risa zakiatul h. teknik, hambatan dan solusi dalam pendidikan inklusif

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang pendidikan inklusi adalah konsep pendidikan yang merangkul semua anak tanpa kecuali. Inklusi berasumsi bahwa hidup dan belajar bersama adalah suatu cara yang lebih baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak-anak yang diberi label sebagai anak yang memiliki suatu perbedaan. Inklusi dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab dan merespon keragaman di antara semua individu melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya dan masyarakat, dan mengurangi ekslusi baik dalam maupun dari kegiatan pendidikan. Inklusi melibatkan perubahan dan modifikasi isi, pendekatan, struktur dan strategi, dengan suatu visi bersama yang meliputi semua anak yang berada pada rentangan usia yang sama dan suatu keyakinan bahwa inklusi adalah tanggung jawab sistem regular yang mendidik semua anak (UNESCO, 2003). Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang memperhatikan bagaimana mentransformasikan sistem pendidikan sehingga mampu merespon keragaman siswa. Pendidikan inklusi bertujuan dapat memungkinkan guru dan siswa untuk merasa nyaman dengan keragaman dan melihatnya sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar, dan pada suatu problem. Dalam impelementasinya pendidikan inklusi memiliki teknik

Upload: risa-zakiatul

Post on 14-Apr-2017

674 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pendidikan inklusi   adalah konsep pendidikan yang merangkul semua anak

tanpa kecuali. Inklusi berasumsi bahwa hidup dan belajar bersama adalah suatu

cara yang lebih baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang,

bukan hanya anak-anak yang diberi label sebagai anak yang memiliki suatu

perbedaan. Inklusi dapat dipandang sebagai suatu proses untuk menjawab dan

merespon keragaman di antara semua individu melalui peningkatan partisipasi

dalam belajar, budaya dan masyarakat, dan mengurangi ekslusi baik dalam

maupun dari kegiatan pendidikan. Inklusi melibatkan perubahan dan modifikasi

isi, pendekatan, struktur dan strategi, dengan suatu visi bersama yang meliputi

semua anak yang berada pada rentangan usia yang sama dan suatu keyakinan

bahwa inklusi adalah tanggung jawab sistem regular yang mendidik semua anak

(UNESCO, 2003). Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang

memperhatikan bagaimana mentransformasikan sistem pendidikan sehingga

mampu merespon keragaman siswa. Pendidikan inklusi   bertujuan dapat

memungkinkan guru dan siswa untuk merasa nyaman dengan keragaman dan

melihatnya sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar, dan

pada suatu problem. Dalam impelementasinya pendidikan inklusi memiliki teknik

yang harus dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Seperti apa teknik yang seharusnya dilakukan dalam pembelajaran di Sekolah

Inklusi? Semuanya akan penulis bahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pelaksanaan pendidikan inklusif di Sekolah Dasar

2. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di Sekolah

Dasar

3. Bagaimana solusi dari hambatan pelaksanaan pendidikan inklusif di

Sekolah Dasar

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan pendidikan inklusif di Sekolah

Dasar

Page 2: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

2

2. Untuk menjelaskan hambatan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di

Sekolah Dasar

3. Untuk mengetahui solusi dari hambatan pelaksanaan pendidikan inklusif

di Sekolah Dasar

D. Metoda Penulisan

Makalah ini disusun dengan menggunakan metoda studi literature serta

pencarian informasi dari berbagai sumber baik media cetak maupun media

elektronik.

E. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini mempunyai 2 manfaat yaitu manfaat teoritis dan

manfaat prkatis. Adapun manfaat teoritis dari penulisan makalah ini adalah:

1. Pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan

pengetahuan inklusi

2. Memberikan pengetahuan faktual tentang teknik, hambatan serta solusi

dalam implementasi pendidikan inklusi di Sekolah Dasar

Sedangkan manfaat praktis dari penulisan makalah ini adalah :

1. Pendidik atau calon pendidik

Menambah wawasan tentang teknik, hamabatan dan solusi dalam

pelaksanaan pendidikan inklusi

2. Peserta didik

Memenuhi kebutuhan dengan pelayanan yang sesuai

3. Orangtua

Menerapkan teknik pembelajaran inklusi ketika anak belajar di rumah

agar pembelajaran di rumah bisa efektif

4. Penulis

Sebagai pengembangan khazanah keilmuan antara teori dan praktis yang

terjadi di lapangan serta mendapatkan kesimpulan dalam implementasi

pendidikan inklusi di Sekolah Dasar

Page 3: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

3

BAB IIPEMBAHASAN

A. Teknik Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar

Istilah teknik secara umum dapat diartikan sebagai metode atau sistem dalam

mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam pendidikan istilah teknik diartikan

sebagai suatu cara yang dilakukan untuk memberikan nilai, ilmu, pemahaman,

serta konsep-konsep yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, kemampuan,

wawasan, serta ilmu pengetahuan yang berguna bagi individu maupun masyarakat

luas. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diatarik kesimpulan bahwa tujuan

dari teknik pembelajaran adalah hal yang positif dimana memberikan manfaat

bagi yang menerima pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran teknik diartikan

sebagai cara khusus dalam penggunaan metode.

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik-

buruknya mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu kegiatan

belajar-mengajar. Bila mutu lulusanya bagus dapat diproduksi bagus mutu

kegiatan belajar-mengajarnya juga bagus atau sebaliknya, bila mutu kegiatan

belajar-mengajarnya bagus, maka mutu lulusannya juga akan bagus. Guru

Sekolah Dasar selama ini disiapkan untuk mengajar siswa-siswi yang ada di SD.

Pada umumnya para siswa di SD adalah anak-anak normal yang tidak memiliki

kelainan/penyimpangan yang signifikan baik dalam segi fisik, Intelektual, sosial,

emosional, atau sensoris. Mereka pada umumnya memiliki kondisi fisik,

intelektual, sosial, emosional, atau sensoris yang relatif homogen. Seiring dengan

kemajuan jaman, reformasi kelembagaan yang melayani anak berkelainan banyak

dilakukan. Pada masa-masa sebelumya bentuk kelembagaan yang melayani

pendidikan bagi anak berkelainan masih banyak yang bersifat segregasi atau

terpisah dari masyarakat pada umumnya. Tetapi memasuki akhir milenium dua,

misi dan visi kelembagaan sudah cenderung kepada bentuk integrasi.

Ada dua kelompok Anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu: ABK temporer

(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer

meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling

bawah, anak-anak jalanan (anjal), Anak-anak korban bencana alam, anak-anak di

daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban

Page 4: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

4

HIV-AIDS. Sedangakan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-

anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD,

(Attention Deficiency and Hiperactivity Disoders), anak berkesulitan belajar, anak

berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di

Indonesia diperlukan teknik-teknik dalam melayani kebutuhan ABK. pendidikan

inklusi   adalah konsep pendidikan yang merangkul semua anak tanpa kecuali.

Inklusi berasumsi bahwa hidup dan belajar bersama adalah suatu cara yang lebih

baik, yang dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak-

anak yang diberi label sebagai yang memiliki suatu perbedaan.

Pendidikan inklusi berkenaan dengan aktivitas memberikan respon yang sesuai

kepada spektrum yang luas dari kebutuhan belajar baik dalam setting pendidikan

formal maupun nonformal. Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang

memperhatikan bagaimana mentransformasikan sistem pendidikan sehingga

mampu merespon keragaman siswa. Pendidikan inklusi   bertujuan dapat

memungkinkan guru dan siswa untuk merasa nyaman dengan keragaman dan

melihatnya sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar, dan

pada suatu problem. Pearpoint and Forest (1992) dalam Mudjito, (2005)

menjelaskan nilai penting yang melandasi suatu sekolah inklusi adalah

penerimaan, pemilikan, dan asumsi lain yang mendasari sekolah inklusi adalah,

bahwa mengajar yang baik adalah mengajar yang penuh gairah, yang mendorong

agar setiap anak dapat belajar, memberikan lingkungan yang sesuai, dorongan,

dan aktivitas yang bermakna. Sekolah inklusi   mendasarkan kurikulum dan

aktivitas belajar harian pada sesuatu yang dikenal dengan mengajar dan belajar

yang baik. Akhirnya dapat dirumuskan bahwa pendidikan inklusi   adalah proses

pendidikan yang memungkinkan semua anak berkesempatan untuk berpartisipasi

secara penuh dalam kegiatan kelas reguler, tanpa memandang kelainan, ras, atau

karakteristik lainnya.

Dibawah ini beberapa teknik yang bisa dilakukan guru dalam melaksanakan

pembelajaran:

1. Teknik pembelajaran bagi anak berkelainan penglihatan (tunanetra)

Page 5: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

5

Ditinjau dari ketajaman untuk melihat bayangan benda anak tunanetra

dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

a. Anak yang mengalami kelainan penglihatan yang mempunyai

kemungkinan dikoreksi dengan penyembuhan pengobatan atau alat

optik tertentu. Anak yang termasuk dalam kelompok ini tidak

dikategorikan dalam anak tunanetra sebab ia dapat menggunakan

fungsi penglihatan dengan baik untuk kegiatan belajar. Teknik

pembelajaran yang dibutuhkan oleh anak pada kelompok ini adalah

sama seperti anak normal lainnya namun dibutuhkan alat bantu

penglihatan.

b. Anak yang mengalami kelainan penglihatan, meskipun dikoreksi

dengan pengobatan atau alat optik tertentu masih mengalami kesulitan

mengikuti kelas regular sehingga diperlukan kompensasi pengajaran

untuk mengganti kekurangannya. Anak yang mengalami kelainan

penglihatan dalam kelompok dua dapat dikategorikan sebagai anak

tunanetra ringan sebab ia masih bisa membedakan bayangan. Dalam

praktek percakapan sehari-hari anak yang masuk dalam kelompok ke

dua ini lazim disebut anak tunanetra sebagian (partially seeing-

children). Teknik pembelajaran yang dibutuhkan oleh anak pada

kelompok ini adalah dengan menggunakan alat bantu belajar yaitu

huruf braille.

c. Anak yang mengalami kelainan penglihatan yang tidak dapat

dikoreksi dengan pengobatan atau alat optik apapun, karena anak

tidak mampu lagi memanfaatkan indra penglihatannya. Ia hanya dapat

dididik melalui saluran lain selain mata. Dalam percakapan sehari-hari

anak yang memiliki kelainan penglihatan dalam kelompok ini dikenal

dengan sebutan buta (tunanetra berat). Teknik pembelajaran yang

dibutuhkan oleh anak pada kelompok ini adalah dengan menggunakan

alat bantu belajar yaitu huruf braille.

Braille adalah sejenis sistem catatan sentuh yang dipakai oleh tuna netra.

sistem ini diciptakan oleh seorang berkebangsaan perancis yang bernama louis

braille yang tuna netra dikarenakan kebutaan pada saat kecil. saat berumur 15 th.,

Page 6: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

6

braille membuat satu catatan tentara untuk meringankan tentara membaca saat

gelap. catatan ini diberi nama huruf braille. tetapi saat itu braille tidak memiliki

huruf w.

Dibawah ini adalah contoh huruf Braille yang digunakan oleh anak tunanetra

dalam pembelajaran :

2. Teknik pembelajaran bagi anak berkelainan pendengaran

(tunarungu)

Ditinjau dari kepentingan tujuan pendidikannya, secara terinci anak

tunarungu dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

a. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB

(slight losses)

Ciri-ciri anak tunarungu kehilangan pendengaran pada rentangan

tersebut antara lain:

1) Kemampuan mendengar masih baik karena masih berada di

garis batas antara pendengaran normal dan kekurangan

pendengaran taraf ringan.

Page 7: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

7

2) Tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat

mengikuti sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu

diperhatikan, terutama harus dekat dengan guru.

3) Dapat belajar berbicara secara efektif dengan melalui

kemampuan pendengarannya.

4) Perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasa nya

supaya perkembangan bicara dan bahasanya tidak terhambat.

5) Disarankan yang bersangkutan menggunakan alat bantu dengar

untuk meningkatkan ketajaman daya pendengarannya. Umtuk

kepentingan pendidikannya pada anak tunarungu kelompok ini

cukup hanya memerlukan latihan membaca bibir untuk

pemahaman percakapan.

b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB

(mild losses)

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada rentang tersebut

antara lain:

1) Dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat.

2) Tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya.

3) Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah

4) Kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya,

jika berada pada posisi tidak searah dengan pandangannya

(berhadapan).

5) Untuk menghindari kesulitan bicara perlu mendapatkan

bimbingan yang baik dan intensif.

6) Ada kemungkinan dapat mengikuti sekolah biasa, namun

untuk kelas-kelas permulaan sebaiknya dimasukkan dalam

kelas khusus.

7) Disarankan menggunakan alat bantu dengar (hearing aid)

untuk menambah ketajaman daya pendengarannnya.

Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu

kelompok ini yaitu membaca bibir, latihan pendengaran,

latihan bicara, artikulasi, serta latihan kosakata.

Page 8: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

8

c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB

(moderate losses)

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut

antara lain:

1) Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira

satu meter, sebab ia kesulitan menangkap percakapan pada

jarak normal.

2) Sering mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika ia

diajak bicara

3) Penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan

bicara, terutama pada huruf konsonan misalnya huruf

konsonan K atau G mungkin diucap menjadi T dan D.

4) Kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam

percakapan

5) Perbendaharaan kosakata sangat terbatas.

Kebutuhan pelayanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini

meliputi latihan artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata

serta perlu menggunakan alat bantu dengar untuk membantu

ketajaman pendengarannya.

d. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB

(severe losses)

Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut :

1) Kesulitan membedakan suara.

2) Tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda yang ada

disekitarnya memiliki getaran suara.

Kebutuhan layanan pendidikannya, perlu layanan khusus dalam

belajar bicara maupun bahasa, menggunakan alat bantu dengar, sebab

anak yang tergolong kategori ini tidak mampu berbicara spontan. Oleh

sebab itu, tunarungu ini disebut juga tunarungu pendidikan artinya

mereka benar-benar dididik sesuai dengan kondisi tunarungu. Pada

intensitas suara tertentu mereka terkadang dapat mendengar suaru

keras dari jarak dekat, seperti gemuruh pesawat terbang, gonggongan

Page 9: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

9

anjing, teter mobil, dan sejenisnya. Kebutuhan pendidikan anak

tunarungu kelompok ini perlu latihan pendengaran intensif, membaca

bibir dan latihan pembentukan kosakata.

e. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 75 dB keatas

(profoundly losses)

Ciri-ciri anak kehilangan pendengaran pada kelompok ini, ia

hanya dapat mendengar suara keras sekali pada jarak kira-kira 1

inchi (±2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar. Biasanya ia

tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi jika dekat

telinga. Anak tunarungu kelompok ini meskipun menggunakan

pengeras suara, tetapi tetap tidak dapat memahami atau

menangkap suara.

Kebutuhan layanan pendidikan anak tunarungu dalam kelompok

ini meliputi membaca bibir, latihan mendengar untuk kesadaran

bunyi, latihan membentuk dan membaca ujaran dengan

menggunakan metode-metode pengajaran yang khusus seperti

tactile kinesthetic, visualisasi yang dibantu dengan segenap

kemampuan indranya yang tersisa.

Abjad jari satu tangan

Page 10: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

10

3. Teknik pembelajaran bagi anak berkelainan mental subnormal

(tunagrahita)

Anak tunagrahita dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Anak tunagrahita mampu didik (debil)

Debil adalah anak tungrahita yang tidak mampu mengikuti pada

program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang

dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak

maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak

tunagrahita mampu didik antara lain:

1) Membaca, menulis, mengeja, dan berhitung

2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang

lain

3) Keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di

kemudian hari.

Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak

tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang

akademis, sosial, dan pekerjaan.

b. Anak tunagrahita mampu latih (imbecil)

Imbecil adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan

sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti

program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.

Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih

yang perlu diberdayakan, yaitu

1) Belajar mengurus diri sendiri, misalnya; makan, pakaian, tidur

atau mandi sendiri.

2) Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya.

3) Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja atau

di lembaga khusus.

Kesimpulannya anak tungrahita mampu latih berarti anak tungrahita

hanya dapat dilatih mengurus diri sendiri melalui aktifitas kehidupan

sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial kemsyarakatan menurut

kemampuannya.

Page 11: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

11

c. Anak tunagrahita mampu rawat (idiot)

Idiot adalah tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah

sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk

mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain.

dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat adalah anak

tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang

hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang

lain.

4. Teknik pembelajaran bagi anak berkelainan fungsi anggota tubuh

(tunadaksa)

Dilihat dari manifestasi yang tampak pada aktivitas motorik anak

tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Spasticity

Kondisi ini terjadi karena lapisan luar otak bidang piramida dan

beberapa kemungkinan bidang ekstra piramida yang berhubungan

dengan pengontrolan gerakan sadar tidak berfungsi sempurna.

b. athetosis

paralisis pastis (kejang lumpuh) terjadi karena luka atau gangguan

pada bidang piramida yang terletak pada lapisan luar area motorik.

Sedangkan athetosis penyebabnya adalah luka pada sistem ekstra

piramida yang terletak pada otak depan maupun tengah. Karakteristik

dari penderita athetosis adalah mengalami problema pada sejumlah

besar tangan, bibir, lidah, serta sejumlah kecil kaki.

c. Ataxia

Kondisi ataxia ini disebabkan oleh luka pada otak kecil yang terletak

di bagian belakang kepala yang bekerja sebagai pengontrol

keseimbangan dan koordinasi pada kerja otak.

d. Tremor dan Regidity

Tremor dan rigidity mirip dengan athetosis disebabkan oleh luka pada

sistem ekstra piramida dalam kondisi ini anak masih dapat melakukan

aktifitas sesuai dengan tujuannya walaupun ada beberapa hambatan

jika dibandingkan dengan penderita spasticity atau athetosis. Rigidity

Page 12: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

12

merupakan interferensi terhadap postural tone yang disebabkan oleh

resitensi otot-otot agonis dan antagonis. Berbeda dengan athetosis

yang mana gerakannya lebih bebas dan lebih sering berubah,

sedangkan tremor dan regidity gerakannya terbatas dan menurut irama

tertentu serta agak lambat.

e. Tipe campuran

Walaupun jenis-jenis cerebral palsy sudah dapat diidentifikasikan dan

diklasifikasikan menurut jenisnya, namun pada kasus-kasus tertentu

menunjukkan perpaduan diantara jenis cerebral palsy tersebut.

Misalnya, penderita cerebral palsy yang diidentifikasikan dalam ciri

spasticity tampak pula ciri athetosis dan ataxia, atau spasticity dengan

tremor atau regidity, atau bentuk kombinasi yang lain.

5. Teknik pembelajaran bagi anak berkelainan perilaku (tunalaras)

Bentuk kelainan prilaku atau ketunalarasan dapat dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu:

a. Anak kesulitan penyesuaian sosial

1) Anak agresif yang sukar bersosialisasi adalah anak yang benar-

benar tidal dapat menyesuaikan diri, baik dilingkungan rumah,

sekolah, maupun teman sebya. Sikap anak ini dimanifestasikan

dalam bentuk memusuhi otorita (guru, orang tua, polisi), suka

balas dendam, berkelahi, senang curang, mencela, dll

2) Anak agresif yang mampu bersosialisasi adalah anak yang tidak

dapat menyesuaikan diri dilingkungan rumah, sekolah, ataupun

masyarakat, tetapi mereka memiliki bentuk penyesuaian diri yang

khusus, yaitu dengan teman sebaya yang senasib (gang). Sikap

anak tipe ini dimanifestasikan dalam bentuk agresifisme,

memusuhi otorita, setia pada kelompok, suka melakukan

kejahatan pengeroyokan serta pembunuhan.

3) Anak yang menutup diri berlebihan adalah anak yang tidak dapat

menyesuaikan diri karena neurosis. Sikap tipe anak ini

dimanifestasikan dalam bentuk oversensitive, sangat pemalu

menarik diri dari pergaulan, mudah tertekan, rendah diri, dll.

Page 13: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

13

b. Anak kelainan emosi, ekspresi wujudnya ditampakkan sebagai

berikut:

1) Kecemasan mendalam tetapi kabur dan tidak menentu arah

kecemasan yang dituju (anxiety neurotic). Kondisi ini digunakan

sebagai alat untuk mempertahankan alat melalui represi.

2) Kelemahan seluruh jasmani dan rohani yang disertai dengan

berbagai keluhan sakit pada beberapa bagian badannya (astenica

neurotic). Kondisi ini terjadi akibat konflik batin atau tekanan

emosi yang sukar diselesaikan. Alat untuk mempertahankan diri

dari kondisi ini melalui penarikan diri dari pergaulan.

3) Gejala yang merupakan tantangan balas dendam karena adanya

perlakuan yang kasar (hysterica konversia). Kondisi ini terjadi

akibat perlakuan kasar yang diterima sehingga ia juga akan

berlaku kasar terhadap orang lain sebagai balas dendam untuk

kepuasan dirinya.

Secara umum penyebab terjadinya ketunalarasan dapat

diklasifikasikan yaitu :

1) Faktor penyebab bersifat internal, adalah faktor yang langsung

berkaitan dengan kondisi individu itu sendiri seperti keturunan,

kondisi fisik dan psikisnya.

2) Faktor penyebab bersifat eksternal, adalah faktor yang berasal

dari luar individu terutama lingkungan, baik lingkungan keluarga,

masyarakat dan Sekolah.

Teknik yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak tunalaras adalah

dengan memenuhi primary needs atau kebutuhan primer dan

secondary needs atau kebutuhan sekundernya. Kebutuhan primer

bagi seorang anak tunalaras adalah kasih dan perhatian dari

lingkungannya. Anak yang memiliki gangguan dalam kehidupan

sosial maka penyembuhannya adalah dengan cara

memperkenalkannya dengan kehidupan sosial. Sedangkan kebutuhan

sekunder bagi seorang anak tunalaras adalah mendapat hiburan,

mendapatkan apa yang ia sukai dan beri kelonggaran kepadanya

Page 14: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

14

untuk tidak harus selalu mengikuti perintah dan aturan yang telah

ditetapkan, kendati demikian bimbingan tetaplah dilakukan.

6. Teknik pembelajaran bagi anak dengan kesulitan Belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar pada hakikatnya adalah anak

yang berkebutuhan khusus. Hanya saja jika dilihat secara fisik anak yang

mengalami kesulitan belajar memiliki fisik yang sama dengan anak

normal pada umumnya. Selain itu, anak dengan kesulitan belajar adalah

jenis ABK temporer jika segera ditangani dengan cara yang tepat. Adapun

anak dengan kesulitan belajar diantaranya:

a. Anak dengan kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)

Anak seharusnya bisa menguasai sejumlah konsep awal matematika

pada anak. Adapun sejumlah konsep awal matematika pada anak yang

harus dikuasai adalah:

1) Hubungan spasial

2) Kesadaran pada tubuhnya

3) Kemampuan visual motor dan visual perceptual

4) Konsep arah dan waktu

5) Kemampuan memori

6) Kemampuan menghitung

Sedangkan anak yang memiliki kesulitan belajar menghitung

memiliki permasalahan sebagai berikut:

1) Tidak mempunyai pengetahuan awal

2) Kurang komunikasi

3) Terlalu cepat mengenal langkah-langkah menghitung

4) Tidak bisa menghubungkan dalam kehidupan praktis

5) Kurang waktu untuk mengulang

6) Cemas berlebihan terhadap pelajaran matematika

Adapun teknik yang bisa dilakukan dalam menangani anak dengan

kesulitan belajar menghitung diantaranya:

1) Memberikan penjelasan secara rinci

2) Proses dalam model pembelajaran inovatif dan variatif

Page 15: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

15

3) Adanya komunikasi yang harmonis antara guru dan siswa

sehingga menghilangkan rasa cemas berlebihan terhadap

matematika.

b. Anak dengan kesulitan belajar menulis (disgrafia)

Teknik yang bisa dilakukan untuk menangani anak yang memiliki

kesulitan belajar menulis diantaranya:

1) Beri kesempatan siswa untuk menggambar bebas

2) Latih siswa untuk menulis sesuai dengan pola yang dibuat

3) Menyusun kata yang ditulis

4) Menuliskan percakapan yang biasa dilakukan sehari-hari

c. Anak dengan kesulitan belajar membaca (dileksia)

Ada beberapa elemen yang harus dikuasai dalam membaca

diantaranya:

1) Kesadaran terhadap fonem

2) Bunyi huruf (fonik)

3) Kelancaran

4) Kosa kata

5) Pemahaman teks

Membaca memiliki hubungan erat dengan menulis, maka dari itu

pada teknik pembelajarannya sangat berkaitan dengan menulis.

Dalam melatih siswa yang memiliki kesulitan dalam membaca

hendaknya dilakukan teknik-teknik sebagai berikut:

1) Anak-anak hendaknya dikenalkan dengan kegiatan menulis sejak

dini

2) Beri waktu untuk anak membaca mandiri

3) Pembelajaran hendaknya langsung pada symbol alphabet

4) Memetakan hubungan huruf dan kata

5) Anak-anak perlu lebih awal mulai membaca

6) Mengulangi apa yang dibaca

7) Buku yang disajikan hendaknya menarik perhatian

8) Model yang digunakan dalam pembelajarannya mengesankan

bagi siswa

Page 16: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

16

9) Metode membaca yang actual

10) Adanya interaksi dengan teks bacaan

11) Perkenalkan pada kosakata baru

12) Siswa dilatih fokus pada bacaan

13) Menghubungkan apa membaca dengan membaca

14) Mendorong perluasan bacaan

B. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar1. Jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah.

Menurut data UNESCO tahun 2009, ranking Indonesia dalam

penyelenggaraan. pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus atau

ABK terus mengalami kemerosotan. Pada 2007, ranking Indonesia berada

di urutan ke-58 dari 130 negara sedangkan pada 2008 turun ke ranking

ke-63 dari 130 negara. Pada 2009, ranking Indonesia bahkan kian merosot

hingga di peringkat ke-71 dari 129 negara. Semua hal di atas dikarenakan

jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah.

Solusi: keluarga dan masyarakat harus lebih memperhatikan kembali anak

yang berkebutuhan khusus yang ada dilingkungannya dengan cara

mendaftarkan anak yang memiliki kebutuhan khusus kesekolah untuk

mendapatkan pelayanan pendidikan yang sama dengan anak normal,

sehingga jumlah ABK diindonesia yang terdaftar disekolah menjadi lebih

banyak.

2. Kurikulum yang tersusun kaku dan kurang tanggap terhadap kebutuhan

anak yang berbeda. banyak negara mendorong kebutuhan pendidikan

dasar tanpa memerhatikan isu pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Namun, pendidikan inklusi tidak kemudian mensyaratkan kurikulum yang

terpisah karena itu justru akan menciptakan segregasi.Kurikulum

pendidikan inklusi harus masuk dalam kurikulum arus utama. Inisiatif

para stakeholders, guru dan sekolah, serta masyarakat masih parsial

terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusi, sehingga akses Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) mengenyam pendidikan masih begitu

sempit.

Page 17: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

17

Solusi: pemerintah harus membuat kurikulum yang fleksibel dan tanggap

terhadap kebutuhan anak yang berbeda. Kurikulum pendidikan inklusi

harus masuk dalam kurikulum arus utama, sehingga tidak ada pemisahan

antara kurikulum untuk sekolah inklusif dan sekolah umum. Sehingga

akses anak berkebutuhan khusus pada pendidikan lebih leluasa.

3. Kurangnya ketersediaan anggaran, minimnya anggaran yang disediakan

pemerintah dapat mengakibatkan sarana dan prasarana yang kurang

memadai. Solusi: pemerintah harus menyediakan anggaran yang cukup

memadai untuk keberlangsungan pelakasanaan pembelajaran dalam

pendidikan inklusif.

4. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM), sumber daya manusia seperti

guru yang memiliki keahlian khusus dalam menangani ABK masih

terbatas, sehingga yang menangani anak berkebutuhan khusus bukan guru

yang ahli dibidangnya.

Solusi: Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai pemerataan

penyebaran guru PLB (Pendidikan Luar Biasa) minimal satu guru setiap

sekolahnya.

5. Paradigma/Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi memang tidak popular dalam masyarakat. Masyarakat

hanya disibukan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan secara

horizontal maupun vertical. Sehingga anak bangsa yang memiliki

kebutuhan yang terbatas ini sering termarginalkan (kaum yang tersisih).

Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan prasarana

yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karena mereka

mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kita harus

meninggalkan persepsi konvensional bahwa anak dengan berkebutuhan

terbatas misalnya untuk anak tuna netra hanya dicetak menjadi Tukang

Pijat.

Solusi: pemerintah harus memberikan penyuluhan mengenai pentingnya

pendidikan inklusi kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi

memandang sebelah mata terhadap anak bangsa yang memiliki

Page 18: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

18

keterbatasan. Sehingga anak berkebutuhan khusus pun memiliki hak yang

sama dengan anak normal lainnya.

Page 19: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

19

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

teknik pembelajaran adalah hal yang positif dimana memberikan manfaat

bagi yang menerima pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran teknik diartikan

sebagai cara khusus dalam penggunaan metode. Ada beberapa teknik yang bisa

dilakukan dalam penanganan anak berkebutuhan khusus agar pembelajaran

menjadi efektif dan efisien. Selain itu, ada pula hambatan dalam pelaksanaannya

diantaranya: Jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar, Kurikulum

yang tersusun kaku dan kurang tanggap terhadap kebutuhan anak yang berbeda,

Kurangnya ketersediaan anggaran, dukungan Sumber Daya Manusia (SDM),

paradigma/Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Inklusi. Meskipun

demikian ada beberapa solusi yang ditawarkan untuk mengatasi hambatan yang

terjadi.

B. SaranDalam penyususan makalah ini tidaklah sempurna, tapi semoga isi dari

makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi para pembaca.

Penulis berharap khususnya untuk para Dosen dan Mahasiswa bisa menggunakan

makalah ini sebagai referensi. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

Page 20: Risa Zakiatul H. Teknik, hambatan dan solusi dalam Pendidikan Inklusif

20

DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikanabk.blogspot.co.id/2011/09/pendidikan-inklusif-di-sd.html

http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/permasalahan-permasalahan-dalam.html

http://bee-bermanfaat.blogspot.co.id/2012/02/pendidikan-inklusi-di-sekolah-

dasar.html

http://dokumen.tips/search/?

q=Hambatan+Dalam+Pelaksanaan+Pendidikan+Inklusi+Di+Indonesia

http://dokumen.tips/documents/hambatan-dalam-pelaksanaan-pendidikan-inklusi-

di-indonesia.html

http://dokumen.tips/documents/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-pendidikan-

inklusi.html

http://dokumen.tips/documents/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-pendidikan-

inklusi.html

http://dokumen.tips/documents/silabus-pendidikan-sd-inklusi-revisi.html

http://dokumen.tips/documents/pendidikan-untuk-anak-dengan-tunalaras-dalam-

seting-inklusi.html

http://arifin-meaningoflife.blogspot.co.id/2012/11/pendidikan-inklusif-di-

indonesia-akar.html

http://pendidikanabk.blogspot.co.id/2011/12/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-

rpp.html

http://hanyasa.blogspot.co.id/2012/05/contoh-pembuatan-silabus-dan-rpp-

untuk.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/RENCANA%20PELAKSANAAN

%20PEMBELAJARAN%20pendidikan%20inklusi.pdf

https://nasuprawoto.files.wordpress.com/2010/10/abk-identifikasi-hambatan-

perkembangan-belajar.pdf

https://kavrella.wordpress.com/2010/06/16/inklusi-solusi-atau-masalah/

http://repository.upi.edu/8595/2/t_pkkh_1004801_chapter1.pdf

http://www.kompasiana.com/ernafitriatun/pendidikan-inklusif-peluang-bagi-

kualitas-pendidikan-anak-dan-remaja-khusus_54f6c8dca333116d5a8b4843

https://nasuprawoto.files.wordpress.com/2010/10/abk-model-dan-strategi-

pembelajaran-dalam-setting-pendidikan-inklusif.pdf