manajemen perkebunan kopi
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PERKEBUNAN KOPI
STRUKTUR ORGANISASI
Bisnis perkebunan adalah bisnis global, sehingga perilaku bisnis dan dinamika
perubahan lingkungan mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan global.
Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap bisnis tersebut adalah struktur organisasi. Guna
terwujudnya struktur organisasi yang solid, diperlukan manajemen strategi untuk menentukan
strategi dan arah yang digunakan perusahaan haruslah sesuai/cocok. Pengelolaan perusahaan
yang baik merupakan satu syarat penting bagi terciptanya kinerja perusahaan secara wajar.
Manajemen perkebunan memiliki tujuan tertentu yang ditelah ditetapkan dalam
program jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan tersebut ada yang jelas dapat
dihitung secara fisik, namun ada yang tidak dapat dihitung dan perlu diketahui oleh semua
pihak. Tujuan tersebut harus dapat dijelaskan secara fisik dan didistribusikan pada setiap lini,
pada setiap unit kerja bahkan sampai kepada setiap individu. Pencapaian sasaran yang
dinyatakan secara kuantitatif akan mudah dilaksanakan. Sasaran tersebut dapat dibagi
berdasarkan waktu kerja misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan dan lima tahunan.
Pada dasarnya pimpinan harus meneliti secara cermat struktur organisasi yang sedang
berjalan dan bertanya “apakah perusahaan memiliki organisasi yang tepat untuk
mendukung strategi yang dibuat ?” Organisasi merupakan salah satu factor terpenting dalam
mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena organisasi diartikan sebagai kumpulan dari
beberapa orang yang secara bersama-sama berusaha mencapai suatu tujuan. Tujuan
tersebut hanya dapat tercapai dengan adanya pembagian kerja. Jika suatu saat strategi
dirubah maka perusahaan wajib untuk merubah atau menyesuaikan struktur organisasinya
agar cocok dengan strategi yang baru.
Dalam struktur organisasi yang utuh terdapat jenjang organisasi yakni tingkat-tingkat
satuan organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang tertentu menurut
kedudukannya dari atas ke bawah dalam fungsi tertentu. Dilihat dari jenjang organisasi dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1. Struktur organisasi pipih (flat top organization), yaitu struktur organisasi yang
melaksanakan jenjang organisasi antara 2 sampai dengan 3 tingkat.
2. Struktur organisasi datar, yaitu struktur organisasi yang melaksanakan jenjang
organisasi sampai dengan 4 tingkat.
3. Struktur organisasi curam, yaitu struktur organisasi yang melaksanakan jenjang
organisasi sampai dengan 5 tingkat.
PEMBAGIAN KERJA DI DIVISI
Pada struktur divisi dalam pekerjaan lapangan, Asisten dibantu Mandor I. Mandor I
membawahi mandor dan krani dan pada lapisan terbawah adalah karyawan/pekerja. Proporsi
manajerial dan proporsi keterampilan Asisten, Mandor I, Mandor, Krani dan Karyawan dapat
digambarkan sebagai berikut.
Asisten sebagai komponen manajemen mempunyai proporsi manajerial yang dominan
dibandingkan mandor dan karyawan, namun harus memiliki sedikit proporsi keterampilan.
Asisten dituntut trampil agar dapat memberikan contoh langsung di lapangan, misalnya
teknik menyemprot.
Proporsi yang kurang lebih sama antara manajerial dan keterampilan adalah pada
Mandor I, Mandor dan Krani. Dalam sehari-hari Mandor I, Mandor dan Krani bekerja
dengan menerapkan unsur manajemen dan keterampilan dalam porsi yang berimbang.
Mandor I, Mandor dan Krani lebih banyak berhubungan langsung dengan karyawan,
sehingga perlu memperagakan teknik bekerja pada karyawan.
Hal ini diperlukan mandor, agar prestasi kerja bisa tercapai dan tidak menyimpang
dari standar kerja. Proporsi unsur manajemen pada level divisi dapat digambarkan pada tabel
berikut.
Tabel 14. Proporsi Unsur Manajemen pada Level Devisi
Unsur Manajemen Personil Pelaksana
Perencanaan Asisten Kebun
Pengorganisasian Asisten Kebun Mandor I Mandor
Pelaksanaan Asisten Kebun Mandor I Mandor
Pengawasan Asisten Kebun Mandor I Mandor
Pembagian kerja sehari-hari dimulai setiap pagi pada kegiatan Morning Call (ligkaran pagi)
berdasarkan rencana kerja harian yang dibuat satu hari sebelumnya. Mandor yang
bertanggung jawab terhadap karyawan mendistribusikannya sesuai dengan rencana kerja
yang dibuat Asisten.
STRATEGI KERJA
Pengertian dasar manajemen adalah usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki untuk mencapai sasaran tertentu. Dalam usaha mencapai sasaran
diperlukan strategi kerja yang bisa diterapkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di unit
kerja. Agar berhasil dalam menerapkan strategi kerja, pada umumnya dibutuhkan
keterampilan, teknik memberi perintah dan pemantauan hasil kerja berupa umpan balik.
Keterampilan
Ada tiga keterampilan yang perlu dimiliki oleh Asisten sebagai supervisor, agar
strategi kerja dalam proses manajemen berjalan dengan efektif yaitu:
1. Keterampilan Teknis
Keterampilan teknis adalah pemahaman dan kecakapan melakukan aktivitas tertentu.
Keterampilan ini meliputi pengetahuan dan pemahaman konsep, proses dan metode dalam
suatu bidang tertentu. Keterampilan ini diperlukan untuk mengenali, menganalisis dan
memecahkan masalah dalam bidang tertentu.
2. Keterampilan Konseptual
Keterampilan konseptual adalah pemahaman dan kecakapan dalam menilai/melihat
keterkaitan antar kegiatan dan antar unit serta menilai dampak dari keputusannya terhadap
organisasi secara keseluruhan.
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri melalui
tingkah laku dan ucapan sehingga dimengerti oleh orang lain. Juga mampu memahami
tingkah laku orang lain.
Ketiga macam keterampilan di atas sesungguhnya dimiliki oleh siapapun yang
menjadi pimpinan unit dalam organisasi. Hanya saja ada perbedaan kadar keterampilan
yang dibutuhkan. Bagi seorang supervisor, keterampilan teknis dan manusiawi lebih
banyak dibutuhkan daripada keterampilan konseptual. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
seorang supervisor yang sangat banyak terlibat dalam hal-hal teknis dan berhubungan dengan
manusia, dalam hal ini dengan bawahannya.
Pemberian Perintah
Pemberian perintah diartikan sebagai usaha agar orang lain mau dan dapat mengerjakan
suatu tugas sesuai dengan apa yang kita harapkan. Beberapa hal yang penting diperhatikan
agar pemberian perintah dapat efektif adalah:
1. Kesiapan penerima perintah
Karyawan yang terlibat harus terlatih, terampil dan mampu secara fisik untuk
melaksanakan apa yang diperintahkan. Hasil yang baik baru dapat dicapai bila pelaksana
‘mau’ mengerjakan apa yang diperintahkan. Perintah harus dirumuskan secara jelas
mengenai apa dan bilamana tugas tersebut harus dilaksanakan.
2. Fakta di belakang suatu perintah
Dalam memberikan suatu perintah, tunjukkan atau perlihatkan fakta-fakta atau kondisi-
kondisi yang menyebabkan perintah tersebut perlu dilaksanakan.
3. Nyatakan hasil yang diharapkan
Sebaiknya besaran tentang hasil yang diharapkan dapat ditentukan secara kuantitatif,
misalnya dalam satuan waktu, jumlah dan lain-lain.
4. Tindak lanjut (Follow up)
Memberikan perintah saja pada hakikatnya baru menyelesaikan separuh pekerjaan.
Sesungguhnya yang lebih penting adalah separuh pekerjaan yang lain, yaitu mengikuti
perkembangan pemberian perintah selanjutnya yaitu apakah perintah dilaksanakan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Dalam melaksanakan strategi kerja sering sasaran tidak tercapai karena terjadinya
kesalahan dalam pemberian perintah. Beberapa hal yang sering menghambat efektivitas
pelaksanaan tugas antara lain adalah:
1. Bicara tidak tegas atau menggunakan kata-kata yang tidak sepenuhnya mendukung
arti perintah tersebut.
2. Susunan perintah tidak teratur dan sembarangan. Sebaiknya diusahakan agar instruksi
tersebut disusun dalam urutan yang logis dan tidak membingungkan.
3. Terlalu cepat menganggap pelaksana sudah mengerti apa yang diharapkan dari
dirinya, padahal pada kenyataannya mungkin pelaksana belum memahami tugas
tersebut sepenuhnya.
Umpan Balik
Sebagai seorang supervisor, Asisten dalam bekerja harus menjalankan fungsi
pengendalian. Dengan melakukan pengendalian, maka kemungkinan terjadinya
penyimpangan di lapangan dapat diperkecil. Jika penyimpangan tidak dapat dihindarkan
lagi, maka resikonya dapat diperkecil. Salah satu alat pengendalian terhadap tingkah laku
bawahan adalah memberikan umpan balik.
Dalam mengambil tindakan terhadap bawahan atau karyawan, seorang Asisten harus
memeriksa terlebih dulu apakah penyimpangan terjadi karena kekurangan pada karyawan
atau karena hal-hal di luar kendali karyawan tersebut. Asisten haruslah terus mendorong
bawahan agar prestasinya terpelihara atau ditingkatkan.
Setiap penilaian perlu mempunyai dasar terhadap mana prestasi kerja dapat
diukur/dibandingkan. Sasaran/standar perlu dirumuskan dengan jelas sehingga Asisten
mempunyai dasar untuk menilai secara objektif. Standar hasil kerja merupakan suatu
pernyataan mengenai apa (hasil) yang diharapkan dari karyawan dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya seperti yang tercantum dalam uraian pekerjaan.
Dengan demikian standar hasil kerja yang diharapkan di lapangan merupakan tolok
ukur bagi Asisten dalam menilai hasil kerja bawahan/karyawan, sekaligus merupakan sumber
informasi yang sangat membantu bagi karyawan untuk mengetahui taraf perkembangan
dirinya pada setiap saat.
Umpan balik merupakan informasi yang diterima pelaksana mengenai prestasi
kerjanya. Orang akan lebih mudah meningkatkan atau memelihara prestasinya bila mendapat
umpan balik secara teratur. Sebagai konsekuensinya, supervisor harus memberikan umpan
balik yang segera dan tepat mengenai prestasi bawahannya. Umpan balik sifatnya informal,
sehari-hari diberikan untuk tugas tertentu serta mempunyai tujuan akhir untuk pengembangan
pribadi.
Dalam memberikan umpan balik, Asisten memerlukan informasi baik yang berasal
dari pihak ketiga maupun dari karyawan sendiri. Dalam mencari informasi ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu bertanya, mendengar dan menjawab dengan cara, sikap dan kata-
kata yang baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan umpan balik:
1. Tujuan
Memberikan umpan balik harus diyakini benar-benar untuk kebaikan bawahan dan
bukan untuk menghilangkan kejengkelan.
2. Umpan balik positif dan negatif
Selain untuk memberitahukan kekurangan bawahan, umpan balik dapat digunakan
untuk hal-hal yang positif (kekuatan atau kelebihannya).
3. Dapat diperbaiki
Untuk umpan balik yang negatif, harus diketahui terlebih dahulu apakah kekurangan
tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Bila tidak dapat diperbaiki, umpan balik jangan
diberikan.
4. Siap menerima
Perlu dipikirkan pemberian umpan balik tepat dengan mempertimbangkan keadaan
emosional bawahan (tenang, gelisah, tergesa-gesa, marah dsb).
5. Hubungan
Umpan balik akan lebih efektif bila pemberi dan penerima sudah mengenal cukup
baik.
6. Alternatif
Ada kemungkinan bila seseorang menerima umpan balik yang negatif, ia akan
menanyakan tindakan perbaikannya kepada pemberi umpan balik. Dalam hal ini sebaiknya
pemberi umpan balik sudah siap dengan beberapa alternatif yang mungkin dapat digunakan.
7. Non evaluatif
Pada umumnya tidak ada orang yang senang dinilai kekurangannya, maka umpan
balik sebaiknya diberikan dalam bentuk yang non-evaluatif. Bila tidak mungkin dapat juga
memberikan terlebih dahulu umpan balik yang positif. Biasanya orang akan lebih siap
menerima umpan balik yang negatif setelah diberitahu mengenai hal-hal yang positif
mengenai dirinya.
8. Satu per satu
Janganlah memberikan umpan balik terlalu banyak pada suatu saat karena hal ini
hanya akan membingungkan dan mungkin mematahkan semangat seseorang.
9. Kesempatan untuk berdiskusi
Memberikan umpan balik yang positif maupun yang negatif, biasanya penerima
menginginkan penjelasan lebih banyak. Berilah kesempatan.
SASARAN PENGEMBANGAN
Pengembangan Organisasi
Berbagai langkah untuk meningkatkan efektivitas organisasi yang independen. adalah
lebih difokuskan pada organisasi yang lebih ramping, dinamis dan mampu menyesuaikan
dengan perkembangan eksternal, serta mampu mendukung pengambilan kebijakan yang
cepat, tepat dan akurat.
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Perkebunan-perkebunan sekarang telah dan terus mempersiapkan SDM yang
kompeten yang tidak saja memiliki kemampuan keilmuan dan ketrampilan yang handal,
tetapi juga integritas dan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Tentu
saja hal tersebut disertai dengan penyempurnaan sistem manajemen SDM yang ada agar lebih
mendukung pelaksanaan tugas.
Langkah-langkah peningkatan kualitas sumber daya manusia telah dirumuskan
dengan menyusun strategi pengembangan sumber daya manusia yang ditempuh dengan
menyempurnakan sistem penerimaan, promosi, mutasi, dan pendidikan serta pelatihan. Di
samping itu, mengembangkan nilai-nilai yang sesuai dengan pencapaian tugas visi dan misi
yaitu melalui pengembangan budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan Undang-undang No.
23/1999 dan dapat diimplementasikan oleh seluruh pegawai serta dapat meningkatkan
kontribusi pencapaian kinerja.