP ISTISHN„ ........................................................................... 38

1. Pengertian Istishnâ„ ......................................................................... 38

2. Landasan Hukum dan Operasional Istishnâ„ .................................. 40

3. Rukun dan Syarat-Syarat Al-Istishnâ„ ............................................. 43

Page 12: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

xii

BAB III. TINJAUAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH

A. Sejarah Berdirinya ................................................................................ 46

B. Produk-Produk ..................................................................................... 48

C. Struktur Organisasi ............................................................................... 51

D. Visi dan Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan .................................... 53

E. Susunan Pengurus ................................................................................ 53

F. Manajemen Dana Pembiayaan ............................................................. 54

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN

AL-ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH

A. Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah ............ 59

B. Manfaat Serta Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ ................................... 62

C. Penyebab terjadinya Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ ......................... 68

D. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah

Ummah ................................................................................................. 72

1. Risiko yang bersumber dari pihak Nasabah .................................... 75

2. Risiko yang Bersumber dari Developer/Pengembang ..................... 93

3. Risiko yang Bersumber dari Pihak Internal Bank ........................... 97

4. Risiko yang Bersumber dari Faktor Eksternal ................................. 98

E. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ„ pada BPRS

Amanah Ummah .................................................................................. 100

Page 13: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

xiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 110

B. Saran .................................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 117

Page 14: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu.............................................................. 12

2. Tabel 3.2 Jumlah Pembiayaan Per Akad .................................................... 55

3. Tabel 3.3 Jumlah Pembiayaan Per Lokasi .................................................. 56

4. Tabel 4.3 Termin Angsuran Pembayaran Dana Pembangunan ................. 96

Page 15: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1 Kerangkan Pemikiran Penelitian ............................................. 11

2. Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPRS Amanah Ummah .......................... 52

3. Gambar 4.1 Skema Pembiayaan Al- Istishnâ„............................................. 60

4. Gambar 4.2 Skema Proses Pengendalian Risiko Yang Bersumber Dari

Nasabah ...................................................................................................... 85

Page 16: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bisnis keuangan syariah pada saat ini menempati posisi yang strategis karena

telah mampu bertahan ketika krisis global melanda keuangan dunia. Ketika

perekonomian melambat, pertumbuhan bisnis keuangan syariah seperti industri

perbankan syariah tidak punya masalah berarti sehingga tetap dapat melayani

kebutuhan masyarakat akan transaksi keuangan. Terlebih daripada itu, saat ini

Indonesia membuat kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir karena sudah ada

Undang-Undang Perbankan Syariah yang secara jelas dan komprehensif mengatur

segala kegiatan perbankan syariah. Peraturan itu muncul di saat yang tepat bagi

industri untuk masuk ke pasar, termasuk pasar internasional.1 Semua hal itu

merupakan momentum bagus bagi keuangan syariah karena adanya kejelasan

peraturan, baik untuk investor asing maupun pemain lokal. Selain itu, Indonesia

merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Pertumbuhan industri keuangan Syariah yang pesat yang diikuti dengan terus

bertumbuhnya lembaga Bank-Bank Syariah baru, serta lembaga keuangan syariah

non bank merupakan suatu hal yang sangat positif bagi pengembangan ekonomi

syariah di tanah air. Dengan begitu, wacana menjadikan sistem ekonomi syariah

sebagai solusi alternatif terhadap sistem ekonomi kapitalisme yang dianut Indonesia

1 Anonimous, “Bagaimana Perkembangan Industri Perbankan Syariah Saat Ini”, artikel

diakses pada 30 Desember 2010 dari http://bataviase.co.id/node/282552.

Page 17: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

2

dan sudah terbukti rentan terhadap krisis menjadi terbuka lebar. Dapat kita lihat dari

statistik pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia hingga bulan Januari tahun

2011 tercatat terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 bank Umum Konvensional

yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS), dan terdapat 151 jumlah Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).2 Hal ini dapat menunjukkan bahwasannya

semakin hari industri perbankan syariah telah dapat menunjukkan eksistensinya di

antara industri perbankan di Indonesia.

Potensi industri keuangan syariah dalam hal ini termasuk perbankan syariah

yang demikian besar harus disertai dengan kualitas pelayanan kepada nasabah.

Pendapat dari para nasabah tersebut tidak terlepas dari berbagai macam produk dan

akad yang terdapat di Perbankan syariah. Produk yang terdapat di Bank Syariah

adalah tidak jauh berbeda dengan produk yang terdapat di bank konvensional, yaitu

terdiri dari produk penghimpunan (funding), penyaluran (financing), dan produk jasa.

Yang membedakan disini adalah berbagai macam akad yang digunakan dalam

praktek dan aplikasi yang terdapat di Perbankan Syariah, dan juga tentunya bebas dari

unsur bunga. Produk perbankan syariah adalah sebagai jawaban akan kebutuhan

masyarakat akan transaksi perbankan yang menggunakan prinsip syariah.

Salah satu akad yang terdapat di perbankan syariah adalah akad Istishnâ„ yang

merupakan salah satu akad pembiayaan dari produk penyaluran dana (financing) yang

terdapat di Perbankan Syariah, baik itu di Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha

2 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2011, diakses pada 2 Januari 2011 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0111.htm

Page 18: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

3

Syariah (UUS), maupun pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Istishnâ„

merupakan salah satu akad pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat untuk memperoleh sesuatu, dan sering pula memerlukan pihak lain untuk

membuatkannya.

Istishnâ„ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.

Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang

lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut

spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah

pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran; apakah pembayaran dilakukan

di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan

datang.3 Sedangkan menurut fatwa DSN-MUI No: 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang

Jual Beli Istishnâ„, Istishnâ„ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).4 Ba‟i al-

Istishnâ„ merupakan suatu jenis khusus dari akad ba‟i as-salam. Biasanya jenis ini

dipergunakan di bidang manufaktur.

Istishnâ„ termasuk ke dalam kelompok akad Jual Beli karena memang pada

akad Istishnâ„ pada prinsip nya adalah perjanjian jual beli, hanya saja berupa

pemesanan barang. Akad Istishnâ„ ini juga termasuk kepada akad tijarah yang

3 Abu Bakar Ibn Mas‟ud al-Kasani, al-Bada‟i was-Sana‟i fi Tartib al-Shara‟i (Beirut: Darul-

Kitab al-Arabi edisi ke-2), Review Buku Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke

Praktik (Jakarta: Gema Insani Pres, 2009), h.113. 4 Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, DSN,

2003), h. 34.

Page 19: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

4

merupakan segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-

akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.5

Apabila dilihat dari perspektif berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang

diperolehnya, Istishnâ„ termasuk ke dalam Natural Certainty Contract (NCC).

Natural Certainty Contract (NCC) adalah suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis

yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan, baik dari segi jumlah maupun

waktu penyerahannya. Yang dimaksud dengan memiliki kepastian adalah masing-

masing pihak yang terlibat dapat melakukan prediksi terhadap pembayaran maupun

waktu pembayarannya. Dengan demikian, sifat transaksinya fixed dan predetemined

(tetap dan dapat ditentukan besarannya).6

Pada prakteknya, akad Istishnâ„ yang dipraktekkan di Perbankan Syariah

adalah akad Istishnâ„ paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan

Istishnâ„ oleh Bank Syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu

oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen barang yang dimaksud.7

Oleh karena itu, Bank Syariah membutuhkan keterlibatan pihak ketiga, yaitu pihak

developer/pengembang untuk membuat atau memproduksi barang yang dipesan oleh

nasabah kepada pihak Bank.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan Syariah

No. 21 Tahun 2008 dalam Pasal 1 Ayat 9 adalah Bank Syariah yang dalam

5 Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Rajawali Press,

2008), h. 70. 6 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,

2004), h.16. 7 Ascarya, Akad &Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.227.

Page 20: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

5

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.8 Sedangkan dasar

hukum dari bank pembiayaan rakyat syariah ini adalah mengacu pada Peraturan Bank

Indonesia No.11/23/PBI/2008 tanggal 1 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah. Tujuan utama yang hendak dicapai dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

ini adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi Umat Islam, terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena

BPRS ini memang khusus melayani masyarakat pedesaan.9

Perkembangan akad Istishnâ„ di Perbankan Syariah, khususnya pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menunjukkan angka yang cukup besar, yaitu

sampai dengan bulan Januari tahun 2011, total pembiayaan Istishnâ„ pada BPRS

mencapai angka Rp. 26.569.000.000.10

Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang

didasarkan pada Akad Istishnâ„ telah dipercaya oleh masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan nya disamping akad-akad yang lainnya. Selain itu juga dapat diindikasikan

bahwasannya BPRS juga telah mampu menunjukkan eksistensinya kepada

masyarakat bahwa ia juga mampu untuk mengaplikasikan dan mengembangkan

pembiayaan berdasarkan akad Istishnâ„ ini.

Dalam dunia perbankan, khususnya dalam hal pembiayaan yang dilakukan

kepada nasabah pasti terdapat berbagai kendala dan masalah yang dihadapi.

Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan

8 UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Pasal 1 Ayat 9.

9 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 92.

10 Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2011, diakses pada 2 Januari 2011 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0111.htm

Page 21: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

6

dihadapi sebuah organisasi, termasuk perbankan dalam mencapai suatu tujuan. Bank,

sebagaimana lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam menjalankan

kegiatan guna mendapatkan hasil usaha (return) selalu dihadapkan kepada risiko.

Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi Bank jika tidak

dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti

dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.11

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial,

baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan

(unanticipated), yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan modal bank.12

Untuk mengantisipasi berbagai risiko tersebut, maka diperlukan adanya suatu

pengelolaan risiko atau sering disebut sebagai manajemen risiko. Manajemen risiko

akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis yang tidak dapat dihindarkan.

Pengembangan budaya manajemen risiko pada bank merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari tanggung jawab otoritas pengawasan dan regulator.

Suatu proses manajemen risiko adalah mutlak bagi setiap bisnis yang

dijalankan, tanpa terkecuali bagi pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ di

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Sebagaimana yang telah dijelaskan

dimuka, bahwasannya pelaksanaan akad Istishnâ„ di perbankan tidak hanya

melibatkan pihak bank dan nasabah saja, melainkan juga terdapat keterlibatan pihak

11

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan

Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.6. 12

Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah, artikel diakses pada 31 Desember 2010

dari http://hendrowibowo.niriah.com/2010/04/26/manajemen-risiko-bank-syariah/.

Page 22: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

7

pengembang/developer sebagai pihak yang memproduksi barang yang dipesan

nasabah. Dapat kita lihat dari mekanisme Istishnâ„ paralel ini yang melibatkan

banyak pihak, tentunya dapat diiringi dengan risiko-risiko yang mungkin saja terjadi,

baik risiko pada saat penyerahan barang, risiko gagal bayar, risiko operasional, dll.

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu penelitian tentang jenis-jenis risiko pada

pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ yang selanjutnya dikaji tentang

manajemen risiko dari akad ini.

Pembiayaan yang menggunakan Akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah

merupakan Akad pemesanan rumah dari nasabah kepada Bank dengan kriteria dan

jangka waktu tertentu. Selanjutnya, dari pihak Bank melakukan kerjasama kepada

pihak developer/pengembang untuk membuat barang yang dipesan ini. BPRS

Amanah Ummah sebagai salah satu BPRS yang melaksanakan akad Istishnâ„ dalam

praktiknya tentu merasakan kendala-kendala dan risiko yang ditimbulkan dari akad

ini. Terlebih karena BPRS Amanah Ummah ini adalah sebuah BPRS yang melayani

masyarakat pedesaan yang memiliki ruang lingkup yang lebih kecil daripada Bank

Umum telah mampu mengaplikasikan pembiayaan yang cukup besar dengan akad

Istishnā„. Oleh karena itu, analisis dan pembahasan mengenai implementasi

manajemen risiko akad Istishnâ„ sangat perlu untuk di bahas.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu kiranya penulis menganalisis

lebih dalam tentang manajemen risiko dan prakteknya atas pembiayaan berdasarkan

akad Istishnâ„ pada BPRS Syariah Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor dalam upaya

menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu, penulis memberi judul skripsi ini dengan

Page 23: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

8

judul “MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„, PADA BPRS

AMANAH UMMAH, LEUWILIANG-BOGOR”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini khusus menganalisis tentang mekanisme pembiayaan Al- Istishnâ„

dan pelaksanaan manajemen risiko yang diterapkan oleh BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor dalam menghadapi risiko dari pembiayaan Istishnâ„. Akad

Istishnâ„ dalam skripsi ini dibatasi pada akad Istishnâ„ kepemilikan rumah yang

diapplikasikan pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme pembiayaan Al- Istishnâ„ pada BPRS Amanah

Ummah?

2. Apa manfaat serta risiko yang ditimbulkan dari pelaksanaan pembiayaan

Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah?

3. Bagaimanakah mekanisme manajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS

Amanah Ummah dalam menghadapi risiko Akad Istishnâ„ ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari

permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai berikut:

Page 24: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

9

1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan Al-Istishnâ„ yang dilaksanakan

oleh BPRS Amanah Ummah

2. Untuk mengetahui manfaat serta risiko apa saja yang ditimbulkan dari

pelaksanaan pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah.

3. Untuk mengetahui praktek dan mekanisme manajemen risiko yang dilakukan

oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah dalam akad

Istishnâ„.

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi Lembaga Keuangan

Hasil penelitian ini diharapkan juga akan memberikan manfaat dan

sumbangsih pemikiran bagi sektor Lembaga Keuangan, termasuk perbankan

syariah, khususnya bagi BPRS dalam menghadapi berbagai risiko yang timbul

dari Akad Istishnâ„, sehingga melalui penelitian ini diharapkan akan

memberikan masukan dalam aplikasi perbankan dalam manajemen risiko

Akad Istishnâ„.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak akademisi yang merupakan sumber

referensi dan saluran pemikiran di dalam menunjang penelitian selanjutnya

yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

Page 25: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

10

D. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Risiko merupakan suatu ancaman atau kemungkinan suatu tindakan/kejadian

yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.13

Risiko dalam konteks perbankan adalah suatu kejadian potensial, baik yang dapat

diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unticipated) yang

berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.14

Manajemen Risiko

merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi,

menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitor dan pelaporan risiko

yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.15

Akad Al- Istishnâ„ merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).

Diperlukan adanya suatu penerapan dan implementasi manajemen risiko atas

pembiayaan yang menggunakan akad Istishnā„, karena dalam akad Istishnâ„memuat

berbagai risiko yang menyebabkan pihak Bank ataupun dari pihak nasabah

mendapatkan kerugian. Selain itu, dari sisi pihak yang terlibat dalam akad Istishnâ„

ini juga rentan untuk terjadinya suatu risiko karena terdapat 3 (tiga) pihak yang

terkait, yaitu pihak nasabah, bank, dan pihak pengembang/developer.

13

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2008), h. 4. 14

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia

System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 793. 15

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, h. 5.

Page 26: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

11

Kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian ini mengenai analisis

pelaksanaan manajemen risiko pada pembiayaan al-Istishnâ„adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

E. REVIEW STUDI TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang manajemen risiko,

tetapi belum ada penelitian yang membahas tentang pelaksanaan manajemen risiko

pembiayaan akad Istishnâ„ pada BPRS. Meskipun demikian, terdapat beberapa

penelitian yang dapat menunjang dan dapat membantu mencarikan jalan keluar demi

kesempurnaan hasil penelitian kali ini, dimana terdapat perbedaan pembahasan

didalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaan dengan penelitian yang akan

diteliti oleh penulis dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Pembiayaan Al- Istishnâ‘ pada BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor

Penerapan dan Mekanisme Manajemen Risiko atas Risiko

tersebut

Manfaat dan Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ‘

Analisis Jenis Risiko dan Sumber Penyebab Terjadinya Risiko

Tersebut Pada Pembiayaan Al-Istishnâ‘ pada BPRS Amanah

Ummah Leuwiliang-Bogor

Page 27: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

12

Tabel 1.2 Tabel Review Studi Terdahulu

No

.

Judul, Penulis, Tahun Hasil Penelitian Perbedaan

1 Skripsi, “Akad

Istishnâ„ Dalam

Pembiayaan Rumah

pada Bank Syariah

Mandiri (Studi Kasus

pada BSM Cinere)”.

Oleh Erdi Marduwira,

mahasiswa Fakultas

Syariah dan Hukum

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

tahun 2010

Membahas mekanisme Akad

Istishnâ„pada pembiayaan

rumah di BSM, pembiayaan

bermasalah pada Akad

Istishnâ„ serta penyelesaian

pembiayaan yang dilakukan

oleh BSM. Pembiayaan

bermasalah yang dibahas

dalam penelitian ini adalah

pembiayaan bermasalah dari

pihak nasabah.

Penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis

memfokuskan hasil analisis

pada jenis risiko yang

ditimbulkan dari pembiayaan

Istishnâ„ dan penerapan

manajemen risiko atas risiko

tersebut yang diterapkan

oleh BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor.

3 Skripsi, “Manajemen

Risiko Operasional

Bank Syariah (Studi

pada UUS Bank

Bukopin)”. Oleh Harun

Masykur, Fakultas

Membahas proses

identifikasi dan pengukuran,

pengendalian dan pelaporan,

proses pengukuran dana

dengan metode the Basic

Indicator Approach (BIA)

Penelitian yang dilakukan

oleh penulis adalah

membahas mengenai risiko

secara umum yang dihadapi

oleh BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor yang

Page 28: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

13

Syariah dan Hukum

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

tahun 2008.

dan hambatan-hambatan

dalam manajemen risiko

operasional

ditimbulkan dari Akad

Istishnâ„ serta pelaksanaan

manajemen risiko atas akad

ini.

4 Skripsi, “Manajemen

Risiko Pada Pegadaian

Syariah”. Oleh Murni

Yulianti, mahasiswa

Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

tahun 2010.

Membahas jenis risiko yang

dihadapi Pegadaian Syariah

secara umum, dampak dari

masing-masing risiko

tersebut terhadap

kelangsungan bisnis, dan

strategi yang ditempuh

dalam menanggulangi risiko.

Penelitian memiliki

perbedaan perspektif , yaitu

pada penelitian yang akan

dilakukan penulis mengkaji

tentang risiko dan aplikasi

manajemen risiko salah satu

akad yang terdapat lembaga

BPRS yaitu akad Istishnâ„.

5 Jurnal Manajemen, “Risk

Management, Suatu

Kebutuhan bagi

Pengelolaan Perbankan

yang Sehat”. Oleh

Widigdo Sukarman16

Membahas pentingnya suatu

pengelolaan manajemen risiko

pada bank untuk menciptakan

sistem perbankan yang sehat,

serta mambahas kemungkinan

terjadinya risiko.

Perbedaan pembahasan dari

jurnal ini dan penelitian yang

akan dilaksanakan adalah pada

akan dibahas secara khusus

mengenai manajemen risiko

pada pembiayaan Istishnâ„.

16

Widigdo Sukarman, Risk Management, Suatu Kebutuhan bagi Pengelolaan Perbankan

yang Sehat, Jurnal diakses pada 7 Januari 2011 dari http: //e-

jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id/files/WidigdoSukarman_RiskManagement.pdf.

Page 29: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

14

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data yang dianalisis tidak untuk

menerima/menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi

dari gejala-gejala yang diamati.17

Selain itu, deskriptif bertujuan untuk membuat

deskripsi, yaitu gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta yang berkenaan dengan hubungan antar fenomena yang diteliti.18

Dari

data-data yang telah dikumpulkan, diolah dan dianalisis dan dapat menyajikan data

yang didasarkan kepada pendekatan fenomena yang terjadi dalam praktek

pelaksanaan manajemen risiko Akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah dengan

melakukan studi pada BPRS Amanah Ummah sebagai lembaga perbankan yang

melaksanakan Akad Istishnâ„ dan yang mengelola risiko dari akad tersebut.

3. Jenis, Kriteria, dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi mekanisme

pembiayaan Istishnâ„ dan pelaksanaan manajemen risiko akad Istishnâ„ pada BPRS

17

M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h.17. 18

Moh, Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 54.

Page 30: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

15

Amanah Ummah Bogor. Kalaupun ada data berupa angka-angka maka sifatnya hanya

sebagai penunjang, pendukung dan pelengkap dari data kualitatif yang diperoleh.19

b. Kriteria Data

Data dalam penelitian ini dikualifikasi menjadi dua kriteria, yaitu:

1) Data Primer

Yaitu data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau

perseorangan seperti hasil dari wawancara.20

Dalam penelitian ini, data primer

yaitu berupa informasi dari hasil wawancara pihak yang melakukan manajemen

risiko dan studi dokumentasi dari pihak BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-

Bogor.

2) Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, seperti buku-buku

serta sumber yang berkaitan dengan manajemen risiko dan Akad Istishnâ„ baik

berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Survei, untuk mendapatkan data tentang manajemen risiko pembiayaan Al-

Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah, maka dilakukan tahap awal yaitu survei

langsung ke BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor dan memastikan

19

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.51. 20

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 42.

Page 31: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

16

bahwasannya manajemen risiko pada pembiayaan Al- Istishnâ„ telah

dilaksanakan.

b. Wawancara (interview), penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh

informasi yang berkenaan dengan hal yang berkaitan dengan praktek

pelaksanaan manajemen risiko Akad Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor. Penulis melakukan proses wawancara dengan bagian yang

bertugas untuk melaksanakan manajemen risiko, yaitu bagian Account Officer

dan dibantu oleh bagian Umum BPRS.

c. Studi Dokumentasi. Yang dimaksud dengan studi dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang ditunjukkan kepada subyek penelitian.21

Studi ini

dilakukan dengan cara melihat dokumen serta arsip yang dijadikan obyek

penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, seperti data nama-

nama nasabah yang melakukan pembiayaan Istishnâ„, dan laporan keuangan

BPRS Amanah Ummah tahun 2010.

d. Studi Pustaka

Dalam metode ini penulis melakukan penelitian dan mempelajari buku-buku

kepustakaan, literatur, artikel, bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan

pembahasan skripsi ini.

5. Metode Analisis Data

21

Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian (petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula),

(Yogyakarta: UGM Press, 2004), h.100.

Page 32: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

17

Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis

yang bersifat bersifat induktif, yaitu analisis yang lebih dapat menemukan pengaruh

bersama yang mempertajam hubungan-hubungan fenomena yang dapat menguraikan

latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan.22

Data diolah dari data-

data yang telah dikumpulkan dari BPRS Amanah Ummah, kemudian dikelompokkan

dan dirumuskan hasil penelitian yang bersifat umum bagi BPRS Amanah Ummah.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian terdahulu, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN

PEMBIAYAAN AL-ISTISHNĀ„

Yaitu membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan isi dari skripsi

ini, yaitu meliputi teori tentang Risiko, Manajemen, Manajemen Risiko, dan

Teori tentang Akad Istishnâ„ dan Istishnâ„ Paralel.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),

h.6.

Page 33: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

18

BAB III : GAMBARAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG-

BOGOR

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian yaitu menggambarkan

secara umum BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor yang meliputi

sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa

yang ada di BPRS ini.

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„

PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG-BOGOR

Dalam bab ini, penulis menguraikan hasil dari penelitian dan hasil dari

analisis data yang telah diperoleh. Yaitu Analisa data, yang menganalisa data

mengenai Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâ„di BPRS Amanah Ummah,

Manfaat dan Risiko Pembiayaan Istishnâ„, Penyebab terjadinya Risiko

Pembiayaan Istishnâ„, Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-

Istishnâ„, dan Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada

BPRS Amanah Ummah

BAB V : PENUTUP

Meliputi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dijelaskan

dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan.

Page 34: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN PEMBIAYAAN

AL-ISTISHN„

1. KONSEP RISIKO

a. Pengertian Risiko

Risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akibat yang kurang

menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.23

Sedangkan dalam Kamus Manajemen, risiko adalah ketidakpastian yang mengandung

kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan keuntungan atau

kemampuan ekonomis.24 Selain itu, risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang

terjadinya kerugian atau kehancuran. Ferry N. Idroes memberikan pengertian risiko

yang lebih luas, yaitu sebagai ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau

kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin

dicapai.25 Selanjutnya Bank Indonesia memberikan definisi risiko yang tertuang

dalam PBI sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat

menimbulkan kerugian Bank.26

Risiko sering dikatakan sebagai uncertainty atau ketidakpastian.

Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), h.959. 24

BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: CV Muliasari, 2003), h.317. 25

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan

Basel II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.4. 26

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

19

Page 35: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

20

beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang

berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak

diketahui secara kuantitatif. Sedangkan pengertian dasar risiko terkait dengan adanya

ketidakpastian dan ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif.27

Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh berbagai pihak, dimana inti dari

pengertian itu sendiri adalah sama, hanya saja terdapat perbedaan redaksi kata saja,

dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya risiko adalah peluang dari

kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan (merugikan) baik bagi

perusahaan/lembaga, maupun bagi orang per orang.

b. Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko (risk event)

Peristiwa yang menyebabkan terjadinya risiko (risk event) didefinisikan

sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan potensi kerugian atau hasil yang

tidak diinginkan.28 Risk event secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyebab

terjadinya suatu risiko. Peristiwa tersebut dapat berasal dari kejadian internal ataupun

eksternal.

Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari dalam

institusi itu sendiri, seperti kesalahan sistem, kesalahan manusia, kesalahan prosedur,

dan lain-lain. Kejadian internal pada dasarnya bisa dicegah agar tidak terjadi.

Sebaliknya, kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari luar yang tidak

27

Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006),

h.16. 28

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan

Peraturan Bank Indonesia, h.7.

Page 36: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

21

mungkin dapat dihindari. Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko bagi Bank

yang bersumber dari eksternal seperti bencana alam, bencana akibat ulah manusia

seperti kerusuhan dan perang, krisis ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis

ekonomi lokal, hingga dampak sistemik yang ditimbulkan oleh masalah pada

lembaga keuangan atau Bank lain.

Menurut Soeisno Djojosoedarso, risiko timbul disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty),

ketidakpastian alam (uncertainty of nature), dan ketidakpastian manusia (human

uncertainty).29

Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty) yang dimaksud disini adalah

kejadian-kejadian yang timbul dari kondisi dan perilaku pelaku ekonomi.

Ketidakpastian ini dapat berupa perubahan sikap, perubahan selera, perubahan harga

dan perubahan teknologi.

Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang

disebabkan oleh alam yang merupakan kejadian yang bersumber dari luar yang sulit

diprediksi dan tidak mungkin dapat dihindari, seperti badai, banjir, gempa, dan lain-

lain. Sedangkan ketidakpastian manusia (human uncertainty) yaitu ketidakpastian

yang disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri seperti peperangan, pencurian,

penggelapan, dan sebagainya.

29

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba

Empat, 2003), h.3.

Page 37: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

22

c. Risiko Perbankan dan Jenis-Jenis Risiko Perbankan

Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas,

memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return).

Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu

dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat (inherent) pada seluruh

aktivitas bank.30 Meskipun manajer bank berusaha untuk menghasilkan keuntungan

setinggi-tingginya, secara simultan mereka harus juga memperhatikan adanya

kemungkinan risiko yang timbul menyertai keputusan-keputusan manajemen tentang

struktur aset dan liabilitasnya.31

Risiko pada perbankan beserta jenis dari risiko tersebut telah tercantum pada

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum.32 Adapun jenis-jenis risiko yang dihadapi pada dunia

perbankan menurut PBI tersebut adalah sebagai berikut:

1. Risiko Kredit

Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank

memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk

memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat

dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

30

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan

Basel II, h.7. 31

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),

h.61. 32

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Page 38: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

23

2. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement)

dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel

pasar yang dimaksud adalah suku bunga (interest rate) dan nilai tukar (foreign

exchange rate) dan nilai tukar (foreign exchange rate).

Perbankan Islam juga berpotensi menghadapi risiko tersebut kecuali risiko

tingkat bunga (interest rate risk), karena Perbankan Islam tidak akan berurusan

dengan bunga.

3. Risiko Likuiditas

Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.

4. Risiko Operasional

Menurut definisi Basle Committee, risiko operasional adalah risiko akibat dari

kurangnya (deficiencies) sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang

akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Pangeran Muhammad Al

Faisal menyatakan bahwa khususnya bagi bank Islam, yang sangat diperlukan

adalah good governance, transparancy, and accounting standard.

5. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari potensi terjadinya pelanggaran

kontrak, kasus pengadilan ata kebijakan yang salah yang dapat menyebabkan

pengaruh negatif terhadap kondisi keuangan maupun operasional bank.

Page 39: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

24

6. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial sebagai akibat opini negatif

publik terhadap kegiatan bank sehingga bank mengalami penurunan jumlah

nasabah atau menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau

penurunan pendapatan bank..33

7. Risiko Strategik

Risiko strategik adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan

pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Akibat

dari keputusan yang tidak tepat ini Bank harus mengeluarkan biaya yang besar

dan gagal mencapai target bisnisnya.

8. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau

tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang

berlaku.

Dari berbagai risiko perbankan yang tercantum dalam PBI diatas adalah

berlaku pula pada jenis-jenis risiko yang terdapat pada perbankan syariah, baik bank

umum maupun bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Hal ini dikarenakan

baik bank umum konvensional ataupun syariah menghadapi risiko yang sama yang

kerap kali terjadi dalam melaksanakan kegiatan usahanya, hanya saja di Bank

33

Imam Ghozali, Manajemen Risiko Perbankan, (Semarang: Pusat Penerbit Universitas

Diponegoro, 2007), h.17.

Page 40: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

25

Syariah, baik bank umum syariah maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

tidak berhubungan dengan risiko tingkat suku bunga. Risiko yang dihadapi bank

syariah secara umum antara lain terdiri dari risiko pembiayaan, risiko pasar, risiko

likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan.34 Jadi,

selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah, penerapan manajemen risiko bagi

bank umum dapat diadopsi dan diterapkan di bank syariah.

2. KONSEP MANAJEMEN

a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam bahasa

Indonesia, dapat diartikan mengendalikan, menangani, atau mengelola.35 Selain itu,

kata manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penggunaan sumber

daya secara efektif untuk mencapai sasaran.36 Demikian pula seperti apa yang

dikatakan oleh Stephen P. Robbins, manajemen berarti proses mengkoordinasi dan

mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif

dengan dan melalui orang lain.37

Dalam bahasa yang sederhana efisiensi itu

menunjukkan kemampuan organisasi dalam menggunakan sumber daya dengan benar

dan tidak ada pemborosan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat output

dan input seoptimal mungkin. Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu

34

Bank Indonesia, Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil

Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2006), h.4. 35

Yayat M Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grasido, 2001), h.1. 36

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.708.

37 Stephen P. Robbins, Management Sixth edition Edisi Bahasa Indonesia, Penerjemah T.

Hermaya, (Jakarta: Prenhallindo, 1999), h.8.

Page 41: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

26

perusahaan dalam mencapai sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.38

Jadi, proses manajemen pada dasarnya ditujukan Pencapaian hasil akhir yang sesuai

dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku

mencerminkan sehingga suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas

operasionalnya.

b. Konsep Manajemen dalam Islam

Pengeritan manajemen dalam Elias‟ Modern Dictionary English Arabic, kata

management (inggris) sepadan dengan kata tadbir, Idarah, siyasah dan qiyadah dalam

bahasa Arab. Dalam Al-Qur‟an dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir

dalam berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dari kata kerja dabbara,

yudabbiru, tadbiran yang berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan

dan persiapan. Secara istilah, idarah (manajemen) adalah suatu aktivitas khusus

menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan

pengawasan terhadap pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam

suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai

dengan cara yang efektif dan efisien.39

Bentuk-bentuk ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur‟an diantaranya

adalah terdapat pada surat Yunus ayat 3:

38

Amirullah, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.8. 39

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.176.

Page 42: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

27

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi

dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala

urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya.

(Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah

kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus/10: 3)

Pada dasarnya ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah

juga ijma‟ ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan

teratur. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal

yang baru dalam perspektif Islam.40

Manajemen itu telah ada paling tidak ketika

Allah menciptakan alam beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan

alam serta makhluk-makhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit.

Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini juga telah melaksanakan

unsur-unsur manajemen tersebut.

3. MANAJEMEN RISIKO

a. Pengertian Manajemen Risiko

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya setiap

perusahaan, atau bahkan setiap orang yang menjalankan suatu aktivitas termasuk

aktivitas bisnis memiliki berbagai risiko. Risiko dapat menimbulkan kerugian apabila

tidak diantisipasi serta tidak dikelola dengan semestinya. Sebaliknya risiko yang

40

Hefniy, Manajemen dalam Perspektif Islam, artikel diakses pada tanggal 31 Mei 2011 dari

http://hefniy.wordpress.com/2008/10/06/manajemen-dalam-perspektif-islam/.

Page 43: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

28

dikelola dengan baik akan memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk

memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar. Demikian pula halnya pada sebuah

bank, kompleksitas risiko yang mengancam sebuah bank harus diantisipasi untuk

meminimalkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu manajemen risiko

untuk mengelola risiko tersebut.

Terdapat beberapa pengertian manajemen risiko yang telah dikemukakan oleh

para pakar dan lembaga terkait. Pengertian yang dikemukakan oleh Syafri Ayat,

manajemen Risiko merupakan suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang

mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola risiko

tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.41 Zainul Arifin mengartikan

manajemen risiko sebagai pengambilan keputusan yang rasional dalam keseluruhan

proses penanganan risiko termasuk risk assessment sebagaimana tindakan-tindakan

untuk membangun dan menerapkan pilihan-pilihan kontrol risiko.42

Menurut Herman Darmawi, manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk

mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan

perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih

tinggi.43

Bank Indonesia dalam PBI No. 5/8/2003 mendefinisikan Manajemen Risiko

secara lebih spesifik yaitu sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang

41

Syafri Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Akastri, 2003), h.1. 42

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.252. 43

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.17.

Page 44: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

29

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko

yang timbul dari kegiatan usaha Bank.44

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya

memiliki esensi yang sama mengenai pengertian dari manajemen risiko, yaitu sebagai

sebuah metode atau sebuah proses yang ditujukan untuk mengelola dari risiko-risiko

yang muncul dari kegiatan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk memastikan

kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi

perusahaan.

b. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko

Manajemen risiko suatu organisasi hanya dapat efektif bila mampu menganut

prinsip-prinsip sebagai berikut:45

1. Manajemen risiko haruslah memiliki nilai tambah

2. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi

3. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan.

4. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidalpastian.

5. Manajemen risiko bersifat sistemik, terstruktur dan tepat waktu.

6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia.

7. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunanya.

8. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.

44

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id. 45

Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Non Perbankan,

(Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.22.

Page 45: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

30

9. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif.

10. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap

perubahan.

11. Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan peningkatan

organisasi secara berlanjut.

c. Tujuan Manajemen Risiko

Diterapkannya proses suatu manajemen risiko di dalam ruang lingkup

manajemen perusahaan tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan

manajemen risiko menurut Soeisno Djojosoedarso adalah sebagai berikut:46

(a) Tujuan sebelum terjadinya peril47

Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril antara

lain:

1. Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya penanggulangan kemampuan

kerugian dengan cara yang paling ekonomis melalui teeknik analisis

keuangan.

2. Hal-hal yang bersifat non ekonomis, misalnya upaya untuk mengurangi

kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya penanggullangan maka

kondisi tersebut dapat diatasi.

(b) Tujuan sesudah terjadinya peril

46

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta: Salemba

Empat, 1999), h.12. 47

Peril adalah peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kerugian.

Page 46: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

31

Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sesudah terjadinya peril dapat

berupa:

1. Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya perusahaan harus dapat

mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan perusahaan dapat

berjalan setelah perusahaan tetap berjalan setelah perusahaan terkena peril.

2. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak

sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya.

3. Mencari upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan

terkena peril.

4. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial terhadap perusahaan.

d. Proses Manajemen Risiko

Dari pengertian manajemen risiko yang telah dikemukakan sebelumnya,

bahwasannya dalam proses manajemen risiko terdapat prosedur-prosedur atau proses

yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Setidaknya terdapat 4 langkah umum yang

terdapat dalam proses manajemen risiko, sebagaimana yang telah tercantum dalam

Peraturan Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Tahap 1: Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, analisis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang

dihadapi perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut.

Namun demikian, ada risiko yang dominan, ada pula risiko yang minor.48

48

Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, h.19.

Page 47: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

32

Pengidentifikasian risiko ini merupakan proses penganalisisan untuk menemukan

cara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang

menantang perusahaan.49

Pelaksanaan proses identifikasi Risiko dalam Peraturan Bank Indonesia

sekurang-kurangnya dilakukan dengan melakukan analisis terhadap:50

a. Karakteristik Risiko yang melekat pada Bank; dan

b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha Bank

Tahap 2: Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor: kuantitas risiko

dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau

eksposur51, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan

suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi

kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.52

Dalam rangka melaksanakan pengukuran Risiko, Bank wajib

sekurangkurangnya melakukan:

a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur

yang digunakan untuk mengukur Risiko;

b. Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran Risiko apabila terdapat perubahan

kegiatan usaha Bank, produk, transaksi dan faktor Risiko yang bersifat material.

49

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.34. 50

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id. 51

Eksposur adalah risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu

kejadian terburuk. 52

Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, h.20.

Page 48: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

33

Tahap 3: Pemantauan Risiko

Dalam rangka melaksanakan pemantauan Risiko, Bank wajib

sekurangkurangnya melakukan:

a. Evaluasi terhadap eksposur Risiko;

b. Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha

Bank, produk, transaksi, faktor Risiko, teknologi informasi dan sistem informasi

Manajemen Risiko yang bersifat material.

Tahap 4: Monitor dan Pengendalian

Tahap monitor dan pengendalian menjadi penting karena yang pertama adalah

manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai

dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua,

manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif.

Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan dan mencapai tujuan pengelolaan

risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian

bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan

berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang

otomatis pada perubahan prioritas risiko.

4. KONSEP PEMBIAYAAN

1. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan yang terdapat pada perbankan syariah pada bank syariah

pada dasarnya sama dengan istilah kredit pada bank konvensional, yang berarti

penyaluran dana perbankan. Disebut pembiayaan karena bank Syariah menyediakan

Page 49: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

34

dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak

memperolehnya.53 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang

atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.54

Perbedaan pokok antara kredit pada perbankan konvensional dengan

pembiayaan pada perbankan syariah adalah dilarangnya riba (bunga) pada

pembiayaan syariah. Kredit atau pembiayaan konvensional dilakukan melalui

pemberian pinjaman uang (lending) kepada nasabah sebagai peminjam dimana

pemberi pinjaman memperoleh imbalan berupa bunga yang harus dibayar oleh

peminjam. Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (bunga) maka

perbankan syariah menempuh cara memberikan pembiyaan (financing) berdasarkan

prinsip jual beli (al-bai„), prinsip sewa-beli (ijarah muntahia bi tamlik) atau

berdasarkan prinsip kemitraan (partnership) yaitu prinsip penyertaan (musyarakah)

atau prinsip bagi hasil (mudharabah).

Istilah pembiayaan menurut Veithzal Riva‟i pada intinya berarti I Believe, I

trust, „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟.55 Perkataan pembiayaan yang

artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayan selaku shahibul maal

menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan.

53

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.200. 54

Kasmir, Dasar—Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 102. 55

Veithzal Riva‟i, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008), h.3.

Page 50: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

35

Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan

dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak,

sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Nisa: 29 dan surat Al-Maidah: 1.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa: 29)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu

binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan

tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya

Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Maidah:

1)

Sedangkan pengertian pembiayaan menurut Bank Indonesia adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.56 Secara luas,

pengertian tersebut dapat diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara lembaga keuangan pihak lain yang mewajibkan pihak memnjam

56

Bank Indonesia, “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”,

diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Page 51: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

36

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi

hasil.

2. Fungsi Pembiayaan

Sama halnya dengan perkreditan, pembiayaan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam

perekonomian, perdagangan, dan keuangan adalah sebagai berikut:57

1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

Uang yang terhimpun dari penabung dalam presentase tertentu ditingkatkan

kegunaannya oleh lembaga keuangan. Para pengusaha menikmati pembiayaan

dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan

produksi, perdagangan, ataupun usaha peningkatan produktivitas secara

menyeluruh.

2. Pembiayaan meningkatkan Utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu

tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Pembiayaan yang disalurkan yang disalurkan melelui rekening-rekening koran,

pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya secepri

cek, bilyet giro, wesel, promes, dan sebagainya melalui pembiayaan.

4. Pembiayaan menimbulkan gairah Usaha Masyarakat

57

Veithzal Riva‟i, Islamic Financial Management, h.7.

Page 52: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

37

Dengan pembiayaan, maka akan menimbulkan semangat dan gairah usaha

masyarakat. Karena melalui pembiayaan, masyarakat akan mendapatkan

modal/tambahan modal bagi kelangsungan bisnis usahanya.

5. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi

Pembiayaan dapat diarahkan untuk menambah perputaran suatu barang serta

memperlancar distribusi barang-barang dan pendapatan agar merata ke seluruh

lapisan masyarakat.

6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan Pendapatan nasional

Semakin meningkatnya suatu pembiayaan, maka akan terjadi pula peningkatan

usaha. Apabila usaha tersebut dapat terus meningkat, maka pajak yang

dikeluarkan pun akan meningkat pula. Secara tidak langsung, maka pembiayaan

dapat meningkatkan pendapatan nasional.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan Syariah

No. 21 Tahun 2008 adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.58 Sedangkan dasar hukum dari bank pembiayaan

rakyat syariah ini adalah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia

No.11/23/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Tujuan utama yang hendak dicapai dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini adalah

meningkatkan kesejahteraan ekonomi Umat Islam, terutama masyarakat golongan

58

Bank Indonesia, “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,

Pasal 1 Ayat 9”, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Page 53: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

38

ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena BPRS ini

memang khusus melayani masyarakat pedesaan.59

Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pembiayaan yang

dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang tercantum dalam UU No. 21

tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah;

2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau Istishnâ„;

3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah

berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya

bittamlik; dan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

5. KONSEP ISTISHNA

1. Pengertian Istishna‟

Dalam kamus Bahasa Arab, kata Istishna„ berasal dari kata (shana„a) صنع

yang artinya membuat.60

Kemudian ditambah huruf alif, sin dan ta‟ menjadi إستصناع

(Istishnâ„ ) yang berarti minta membuat (sesuatu). Istishna„ merupakan kontrak

penjualan antara pembeli dan pembuat barang, dimana dalam kontrak ini pembuat

barang menerima pesanan dari pembeli.61 Menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh

59

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 92. 60

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, cetakan ke- 14,

(Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), h.796. 61

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani

Pres, 2009), h113.

Page 54: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

39

Sunnah-nya, Istishnâ„ adalah menjual barang yang dibuat (seseorang) sesuai dengan

pesanan.62

Menurut Moh. Rifa‟i, Istishnâ„ ialah kontrak/transaksi yang ditandatangani

bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan sutu jenis barang tertentu

atau suatu perjanjian jual beli dimana barang yang akan diperjualbelikan belum ada.63

Sama halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, Istishnâ„

adalah perjanjian dengan pekerja atau pembuat barang untuk membuat sesuatu yang

telah ditentukan, atau dengan kata lain akad pembelian suatu barang yang dibuat oleh

pekerja (Shani‟) dan barang serta pengerjaannya dari pihak Shani‟.64 DSN MUI

menjelaskan pengertian Istishnâ„, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).

Istishna„ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.

Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang

lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut

spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah

pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran; apakah pembayaran dilakukan

62

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT Al-

Ma‟arif, 1987), Jilid 12, h.87. 63

Moh. Rifa‟i, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: Wicaksana, 2002), h.73. 64

Wahbah Zulhaili, Fiqh Muamalat Perbankan Syariah Kapita Selekta Al-Fiqhu Al-Islam Wa

Adillatuhu, (Jakarta: Bank Mu‟amalat Indonesia, 1999), h.5.

Page 55: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

40

di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan

datang.65

Menurut jumhur fuqaha, bai‟ Al-Istishnâ„ merupakan suatu jenis khusus dari

akad bai‟ as-Salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur. Dengan

demikian, ketentuan bai‟ al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai‟ as-Salam.

2. Landasan Hukum dan Operasional Istishna‟

Landasan hukum Syari‟ah pelaksanaan Akad Al-Istishnâ„ adalah merujuk

pada ayat Al-Qur‟an, yaitu sebagai berikut:

…. ….

Artinya: ”.... dan Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....”

(Q.S. Al-Baqarah/2: 275)

…. ….

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar...” (Q.S. Al-Baqarah/2:

282).

Selain itu, para Ulama juga membahas lebih lanjut tentang hukum

kebolehannya akad Al-Istishnâ„. Menurut mazhab Hanafi, bai‟ Al-Istishnâ„ termasuk

akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat ba‟i secara qiyas. Mereka

mendasarkan pada Sargumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan

dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam Istishnâ„, pokok kontrak itu belum ada atau

65

Abu Bakar Ibn Mas‟ud al-Kasani, al-Bada‟i was-Sana‟i fi Tartib al-Shara‟i (Beirut: Darul-

Kitab al-Arabi edisi ke-2), review buku Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke

Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2009), h.113.

Page 56: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

41

tidak dimiliki penjual. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak

Istishnâ„ atas dasar istihsan karena alasan-alasan berikut ini:66

a. Masyarakat telak mempraktikkan bai‟ Al-Istishnâ„ secara luas dan terus

menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan bai‟ Al-

Istishnâ„ sebagai kasus ijma‟ atau konsensus umum.

b. Di dalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas

berdasarkan ijma‟ ulama.

c. Keberadaan bai‟ Al-Istishnâ„ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak

orang seringkali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar sehingga

mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang

untuk mereka.

d. Bai‟ Al-Istishnâ„ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak

selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah.

Dalam madzhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali, Istishnâ„ adalah sah

berdasarkan akad jual beli Salam dan kebiasaan masyarakat Islam seperti dalam

Salam. Mengingat Al-Istishnâ„ merupakan lanjutan dari bai‟ as-salam, maka secara

umum landasan syariah yang berlaku pada bai‟ as-Salam juga berlaku pada bai‟ Al-

Istishnâ„.

Sementara itu, menurut Maulana Taqi Utsmani dalam Buku Standarisasi Akad

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menegaskan beberapa perbedaan pokok

Istishnâ„ dan Salam, yaitu:67

66

Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, h.115.

Page 57: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

42

1. Kedua akad sama-sama terkait dengan jual beli dimana penyerahan barang

dilakukan secara tangguh. Namun Istishnâ„ menekankan bahwa barang yang

dipesan perlu dibuatkan terlebih dahulu sesuai dengan pesanan, sedangkan salam

bersifat lebih umum tidak mempersyaratkan perlunya barang dibuat terlebih

dahulu.

2. Dalam Salam, harga perlu dibayar dimuka secara penuh. Sedangkan Istishnâ„

harga dapat doibayar secara cicilan sesuai dengan tingkat penyelesaian pesanan.

3. Dalam Salam, ketika perjanjian ditandatangani maka tidak dapat dibatalkan

secara sepihak. Namun dalam Istishna pembatalan dapat dilakukan sejauh

tahapan proses produksi belum dimulai.

Landasan operasional Al-Istishnâ„ yaitu berdasarkan Keputusan Fatwa Dewan

Syariah Nasional No: 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishnâ„ dan Fatwa

Dewan Syariah Nasional MUI No: Nomor: 22/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli

Istishnâ„Paralel. Selain itu, ketentuan praktek Jual Beli Istishnâ„ pada perbankan syariah

terdapat pada UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, juga terdapat pada

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/46/PBI/2005 Tentang Akad Peghimpunan dan

Penyaluran Dana Bagi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah.

67

Bank Indonesia, Standarisasi Akad Produk Bank Syariah: Ijarah, IMBT, Salam, dan

Istishna‟, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006), hal.64

Page 58: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

43

3. Rukun dan Syarat-Syarat Al-Istishnâ„

1. Rukun Al-Istishnâ„

Rukun dari akad Istishnâ„ yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa

hal, yaitu:68

a. Pelaku Akad, yaitu mustashni‟ (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan

dan memesan barang, dan shani‟ (penjual) adalah pihak yang memproduksi

barang pesanan.

b. Objek Akad, yaitu barang atau jasa (mashnu‟) dengan spesifikasinya dan

harga (tsaman); dan

c. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul

2. Syarat-Syarat Al- Istishnâ„

Sebagai suatu akad, maka syarat sahnya Istishnâ„ harus memenuhi persyarata

khusus yang berkaitan dengan kontrak Istishnâ„, yaitu:

a. Barang yang menjadi obyek, yaruslah dapat dispesifikasikan secara jelas, baik

dari sisi mutu maupun jumlah, tapa adanya potensi selisih pendapat berkaitan

dengan spesifikasi tersebut.

b. Barang yang dipesan haruslah barang yang menurut kelaziman dapat

diproduksi dan dihasilkan, sehingga barang yang tidak lazim dan sulit untuk

diwujudkan, tidak sah menjadi obyek Istishnâ„.

68

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.97.

Page 59: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

44

c. Waktu penyerahan barang haruslah ditetapkan secara jelas guna menghindari

terjadinya kelalaian dalam memenuhi kontrak yang berakibat terjadinya

perselisihan antar pihak yang berkontrak.

d. Kebutuhan bahan baku produksi yang disediakan oleh pembuat, karena bila

disediakan oleh pesmesan maka akan masuk ke dalam akad ijarah.

e. Tempat penyerahan barang perlu diperjanjikan secara jelas terutama apabila

ada konsekuensi timbulnya biaya transportasi.69

Harga tidak bisa dinaikkan atau diturunkan karena perubahan harga bahan

baku atau perubahan biaya tenaga kerja. Perubahan harga dimungkinkan atas

kesepakatan bersama bila terjadi perubahan material pada mashnu‟.70 Dalam fatwa

Dewan Syariah Nasional No: 06/DSN-MUI/IV/2000 terdapat ketentuan tentang

pembayaran, barang, dan ketentuan lain-lain antara lain:

1. Ketentuan tentang Pembayaran:

a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,

atau manfaat.

b. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

2. Ketentuan tentang Barang:

a. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

69

Bank Indonesia, Standarisasi Akad Produk Bank Syariah: Ijarah, IMBT, Salam, dan

Istishna‟, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006), hal.66. 70

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Wacana Ulama & Cendekiawan, (Jakarta,

Tazkia Institute, 1999), cet.ke 1, h.147.

Page 60: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

45

b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.

c. Penyerahannya dilakukan kemudian.

d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.

e. Pembeli (mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

f. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,

pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau

membatalkan akad.

3. Ketentuan Lain:

a. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya

mengikat.

b. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku

pula pada jual beli .

c. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan

melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.71

71

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta,

DSN, 2003), h. 34.

Page 61: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

46

BAB III

TINJAUAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH

A. Sejarah Singkat BPRS Amanah Ummah

Bank Perkreditan Rakyat Syariah Amanah Ummah atau disingkat dengan

BPR Syariah Amanah Ummah adalah salah satu Bank Perkreditan Rakyat Syariah

yang tumbuh di Indonesia khususnya wilayah bogor Barat yang beroperasi

berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bertujuan diantaranya menumbuhkan

ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam sebagaimana telah diatus dalam

Undang-Undang nomor 21 tahun 2008.72

Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka

kehadiran Bank Syariah di Indonesia yang diyakini prinsip-prinsip dan

operasionalnya sesuai dengan Syari‟ah Islamiyah adalah suatu keyakinan ummat

yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang tidak hanya mengatur masalah

aqidah dan akhlaq juga mengatur ibadah dan muamalah dalam berbagai aspek

kehidupan, termasuk kehidupan sosial-ekonomi. Akan tetapi dilihat dari realitas

kehidupan masyarakatnya yang serba tertinggal baik dilihat dari sisi ekonomi maupun

yang lainnya tidak mencerminkan nilai-nilai syari‟ah.

Keadaan ini menimbulkan keprihatinan seorang ulama dan cendekiawan

muslim Bogor, yaitu Bapak KH. Soleh Iskandar (Alm.) yang pada saat itu menjabat

sebagai Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat, Beliau

72

BPRS Amanah Ummah, Laporan tahunan 2010, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010), h.

3.

Page 62: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

47

mulai merintis pembentukkan sebuah lembaga keuangan yang mampu menyentuh

sekaligus menolong masyarakat muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam berbagai kesempatan beliau melontarkan gagasannya dihadapan sejumlah

ulama dan cendekiawan muslim dan ternyata mendapatkan tanggapan dan dukungan

yang positif. Selanjutnya pada awal Januari 1991 secara resmi beliau mengundang

sejumlah ulama, cendekiawan dan pengusaha muslim untuk membicarakan pendirian

lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam.

Dari pertemuan itu tercapai kesepakatan bahwa sudah saatnya dibentuk

lembaga keuangan yang beroperasi atas dasra Syaria‟ah Islam yang nantinya dapat

membantu masyarakat muslim khususnya pengusaha muslim yang berekonomi

lemah. Mengingat pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga keuangan

Isla, maka dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang berupa gerakan simpan

pinjam yang diberi nama Koperasi Ikhwanul Muslimin. Bersamaan dengan hasil

evaluasi tersebut, pada pertengahan Januari 1991, pemrakarsa mendapatkan informasi

bahwa di Indonesia khususnya di Jawa Barat telah lahir BPR yang beroperasi

berdasarkan Syari‟ah.

Pada awal Pebruari 1991 dibentuk tim untuk menyusun proposal pendirian

Bank Syari‟ah, pada bulan Juli 1991 proposal diajukan ke Departemen Keuangan

Republik Indonesia, Alhamdulillah pada tanggal 16 Desember 1991 terbit izin prinsip

dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan pada tanggal 18 Mei 1992

bertepatan dengan tanggal 02 Muharram 1413 H terbit izin operasional usaha bank,

akhirnya pada tanggal 11 Juli 1992 diadakan soft opening sekaligus mulai melakukan

Page 63: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

48

operasionalnya. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1992

ioleh Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor. Dengan demikian

BPR Syari‟ah Amanah Ummah lahir dan beroperasi dengan semangat (ghirah)

keagamaan dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki kehidupan ekonomi ummat

Islam.

B. Produk-Produk BPRS Amanah Ummah73

1. Penghimpunan Dana

1. Tabungan Wadi‟ah

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada Bank, yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-cara tertentu. Produk tabungan yang ada di

BPR Syari‟ah Amanah Ummah adalah tabungan wadi‟ah dengan akad wadi‟ah yad-

Adhomanah, berupa titipan nasabah kepada Bank. Bank diberi wewenang untuk

mengelola uang dari nasabah tersebut. Alat penarikan dana tabungan melalui buku

atau ATM.

2. Tabungan Ummah

Tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, berbentuk tabungan biasa

dengan setoran awal minimal Rp. 10.000,- dan untuk setoran selanjutnya minimal Rp.

5.000,- Sedangkan untuk perusahaan / Badan Usaha, setoran awal minimal Rp.

100.000,- dan setoram selanjutnya minimal Rp. 50.000,-. Tabungan ini dapat diambil

kapan saja dan pada setiap jam kerja.

3. Tabungan Pelajar

73

BPRS Amanah Ummah, Laporan tahunan 2010, h.7.

Page 64: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

49

Tabungan yang diperuntukkan bagi pelajar dan santri dengan setoran awal minimal

Rp. 10.000,- dan untuk setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,-Pengambilan dan

penyetoran tabungan dapat dilakukan kapan saja pada setiap jam kerja.

4. Tabungan Haji dan Umrah

Tabungan yang berfungsi untuk investasi dana bagi masyarakat yang akan

melaksanakan ibadah haji dan umroh. Setoran awal tabungan haji dan umroh minimal

Rp. 100.000,- dan setoran selanjutnya minimal sebesar Rp. 50.000,- tabungan ini

dapat diambil pada saat nasabah hendak membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji

(BPIH) atau sesuai dengan kesepakatan antara Bank dengan nasabah. Nasabah akan

mendapatkan bagi hasil sesuai kesepakatan dengan Bank.

5. Deposito Mudharabah

Simpanan berupa investasi tidak terikat pihak ketiga pada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasrakan perjanjian antara nasabah

pemilik dana (shohibul maal) dengan Bank (mudharib), jangka waktu tersebut adalah

satu, tiga, enam, dan dua belas bulan dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang

telah disepakati.

2. Penyaluran Dana

1. Murabahah (MBA)

Akad jual beli barang antara Bank sebagai pemilik barang dengan nasabah seharga

pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati.

Page 65: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

50

2. Istishnâ„ (Ist)

Akad jual beli barang atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan spesifikasi

tertentu yang diminta nasabah. Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk

membatkan barang pesanan sesuai permintaan nasabah dan setelah selesai nasabah

akan membeli barang tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama.

3. Ijarah (IJR)

Akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan/atau jasa antara pemilik obyek

sewa (Bank) dengan penyewa (nasabah) untuk mendapatkan imbalan berupa sewa

atau upah bagi pemilik obyek sewa.

4. Ijarah multi Jasa (IJR)

Ijarah Multi Jasa adalah pembiayaan dimana bank memberikan pembiayaan kepada

nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Dalam pembiayaan

Ijaroh Multi Jasa tersebut bank dapat memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee.

Pembiayaan ijarah Multi Jasa diperuntukkan untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

5. Mudharabah (MDA)

Akad kerjasama antara Bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah

sebagai pelaksana usaha (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang

disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana/modal.

6. Musyarakah (MSA)

Akad kerjasama antara Bank dengan nasabah untuk usaha tertentu, dimana masing-

masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan

Page 66: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

51

dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian

ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha.

7. Rahn (Gadai Emas Syariah)

Akad penyerahan barang (emas) dari nasabah (rahin) kepada Bank (murtahin)

sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang.

8. Qardhul Hasan (QH) dan Qardh (QR)

Akad pinjaman dana oleh nasabah kepada bank syariah tanpa imbalan dengan

kewajiban pihak nassabah mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau

cicilan dalam jangka waktu tertentu. Qardhul Hasan dananya bersumber dari infaq

dan shodaqoh, sedangkan Qardh umum dan Qardh haji bersumber dari modal atau

laba Bank.

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang terdapat di BPRS Amanah Ummah dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya adalah sebagai berikut:

Page 67: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

52

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Page 68: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

53

D. Visi dan Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan BPRS Amanah Ummah

BPRS Amanah Ummah Leuwiliang mempunyai Visi sebagai berikut:

“Menjadikan BPR Syariah Pilihan Ummat”

“Menjadi BPR Syari‟ah yang Amanah dan Profesional”

Adapun Misi BPRS Amanah Ummah Leuwiliang adalah:

“Membangun Kualitas Kehidupan Ummat Melalui Perbankan Syariah”

Motto dari BPRS Amanah Ummah adalah:

“Meraih Laba-Menepis Riba-Mengundang Berkah”

BPRS Amanah Ummah memiliki Budaya Perusahaan yang harus

dilaksanakan setiap saat dalam kegiatan usahanya, yaitu:

“Pelayanan Cepat-Amanah dan Ramah”.

E. Susunan Pengurus Bank

Kantor pusat Bank berlokasi di Jl. Raya Leuwiliang No. 01 Leuwiliang,

Bogor. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2009, bank memiliki 1 kantor cabang

yang berlokasi di Jl. RE Martadinata No. 2 Bogor dan 1 kantor Kas di Universitas

Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.

Adapun susunan pengurus Bank adalah sebagai berikut:

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Si.

Anggota : KH. Khodamul Quddus

Dewan Komisaris Bank

Komisaris Utama : Drs. H. Djufri Djamaluddin, M.Pd.

Page 69: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

54

Komisaris : H. Didi Hilman, SH. M.Ag.

Dewan Direksi Bank

Direktur Utama : H. Taufiq Rahman, S.HI.

Direktur : Drs. M. Abduh Khalid M, M.Si.

Jumlah Karyawan bank pada tahun 2010 sebanyak 61 orang.

F. Manajemen Dana Pembiayaan

Manajemen dana bank syari‟ah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga

bank Syariah, dalam hal ini BPRS dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang

diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing

(pembiayaan), dengan harapan BPRS tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria

likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitasnya.74 Manajemen dana pada BPRS Amanah

Ummah, khususnya untuk sektor financing (pembiayaan) dapat kita lihat dari total

aktiva produktif, jumlah pembiayaan per-Akad, pembiayaan per-pangsa, pembiayaan

per-sektor ekonomi dan lokasi, yang keseluruhan data diperoleh dari laporan tahunan

BPRS Amanah Ummah tahun 2010.

1. Aktiva Produktif

Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah

maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga

syariah, penemppatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen

74

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002), h.67.

Page 70: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

55

dan kontijensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikat wadiah bank

Indonesia.75

2. Pembiayaan Per-Akad

Pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah, khususnya pada

tahun 2010 didominasi oleh Pembiayaan dengan skim murabahah sebesar 87,79%,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Jumlah Pembiayaan Per Akad

PEMBIAYAAN PER-AKAD

TAHUN 2010-2009

(Dalam Ribuan)

JENIS AKAD TAHUN 2010 TAHUN 2009

NOMINAL % JML NSB NOMINAL % JML NSB

MURABAHAH 41,967,030 87.79 1,440 34,188,548 84.79 1,403

MULTIJASA 28,371 0.06 2 - - -

ISTISHN„ 728,896 1.52 7 782,315 1.94 4

MUSYARAKAH 597,813 1.25 2 460,000 1.14 2

MUDHARABAH 75,000 0.16 1 75,000 0.19 1

IJARAH 764,566 1.60 31 545,603 1.35 27

QARD 43,494 0.09 14 27,608 0.07 8

QARD RAHN 3,556,767 7.44 411 4,240,305 10.52 701

QARD HAJI 40,000 0.08 2 - - -

JUMLAH 47,801,939 100 1,91 40,319,379 100 2,146

Sumber: Laporan Tahun 2010 BPRS Amanah Ummah

Dari total jumlah pembiayaan yang tertera di atas, alokasi pembiayaan yang

disalurkan kepada nasabah pada tahun 2010 diberikan dalam bentuk modal kerja

(47,58%), investasi (15,04%), dan konsumtif (37,38%). Penyebaran pembiayaan

menurut sektor ekonomi sepanjang tahun 2010 meliputi sektor perdagangan

75

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva

Produktif Bagi Bank Syariah, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Page 71: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

56

(50,17%), disusul lain-lain (37,38%), sektor jasa (10,79%), Pertanian (0,87%), dan

sektor industri (0,79%).76

3. Pembiayaan Per-Lokasi

Berdasarkan Penyebaran lokasi pembiayaan, sebagian besar disalurkan ke

daerah-daerah di sekitar lokasi BPRS, yaitu mencakup:

Tabel 3.3 Jumlah Pembiayaan Per-Lokasi

PEMBIAYAAN PER-LOKASI

TAHUN 2010-2009

(Dalam Ribuan)

LOKASI TAHUN 2010 TAHUN 2009

NOMINAL JML NSB % NOMINAL % JML NSB

LEUWILIANG 15,354,075 594,000 32.12 16,957,642 42.06 859

JASINGA 837,225 23 1.75 2,081,676 5.16 47

CIGUDEG 984,336 38 2.06 392,181 0.97 20

NANGGUNG 3,636,072 169 7.61 2,427,106 6.02 116

RUMPIN 704,815 19 1.47 21,500 0.05 12

CIBUNGBULANG 3,806,960 246 7.96 5,002,046 12.41 484

PAMIJAHAN 751,373 92 1.57 - - -

CIAMPEA 5,058,180 253 10.58 657,615 1.63 16

PARUNG 1,346,159 31 2.82 1,044,688 2.59 41

DRAMAGA 1,023,883 41 2.14 725,093 1.80 45

CIOMAS 1,204,110 21 2.52 2,501,084 6.20 197

KODYA BOGOR 11,556,102 359 24.17 8,057,140 19.98 302

LAIN2 LUAR KOTA 1,538,649 24 3.22 451,600 1.12 7

JUMLAH 47,801,939 1,910 100.00 40,319,379 100.00 2,146

Sumber: Laporan Tahun 2010 BPRS Amanah Ummah

Dari tabel diatas, dapat kita ketahui lokasi mana saja yang paling banyak

mengajukan pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah. Desa Leuwiliang, sebagai

tempat BPRS Amanah Ummah berada merupakan lokasi yang paling banyak

76

BPRS Amanah Ummah, Laporan Tahunan 2010, h.26.

Page 72: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

57

memiliki nasabah yaitu sebesar 32,12% dari total jumlah nasabah. Selain itu, untuk

lokasi-lokasi yang lainnya juga berada tidak jauh dari Leuwiliang. Hal ini

menunjukkan bahwa BPRS Amanah Ummah memiliki fungsi untuk memberdayakan

masyarakat sekitar lokasi BPRS.

4. Petugas-Petugas Pembiayaan

Berdasarkan surat Keputusan Komisaris-Direksi PT. BPRS Amanah Ummah

No: 3/SK/BPRS-AU/I/2011 tentang Team Komite Pembiayaan PT. BPRS Amanah

Ummah menetapkan Susunan Team komite Pembiayaan PT BPR Syariah Amanah

Ummah adalah sebagai berikut:77

I. Pembiayaan Umum

1. Pembiayaan diatas Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas:

a. Komisaris Utama atau Anggota Komisaris

b. Direktur Utama

c. Direktur

d. Kepala Bidang Marketing

e. Account Officer (AO) yang memproses

f. Legal Officer (LO)

2. Pembiayaan diatas Rp. 35 juta s/d Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan

terdiri atas:

a. Direktur Utama

b. Direktur

c. Kepala Bidang Marketing

d. Account Officer (AO) yang memproses

e. Legal Officer (LO)

77

BPRS Amanah Ummah, Surat Keputusan Komisaris-Direksi BPRS Amanah Ummah

tentang Tea Komite Pembiayaan BPRS Amanah Ummah, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2011)

Page 73: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

58

3. Pembiayaan diatas Rp. 7,5 juta s/d Rp. 35 juta, Team Komite Pembiayaan

terdiri atas:

a. Direktur

b. Kepala Bidang Marketing

c. Account Officer (AO) yang memproses

d. Legal Officer (LO)

4. Pembiayaan sampai dengan Rp. 7,5 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas:

a. Kepala Bidang Marketing

b. Account Officer (AO) yang memproses

c. Legal Officer (LO).

II. Pembiayaan Gadai Emas

1. Pembiayaan diatas Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas:

a. Komisaris Utama atau Anggota Komisaris

b. Direktur Utama

c. Direktur

d. Ka.Bag Gadai Emas

2. Pembiayaan diatas Rp. 10 juta s/d Rp. 250 juta, Team Komite Pembiayaan

terdiri atas:

a. Direktur Utama

b. Direktur

c. Ka.Bag Gadai Emas

3. Pembiayaan sampai dengan Rp. 10 juta, Team Komite Pembiayaan terdiri atas:

a. Direktur atau 2 (dua) orang Kepala Bidang bila Direktur tidak berada di

tempat

b. Ka.Bag Gadai Emas

Page 74: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

59

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH

A. Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah

Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah merupakan suatu

jawaban atas kebutuhan masyarakat/nasabah khususnya yang berada di lingkungan

BPRS untuk pembiayaan konstruksi dan pembangunan rumah berdasarkan kriteria

dan spesifikasi yang diserahkan sepenuhnya kepada nasabah.78 Sebelum adanya akad

Al-Istishnâ„, masyarakat hanya dapat membeli rumah siap huni dari BPRS dengan

menggunakan akad murabahah, tanpa adanya spesifikasi tertentu sesuai dengan

keinginan nasabah.

Akad Al-Istishnâ„ yang diaplikasikan pada pemberian pembiayaan

kepemilikan rumah kepada nasabah pada BPRS Amanah Ummah ini melibatkan

pihak ketiga, sehingga dalam hal ini pihak BPRS Amanah Ummah mengaplikasikan

akad Al-Istishnâ„ paralel. Hal ini disebabkan karena memang pada dasarnya Bank

Syariah hanya menyediakan fasilitas pembiayaan saja, bukan berfungsi sebagai

penyedia barang sebagaimana penjual barang pada umumnya. Pada BPRS Amanah

Ummah, sebagaimana yang tertera pada kontrak akad Istishnâ„ paralel, pihak

developer/produsen sebagai pihak yang membuatkan rumah pesanan nasabah disebut

sebagai penjual/pengembang.

78

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011.

Page 75: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

60

Adapun prosedur pembiayaan Al-Istishnâ„ dan Al-Istishnâ„ paralel yang

terdapat di BPRS Amanah Ummah dan sama dengan skema yang dikemukakan oleh

Sunarto Zulkifli adalah sebagai berikut:79

Gambar 4.1 Skema Pembiayaan Al- Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah

Keterangan:

1a : Akad Istishnâ„ I

1b : Spesifikasi Barang

2a : Akad Istishnâ„ II

2b : Spesifikasi Barang

3 : Pembayaran dana pembangunan

3a : Penyerahan rumah kepada BPRS Amanah Ummah

3b : Penyerahan rumah dari bank kepada nasabah

3c : Pembayaran Angsuran Pembiayaan

Penjelasan Pembiayaan dengan prinsip Akad Al- Istishnâ„ dan Istishnâ„

paralel yang diterapkan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah

Leuwiliang-Bogor berdasarkan skema diatas adalah sebagai berikut:80

1. Nasabah datang ke BPRS untuk melakukan pembiayaan Al-Istishnâ„, nasabah

datang ke bank disertai spesifikasi dan kriteria tertentu untuk pembuatan sebuah

79

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim,

2004), h.73. 80

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011.

Nasabah Pemasok

BPRS Amanah

Ummah

1a

Ib 2b

2a

3

3a

3c

3b

Page 76: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

61

rumah, seperti merk semen, ukuran rumah, jenis batu bata, fondasinya seperti

apa, dan lain sebagainya. Untuk lokasi perumahan, nasabah bisa mengajukan

sendiri lokasi tanah yang dimaksud, atau nasabah dapat meminta bank untuk

mencarikan lokasi perumahan untuk nasabah. Sejauh ini, akad Istishnâ„ yang

ada di BPRS Amanah Ummah baru mencakup 2 perumahan, yaitu perumahan

Permata dan Cendo Indah yang terletak di Leuwiliang-Bogor, dimana pihak

perumahan/developer hanya menyediakan kavling tanah, sehingga pihak nasabah

harus membangun sendiri rumah yang diinginkan.

2. Setelah itu, pihak bank menunjuk dan menghubungi seorang

developer/pengembang untuk membuatkan rumah yang disertai kriteria dan

spesifikasi sesuai keinginan nasabah. Selanjutnya, pihak developer menaksir

harga dari rumah tersebut dengan spesifikasi yang dipersyaratkan nasabah.

Setelah diketahui kisaran harga rumah tersebut, maka pihak bank

memberitahukan kepada nasabah mengenai harga rumahnya, lalu diadakan

kesepakatan antara bank dan nasabah untuk biaya angsuran per bulannya, uang

muka, dll. Setelah terjadi kesepakatan, maka rumah yang dipesan mulai

dikerjakan oleh pihak developer dengan jangka waktu yang telah disepakati,

yaitu selama 3 bulan masa pengerjaan.

3. Untuk pembayaran uang muka, maka nasabah membayar uang muka sebesar

30% dari total harga rumah, dengan kata lain pihak bank hanya dapat membiayai

sekitar 70% dari total harga rumah dengan batas pembiayaan maksimum sebesar

Rp. 800 juta dan batas waktu pembiayaan maksimal 7 tahun. Setelah rumah

Page 77: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

62

selesai dibangun, maka rumah langsung dapat dihuni oleh nasabah, tetapi untuk

surat-suratnya masih berada di pihak bank sampai masa akad selesai.

4. Penetapan margin keuntungan bank tidak bersifat tetap (fixed) tetapi berdasarkan

pada kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Tetapi kalau disetarakan

dengan presentase, rata-rata untuk pembiayaan Istishnâ„ ini tidak melebihi 1.1%

perbulan nya, pada intinya kesepakatan antara nasabah dan Bank lah yang

dijadikan patokan. Apabila nasabah kurang setuju dengan margin yang

ditawarkan Bank, maka Bank bisa saja mengurangi margin nya.

B. Manfaat serta Risiko yang Ditimbulkan dari Pembiayaan Al-Istishnâ„

Sebelum membahas tentang risiko yang terdapat pada pembiayaan Al-

Istishnâ„ dalam hal ini termasuk Al-Istishnâ„ paralel, maka perlu diketahui pula

manfaat yang dapat diambil dari pembiayaan Al-Istishnâ„ itu sendiri, baik bagi bank

sebagai penyelenggara, maupun bagi nasabah.

Manfaat yang dapat diambil bagi Bank Syariah, khususnya bagi BPRS

Amanah Ummah dari pembiayaan Al-Istishnâ„ adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pendapatan BPRS Amanah Ummah akibat adanya keuntungan

yang muncul dari selisih harga jual rumah kepada nasabah dan harga rumah yang

ditawarkan dari pihak developer/pengembang. Harga rumah yang ditawarkan

oleh pihak developer sebagai pihak yang membangunkan rumah untuk nasabah

(pada Al-Istishnâ„ paralel) dapat ditambahkan dengan besaran margin tertentu

sesuai dengan kesepakatan yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

pendapatan BPRS.

Page 78: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

63

b. Sebagai salah satu diversifikasi produk yang terdapat di BPRS Amanah Ummah.

Diversifikasi produk merupakan salah satu upaya pihak BPRS Amanah Ummah

dalam mengembangkan jenis-jenis produk penyaluran dana (financing) yang

terdapat pada BPRS Amanah Ummah.81

Pada awalnya, pembiayaan kepemilikan

rumah bagi nasabah hanyalah menggunakan akad murabahah. Akan tetapi, akad

murabahah untuk kepemilikan rumah terdapat keterbatasan-keterbatasan

diantaranya nasabah tidak dapat memesan rumah berdasarkan spesifikasi tertentu

maka pihak BPRS Amanah Ummah berupaya untuk melaksanakan akad Al-

Istishnâ„ yang sesuai dengan ketentuan syariah.

c. Memberikan kepastian pendapatan (return) bagi BPRS Amanah Ummah, baik

dari segi jumlah (ammount) maupun waktu (timing) nya. Maksud dari kepastian

pendapatan disini adalah bahwasannya dari pembiayaan Al-Istishnâ„, BPRS

dapat menerima pendapatan yang pasti karena pembiayaan Al-Istishnâ„

merupakan akad pembiayaan berbasis jual beli yang memperoleh keuntungan

bagi Bank dari suatu besaran margin tertentu yang disepakati pada awal akad.

d. Memberikan pelayanan mudah kepada nasabah, sehingga nasabah menjadi loyal

pada LKS.

Sedangkan manfaat akad Al-Istishnâ„ yang dapat dirasakan oleh nasabah

diantaranya adalah:

a. Merupakan suatu jawaban atas kebutuhan masyarakat/nasabah dalam

kepemilikan rumah berdasarkan spesifikasi dan kriteria tertentu sesuai dengan

81

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011.

Page 79: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

64

keinginan nasabah. Maksud dari spesifikasi tertentu disini adalah nasabah dapat

meminta bank untuk membuatkan rumah dengan berbahan dasar semen merk X,

batu bata tipe Y, dan lain sebagainya.

b. Sebagai suatu alternatif pembiayaan kepemilikan rumah yang berlandaskan

prinsip syariah. Nasabah yang memiliki keterbatasan dana untuk membangun

sebuah rumah, dapat mengajukan pembiayaan akad Al-Istishnâ„ ke BPRS.

Dengan adanya akad Al-Istishnâ„ ini, nasabah tidak perlu mengajukan

pembiayaan kepada lembaga perbankan konvensional yang menyediakan skim

kepemilikan rumah dengan tingkatan bunga tertentu.

c. Penetapan margin yang ditawarkkan oleh BPRS Amanah Ummah pada Akad

Istishnâ„ masih bisa dinegosiasikan dengan nasabah. Hal ini dapat memberikan

manfaat dan keuntungan bagi nasabah karena besaran margin pembiayaan tidak

tetap (fixed), maka nasabah dapat mendapatkan harga berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak.

Dari beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, telah terlihat

bahwasannya akad Al-Istishnâ„ yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah memiliki

banyak manfaat dan maslahah bagi masyarakat pada umumnya, dan khususnya bagi

bank itu sendiri.

Selain manfaat yang dapat diambil dari akad Al-Istishnâ„, akad Al-Istishnâ„

juga memiliki beberapa risiko. Risiko-risiko ini ada karena ketika bank syariah masuk

ke dalam akad Istishnâ„, akan selalu melibatkan peran para pengembang, kontraktor,

perusahaan manufaktur, dan supplier. Selama bank syariah tidak memiliki

Page 80: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

65

spesialisasi dalam hal ini maka akan selalu tergantung pada subkontraktor.82

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bapak Dwi Mulyadi berdasarkan risiko

yang pernah dialami dan disertai dengan kemungkinan-kemungkinan terjadinya

berbagai risiko yang lain adalah sebagai berikut:

a. Risiko yang bersumber dari internal BPRS Amanah Ummah

1. Terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan pihak AO (Account Officer)

pada saat identifikasi nasabah pembiayaan. Nasabah yang tidak layak untuk

mendapatkan pembiayaan, dikatakan layak untuk mendapatkannya, sehingga

menimbulkan risiko kegagalan pembayaran angsuran pembiayaan.

2. Kemungkinan terjadinya kelemahan pada saat monitoring/pemantauan risiko,

atau kegiatan monitoring yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah tidak

dilakukan secara optimal, terutama pada risiko pembiayaan nasabah dan

risiko dari pihak pengembang. Hal ini dapat menyebabkan kerugian pada

bank.

b. Risiko yang bersumber dari pihak nasabah/yang memesan rumah kepada Bank

1. Risiko gagal bayar (default risk) pada sisi pembeli adalah bersifat alamiah,

atau sering disebut sebagai kegagalan untuk membayar secara penuh dan tepat

waktu. Hal ini sangatlah menjadi risiko klasik dari suatu pembiayaan.

Keterlambatan pembayaran atau lebih sering kita dengar sebagai kredit macet

sangatlah rentan dari suatu pembiayaan.

82

Tariqullah Khan, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), h.56.

Page 81: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

66

2. Ada kemungkinan nasabah dapat membatalkan kontrak dan gagal menunda

waktu pengiriman sehingga bank harus menanggung risiko tambahan.

3. Adanya keluhan dari nasabah mengenai rumah yang telah jadi. Terdapat

nasabah yang mengeluh/protes karena rumah yang baru ditempati 2 bulan

atapnya sudah bocor, rumah yang dipesan tidak sesuai dengan keinginan

nasabah, dll.

4. Risiko adanya kemungkinan berkurangnya laba yang diterima BPRS Amanah

Ummah akibat adanya pihak nasabah yang membayar angsuran pembiayaan

lebih cepat dari apa yang telah disepakati. Misalnya pada awal akad telah

disepakati jangka waktu pembiayaan adala 36 bulan, tetapi dalam

perjalanannya, pada bulan ke 24 nasabah telah mampu untuk membayar sisa

angsuran nya. Hal ini dapat dijadikan sebagai keuntungan yang diterima Bank

karena terbebas dari risiko kegagalan bayar, tetapi dapat juga dimasukkan

kedalam kategori sebuah risiko karena berkurangnya laba Bank. tetapi

menurut Bapak Dwi Mulyadi, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi pada

pembiayaan.

c. Risiko yang bersumber dari pihak Developer/Pengembang/Pemasok

1. Terdapat kemungkinan supplier/developer membatalkan kontrak.

Kemungkinan ini bisa saja terjadi, pada saat kontrak telah ditandatangani,

tiba-tiba dari pihak developer membatalkan begitu saja dengan alasan tertentu.

2. Risiko kemungkinan terjadinya barang yang dibuat dalam hal ini rumah tidak

sesuai dengan keinginan nasabah. Hal ini kemungkinan besar terjadi, yang

Page 82: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

67

dimana pada dasarnya akad Istishnâ„ ini pihak developer-lah yang berperan

dalam pembuatan barang pesanan, dalam hal ini pembangunan rumah. Risiko

seperti ini misalnya adalah fondasi rumah yang telah jadi tidak sesuai dengan

apa yang diinginkan nasabah, dan lain sebagainya.

3. Risiko pihak developer yang memalsukan data progress pembuatan rumah.

Maksud dari memalsukan data progress disini adalah pada akad Istishnâ„

paralel yang terjadi antara bank dengan pihak developer/penjual, telah

disepakati bahwasannya pihak developer harus mengirimkan bukti progress

dari pembangunan rumah yang dilaksanakan. Hasil bukti ini adalah berupa

foto/laporan yang disampaikan kepada pihak bank sesuai dengan waktu yang

telah diperjanjikan. Risiko ini muncul apabila pihak developer melaporkan

laporan palsu mengenai progress pembangunan rumah kepada pihak Bank.

4. Risiko kegagalan yang terkait dengan waktu pengiriman, dalam hal ini pihak

developer terlambat menyerahkan rumah sesuai dengan waktu yang telah

disepakati. Pihak developer bisa saja terlambat dalam menyelesaikan

pembangunan rumah yang dipesan. Dalam perjanjian pembangunan sebuah

rumah antara pihak developer dan pihak BPRS disepakati selama 3 bulan

masa pembangunan.

d. Kemungkinan risiko yang bersumber dari luar subyek akad (faktor eksternal)

Page 83: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

68

1. Risiko jatuhnya harga barang (price-drop risk). Risiko jatuhnya harga barang

diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis pembiayaan ini hanya dilakukan

atas dasar kontrak/pesanan yang telah ditentukan harganya.83

2. Risiko terjadinya bencana alam.

Risiko bencana alam adalah suatu risiko yang tidak terduga dan tidak dapat

dihindari. Khusus dalam pembiayaan Al- Istishnâ„, risiko terjadinya bencana

alam ini berdampak pada dua pihak, yaitu bencana alam dapat terjadi pada

nasabah, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kewajiban kepada

BPRS, dan bencana alam yang terjadi menimpa bangunan rumah yang sedang

atau telah selesai proses pembuatan. Risiko ini telah diantisipasi oleh pihak

BPRS yang mengikutsertakan asuransi atas rumah tersebut.

C. Penyebab terjadinya Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ„

Menurut hasil wawancara, risiko tersebut dapat disebabkan karena beberapa

faktor, yaitu:

1. Faktor Internal BPRS

a. Petugas Pembiayaan (knowledge, skill, attitude)

Faktor kesalahan dari petugas pembiayaan yang dimaksud adalah adakalanya

petugas pembiayaan tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih

mendalam dalam menjalankan tugasnya sebagai petugas pembiayaan, sehingga

83

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2008), h.265.

Page 84: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

69

data-data yang diperlukan tidak akurat dan menyebabkan kerugian pada bank.

Selain itu, menurut Bapak Dwi Mulyadi, kesalahan dari petugas pembiyaan ini

adalah data yang diperoleh dari analisis nasabah yang tidak memenuhi syarat,

dikatakan memenuhi persyaratan.84

Salah satu penyebabnya adalah disebabkan

hubungan kedekatan dengan nasabah dan moral hazard petugas sehingga dalam

analisisnya dilakukan secara tidak obyektif.85

b. Kelemahan sistem (Penyaluran, Monitoring dan pelunasan)

Faktor risiko yang berasal dari sistem pada BPRS Amanah Ummah mencakup

dari segi kelemahan sistem penyaluran pembiayaan, dimana bisa saja terjadi

kesalahan dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah yang tidak memenuhi

persyaratan, monitoring yang lemah dan kurang intensif dari petugas pembiayaan

pada BPRS terhadap nasabah, dan kelemahan sistem pelunasan pembiayaan yang

terdapat di dalam intern BPRS. Kelemahan sistem ini dapat menyebabkan

pembiayaan bermasalah.

c. Manajemen

Dalam hal ini, kelemahan dari manajemen internal BPRS mencakup kelemahan

kebijakan pembiayaan yang dibentuk oleh komite dan pejabat pembiayaan,

84

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. 85

Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h.102.

Page 85: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

70

disiplin pejabat pembiayaan dalam menerapkan sistem dan prosedur pembiayaan

rendah.86

2. Faktor Internal Nasabah

Risiko pembiayaan bermasalah, khususnya pembiayaan Al-Istishnâ„ juga

dapat disebabkan oleh faktor internal nasabah, diantaranya adalah:

a. Adanya pemutusan Hubungan Kerja (PHK) nasabah dari pekerjaannya, sehingga

nasabah tidak mendaptakan lagi penghasilan, dan secara otomatis mereka tidak

mampu lagi untuk melunasi sisa pembiayaan kepada BPRS Amanah Ummah.

b. Adanya hubungan keluarga tidak harmonis, seperti terjadi perceraian antara

suami isteri nasabah. Khususnya dalah pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS

Amanah Ummah, kasus seperti ini pernah terjadi. Perceraian nasabah

menyebabkan terjadinya perebutan hak dan kewajiban atas rumah tersebut.

Hingga pada akhirnya rumah tersebut di take over (dipindah tangankan/di jual

kembali) kepada pihak lain.

c. Terlibat hutang dengan pihak lain. Adakalanya nasabah yang memiliki kewajiban

kepada BPRS Amanah Ummah, juga memiliki kewajiban (hutang) kepada pihak

lain. Ha ini mengakibatkan tersendatnya pembayaran kewajiban kepada BPRS

Amanah Ummah.

86

BPRS Amanah Ummah, Pedoman Pembiayaan, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010),

h.3.

Page 86: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

71

d. Kondisi usaha nasabah yang sedang mengalami penurunan. Kondisi ini

menyebabkan berkurangnya kemampuan nasabah untuk melunasi kewajibannya

kepada bank.

3. Faktor Developer

Khusus pada pembiayaan Al-Istishnâ„ yang melibatkan pihak ke tiga, yaitu pihak

developer/pengembang/penjual rumah yang dipesan oleh nasabah juga dapat

menyebabkan suatu risiko tersendiri. Menurut Bapak Dwi Mulyadi, belum pernah

terjadi pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor developer, tetapi

terdapat beberapa faktor pembiayaan Al-Istishnâ„ bermasalah yang dimungkinkan

terjadi yang berasal dari pihak developer, yaitu:

a. Adanya itikad/karakter kurang baik dari developer yang membangun rumah

dengan tidak memerhatikan secara benar pesanan dari nasabah, sehingga

rumah tidak sesuai dengan kriteria pesanan.

b. Pihak developer yang kabur/melarikan diri membawa lari uang yang telah

diberikan BPRS guna membangunkan rumah.

4. Faktor Eksternal

Maksud dari faktor eksternal adalah faktor-faktor penyebab terjadinya risiko yang

bersumber dari luar faktor subyek akad, yaitu Bank, nasabah dan pihak

developer/pemasok. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bencana alam

Page 87: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

72

Risiko bencana alam adalah suatu risiko yang tidak terduga dan tidak dapat

dihindari. Khusus dalam pembiayaan Al-Istishnâ„, risiko terjadinya bencana alam

ini berdampak pada dua pihak, yaitu bencana alam dapat terjadi pada nasabah,

sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kewajiban kepada BPRS, dan

bencana alam yang terjadi menimpa bangunan rumah yang sedang atau telah

selesai proses pembuatan.

b. Musim

Bagi pembiayaan Al-Istishnâ„ dalam hal ini pembiayaan atas pembangunan

sebuah rumah, faktor musim dapat saja mempengaruhi terkait dengan waktu

penyelesaian rumah tersebut. Musim yang tidak menentu menyebabkan proses

penyelesaian rumah menjadi tersendat dan terlambat.

D. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah

Ummah

Maraknya berbagai lembaga keuangan syariah yang tumbuh, serta perubahan

yang cepat baik dari sisi regulator, teknologi dan informasi yang tak terbayangkan

sebelumnya, sektor keuangan menjadi sektor dengan tingkat risiko yang sangat

tinggi. Risiko dalam berbagai bentuk dan sumbernya merupakan komponen yang tak

terpisahkan dalam setiap aktivitas muamalat (ekonomi).87

Untuk itu, sebagai salah

satu pilar sektor keuangan dalam melaksanakan fungsi intermediasi dan pelayanan

87

Masyhud ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi

Tantangan Globalisasi Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.xix..

Page 88: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

73

jasa keuangan, lembaga keuangan jelas sangat memerlukan adanya manajemen risiko

yang berfungsi sebagai filter terhadap kegiatan usaha.88

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah juga telah

menyadari pentingnya suatu manajemen risiko pada pembiayaan yang dijalankan

demi kelangsungan BPRS. Hal ini dapat terlihat dari salah satu tugas dan

tanggungjawab bagian pembiayaan BPRS yang melakukan analisis, memonitor,

mengevaluasi dan remedial untuk menyelesaikan suatu pembiayaan bermasalah.

Hal ini juga telah disampaikan oleh Bpk. Dwi Mulyadi, selaku Accout Officer

BPRS Amanah Ummah, bahwasannya BPRS Amanah Ummah telah membentuk

divisi/bagian pembiayaan dimana memiliki fungsi utama jabatan yaitu memproses

pengajuan pembiayaan, melakukan analisis kelayakan serta memberikan rekomendasi

atas pengajuan pembiayaan sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. Selain

itu, AO juga bertugas untuk menyelesaikan berbagai risiko yang dihadapi dari

pembiayaan tersebut bersama dengan Legal Officer (LO) dan Kepala Bidang

Marketing. Oleh karena itu, BPRS Amanah Ummah dalam proses manajemen risiko

dan dilaksanakan oleh Account Officer yang bekerjasama dan terkoordinasi dengan

Kepala Bagian Marketing dan Legal Officer, tidak ada divisi/bagian khusus yang

menangani manajemen risiko pembiayaan. Meskipun demikian, pihak manajemen

BPRS Amanah Ummah telah menerapkan manajemen risiko dalam pembiayaan yang

dilakukan, termasuk pembiayaan Al- Istishnâ„.

88

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2007, h.225.

Page 89: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

74

Proses manajemen risiko sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Bank

Indonesia, setidaknya mencakup 4 tahapan utama manajemen risiko, yaitu proses

identifikasi risiko, pengukuran/penilaian risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian

risiko.89

Demikian hal nya yang dilaksanakan pada BPRS Amanah Ummah dalam

proses manajemen risiko pembiayaan telah tercakup ke dalam keempat proses

tersebut. Dalam prakteknya, BPRS Amanah Ummah lebih memprioritaskan pada

identifikasi risiko kegiatan pembiayaan. Identifikasi risiko ini dimaksudkan sebagai

tindakan preventif yang dilakukan oleh BPRS dalam penyaluran pembiayaan bagi

nasabah untuk menghindari terjadinya pembiayaan macet dan untuk meminimalisir

pembiayaan bermasalah sedini mungkin.

Setelah risiko akad Al-Istishnâ„ diklasifikasikan menurut sumber darimana

risiko tersebut datangnya, yaitu dari kontraktor/developer yang membuatkan rumah

bagi nasabah, dari nasabah itu sendiri, dan dari sumber eksternal diluar kontraktor

dan nasabah, maka dari berbagai risiko tersebut dilakukan serangkaian proses

manajemen risiko. Proses manajemen risiko ini dibedakan menurut sumber risiko,

karena memang pada akad Istishnâ„ melibatkan pihak ketiga yaitu pihak

kontraktor/developer yang tidak terdapat pada akad lainnya. Sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Bpk. Dwi Mulyadi selaku Account Officer yang bertugas pula untuk

proses manajemen risiko pembiayaan, bahwasannya pembiayaan Istishnâ„ ini

memiliki risiko yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembiayaan lainnya,

89

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

Page 90: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

75

sehingga dalam hal penanganan/manajemen risiko nya itu sendiri juga disesuaikan

dengan jenis risiko yang terdapat pada akad Al-Istishnâ„ ini.90

1. Risiko yang bersumber dari pihak Nasabah/yang memesan rumah kepada

Bank

Risiko yang bersumber dari nasabah, sebagaimana yang telah dijelaskan

dibagian awal diantaranya adalah Risiko gagal bayar (default risk), Ada kemungkinan

nasabah dapat membatalkan kontrak dan gagal menunda waktu pengiriman sehingga

bank harus menanggung risiko tambahan, dan adanya keluhan dari nasabah mengenai

rumah yang telah jadi, maka BPRS mengambil tindakan manajemen risiko sebagai

berikut:

I. Identifikasi Risiko

Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu

aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam

manajemen risiko. Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk

mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional

yang berpotensi merugikan Bank.91

Proses Identifikasi mengenai jenis-jenis risiko yang bersumber dari nasabah

Bank, yaitu Risiko gagal bayar (default risk), ada kemungkinan nasabah dapat

membatalkan kontrak dan gagal menunda waktu pengiriman, adanya keluhan dari

nasabah mengenai rumah yang telah jadi, dan Risiko adanya kemungkinan

90

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011. 91

Bank Indonesia, Pedoman Standar Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada

tanggal 5 Januari 2011 dari http: www.bpkp.go.id

Page 91: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

76

berkurangnya laba yang diterima BPRS Amanah Ummah akibat adanya pihak

nasabah yang membayar angsuran pembiayaan lebih cepat dari apa yang telah

disepakati. Mengenai proses identifikasi risiko tidak hanya sampai disini saja.

Sebagaimana yang terdapat dalam Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko

Bagi Bank Umum, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

identifikasi risiko ini, salah satunya yaitu menggabungkan dan menganalisa informasi

risiko dari seluruh sumber informasi yang tersedia. Oleh karena risiko ini bersumber

dari nasabah BPRS, maka proses identifikasi ini juga harus disertai dengan informasi

yang berkaitan dengan sumber risiko itu sendiri, yaitu informasi mengenai nasabah

bank. Dengan adanya identifikasi nasabah, maka diharapkan semua risiko yang

dihadapi bank yang bersumber dari nasabah dapat diatasi dan dapat diidentifikasi

sedini mungkin sebelum pembiayaan dicairkan kepada nasabah.

Pada proses mengidentifikasi dan menganalisis risiko pembiayaan Al-

Istishnâ„, BPRS Amanah Ummah lebih menekankan kepada proses analisis pada

awal pengajuan pembiayaan dari nasabah melalui analisis pembiayaan. Analisa

pembiayaan merupakan suatu upaya untuk menilai prospek dan risiko atas sebuah

usulan pembiayaan dengan melakukan pemeriksaan dan evaluasi baik secara

kualitatif maupun kuantitatif serta proses pengajuan usulan persetujuan.

Analisa pembiayaan diperlukan agar bank memperoleh keyakinan bahwa

pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabah. Pada BPRS Amanah

Ummah, analisa pembiayaan dilakukan pada 2 aspek, yaitu:

Page 92: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

77

1. Analisa terhadap kemauan bayar disebut analisa kualitatif (willingness to pay).

Adalah kegiatan menganalisis data-data non keuangan berupa kondisi nasabah,

usaha/proyek yang dibiayai dan aspek makro maupun mikro lainnya yang

berkaitan dengan nasabah. Aspek yang dianalisis mencakup karakter (akhlak)

dan komitmen nasabah.

Analisis aspek status dan karakter nasabah.

Karakter nasabah sangat mempengaruhi bagi kelancaran pembiayaan,

khususnya bagi kelancaran proses angsuran pembiayaan. Selain itu, karakter/akhlak

dari nasabah merupakan suatu tolok ukur keberhasilan suatu pembiayaan yang

dijalani. Banyak pembiayaan yang berakhir dengan proses penghapusan pembiayaan

hanya karena akhlak dan karakter nasabah yang tidak baik.

Khususnya pada pembiayaan Al-Istishnâ„, karakter nasabah ini juga menjadi

sorotan khusus bagi Bank, khususnya bagian Account Officer/Bagian Pembiayaan.

Selain disebabkan untuk menghindari risiko kegagalan pembayaran angsuran

pembiayaan, lebih jauh lagi adalah untuk meminimalisir potensi terjadinya proses

take over (penjualan kembali) rumah hasil pembiayaan Al-Istishnâ„. Hal ini dapat

terjadi apabila di tengah proses pembiayaan berlangsung, ternyata karakter nasabah

tidak baik, maka besar kemungkinan proses pembayaran angsuran pembiayaan akan

tersendat, yang pada akhirnya harus menempuh jalan untuk take over/penjualan

kembali rumah kepada pihak lain. Sedangkan untuk proses take over itu sendiri

tidaklah mudah, pihak Bank harus mencari nasabah lain/pihak lain yang bersedia

membeli rumah tersebut atau meneruskan angsuran pembiayaan si nasabah.

Page 93: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

78

Karakter nasabah dapat dilihat oleh pihak BPRS pada masa awal nasabah

mengajukan pembiayaan dengan menggunakan beberapa metode yang dapat

dilakukan. Metode yang dipergunakan adalah melalui wawancara yang mendalam,

atau mencari sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan nasabah.

1. Wawancara

Mencari informasi calon nasabah melalui calon nasabah sendiri. Proses

wawancara ini dapat dilakukan pada awal pengajuan pembiayaan dengan menilai

lebih lanjut dari kebiasaan nasabah, hubungan keluarga, latar belakang

pendidikan, dan lain sebagainya.

2. Checking

a. Personal Checking

Informasi tentang calon nasabah melalui tokoh masyarakat atau orang-orang tertentu

yang mengetahui calon nasabah tersebut. Meliputi karakter, hubungan dengan

keluarga, utang piutang, dll. Personal checking ini dilakukan oleh bagian AO kepada

para tetangga nasabah/tokoh masyarakat setempat tanpa diketahui oleh nasabah itu

sendiri, sehingga Bank lebih yakin akan integritas nasabah.

b. Trade Checking

Informasi tentang calon nasabah melalui pelanggan/perusahaan yang berhubungan

dengan calon nasabah. Meliputi kualitas hubungan bisnis, utang piutang, reputasi

bisnis dan manajemen. Hal ini perlu dilakukan, apabila nasabah memiliki

perusahaan/pelanggan. Pihak Bank dapat bertanya kepada pelanggan tersebut

mengenai karakter dan kredibilitas nasabah.

Page 94: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

79

c. Bank Checking

Informasi tentang calon nasabah melalui Bank Indonesia (Sistem Informasi

debitur/SID). Meliputi Kualitas hubungan dengan bank, fasilitas yang diperoleh dan

kolektibilitas. Apabila nasabah telah memiliki catatan buruk, maka Bank tidak dapat

mengabulkan permohonan pembiayaan nasabah.

Selain melalui beberapa metode yang telah disebutkan, ada juga nasabah hasil

rekomendasi dari karyawan BPRS Amanah Ummah. Hal ini juga akan meminimalisir

dampak risiko yang bersumber dari karakter nasabah, karena nasabah yang berasal

dari rekomendasi karyawan dapat lebih dipercaya yang secara tidak langsung

karyawan tersebut adalah personal guarantee dari nasabah itu sendiri.

2. Analisa terhadap kemampuan bayar yang disebut dengan analisa kuantitatif

(Ability to Pay). Analisa kuantitatif adalah analisis data-data keuangan nasabah

yang berhubungan dengan kemampuan keuangan terhadap pembiayaan yang

diberikan.92

a. Analisis Aspek Keuangan nasabah

Penilaian terhadap aspek keuangan nasabah dapat dilakukan dengan cara

menganalisis lebih mendalam dari form pembiayaan yang telah diisi oleh nasabah.

Dari form yang telah diisi nasabah, dapat terlihat dari berapa penghasilan yang

diterima oleh nasabah.

b. Aspek Jaminan nasabah

92

BPRS Amanah Ummah, Pedoman Pembiayaan, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010),

h.3.

Page 95: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

80

Fungsi pemberian jaminan tersebut adalah guna memberikan hak dan

kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dengan barang-barang

jaminan tersebut bilamana nasabah bercidera janji tidak membayar kembali

kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.93

Apabila suatu

kredit diberikan telah dilakukan penelitian secara mendalam, sehingga nasabah

sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit, maka fungsi jaminan kredit

hanyalah utuk berjaga-jaga.94

Untuk pembiayaan Al-Istishnâ„, yang dijadikan barang jaminan adalah

rumah itu sendiri, sehingga nasabah tidak perlu lagi menyediakan jaminan lain

untuk meng-cover pembiayaan yang diajukan. Hal ini dapat berimplikasi pada

pengeksekusian jaminan, maka apabila di tengah-tengah perjanjian nasabah cidera

janji, maka rumah tersebut dapat ditarik kembali oleh BPRS. Pada saat rumah

beserta surat tanah dan/atau bangunan telah selesai, maka surat atas bangunan

tersebut disimpan di Bank sebagain jaminan sampai nasabah telah selesai

mengangsur pembiayaan sampai akhir periode. Disamping itu, nasabah juga bisa

mengajukan jaminan lain, seperti jaminan BPKB Kendaraan, dan lain-lain dengan

syarat, nilai jaminan tersebut dapat meng-cover dari nilai pembiayaan nasabah.

II. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko dalam hal ini mengukur sejauh mana risiko yang telah ada

dapat mempengaruhi keberlangsungan BPRS. Dalam pengukuran risiko, BPRS tidak

93

Soedijono Reksoprajitno, Pengantar Manajemen Bank Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1999),

h. 99. 94

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 91.

Page 96: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

81

menggunakan teknik untuk mengukur risiko yang ada Pada Bank dengan metode-

metode tertentu, tetapi dalam hal ini usaha yang dilakukan oleh BPRS Amanah

Ummah dalam mengukur tingkat risiko adalah melihat dan meninjau terlebih dahulu

sumber dan faktor dari risiko tersebut dapat terjadi. Salah satu penyebab terjadinya

risiko pada bank adalah dari nasabah itu sendiri dalam menyelesaikan kewajiban

membayar angsuran kepada bank. Maka dalam hal ini pihak bank mengelompokkan

pembiayaan nasabah berdasarkan kategori kolektibilitas dan kelancaran proses

pembayaran angsuran pembiayaan nasabah.

Pengelompokkan pembiayaan berdasarkan keadaan dan kelancarannya sangat

perlu dilakukan demi kelancaran tugas-tugas pengamanan fasilitas-fasilitas yang telah

diberikan kepada para nasabah, sehingga sikap dan cara-cara menghadapi nasabah

pun akan dapat disesuaikan sedemikian rupa dengan kelancaran proses pembayaran

angsuran pembiayaannya.95

Untuk itulah Bank Indonesia mengharuskan

pengelompokkan kredit/pembiayaan berdasarkan collectibility yang telah digunakan

sesuai berdasarkan collectibility yang telah digunakan sesuai berdasarkan dengan

maksud pengamanan. Pada BPRS Amanah Ummah, penggolongan kolektibilitas

nasabah adalah sama dengan yang dikemukakan oleh Bank Indonesia, yaitu dibagi

kedalam 4 kategori. Pengkategorian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan Lancar (Kol 1)

95

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara,

2000), h.265.

Page 97: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

82

Adalah pembiayaan yang kewajiban-kewajibannya secara lancar dipenuhi oleh

nasabah dan tidak terjadi tunggakkan lebih dari 3 (tiga) bulan.

2. Pembiayaan kurang lancar (Kol 2)

Adalah pembiayaan yang kewajiban-kewajibannya lebih dari 3 (tiga) bulan tidak

dibayar, tetapi tidak melampaui dari 6 (enam) bulan dan pembiayaan tersebut

tidak melewati jatuh tempo.

3. Pembiayaan diragukan (Kol 3)

Adalah pembiayaan yang kewajiban-kewajibannya lebih dari 6 (enam) bulan

tidak dibayar, tetapi tidak melampaui dari 27 (dua puluh tujuh) bulan dan

pembiayaan tersebut tidak melewati jatuh tempo lebih dari 3 (tiga) bulan.

4. Pembiayaan Macet (Kol 4)

Adalah pembiayaan yang kewajiban-kewajibannya tidak dibayar melewati dari 27

(dua puluh tujuh) bulan dan jatuh tempo pembiayaan lebih dari 24 (dua puluh

empat) bulan. Apabila memenuhi syarat kategori pembiayaan macet tersebut

harus dikeluarkan dari fortofolio pembiayaan yang harus dihapusbukukan.

Kolektibilitas pembiayaan dibentuk, selain untuk mengelompokkan nasabah

berdasarkan tingkat kelancaran pembiayaan, juga berfungsi sebagai bahan acuan bagi

BPRS Amanah Ummah untuk mengambil sejumlah tindakan penyelamatan

pembiayaan.

III. Pemantauan Risiko

Pemantauan risiko dilakukan dengan memperhatikan perubahan yang ada

pada kegiatan pembiayaan yang sedang dilakukan, berdasarkan pada data-data yang

Page 98: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

83

ada dan akurat yang telah berhasil dikumpulkan, kemudian bank memetakan risiko

tersebut berdasarkan tingkatannya yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pemetaan ini

bertujuan untuk memudahkan pihak bank dalam memantau kegiatan pembiayaan

berikutnya, jika teridentifikasi adanya suatu gejala yang menunjukkan akan adaya

risiko, misalnya nasabah mulai terlambat melakukan pembayaran maka bank akan

mencari solusi atau cara yang tepat untuk mengendalikan risiko tersebut.

Dalam rangka melaksanakan pemantauan Risiko, Bank wajib sekurang-

kurangnya melakukan evaluasi terhadap eksposur Risiko, dan penyempurnaan proses

pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor

Risiko, teknologi informasi dan sistem informasi Manajemen Risiko yang bersifat

material.

Dengan adanya pemantauan risiko, maka bank dengan segera dapat

melakukan tindakan yang sesuai dengan tingkat risiko yang terjadi pada BPRS. Hasil

pemantauan risiko pada BPRS Amanah Ummah merupakan suatu tindakan lanjut dan

berkesinambungan dari tahapan manajemen risiko sebelumnya, yaitu proses

pengukuran risiko. pada tahapan pengukuran risiko, BPRS Amanah Ummah

mengelompokkan nasabah sesuai dengan tingkat kolektibilitas pembayaran

angsurannya, sedangkan dalam tahap pemantauan risiko adalah tindakan yang

dilakukan BPRS Amanah Ummah dalam menghadapi risiko menurut tingkat

kolektibilitasnya, yaitu:

1. Pembiayaan lancar (Kol 1)

a. Monitoring usaha

Page 99: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

84

b. Pengelolaan account dan pembinaan debitur

c. Buat surat pemberitahuan

2. Pembiayaan Kurang Lancar (Kol 2)

a. Buat surat teguran/peringatan

b. Kunjungan lapangan/collecting

c. Penyelamatan pembiayaan

3. Pembiayaan Diragukan dan Macet (Kol 3 dan 4)

a. Penyerahan account ke bagian remedial (AO)

b. Pemanggilan debitur

c. Surat peringatan

d. Penyelamatan dengan membentuk STK (Satuan Tugas Khusus)

e. Upaya Penyelamatan Pembiayaan.

Untuk proses pemantauan risiko atas adanya keluhan nasabah atas rumah

yang yang telah jadi adalah pihak BPRS Amanah Ummah melakukan pengamatan

secara periodik sampai dengan 6 bulan, yaitu batas waktu garansi rumah yang

diberikan oleh Bank kepada nasabah. Oleh karena itu, apabila rumah yang telah jadi

terdapat kerusakan dalam jangka waktu 6 bulan, maka pihak BPRS masih memiliki

kewajiban dan tanggung jawab untuk memperbaiki dan menanggapi keluhan nasabah.

IV. Pengendalian Risiko

Setelah melakukan proses pemantauan risiko, maka BPRS Amanah Ummah

akan melakukan proses pengendalian risiko. Pengendalian risiko merupakan upaya

penyelamatan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah.

Sebelum meentukan langkah dala rangka menyelamatkan pembiayaan bermasalah,

Page 100: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

85

terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya kemacetan dalam pembiayaan

(pembiayaan bermasalah).96

Adapun proses pengendalian risiko yang ada pada BPRS Amanah Ummah

dapat dilihat dari diagram berikut:

Gambar 4.2 Skema Proses Pengendalian Risiko Yang Bersumber Dari Nasabah

Risiko yang bersumber dari nasabah, dalam hal ini sebagian besar adalah dari

faktor ketidakmampuan nasabah untuk membayar angsuran kepada BPRS, maka

pihak BPRS Amanah Ummah menempuh langkah-langkah berikut ini:

1. Apabila terjadi risiko kegagalan pembayaran angsuran nasabah kepada Bank,

maka pihak BPRS melakukan evaluasi ulang pembiayaan meliputi evaluasi

yuridis, pemasaran, keuangan, teknis, manajemen dan jaminan.

2. Setelah dilakukan identifikasi dan evaluasi ulang di bidang pembiayaan, maka

tahap selanjutnya adalah pengklasifikasian pembiayaan bermasalah tersebut

menurut rating, yaitu ringan/sedang yang dapat ditangani langsung dengan cara

96

Muhdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, h.280.

Evaluasi Ulang Pembiayaan

(Yuridis, Pemasaran, Keuangan, Teknis, Management, & Jaminan)

Klasifikasi

Penanganan Langsung

(Panggilan, Teguran, Kunjungan)

Tidak Bayar/Bayar Sebagian

Berat

Write Off

Klasifikasi

Ringan/Sedang

Potensial

Income/Jaminan

Merah

. Pailit

. Non Jaminan

REVITALISASI

- Resceduling

- Restructuring

- Reconditioning

- Bantuan

Management

Kuning

. Mampu

. Jaminan OK

EKSEKUSI

- Likuidasi Usaha

- Parate Eksekusi

- Collection Agent

- Ligitasi

Sumber: Pedoman Pembiayaan BPRS Amanah Ummah

Page 101: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

86

melakukan tindakan-tindakan administratif seperti melakukan pemanggilan dan

tindakan lain yang telah dijelaskan sebelumnya pada proses pemantauan risiko.

Apabila risiko tersebut termasuk ke dalam kategori berat, maka pihak BPRS

melakukan tindakan revitalisasi/penyelamatan pembiayaan dan yang terakhir

adalah eksekusi jaminan.

a. Langkah-Langkah Revitalisasi Pembiayaan

Berikut ini adalah langkah-langkah revitalisasi/penyelamatan pembiayaan

bermasalah yang diterapkan di BPRS Amanah Ummah.97

1. Rescheduling (Penjadwalan ulang)

Syarat-syarat:

a. Potensi usaha masih ada

b. Kemampuan debitur masih ada

c. Problem cash flow sementara

d. Plafon tetap

Perubahan:

a. Jangka waktu

b. Jadwal angsuran

c. Grace Period

d. Jumlah Angsuran

2. Restucturing (Penataan Ulang)

Syarat-syarat:

a. Potensi usaha masih ada

b. Kemampuan debitur masih ada

c. Problem cash flow sementara

97

BPRS Amanah Ummah, Pedoman Pembiayaan, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010),

h.5.

Page 102: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

87

d. Plafon bisa berubah

Perubahan:

a. Jangka waktu

b. Jadwal angsuran

c. Grace Period

d. Jumlah Angsuran

e. Jumlah plafon

f. Persyaratan

g. Jaminan

3. Reconditioning (Persyaratan Ulang)

Syarat-syarat:

a. Potensi usaha masih ada

b. Sarana Usaha Memadai

c. Problem cash flow & management

d. Plafon tetap/berubah

Perubahan:

a. Jangka waktu

b. Jadwal angsuran

c. Harga jual

d. Agunan

e. Kepemilikan

f. Pengurus

g. Nama & status perusahaan

h. Perubahan debitur

4. Bantuan Management

Yang dimaksud dengan bantuan management adalah diusulkan agar nasabah

mendapat bantuan management dari pihak lain yang lebih menguasai mengetahui

seluk beluk usahanya (untuk pembiayaan mudharabah dan musyarakah).

Page 103: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

88

b. Eksekusi Pembiayaan/Jaminan

Apabila usaha untuk revitalisasi/penyelamatan pembiayaan tetap saja gagal,

maka selanjutnya akan dilakukan eksekusi pembiayaan. eksekusi pembiayaan

merupakan upaya penyelesaian pembiayaan dengan menjual, menguasai

jaminan/usaha karena nasabah sudah tidak prospektif dan tidak dapat melunasi sisa

pembiayaan. tindakan eksekusi pembiayaan/jaminan yang terdapat pada BPRS

Amanah Ummah adalah sebagai berikut:

1. Di Luar Pengadilan

a. Likuidasi Usaha

Adalah upaya penjualan stock barang dagangan, sarana produksi, tempat

usaha, jaminan, dll, guna menutupi pembiayaan yang tertunggak secara sukarela.

Untuk pembiayaan Al-Istishnâ„, apabila nasabah sudah tidak dapat melunasi sisa

angsuran pembiayaan, tetapi jaminan masih ada dalam kuasa Bank, maka pihak

BPRS Akan mengeksekusi jaminan tersebut atas dasar kesepakatan nasabah. Dalam

usaha untuk melakukan eksekusi jaminan, BPRS Amanah Ummah memiliki strategi

dalam mengeksekusi jaminan tersebut, yaitu: Simpati, dalam hal ini berarti petugas

pembiayaan bersikap sopan, menghargai kepada nasabah. selain itu, strategi yang

dilakukan BPRS dalam mengeksekusi jaminan adalah Empati, diantaranya

menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan nasabah, dan Menekan

yang berarti tegas.

b. Parate Eksekusi

Page 104: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

89

Parate eksekusi adalah upaya pengembalian/pelunasan pembiayaan dengan/dari

penjualan jaminan nasabah secara sukarela.

c. Collection Agent

Collection Agent merupakan proses penagihan pembiayaan bermasalah melalui

pihak ketiga (orang/lembaga lain).

2. Melalui Pengadilan Litigasi

Adalah proses pengambilalihan jaminan secara paksa dengan saluran hukum yang

berlaku dengan melibatkan lembaga resmi negara dibidang hukum (melalui gugatan

ke Basyarnas/Pengadilan Agama).

Selama praktek akad Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah dilaksanakan,

belum ada persoalan dan permasalahan yang diajukan ke pengadilan atau Basyarnas.

Seluruh persoalan yang berkaitan dengan pembiayaan yang menggunakan akad Al-

Istishnâ„ dilaksanakan melalui jalur musyawarah mufakat.

c. Proses Take over Rumah

Khusus bagi pembiayaan Al-Istishnâ„, terdapat langkah lain bagi

pengendalian risiko yang bersumber dari nasabah, yaitu take over/pindah tangan/balik

nama atas rumah tersebut. Hal ini telah terjadi di BPRS Amanah Ummah, dimana ada

salah satu nasabah pembiayaan Al-Istishnâ„ yang tidak dapat melanjutkan kembali

pelunasan sisa pembiayaan kepada Bank karena pihak nasabah terlibat konflik rumah

tangga yang cukup berat, maka BPRS melakukan tindakan penyelamatan dengan

proses take over, atau dengan kata lain pihak BPRS dan nasabah sepakat untuk

menjual rumah tersebut kepada pihak lain. Proses penjualan rumah tersebut diawali

Page 105: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

90

dengan promosi kepada pihak lain, yang pada akhirnya pihak ketiga tersebut bersedia

untuk melunasi dan membiayai rumah tersebut.98

Proses take over ini adalah sah

karena pada saat rumah telah selesai dibangun, rumah tersebut telah sah milik

nasabah hanya saja surat tanah dan surat lainnya disimpan di bank yang dijadikan

sebagai jaminan.

Apabila proses take over tersebut telah selesai, maka nasabah pertama yang

melakukan take over mendapatkan angsuran pokok yang telah dibayarkan kepada

BPRS. Pada kasus yang pernah dialami oleh BPRS, pihak yang membeli rumah telah

menempati rumah tersebut dan permasalahan ini telah selesai.

d. Asuransi dan Garansi Rumah

Pada kontrak akad Istishnâ„ , terdapat biaya asuransi yang harus dibayar oleh

nasabah. Biaya Asuransi ini meliputi asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Asuransi

jiwa merupakan asuransi untuk meng-cover nasabah apabila nasabah

kecelakaan/terjadi klaim, maka pihak nasabah/ahli waris mendapatkan klaim dari

perusahaan asuransi untuk membayar sisa angsuran kepada pihak BPRS. Sedangkan

Asuransi Kerugian adalah asuransi untuk melindungi rumah yang telah jadi dari

peristiwa kebakaran. Nilai Klaim yang dapai diterima adalah sesuai dengan masa

waktu terjadinya musibah. Misalnya terjadi musibah kebakaran pada rumah tersebut

pada saat3 bulan pertama, maka pihak asuransi dapat memberikan pertanggungan

sebesar 100%, sedangkan apabila kebakaran tersebut terjadi setelah 1 tahun, maka

nilai pertanggungannya menjadi 80%.

98

Wawancara Pribadi dengan Dwi Mulyadi. Bogor, 4 April 2011.

Page 106: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

91

Tindakan pengendalian risiko yang dilakukan oleh BPRS dalam menghadapi

risiko adanya keluhan dari nasabah atas rumah yang telah jadi, maka dalam hal ini

pihak BPRS memberikkan suatu garansi atas rumah tersebut selama 6 (enam) bulan,

terhitung dari waktu selesainya masa pembangunan rumah. Oleh karena itu, apabila

dalam rentang waktu enam bulan ini terjadi keluhan dari nasabah mengenai rumah

yang telah jadi, maka pihak Bank akan bertanggung jawab mengatasi keluhan

tersebut. Misalnya pada waktu 3 bulan setelah rumah selesai dibangun terjadi keluhan

dari nasabah bahwa atap dari rumah tersebut sudah bocor. Maka nasabah dapat

mengajukan protes kepada BPRS, dan selanjutnya pihak BPRS akan langsung

menghubungi pihak developer/pembangun rumah tersebut untuk memperbaikinya.

e. Penghapusan Pembiayaan Bermasalah

1. Dasar Pertimbangan Penghapusan Pembiayaan

Pertimbangan penghapusan pembiayaan bukanlah didasarkan pada

permohonan atau permintaan nasabah, tetapi semata-mata didasarkan kepada hasil

penelitian, pengusutan, penagihan, tiindakan hukum, atau penjualan barang jaminan,

sehingga telah didapat kesimpulan bahwa:

a. Nasabah tersebut betul-betul dalam keadaan tidak berkemampuan lagi,

demikian juga pihak-pihak yang ikut sebagai penjamin. Nasabah tersebut

masuk pada kategori mustahik zakat, meninggal dinia, terkena musibah atau

force majeur (kebakaran, banjir, dll)

b. Nilai barang jaminan sudah tidak ada atau tidak cukup lagi nilainya jika

dibandingkan dnegan jumlah tagihan yang wajib dilunas oleh nasabah.

Page 107: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

92

c. Pengikatan jaminan tidak kuat atau tidak sempurna dan bahkan adanya

kelemahan-kelemahan yang dapat berakibat gugatan balik (rekonvensi

terhadap bank jika diteruskan gugatan hukumnya.

d. Usaha penagihan ditingkat apapun untuk selanjutnya hanya akan

menimbulkan biaya-biaya yang percuma dan akan memperbesar pengeluaran

atau kerugian Bank karena sudah pasti tidak akan terpenuhi lagi oleh hasil

tagihan.

2. Mekanisme Penghapusan Pembiayaan

Penghapusan pembiayaan hanya dapat dilaksanakan setelah ada pengajuan

dari Account Officer nasabah yang bersangkutan kepada Kepala Bidang Marketing

yang selanjutnya diajukan kepada Direksi secara tertulis, kemudian dibuat berita

acaranya dan ditandatangani oleh Direksi dengan disetujui oleh Dewan Pengawas

Syariah dan Dewan Komisaris. Pembiayaan yang telah dihapusbukukan jika terjadi

realisasi angsuran, maka angsuran tersebut dimasukkan ke dalam pos cadangan

penghapusan pembiayaan.

Untuk risiko adanya kemungkinan berkurangnya laba yang diterima BPRS

Amanah Ummah akibat adanya pihak nasabah yang membayar angsuran pembiayaan

lebih cepat dari apa yang telah disepakati, maka pihak BPRS Amanah Ummah tidak

memberikan denda atau pinalti, melainkan memberikan penghargaan berupa diskon

yang diberikan kepada nasabah. meskipun hal ini dapat dikategorikan sebagai risiko

berkurangnya jumlah laba, tetapi pihak BPRS Amanah Ummah menganggap ini

sebagai suatu kejadian yang patut untuk diberikan penghargaan karena telah

Page 108: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

93

menghindari risiko kegagalan pembayaran. Apabila hal ini terjadi, maka pihak direksi

dan marketing Bank mengeluarkan kebijakan bahwasannya nasabah hanya membayar

sisa pokok dan margin 4 bulan ke depan. Misalnya perjanjian awal akad adalah

selama 36 bulan, tetapi pada bulan ke 24, nasabah telah mampu untuk melunasi sisa

angsuran, maka nasabah hanya membayar sisa pokoknya saja dan membayar margin

untuk 4 bulan kemudian, yaitu sampai bulan ke 28.

2. Risiko yang Bersumber dari Developer/Pengembang/Penjual

I. Identifikasi Risiko

Identifikasi jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah dari

pembiayaan Al-Istishnâ„ atas sebuah rumah yang dipesan oleh nasabah sebagaimana

yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu risiko adanya kemungkinan

supplier/developer membatalkan kontrak, risiko kemungkinan terjadinya barang yang

dibuat dalam hal ini rumah tidak sesuai dengan keinginan nasabah, risiko pihak

developer yang memalsukan data progress pembuatan rumah, dan risiko kegagalan

yang terkait dengan waktu pengiriman. Sama halnya dengan proses identifikasi pada

risiko yang bersumber dari nasabah, maka diterapkan pula proses identifikasi pihak

developer/pengembang/penjual.

Untuk pembiayaan Al-Istishnâ„, yang melibatkan pihak ketiga sebagai

developer/pengembang /penjual rumah yang dipesan oleh nasabah, pihak BPRS juga

sangat memperhatikan karakter dari pihak developer tersebut. Sejauh ini, akad Al-

Istishnâ„ baru dilaksanakan pada 2 perumahan,yaitu perumahan Permata dan

Perumahan Cendo Indah yang berlokasi di Leuwiliang-Bogor. Untuk pihak

Page 109: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

94

developer, pihak Bank telah mengenal baik karakter dari developer rumah tersebut,

sehingga Bank dapat meminimalisir risiko yang bersumber dari karakter pihak

developer.

II. Pengukuran Risiko

Proses pengukuran risiko bagi risiko yang bersumber dari pihak

developer/pengembang adalah dimulai dari awal pihak BPRS memilih developer

tersebut untuk bekerjasama membangun sebuah rumah pesanan nasabah. pihak BPRS

dalam memilih dan menentukan seorang developer pasti sudah mengukur tingkat

risiko yang akan dihadapi oleh BPRS apabila sampai memilih developer tersebut.

Oleh karena itu, pihak BPRS memilih developer yang telah dikenal untuk

meminimalkan risiko. Selain itu, proses pengukuran risiko juga dapat dilihat dari

dibuatkannya tahapan-tahapan pembayaran angsuran dana pembangunan rumah. Hal

ini diawali dengan adanya pengukuran yang dilakukan oleh pihak BPRS terhadap

risiko moral hazard dari pihak developer.

III. Pemantauan Risiko

Pada tahapan pemantauan risiko, hal yang dilakukan oleh BPRS adalah

memantau dan melihat secara langsung progress/perkembangan dari pembangunan

rumah yang dilakukan oleh developer tersebut. Proses pengerjaan developer dalam

pembangunan rumah yang dipesan oleh bank itu adalah selama 3 bulan. Maka dalam

jangka waktu 3 bulan ini, bank dapat memantau secara langsung dan periodik akan

perkembangan pembangunan rumah tersebut. Pemantauan atas pembangunan rumah

dilakukan oleh bagian marketing pihak BPRS.

Page 110: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

95

Dari hasil pemantauan risiko, maka hal ini dapat mengurangi risiko

ketidaksesuaian dengan rumah yang dipesan dan pemalsuan data hasil perkembangan

rumah. Selain memantau perkembangan pembangunan rumah, pihak BPRS pun

melakukan pemantauan atas risiko ketidaksesuaian bahan bangunan yang telah

disepakati pada masa awal akad. Misalnya telah disepakati merk semen X untuk

pembuatan rumah, maka pada proses pemantauan ini pihak Bank melihat dan

menanyakan langsung ke lapangan mengenai kebenaran bahan bangunana yang telah

disepakati.

IV. Pengendalian Risiko

Proses pengendalian risiko yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah

merupakan tahapan selanjutnya setelah pemantauan risiko. Setelah selesai

melaksanakan tahapan pemantauan risiko, maka secara berkesinambungan

dilaksanakanlah tahapan pengendalian risiko ini. Proses pengendalian risiko yang

dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah dalam menghadapi dan meminimalisir

berbagai risiko yang bersumber dari pihak developer/pengembang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pembayaran untuk dana pembangunan rumah dilakukan secara bertahap. Hal

ini dapat meminimalisir risiko kerugian BPRS secara finansial. Apabila

pembayaran dana untuk pembangunan dilakukan secara sekaligus, maka

kemungkinan terjadi kerugian sangatlah besar. Ada kemungkinan developer

tersebut melarikan diri membawa uang untuk dana pembangunan. Ilustrasi

Pembayaran angsuran dana pembangunan rumah dilakukan per termin, yaitu:

Page 111: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

96

Tabel 4.3 Tabel Termin Angsuran Pembayaran Dana Pembangunan Rumah

Tahap Pencairan Dana Proses Kesiapan Rumah

Uang Muka 40% Tanah kosong 0%

Termin I 30% Pondasi, Naik bata,

tiang pancang, kusen 30%

Termin II 20% Pasang genteng, Poles

Dinding 70%

Termin III 10% Lantai, cat finishing,

instalasi 100%

2. Pihak developer diwajibkan untuk menyerahkan laporan perkembangan

pembangunan rumah tersebut kepada Bank secara berkala. Laporan tersebut

berisi foto-foto hasil perkembangan pembangunan rumah, total dana yang telah

dikeluarkan untuk pembangunan, yang selanjutnya pihak BPRS membayarkan

kembali angsuran dana pembangunan rumah tersebut. Untuk menghindari

risiko kebohongan dari pihak developer atas informasi dan laporan yang

diberikan, maka dalam hal ini faktor pemantauan risiko sangatlah penting.

3. Apabila pihak developer gagal menyerahkan rumah tepat waktu, maka telah

disepakati pada masa awal akad akan adanya sejumlah denda tertentu yang

harus dibayarkan oleh pihak developer. Tetapi dalam hal ini pihak Bank tidak

serta merta langsung menagih uang denda keterlambatan kepada pihak

developer, melainkan BPRS juga menganalisa dulu lebih jauh mengenai sebab

akan keterlambatan tersebut. Apabila keterlambatan tersebut disebabkan oleh

Page 112: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

97

faktor alam yang tidak dapat dielakkan lagi, maka sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak hal ini dapat dimaklumi. Pihak bank dapat mengetahui sebab

keterlambatan ini dari adanya proses pemantauan pembangunan rumah. Oleh

karena itu, tahapan pemantauan risiko ini sangatlah penting.

3. Risiko yang Bersumber dari Pihak Internal Bank

Risiko yang bersumber dari pihak internal bank, seperti adanya kemungkinan

terjadinya kesalahan pada identifikasi nasabah pembiayaan, dan kelemahan sistem

monitoring/pengawasan pada pembiayaan. Sebagian besar risiko ini merupakan

risiko akibat adanya moral hazard dari pegawai BPRS Amanah Ummah.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Bapak Dwi Mulyadi, bahwasannya

pada BPRS Amanah Ummah belum menemukan kasus seperti ini, tetapi risiko ini

tetap mungkin terjadi. Beberapa upaya pencegahan dan pengendalian risiko yang

bersumber dari pihak internal bank adalah sebagai berikut:

a. Apabila risiko ini terjadi di lingkungan BPRS Amanah Ummah, dan sudah

diselidiki kebenarannya maka pihak Direksi bisa saja memberikan teguran atau

bahkan sanksi bagi pegawai yang melanggar norma dan etika bank.

b. Selain itu, diadakan pula monitor/pengawasan dari pihak Kabid Marketing dalam

proses kelancaran pembiayaan sehingga proses monitoting pembiayaan akan

tetap berjalan secara maksimal.

c. Terakhir, sebagai upaya pencegahan timbulnya risiko ini adalah dengan

mengikutsertakan para pegawai BPRS Amanah Ummah dalam berbagai kegiatan

seperti pelatihan dan seminar yang bertujuan untuk pengembangan Sumber Daya

Page 113: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

98

Insani BPRS Amanah Ummah. Diantaranya adalah mengikuti pelatihan Analisa

Pembiayaan Bank Syariah yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (LPPI) pada tanggal 21-25 Juni 2010.99

4. Risiko yang Bersumber dari Faktor Eksternal

Risiko ini termasuk ke dalam risiko yang tidak disebabkan oleh pihak bank,

nasabah, maupun pihak developer. Risiko ini sangatlah sulit untuk diperkirakan

karena tidak berkaitan dengan subyek dari pembiayaan Al-Istishnâ„ ini. Oleh karena

itu, untuk mengantisipasi dari timbulnya risiko ini pihak Bank telah mengantisipasi

sebelum akad Al-Istishnâ„ dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Risiko naiknya harga barang bangunan

Untuk menghadapi risiko naiknya harga bangunan secara tiba-tiba, maka pihak

BPRS telah menetapkan bahwa harga yang telah disepakati adalah harga pada awal

akad dilaksanakan, tidak diperkenankan pihak developer menaikkan atau meminta

tambahan dana pembangunan rumah kepada pihak Bank. Misalnya telah disepakati

harga rumah pada awal akad adalah sebesar Rp. 150.000.000 dengan spesifikasi

bahan bangunan yang telah disepakati. Tiba-tiba setelah 2 bulan berjalan, harga

barang bangunan naik sehingga pihak developer harus menanggung tambahan dana.

Hal seperti ini adalah tanggung jawab developer yang menanggung biaya kenaikkan

barang. Pada awal kontrak ditandatangani, terdapat pasal yang menyebutkan bahwa

harga rumah adalah harga yang disepakati pada awal akad ditandatangani.

99

BPRS Amanah Ummah, Laporan tahunan 2010, (Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010), h.

35.

Page 114: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

99

Meskipun demikian, menurut Bpk Dwi Mulyadi risiko seperti ini

kemungkinannya sangat kecil, karena masa pengerjaan untuk sebuah rumah adalah

disepakati selama 3 bulan. Jadi, selama 3 bulan masa pengerjaan rumah kemungkinan

adanya kenaikkan barang secara drastis dan tiba-tiba sangatlah kecil. Selain itu,

menurut Beliau pihak developer menaksir harga rumah tersebut sudah beserta

keuntungan yang diterima, sehingga apabila ada kenaikkan harga, pihak developer

hanya mengurangi keuntungannya saja, tidak menambah biaya pribadi. Meskipun

demikian, selama akad ini berlangsung risiko kenaikkan barang bangunan sehingga

pihak developer menanggung biaya tambahan belum pernah terjadi.

2. Risiko bencana alam dan musibah lainnya

Risiko selanjutnya yang bersumber dari luar subyek akad adalah risiko

terjadinya bencana alam dan musibah lainnya. Musibah lainnya ini diantaranya

adalah musibah kebakaran. Musibah seperti ini dapat terjadi pada 2 pihak sekaligus,

yaitu pihak nasabah yang apabila terkena musibah sehingga tidak dapat melanjutkan

pembayaran angsuran kepada Bank, dan kepada pihak developer beserta Bank,

apabila dalam proses pembangunan rumah terjadi musibah sehingga tidak dapat

melanjutkan kembali proses pembangunan.

Untuk risiko bencana alam dan musibah lainnya yang dialami oleh nasabah,

maka tindakan manajemen risiko dan penyelamatan pembiayaan yang dilakukan oleh

pihak BPRS adalah mengikuti proses manajemen risiko atas risiko yang bersumber

Page 115: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

100

dari nasabah yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan untuk risiko bencana alam

yang dialami oleh rumah yang telah selesai dibangun, maka salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan cara menyertakan rumah tersebut dengan Asuransi yang

dapat meng-cover kerugian. Apabila rumah sedang dibangun, maka kerugian tersebut

ditanggung oleh Bank. Meskipun demikian, risiko bencana alam ini belum pernak

terjadi pada akad Al-Istishnâ„, karena perumahan yang dijadikan lokasi pembiayaan

merupakan lokasi yang aman dari bencana alam.

5. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS

Amanah Ummah

Proses manajemen risiko bagi industri perbankan merupakan suatu keharusan

diterapkan bagi keberlangsungan bisnis dan kehidupan perbankan. Termasuk di

dalamnya adalah bagi Bank Pembiayaan Syariah yang berfungsi sebagaimana bank

umum dan untuk memberikan suatu pembiayaan, khususnya bagi masyarakat sekitar

Bank. Manajemen risiko yang diterapkan pada lembaga Perbankan Syariah tidak

hanya meliputi manajemen risiko secara keseluruhan lembaga, melainkan juga proses

manajemen risiko bagi pembiayaan yang menggunakan akad-akad tertentu. Hal ini

disebabkan karena pada masing-masing pembiayaan yang menggunakan berbagai

akad terdapat risiko yang khas yang memerlukan suatu proses manajemen risiko yang

berbeda pula.

Bank Indonesia sebagai pemegang regulasi di bidang perbankan, baik

perbankan konvensional maupun syari‟ah telah memberikan regulasi mengenai

manajemen risiko yaitu Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang

Page 116: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

101

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum sebagai pedoman bagi bank untuk

menerapkan manajemen risiko bagi kegiatan usahanya. Terdapat penegasan kembali

yaitu pada Pedoman Standar Manajemen Risiko Bagi Bank Umum menyebutkan

bahwa Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan

metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat terkendali

(manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan Bank.

Namun demikian mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta

kompleksitas usaha Bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang

universal untuk seluruh Bank sehingga setiap Bank harus membangun sistem

manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada Bank.

Oleh karena itu, tahapan dan proses manajemen risiko ini diisesuaikan dengan

keadaan lembaga itu sendiri.

Pada BPRS Amanah Ummah, sebagai tempat penulis melakukan penelitian

telah menerapkan suatu manajemen risiko untuk menghadapi berbagai risiko yang

dihadapi. Sejalan dengan ketentuan dari Bank Indonesia tentang kewajiban Bank

untuk menerapkan manajemen risiko dalam seluruh kegiatannya, BPRS Amanah

Ummah telah melakukan langkah pembenahan terhadap semua aspek penerapan

manajemen risiko.100

Adapun langkah-langkah yang dilakukan BPRS Amanah

Ummah dalam mengelola manajemen risiko adalah sebagai berikut:

1. Melakukan ekspansi pembiayaan secara selektif dan fokus kepada target

market yang telah diterapkan.

100

BPRS Amanah Ummah, Laporan tahunan 2010,h. 31.

Page 117: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

102

2. Melakukan monitoring dan evaluasi pembiayaan secara terus menerus dan

berkesinambungan.

3. Membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang

memadai.

4. Mengasuransikan aktiva tetap dan aktiva kas (penyetoran dan pengambilan

dana) dengan asuransi cash in transit dan asuransi jaminan gadai emas.

5. Terus melakukan sosialisasi dan internalisasi manajemen risiko untuk

menumbuhkan risk awarness pada seluruh karyawan baik melalui pengkinian

Standar Operasional Prosedur (SOP) maupun dalam bentuk pelatihan terkait

manajemen risiko.

6. Mengoptimalkan peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam pengawasan

terhadap produk dan operasional bank agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah (Syari‟ah Compliance).

7. Menetapkan limit untuk portofolio bank dan limit transaksional, seperti: Limit

pembiayaan, dan likuiditas.

8. Menerbitkan laporan portofolio pembiayaan setiap bulan untuk memberikan

informasi mengenai perkembangan portofolio dan kualitas pembiayaan.

Upaya yang terpenting yang dilakukan oleh pihak BPRS untuk meminimalisir

risiko, khususnya pada risiko pembiayaan adalah pengenalan nasabah yang dilakukan

pada awal nasabah mengajukan pembiayaan.101

Pengenalan nasabah ini merupakan

salah satu upaya untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penanaman dana

101

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2005), h.120.

Page 118: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

103

Bank Syari‟ah pada Aktiva Produktif. Pengurus Bank, dalam hal ini dilakukan oleh

Bagian Pembiayaan (Account Officer) wajib memantau dan mengambil langkah

antisipasi102

agar kualitas Aktiva produktif senantiasa dalam keadaan lancar. Oleh

karena itu, sebagaimana yang telah diterapkan pada bank pada umumnya yaitu pada

setiap pembiayaan diterapkan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam penyaluran

pembiayaan yang harus ditaati untuk memperlancar proses pembiayaan bank. Adapun

prinsip pembiayaan untuk pengenalan nasabah yang diterapkan pada BPRS Amanah

Ummah, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bpk. Dwi Mulyadi dan

dipertegas pula dalam pedoman pembiayaan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip 3R

a. Return Principle

Bank harus menilai apakah pembiayaan itu akan menghasilkan tambahan

pendapatan sehingga calon nasabah mampu memenuhi kewajibannya

untuk membayar pembiayaannya.

b. Repayment Capacity.

Kemampuan calon nasabah untuk membayar kembali pembiayaan tepat

pada waktunya.

c. Risk Bearing

Tingkat risiko yang dihadapi usaha yang dibiayai oleh bank.

102

Yang dimaksud dengan memantau adalah mengawasi perkembangan kinerja usaha nasabah

dari waktu ke waktu. Yang dimaksud dengan langkah-langkah antisipasi adalah melakukan tidakan

dan upaya pencegahan atas kemungkinan timbulnya kegagalan dalam penanaman dana.

Page 119: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

104

Selain prinsip 3R, BPRS Amanah Ummah juga mempunyai prinsip

pembiayaan 5C dan 4P, yaitu

Prinsip 4P, yaitu:

a. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian nasabah seperti riwayat hidupnya (kelahiran,

pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobinya, keadaan

keluarga (istri/suami, anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat serta

bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam), serta hal-hal lain yang erat

hubungannya dengan kepribadian nasabah.

b. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan pengguna kredit. Apakah akan

digunakannya untuk berdagang, berproduksi atau untuk membeli rumah. Dan apakah

tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit bank bersangkutan.

Misalnya, keperluan/tujuan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank

justru dalam bidang pertanian.

c. Prospect

Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau

kegiatan usaha si peminjam. Ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si

peminjam selama beberapa bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi

perdagangan, keadaan ekonomi /perdagangan sektor usaha si peminjam.

d. Payment

Page 120: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

105

Mengetahui bagaimana pembayaran kembali peminjaman yang akan diberikan. Hal

ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan

pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau

dari waktu serta jumlah pengambilannya.

Sedangkan prinsip 5C terdiri dari:

1. Character

Ini merupakan tolok ukur C yang paling penting. Yang dimaksud dengan character

disini ialah sifat atau watak dari calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan

keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari calon debitur benar-benar dapat

dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat

latar belakan pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti cara atau gaya hidup

yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial standingnya. Character

merupakan ukuran untuk menilai „kemauan‟ nasabah membayar kreditnya. Orang

yang memiliki karakter yang baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan

berbagai cara.103

2. Capacity

Yang dimaksud dengan capacity ini ialah kemampuan pimpinan perusahaan yang

mengajukan permohonan kredit dalam mengelola perusahaannya.

103

Soedijono Reksoprajitno, Pengantar Manajemen Bank Umum, (Jakarta: Gunadarma, 1999),

h. 103.

Page 121: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

106

3. Capital

Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah

terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Collateral

Yang dimaksud dengan pengertian collateral adalah jaminan dalam bentuk aktiva,

yang dalam artian bahwa apabila pihak peminjam tidak mampu memenuhi

kewajibannya, maka aktiva yang digunakan sebagai jaminan dijual dan hasil

penjualannya dipergunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut.

5. Conditions

Yang dimaksud dengan conditions disini adalah apa yang bisa disebut suasana dunia

usaha, yaitu istilah lain untuk keadaan perekonomian, khususnya dilihat dengan

menggunakan kacamata perusahaan.

Setelah dilakukan analisis prinsip pembiayaan atas nasabah, maka setelah

pembiayaan dicairkan, pihak BPRS tetap melakukan monitoring dan melaksanakan

manajemen risiko atas segala risiko yang sedang atau dimungkinkan terjadi dari

pembiayaan tersebut. Proses manajemen risiko ini disesuaikan dengan jenis

pembiayaan yang dilakukan, karena setiap pembiayaan memiliki karakter risiko

tersendiri yang berbeda dengan jenis pembiayaan yang lainnya. Pada BPRS Amanah

Ummah, yang melaksanakan proses manajemen risiko adalah bagian

pembiayaan/Account Officer karena pada BPRS ini belum dibentuk bagian/divisi

khusus yang menangani manajemen risiko pada BPRS. Hal ini dapat dilihat dari job

description dari AO itu sendiri, yaitu memiliki tugas dari mulai memproses

Page 122: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

107

pengajuan pembiayaan, melakukan analisis pembiayaan dengan tepat dan lengkap

sesuai dengan SOP dan mempresentasikan dalam rapat komite, menyelesaikan

pembiayaan bermasalah, melakukan manajemen atas risiko pembiayaan yang

dilakukan, mengembangkan pasar pembiayaan, dan melakukan monitoring atas

ketepatan alokasi dana serta ketepatan angsuran pembiayaan nasabah.104

Tugas AO

yang sedemikian banyak ini tetap dibantu oleh bagian Legal Officer, dan Kepala

Bidang Marketing karena memiliki unit kerja pada Bagian marketing.

Meskipun belum memiliki bagian khusus untuk melakukan proses manajemen

risiko, tetapi BPRS Amanah Ummah dapat mengatasi berbagai masalah dan risiko

yang dihadapi selama proses pembiayaan dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari telah

terbentuknya PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yaitu sebesar 5%

dari total pembiayaan yang digolongkan ke dalam kategori Lancar. Pembentukkan

PPAP ini dilakukan untuk mengatasi risiko kerugian atas kegagalan penanaman dana

yang dilakukan oleh Bank dan untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian atas aktiva

produktif yang ditanamkan pada nasabah.105

Dari pembentukkan PPAP tersebut,

digunakan untuk melakukan penghapusbukukan piutang yang digolongkan macet dan

manajemen beranggapan piutang tersebut tidak mungkin tertagih lagi. Meskipun telah

dilakukan berbagai upaya untuk meminimalkan risiko, khusunya risiko kredit

(pembiayaan) penghapusbukuan merupakan hal yang lazim dilakukan oleh

perbankan, karena berbagai macam hal. Meskipun demikian, sistem perbankan yang

104

BPRS Amanah Ummah, Job Description Account Officer, (Bogor: BPRS Amanah Ummah,

2009), h.3 105

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h.127.

Page 123: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

108

baik adalah Bank yang telah mempersiapkan pengcover-an penghapusbukuan ini.

Pada tahun 2010, penghapusbukuan telah dilakukan pada piutang murabahah sebesar

Rp. 142.070.000, sedangkan untuk piutang lain, seperti piutang Istishnâ„ belum

pernah terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen risiko atas pembiayaan

Istishnâ„ sudah cukup baik, mengingat risiko dari pembiayaan Istishnâ„ cukup

kompleks.

Selain dilihat dari telah dibentuknya PPAP, apabila dilihat dari tingkat

keuntungan dan laba yang diperoleh BPRS Amanah Ummah pada tahun 2010 sebesar

Rp. 1.713.506.418,- naik dari tahun 2009, yaitu sebesar Rp. 1.433.922/787.106

Dari

tingkat laba yang diperoleh, dapat kita garis bawahi bahwasannya BPRS Amanah

Ummah telah dapat mengelola pembiayaan yang dilakukan, sehingga risiko-risiko

yang dihadapi juga dapat diatasi dan diminimalisir.

Pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah,

meskipun sampai dengan tahun 2011 baru ada 10 nasabah yang mengajukan, tetapi

dilihat dari jumlah dana yang disalurkan untuk pembiayaan Istishnâ„ ini cukup

banyak, yaitu berada pada posisi ketiga terbanyak, setelah pembiayaan murabahah

dan mudharabah. Selain itu, BPRS Amanah Ummah selama melaksanakan

pembiayaan ini, yaitu dari tahun 2008 telah dihadapkan pada berbagai macam risiko,

mulai dari risiko nasabah, risiko yang bersumber dari bank itu sendiri, dari pihak

developer, sampai pada risiko dari luar subyek akad. Dengan demikian, manajemen

risiko atas pembiayaan Al- Istishnâ„ ini pun harus diperhatikan. Dapat dilihat dari

106

BPRS Amanah Ummah, Laporan tahunan 2010, h. 14.

Page 124: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

109

belum adanya nasabah pembiayaan Istishnâ„ yang mengalami penghapusbukuan,

semua rumah yang dipesan nasabah telah selesai dibangun, dan masih lancarnya

pembayaran angsuran yang dilakukan nasabah, maka dapat dikatakan proses

manajemen risiko atas akad Istishnâ„ ini telah dilakukan secara baik, meskipun pada

perjalanannya terdapat banyak sekali kendala dan risiko yang dihadapi, namun pihak

BPRS telah sanggup untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai risiko tersebut.

Page 125: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembiayaan Al- Istishnâ„ yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah

merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk kepemilikan sebuah rumah bagi

nasabah berdasarkan spesifikasi dan kriteria yang diinginkan nasabah. Akad

Istishnâ„ yang di dunia perbankan syariah, khususnya pada BPRS Amanah

Ummah adalah Istishnâ„ paralel yang melibatkan pihak bank, nasabah, dan

pihak developer/pengembang sebagai pihak yang membangunkan rumah bagi

nasabah.

2. Manfaat yang dapat dirasakan dari pembiayaan Istishnâ„ ini adalah bagi bank

penyelenggara akan mendapatkan keuntungan dari margin yang telah disepakati

dan sebagai diversifikasi produk pembiayaan, bagi nasabah akan mendapatkan

rumah sesuai dengan keinginan dan kriteria yang diinginkan sedangkan bagi

pihak kontraktor/developer, akad Istishnâ„ dapat dijadikan sarana untuk

mendapatkan keuntungan dari harga rumah yang disepakati. Akan tetapi, dari

sistem akad Istishnâ„ yang terdapat 3 pihak yang terlibat juga terdapat

kemungkinan terjadinya risiko yang akan dihadapi oleh BPRS pun akan semakin

besar.

3. Proses manajemen risiko BPRS Amanah Ummah dilakukan oleh Account Officer

yang dibantu oleh bagian Marketing yang lain, yaitu bagian Legal Officer dan

110

Page 126: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

111

Kabag Marketing disesuaikan dengan sumber penyebab terjadinya risiko, yaitu

risiko yang bersumber dari nasabah, dari pihak developer dan dari pihak bank itu

sendiri. Selama proses manajemen risiko akad Al-Istishnâ„ dilaksanakan, dapat

dikatakan bahwa BPRS Amanah Ummah telah mampu untuk menghadapi dan

meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari akad Al-Istishnâ„ ini.

B. Saran

1. Risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah dalam pembiayaan Al-

Istishnâ„ sebagian besar merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya

pembiayaan angsuran nasabah yang macet (kredit macet) dan dapat pula

disebabkan oleh faktor dari developer yang dapat merugikan bank. Oleh karena

itu, diperlukan adanya sikap kehati-hatian dalam proses identifikasi nasabah dan

pihak developer. Hal ini dikarenakan dari proses identifikasi yang meliputi

penilaian karakter, sikap, dan perilaku nasabah dan pihak developer-lah sebagai

faktor yang paling utama dari kelancaran proses pembiayaan Al-Istishnâ„ .

2. Pelaksanaan manajemen risiko untuk menghadapi dan meminimalisir risiko yang

timbul dari pelaksanaan pembiayaan, termasuk pada pembiayaan Al-Istishnâ„

pada BPRS Amanah Ummah dilaksanakan oleh bagian Account Officer yang

dibentu oleh bagian marketing lain. Menurut hemat penulis, maka sebaiknya

dibentuk bagian/divisi khusus untuk menangani dan melaksanakan manajemen

risiko, agar proses manajemen risiko lebih maksimal, walaupun pada prakteknya

proses manajemen risiko pada BPRS Amanah Ummah telah dilaksanakan dengan

baik

Page 127: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

112

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha

Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006.

Amirullah, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Antonio, Muhammad Syafi‟i, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema

Insani Press, 2009.

--------------, Bank Syariah: Wacana Ulama & Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute,

1999, cet.ke 1.

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, Jakarta: Pustaka Alvabet,

2006.

Ascarya, Akad &Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Ayat, Syafri, Manajemen Risiko, Jakarta: Gema Akastri, 2003.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).

Darmawi, Herman, Manajemen Risiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Djohanoputro, Bramantyo, Manajemen Risiko Terintegrasi, Jakarta: Penerbit PPM,

2006.

Djojosoedarso, Soeisno, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta:

Salemba Empat, 2003.

Page 128: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

113

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta:

DSN, 2003.

Ghozali, Imam, Manajemen Risiko Perbankan, Semarang: Pusat Penerbit Universitas

Diponegoro, 2007.

Herujito, Yayat M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grasido, 2001.

Idroes, Ferry N, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel

dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta: Graha ilmu, 2006.

--------, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan

Basel II, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2008.

Indonesia, Bank, Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil

Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah, Jakarta: Direktorat Perbankan

Syariah, 2006.

--------------, Standarisasi Akad Produk Bank Syariah: Ijarah, IMBT, Salam, dan

Istishna‟, Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006.

Karim, Adiwarman A, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Rajawali

Press, 2008.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

--------------, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Khan, Tariqullah, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Marbun, BN, Kamus Manajemen, Jakarta: CV Muliasari, 2003.

Page 129: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

114

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:Remaja Rosdakarya,

2005.

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2002.

--------------, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2005.

Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, cetakan

ke- 14, Jakarta: Pustaka Progresif, 1997.

Nasional, Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2005.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Reksoprajitno, Soedijono, Pengantar Manajemen Bank Umum, Jakarta: Gunadarma,

1999.

Rifa‟i, Moh., Konsep Perbankan Syariah, Semarang: Wicaksana, 2002.

Rivai, Veithzal, Bank and Financial Institution Management Conventional and

Sharia System, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

--------------, Islamic Financial Management, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Robbins, Stephen P, Management Sixth edition Edisi Bahasa Indonesia, Penerjemah

T. Hermaya, (Jakarta: Prenhallindo, 1999).

Page 130: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

115

Rumidi, Sukandar, Metodologi Penelitian (petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula),

(Yogyakarta: UGM Press, 2004), h.100.

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid 12, cetakan

ke-5, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1995,.

Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, Jakarta: Bumi

Aksara, 2000.

Subana, M, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2007.

Susilo, Leo J., Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Non

Perbankan, Jakarta: PPM Manajemen, 2010.

Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

Ummah, BPRS Amanah, Laporan tahunan 2010, Bogor: BPRS Amanah Ummah,

2010.

-------------, Surat Keputusan Komisaris-Direksi BPRS Amanah Ummah tentang Tea

Komite Pembiayaan BPRS Amanah Ummah, Bogor: BPRS Amanah Ummah,

2011.

--------------, Pedoman Pembiayaan, Bogor: BPRS Amanah Ummah, 2010.

Zulhaili, Wahbah, Fiqh Muamalat Perbankan Syariah Kapita Selekta Al-Fiqhu Al-

Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Bank Mu‟amalat Indonesia, 1999.

Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul

Hakim, 2004.

Page 131: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

116

Rujukan Dari Internet

Anonimous, “Bagaimana Perkembangan Industri Perbankan Syariah Saat Ini”, artikel

diakses pada 30 Desember 2010 dari http://bataviase.co.id/node/282552.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas

Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari

http: //www.bi.go.id.

-------------, Pedoman Standar Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada

tanggal 5 Januari 2011 dari http: www.bpkp.go.id

-------------, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011

dari http: //www.bi.go.id.

Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah, artikel diakses pada Desember

2010 dari http://hendrowibowo.niriah.com/2010/04/26/manajemen-risiko-

bank-syariah/.

Widigdo Sukarman, Risk Management, Suatu Kebutuhan bagi Pengelolaan

Perbankan yang Sehat, Jurnal diakses pada 7 Januari 2011 dari http: //e-

jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id/files/WidigdoSukarman_RiskManagement.pdf.

Page 132: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

117

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Dwi Mulyadi, SE

Jabatan : Bagian Account Officer (AO)/Pembiayaan

Tempat : BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor

Waktu : 6 April 2011

1. Dari produk pembiayaan yang terdapat pada BPRS Amanah Ummah, pembiayaan

apa yang paling banyak dilakukan oleh BPRS sampai sekarang? Apa alasannya?

Sampai sekarang, produk yang paling banyak disalurkan oleh BPRS Amanah

Ummah adalah produk jual beli/ murabahah, yaitu sampai sebesar 87% dari total

pembiayaan.

2. Bagaimana mekanisme pembiayaan Al-Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah?

Mekanisme pembiayaan istishna yang dilaksanakan di BPRS Amanah Ummah

adalah:

5. Pertama-tama nasabah datang ke BPRS untuk melakukan pembiayaan Istishnâ„.

Sebelum BPRS menyetujui untuk memberikan fasilitas akad Istishnâ„, pihak

BPRS meminta nasabah untuk melengkapi persyaratan pembiayaan. Selanjutnya

pihak bank mewawancarai nasabah, guna mengetahui karakter, keadaan

ekonomi nasabah, dan lain-lain. Sambil memproses syarat-syarat pembiayaan,

pihak BPRS merapatkannya dengan team komite pembiayaan untuk memutuskan

apakah pembiayaan nya dapat direalisasikan atau tidak.

Page 133: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

118

6. Setelah itu, pihak bank menanyakan spesifikasi dan kriteria rumah yang

diinginkan nasabah seperti lokasi pembangunan rumah, merk semen, ukuran

rumah, jenis batu bata, fondasinya seperti apa, dll. Untuk lokasi perumahan,

nasabah bisa mengajukan sendiri lokasi tanah yang dimaksud, atau nasabah

dapat meminta bank untuk mencarikan lokasi perumahan untuk nasabah. Tetapi,

selama pembiayaan ini dilakukan, lokasi perumahan yang dijadikan obyek

istishna dan sudah mengadakan kerjasama dengan BPRS adalah berada di 2

lokasi, yaitu perumahan Permata, dan perumahan Cendo Indah di Leuwiliang.

7. Lalu pihak bank menunjuk seorang developer/pengembang untuk membuatkan

rumah yang disertai kriteria dan spesifikasi sesuai keinginan nasabah. Pihak

nasabah juga bisa mengajukan sendiri pihak developer nya (sesuai dengan

keinginan nasabah). Tetapi sejauh ini pihak bank lah yang menunjuk

developer/pengembang yang sudah dikenal oleh pihak bank, yaitu developer dari

kedua perumahan tersebut dan telah disetujui oleh nasabah. Setelah itu, pihak

Bank memberi tahu kepada pihak developer spesifikasi rumah yang diinginkan,

selanjutnya pihak developer menaksir harga dari rumah tersebut.

8. Setelah diketahui kisaran harga rumah tersebut, dan pihak BPRS menyetujui

akan maka pihak bank memberitahukan kepada nasabah mengenai harga

rumahnya, lalu diadakan kesepakatan antara bank dan nasabah untuk biaya

angsuran per bulannya, uang muka, dll.

Page 134: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

119

9. Untuk pembayaran uang muka, maka nasabah membayar uang muka sebesar

30% dari total harga rumah, dengan kata lain pihak bank hanya dapat

membiayai sekitar 70% dari total harga rumah.

10. Setelah terjadi kesepakatan, maka rumah yang dipesan mulai dikerjakan oleh

pihak developer dengan jangka waktu yang telah disepakati.

11. Setelah rumah selesai dibangun, maka rumah langsung dapat dihuni oleh

nasabah, tetapi untuk surat-suratnya masih berada di pihak bank sampai masa

akad selesai.

3. Sudah berapa lama pembiayaan ini dilaksanakan? Dan bergerak di bidang apa saja

kah akad Istishnâ„ yang dilaksanakan di BPRS Amanah Ummah?

Pembiayaan Istishnâ„ sudah berjalan dari tahun 2008, jadi sudah tahun ke-3

berjalan, dan pembiayaan Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah baru bergerak di

bidang pemesanan rumah saja, untuk bidang properti yang lain belum ada.

4. Sudah berapa banyak nasabah yang mengajukan pembiayaan Istishnâ„ ini?

Sampai saat ini, baru 10 (sepuluh) orang nasabah. Dari kesebelas nasabah tersebut,

rumah sudah jadi, ada yang sudah selesai akad, dan ada juga nasabah yang akad

nya masih berlangsung karena masih tahap pembayaran angsuran.

5. Untuk pembiayaan Istishnâ„ yang telah dijalankan, rata-rata di daerah mana lokasi

rumahnya?

Seluruhnya berada di sekitar kecamatan Leuwiliang saja, belum ada yang

mengajukan pembiayaan dari yang lokasinya jauh dari BPRS. Dan selama akad ini

Page 135: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

120

dilakukan, baru terdapat dua lokasi perumahan yang pihak developer-nya juga telah

dikenal oleh BPRS, yaitu perumahan Permata dan Cendo Indah di Leuwiliang.

6. Berapakah nilai minimum dan maksimum pembiayaan yang disalurkan kepada

nasabah dalam pembiayaan Istishnâ„? dan Berapa lama batas waktu dalam

pembiayaan istishna‟?

Untuk nilai minimal tidak ada, tetapi untuk maksimum pembiayaan yang diajukan

adalah Rp. 800 juta. Rata-rata yang mengajukan pembiayaan istishna‟ ini adalah Rp.

100 juta, ada yang kurang dari Rp 100 juta, ada juga nasabah yang lebih dari Rp.

100 juta. Batas waktu untuk akad pembiayaan Istishnâ„ ini adalah maksimal 7 tahun.

7. Bagaimana penetapan margin keuntungan Bank dalam pembiayaan istishna ini?

Penetapan margin keuntungan bank tidak bersifat tetap (fixed) tetapi berdasarkan

pada kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Tetapi kalau disetarakan

dengan presentase, rata-rata untuk pembiayaan Istishnâ„ ini tidak melebihi 1.1%

perbulan nya. Tetapi pada intinya kesepakatan antara nasabah dan Bank lah yang

dijadikan patokan. Apabila nasabah kurang setuju dengan margin yang ditawarkan

Bank, maka Bank bisa saja mengurangi margin nya.

8. Persyaratan apa saja yang diajukan bank kepada nasabah yang akan melakukan

pembiayaan Istishnâ„ ini?

Persyaratan yang diajukan bank kepada nasabah pembiayaan Istishnâ„ adalah sama

dengan persyaratan kepada nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan yang

lainnya, seperti fotocopy slip gaji, dll yang terdapat dalam form pengajuan

pembiayaan.

Page 136: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

121

9. Untuk masalah jaminan, apa saja jaminan yang harus disediakan oleh nasabah untuk

pembiayaan Istishnâ„ ini?

Mengenai jaminan, rumah yang dipesan adalah jaminan utamanya. Pada saat rumah

sudah jadi, maka surat-surat/sertifikat rumah disimpan dulu di bank sebagai jaminan

sampai masa perjanjian/akad Istishnâ„ selesai (sampai pembayaran angsuran lunas).

Tetapi nasabah juga bisa mengajukan jaminan lain, misalnya BPKB mobil, dengan

syarat nilai dari BPKB tersebut dapat meng-cover total pembiayaan (melebihi total

pembiayaan)

10. Selama pembiayaan Istishnâ„ dilakukan, apakah ada permasalahan/risiko yang telah

dihadapi oleh pihak BPRS? Apa saja kah risiko tersebut?

Selama pembiayaan istishna‟ berlangsung, telah terjadi permasalahan/risiko,

seperti:

3. Adanya keluhan dari nasabah mengenai rumah yang telah jadi. Terdapat

nasabah yang mengeluh/protes karena rumah yang baru ditempati 2 bulan

atapnya sudah bocor, rumah yang dipesan tidak sesuai dengan keinginan

nasabah, dll.

4. Adanya pembayaran angsuran pembiayaan nasabah yang macet yang

disebabkan karena faktor internal dari nasabah itu sendiri.

11. Selain risiko yang telah terjadi pada pembiayaan Al- Istishnâ„ apakah ada

kemungkinan risiko lain yang akan muncul dari pembiayaan Al- Istishnâ„?

Risiko pada setiap akad yang dilakukatn pasti ada, tergantung dari jenis pembiayaan

itu sendiri. Sedangkan pada pembiayaan Istishna ini terdapat 3 pihak yang terlibat,

Page 137: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

122

yaitu pihak bank, nasabah dan pihak developer. Jadi, terjadinya risiko juga pasti

berasal dari ketiga itu, ditambah mungkin dari faktor eksternal seperti bencana

alam. Misalnya dari pihak developer, bisa saja data yang dilaporkan ke pihak BPRS

itu adalah laporan palsu, atau bisa saja pihak developer itu kabur. Atau bisa saja

terjadi kesalahan dari dalam BPRS itu sendiri, seperti penilaian nasabah yang tidak

obyektif, dan lain-lain.

12. Siapakah yang berwenang untuk mengelola risiko yang dihadapi oleh bank?

Jawab:

Pihak yang mengelola risiko pembiayaan di BPRS Amanah Ummah adalah Accout

Officer (AO) dan bagian lain yang termasuk ke dalam bidang marketing, jadi tidak

ada divisi khusus yang mengelola risiko yang terjadi. AO di BPRS Amanah Ummah

memiliki tanggung jawab sepenuhnya atas berlangsungnya pembiayaan, dari mulai

nasabah mengajukan pembiayaan, risiko yang dihadapi, sampai nasabah

menyelesaikan akad pembiayaan tersebut.

13. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan risiko itu terjadi?

Faktor-faktor dari penyebab terjadinya risiko adalah pasti bersumber dari pihak

yang melakukan akad pembiayaan. Untuk pembiayaan Al- Istishnâ„ pastilah risiko

tersebut bisa datang dari internal bank, nasabah, developer. Misalnya, pernah

terjadi risiko pada pembiayaan Al- Istishnâ„:

a. Untuk rumah yang baru selesai, tiba-tiba ada keluhan kerusakan maka itu

dimungkinkan adanya kesalahan dari pihak developer.

Page 138: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

123

b. Untuk pembayaran angsuran yang macet, berasal dari faktor internal

nasabah, seperti gangguan cash-flow (keuangan) nasabah, dan ada juga

faktor masalah pribadi yang lain, seperti terjadi perceraian sehingga tidak

dapat melanjutkan angsuran pembiayaan.

14. Apabila di tengah-tengah masa akad harga bahan bangunan naik, maka itu tanggung

jawab Bank atau developer?

Apabila terjadi demikian, maka itu tanggung jawab developer, karena pada masa

awal akad sudah disepakati harga. Tetapi selama pembiayaan ini dilakukan, belum

terjadi kasus seperti itu karena rentan waktu pembangunan hanya berkisar 3 bulan.

15. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh pihak manajemen BPRS Amanah Ummah

dalam Proses manajemen risiko?

Proses manajemen risiko yang dilaksanakan oleh BPRS Amanah Ummah dalam

menghadapi risiko pembiayaan melalui berbagai tahapan yang seluruhnya

dilaksanakan oleh bagian pembiayaan. tetapi tahapan yang paling penting dan

mendasar adalah tahapan pertama, yaitu tahapan pengenalan/identifikasi karakter

dan kondisi nasabah.

Langkah-langkah yang ditempuh Bank dalam proses manajemen risiko pembiayaan

Al- Istishnâ„ antara lain adalah:

1. Pada saat nasabah pertama kali datang ke Bank untuk mengajukan

pembiayaan, maka aspek 5C sangat diperhatikan untuk meminimalkan risiko.

2. Untuk meminimalkan risiko, maka pihak bank menunjuk pihak developer yang

telah dikenal.

Page 139: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

124

3. Bank membayar biaya pembangunan rumah secara bertahap kepada

developer

4. Bank terjun langsung ke developer (melihat secara langsung progress dari

pembangunan rumah tersebut)

5. Bank meminta laporan dari pihak developer atas progress pembangunan

rumah tersbeut secara bertahap.

6. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran sampai batas waktu

maksimal (4 bulan berturut-turut), maka pihak bank akan melakukan tindakan

sebagai berikut:

1) Mengirimkan surat panggilan kepada nasabah, apabila surat panggilan

tersebut tidak diindahkan, maka dilanjutkan ke tahap ke-2.

2) Mengirimkan surat peringatan kepada nasabah untuk segera melunasi

cicilan angsran.

3) Apabila kedua surat tersebut tidak ada hasilnya, maka nasabah harus

menandatangani surat pernyataan pemindah tangan an rumah (take over)

kepada pihak lain, dengan kata lain, pihak bank menjual kembali rumah

tersebut kepada pihak lain.

Apabila terjadi take over, maka uang muka, ditambah angsuran pokok

(tidak beserta margin) yang telah dibayarkan nasabah dikembalikan

kepada nasabah, dan angsuran selanjutnya di lanjutkan oleh pihak lain

yang membeli rumah.

Page 140: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

125

7. Apabila terjadi keluhan dari nasabah mengenai rumah yang sudah jadi, maka

diadakan garansi atas rumah tersebut berkisar 3-6 bulan, itu menjadi

tanggung jawab pihak developer. Maka apabila ada keluhan sampai dengan

batas waktu tersebut, maka nasabah dapat langsung mengajukan protes, dan

developer langsung memperbaikinya.

16. Bagaimana kerangka kerja manajemen risiko tersebut?

Pada BPRS Amanah Ummah, tidak ada kerangka kerja manajemen risiko secara

terstruktur, tetapi pihak Bank lebih menitik beratkan kepada pelaksanaan manajemen

risiko untuk meminimalisir/untuk menghadapi risiko yang ada. Jadi, apabila terjadi

risiko/permasalahan, maka pihak Bank langsung menempuh langkah-langkah untuk

mengantisipasi risiko tersebut.

17. Apakah langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank dalam menghadapi risiko istishna

sama dengan pembiayaan yang lainnya?

Langkah-langkah yang dilakukan Bank dalam menghadapi risiko adalah sama

dengan langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk pembiayaan yang lainnya,

hanya saja pada pembiayaan Istishna‟ ini agak berbeda karena adanya pihak

developer/pengembang, jadi langkah-langkah untuk mengatasi risiko nya disesuaikan

dengan akad dan kebutuhan. Upaya pencegahan yang dilakukan yang dilakukan

yaitu dengan melakukan tahapan pertama kali nasabah melakukan pembiayaan,

yaitu pada proses pengenalan dan identifikasi nasabah. Hal ini menjadi sangat

penting karena sebagian besar risiko pembiayaan adalah berasal dari nasabah,

Page 141: MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21881/1/RISA... · Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada . Nabi . Muhammad

126

sehigga karakter nasabah lah yang menjadi acuan pertama kali untuk proses

kelancaran pembiayaan.

18. Apa peran DPS dalam proses manajemen risiko ini?

DPS tidak berperan langsung kepada manajemen risiko pembiayaan, yang terjun

langsung ke dalam proses pengelolaan risiko ini adalah pihak AO. DPS hanya

bertugas untuk mengawasi kesyariah an dari produk-produk yang dilaksanakan di

BPRS.