manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

25
MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI KLEGO 1 KABUPATEN BOYOLALI TESIS Oleh ISTININGSIH N I M : Q.100030097 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2005

Upload: duongcong

Post on 30-Dec-2016

243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI KLEGO 1

KABUPATEN BOYOLALI

TESIS

Oleh

ISTININGSIH

N I M : Q.100030097 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2005

Page 2: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

ii

MOTO Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tutwuri Handayani (Ki Hajadjar Dewantoro)

Page 3: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

iii

ABSTRAK ISTININGSIH: Manajemen Pendidikan Inklusi Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Kabupaten Boyolali.. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2005.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang manajemen rekrutmen/identifikasi anak, manajemen kurikulum pada pendidikan inklusi, manajemen sumber dana, manajemen pengadaan dan pembinaan tenaga kependidikan, manajemen pengelolaan sarana prasarana, manajemen kegiatan belajar mengajar /perangkat KBM, manajemen pemberdayaan masyarakat pada pendidikan inklusi.

Permasalahan pokok yang dianalisis dalam penelitian ini adalah manajemen pendididkan inklusi. Penelitian ini dfokuskan pada persiapan dan pelaksanaan pendidikan inklusi. Sumber informasi diperoleh dari kepala sekolah, para guru, siswa, serta masyarakat orang tua siswa dan pihak terkait lainnya. Data diperoleh dengan teknik hubungan lapangan, observasi partisipatif, interpretative dengan metode kualitatif.

Hasil analisis deskriptif, interpretative menyimpulkan bahwa dilihat dari manajemen pendidikan inklusi di Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Boyolali cukup bagus. Tujuan yang ingin dicapai cukup idial, hal itu tercermin dalam manajemen rekrutmen/identifikasi anak yang dilakukan oleh para guru dan para pembimbing khusus bagi anak yang membutuhkan pelayanan khusus telah memperolih hasil yang cukup bagus, manajemen kurikulum yang memadukan kurikulum reguler yang disesuaiakan dengan mempertimbangkan kondisi anak yang memerlukan pelayanan khusus, manajemen sumber dana yang mecakup APBN, subsidi propinsi, subsidi kabupaten dan subsidi khusus pendidikan inklusi, manajemen pengadaan dan pembinaan tenaga kependidikan yang terdiri dari guru kelas biasa/reguler dan guru pembimbing khusus bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang tetap mengutamakan pembinaan profesi dan pembinaan karir, manajemen pengelolaan sarana prasarana yang mencakup sarana umum dan sarana khusus bagi anak yang memerlukan pelayanan khusus, manajemen kegiatan belajar mengajar /perangkat KBM yang mencakup pembelajaran umum seperti halnya sekolah reguler yang dipadukan pembelajaran khusus bagi anak yang memerlukan pelayan pendidikan khusus, serta manajemen pemberdayaan masyarakat yang dilakukn secara optimal sehingga diperoleh sinergi kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian ini di sarankan kepada Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Boyolali lebih meningkatkan manajemen pelaksanaan pendidikan inklusi agar diperolih hasil yang optimal. dan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau sebagai acuan awal bagi peneliti selanjutnya. Kata Kunci: Manajemen Pendidikan inklusi, kualitatif.

Page 4: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

iv

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan khadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan rahmatNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membrikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis sebagai syarat untuk kelulusan studi. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Yetty Sarjono, M.Si dan Drs. Sutama, M.Pd sebagai pembimbing saya dalam menyusun dan menyelesaikan tesis saya ini.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Direktur Program Pasca Sarjana beserta staf atas segala perhatian dan kebijakan dalam membantu untuk menyelesaiakan studi.

3. Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Boyolali beserta staf yang lainnya yang telah membantu saya dalam memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SD Negeri Klego 1.

4. Kepala Sekolah Dasar Negeri klego 1 beserta staf guru dan karyawan yang telah memberikan informasi dan fasilitasnya sehingga terlaksananya penelitian.

5. Teman-teman mahasiswa program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta atas kerja samanya selama proses studi berlangsung.

6. Suami tercinta yang telah banyak memberikan dorongan moral, material sehingga dapat terselesaikannya studi ini.

Akhinya, saya menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak kekurangan

sebagai akibat keterbatasan waktu, wawasan dan kemampuan saya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat saya harapkan demi perbaikan tesis ini.

Surakarta, Nopember 2005 Penulis Istiningsih

Page 5: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU …………………………………………………….. i NOTA PEMBIMBING ………………………………………………… ii LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………. iii PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …………………………………... iv MOTTO ………………………………………………………………… vi ABSTRAK ……………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR ………………………………………………….. viii DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 17 C. Tujuan Penelitian ………………………………………… 18

D. Kegunaan Penelitian ……………………………………... 18 BAB II KAJIAN TEORI

A. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ………………… 26 B. Kurikulum Pendidikan inklusi ……………………………. 40 C. Sumber Dana ……………………………………………... 65 D. Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Kependidikan ……….. 67 E. Pengadaan dan Pengelolaan Sarana Prasarana …………… 69 F. Kegiatan Belajar Mengajar ………………………………. 96 G. Pemberdayaan Masyarakat ………………………………. 132 H. Kerangka Pikir ……………………………………………. 162

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………. 163 B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………… 164 C. Sumber Data ……………………………………………… 164 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….. 165 E. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………... 165 F. Validitas Data …………………………………………….. 166 G. Teknik Analisa Data ……………………………………… 167 H. Prosedur Kegiatan Penelitian ……………………………... 169

BAB IV DISKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Page 6: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

vi

A. Profil Tempat Pendidikan Inklusi ……………………….. 173 B. Diskripsi Hasil Penelitian ……………………………….. 178 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………… 214 B. Implikasi …………………………………………………. 224 C. Saran-saran ………………………………………………. 227 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 230 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 233

DAFTAR TABEL

Page 7: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

vii

Tabel 1 Paradikma Pendidikan ……………………………………… 128 Tabel 2 Waktu dan Tempat Aktifitas Penelitian 163

DAFTAR GAMBAR

Page 8: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

viii

Gambar 1 Manajemen Pendidikan Inklusi ………………………. 43

Gambar 2 Model Kerangka Pikir ………………………………… 162

Gambar 3 Model Analisis Interaktif …….……………………….. 169

Gambar 4 Prosedur Kegiatan Penelitian …………………………. 172

Ganbar 5 Struktur Pola Pembinaan Alternatif 1 ………………… 200

Gambar 6 Struktur Pola Pembinaan Alternatif 2………………… 201

Gambar 7 Struktur Organisasi Sekolah …………………………... 202

DAFTAR LAMPIRAN

Page 9: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

ix

Lampiran 1 Kisi-kisi persiapan penyusunan unstrumen ……….. 233

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ……………………………….. 235

Lampiran 3 Rangkuman data hasil wawancara …………………. 261

Lampiran 4 Alat Identufikasi ……………………………………. 278

Lampiran 5 Format data anak berkelaina ……………………….. 285

Lampiran 6 Ruang lingkup analisis kemampuan membaca ……. 286

Lampiran 7 Ruang lingkup analisis kemampuan menulis ……… 287

Lampiran 8 Ruang lingkup analisis kemampuan berhitung ……. 288

Lampiran 9 Sembilan adaptasi dalam pembelajaran inklusi ……. 289

Lampiran 10 Format petemuan kasus ……………………………. 292

Lampiran 11 Format kemajuan belajar siswa …………………….. 293

Lampiran 12 Laporan prestasi mata pelajaran ……………………. 295

Lampiran 13 Kegiatan pembelajaran pembiasaan ………………… 297

Lampiran 14 Format Laporan Penilaian …………………………… 299

Page 10: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

1

BAB I

PENDAHULUN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia,

tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 diamanatkan bahwa setiap warga

negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Dengan demikian berarti anak-anak yang dengan kebutuhan khusus seperti,

tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan anak-anak

berkesulitan belajar juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan

pendidikan.

Pengakuan atas hak pendidikan bagi setiap warga negara, juga diperkuat

dalam berbagai deklarasi internasional. Pada tahun 1948, Deklarasi Hak Asasi

Manusia mengeluarkan pernyataan bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia

yang paling dasar (basic human right). Deklarasi tersebut diperkuat lagi dalam

Convention on The Rights of The Child yang diselenggarakan oleh PBB (1989)

dan telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya dalam The World

Convention on Education for All di Jamtien, Thailand (1990), yang kemudian

dikenal dengan The Jamtio Declaration, antara lain juga ditegaskan perlunya

memperluas akses pendidikan kepada semua anak, remaja, dan dewasa, juga

memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak perempuan. Deklarasi

jamtien ini diperkuat lagi dalam The Salamanca Statement and Framework for

Action on Special Needs Education tahun 1994 yang secara lebih tegas menuntut

Page 11: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

2

agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bersifat inklusif, sehingga system

pendidikan yang memisahkan individu dan komunitasnya merupakan pelanggaran

hak asasi manusia.

Kecenderungan dunia dalam memberikan perhatian terhadap hak-hak anak

khususnya di bidang pendidikan terus bergulir. Dalam The World Education

Forum (2000) di Dakar, ditegaskan kembali perlunya memberikan perhatian

terhadap anak berkebutuhan khusus melalui pendidikan inklusi, yaitu pendidikan

yang melayani semua anak temasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus.

Dalam kenyataannya sebagian dari anak berkebutuhan pendidikan khusus dan

anak berkesulitan belajar belum sepenuhnya mendapat perhatian secara maksimal.

Orang tua dan masyarakat belum dapat berbuat banyak, karena semua proses

pendidikan ditumpukan kepada guru dan jajaran pendidikan saja.

Seyogyanya, agar semua anak berkebutuhan pendidikan khusus dapat

ditampung di SLB. Salah satu penyebab masih terbatasnya jumlah SLB adalah

biaya operasional yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah

biasa/reguler. Selain itu SLB yang ada biasanya berlokasi di ibu kota propinsi,

kabupaten/kota, padahal anak berkebutuhan pendidikan khusus tersebar di daerah

yang sulit dijangkau.

Kesulitan belajar (Learning Disability), terdiri dari kesulitan belajar umum

seperti lamban belajar (Slow Learner), dan kesulitan belajar khusus yaitu

kesulitan belajar pada bidang pelajaran tertentu saja misalnya kesulitan membaca

(Disleksia), kesulitan berhitung (Diskalkulia) dan kesulitan menulis (Disgrafia).

Anak-anak ini, seperti anak-anak yang memerlukan layanan khusus, merupakan

Page 12: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

3

bagian dari mereka yang berkebutuhan pendidikan khusus yang joke mendapat

layanan pendidikan yang tepat akan dapat dikembangkan potensinya secara

optimal.

Sebagian dari anak yang memerlukan layanan khusus itu mungkin sekali

selama ini belajar di sekolah biasa/reguler. Namun karena tidak ada pelayanan

pendidikan khusus di sekolah reguler, maka anak-anak ini mempunyai potensi

besar untuk mengulang kelas dan akhirnya putus sekolah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, perlu dikembangkan

manajemen pendidikan terpadu (inklusi) yang disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pendidikan bagi anak yang memerlukan layanan khusus. Selama ini

pendidikan terpadu baru diselenggarakan untuk anak berkebutuhan pendidikan

khusus, namun belum dilakukan sebagaimana yang diharapkan. Agar

pengembangan pendidikan terpadu dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif

dan tetap mengutamakan peningkatan mutu pendidikan, maka diperlukan suatu

manajemen sekolah terpadu (inklusi0 yang baik.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung

kemampuan manajerial Kepala Sekolah. Kepala Sekolah hendaknya berupaya

untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara

efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah

secara optimal.

Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber

daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang

sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan

Page 13: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

4

task commitment (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang

handal, sarana prasarana yang memadai untuk mendudkung kegiatan belajar

mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta

partisipasi masyarakat yang tinggi. Apabila salah satu hal di atas tidak sesuai

dengan yang diharaokan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka

efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal. Manajemen sekolah,

memberikan kewenangan penuh kepada kepala sekolah untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan

mengevaluasi komponen-komponen pendidikan suatu sekolah yang meliputi input

siswa, tenaga kependidikan, sarana prasarana,dana,manajemen, lingkungan, dan

kegiatan belajar-mengajar (Depdiknas 2003: 1-2).

Dalam Undan-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang - Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5

dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama

memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang mengalami

kelainan dalam penglihatan, pendengaran, proses mental, memfungsikan sebagian

anggota badan, tingkah laku anak yang mengalami tingkat kesulitan belajar

berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan. berhak pula

memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam

pendidikan.

Page 14: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

5

Digulirkannya reformsi dan kebersaman era globalissi kehidupan

penuh persaingan, maka diperlukan suatu upaya untuk meningktkan mutu

pendidikan khususnya dibidang program pendidikan dasar di Indonesia, sehingga

dapat memunculkan adanya fenomena baru di bidang pendidikan dasar , yaitu

munculnya pelaksanaan pendidikan tingkat dasr dengan nama Sekolah Dasar

Inklusi.

Landasan filosofis utama manajemen pendidikan inklusi di Indonesia

adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas

fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka Tunggal Ika Depdiknas,

2003: 9, dalam Mulyono Abdulrahman, 2003). Filsafat ini sebagai wujud

pengakuan kebinekaan manusia, baik kebinekaan vertical maupun horizontal,

yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di bumi. Kebinekaan vertical

ditandai dengan perbedaan kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan ffinansial,

kepangkatan, kemampuan pengendalian diri, dan sebagainya. Sedangkan

kebinekaan horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, budaya,

bahasa, agama, tempat tinggal, daerah, afiliasi politik, dan sebagainya. Karena

berbagai keberagaman namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini,

misi, menjadi kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi dilandasi

dengan saling membutuhkan.

Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan) dan

berkebakatan hanyalah satu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku,

ras, bahasa, budaya, atau agama. Di dalam individu berkelainan pastilah dapat

ditemukan keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam individu

Page 15: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

6

berbakat pastilah terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak ada mahluk di

bumi ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak memisahkan

peserta didik satu dengan lainnya, seperti halnya perbedaan suku, bahasa, budaya,

atau agama. Hal ini harus diwujudkan dalam system pendidikan. System

pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa

yang beragam, sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih, dan silih asuh

dengan semangat toleransi seperti halnya yang dijumpai atau dicita-citakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Landasan yuridis internasional manajemen pendidikan inklusi adalah;

Deklarasi Salamca (UNESCO, 1994) oleh para mentri pendidikan sedunia.

Deklarasi ini sebenarnya penegasan kembali atas Deklarasi PBB tentang HAM

tahun 1948 dan berbagai deklarasi lanjutan yang berujung pada Peraturan Standar

PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu berkelainan

memperoleh pendidikan sebagai bagian integral dari system pendidikan yang ada.

Deklarasi Salamca menekankan bahwa selama memungkinkan, semua anak

seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupunperbedaan

yang mungkin ada pada mereka. Sebagai bagian dari umat manusia yang

mempunyai tata pergaulan internasional Indonesia tidak dapat begitu saja

mengabaikan deklarasi UNESCO tersebut di atas.

Di Indonesia, manajemen pendidikan inklusi dijamin oleh: (1) Undang-

Undang Dasar 1945 Pasal 31, (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 32, tentang Sistem

Page 16: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

7

Pendidikan Nasional, yang dalam penjelasannya menyebutkan bahwa

penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik berkelainan atau memiliki

kecerdasan luar biasa siselenggarakan secara inklusif atau berupa sekolah

khusus,dan (4) Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 002/u/1986

pasal 1 ayat 1 bahwa, pendidikan terpadu adalah model penyelenggaraan program

pendidikan bagi anak cacat yang diselenggarakan bersama anak normal di

lembaga pendidikan umum dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di

lembaga pendidikan yang bersangkutan, (5) Surat Edaran Dirjen Nomor

380/C.C6/MN/2003 perihal Pendidikan Inklusi. Kebetulan SD Negeri klego 1

Boyolali dijadikan Sekolah Dasar Inklusi yang telah ditunjuk dari Diknas

Kabupaten Boyolali dengan Kep. Mendikbud No. 002/U/1986 Pendidikan

Sekolah Terpadu SE Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380 C. CS/MN/2003

uantuk melaksanakan program pendidikan inklusi.

Landasan pedagogis manajemen pendidikan inklusi adalah pada pasal 3

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan

bertanggungjawab. Jadi melalui pendidikan, peserta didik berkelainan dibentuk

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab, yaitu individu

yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Tujuan

ini mustakhil tercapai jika sejak awal mereka diisolasikan dari teman sebayanya

Page 17: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

8

di sekolah-sekolah khusus. Betapapun kecilnya mereka harus diberi kesempatan

bersama teman sebaya (Depdiknas, 2003: 12).

Landasan empiris penelitian tentang manajemen inklusi telah banyak

dilakukan di negara-negara barat sejak 1980-an, namun penelitian yang berskala

besar di pelopori oleh the National Academy of Sciences (Amerika serikat).

Hasilnya menunjukkan bahwa klasifikasi dan penempatan anak berkelainan di

sekolah, kelas atau tempat khusus tidak efektif dan diskriminatif. Layanan ini

merekomendasikan agar pendidian khusus secara segregatif hanya diberikan

terbatas berdasarkan hasil identiikasi yang tepat ( Depdiknas, 2003: 12, dalam

Heller, Holtzman & Messick, 1982). Beberapa pakar bahkan mengemukakan

bahwa sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak

berkelainan secara tepat, karena karakteristik mereka yang sangat heterogen

(Baker, Wang, dan Walberg, 1994/1995).

Beberapa peneliti kemudian melakukan metaanalisis yang dijelaskan

dalam (Depdiknas, 2003: 12 ) dilakukan oleh Calberg dan Kavale (1980) terhadap

50 buah penelitian, Wang dan Baker (1985/1086) terhadap 11 buah penelitian,

dan Baker (1994) terhadap 13 buah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan

inklusi berdampak positif, baik terhadap perkembangan akademik maupun social

anak berkelainan dan teman sebayanya.

Selama ini, pendidikan bagi anak berkelainan disediakan dalam tiga

macam lembaga pendidikan, yaitu Sekolah Berkelainan (SLB), Sekolah Luar

Biasa (SDLB), dan Pendidikan Inklusi (terpadu). SLB, sebagai lembaga

pendidikan tertua, menampung anak dengan jenis kelainan yang sama, sehingga

Page 18: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

9

ada SLB Tunanetra, SLB Tunarungu, SLB Tunagrahita, SLB Tunadaksa, SLB

Tunalaras, dan SLB Tunaganda. Sedangkan SDLB menampung berbagai jenis

anak berkelainan, sehingga didalamnya mungkin terdapat anak tunanetra,

tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, dan/atau tuna ganda.

Seperti halnya di Indonesia, di negara asalnyapun penyelenggaraan

pendidikan inklusi masih kontroversi (Depdiknas, 2003: 13, dalam Sunardi,

1997).

Para pendukung konsep pendidikan inklusi mengajukan argumen antara

lain; (1) belum banyak bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa layanan

pendidikan khusus yang diberikan di luar kelas reguler menunjukkan hasil yang

lebih positif bagi anak, (2) biaya sekolah khusus relatif mahal dari pada sekolah

umum, (3) sekolah khusus mengharuskan penggunaan label berkelainan yang

dapat berakibat negatif pada anak, (4) banyak anak berkelainan yang tidak mampu

memperoleh pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat, (5) anak

berkelainan harus dibiasakan tinggal dalam masyarakat bersama masyarakat

lainnya.

Sedangkan para pakar yang mempertahankan berbagai alternatif

penempatan pendidikan bagi anak berkelaianan berargumen; (1) peratuaran

perundangan yang berlaku mensyaratkan bahwa bagi anak berkelainan disediakan

layanan pendidikan yang bersifat kontinum, (2) hasil penelitian tetap mendukung

gagasan perlunya berbagai alternatif penempatan pendidikan bagi anak

berkelaianan, (3) tidak semua orang tua menghendaki anaknya yang berkelainan

berada di kelas reguler bersama teman-teman seusianya yang normal, (4) pada

Page 19: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

10

umumnya sekolah reguler belum siap menyelenggarakan pendidikan inklusi

karena keterbatasan sumber daya pendidikannya.

Sedangkan para pakar yang beraliran moderat (Depdiknas, 2003: 14,

dalam Vaughn, Bos, dan Schumm , 2000), mengemukakan bahwa dalam praktik,

istilah inklusi sebaiknya dipakai bergantian dengan istilah mainstreaming, yang

secara teori diartikan sebagai penyediaan layanan pendidikan yang layak bagi

anak berkelainan sesuai dengan kebutuhan individualnya. Penempatan anak

berkelaianan harus dipilih yang paling bebas diantara delapan alternatif di atas,

berdasarkan potensi dan jenis/tingkat kelainannya. Penempatan ini juga bersifat

sementara, bukan permanen, dalam arti bahwa siswa berkelainan dimungkinkan

secara luwes pindah dari satu alternatif ke alternatif lainnya, dengan asumsi

bahwa intensi kebutuhan khususnya berubah-ubah. Filosofinya adalah inklusi,

tetapi dalam praktiknya menyediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhannya. Model ini juga sering disebut inklusi moderat.

Namun yang menjadi pokok persoslan adalah ingin mensukseskan

program wajib belajar pendidikan dasar dengan meningkatkan layanan pendidikan

pada anak berkelainan baik secara kwantitas maupun kualitas.

Pendidikan pada dasarnya merupakan pengembangan sumberdaya

manusia, meskipun bukan merupakan satu-satunya cara. Pendidikan dalam

pengertian sekolah merupakan satu alternatif dalam pengembangan kemampuan

dan potensi mnusia. Melalui pendidikan kita akan menghasilkan manusia

Indonesia yang berkualitas, manusia yang akan memahami hak dan kewajiban,

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

Page 20: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

11

pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, cerdas, kreatif, trampil, berdisiplin dan

bertanggungjawab, serta sehat jasmani dan rohani, mempunyai semangat

kebangsaan dan kesetiakawanan social dan berorientasi pada masa depan.

Program wajib belajar yang telah lama di canangkan pemerintah, perlu

disambut dengan meningkatkan layanan pendidikan pada anak-anak berkelainan

baik secara kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan estimasi jumlah anak

berkelainan sekitar 3% dari populasi anak usia sekolah. Hasil sensus pada tahun

2001 menggambarkan baru sekitar 3,70% (33.850 anak) dari mereka yang

terlayani di lembaga persekolahan baik di sekolah reguler maupun sekolah luar

biasa (sekolah Khusus). Perlu diketahui bahwa angka tersebut belum termasuk

mereka yang tergolong autis, berbakat, dan kesulitan belajar, (Depdiknas, 2003:

1).

Kenyataan ini menandakan bahwa masih banyak anak-anak berkelainan

yang berada di persada bumi pertiwi ini yang belum memperoleh haknya

mendapatkan pendidikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain

kondisi social ekonomi orang tua yang kurang menunjang, jarak antara rumah dan

sekolah luar biasa cukup jauh, dan sekolah reguler tidak mau menerima anak-anak

berkelainan belajar bersama-sama dengan anak-anak normal.

Selama ini , pendidikan bagi anak yang berkelainan diselenggarakan di

Sekolah Luar biasa (SLB). Sementara itu, lokasi SLB pada umumnya berada di

ibukota kabupaten. Akibatnya sebagian anak-anak berkelainan, karena factor

ekonomi terpaksa tidak disekolahkan oleh orang tuanya karena lokasi SLB jauh

dari rumahmya, sedangkan SD terdekat tidak bersedia menerima karena merasa

Page 21: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

12

tidak mampu melayaninya. Sebagian yang lain selama ini diterima di SD terdekat,

namun karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka, akibatnya mereka

berpotensi tinggal di kelas yang pada akhirnya putus sekolah. Akibat lebih jauh,

program wajib belajar akan sulit tercapai.

Dalam rangka menanggulangi hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan

suatu terobosan berupa pemberian kesempatan dan peluang kepada anak-anak

berkelainan untuk mperolih pendidikan di sekolah umum bersama-sama dengan

anak normal di sekolah dasar terdekat sesuai dengan kebutuhannya. Pola

pendidikan seperti ini disebut pendidikan inklusi.

Sedangkan di lingkungan SDN Klego1 Boyolali juga terdapat berbagai

macam kemampuan belajar siswa. Ada siswa yang cepat belajarnya, ada yang

sedang belajarnya dan adapula siswa yang lamban belajarnya. Dalam hal ini,

siswa yang lamban belajarnya, bisa juga disebabkan oleh salah stu kondisi siswa

yang berkelainan yang dalam hal tertentu berbeda dengan anak lain pada

umumnya. Salah satu upaya membantu mengatasi masalah tersebut, perlu

diadakan pendidikan terpadu yang berorientasi pada masalah kesulitan belajar

siswa diklasifikasi menurut tingkat kesulitannya.

Tujuan diadakan Pendidikan Inklusi di SDN Klego 1 Boyolali adalah

untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yang berkelainan, dapat belajar bersama

anak lain atau normal sepanjang hari dikelas reguler dengan menggunakan

kurikulum yang sama demikian pula anak yang berbakat.

Secara khusus bagi peneliti bahwa dengan keberadaan sekolah dasar

inklusi tersebut menjadi hal yang menarik untuk dicermati serta diungkap

Page 22: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

13

kepermukaan untuk dijelaskan sebagaiman pembahasan pada latarbelakang di

atas. Karena sebagian dari sekolah dasar inklusi tersebut rata-rata masih termasuk

baru berdiri dan belum pernah meluluskan siswa. Sehingga hal ini mendorong

penulis untuk mengangkat masalah ini sesuai dengan focus kajian yang penulis

tetapkan.

Berdasarkan pada penjelasan di atas penulis memilih dan menetapkan

Manajemen Pendidikan Inklusi yang berada di SD Negeri Klegon 1 Boyolali

sebagai sampel penelitian, sebagai obyek kajian dengan focus atau perspektif

pemikiran konsepsinya. Oleh karena itu pendidikan inklusi yang berada di SD

Negeri Klego 1 Boyolali adalah merupakan wujud pengembangan sekolah inklusi.

Page 23: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

14

A. Rumusan Masalah

Berlatar belakang pada masalah dasar dan makro seperti tersebut

diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana manajemen rekrutmen /identifikasi anak pada Pendidikan Inklusi?

2. Bagaimana manajemen kurikulum pada Pendidikan Inklusi ?

3. Bagaimana manajemen sumber dana pada Pendidikan Inklusi ?

4. Bagaimana manajemen pengadaan dan pembinaan tenaga kependidikan pada

Pendidikan Inklusi ?

5. Bagaimana manajemen pengadaan dan pengelolaan sarana-prasarana pada

Pendidikan Inklusi ?

6. Bagaiman manajemen kegiatan belajar mengajar/perangkat KBM pada

Pendidikan Inklusi ?

7. Bagaimana manajemen pemberdayaan masyarakat pada Pendidikan Inklusi ?

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuai:

1. Manajemen rekrutmen/identifikasi anak pada pendidikan inklusi

2. Manajemen kurikulum pada Pendidikan Inklusi

3. Manajemen sumber dana pada Pendidikan Inklusi

4. Manajemen pengadaan dan pembinaan tenaga kependidikan pada Pendidikan

Inklusi

5. Manajemen pengelolaan sarana prasarana pada Pendidikan Inklusi

Page 24: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

15

6. Manajemen kegiatan belajar mengajar /perangkat KBM pada Pendidikan

Inklusi

7. Manajemen pemberdayaan Masyarakat pada pendidikan inklusi

B. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi kegunaan secara teoritis

dan kegunaan secara praktis bagi penyusun dan Dinas Pendidikan Nasional

Kabupaten Boyolali.

1. Kegunaan secara teoritis

Sebagai referensi ilmiah untuk memperoleh manfaat dan pengembangan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan dan

menerapkan untuk kasus nyata yang terjadi di lapangan. Manajemen pada

umumnya, khususnya mengenai manajemen pendidikan inklusi.

2. Kegunaan secara praktis

Bagi penyusun, untuk memperoleh inspirasi, persepsi dan kreatifitas dalam

menggali dan mengekspresikan pengetahuan melalui penulisan ilmiah,

memberi dorongan dan motivasi untuk belajar lebih banyak serta

mendapatkan pengalaman yang intensif berkaitan dengan sumber daya

manusia. Disamping itu untuk memberikan masukan kepada:

1). Depdiknas dalam rangka pembinaan Kepala Sekolah berkaitan dengan

penerapan manajemen pendidikan inklusi.

Page 25: manajemen pendidikan inklusi di sekolah dasar negeri klego 1

16

2). Memberikan masukan pada Sekolah Dasar yang berada di lingkungan

Sekolah Dasar Negeri Klego 1 yang memiliki siswa berkelainan bisa

diikutkan pada pendidikan inklusi yang berada di Sekolah Dasar Negeri

Klego 1 Boyolali.

3). Peneliti lain, sebagai acuan untuk mengadakan penelitian yang berkaitan

dengan penerapan manajemen pendidikan inklusi